Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 6


Senin pagi, masih terlalu pagi buat diriku duduk di kursi kerja, rekan lain masih berada diwarung kopi untuk sarapan sembari bersenda gurau dengan rekan lainnya. pagi ini dipagi yang cerah namun dingin, selepas upacara pagi, tak ada banyak hal yang dapat aku kerjakan, kopi harianku pun belum datang, mungkin nisa masih sibuk bersiap siap.
walaupun kopi belum ada, namun ada susu yang menggantung didepanku, susu ranti yang ranum dan kenyal. dengan sigap ranti dari tadi mengoral kontolku, memberikan hembusan semangat, dan menyedot habis kemalasan pagi ini.

ranti sedang halangan, tak bisa memberiku kenikmatan jepitan lubang kewanitaannya. dia memang sering memberiku kenikmatan pagi, walau hanya sekedar kenikmatan sebentar, kadang hingga sama sama puas.
susu ranti memang primadonaku, tak pernah lepas dari genggaman, setiap hari walau hanya meremas tak pernah terlewat, kecuali memang tidak bertemu seharian. ranti juga pengertian, setiap ada kesempatan tanpa diminta dia menunjukkan buah kebanggannya itu padaku. disingkapnya jilbab birunya, dibukanya kancing teratas dan dibawahnya, disembulkannya dada itu ketika dia sedang mangajukan berkas, atau sekedar menyapa dan memanjakan mataku.

namun kenikmatan pagi ini harus terusik, ada tamu datang, dengan cepat ranti memasukkan susunya, membetulkan jilbabnya, dan berdiri diposisi layaknya anak buah menghadap atasan.
tamu itu adalah pak asisten setda. asisten setda memiliki jabatan cukup tinggi, dia adalah bawahan langsung setda dan koordinator pemerintahan, seluruh kepala dinas berada dibawah koordinasinya, walau sebenarnya asisten setda tidak memiliki wewenang, namun ketika berujar atas nama setda, kepala dinas pun harus mengiyakan.

dalam pemerintah daerah, setda memiliki tiga asisten, masing-masing memiliki tugas dan cakupan kewenangan yang berbeda. asisten yang datang adalah asisten 1, yang membidangi pemerintahan umum. beliau bernama pak erwin.

tanpa mengetuk pak asisten langsung masuk ruanganku, diperhatikannya ranti sambil duduk dikursi depanku dan membanting sebuah map cukup tebal di mejaku.
ranti tau diri, segera dia undur diri dan keluar dari ruangan dengan membawa beberapa berkas keluar sebagai alibi.

"kacau ni tok" ujar pak erwin
"ada apa pak?" tanyaku.
"buka ni" pak erwin menyodorkanku map yang tadi dibantingnya

perlahan kubuka map tersebut, kubaca cepat, kucari apa akar masalahnya.

"bagaimana?" tanya pak erwin
"berat memang, harus ke provinsi, kita tidak bisa ambil keputusan langsung." saranku
"nah itu" tegas pak erwin dengan logat medoknya
"harus segera pak, jangan berlarut, bahaya"
"nah, jelas, cocok"
"jadi?" tanyaku
"langsung berangkat atau ngopi dulu?" kode pak erwin

segera kupencet tombol interkom, tanda aku memanggil siapa saja yang ada diluar, dan ranti datang, kali ini sudah dibenahi kancing dadanya.

"siap pak" sapa ranti
"bu ani ada?"
"ada pak"
"pesankan kopi dua, segera ya"
"aku gulanya sedikit saja, banyakin susunya" pesan pak erwin sambil memperhatikan susu ranti
"langsung ya"
"iya pak." jawab ranti sambil menutup pintu

"boleh juga anak buahmu tok" celoteh pak erwin
"tak boleh pak" jawabku dengan muka sok serius
kami tertawa berdua. pak erwin pun mengeluarkan sekotak rokok, mengambil isinya sebatang, dan menyulutnya. asap rokok dengan cepat memenuhi ruangan, kalo bukan asisten sudah kuusir rokok tu.

"bupati jangan sampai tau dulu masalah tu" kata pak erwin sambil menunjuk berkas tadi
"siap, memang belum saatnya pak"
"nanti kalo sudah jelas, biar si agus yang cerita ke bupati." tegasnya.
agus adalah nama tengah pak setda, karena pak erwin ini seniornya sewaktu kuliah, juga pernah jadi atasan pak agus, makanya berani memanggil setda dengan mananya langsung. konon katanya pak erwin kalah sewaktu lelang jabatan sekda karena pak agus lebih dekat ke bupati, sedang pak erwin dekatnya ke pasangan yang kalah di pilkada lawan pak bupati.

"besok kamu ke provinsi, cari info, kalo bisa selesai bagus, kalo harus ke jakarta tak masalah. " perintahnya
"siap pak"
"sepulang dari provinsi kamu langsung lapor ke saya, nanti kalo harus ke jakarta kita berangkat berdua"
"siap"

tak lama bu ani mengetok pintu dan masuk ke ruangan dengan membawa dua cangkir kopi. dihidangkannya kekami. kopi hitam didepanku, kopi susu yang banyak susunya ke pak erwin.

"banyak ni susunya?" tanya pak erwin sambil menunjuk kopinya, tapi matanya ke susu bu ani.
"saya tak nampak ngasih susunya pak, tapi sudah dipesankan agar banyak" jawab bu ani
"kalo kurang nanti kamu kasih susu lagi ya"
"iya pak" jawab bu ani yang mulai risih dadanya di pandangi terus.
bu ani pun keluar ruangan dan menutup kembali pintu ruanganku.

"boleh juga anak buahmu tok" celotah pak erwin lagi
"tak boleh pak" jawabku seperti tadi.
dan kita tertawa lagi seperti tadi.

"pantesan betah kamu disini, tak mau lagi kembali ketempat lama, dayang dayang disini mantap semua."
"enak disini, tak ada resiko"
"resiko paling ketumpahan susu" ujar pak erwin sambil menyeruput kopi susunya
"wah, pas susunya" tambah pak erwin

kamipun bercengkrama cukup lama, banyak hal yang dibincangkan, walau intinya pak erwin mau ambil bu ani untuk dijadikan dayangnya, namun aku selalu bilang tidak boleh.
pak erwin pun kembali, bu ani masuk bersama ranti membersihkan sisa kekacauan, dibereskannya cangkir, dan bekas debu rokok, aku memang tak suka ada rokok, baunya awet menempel.

setelah bersih, aku panggil ketiga kepala sub bidang dibawahku, aku ceritakan pernasalahan yang dibawa pak erwin, dan menawarkan siapa yang mau menangani. sebenarnya aku bisa menanganinya sendiri, tapi ini bisa jadi pelajaran bagus untuk pejabat muda dibawahku, walau secara umur aku lebih muda dari ketiganya.
sayangnya tak ada yang menyanggupinya, mereka tidak berani dengan resikonya, memang ini pekerjaan mudah namun menentukan pemerintahan akan belok kekanan atau kekiri, dan ujung salah satunya adalah jurang.

dengan terpaksa namun suka aku ambil langsung, kuminta bu ani menyiapkan dokumen perjalan dinasku, kali ini aku sendirian, rencana aku akan mengajak nur dan caca, selama dia aku miliki belum pernah aku ajak jalan jalan. urusan yang aku kerjakan di provinsi kemungkinan akan selesai dalam beberapa jam, namun perjalan dinas yang aku pakai adalah dua hari satu malam. enak.

setelah persiapan selesai, aku menghadap kepala dinasku, menceritakan permasalahannya dan meminta persetujuan perjalan dinas, semua lancar.

Malamnya. selesai makan malam.

"cici, besok ayah harus dinas, mungkin dua hari, cici nginap dirumah tante dulu ya"
"iya ayah" jawab cici
"mau nginap dimana?" tanyaku
"tante jauh saja" sebutan untuk kakak tertua mendiang istriku.
"iya, nanti biar ayah telponkan tantenya"
"iya ayah"

"nur, tolong siapkan bajuku ya, masukkan ke koper, satu stel seragam rabu, sama baju biasa buat dua malam."
"iya mas" jawab nur agak bingung, karena ini kali pertama nur akan menyiapkan baju untuk berpergian.

selesai makan, cici main bersama caca di ruang depan, tidak ada pr hari ini, jadi aku biarkan saja main. aku masih duduk diruang makan, yang menyatu dengan dapur, menikmati kopi buatan nur, sambil memanjakan mata melihat nur yang sedang mencuci piring. sekilas tubuh nur tidak ada yang menarik, semuanya datar, mirip talenan saja. tapi kalo sudah digenjot, lubangnya sangat nikmat.

"sini nur" pintaku, ketika nur selesai mencuci piring.
nur pun berjalan menghampiriku, dia berdiri tepat didepanku.
tanpa ada perlawanan, aku tarik tangannya, membuatnya mendekat padaku, menempel padaku. kurangkul pinggangnya, sedikit kuremas pantatnya.
"besok kamu sama caca ikut aku berangkat, jadi siapkan juga bajumu sama caca,"
"kenapa ikut"
"mau ajak kalian jalan-jalan"
"gak usah mas, nanti ngerepotin"
"enggak repot kok, malah kamu nanti yang aku bikin repot" godaku sambil meremas susu kirinya.
"ah, mas ni"
"kapan selesai halangan?" tanyaku
"mas….." nur mengeluh
"kapan?"
"hari ini, nanti malam sudah mandi bersih" jawab nur
"berarti besok sudah bisa dong"
"iya, jangan ya"
"kok jangan, kan mau aku repotin "
"ah.. mas .. ni.." erang nur, karena tanganku yang satunya sudah digundukan vaginanya, tak ada lagi roti tawar yang melapisi.

"cici jangan sampai tau kalo kita pergi, nanti aku jemput sebelum berangkat"
"iya"
"ya sudah, siapkan dulu semuanya, besok berangkat setelah aku antar cici kesekolah"
"ya sudah, lepas dulu tangannya"
"iya.. iya.."

nur pun segera kekamarku, dibukanya lemari baju, dan diambilnya beberapa stel baju dan dimasukkannya ke koper. sedang aku menuju ke cici dan caca untuk main bersama.

tepat pukul sembilan, saatnya cici tidur, caca juga sudah terkantuk, tak bisa diajak main lagi, hanya gelendotan padaku atau kadang kakaknya.
selesai acara ritual sebelum tidur cici, aku tutup pintu kamar cici dan membopong caca kekamarnya. nur tidak ada dikamarku, sudah selesai menyiapkan bajuku rupanya, dia tidak ada juga dikamar caca, berarti dia dirumah sebelah.

kugending caca kerumah sebelah, nur sedang sibuk membereskan baju caca dan dimasukkan kedalam koper yang hampir penuh.

"nur"
"iya mas. caca mau bobok ya" caca hanya diam saja, masih merebahkan kepalanya dalam gendonganku.
"kapan kamu mandi bersih"
"subuh mungkin mas, belum aku cek lagi"
"ya sudah, selesaikan dulu beres beresnya."
"aku tidurkan caca dulu saja"
"selesaikan dulu saja" pintaku sambil membaringkan caca dikasur, tanganku jadi mainan caca, dilipat lipatnya jariku.

"aku tidurkan caca dulu mas" pinta nur sambil berbaring disamping caca, sedang aku berbaring di sebrangnya
"iya"
"mas keluar dulu, aku mau nenenin caca"
"langsung aja, aku mau lihat"
"malu mas"
"kayak belum pernah aku susu aja, pake malu"

nur terdiam sejenak, lalu menaikkan kaosnya, mengeluarkan susunya, terlihat penuh dan keras.
diberikannya puting susunya yang bawah ke caca, dan langsung di hap. dengan rakus caca menghisap, kadang nur mendesis kadang mendesah kalo sedotan caca terlalu kuat.

aku keluarkan susu yang satunya, membuat kedua payudara nur terpampang didepanku. kuambil satu tangan nur, kuarahkan ke kontolku, nur tau maksudnya, dielusnya lembut batangku. akupun mengelus kacang diatas lubang wanita nur. membuat nur makin mendesis dan makin mendesah.

"ah.. sudah mas… aku lagi nyusuin…."
"dinikmati saja nur, biar enaknya dobel"
"jangan mas… mo..sook… sama.. anak sendiri.."
"mau aku susu juga ya?"
" jang...an….. mas….h" desah nur ketika aku caplok susu nur yang satunya.

"mas.. jangan… ah…"

aku tak memperdulikan nur, kumainkan susu nur tanpa menyedotnya, susunya keluar sedikit, terasa di mulut, puting besar nur aku pilin dengan lidah, seirama dengan pilinan tanganku diklitorisnya. nur makin mendesah tak karuan, caca beberapa kali terasa terganggu dengan liukan tubuh ibunya.

nur pun tak mau kalah, dikocoknya kontolku dengan kencang, kadang berhenti ketika sedang menggeliat keenakan.

"sudah… mas… ah…. enak… mas…." racau nur
"enak juga nur, terus kocokin"
"iy...aaahhhh… mas….."

"aku mauuuu… keluar… mas…. ah… mas…"
"enak nur?"
"ennnnakkkk… ah…...mas.. yang ceepet…. sedot mas….."
akupun mempercepat permainanku di kacang nur, makin banyak gaya aku lakukan, nur makin menggelinjang, mengeraskan otot ototnya.

"ahhh... mass.. sedot mas….." pinta nur sambil menekankan susunya pada mulutku.
hampir seluruh susu nur masuk kemulutku, namun tidak kusedot, karena bisa menghabiskan jatah caca. aku hanya memainkan putingnya dengan lidah, dan kadang meremas dengan bibir.

"akkkuu.. keluar… mas…" pekik nur sambil membanting tubuhnya terlentang, sedotan caca terlepas dengan kasar, begitu juga dengan sedotanku. untung caca tidak menangis, hanya terkaget terus tidur kembali, namun belum nyenyak.
nafas nur memburu, badannya masih mengeras.
"mas.. kamu nakal… aku… enak…." bisik nur sambil mengatur nafas yang memburu.
"tapi suka kan"
"mas.. ni… aku malu…."

setelah nafas nur teratur kembali, akupun bangun, kulucuti celanaku, nur mendelik melihat aku melepas cd, menampakkan kontolku yang tak seberapa namun telah tegang setegangnya.

"mas…" bisik nur memelas,
"gantian nur"
"tapi mas…"

aku buka baju nur yang menggantung di dada, kini nur telanjang dada, aku duduk tepat diatas susunya, aku arahkan kontolku ke mulutnya, berharap dapat kenikmatan juga.

"jangan keluar didalam ya mas"
"lakukan saja, belajarlah menelan punyaku"
"aku tak sanggup mas" pinta nur sambil mengocok kontolku
"makanya belajar"

nur tak menjawab lagi, kini mulutnya telah sibuk melayani kontolku, dimaju mundurkan kepalanya, kadang aku juga ikut memajukan kontolku sehingga nur mengoralnya hingga keseluruhan.
nur seperti orang kesedak, mau muntah tapi tertahan. rasanya enak banget, mulut mungil nur berhasil dimasuki seluruh kontolku.

"enak nur… kayak gini terus…."
nur tidak menjawab, matanya mulai berair. tapi tidak juga menolak mulutnya disodok batang kenikmatan. lidah nur ikut menari, memutari kepala hingga lehernya, sungguh nikmat.

"aku mau sampai nur"
nur menggelengkan kepalanya, tanda jangan keluarin didalam, namun tidak juga melepaskan sedotan di kontolku.
"ahhh.. nur…. sedikit lagi…."
nur menutup matanya, menyiapkan kemungkinan terburuk baginya.

kucabut kontolku, berhamburan lah pejuhku dimuka nur, tak banyak memang tapi cukup untuk menodai wajah manis nur.

"makasih nur" kukecup kening nur yang tidak kena pejuh, sambil kuelus susu kecilnya.
nur tidak menjawab, akupun berpindah, berbaring disampingnya.
kuambil tisu yang berada diujung kasur, kuberikan pada nur, dan dia bersihkan mukanya hingga bersih. lalu nur berlalu kekamar mandi.
dan malam ini kita tidur bertiga seperti keluarga.

Paginya, aku dan nur juga caca berangkat kekota pukul delapan, perjalanan memakan waktu hingga lima jam, bahkan mungkin enam jam, itu karena aku tidak suka ngebut, juga sering berhenti untuk cari jajan dan istirahat sebentar. jalan yang dilalui lumayan bagus, walau tidak semulus di jalan tol. namun banyak destinasi wisata lokal yang dapat disinggahi sepanjang perjalanan. biasanya kalo disopiri jaka, tanpa berhenti, bisa empat jam sampai kota, kalo aku lima jam.

dikota tujuannya sudah jelas, rumah kedua ku, rumah yang aku beli dari kawan yang terlilit hutang ketika final piala dunia digelar. itulah jahatnya judi bagi yang kalah. rumah tersebut kecil namun mewah, berada di kompleks perumahan elit dengan pengamanan super ketat. iuran bulananya saja bisa untuk kredit motor. rumah mungil yang memang dibuat untuk persinggahan, dulu sering dipake pemilik sebelumnya untuk mengurung wanita simpanannya.

sesampainya dirumah, kubuka semua cendela, hidupkan lampu dan ac, lalu kita beristirahat, rencananya besok baru aku menyelesaikan urusanku di dinas provinsi, karena masih capek. caca langsung ditidurkan, caca dan nur kelihatan sangat capek.
akupun mengaduk sendiri kopiku, dan meminumnya disofa ruang tengah, sambil menonton tv.
dirumah ini ada dua kamar tidur, satu kamar tidur utama, dan satu kamar tidur darurat, yang sekarang kelihatannya lebih bisa disebut gudang. jadi anggap saja hanya satu kamar. kamar mandi ada dua, satu di dalam kamar tidur, satu didapur. dari depan ada ruang tamu, kemudian ruang tengah tempat aku nonton sekarang, kemudian dapur. rumah ini berukuran 63, 7x9. ada halaman depan dan garasi didepan rumah. sedangkan dibelakang ada sedikit taman dan tempat cuci dan jemuran.

setelah cici tidur, nur keluar dari kamar utama, dan duduk disebelahku.
"cici tidur?"
"iya mas"
"sini duduk disini" pintaku sambil menepuk pahaku, menyuruh nur duduk dipangkuanku.
nur bergeser, dan duduk di pangkuanku, dia duduk miring, kudepap badan kecilnya, kubaringkan kepalanya di dadaku.

"kamu kurus banget nur"
"mosok si mas"
"iya" jawabku sambil meremas susu nur
"nanti malam kita belanja ya, kamu ada yang mau dicari?" tanyaku
"gak ada mas"

kumasukkan tanganku kedalam kaos nur, melewati perutnya. tanganku langsung meraih susu kecil nir kembali, kusibakkan bh nya, lalu kuremas kedua payudara nur.
"ah.. mas…." desah nur sambil mencari posisi pas duduknya.
"nur"
"iya"
"makan yang banyak ya, biar agak berisi, nanti susumu juga sedikit lebih gedean"
"mas suka yang gede ya"
"yang sedang sedang saja"

kutarik kaos nur hingga terlepas, kubuka juga kaitan bh nur, dan dilepaskannya sendiri.
nur menyembunyikan mukanya di dadaku.
"aku malu mas"
"kenapa malu"
"telanjang"
"kayak baru pertama aja"
"malu mas, punyaku juga kecil"
"gak papa, kecil tapi bagus."

segera kumiringkan kebelakang tubuh nur, dia seperti hampir terlentang, matanya masih terpejam. kutundukkan kepalaku, kubuka mulutku, dan kumulai menyedot susu nur, keduanya bergantian.

"ah… masss…" pekik nur sambil berpegangan pada leherku,
"kenapa nur"
"geli… enak…."
air susu nur mulai keluar, membasahi rongga mulutnya, aku tak terlalu suka saranya, tapi biarlah.
tanganku tak tinggal diam, mulai membuka kaitan celana nur, kuturunkan celana itu dengan dibantu nur dengan mengangkat pantatnya.
kusibakkan cd nur, kuelus gundukan yang tadinya terturup.
"nur"
"i..yaaa.."
"nanti dibotakin saja ya ininya, habisin semua"
"iiiyaaaa...mas…." jawab nur yang agak susah keluar karena kacangnya sedang dibolak balik jariku.

"ah… mas….." erang nur
"mendesahlah, rumah ini aman, caca juga tidur."
"iya mas…., enak…."
nur mulai bebas mendesah, dikeluarkannya ekspresinya tanpa ragu lagi.

"mass… aku.. mau… kelua…..r….."
mata nur masih terpejam, tangannya menjambak rambutku dan meremas pinggiran sofa.
kakinya menegang keras, menghimpit tanganku yang sedang menari di celah nur, ku itari celah itu naik turun, dari kacang hingga lubang anus.

"nikmati saja nur"
"eh.. iyaa… nikmat … mas…"

"mas…."
"mas…. "
"aku keluaaaarrr…."
teriak nur. kali ini ada yang menyembur sedikit mengenai jariku, nur banar benar menikmati.

nafas nur tersengal, matanya tak kunjung dibuka.
kubaringkan nur dinsofa, tubuh kecil nur muat di sofa standar rumah ini,panjangnya masih sisa sedikit, lebarnya masih bisa diisi saru nur lagi.

kuperhatikan wajah dan tubuh nur, dadanya naik turun dengan cepat.

"mas… aku malu…" manja nur sambil membuka matanya.

aku rasa nur sudah siap, kubuka bajuku, celanaku, kaos dalam dan cd. aku telanjangi duriku sendiri. kali ini nur melihatku dengan senyum.
nur bangkit, dia duduk tepat didepanku, disambutnya kontolku, dielusnya pelan, dikocoknya ringan. dan dimasukkannya kemulut mungilnya.

maju mundur kepala nur mengoralku, nur memang pintar dalam hal ini.

"ah. enak.., terus,"
nur tak menjawab, hanya sedikit senyum terlihat di pipinya.

cukup lama nur mengoralku, dilepaskannya sedotan, dan dikocoknya lembut. aku dorong tubuh nur, hingga kembali terlentang, dan kunaiki tepat diatas tubuhnya.
nur dengan sendirinya meregangkan pahanya, memberikan vafinanya untuk aku nikmati.

"mas… aku suka.." kata nur sambil merangkul leherku, dan menariknya kebawah. kulumat bibirnya kuremas susunya.
nur merangkulku dengan tangan kirinya, dan meraih kontolku dengan tangan kanannya, diarahlannya kontol kerasku ke lubanh vaginanya.

"kali ini keluar didalam ya mas.." canda nur
"iya dong" jawabku

kontolku yang diarahkan nur sudah berada pada posisinya, kudorong dengan pelan dan pasti.

"ahhh.. mass... masukk… mas… penuh" rancu nur ketika vaginanya kuisi dengan kontol hingga tertelan semua.

kugenjot pelan vagina nur, belum ada seminggu gak dipakai, rasanya makin sempit saja, tak disangka vagia ini sudah dipakai buat beranak dua kali.
"enak punyamu nur, sempit"
"punya mas juga, penuh rasanya"
"aku mau tiap hari nur"
"ah… jangan mas… capek…"
"tapi kamu mau kan…"
"terserah mas saja, aku pasrah…"

"ahh.. yang cepet mas…."
"iya nur"

keringat mulai bercucuran, susu nur juga berhamburan karena aku remas dengan gemas. nur benar benar nikmat hari ini.

"mas… aku mau keluar lagi mas…."
aku pacu lebih cepat lagi genjotanku, kusedot dada nur, dan kuremas yang satunya.

"enak.. mass….aku… keluar….."
nur mendekapku erat, kakinya mengunci kakiku, tubuhnya kaku seperti kayu.
terasa semburan kecil mengenai kontolku.
kini nur tergolek lemas, nafasnya lebih memburu dibanding sebelumnya.

"mas… aku malu.. jangan dilihatin…." nur merengek
"mosok malu, baru aja keluar dua kali"
"ah mas ni…"

"kamu kok keluarnya bisa nyembur sekarang nur"
"memang bisa kok mas, cuma sedikit"
"iya, rasanya baru hari ini kamu begitu"
"aku sudah bisa menikmati mas, makasih ya"
"tak usah berterimakasih, kan aku yang mau make kamu."
"tapi aku juga enak mas, sudah iklas mas pake"
"bagus lah"

"mas mau aku nungging?"
"boleh"

nur pun berbalik dan menunggingkan pantatnya, diposisikan pantatnya hingga dapat memekarkan vagina kecilnya.
kuarahkan kontolku, kumasukkan ke vaginanya, pelan kumasukkan, lebih sempit dan bisa lebih dalam.

"ah… mas… pelan mas…."

tubuh nur hampir tidak ada lekukannya pundak, perut, pantat hampir sama lebarnya. tapi pantatnya kenyal sekali, kugenjot pelan sambil meremas pantat nur, lubang anus nur kadang terlihat, kecil, satu jaripun tak bisa masuk.

"mas… itu jangan.." larang nur waktu aku memainkan lubang anus nut, kutekan pelan dengan ujung jari.

"kenapa tak boleh nur"
"jangan"
"kalo aku mau gimana nur"
nur tak menjawab, hanya diam saja
"jangan mas, aku gak mau kalo itu" jawab nur lirih.

aku tak mau ambil resiko, nur mulai nyaman, aku tak mau merusak momennya.

kupercepat sedikit genjotanku, nur mulai mengerang kembali, desahannya cukup dominan dirumah ini.

"nur aku mau sampai nur"
"aku juga mas, cepetin aja mas… enak"

kugenjot vagina nur secepat yang aku bisa, kuremas kedua pantat nur, dan terlihat nur sedang meremas susunya sendiri.

"mas… aku keluar … lagi….."
"aku juga nur……"

kita pun mendapat puncak yang bersamaan, semburan kecil nur masih terasa kali ini. akupun menyemburkan semua pejuhku di rahim nur.

selesai menikmati, kami rebah bersama, nur terbaring miring didepanku, dan aku memeluknya dibelakang, kontolku belum tercabut, dan kita tertidur berdua dalam keadaan telanjang bulat, diselimuti keringat dan birahi.
 
Episode 6


Senin pagi, masih terlalu pagi buat diriku duduk di kursi kerja, rekan lain masih berada diwarung kopi untuk sarapan sembari bersenda gurau dengan rekan lainnya. pagi ini dipagi yang cerah namun dingin, selepas upacara pagi, tak ada banyak hal yang dapat aku kerjakan, kopi harianku pun belum datang, mungkin nisa masih sibuk bersiap siap.
walaupun kopi belum ada, namun ada susu yang menggantung didepanku, susu ranti yang ranum dan kenyal. dengan sigap ranti dari tadi mengoral kontolku, memberikan hembusan semangat, dan menyedot habis kemalasan pagi ini.

ranti sedang halangan, tak bisa memberiku kenikmatan jepitan lubang kewanitaannya. dia memang sering memberiku kenikmatan pagi, walau hanya sekedar kenikmatan sebentar, kadang hingga sama sama puas.
susu ranti memang primadonaku, tak pernah lepas dari genggaman, setiap hari walau hanya meremas tak pernah terlewat, kecuali memang tidak bertemu seharian. ranti juga pengertian, setiap ada kesempatan tanpa diminta dia menunjukkan buah kebanggannya itu padaku. disingkapnya jilbab birunya, dibukanya kancing teratas dan dibawahnya, disembulkannya dada itu ketika dia sedang mangajukan berkas, atau sekedar menyapa dan memanjakan mataku.

namun kenikmatan pagi ini harus terusik, ada tamu datang, dengan cepat ranti memasukkan susunya, membetulkan jilbabnya, dan berdiri diposisi layaknya anak buah menghadap atasan.
tamu itu adalah pak asisten setda. asisten setda memiliki jabatan cukup tinggi, dia adalah bawahan langsung setda dan koordinator pemerintahan, seluruh kepala dinas berada dibawah koordinasinya, walau sebenarnya asisten setda tidak memiliki wewenang, namun ketika berujar atas nama setda, kepala dinas pun harus mengiyakan.

dalam pemerintah daerah, setda memiliki tiga asisten, masing-masing memiliki tugas dan cakupan kewenangan yang berbeda. asisten yang datang adalah asisten 1, yang membidangi pemerintahan umum. beliau bernama pak erwin.

tanpa mengetuk pak asisten langsung masuk ruanganku, diperhatikannya ranti sambil duduk dikursi depanku dan membanting sebuah map cukup tebal di mejaku.
ranti tau diri, segera dia undur diri dan keluar dari ruangan dengan membawa beberapa berkas keluar sebagai alibi.

"kacau ni tok" ujar pak erwin
"ada apa pak?" tanyaku.
"buka ni" pak erwin menyodorkanku map yang tadi dibantingnya

perlahan kubuka map tersebut, kubaca cepat, kucari apa akar masalahnya.

"bagaimana?" tanya pak erwin
"berat memang, harus ke provinsi, kita tidak bisa ambil keputusan langsung." saranku
"nah itu" tegas pak erwin dengan logat medoknya
"harus segera pak, jangan berlarut, bahaya"
"nah, jelas, cocok"
"jadi?" tanyaku
"langsung berangkat atau ngopi dulu?" kode pak erwin

segera kupencet tombol interkom, tanda aku memanggil siapa saja yang ada diluar, dan ranti datang, kali ini sudah dibenahi kancing dadanya.

"siap pak" sapa ranti
"bu ani ada?"
"ada pak"
"pesankan kopi dua, segera ya"
"aku gulanya sedikit saja, banyakin susunya" pesan pak erwin sambil memperhatikan susu ranti
"langsung ya"
"iya pak." jawab ranti sambil menutup pintu

"boleh juga anak buahmu tok" celoteh pak erwin
"tak boleh pak" jawabku dengan muka sok serius
kami tertawa berdua. pak erwin pun mengeluarkan sekotak rokok, mengambil isinya sebatang, dan menyulutnya. asap rokok dengan cepat memenuhi ruangan, kalo bukan asisten sudah kuusir rokok tu.

"bupati jangan sampai tau dulu masalah tu" kata pak erwin sambil menunjuk berkas tadi
"siap, memang belum saatnya pak"
"nanti kalo sudah jelas, biar si agus yang cerita ke bupati." tegasnya.
agus adalah nama tengah pak setda, karena pak erwin ini seniornya sewaktu kuliah, juga pernah jadi atasan pak agus, makanya berani memanggil setda dengan mananya langsung. konon katanya pak erwin kalah sewaktu lelang jabatan sekda karena pak agus lebih dekat ke bupati, sedang pak erwin dekatnya ke pasangan yang kalah di pilkada lawan pak bupati.

"besok kamu ke provinsi, cari info, kalo bisa selesai bagus, kalo harus ke jakarta tak masalah. " perintahnya
"siap pak"
"sepulang dari provinsi kamu langsung lapor ke saya, nanti kalo harus ke jakarta kita berangkat berdua"
"siap"

tak lama bu ani mengetok pintu dan masuk ke ruangan dengan membawa dua cangkir kopi. dihidangkannya kekami. kopi hitam didepanku, kopi susu yang banyak susunya ke pak erwin.

"banyak ni susunya?" tanya pak erwin sambil menunjuk kopinya, tapi matanya ke susu bu ani.
"saya tak nampak ngasih susunya pak, tapi sudah dipesankan agar banyak" jawab bu ani
"kalo kurang nanti kamu kasih susu lagi ya"
"iya pak" jawab bu ani yang mulai risih dadanya di pandangi terus.
bu ani pun keluar ruangan dan menutup kembali pintu ruanganku.

"boleh juga anak buahmu tok" celotah pak erwin lagi
"tak boleh pak" jawabku seperti tadi.
dan kita tertawa lagi seperti tadi.

"pantesan betah kamu disini, tak mau lagi kembali ketempat lama, dayang dayang disini mantap semua."
"enak disini, tak ada resiko"
"resiko paling ketumpahan susu" ujar pak erwin sambil menyeruput kopi susunya
"wah, pas susunya" tambah pak erwin

kamipun bercengkrama cukup lama, banyak hal yang dibincangkan, walau intinya pak erwin mau ambil bu ani untuk dijadikan dayangnya, namun aku selalu bilang tidak boleh.
pak erwin pun kembali, bu ani masuk bersama ranti membersihkan sisa kekacauan, dibereskannya cangkir, dan bekas debu rokok, aku memang tak suka ada rokok, baunya awet menempel.

setelah bersih, aku panggil ketiga kepala sub bidang dibawahku, aku ceritakan pernasalahan yang dibawa pak erwin, dan menawarkan siapa yang mau menangani. sebenarnya aku bisa menanganinya sendiri, tapi ini bisa jadi pelajaran bagus untuk pejabat muda dibawahku, walau secara umur aku lebih muda dari ketiganya.
sayangnya tak ada yang menyanggupinya, mereka tidak berani dengan resikonya, memang ini pekerjaan mudah namun menentukan pemerintahan akan belok kekanan atau kekiri, dan ujung salah satunya adalah jurang.

dengan terpaksa namun suka aku ambil langsung, kuminta bu ani menyiapkan dokumen perjalan dinasku, kali ini aku sendirian, rencana aku akan mengajak nur dan caca, selama dia aku miliki belum pernah aku ajak jalan jalan. urusan yang aku kerjakan di provinsi kemungkinan akan selesai dalam beberapa jam, namun perjalan dinas yang aku pakai adalah dua hari satu malam. enak.

setelah persiapan selesai, aku menghadap kepala dinasku, menceritakan permasalahannya dan meminta persetujuan perjalan dinas, semua lancar.

Malamnya. selesai makan malam.

"cici, besok ayah harus dinas, mungkin dua hari, cici nginap dirumah tante dulu ya"
"iya ayah" jawab cici
"mau nginap dimana?" tanyaku
"tante jauh saja" sebutan untuk kakak tertua mendiang istriku.
"iya, nanti biar ayah telponkan tantenya"
"iya ayah"

"nur, tolong siapkan bajuku ya, masukkan ke koper, satu stel seragam rabu, sama baju biasa buat dua malam."
"iya mas" jawab nur agak bingung, karena ini kali pertama nur akan menyiapkan baju untuk berpergian.

selesai makan, cici main bersama caca di ruang depan, tidak ada pr hari ini, jadi aku biarkan saja main. aku masih duduk diruang makan, yang menyatu dengan dapur, menikmati kopi buatan nur, sambil memanjakan mata melihat nur yang sedang mencuci piring. sekilas tubuh nur tidak ada yang menarik, semuanya datar, mirip talenan saja. tapi kalo sudah digenjot, lubangnya sangat nikmat.

"sini nur" pintaku, ketika nur selesai mencuci piring.
nur pun berjalan menghampiriku, dia berdiri tepat didepanku.
tanpa ada perlawanan, aku tarik tangannya, membuatnya mendekat padaku, menempel padaku. kurangkul pinggangnya, sedikit kuremas pantatnya.
"besok kamu sama caca ikut aku berangkat, jadi siapkan juga bajumu sama caca,"
"kenapa ikut"
"mau ajak kalian jalan-jalan"
"gak usah mas, nanti ngerepotin"
"enggak repot kok, malah kamu nanti yang aku bikin repot" godaku sambil meremas susu kirinya.
"ah, mas ni"
"kapan selesai halangan?" tanyaku
"mas….." nur mengeluh
"kapan?"
"hari ini, nanti malam sudah mandi bersih" jawab nur
"berarti besok sudah bisa dong"
"iya, jangan ya"
"kok jangan, kan mau aku repotin "
"ah.. mas .. ni.." erang nur, karena tanganku yang satunya sudah digundukan vaginanya, tak ada lagi roti tawar yang melapisi.

"cici jangan sampai tau kalo kita pergi, nanti aku jemput sebelum berangkat"
"iya"
"ya sudah, siapkan dulu semuanya, besok berangkat setelah aku antar cici kesekolah"
"ya sudah, lepas dulu tangannya"
"iya.. iya.."

nur pun segera kekamarku, dibukanya lemari baju, dan diambilnya beberapa stel baju dan dimasukkannya ke koper. sedang aku menuju ke cici dan caca untuk main bersama.

tepat pukul sembilan, saatnya cici tidur, caca juga sudah terkantuk, tak bisa diajak main lagi, hanya gelendotan padaku atau kadang kakaknya.
selesai acara ritual sebelum tidur cici, aku tutup pintu kamar cici dan membopong caca kekamarnya. nur tidak ada dikamarku, sudah selesai menyiapkan bajuku rupanya, dia tidak ada juga dikamar caca, berarti dia dirumah sebelah.

kugending caca kerumah sebelah, nur sedang sibuk membereskan baju caca dan dimasukkan kedalam koper yang hampir penuh.

"nur"
"iya mas. caca mau bobok ya" caca hanya diam saja, masih merebahkan kepalanya dalam gendonganku.
"kapan kamu mandi bersih"
"subuh mungkin mas, belum aku cek lagi"
"ya sudah, selesaikan dulu beres beresnya."
"aku tidurkan caca dulu saja"
"selesaikan dulu saja" pintaku sambil membaringkan caca dikasur, tanganku jadi mainan caca, dilipat lipatnya jariku.

"aku tidurkan caca dulu mas" pinta nur sambil berbaring disamping caca, sedang aku berbaring di sebrangnya
"iya"
"mas keluar dulu, aku mau nenenin caca"
"langsung aja, aku mau lihat"
"malu mas"
"kayak belum pernah aku susu aja, pake malu"

nur terdiam sejenak, lalu menaikkan kaosnya, mengeluarkan susunya, terlihat penuh dan keras.
diberikannya puting susunya yang bawah ke caca, dan langsung di hap. dengan rakus caca menghisap, kadang nur mendesis kadang mendesah kalo sedotan caca terlalu kuat.

aku keluarkan susu yang satunya, membuat kedua payudara nur terpampang didepanku. kuambil satu tangan nur, kuarahkan ke kontolku, nur tau maksudnya, dielusnya lembut batangku. akupun mengelus kacang diatas lubang wanita nur. membuat nur makin mendesis dan makin mendesah.

"ah.. sudah mas… aku lagi nyusuin…."
"dinikmati saja nur, biar enaknya dobel"
"jangan mas… mo..sook… sama.. anak sendiri.."
"mau aku susu juga ya?"
" jang...an….. mas….h" desah nur ketika aku caplok susu nur yang satunya.

"mas.. jangan… ah…"

aku tak memperdulikan nur, kumainkan susu nur tanpa menyedotnya, susunya keluar sedikit, terasa di mulut, puting besar nur aku pilin dengan lidah, seirama dengan pilinan tanganku diklitorisnya. nur makin mendesah tak karuan, caca beberapa kali terasa terganggu dengan liukan tubuh ibunya.

nur pun tak mau kalah, dikocoknya kontolku dengan kencang, kadang berhenti ketika sedang menggeliat keenakan.

"sudah… mas… ah…. enak… mas…." racau nur
"enak juga nur, terus kocokin"
"iy...aaahhhh… mas….."

"aku mauuuu… keluar… mas…. ah… mas…"
"enak nur?"
"ennnnakkkk… ah…...mas.. yang ceepet…. sedot mas….."
akupun mempercepat permainanku di kacang nur, makin banyak gaya aku lakukan, nur makin menggelinjang, mengeraskan otot ototnya.

"ahhh... mass.. sedot mas….." pinta nur sambil menekankan susunya pada mulutku.
hampir seluruh susu nur masuk kemulutku, namun tidak kusedot, karena bisa menghabiskan jatah caca. aku hanya memainkan putingnya dengan lidah, dan kadang meremas dengan bibir.

"akkkuu.. keluar… mas…" pekik nur sambil membanting tubuhnya terlentang, sedotan caca terlepas dengan kasar, begitu juga dengan sedotanku. untung caca tidak menangis, hanya terkaget terus tidur kembali, namun belum nyenyak.
nafas nur memburu, badannya masih mengeras.
"mas.. kamu nakal… aku… enak…." bisik nur sambil mengatur nafas yang memburu.
"tapi suka kan"
"mas.. ni… aku malu…."

setelah nafas nur teratur kembali, akupun bangun, kulucuti celanaku, nur mendelik melihat aku melepas cd, menampakkan kontolku yang tak seberapa namun telah tegang setegangnya.

"mas…" bisik nur memelas,
"gantian nur"
"tapi mas…"

aku buka baju nur yang menggantung di dada, kini nur telanjang dada, aku duduk tepat diatas susunya, aku arahkan kontolku ke mulutnya, berharap dapat kenikmatan juga.

"jangan keluar didalam ya mas"
"lakukan saja, belajarlah menelan punyaku"
"aku tak sanggup mas" pinta nur sambil mengocok kontolku
"makanya belajar"

nur tak menjawab lagi, kini mulutnya telah sibuk melayani kontolku, dimaju mundurkan kepalanya, kadang aku juga ikut memajukan kontolku sehingga nur mengoralnya hingga keseluruhan.
nur seperti orang kesedak, mau muntah tapi tertahan. rasanya enak banget, mulut mungil nur berhasil dimasuki seluruh kontolku.

"enak nur… kayak gini terus…."
nur tidak menjawab, matanya mulai berair. tapi tidak juga menolak mulutnya disodok batang kenikmatan. lidah nur ikut menari, memutari kepala hingga lehernya, sungguh nikmat.

"aku mau sampai nur"
nur menggelengkan kepalanya, tanda jangan keluarin didalam, namun tidak juga melepaskan sedotan di kontolku.
"ahhh.. nur…. sedikit lagi…."
nur menutup matanya, menyiapkan kemungkinan terburuk baginya.

kucabut kontolku, berhamburan lah pejuhku dimuka nur, tak banyak memang tapi cukup untuk menodai wajah manis nur.

"makasih nur" kukecup kening nur yang tidak kena pejuh, sambil kuelus susu kecilnya.
nur tidak menjawab, akupun berpindah, berbaring disampingnya.
kuambil tisu yang berada diujung kasur, kuberikan pada nur, dan dia bersihkan mukanya hingga bersih. lalu nur berlalu kekamar mandi.
dan malam ini kita tidur bertiga seperti keluarga.

Paginya, aku dan nur juga caca berangkat kekota pukul delapan, perjalanan memakan waktu hingga lima jam, bahkan mungkin enam jam, itu karena aku tidak suka ngebut, juga sering berhenti untuk cari jajan dan istirahat sebentar. jalan yang dilalui lumayan bagus, walau tidak semulus di jalan tol. namun banyak destinasi wisata lokal yang dapat disinggahi sepanjang perjalanan. biasanya kalo disopiri jaka, tanpa berhenti, bisa empat jam sampai kota, kalo aku lima jam.

dikota tujuannya sudah jelas, rumah kedua ku, rumah yang aku beli dari kawan yang terlilit hutang ketika final piala dunia digelar. itulah jahatnya judi bagi yang kalah. rumah tersebut kecil namun mewah, berada di kompleks perumahan elit dengan pengamanan super ketat. iuran bulananya saja bisa untuk kredit motor. rumah mungil yang memang dibuat untuk persinggahan, dulu sering dipake pemilik sebelumnya untuk mengurung wanita simpanannya.

sesampainya dirumah, kubuka semua cendela, hidupkan lampu dan ac, lalu kita beristirahat, rencananya besok baru aku menyelesaikan urusanku di dinas provinsi, karena masih capek. caca langsung ditidurkan, caca dan nur kelihatan sangat capek.
akupun mengaduk sendiri kopiku, dan meminumnya disofa ruang tengah, sambil menonton tv.
dirumah ini ada dua kamar tidur, satu kamar tidur utama, dan satu kamar tidur darurat, yang sekarang kelihatannya lebih bisa disebut gudang. jadi anggap saja hanya satu kamar. kamar mandi ada dua, satu di dalam kamar tidur, satu didapur. dari depan ada ruang tamu, kemudian ruang tengah tempat aku nonton sekarang, kemudian dapur. rumah ini berukuran 63, 7x9. ada halaman depan dan garasi didepan rumah. sedangkan dibelakang ada sedikit taman dan tempat cuci dan jemuran.

setelah cici tidur, nur keluar dari kamar utama, dan duduk disebelahku.
"cici tidur?"
"iya mas"
"sini duduk disini" pintaku sambil menepuk pahaku, menyuruh nur duduk dipangkuanku.
nur bergeser, dan duduk di pangkuanku, dia duduk miring, kudepap badan kecilnya, kubaringkan kepalanya di dadaku.

"kamu kurus banget nur"
"mosok si mas"
"iya" jawabku sambil meremas susu nur
"nanti malam kita belanja ya, kamu ada yang mau dicari?" tanyaku
"gak ada mas"

kumasukkan tanganku kedalam kaos nur, melewati perutnya. tanganku langsung meraih susu kecil nir kembali, kusibakkan bh nya, lalu kuremas kedua payudara nur.
"ah.. mas…." desah nur sambil mencari posisi pas duduknya.
"nur"
"iya"
"makan yang banyak ya, biar agak berisi, nanti susumu juga sedikit lebih gedean"
"mas suka yang gede ya"
"yang sedang sedang saja"

kutarik kaos nur hingga terlepas, kubuka juga kaitan bh nur, dan dilepaskannya sendiri.
nur menyembunyikan mukanya di dadaku.
"aku malu mas"
"kenapa malu"
"telanjang"
"kayak baru pertama aja"
"malu mas, punyaku juga kecil"
"gak papa, kecil tapi bagus."

segera kumiringkan kebelakang tubuh nur, dia seperti hampir terlentang, matanya masih terpejam. kutundukkan kepalaku, kubuka mulutku, dan kumulai menyedot susu nur, keduanya bergantian.

"ah… masss…" pekik nur sambil berpegangan pada leherku,
"kenapa nur"
"geli… enak…."
air susu nur mulai keluar, membasahi rongga mulutnya, aku tak terlalu suka saranya, tapi biarlah.
tanganku tak tinggal diam, mulai membuka kaitan celana nur, kuturunkan celana itu dengan dibantu nur dengan mengangkat pantatnya.
kusibakkan cd nur, kuelus gundukan yang tadinya terturup.
"nur"
"i..yaaa.."
"nanti dibotakin saja ya ininya, habisin semua"
"iiiyaaaa...mas…." jawab nur yang agak susah keluar karena kacangnya sedang dibolak balik jariku.

"ah… mas….." erang nur
"mendesahlah, rumah ini aman, caca juga tidur."
"iya mas…., enak…."
nur mulai bebas mendesah, dikeluarkannya ekspresinya tanpa ragu lagi.

"mass… aku.. mau… kelua…..r….."
mata nur masih terpejam, tangannya menjambak rambutku dan meremas pinggiran sofa.
kakinya menegang keras, menghimpit tanganku yang sedang menari di celah nur, ku itari celah itu naik turun, dari kacang hingga lubang anus.

"nikmati saja nur"
"eh.. iyaa… nikmat … mas…"

"mas…."
"mas…. "
"aku keluaaaarrr…."
teriak nur. kali ini ada yang menyembur sedikit mengenai jariku, nur banar benar menikmati.

nafas nur tersengal, matanya tak kunjung dibuka.
kubaringkan nur dinsofa, tubuh kecil nur muat di sofa standar rumah ini,panjangnya masih sisa sedikit, lebarnya masih bisa diisi saru nur lagi.

kuperhatikan wajah dan tubuh nur, dadanya naik turun dengan cepat.

"mas… aku malu…" manja nur sambil membuka matanya.

aku rasa nur sudah siap, kubuka bajuku, celanaku, kaos dalam dan cd. aku telanjangi duriku sendiri. kali ini nur melihatku dengan senyum.
nur bangkit, dia duduk tepat didepanku, disambutnya kontolku, dielusnya pelan, dikocoknya ringan. dan dimasukkannya kemulut mungilnya.

maju mundur kepala nur mengoralku, nur memang pintar dalam hal ini.

"ah. enak.., terus,"
nur tak menjawab, hanya sedikit senyum terlihat di pipinya.

cukup lama nur mengoralku, dilepaskannya sedotan, dan dikocoknya lembut. aku dorong tubuh nur, hingga kembali terlentang, dan kunaiki tepat diatas tubuhnya.
nur dengan sendirinya meregangkan pahanya, memberikan vafinanya untuk aku nikmati.

"mas… aku suka.." kata nur sambil merangkul leherku, dan menariknya kebawah. kulumat bibirnya kuremas susunya.
nur merangkulku dengan tangan kirinya, dan meraih kontolku dengan tangan kanannya, diarahlannya kontol kerasku ke lubanh vaginanya.

"kali ini keluar didalam ya mas.." canda nur
"iya dong" jawabku

kontolku yang diarahkan nur sudah berada pada posisinya, kudorong dengan pelan dan pasti.

"ahhh.. mass... masukk… mas… penuh" rancu nur ketika vaginanya kuisi dengan kontol hingga tertelan semua.

kugenjot pelan vagina nur, belum ada seminggu gak dipakai, rasanya makin sempit saja, tak disangka vagia ini sudah dipakai buat beranak dua kali.
"enak punyamu nur, sempit"
"punya mas juga, penuh rasanya"
"aku mau tiap hari nur"
"ah… jangan mas… capek…"
"tapi kamu mau kan…"
"terserah mas saja, aku pasrah…"

"ahh.. yang cepet mas…."
"iya nur"

keringat mulai bercucuran, susu nur juga berhamburan karena aku remas dengan gemas. nur benar benar nikmat hari ini.

"mas… aku mau keluar lagi mas…."
aku pacu lebih cepat lagi genjotanku, kusedot dada nur, dan kuremas yang satunya.

"enak.. mass….aku… keluar….."
nur mendekapku erat, kakinya mengunci kakiku, tubuhnya kaku seperti kayu.
terasa semburan kecil mengenai kontolku.
kini nur tergolek lemas, nafasnya lebih memburu dibanding sebelumnya.

"mas… aku malu.. jangan dilihatin…." nur merengek
"mosok malu, baru aja keluar dua kali"
"ah mas ni…"

"kamu kok keluarnya bisa nyembur sekarang nur"
"memang bisa kok mas, cuma sedikit"
"iya, rasanya baru hari ini kamu begitu"
"aku sudah bisa menikmati mas, makasih ya"
"tak usah berterimakasih, kan aku yang mau make kamu."
"tapi aku juga enak mas, sudah iklas mas pake"
"bagus lah"

"mas mau aku nungging?"
"boleh"

nur pun berbalik dan menunggingkan pantatnya, diposisikan pantatnya hingga dapat memekarkan vagina kecilnya.
kuarahkan kontolku, kumasukkan ke vaginanya, pelan kumasukkan, lebih sempit dan bisa lebih dalam.

"ah… mas… pelan mas…."

tubuh nur hampir tidak ada lekukannya pundak, perut, pantat hampir sama lebarnya. tapi pantatnya kenyal sekali, kugenjot pelan sambil meremas pantat nur, lubang anus nur kadang terlihat, kecil, satu jaripun tak bisa masuk.

"mas… itu jangan.." larang nur waktu aku memainkan lubang anus nut, kutekan pelan dengan ujung jari.

"kenapa tak boleh nur"
"jangan"
"kalo aku mau gimana nur"
nur tak menjawab, hanya diam saja
"jangan mas, aku gak mau kalo itu" jawab nur lirih.

aku tak mau ambil resiko, nur mulai nyaman, aku tak mau merusak momennya.

kupercepat sedikit genjotanku, nur mulai mengerang kembali, desahannya cukup dominan dirumah ini.

"nur aku mau sampai nur"
"aku juga mas, cepetin aja mas… enak"

kugenjot vagina nur secepat yang aku bisa, kuremas kedua pantat nur, dan terlihat nur sedang meremas susunya sendiri.

"mas… aku keluar … lagi….."
"aku juga nur……"

kita pun mendapat puncak yang bersamaan, semburan kecil nur masih terasa kali ini. akupun menyemburkan semua pejuhku di rahim nur.

selesai menikmati, kami rebah bersama, nur terbaring miring didepanku, dan aku memeluknya dibelakang, kontolku belum tercabut, dan kita tertidur berdua dalam keadaan telanjang bulat, diselimuti keringat dan birahi.
maknyus sampeyan hu...
jadiin anak dari nur la hu...biar ada konflik heheh
suwun update nya hu
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd