Chapter 4
Dasar Cewek Aneh
Hari yang melelahkan. Setelah satu minggu dihajar sama soal-soal tentang Kalkulus, Mekanika Fluda, Alat Ukur, dan teman-tamannya. Akhirnya saat ini selesai juga. Untuk masalah nilai dipikir entar. Kalaupun entar nilaiku jelek, satu kelas paling juga sama. Kecuali kalau ada dosen pilih kasih. Itu beda cerita.
Seperti semester-semester sebelumnya, setelah ujian pasti ada yang namanya libur 1-2 bulan tergantung situasi sih. Di sela waktu tersebut biasanya digunakan untuk yang ingin mengambil semester pendek ataupun cari pekerjaan sampingan. Tapi untuk orang yang super sibuk sepertiku gak ada waktu untuk mikir hal begituan. Karena aku harus sering menghadiri rapat.
Sesuai jadwal yang telah ditentukan, malam ini akan diadakan rapat rahasia yang bertempat di rumahku. Karena sangat berpengaruh dengan kesuksesan misi yang kami jalani, maka rapat kali ini akan di hadiri oleh semua kepala bidang yang bersangkutan.
Semua persiapan sudah siap, tinggal nunggu mereka datang. Karena sekarang masih habis magrib dan jadwal rapat habis isya'. Jadi sambil nunggu, aku rebahan di ruang tamu.
Saat sedang fokus gelamun dan bayangin yang enak. Aku liat ibuku pakai baju rapi, mau kemana coba magrib-magrib gini?
"Kemana buk?", tanyaku,
Aku yang tadinya rebahan, langsung bergegas duduk.
"Mau ke rumahnya pak joko. Istrinya lahiran".
"Loh? Kapan lahirnya buk?".
"Baru seminggu yang lalu".
"Anaknya cewek tau cowok buk?"
"Kata ibu-ibu yang lain, anaknya perempuan".
"Kira-kira cantik gak buk?", tanyaku makin antusias.
"Ya pasti cantik lah, bu susi kan cantik".
"Punya pacar belum buk?", tanyaku lagi
"Kamu tanya apaan. Emang mau sama anak bayi?"
"Udah udah, ibuk mau berangkat dulu. Udah di tunggu ibu-ibu lain", lanjutnya.
"Ehh. Iya buk iya".
"Jagain rumah, jangan main terus kerjanya, sekali-sekali bantu ibuk di rumah. Kamukan tau keadaan ibuk gimana. Harapan ibuk sekarang itu cuma kamu saja".
"Iya buk, aku paham kok"
"Udah di tunggu tuh, entar telat buk", lanjutku.
"Hadeh, kamu kalau dibilangin cuma "iya iya" terus"., ucapnya lagi.
"Iya buk. Aku gak bakal kecewain ibuk kok"., jawabku pelan sambil menundukkan kepala.
"Semoga saja. Ya udah ibuk berangkat dulu. Assalamualaikum",
"Waalaikum salam, hati-hati di jalan buk"
"Iya".
Aku lihat ibuku berjalan keluar rumah dan menutup pintu dari luar. Beginilah keadaan keluargaku. Aku tinggal di rumah ini cuma bersama ibuku saja. Beliaulah yang berjuang untuk selama ini. Bapak? Entah aku gak tau dimana dia sekarang. Sejak kelas 5 SD aku sudah tidak bertemu dengannya lagi.
Dulu dari kecil sampai SMP, aku tinggal bersama kakek nenekku. Karena saat itu bapak dan ibuku bekerja di kota jakarta. Sebenarnya kami sudah punya rumah sediri tapi karena saat itu aku masih takut tinggal sendiri jadi memilih untuk tinggal bareng kakek nenekku.
Kelas 5 SD aku sudah sunat. Tapi saat ibuku pulang, bapakku tidak ikut pulang. Saat aku tanyakan ke ibu, beliau cuma menjawab kalau bapak lagi kerja dan belum bisa pulang. Saat itu aku belum berfikir apa-apa. Bahkan saat lebaran pun bapak tidak pulang. Tapi setelah masuk SMP ibuku baru bilang kalau mereka bercerai. Untuk pertama kalinya aku lihat ibuku menangis,
semoga itu yang terakhir. Mulai saat itulah aku berjanji gak akan buat ibuku menangis lagi. Bahkan sampai saat ini aku gak berani menanyakan penyebab mereka bercerai.
Ahh. Jadi buat cerita sedih. Padahal aku gak mau bahas ini lagi. Cukup semua itu jadi masa lalu.
ooOoo
"Rapat kita mulai", ucapku.
Ruang tamu yang telah ku sulap menjadi tempat rapat. Dengan satu meja panjang dengan ditambakan 8 buah kursi dan juga tersedia beberapa camilan yang tersedia di atas meja. Sangatlah mendukung untuk kelancaran rapat kali ini.
"Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa, karena atas ridho-Nya kita dapat berkumpul di sini untuk melaksanakan Rapat ke 46 Clan
Pejuang Warok. Saya juga mengucapkan terima kasih atas hadirnya
Wakil Ketua, saudari
Dewi larasaty nickname
Quenn Dewi TH 9",
"Iya ketua,
Bobiboy King", balas Dewi sambil senyum.
Woww. Senyumnya itu loh manis banget. Bikin Spek.... Spek... Spek... Apaan ya? Udah pokoknya itu. Sampe bengong 3 detik aku.
"Lalu saya mengucapkan terima kasih atas hadirnya
Kepala Bidang 1: Pertahanan dan Strategi, saudara
Rivaldi Anggara nickname
Sang Rival TH 9 beserta wakilnya saudara
Aldo Febri Samudra nickname
AFeS TH 9"
"Terima kasih Ketua", jawab mereka berdua.
"Saya juga mengucapkan terima kasih atas hadirnya
Kepala bidang 2: Keanggotaan dan Donasi, Saudari
Amelia Widya Astuti nickname
Pejuang Cantik TH 9 beserta wakilnya saudari
Indriani Saputri nickname
Genduk Indri TH 8"
"Iya Bobi yang ganteng, hihihi", ucap Amel genit.
"Akhirnya tau rumahnya Bobi juga ya Mel", Indri menambahkan.
Waduh ini nih. Bakal jadi masalah gak ya?
"Hus hus. Ganjen amat kalian", sindir Gara.
"Si botak
gak usah melu-melu!!!", balas Amel menghina.
"Ap..."
"Udah-udah.
Malah tukaran", potongku.
Gara dan Amel mereka itu bagaikan kucing dan anjing. Setiap kumpul gini mereka selalu berantem cuma karena hal kecil.
"Saya lanjutkan. Saya mengucapkan terima kasih atas hadirnya
Kepala Bidang 3: Penyelidikan dan Penyusupan, saudara
Ferry andika nickname
Kapal Ferry TH 9 beserta wakilnya Saudari
Ruly Anggraini nickname
R.A", kuselesaikan pembuka rapat kali ini.
"Iya iya", balas Ferry. Sedangkan Ruly cuma diem seperti biasa.
"Kalian sudah siap?" Tanyaku
"Siap ndan", jawab mereka serempak kecuali Ruly
Ruly ini oranganya pendiem pake banget. Biasanya dia cuma ngomong seperlunya saja. Bahkan aku gak pernah denger dia ngomong lebih dari satu menit. Bener-bener misterius cewek ini.
"Hahaha... bagus bagus. Kalian cocok kalau jadi bawahanku"
"
Gasut, sok formal dia", sindir Gara.
"Latihan bro, latihan. Siapa tau kelak jadi bos besar, membawahi semua perusahaan di Indonesia bahkan dunia. Kan enak kalau udah punya pengalaman. Hahahaha", ucapku besar mulut.
"Mulai ngayal lagi dia", sindir Gara lagi.
"Biarin aja Gar. Otaknya kan udah digadein kemaren. Di tuker sama
sego pecel", Ferry menambahi.
"Ahhhh. Kalian begitu karena iri sama aku. Hahaha".
"Udah, kapan kelarnya ini", potong Ruly.
Seketika semua orang yang berada disini memandang ke Ruly. Sungguh ajaib dia mau ngomong diluar topik Clan. Biasanya dia cuma mau ngomong kalau udah bahas
COC. Diluar itu dia cuma diem.
"Bercanda Rul, kan biar gak bosenin", ucapku. Siapa tau dia mau ngomong lagi.
Dan hasilnya apa? Di cuekin. Bahkan dia gak lihat aku sama sekali waktu aku ngomong gitu.
"Ya udah kita langsung ke topik aja. Gimana hasil
War Gar?".
"Sorry, dua minggu gak buka
COC aku. Fokus ke ujian". Lanjutku
"Kemaren kita kalah tipis. Aku udah berusaha mengkoordinir anak, tapi ya masih ada aja yang gak ngeluarin
Spell saat
Battle War".
Waduh aku nih yang di maksud.
"Sorry bro, kan udah aku jelasin kalo
lost conention. Hehehe", sangkalku.
"Masa sih gara-gara itu? Bukan karena cewek
toh?"
Ngalamat ini ngalamat. Dia bisa tau dari mana. Padahal aku gak pernah cerita ke siapapun. Pasti ini ada mata-mata disekitarku. Harus lebih hati-hati ini.
"Malem minggu aku liha kalian di taman", jelasnya. Mungin dia lihat aku bingung.
"Emang itu siapa bob? Pacar?", tanya Dewi yang kayaknya antusias.
"Bukan kok Wi, cuma kuliah aja". Sangkalku lagi.
"Ya udah aku jelasin secara jujur. Waktu itu hp yang aku pegang jatuh saat itu cewek ngagetin. Karena fokus marah-marah ke dia, aku jadi lupa kalau masih
Battle War. Sekali lagi maaf", lanjutku.
Gara cuma manggut aja waktu aku bilang gitu. Sedangkan yang lainnya cuma diam. Mungkin mereka kecewa denganku. Memang dampak dari waktu itu sangatlah besar. Semua pemain tau, kalau dalam
Clan War nomer urut 1-10 bisa di katakan penentu kemenangan. Dan aku sebagai nomer 1, malah membuat kesalahan yang fatal.
"Udahlah, tenang. Yang lalu gak usah diungkit. Kita sekarang mikir
War selanjutnya aja. Jangan sampai hal seperti ini menyebabkan perpecahan", ucap Ferry menengahi.
"Haha. Bener kata Ferry" ucap Amel juga.
"Gak usah di pikirin lagi Bob, cukup dengan traktir kita-kita aja sebagai permintaan maaf", lanjutnya.
"Huuuu, maumu aja itu", ucap yang lain. Dan lagi-lagi kecuali Ruly.
"Oke. Kapan" aku traktir. Setelah selesai
War selanjutnya. Kita kumpul di tempat biasa".
Mungkin dengan ini, bisa mengurangi rasa bersalahku.
"Thank yo semua, sekarang kita kembali bahas rencana kita", ucapku lagi.
"SIAP KOMANDA. Hahahahahah", jawab mereka kompak.
ooOoo
Lagi-lagi aku berada disituasi yang membingungkan. Saat ini aku dalam perjalanan nganter Dewi pulang. Katanya dia tadi waktu kerumahku diantar sama kakaknya. Karena kakaknya gak bisa dihubungi sedangkan temen-temen yang lain udah pada boncengan, terpaksa aku yang ngaterin dia pulang. Dan yang aku bingungin sekarang ini. Gimana entar jelasin sama orang tuanya, soalnya ini udah lewat jam 10 malem.
"Bob".
Belum lagi kalau entar ketemu sama pemuda dilingkunganya. Bisa berabe urusannya.
"Bob".
Bukannya takut sih. Tapi ini demi menjaga nama baikku dan nama baiknya. Kan kasihan kalau kita di kira aneh-aneh.
"BOB. BOBI".
"Ehhh iya Wi iya, ada apa?", tanyaku kaget.
"Di panggilin dari tadi juga".
"Maaf maaf, lagi mikir tadi. Hehehe".
"Mikir apaan emang Bob?".
"Bukan masalah yang penting kok Wi. hehehe".
"Owhh".
"Eh Bob, aku boleh tanya gak?".
"Iya Wi, tanya aja".
"Tapi entar kalau kamu gak mau jawab gak papa".
"Emang mau tanya apaan
to?", tanyaku bingung.
"Hemmm, cewek yang dimaksud sama Gara tadi emang siapa sih?", tanyanya ragu.
"Owalah... Namanya Anas. Aku kenal dia udah dari SMP, saat itu aku di tuduh nyuri sepedanya. Hahaha", mengenang saat itu tetep saja lucu.
"Tapi beneran kalian gak pacaran?" Tanyanya lagi.
"Enggak kok. Emang ada apa Wi?"
"Gak ada apa-apa kok Bob", jawab dia sambil senyum.
"Beneran?", tanyaku
"Udah ah. Gak usah di bahas. Kita udah hampir nyampek rumah. Itu rumahku yang warna biru".
Setelah masuk halaman rumahnya dan motor telah terparkir disana. Kami berjalan ke depan pintu rumah.
Tok tok tok
"Assalamualaikum", salam kami berdua.
"Waalaikumsalam", aku dengar suara wanita dari dalam rumah.
Keluarlah wanita setengah baya dari dalam rumah. Dilihat dari wajahnya beliau kelihatannya ibunya Dewi. Aku ikut-ikutan Dewi ketika cium tangan.
"Kamu siapa?", tanya ibu tersebut.
"Saya Bobi Buk. Te...".
"Pacarnya Dewi", potongnya.
"Bu...".
"Iya Mah. Dia pacarku", potong Dewi.
Hah??
Aku cuma bengong sambil ngelirik Dewi. Dan dia cuma senyam-senyum saja.
"Ya udah ayo masuk dulu, Ayah lagi nonton Tv itu", ucap beliau.
"Ehh, gak usah Buk. Udah malem ini, gak enak kalau bertamu", tolakku.
"Sekalian ini mau pamit dulu Buk. Aku pamit dulu ya wi", lanjutku.
"Loh, gak masuk dulu ketemu sama ayahnya Dewi?"
"Kapan-kapan saja Buk, kalau kesini lagi".
"Ya udah, hati-hati di jalan. Sering-sering main kesini". Ucap beliau lagi
"Hati-hati ya Bob", Dewi menambahi.
"Permisi Buk, wi. Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam", jawab mereka.
Setelah cium tangan dengan ibunya Dewi aku berjalan menuju tempat aku parkir montor. Saat sudah nyalain motor aku lihat Dewi keluar rumah lagi dan menuju kearahku.
"Ada apa lagi Wi?", tanyaku.
"Enggak kok. Cuma mau ngucapin makasih karena udah nganteri", jawannya.
"Lah, tenang aja Wi. Cuma nganter doang ju..."
Cup
Ini cewek kenapa coba? Tiba-tiba nyium pipi.
Dasar Cewek Aneh
Ditunggu Lanjutannya