Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kegagahan Ayah Mertua

Bimabet
Ranjang dan Selangkangan

Sehabis subuh aku terbangun dari tidurku sedangkan ayah masih terlelap. Kami masih tetap dengan keadaan sama-sama telanjang. Saat aku terbangun, aku juga tetap posisi memeluk ayah mertuaku. Kemudian aku bangkit dari tidurku. Kukenakan segera bajuku dan segera pergi ke kamarku sendiri. Aku takut anakku sudah bangun. Ternyata kulihat anakku juga masih tertidur.

Sebenarnya aku tetap ingin di kamar ayah. Tetap tertidur sambil memeluk ayah hingga ia terbangun. Tetapi aku tidak tega jika melihat anakku terbangun dan tidak ada aku di sampingnya. Anakku bangun sekitar pukul enam pagi. Lalu aku menyuruhnya mandi sementara aku memasak di dapur. Selesai mandi, anakku lalu menonton teve di ruang tamu. Aku melanjutkan memasak untuk sarapan kami.

Saat aku sedang memasak, secara mengagetkan, ayah memelukku dari belakang.

“Ayah,” ucapku kaget karena ayah datang secara tiba-tiba. Aku langsung berusah melepaskan tangan ayah. “Ada Rizal lho!”

“Dia lagi di depan kan?” kata ayah dengan tenang. Ia tetap memelukku.

Kulihat ayah hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada.

“Nanti dia masuk gimana?”

“Tenang aja,”

Tangan ayah mulai bergerak nakal ke dadaku. Ia mulai meremas pelan susuku yang terbalut daster. Sementara di bagian belakang aku merasakan selangkangan ayah mulai mengeras. Aku merasakan lewat bagian bokongku. Aku jadi kurang fokus terhadap kegiatan memasakku.

“Udah, Yah,” kataku. “Nanti ketahuan lho!”

Tiba-tiba ayah mematikan kompor yang sedang menyala. Kemudian ayah menarikku dan menempelkanku ke salah satu sisi gedek dapur. Setelahnya ayah langsung mencium bibirku. Aku pun langsung membalas ciumannya. Kami mulai berpagutan. Saling melumat bibir masing-masing. Entah kenapa aku langsung tidak khawatir pada keberadaan anakku yang bisa saja datang tiba-tiba ke dapur.

Tangan ayah mulai mengangkat bagian bawah dasterku. Tangannya langsung masuk bagian selangkangan. Aku sedang tidak mengenakan pakaian dalam sehingga ayah dengan mudah meraih apa yang ditujunya. Kurasakan salah satu jari ayah sudah bergerak-gerak di bibir vaginaku.

Sementara itu tangan yang lain meremas susuku. Sedangkan ciumannya sudah terlepas.

“Ahhh…” desahku merasakan permainan jari ayah di selangkangan.

Birahiku jelas bangkit. Sebagai respon, aku mulai meraih selangkangan ayah. Kontolnya sudah mengeras. Tanganku menyelinap masuk ke dalam celana pendek ayah. Langsung saja kugenggam burung perkasanya itu.

“Ahh…ahhh…” aku kembali mendesah. Jari ayah sudah menyentuh bagian klitorisku. “Yahh…”

Aku sudah mulai tidak tahan dengan rangsangan ayah. Aku ingin segera merasakan seperti semalam.

“Ayoo…yaahhh…” ajakku pada ayah. Tapi ayah tidak menghiraukan permintaanku.

Saat aku sedang merasakan nikmat dari rangsangan ayah, tiba-tiba anakku memanggilku.

“Buuu…” panggil anakku.

Aku dan ayah langsung buru-buru menghentikan percumbuan kami. Ayah langsung buru-buru kembali ke kamarnya. Aku segera merapikan dasterku. Anakku datang dan mengatakan bahwa ia sudah lapar.

“Sebentar lagi ya, itu masih dimasak lauknya,” kataku menenangkan anakku.

Segera aku menyelesaikan memasakku. Setelah selesai, aku menyiapkan makan untuk anakku dan ayahku. Mereka berdua langsung makan bersama di dapur. Sementara itu, aku memilih untuk mandi.

Tanpa kuduga, saat aku sudah ada di kamar mandi, ayah mengetuk pintu dari luar.

“Mau apa, yah?” tanyaku.

“Buka,” pinta ayah. “Ayah juga mau mandi.”

“Lho, Rizal mana?”

“Dia sudah pergi main.”

Entah kenapa aku langsung mengikuti permintaan ayah. Perlahan aku membuka pintu dan kudapati ayah sudah berada di sana. Ia langsung masuk ke kamar. Tanpa banyak kata, ayah langsung membuka pakaian yang ia kenakan. Ia langsung jadi bertelanjang. Sedangkan aku sendiri, sudah bertelanjang dari awal.

“Ayah kok nekat sih?” tanyaku.

“Tenang aja. Aman kok.”

Ayah kemudian langsung menghampiriku dan memelukku. Aku hanya diam saja saat ayah melakukan itu padaku. Seolah aku juga ingin melakukannya. Aku pun membalas pelukannya. Selanjutnya kami sudah saling mendaratkan ciuman di bibir masing-masing.

Tubuh kami saling menempel satu sama lain. Dadaku menempel ke dadanya. Ada sensasi lain saat kulit tubuh kami saling menyentuh. Sementara itu kontol ayah menempel di perutku dan sudah mengeras. Tangan ayah meremas kedua payudarku secara bergantian. Dan aku tidak mau kalah, kuraih juga kontolnya dan mulai melakukan gerakan mengocok secara perlahan.

“Mmpphh…” Kami tetap saling berciuman. Birahiku semakin menanjak.

Ciuman ayah kemudian turun ke bawah ke bagian dadaku. Aku memegangi kepala ayah yang sibuk melahap kedua susuku secara bergantian. Sementara tangan ayah mulai bermain di selangkanganku. Aku jadi tambah bernafsu.

Puas dengan ciuman di dada, ciuman ayah terus turun ke bagian perut dan berlanjut ke area selangkangan. Ayah menaikkan satu kakiku dan ditempatkan di atas WC. Ayah melakukannya agar ia semakin leluasa melumat selangkanganku.

Tak butuh waktu lama, kurasakan bibir ayah sudah menempel di memekku. Lidahnya juga mulai bergerak-gerak di sana.

“Ahhh…” desahku.

Lidah ayah kurasakan mulai menjilati bagian klitorisku. Aku semakin tidak tahan dengan rangsangan ayah. Aku merasa pasti memekku sudah sangat basah.

“Yahh…ee…naakk...oohh…” aku terus saja mendesah.

Ayah tidak memerdulikanku. Ia terus saja asyik dengan permainan lidahnya di memekku. Lidah ayah sangat lihat bermain di sana. Ia seolah tahu bagian-bagian sensitifku. Namun, karena aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan birahi yang kian memuncak, aku menghentikan permainan ayah.

“Yahh…ayo…masukin…” pintaku. “Aku udah ga kuat…”

Kulihat ayah tersenyum melihatku meminta seperti itu. Mungkin ia merasa berhasil membuatku meminta terlebih dahulu. Ia pun langsung menuruti apa yang kupinta padanya.

Ayah memilih duduk di lantai kamar mandi. Kakinya berselonjor dan kontolnya jadi terlihat tegak mengacung ke atas. Ayah memintaku untuk duduk di atasnya. Tanpa banyak omong, aku mengikuti perintah ayah. Aku mengangkangi paha ayah lalu menurunkan pantatku. Kemudian aku meraih kontol ayah dan segera kuarahkan kontol itu ke lubang memekku.

Meskipun sudah sangat basah, tapi aku tetap memilih untuk pelan-pelan saja memasukkanya ke memekku. Dengan gerakan menurunkan bokongku, perlahan kontol ayah menyeruak masuk dan memenuhi ruang-ruang di dalam vaginaku. Sampai akhirnya kurasakan kontolnya sudah mentok.

“Ahhh…” aku mendengar ayah mertuaku mendesah.

Nikmat rasanya saat kontol ayah sudah masuk. Kudiamkan sejenak di dalam memekku sambil aku mencium bibir ayah. Ah, kami sudah bagaikan suami istri. Kini aku sudah tidak canggung lagi untuk memulai semuanya terlebih dahulu. Selama aku ingin, aku pasti tidak akan malu untuk meminta ayah memuaskanku.

“Mmphhh…”

Sambil tetap berciuman, aku mulai bergerak naik turun. Kontol ayah kurasakan keluar masuk di memekku. Kurasakan tangan ayah kembali melakukan remasan di bagian dada. Perlahan dimulai dari remasan. Terkadang ia juga memainkan putingku dengan jari-jarinya. Itu membuatku merasa geli dan keenakan.

Kini giliranku yang bermain di leher ayah. Aku sudah tidak peduli lagi. Yang kuinginkan saat ini adalah memuaskan ayahku dan ayah memuaskanku. Aku jilati hampir seluruh bagian lehernya sambil tetap bergerak naik turun.

Ayah tidak mau tinggal diam. Dia kini mulai kembali melahap payudaraku. Kedua susuku itu langsung ia caplok dengan mulutnya. Ia sedot-sedot dengan buasnya. Ia seperti seorang bayi yang kehausan dan menyusu pada ibunya. Tak lupa juga, lidahnya ia main-mainkan di puting susuku. Menjilat dan berputar-putar. Aku hanya bisa mendongakkan kepala menahan rasa nikmat di dada dan memekku.

“Ahh…yaah...tte…russs…aahh…sshh….” aku mendesah tak keruan. Gerakanku pun semakin cepat. Kontol ayah juga mulai cepat keluar masuk di memekku. Kontol itu seperti mengoyak-oyak seluruh bagian dalam memekku karena ukurannya yang sangat perkasa. Aku ingin terus merasakan kontol itu.

“Yahh…ee…naakkk…aahh…” desahku lagi.

“Aa…paa…nyaa…?” tanya ayah memancing.

“Kon…ttooll…”

“Kontol…siiapaa?” tanya ayah lagi, memancing.

“Aa…yaahh…ohh…”

Gerakanku semakin tidak terkontrol. Aku semakin cepat bergerak naik turun. Kadang juga aku melakukan goyangan pada pantatku untuk menambah kenikmatan pada kontol ayah mertua. Dan juga untuk mengimbangi rasa nikmat yang diberikan ayah.

“Yaahh…akk…kuu…” kurasa aku akan segera mencapai puncak kenikmatanku. Dan benar, aku memeluk ayahku dengan erat. Sementara pantatku semakin kuturunkan agar kontol ayah makin masuk ke dalam memekku. Memekku, kurasakan, semakin menjepit ke kontol ayah.

Ayah belum sampai pada puncaknya. Tak lama setelah aku sampai, ayah memintaku bangun dan berpegangan pada pinggiran bak mandi. Ayah juga memintaku untuk sedikit menungging. Ya, ayah ingin menyetubuhiku dari belakang. Sambil memegangi kontolnya, ayah mulai mengarahkannya ke memekku. Ia memintaku sedikit membuka paha agar lebih mudah.

Perlahan ayah mulai memasukkan kontolnya. Karena dari arah belakang, ayah sedikit kesusahan. Tetapi setelah dengan usaha yang cukup, akhirnya kontolnya bisa masuk dan ayah langsung melakukan gerakan menyodok memekku.

“Plok…plok…plok…” Bunyi yang dihasilkan karena pertemuan pantatku dan selangkangan ayah.

Tangan ayah meraih bagian susuku dan kembali meremasnya. Juga tak lupa ia mainkan puting susunya. Sementara itu, gerakan menyodok ayah makin bertambah cepat.

“Ahh…ahhh…” aku pun kembali mendesah. Kurasakan ciuman ayah sudah berada di tengkukku. Oh, ini semakin membuatku merasa terangsang.

“Yaah…cee…peenttinn…aahh…” pintaku pada ayah. Aku ingin ayah semakin mempercepat sodokannya di memekku.

Salah satu tangan ayah kemudian kurasakan turun ke bagian memekku dan meraih bagian paling sensitifku. Jarinya langsung mengarah ke klitorisku dan mulai ia mainkan. Jadilah aku makin tidak kuasa menahan birahi.

“Ahhh…ohh…yaaah…”

Ingin rasanya aku memeluk ayahku dan menciumnya dengan sepuasanya untuk meredam rasa nikmat yang dibuat oleh ayahku ini. Sementara itu ayah terus saja menyodok tanpa henti. Sampai akhirnya, aku kembali orgasme.

“Ohhh….” Badanku langsung ambruk. Apalagi saat di puncak, ayah terus memberikan rangsangan di klitoris. Untung saja ayah masih menahan badanku.

Akan tetapi, ayah tidak menurunkan ritme sodokan kontolnya. Badanku terguncang-guncang karena gerakan ayah. Namun, pada akhirnya, aku juga tidak mampu menahan puncak kenikmatannya.

“Rii…riinnn…” Ayah langsung menarik kontolnya dan spermanya langsung muncrat di bagian pahaku. “Ahhh...ahhhh…”

Akhirnya kita bisa saling memuaskan satu sama lain. Apalagi aku bisa mencapai orgasmeku hingga dua kali. Tapi badanku sudah cukup remuk. Selepas bercinta, kami langsung membersihkan diri. Kami saling menyabuni badan kami satu sama lain.

Selesai mandi, ayah berpesan padaku, “Ayah hari ini tidak ke sawah. Ayah ingin kita bercinta sepuasnya.”

Ucapan ayah benar-benar dibuktikan olehnya. Satu jam setelah mandi, ia kembali menggodaku yang saat itu sedang asyik menonton teve. Tiba-tiba ayah langsung mengunci pintu rumah. Aku kaget dan bingung melihat itu. Tanpa kuduga, ia langsung melepaskan baju dan bertelanjang di depanku. Aku paling tidak bisa melihat ayah mertuaku bertelanjang. Apalagi sesuatu yang menggantung di bagian selangkangannya. Jadilah aku luluh dengan rayuan ayah. Aku langsung mengajaknya ke kamar dan kami pun kembali bercinta.

Kami dibangunkan oleh panggilan Rizal, anakku, yang tidak bisa masuk karena semua pintu dikunci. Kami bangun dan segera merapikan diri. Ayah pergi ke kamarnya. Ayahku meminta untuk makan siang. Kusiapkan makan untuknya dan ayah juga. Pada saat sibuk menyiapkan, ayah kembali menggodaku. Ia memelukku dari belakang. Pada saat itu, Rizal anakku juga berada di dapur. Untungnya dia membelakangi kami.

“Yah, lepas,” pintaku. Tapi tangannya erat memelukku. Ia semakin nakal saja. Tetapi, aku harus mengakui bahwa kenakalannya itu, juga membuatku bahagia. Perasaan was-was yang bercampur nafsu membuat itu terasa semakin asyik untuk dilakukan.

Selepas makan, Rizal rupanya mengantuk dan ia langsung tertidur. Ini kesempatan bagi aku dan ayah untuk kembali berduaan. Dan ayah benar-benar memanfaatkan itu dengan baik. Aku diajak ke kamarnya dan kami kembali bercinta. Kami sudah layaknya pasangan pengantin baru yang terus ingin bercinta setiap saat.

Sebagai ‘istri’, aku hanya menuruti permintaan ayah. Aku sudah takluk padanya. Aku pasrah pada perbuatan ayah. Aku rela diperlakukan seperti apa pun oleh ayah. Kegagahan ayah mertuaku membuatku terbuai dan lupa siapa aku sebenarnya. Keperkasaannya membuatku ingin terus digagahi olehnya. Ya, kami seolah bagai suami istri yang baru membina rumah tangga: setiap harinya hanya berurusan dengan ranjang dan selangkangan.

Bersambung~
 
Ranjang dan Selangkangan

Sehabis subuh aku terbangun dari tidurku sedangkan ayah masih terlelap. Kami masih tetap dengan keadaan sama-sama telanjang. Saat aku terbangun, aku juga tetap posisi memeluk ayah mertuaku. Kemudian aku bangkit dari tidurku. Kukenakan segera bajuku dan segera pergi ke kamarku sendiri. Aku takut anakku sudah bangun. Ternyata kulihat anakku juga masih tertidur.

Sebenarnya aku tetap ingin di kamar ayah. Tetap tertidur sambil memeluk ayah hingga ia terbangun. Tetapi aku tidak tega jika melihat anakku terbangun dan tidak ada aku di sampingnya. Anakku bangun sekitar pukul enam pagi. Lalu aku menyuruhnya mandi sementara aku memasak di dapur. Selesai mandi, anakku lalu menonton teve di ruang tamu. Aku melanjutkan memasak untuk sarapan kami.

Saat aku sedang memasak, secara mengagetkan, ayah memelukku dari belakang.

“Ayah,” ucapku kaget karena ayah datang secara tiba-tiba. Aku langsung berusah melepaskan tangan ayah. “Ada Rizal lho!”

“Dia lagi di depan kan?” kata ayah dengan tenang. Ia tetap memelukku.

Kulihat ayah hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada.

“Nanti dia masuk gimana?”

“Tenang aja,”

Tangan ayah mulai bergerak nakal ke dadaku. Ia mulai meremas pelan susuku yang terbalut daster. Sementara di bagian belakang aku merasakan selangkangan ayah mulai mengeras. Aku merasakan lewat bagian bokongku. Aku jadi kurang fokus terhadap kegiatan memasakku.

“Udah, Yah,” kataku. “Nanti ketahuan lho!”

Tiba-tiba ayah mematikan kompor yang sedang menyala. Kemudian ayah menarikku dan menempelkanku ke salah satu sisi gedek dapur. Setelahnya ayah langsung mencium bibirku. Aku pun langsung membalas ciumannya. Kami mulai berpagutan. Saling melumat bibir masing-masing. Entah kenapa aku langsung tidak khawatir pada keberadaan anakku yang bisa saja datang tiba-tiba ke dapur.

Tangan ayah mulai mengangkat bagian bawah dasterku. Tangannya langsung masuk bagian selangkangan. Aku sedang tidak mengenakan pakaian dalam sehingga ayah dengan mudah meraih apa yang ditujunya. Kurasakan salah satu jari ayah sudah bergerak-gerak di bibir vaginaku.

Sementara itu tangan yang lain meremas susuku. Sedangkan ciumannya sudah terlepas.

“Ahhh…” desahku merasakan permainan jari ayah di selangkangan.

Birahiku jelas bangkit. Sebagai respon, aku mulai meraih selangkangan ayah. Kontolnya sudah mengeras. Tanganku menyelinap masuk ke dalam celana pendek ayah. Langsung saja kugenggam burung perkasanya itu.

“Ahh…ahhh…” aku kembali mendesah. Jari ayah sudah menyentuh bagian klitorisku. “Yahh…”

Aku sudah mulai tidak tahan dengan rangsangan ayah. Aku ingin segera merasakan seperti semalam.

“Ayoo…yaahhh…” ajakku pada ayah. Tapi ayah tidak menghiraukan permintaanku.

Saat aku sedang merasakan nikmat dari rangsangan ayah, tiba-tiba anakku memanggilku.

“Buuu…” panggil anakku.

Aku dan ayah langsung buru-buru menghentikan percumbuan kami. Ayah langsung buru-buru kembali ke kamarnya. Aku segera merapikan dasterku. Anakku datang dan mengatakan bahwa ia sudah lapar.

“Sebentar lagi ya, itu masih dimasak lauknya,” kataku menenangkan anakku.

Segera aku menyelesaikan memasakku. Setelah selesai, aku menyiapkan makan untuk anakku dan ayahku. Mereka berdua langsung makan bersama di dapur. Sementara itu, aku memilih untuk mandi.

Tanpa kuduga, saat aku sudah ada di kamar mandi, ayah mengetuk pintu dari luar.

“Mau apa, yah?” tanyaku.

“Buka,” pinta ayah. “Ayah juga mau mandi.”

“Lho, Rizal mana?”

“Dia sudah pergi main.”

Entah kenapa aku langsung mengikuti permintaan ayah. Perlahan aku membuka pintu dan kudapati ayah sudah berada di sana. Ia langsung masuk ke kamar. Tanpa banyak kata, ayah langsung membuka pakaian yang ia kenakan. Ia langsung jadi bertelanjang. Sedangkan aku sendiri, sudah bertelanjang dari awal.

“Ayah kok nekat sih?” tanyaku.

“Tenang aja. Aman kok.”

Ayah kemudian langsung menghampiriku dan memelukku. Aku hanya diam saja saat ayah melakukan itu padaku. Seolah aku juga ingin melakukannya. Aku pun membalas pelukannya. Selanjutnya kami sudah saling mendaratkan ciuman di bibir masing-masing.

Tubuh kami saling menempel satu sama lain. Dadaku menempel ke dadanya. Ada sensasi lain saat kulit tubuh kami saling menyentuh. Sementara itu kontol ayah menempel di perutku dan sudah mengeras. Tangan ayah meremas kedua payudarku secara bergantian. Dan aku tidak mau kalah, kuraih juga kontolnya dan mulai melakukan gerakan mengocok secara perlahan.

“Mmpphh…” Kami tetap saling berciuman. Birahiku semakin menanjak.

Ciuman ayah kemudian turun ke bawah ke bagian dadaku. Aku memegangi kepala ayah yang sibuk melahap kedua susuku secara bergantian. Sementara tangan ayah mulai bermain di selangkanganku. Aku jadi tambah bernafsu.

Puas dengan ciuman di dada, ciuman ayah terus turun ke bagian perut dan berlanjut ke area selangkangan. Ayah menaikkan satu kakiku dan ditempatkan di atas WC. Ayah melakukannya agar ia semakin leluasa melumat selangkanganku.

Tak butuh waktu lama, kurasakan bibir ayah sudah menempel di memekku. Lidahnya juga mulai bergerak-gerak di sana.

“Ahhh…” desahku.

Lidah ayah kurasakan mulai menjilati bagian klitorisku. Aku semakin tidak tahan dengan rangsangan ayah. Aku merasa pasti memekku sudah sangat basah.

“Yahh…ee…naakk...oohh…” aku terus saja mendesah.

Ayah tidak memerdulikanku. Ia terus saja asyik dengan permainan lidahnya di memekku. Lidah ayah sangat lihat bermain di sana. Ia seolah tahu bagian-bagian sensitifku. Namun, karena aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan birahi yang kian memuncak, aku menghentikan permainan ayah.

“Yahh…ayo…masukin…” pintaku. “Aku udah ga kuat…”

Kulihat ayah tersenyum melihatku meminta seperti itu. Mungkin ia merasa berhasil membuatku meminta terlebih dahulu. Ia pun langsung menuruti apa yang kupinta padanya.

Ayah memilih duduk di lantai kamar mandi. Kakinya berselonjor dan kontolnya jadi terlihat tegak mengacung ke atas. Ayah memintaku untuk duduk di atasnya. Tanpa banyak omong, aku mengikuti perintah ayah. Aku mengangkangi paha ayah lalu menurunkan pantatku. Kemudian aku meraih kontol ayah dan segera kuarahkan kontol itu ke lubang memekku.

Meskipun sudah sangat basah, tapi aku tetap memilih untuk pelan-pelan saja memasukkanya ke memekku. Dengan gerakan menurunkan bokongku, perlahan kontol ayah menyeruak masuk dan memenuhi ruang-ruang di dalam vaginaku. Sampai akhirnya kurasakan kontolnya sudah mentok.

“Ahhh…” aku mendengar ayah mertuaku mendesah.

Nikmat rasanya saat kontol ayah sudah masuk. Kudiamkan sejenak di dalam memekku sambil aku mencium bibir ayah. Ah, kami sudah bagaikan suami istri. Kini aku sudah tidak canggung lagi untuk memulai semuanya terlebih dahulu. Selama aku ingin, aku pasti tidak akan malu untuk meminta ayah memuaskanku.

“Mmphhh…”

Sambil tetap berciuman, aku mulai bergerak naik turun. Kontol ayah kurasakan keluar masuk di memekku. Kurasakan tangan ayah kembali melakukan remasan di bagian dada. Perlahan dimulai dari remasan. Terkadang ia juga memainkan putingku dengan jari-jarinya. Itu membuatku merasa geli dan keenakan.

Kini giliranku yang bermain di leher ayah. Aku sudah tidak peduli lagi. Yang kuinginkan saat ini adalah memuaskan ayahku dan ayah memuaskanku. Aku jilati hampir seluruh bagian lehernya sambil tetap bergerak naik turun.

Ayah tidak mau tinggal diam. Dia kini mulai kembali melahap payudaraku. Kedua susuku itu langsung ia caplok dengan mulutnya. Ia sedot-sedot dengan buasnya. Ia seperti seorang bayi yang kehausan dan menyusu pada ibunya. Tak lupa juga, lidahnya ia main-mainkan di puting susuku. Menjilat dan berputar-putar. Aku hanya bisa mendongakkan kepala menahan rasa nikmat di dada dan memekku.

“Ahh…yaah...tte…russs…aahh…sshh….” aku mendesah tak keruan. Gerakanku pun semakin cepat. Kontol ayah juga mulai cepat keluar masuk di memekku. Kontol itu seperti mengoyak-oyak seluruh bagian dalam memekku karena ukurannya yang sangat perkasa. Aku ingin terus merasakan kontol itu.

“Yahh…ee…naakkk…aahh…” desahku lagi.

“Aa…paa…nyaa…?” tanya ayah memancing.

“Kon…ttooll…”

“Kontol…siiapaa?” tanya ayah lagi, memancing.

“Aa…yaahh…ohh…”

Gerakanku semakin tidak terkontrol. Aku semakin cepat bergerak naik turun. Kadang juga aku melakukan goyangan pada pantatku untuk menambah kenikmatan pada kontol ayah mertua. Dan juga untuk mengimbangi rasa nikmat yang diberikan ayah.

“Yaahh…akk…kuu…” kurasa aku akan segera mencapai puncak kenikmatanku. Dan benar, aku memeluk ayahku dengan erat. Sementara pantatku semakin kuturunkan agar kontol ayah makin masuk ke dalam memekku. Memekku, kurasakan, semakin menjepit ke kontol ayah.

Ayah belum sampai pada puncaknya. Tak lama setelah aku sampai, ayah memintaku bangun dan berpegangan pada pinggiran bak mandi. Ayah juga memintaku untuk sedikit menungging. Ya, ayah ingin menyetubuhiku dari belakang. Sambil memegangi kontolnya, ayah mulai mengarahkannya ke memekku. Ia memintaku sedikit membuka paha agar lebih mudah.

Perlahan ayah mulai memasukkan kontolnya. Karena dari arah belakang, ayah sedikit kesusahan. Tetapi setelah dengan usaha yang cukup, akhirnya kontolnya bisa masuk dan ayah langsung melakukan gerakan menyodok memekku.

“Plok…plok…plok…” Bunyi yang dihasilkan karena pertemuan pantatku dan selangkangan ayah.

Tangan ayah meraih bagian susuku dan kembali meremasnya. Juga tak lupa ia mainkan puting susunya. Sementara itu, gerakan menyodok ayah makin bertambah cepat.

“Ahh…ahhh…” aku pun kembali mendesah. Kurasakan ciuman ayah sudah berada di tengkukku. Oh, ini semakin membuatku merasa terangsang.

“Yaah…cee…peenttinn…aahh…” pintaku pada ayah. Aku ingin ayah semakin mempercepat sodokannya di memekku.

Salah satu tangan ayah kemudian kurasakan turun ke bagian memekku dan meraih bagian paling sensitifku. Jarinya langsung mengarah ke klitorisku dan mulai ia mainkan. Jadilah aku makin tidak kuasa menahan birahi.

“Ahhh…ohh…yaaah…”

Ingin rasanya aku memeluk ayahku dan menciumnya dengan sepuasanya untuk meredam rasa nikmat yang dibuat oleh ayahku ini. Sementara itu ayah terus saja menyodok tanpa henti. Sampai akhirnya, aku kembali orgasme.

“Ohhh….” Badanku langsung ambruk. Apalagi saat di puncak, ayah terus memberikan rangsangan di klitoris. Untung saja ayah masih menahan badanku.

Akan tetapi, ayah tidak menurunkan ritme sodokan kontolnya. Badanku terguncang-guncang karena gerakan ayah. Namun, pada akhirnya, aku juga tidak mampu menahan puncak kenikmatannya.

“Rii…riinnn…” Ayah langsung menarik kontolnya dan spermanya langsung muncrat di bagian pahaku. “Ahhh...ahhhh…”

Akhirnya kita bisa saling memuaskan satu sama lain. Apalagi aku bisa mencapai orgasmeku hingga dua kali. Tapi badanku sudah cukup remuk. Selepas bercinta, kami langsung membersihkan diri. Kami saling menyabuni badan kami satu sama lain.

Selesai mandi, ayah berpesan padaku, “Ayah hari ini tidak ke sawah. Ayah ingin kita bercinta sepuasnya.”

Ucapan ayah benar-benar dibuktikan olehnya. Satu jam setelah mandi, ia kembali menggodaku yang saat itu sedang asyik menonton teve. Tiba-tiba ayah langsung mengunci pintu rumah. Aku kaget dan bingung melihat itu. Tanpa kuduga, ia langsung melepaskan baju dan bertelanjang di depanku. Aku paling tidak bisa melihat ayah mertuaku bertelanjang. Apalagi sesuatu yang menggantung di bagian selangkangannya. Jadilah aku luluh dengan rayuan ayah. Aku langsung mengajaknya ke kamar dan kami pun kembali bercinta.

Kami dibangunkan oleh panggilan Rizal, anakku, yang tidak bisa masuk karena semua pintu dikunci. Kami bangun dan segera merapikan diri. Ayah pergi ke kamarnya. Ayahku meminta untuk makan siang. Kusiapkan makan untuknya dan ayah juga. Pada saat sibuk menyiapkan, ayah kembali menggodaku. Ia memelukku dari belakang. Pada saat itu, Rizal anakku juga berada di dapur. Untungnya dia membelakangi kami.

“Yah, lepas,” pintaku. Tapi tangannya erat memelukku. Ia semakin nakal saja. Tetapi, aku harus mengakui bahwa kenakalannya itu, juga membuatku bahagia. Perasaan was-was yang bercampur nafsu membuat itu terasa semakin asyik untuk dilakukan.

Selepas makan, Rizal rupanya mengantuk dan ia langsung tertidur. Ini kesempatan bagi aku dan ayah untuk kembali berduaan. Dan ayah benar-benar memanfaatkan itu dengan baik. Aku diajak ke kamarnya dan kami kembali bercinta. Kami sudah layaknya pasangan pengantin baru yang terus ingin bercinta setiap saat.

Sebagai ‘istri’, aku hanya menuruti permintaan ayah. Aku sudah takluk padanya. Aku pasrah pada perbuatan ayah. Aku rela diperlakukan seperti apa pun oleh ayah. Kegagahan ayah mertuaku membuatku terbuai dan lupa siapa aku sebenarnya. Keperkasaannya membuatku ingin terus digagahi olehnya. Ya, kami seolah bagai suami istri yang baru membina rumah tangga: setiap harinya hanya berurusan dengan ranjang dan selangkangan.

Bersambung~
Bagi yang udah tidak sabar dengan update-nya, mongggooooo.... :tegang:
 
Prosesi siram-menyiram ladang bagian luar sepertinya akan berlangsung agak lama. Memang untuk bercocok tanam itu ya harus sabar, tak grusa grusu. Sebagai permulaan, mungkin nanti bu Ririn bisa minta tanam benih di ladangnya saat masa tak suburnya.

Harapan nak Rizal yg pingin memiliki seorang/ malah beberapa adik, kiranya bisa juga sebagai bumbu pendorong bu Ririn meminta Ayah mematangkan sel telurnya.

Persetujuan sukarela atau mungkin malah permohonan bu Ririn menerima bibit unggul bpk Ratno dimasa suburnya, tentu akan jadi scene yg sangat dinantikan. Semoga di momen itu suhu bisa menyuguhkan alur cerita prosesnya dengan mantab, menghanyutkan. 😊👍

Sebab, sekali saja tertanam dimasa suburnya, pasti keterusan.. terus... terus.. sampai lumer meleleh tumpah ruah 😄😄


Sehat selalu suhu, tetap berkarya 😊🙏
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd