Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kegagahan Ayah Mertua

Sampai Pagi

Aku sudah berulang kali melakukan hubungan intim dengan ayah. Tapi entah kenapa malam ini aku merasa berbeda. Mungkin karena ini pertama kalinya suamiku mengizinkan aku untuk berhubungan intim dengan pria lain. Dalam hatiku yang terdalam kadang muncul perasaan apakah aku bisa melalukan hal seperti ini?

Aku mengganti pakaianku dengan daster sampai di atas lutut. Suamiku berada di kamar. Anakku sudah terlelap. Setelah aku selesai mengganti pakaian, aku berbicara pada suami.

“Mas bener-bener yakin dengan keputusan ini?” tanyaku memastikan.

“Iya.” Jawabnya singkat.

“Aku takut nanti mas malah mempermasalahkan ini,”

“Ngga kok,” katanya. “Tapi mas ada permintaan.”

“Apa?” tanyaku.

“Nanti jangan sampe ayah keluar di dalam ya?”

“E....ii..yaa, Mas.”

Aku menjawab agak ragu sebab aku tidak yakin apa bisa menghentikan ayah untuk menumpahkan spermanya di memekku.

Aku pun menuju kamar ayah. Kulihat ayah sedang berbaring di atas tempat tidur. Dia langsung membuka matanya saat tahu aku datang.

“Ayah sudah nunggu mulai tadi,” kata ayah. Aku hanya tersenyum padanya.

“Kamu cantik sekali pake baju itu,” puji ayah.

Ayah bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk di pinggir tempat tidur. Aku pun duduk di sebelahnya.

“Iwan di mana?”

“Di kamar,” jawabku.

Sebenarnya aku ingin bilang permintaan Iwan pada ayah, tapi entah kenapa aku tidak yakin. Sampai akhirnya aku pun tidak menyampaikan pesan itu pada ayah.

“Ayah langsung ngaceng lihat kamu pake baju gini,” kata ayah sambil meraih tanganku dan membawanya ke selangkangannya.

Ternyata benar. Kontol ayah sudah mulai menegang meskipun belum sepenuhnya.

“Iwan bakalan lihat kita ngga?” kata ayah berbisik di telingaku.

“Ngga tahu,”

“Kita harus bikin dia makin bernafsu,”

Ayah langsung membuka sarungnya dan tampaklah kontol perkasanya yang menegang. Tanganku pun juga langsung memegang batang kemaluannya itu. Tangan ayah sendiri meraba dadaku dan meremasnya perlahan.

Sambil meremas kedua susuku yang masih terbungkus baju, ayah mulai mencium kedua bibirku. Aku menyambutnya dan mulai membalas ciuman ayah. Kami perlahan tenggelam dalam pagutan bibir kami. Sementara genggaman tanganku di kontolnya masih belum lepas.

Ciuman kami terasa sangat panas. Seolah kami bagai sejoli yang sudah lama tak bertemu dan kini saling melepas rindunya. Lidah kami saling beradu. Bibir kami berusaha menggigit satu sama lain. Belum pernah aku berciuman dengan Mas Iwan seperti ini. Apa mungkin karena aku terbayang Mas Iwan sedang menyaksikanku saat ini? Aku membayangkan bagaimana perasaan suamiku melihat istrinya bermesraan dengan pria lain.

Kurasakan tangan ayah berusaha untuk melepas bajuku. Aku menghentikan ciuman kami dan membantu ayah untuk melepaskannya. Tidak butuh waktu lama, bajuku pun sudah terlepas dari tubuhku. Kini aku hanya mengenakan BH dan CD.

“Kamu bener-bener bikin ayah bernafsu,” kata ayah begitu melihatku nyaris telanjang.

Tak mau kalah, aku berusaha membuka kaos yang dikenakan oleh ayah. Begitu terlepas, aku juga sekalian melepaskan sarung yang ia kenakan. Jadilah ayah sekarang bertelanjang bulat. Kontolnya sudah tegak dengan sempurna. Seolah menantang untuk segera dipuaskan.

Ayah bangkit dari duduknya dan bangkit. Ia berdiri di hadapanku dan kontolnya langsung mengarah ke wajahku. Aku paham kemauan ayah. Kupegang batang kemaluannya dan mulai kuarahkan ke dalam mulutku.

Sebenarnya aku sangat jarang melakukan ini pada suamiku. Entah kenapa jika ayah yang memintanya aku pasti menurut. Mungkin karena ukuran kontol ayah yang bagiku terasa sangat menantang.

Aku mulai mengulum kontol ayah. Sebelum mengulum, aku menjilati terlebih dahulu batang kemaluannya. Kumainkan lidahku di kepala kemaluannya. Buah zakarnya juga tak luput dari permainan lidahku.

“Mpphhh...mmpphh...”

“Ahhh...” desah ayah menikmati kulumanku. “Mulutmu enak sekali sayang.”

Ayah mengeraskan suaranya. Mungkin tujuannya agar Mas Iwan bisa mendengarnya.

“Ahh…terus sayang…ohhh…” desah ayah. Aku terus mengulum. Mulutku terasa penuh dengan kontol ayah.

Cukup lama aku mengulum kontol ayah dan ayah pun menghentikannya. Ia kini mulai membuka BH dan CD-ku. Beberapa detik kemudian, aku pun juga akhirnya bertelanjang bulat. Ayah langsung membaringkanku.

“Tubuhmu bener-bener menggoda, sayang,” kata ayah.

Ayah menindihku. Kurasakan kontolnya menyentuh perutku. Ayah kembali menciumku dan aku langsung membalasnya. Lama kelamaan ciuman ayah turun ke dadaku. Mulutnya mulai mengenyot kedua susuku secara bergantian. Lidahnya bergerak nakal di puting susuku. Kadang sesekali ia menggigit-gigit kecil dan membuatku menggelinjang.

“Ahh...ayahh...ahh...” desahku merasakan nikmat.

Ciuman nakal itu terus turun ke bagian perut. Rasa geli disertai nikmat menghinggapiku dan membuat birahiku kian bertambah. Lidahnya menyapu hampir seluruh bagian perutku. Kemudian ayah turunkan terus ciumannya hingga sampai pada memekku.

Tak beberapa lama, lidah ayah itu kurasakan mulai menyapu bibir vaginaku. Lidah yang besar dan kasar. Lidah itu mulai bermain di klitorisku. Ayah menggunakan jarinya untuk sedikit membuka bibir vaginaku agar lidahnya mudah meraih klitorisku.

“Aahh…aayaah…” aku mulai mendesah seiring rasa nikmat yang diberikan ayah.

Lidah ayah dengan lihainya meminkan klitorisku. Sesekali badanku menggelinjang karena rasa nikmat dari lidah nakal ayah. Aku memegangi kepala ayah yang tenggelam di selangkanganku. Seolah ingin menekan kepala ayah semakin ke dalam agar makin kuat bermain di memekku.

“Yaaah…aahh…ee…naakk…ohh…” aku terus mendesah.

Pinggulku bergerak ke kanan dan kiri merespon rasa nikmat di memekku. Semakin lama aku merasa semakin tidak tahan dengan sapuan lidah ayah di memekku.

“Uu…dahh…yaah…” pintaku pada ayah. Aku mencoba mengangkat kepala ayah agar ia menghentikan jilatannya. Tapi ayah tetap bergeming dengan kegiatannya.

“Ahhh…yaah…ggaa…kkuaatt…” akhirnya aku tidak mampu menahan birahiku yang kian lama kian memuncak. Pantatku bergetar beberapa kali pertanda aku sudah mencapai orgasmeku.

Ayah mengangkat kepalanya dan kulihat di sekitar mulutnya sudah basah dengan cairan cinta yang keluar dari memekku. Masih dengan rasa lelah di tubuhku, ayah kini membuka pahaku lebar-lebar. Ia mulai mengarahkan kontolnya ke memeku. Kurasakan perlahan kepala kontolnya menyibak bibir vaginaku. Ayah terus menekannya. Karena memekku sudah cukup basah membuat ayah tidak kesulitan memasukkan kontolnya.

“Ahh…” desah ayah saat kontolnya tenggelam dalam vaginaku.

Ayah menurunkan badannya untuk menindihku. Kemudian ia meraih bibirku dan kami kembali berciuman. Kurasakan pantat ayah mulai bergerak maju mundur. Kontolnya pun ikut maju mundur alias keluar masuk di memekku. Seperti biasa kontolnya membuat memekku terasa penuh.

“Ohh…ee…naakk…saa…yaangg…” desah ayah.

“Aahh…” Aku juga mulai mendesah seiring genjotan ayah di memekku.

Genjotan ayah semakin lama semakin cepat. Aku semakin menikmat persenggamaan ini. Tidak biasanya aku merasa begitu bernafsu seperti saat ini. Aku memeluk tubuh ayah yang sedang menindihku. Sesekali ayah memelankan genjotannya dan membenamkan kontolnya dalam-dalam.

“Aahh…yaahh….” Desaku lagi.

“E…nak, sayang?” tanya ayah.

“Hmmm….” Jawabku mengiyakan pertanyaan ayah.

“Kamu…sukaa?”

“Yaahhh…”

“Lebih enak mana sama Iwan?” tanya ayah.

“Aa…yaahh…ahh…” jawabku. Saat itu aku sudah tidak memikirkan bahwa Mas Iwan pasti sedang menonton.

Ayah terus saja menggenjotku. Suara benturan antara selangkanganku dan selangkangan ayah memenuhi keheningan malam itu. Aku memejamkan mata merasakan kenikmatan birahi yang kembali memuncak. Kontol ayah makin cepat keluar masuk di memekku seiring genjotannya. Kakiku melingkar di pinggulnya seolah ingin menahannya agar tidak lepas. Agar terus menggenjot memekku.

“Aahh…yaah…ee…naak…” desahku karena nikmat yang kurasakan kian membesar.

“Ohh…ohh…” ayah mendesah dan semakin mempercepat genjotannya.

Pinggulku secara otomatis juga bergerak naik turun seolah menjemput kontol ayah. Hal ini makin membuatku tidak mampu untuk menahan puncak dari birahiku. Sampai akhirnya aku melenguh panjang.

“Aahhh...yaahh…” pantatku bergerak naik ke atas agar ayah membenamkan kontolnya semakin dalam.

Tidak lama kemudian, kurasakan ayah juga melenguh panjang dan kontolnya terasa masuk lebih dalam. Kontolnya menyemburkan sperma di dalam memekku. Kurasakan beberapa kali getaran kontolnya yang masih terbenam di memekku.

Aku sudah tidak peduli dengan permintaan Mas Iwan. Aku benar-benar tidak bisa menahan untuk menikmati persenggamaanku dengan ayah. Sebelumnya percintaan kami selalu dihantui oleh rasa khawatir. Kini begitu kesempatan itu datang, aku tak mau menyiakannya. Maka kubiarkan saja ayah menyiram rahimku dengan spermanya. Entah Mas Iwan akan marah atau tidak, aku pikir nanti saja.

Ayah melepaskan kontolnya dari memekku. Kontolnya perlahan mulai lunglai. Ia berbaring di sampingku dan memelukku.

“Kamu temenin ayah malam ini kan?” tanya ayah.

Aku mengangguk.

“Bagus,” kata ayah. “Ayah akan memuaskanmu malam ini, sayang.”

Malam itu aku tidur dengan ayah dengan tetap bertelanjang bulat. Tubuh kami hanya ditutupi oleh selimut yang kami gunakan bersama. Tengah malam ayah terbangun dan ia kembali menyetubuhiku. Ia juga kembali menyemburkan spermanya di rahimku.

Pagi harinya, saat aku membangunkannya, ayah kembali menyetubuhiku lagi. Aku tidak bisa menolak. Aku turuti kemauannya. Meski sebenarnya aku merasa lelah, tapi aku tak mau kehilangan kenikmatan bersenggama dengan ayah.

Entah Mas Iwan mengetahui persenggamaan kami atau tidak, aku merasa tidak peduli. Lagi pula ini juga kemauannya. Maka ia juga siap menerima konsekuensinya.

“Aku balik ke kamar dulu,” kataku pada ayah.

“Mau ke mana? Ayah masih kangen.”

“Ini udah pagi, Yah.”

“Kapan kita gini lagi?” tanya ayah.

“Tunggu aja,” kataku tersenyum genit pada ayah.

Aku kembali ke kamar dan kulihat Mas Iwan sedang duduk di pinggir tempat tidur. Anakku sendiri masih tertidur.

“Kamu bohong,” kata Mas Iwan melihat ke arahku.

Bersambung…
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd