Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kegagahan Ayah Mertua

Makin Berani 2

POV Istri

Sekarang aku bagaikan memiliki dua orang suami. Sebelum tidur aku biasanya melayani Mas Iwan, suamiku. Tetapi tengah malam aku berganti menemani tidur ayahku sampai pagi. Ya, kadang dalam semalam vaginaku bisa menerima sperma dari dua laki-laki.

Mas Iwan sendiri tidak berkomentar apa pun jika aku bersama ayah. Ia bersikap seolah biasa saja. Jadilah aku terus menjalani rutinitas itu hingga saat ini. Apalagi ayah hampir setiap hari meminta aku untuk menemaninya tidur. Yang aku bingungkan, seolah-olah sperma ayah tidak pernah habis. Ia terus bisa menyirami rahimku dengan spermanya.

Meski ayah sering mengajakku tidur, tapi ia juga sangat perhatian padaku. Suatu hari pernah ayah memberiku kalung emas padaku. Aku kaget saat ayah memberinya padaku.

“Kok ayah ngasih ke aku?” tanyaku.

“Tidak apa-apa,” jawabnya. “Kebetulan hasil panen ayah lumayan.”

“Kan bisa disimpan, Yah.”

“Disimpan pun ujung-ujungnya buat Rizal, buat Iwan,” katanya. “Jadi ya tidak apa-apa ayah kasih ke kamu.”

“Hmmm. Makasih ya, Yah.”

“Iya.”

“Ayah udah baik ke aku,”

“Jujur…” kata ayah, “ayah memiliki perasaan yang beda sama kamu. Perasaan ayah sudah bukan seperti mertua dan menantu. Tapi lebih dari itu. Ayah ingin melindungi kamu. Ingin kamu bahagia. Ingin memiliki kamu.”

Aku terdiam tak bisa berkata mendengar ucapan ayah. Di satu sisi aku senang mendengar ada laki-laki yang mengucapkan hal itu padaku meskipun bukan suamiku. Tapi di sisi lain, aku merasa ini salah dan tidak benar. Dia adalah ayah mertuaku. Ayah kandung dari suamiku. Mana mungkin ia memiliki perasaan seperti itu?

“Ayah minta maaf kalau sudah lancang,”

“Tidak, Yah,” jawabku. “Tidak ada yang salah dengan perasaan ayah. Ririn seneng kok kalau ada yang perhatian sama Ririn.”

Lalu kami saling memandang dan tidak lama setelah itu bibir kami saling bertemu. Kami mulai berciuman. Bibir kami saling berpagut. Ciuman kami makin lama jadi semakin liar.

Tangan ayah kurasakan sudah berada di dadaku. Ia mulai melakukan remasan di kedua susuku. Kurasakan juga ciuman ayah semakin lama turun ke leher dan lidahnya menyusuri seluruh permukaan leherku.

Semakin lama kurasakan tangan ayah mulai masuk ke dalam kaosku. Aku langsung menghentikannya. “Jangan di sini, Yah.”

Ayah langsung mengajakku untuk ke kamar. Bukan ke kamarnya tapi ke kamarku. Ia langsung membaringkanku di atas tempat tidur. Sambil berdiri ia melepaskan baju yang ia kenakan satu per satu. Hingga akhirnya dia bertelanjang bulat. Kontolnya tampak mulai mengeras.

Selesai ia membuka bajunya, ayah kini berganti melucuti pakaianku. Satu per satu hingga akhirnya aku juga ikut telanjang. Tak menunggu lama ayah langsung menindihku. Ayah berada di antara kedua pahaku. Kami kembali berciuman dengan liar. Lidah kami mulai berpagutan.

Kurasakan kontol ayah mulai menegang karena mulai menyentuh bagian bawah tubuhku. Tangan ayah mulai melakukan remasan lagi di susuku. Ciumannya juga kembali turun ke leher dan semakin lama ciuman itu terus turun ke dadaku.

Mulut ayah mulai melahap kedua susuku secara bergantian. Kanan dan kiri. Ia mulai menyedot-nyedot. Lidahnya juga tidak bisa tinggal diam; memainkan kedua puting susuku. Menari-nari di atasnya dan membuat aku makin bernafsu.

“Ahhh…yaahh...ahhh…”

Ayah juga sesekali melakukan gigitan kecil di susuku dan membuat menggelinjang.

“Awww…”

Setelah puas dengan dadaku, ciumannya turun terus ke perut. Ia menjilati perutku dengan lidahnya dan turun sampai ke bagian selangkangan.

“Ahhh…” desahku begitu lidah ayah menyentuh vaginaku.

Lidah ayah mulai bergerak-gerak liar dan memainkan klitorisku. Aku semakin tidak tahan untuk tidak mendesah.

“Ahhh…yaah…oohh…”

“Yahh…eee…naak…ahh…”

Tanganku memegang kepala ayah yang tenggelam dalam selangkangan. Aku sedikit menekannya agar ia semakin dalam memainkan vaginaku.

“Ohh…yaahh…”

Semakin lama aku semakin tidak kuat. Ayah sangat hebat dalam memainkan klitorisku. Aku yakin pasti vaginaku sudah sangat basah.

“Yaah…masssuukinn…ohh…”

Aku mulai meminta ayah untuk segera memasukkan kontolnya ke memekku. Sebab aku sudah mulai tidak tahan. Namun ayah tidak mempedulikan permintaanku. Ia terus saja menjilati klitorisku dengan lidahnya.

“Yahh…udaahh…ahhh…”

Karena ayah tidak mempedulikanku, aku mulai bergerak untuk menjauhkan selangkanganku dengan kepalanya. Akhirnya ayah pun berhenti mengoral vaginaku. Aku mulai meminta padanya untuk segera memasukkan kontolnya.

“Masukin yah…”

“Apanya, sayang?” tanya ayah.

“Kontolnya…” jawabku.

“Suka sama kontol ayah?”

“Iyaaa…Yah…”

“Enakan punya ayah atau Iwan?”

Ayah pasti sengaja melakukan ini padaku. Ia berusaha mengundur-undur untuk tidak segera memasukkan penisnya. Mungkin ia ingin aku meminta padanya. Ah, sungguh licik laki-laki ini. Aku sudah benar-benar lemah dan hanya bisa berharap segera menerima penetrasi dari ayah. Maka seperti keinginannya aku segera mengiba lagi padanya.

“Punya…ayah…ahh,” jawabku. “Ayoo…yaahh…”

Ayah pun segera menuruti permintaanku. Ia membuka pahaku dan mulai melakukan penetrasi. Kontolnya perlahan menyibak bibir vaginaku. Aku mendesah pelan. Ayah terus mendorong dan perlahan batangnya ditelan oleh liang senggama.

“Ahh…yaahh…”

Aku mendesah begitu seluruh batang kelelakiannya itu masuk ke dalamku. Ayah berhenti sejenak. Ia menurunkan tubuhnya untuk mencapai bibirku. Kami mulai berciuman kembali. Kupejamkan mataku sambil merasakan kenikmatan ini. Setelah agak lama berciuman, ayah perlahan menggerakkan pantatnya. Kurasakan kontolnya mulai keluar masuk di vaginaku.

“Ahh…”

Ciuman kami terhenti. Kini ayah lebih fokus menggenjotku. Aku melihat wajahnya dari bawah. Tampak sebuah kepuasan dari seorang lelaki. Ada perasaan bahagia saat seorang laki-laki bisa puas dengan ‘pelayanan’ kita. Hembusan nafas ayah terdengar mengeras. Genjotannya pun perlahan semakin cepat. Aku hanya bisa memejamkan mata kembali: begitu nikmat persenggamaan yang aku lakukan ini.

“Yahh…ahhh…”

“Enak, sayang?” tanya ayah di sela-sela pergumulan ini.

“Iyaa…yaah…”

“Ahh…me...mekk…mu…ee…naakk…aahh…” puji ayah sambil menggenjotku.

Ada perasaan senang mendengar ayah memuji demikian. Bahkan kalau boleh jujur, suamiku sendiri tidak pernah melakukan hal seperti itu. Mendengar hal itu pun aku semakin bernafsu. Kini aku mulai mengimbangi genjotan ayah. pantatku juga bergerak mengikuti irama ayah.

“Aahhh…ahhh…”

Genjotan ayah semakin cepat. Kurasakan aku akan segera sampai pada puncakku. Aku melingkarkan kakiku di pinggang ayah. Tanganku meraih tubuh ayah untuk kupeluk. Sementara pinggulku sendiri bergoyang karena kontol ayah makin membuat nafsuku liar.

“Ahhh…yahhh…ooohhh…” aku melenguh panjang. Pinggulku terangkat ke atas seolah ingin kontol ayah makin masuk ke vaginaku.

Saat aku orgasme, ayah tidak menghentikan genjotannya. Ia terus menusuk vaginaku dengan kontolnya yang perkasa. Sampai akhirnya, ia juga tidak bisa menahan ledakan birahinya. Ia membenamkan kontolnya dalam-dalam di vaginaku sembari melenguh panjang.

“Aahhhhh…”

Kurasakan kontolnya berkali-kali berkedut. Pertanda telah menyiram rahimku dengan spermanya. Aku hanya memejamkan mata menikmati kepuasan persenggamaan dengan ayah mertua. Sementara itu ayah merebahkan diri di sampingku. Kami berdua pun tertidur di dalam kamarku. Kamar yang biasanya aku gunakan untuk melayani suamiku.

Suatu sore, ayah mengajakku untuk bercinta. Aku menolaknya karena aku belum mandi dan badanku agak sedikit gerah. Tapi ayah tetap saja memaksa.

“Ayo. Ayah sudah tidak kuat nih,” katanya sambil menuntun tanganku ke arah kontolnya yang sudah menegang.

Entah kenapa dia selalu bisa membuatku luluh dengan rayuannya. Apalagi tiga hari ini aku belum disentuh oleh laki-laki bahkan suamiku sendiri.

Di tengah percintaan kami, tanpa disangka, suamiku masuk dan memergoki kami. Mas Iwan agak sedikit terkejut dan terdiam sejenak. Saat itu aku sedang dalam posisi di atas dan ayah berbaring. Aku bergerak naik turun dan kontol ayah keluar masuk di memekku. Aku langsung menghentikan gerakanku. Sebelum akhirnya, Mas Iwan keluar kamar.

“Maaf,” katanya sembari berlalu pergi.

Melihatnya demikian, aku jadi sangat merasa bersalah. Aku hendak mengejar Mas Iwan tapi ayah melarangku.

“Sudahlah,” kata ayah. “Dia kan sudah berjanji akan menerima konsekuensinya. Ayo kita lanjutkan.”

Entah kenapa aku malah ikut kata-kata ayah. Kami terus melanjutkan percintaan kami bahkan dengan suara yang cukup keras. Aku sudah benar-benar tersihir oleh keperkasaan ayah mertua. Kami pun mengakhiri setelah kami sama-sama meraih puncak kami.

Bersambung…
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd