Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kegagahan Ayah Mertua

Ternyata...​

Aku tetap melayani dua lelaki di rumah: suami dan ayah mertua. Secara bergantian aku memuaskan nafsu dua laki-laki itu. Meski demikian, aku menjalaninya dengan senang hati. Apalagi suamiku lebih bernafsu jika aku bersama ayah. Biasanya sehabis aku bersama ayah, suamiku akan memintaku untuk melayaninya. Ditambah aku juga mendapatkan kepuasan dengan memuaskan dua laki-laki itu. Jadi mau tidak mau, aku terus melakukannya.

Sudah hampir dua bulan aku menjalani kebiasaan seperti itu. Beruntungnya belum tanda-tanda aku hamil. Mungkin karena aku baru selesai program kontrasepsi.

Suatu pagi ayah kedatangan tamu. Ia hampir seumuran dengan ayah. sepertinya ia teman sesama petani. Aku pernah melihatnya beberapa kali. Ayah meminta untuk menyediakan kopi. Maka sebelum aku pergi mandi, aku menyiapkan kopi terlebih dahulu dan menghidangkan kepada tamu ayah.

Selesai membuat kopi, aku pergi mandi. Aku lepas pakaianku satu per satu. Aku raba seluruh bagian tubuhku. Ah, tubuhku yang banyak disukai oleh lelaki, termasuk ayahku. Bahkan kini aku membaginya dengan dua suamiku. Yang satu suami asli: Mas Iwan. Satunya suami birahi: ayau mertuanya sendiri.
Aku mengguyur tubuhku dengan air. Ah, segar rasanya. Kemudia aku menyabuni seluruh anggota tubuhku, tak terkecuali payudaraku yang lumayan besar itu. Bahkan aku juga membasuh bagian selangkanganku meskipun hanya sekadar disiram air. Katanya, tidak baik membersihkan bagian kewanitaan dengan sabun.

Setelah selesai, aku segera mengeringkan tubuhku dengan handuk dan segera menutupnya. Aku pun segera masuk ke kamar. Sudah tidak kudengar obrolan ayah di ruang tamu. Saat aku sedang mengganti pakaian, tiba-tiba ayah masuk.

“Ah, ayah, bikin kaget saja!” gerakanku reflek menutup tubuhku dengan tanganku.

“Kenapa kamu buru-buru mandi?” kata ayah. “Padahal ayah belum minta jatah semalam.”

Ayah mendekatiku dan menarik tanganku. Ia lalu memelekku dari belakang. Ia melepaskan kembali BH yang belum sempat aku pasangan kancingnya. Kemudian kedua tangannya meremas payudaraku dengan lembut. Hembusan nafas di leherku membuat birahiku naik.

Tangannya turun ke bagian celana dalam yang sudah kukenakan. Ia berusaha menariknya turun dan seperti biasa aku membantunya.

“Apa teman ayah sudah pulang?” tanyaku.

“Heem,” ayah menjawab sekenanya. Ia fokus menelanjangiku.

Setelah seluruh pakaianku lepas, ia menidurkanku di ranjang.

“Ah, badanmu memang bisa membuat ayah ngaceng terus,” katanya. Ia melepaskan bajunya satu per satu hingga bertelanjang.

“Mungkin semua lelaki juga bakal ngaceng lihat kamu telanjang, sayang.”

Ah, mendengar kata-kata itu, entah kenapa perasaanku melambung. Sebagai wanita aku bangga memiliki tubuh yang demikan. Sebab tidak semua wanita memilikinya. Apalagi aku bukan tergolong wanita yang langsing.

Ayah berusaha menindihku. Ia menurunkan tubuhnya dan kini bibirnya bisa meraih bibirku. Sebelum aku membalas ciumannya aku bertanya pada ayah.

“Bukannya aku ini agak gemuk ya?” tanyaku.

“Justru yang gemuk seperti ini yang bikin lelaki suka,” jawabnya. “Payudaramu besar sayang. Apalagi ini,” katanya sambil menyentuh vaginaku. “Oh, nikmatnya luar biasanya. Rasanya seperti perawan. Bahkan ibu mertuamua masih muda dulu, kalah dengan milikmu ini.”

Entah pujian ayah ini termakan birahi yang memuncak atau bukan, tapi aku senang mendapat pujian seperti itu.

Kini kami mulai berciuman dengan liar. Nafsuku juga sudah mulai mendidih. Kurasakan kontol ayah menyentuh bagian selangkangan. Aku berusah membenarkan posisi aga tepat di bagian vaginaku.

Vaginaku sendiri rasanya sudah basah karena pujian serta rangsangan yang diberikan ayah. Ingin rasanya ayah segera memasukiku.

Sambil terus melanjutkan ciuman yang sesekali berhenti untuk mengambil nafas itu, ayah menusuk vaginaku dengab kontolnya.

“Ah…” desahku.

Meskipun sudah dimasukkan beberapa kali, rasanya kontol ayah masih nikmat. Tidak pernah sekali pun bosan kurasakan saat bercinta dengannya.

Dengan perlahan ayah memaju-mundurkan kontolnya di vaginaku. Aku menikmati setiap gerakan ayah. Bahkan kakiku menyabuk di pinggang ayah dan tanganku merangkul lehernya. Aku dan ayah sudah bagaikan sepasang suami istri. Bahkan seandainya suamiku datang, kami tidak akan menghentikan persenggamaan ini. Ia juga akan memakluminya.

Ayah terus menggenjotku. Kini gerakannya semakin cepat. Aku pun turut mengimbangi gerakannya. Pinggulku juga bergerak-gerak mengikuti gerakan ayah.

“Ah…ah…ah…” desah ayah mertuaku.

Kami sama-sama mendesah. Keringat mulai membasahi badan kami.

“Ah…Yah…ah…aa…kuu…aahh…” rasanya aku seperti ingin buang aing kecil.

Dan tidak lama kemudian, tubuhku begetar beberapa kali sambil memeluk erat tubuh ayah. Sementara ayah terus saja menggenjotku seolah belum akan sampai puncaknya.

“Ahh…ahh…” desah ayah terus.

Tapi tak lama kemudian, saat genjotannya di vaginaku makin kencang, kurasakan kontolnya berkedut-kedut di vaginaku. Kontolnya menyemburkan spermanya dan terasa hangat di rahimku. Lalu ia terbaring lemas di sampingku.

Tidak seperti biasanya, ayah langsung bergegas mengenakan pakaiannya kembali dan langsung keluar dari kamar. Sementara aku tergeletak di atas ranjang masih tanpa pakaian.​

***​

Besok harinya aku bersiap mengantar makanan ke sawah untuk ayah. Sudah kusiapkan nasi dan juga lauk untuk makan siangnya. Ayah sedang menggarap sawahnya untuk ditanami lagi.

Sekitar pukul 10 pagi aku berangkat ke sawah dengan membawa rantang makanan. Sesampainya di gubuk, sayup-sayup aku mendengar ada orang sedang mengobrol. Sepertinya itu ayah. Karena di sawah ayah tidak terlihat. Lalu, yang paling mengejutkanku, dari sayup-sayup suara itu aku dengar: bagus sekali badan menantumu.

Deg! Aku langsung mendekati gubuk lalu aku mengintip sekaligus menguping obrolan mereka.

Kulihat ayah sedang bersama laki-laki yang kemarin datang ke rumah.

“Bagaimana? Kamu puas lihatnya?” tanya ayah.

“Puas sekali,” jawab temannya. “Apalagi waktu di kamar mandi. Jelas sekali. Badannya mulus. Susunya besar dan memeknya banyak bulunya.”

Apa maksudnya? Kenapa dia bilang badanku mulus waktu aku mandi kemarin? Apa dia mengintipku saat aku sedang mandi? Tunggu. Aku tidak nengerti.

“Hahaha,” ayah tertawa mendengarnya.

“Aku langsung ngaceng waktu ngintip dia mandi kemarin,”

“Semua laki-laki pasti ngaceng,” tambah ayah
.
“Beruntung kamu punya menantu kaya dia,” kata teman ayah, “Apalagi bisa kamu pakai sesuka hati kamu. Haha.”

“Iya dong,” kata ayah. “Dia suda ketagihan sama kontolku. Jadi kapan pun aku ajak, dia pasti tidak menolak.”

“Cara mainnya juga bikin tambah ngaceng kemarin,” kata teman ayah. “Aku sebenarnya juga pengin masuk ke kamar kemarin. Haha.”

Apa? Dia juga mengomentari caraku ‘main’? Apa dia juga mengintipku waktu aku dan ayah sedang bersenggama?

“Nanti. Ada waktunya. Tunggu aku bosan dulu ya. Haha,” jawab ayah. “Tapi sepertinya aku tidak akan bosan.”

“Wah, bagi-bagi dong kalau dapat rejeki,” sahut teman ayah. “Tapi makasih ya kemarin udah diizinin mengintip. Sesampainya di rumah, aku langsung onani. Hehe.”

“Sama-sama,” jawab ayah. “Kapan-kapan kalau ada waktu nanti kuajak lagi.”

Fix. Ayah sengaja menyuruh temannya datang untuk mengintipku. Bahkan tanpa malu, ia membiarkan temannya mengintip saat dirinya menggagahi menantunya sendiri. Aku tidak percaya ayah melakukan ini. Jadi selama ini semuanya hanya sebatas nafsu liarnya saja. Semua perhatian dan kebaikannya hanya untuk menangkapku agar bisa ia manfaatkan untuk fantasi liarnya.

Jika sekarang ia membiarkanku dinikmati mata temannya, mungkin nanti ia akan membiarkan aku dinikmati oleh kejantanan temannya. Bukan, lebih tepatnya teman-temannya.

Aku segera kembali ke rumah dan tak jadi mengirim makanan pada ayah. Sesampainya di rumah, aku menangis. Aku menyesali semua apa yang telah kulakukan. Yang paling terbayang dalam kepalaku adalah Mas Iwan. Ia yang paling banyak aku sakiti selama ini. Meski ia mengaku tidak masalah melihat istrinya dinikmati ayah kandungnya, tapi aku tak tahu perasaan yang sebenarnya. Mungkin saja ia sakit di hatinya.

Aku masih terus saja menangis sampai akhirnya tertidur.​

Bersambung….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd