Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Kelakuan Tante Siska

Donbalon

Suka Semprot
Daftar
20 Apr 2018
Post
23
Like diterima
405
Bimabet
"Kamu ada main-main kan di belakang aku?!"
"Jujur!"
"Jalang!!"

"Apa maksud kamu ngomong begitu?"
"Jaga mulut kamu!"

"Itu kemarin apa? Kamu masih bisa mengelak?!"
"Belum mengaku?!"

"Aduh! Kamu ternyata belum selesai juga dengan masalah kemarin?!"
"Ya Tuhan, kamu...."

"Otakku ini tetap tidak masuk dengan alasan kamu"
"Aku lebih paham dengan apa yang aku lihat selama ini"

"jangan dengar temanmu itu, si Jana!"
"Kamu percaya aja kata-kata dia"
"Duhh, kamu ini, Jana itu sudah berapa kali coba menghasut kamu.."
"Hati-hati!"

"Kamu iniigh! Tidak tahu..."
"BBLAAAAAKKKKKK"

Om Rudi tanpa pandang bulu menampar keras-keras pipi Tante Siska. Matanya membelo, nafasnya mendengus. Memerah pipi Tante Siska, tak membuatnya gentar sedikitpun. Ia bermaksud menggertak Tante Siska supaya diam. Timpal menimpal kata pun berhenti. Tante Siska menunduk, membuang muka. Sebentar lalu ia menoleh ke suaminya. Tampak Tak ada penyesalan dari laki-laki yang telah menikahinya 5 tahun yang lalu itu. Aku yang berada di dekat mereka pun bungkam, tak menyangka bisa-bisanya Om Rudi berlaku kasar kepada Tante Siska. Walau begitu, Aku tetap mengerjakan tugas sekolahku, berpura tak melihat. Sungguh Om Rudi tak berperasaan, temperamen, bisa-bisanya ia memperlakukan istrinya, seorang wanita lemah. Ini rumah Papa dan Mama, semustinya tidak terjadi.

Ah Aku tak mau ikut campur masalah mereka berdua. Lagipula, aku tak tahu pasti masalahnya apa. Dengar-dengar dari Mama, Om Rudi kerap menuduh Tante Siska main mata dengan laki-laki lain. Tak heran juga sih, sosok istri seperti Tante Siska pasti membuat Suaminya cemburu kalang kabut kalau kemana mana. Sebab selain dikaruniai wajah lumayan cantik mengundang mata, Tante Siska dianugerahi bodi yang bikin naluriah hewaniah laki-laki goyah. Kalau kata supirnya, Tante Siska itu molek ala ala penyanyi dangdut pantura. Fitnah yang berkata jelek. Susuny montok, bikin kaum pria ingin meremas dan mimik susunya. Ah sok tahu dia!

"Aku peringatkan ke kamu sekali lagi! Jauhi bajingan tengik itu!"
"Jauhi! Kalau kamu memang masih ingin bertahan bersama", Om Rudi menunjuk-nunjuk kepala Tante Siska.

"Cukup, aku cape"
"Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu, setelah banyak hal yang kamu perbuat kepadaku"

"Oke, kalau kamu ingin cerai, aku bisa urus semua"
"Tahu seperti ini, lebih baik kamu bilang dari dulu"

"Emang Itu kan mau kamu?!"

"Mau kamu!"

"Sudah, aku tak mau debat lagi"
"Biar Mbakmu tahu kelakuan adiknya macam ini"

"Kamu mau bilang apa ke mBa? Jelas jelas kamu yang salah"

"Kita lihat nanti..."

Tante Siska bangkit berdiri. Ia meninggalkan Om Rudi yang terus menatapnya.

"Sep, ikut Tante, yuk?"

"Mau kemana kamu?!"

"Kamu gak perlu tahu..."
"Lebih baik dipikir ucapanmu tadi!"
"Yuk, Sep, temenin Tante makan"
"Kamu belum makan, kan?"

"Eh iya??? Belum", jawabku spontan terkaget-kaget.

=∆∆∆=​

Malam minggu semustinya merupakan malam gembira bagi sebuah keluarga, bisa santap makan malam bersama di sebuah tempat, atau sekadar menonton tv di rumah bersama keluarga tercinta. Tidak denganku, papa dan mama sedang dinas keluar kota. Rumah kami menjadi sasaran amuk amarah Om Rudi kepada Tante Siska tadi Sore. Itu pertama kalinya di rumahku karena papa seumur umur tidak pernah memaki maki atau berlaku kasar seperti itu kepada mama atau aku. Ini Om Rudi benar benar berani. Coba ada papa, mungkin sudah dijotos dia.

"Ini kita mau ke mana, Tan?"

"Makan bebek goreng"

"Wah enak tuh", sahutku duduk sendirian di kursi belakang mobil
Ertiga. Tante Siska duduk bersanding dengan Pak Wongso, supirnya yang berusia 49 tahun.

"Ah, aku bosen, pak"

"Lalu mau makan apa?"

"Enghh apa yaaah..."

"Jangan kelamaan mikirnya, Tan"
"Aku dah laper nih hehehe", jawabku mengingatkan.

"Makan sate kambing aja bagaimana?"

"Boleh juga, sate kambing ujung jalan deket minimarket enak katanya"

"Oke, makan sate ya, kita ke sana"

"Iyaaaaa, yuukkk"

Makan malam dan momen bersama bertiga antara aku, Tante Siska, dan Pak Wongso bukan kali pertama. Sudah beberapa kali sering sehingga aku tak mampu menghitungnya. Kami bertiga suka jalan bersama entah kemana, ketika papa dan mama dinas, atau Om Rudi sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan kami pernah pada hari kerja jalan ke puncak bersamaan saat aku libur sekolah di mana papa dan mama tidak bisa mengajak atau menemani aku liburan. Oh ya aku baru ingat, mungkin di sini aku sepakat curiga dengan kelakuan Tante Siska yang diduga ada main di belakang om Rudi. Hanya saja berbeda, apabila kalau tidak salah Om Rudi mencurigai Tante Siska main mata dengan salah satu rekannya. Aku malah menduga Tante Siska ada main dengan Pak Wongso. Namun, kenapa Om Rudi tidak punya pandangan yang sama denganku ya. Apa mungkin pikirku saja ya berlebihan. Oh mungkin karena Pak Wongso ini jelek, tua, dan gembul. Hhahaha. Tapi kekar tangannya! Hush!

Jadi beberapa kali momen aku menangkap Tante Siska berjalan berduaan dengan Pak Wongso. Anehnya adalah nah, nah, nah seperti sekarang ini di hadapanku. Aku yang tidak biasa, apa mereka yang tidak biasa yah. Ah perasaan dari kemarin mereka sudah seperti ini. Eh, tapi apa iya ya?

"Pak, jangan pegang-pegang ih, jadi kebiasaan nanti", ucap Tante Siska agak kesal ketika tangannya digenggam oleh Pak Wongso.

"Kenapa? Karena ada Asep? Ah kamu sih Sep pakai ikut hehe"

"Eh? Jadi aku gak boleh ikut nih sebenernya?"

"Hehehe, enggak gitu, kamu boleh ikut kok, ini kamu tahu sendiri kan supirnya Tante genit banget"

"Loh kok malah saya dituduh, Mba"
"Kamu kan yang, EHEM, (Pak Wongso mendeham)", aku tak mengerti maksudnya.

"Udah sep, jangan dipikirin yaaa"
"Kamu besok masuk sekolah?"

"Masih libur, Tan. Cuman ya dikasih PR buat dikumpulin sehabis liburan"

"Ooo gitu"

"Memang kenapa?", tanyaku heran.

"Gapapa"
"Yuk sekarang kita mending makan malam", ucap Tante Siska karena mobil kami sudah memasuki area warung makan.

Ketika Tante Siska keluar lebih dulu dari mobil, Aku buru-buru bertanya ke Pak Wongso yang kukenal dekat perihal apa maksud obrolannya tadi antara ia, aku, dan Tante Siska.

"Kamu udah 17 tahun kan sep?"

"Udah pak, kenapa ya?"

"Nanti saya ceritain hehehe"

=∆∆∆=​

"Jadi apaan pak?", tanyaku berbisik penasaran saat Tante Siska menghampiri kasir usai kami makan malam. Semenjak makan malam tadi, aku tidak berhasil mencari tahu apa yang disembunyikan Pak Wongso. Kini aku mendesaknya.

"Kalau kamu mau tahu, kamu ikut nginap di rumah Tante Siska, bagaimana?"

"Lah kan Om Rudi lagi nginep di rumah saya"

"Udah ngikut dan nurut saja, nanti kamu juga tahu"

"Ya terserah deh"

"Loh kok terserah?
"Ingat umurmu sudah dewasa kan?"

"Iya pak, saya ikut..."

"Hayo buru dijawab jelas, mumpung Tantemu belum kemari"

"Iya Pak, saya ikut, tapi nanti Tante Siska apa gak heran?"

"Kamu terima beres saja"

Tak lama kemudian Tante Siska mendekati meja kami, memberi kode bahwa makan malam telah selesai dan saatnya segera beranjak pulang. Sesampainya di dalam mobil dengan formasi duduk yang tak berubah, Pak Wongso mengutarakan bahwa ia harus kembali ke rumah Tante Siska sebentar karena ada sesuatu barang yang tertinggal, yakni dompetnya. Lantas, Tante Siska terkejut. Apalagi ia tahu pak Wongso yang mengemudi. Namun Pak Wongso menenangkan Tante Siska bahwa dompet yang dia maksud adalah dompet tempat ia menyimpan uang tabungan harian.

"Gimana enak gak satenya?"

"Enak, sampai kekenyangan nih"
"Hoaaheeem", jawabku menguap karena perut penuh.

"Duh, sudah ngantuk aja Asep"

"Biasanya begitu kalau sudah makan sate yang berlemak"

"Yeee, emangnya gak boleh apa, Tan, kalau ngantuk"

"Hehe, iya boleh, tidur gih kalau ngantuk, apalagi kita mau mampir ke rumah Tante dulu di daerah Tangerang"
"Habis itu baru kita balik ke rumah kamu (Jakarta Timur)"

"Heemm gitu yaa"

Karena kekenyangan, obrolan Tante Siska dan Pak Wongso tak mampu aku simak dengan baik. Kudengar terakhir mereka berbicara mengenai harga daging kambing yang selalu naik saat lebaran idul adha. Selepas itu, aku tidak ingat, kehilangan kesadaran, terbawa ke alam kantuk. Dalam kantuk yang tak bermimpi dan pendek itu aku berusaha lekas bangun. Aku tak mau melewatkan janji Pak Wongso. Semoga ia tidak mengecewakan. Benarlah ketika sontak terbangun, mataku pelan-pelan membuka. Dan aku sedikit heran kenapa mobil berhenti bergerak? Apakah sudah tiba? Atau? Oh ada sepasang suara saling bercakap-cakap.

"Takut Asep kebangun Pak"
"Jangan..."

"Ayolah siska sayang, hari ini aku belum dapat jatah susu dari kamu"
"Hehe"

"Udah kayak gini aja, diremes-remes"

"Gak bisa, aku mau ngenyot tetek kamu sayang"

"Aaahhh", tiba tiba aku mendengar desahan Tante Siska, namun posisiku tetap terdiam.

"Asep sudah aku beri obat tidur"

"Pak Wongso! Bahaya! Kalau kenapa-kenapa bagaimana?"

"Sssssstttt semua aman"
"Ayo cepet buka kancing bajumu"

"Iya sabaaarrrr...."
"Aaaaaaaaaahhhhhh"

"Heeemmmpppphhh, lama banget, kamu ngerti apa, sudah haus begini"

Diam-diam melirik. Aku betul betul terkaget, melihat posisi kepala Pak Wongso yang berada di posisi bagian dada Tante Siska. Haduhhh!!!


Lanjut episode berikutnya...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd