Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keluarga, sebuah kebersamaan (TAMAT)

Post 4

(POV Airin)


“Kamu serius? Kamu pernah ngentot sama adik kamu sendiri?” tanyaku tak percaya dengan cerita teman satu fakultasku ini. Dia baru saja menceritakan kisah hidupnya yang betul-betul membuatku merinding ngeri sekaligus Horni.

“Serius… Nih, kalau kamu gak percaya lihat nih foto-foto di Hpku…” ujar Citra sambil menyerahkan hpnya padaku. Ku periksa gallerynya, ternyata benar yang dikatakannya.

Dalam gallery foto di Hpnya kulihat banyak sekali foto batang penis Fajar, adik kandungnya Citra itu. Memang ukurannya lumayan besar dan panjang, meski aku tahu adiknya Citra itu masih SMA. Semakin kulihat semakin banyak pula foto-foto bugil dirinya bersama adiknya. Hingga aku harus mengakui memang benar Citra ini pernah bersetubuh dengan adik kandungnya sendiri.

“Videonya juga ada, noh tonton aja..” sambungnya lagi. Akupun memeriksa kumpulan videonya. Lagi-lagi omongannya memang benar. Banyak sekali kulihat video persetubuhannya dengan Fajar, sampai durasinya ada yang 30 menitan pula.

Aku sudah lama mengenal Citra, dia dan aku dulu satu SMA. Meskipun kami tak pernah satu kelas bersama namun aku lumayan akrab dengannya. Memang aku pernah mendengar kalau Citra itu anak yang terjebak dalam pergaulan bebas, namun baru kali ini aku benar-benar mendapat bukti yang nyata. Entah dia sudah gila atau bagaimana hingga mau bersetubuh dengan adik laki-lakinya sendiri.

“Emm.. Citra... emm.. boleh minta videonya gak?” ucapku malu.

“Boleh dong… kirim aja, asal jangan kesebar yah… cuma ke kamu aja aku tunjukin nih, soalnya aku tau kamu ga ember orangnya, haha...” balas Citra malah tertawa.

Akhirnya hari itu aku pulang kuliah dengan berhasil membawa beberapa video porno hasil rekaman dari Citra dan adiknya. Saat dalam perjalanan pulang dadaku sudah berdegub kencang dan darahku berdesir deras. Hanya memikirkan isi video itu saja bisa membuatku horni. Ughh... bisa ikutan gila aku dibuatnya.

Sesampainya di rumah aku segera masuk ke dalam kamarku. Tak kuhiraukan lagi ada kak Amira atau mama di rumah. Karena aku yakin mereka belum pulang semua. Begitu masuk ke dalam kamar segera kutelanjangi diriku. Entah kenapa aku melakukannya padahal hanya sekedar menonton video saja. Aku juga masih terus kepikiran tentang sahabatku itu yang bisa ngentot dengan adiknya.

Akupun kemudian menonton video hubungan seks antara Citra dan adiknya itu. Setelah beberapa menit berlalu, tak sadar tanganku sudah mulai mengelus-elus celah vaginaku sendiri. Aku terangsang, aku horni bukan main hanya dengan menonton video itu. Saat tengah asik-asiknya menonton tiba-tiba kak Arfan masuk ke kamarku.

“Eh, maaf dek… lagi asik ternyata, hehe...”

“Duh kak… kalau masuk ketuk pintu dulu dong…” ucapku salah tingkah.

Aku masih berbaring telentang di atas tempat tidur dalam kondisi telanjang bulat. Tanpa menutupi tubuhku yang bugil ini kubiarkan kak Arfan masuk ke dalam kamarku. Bahkan kedua kakiku yang mengangkang pun tak kurubah posisinya.

TAKK !!

Tiba-tiba hpku jatuh di lantai karena tanganku bergetar gugup hingga peganganku tak sempurna. Kak Arfan reflek mengambilnya untuk diberikan padaku lagi. Namun saat tahu video yang tengah kuputar di Hp tadi dia langsung menatapnya.

“Lahh.. kamu kok nontonnya yang ginian dek!?” ucapnya.

“Itu.. itu... emm...”

“Loh!! Ini bukannya.... Citra”

“Bener..” balasku lirih.

Kak Arfan malah ikut menonton video itu masih dalam posisi berdiri. Aku mulai sadar dan kemudan duduk di pinggir tempat tidur.

“Kak..”

“Apa?” balasnya tanpa melihatku.

“Punya kakak sama punya laki-laki yang ada di video itu besar mana?” tanyaku iseng.

“Hemm.. ga tau dek..”

“Coba Airin mau lihat yah...”

Kak Arfan yang masih dalam posisi berdiri dan kedua tangannya memegang Hp milikku tak bisa berbuat apa-apa saat aku mulai menarik celana dalam boxer yang dipakainya. Celana dalam yang dipakai kak Arfan langsung turun sampai sebatas lututnya.

“Wuaahh... gede juga ternyata...!!” ujarku kagum saat kedua mataku melihat batang penis kak Arfan yang sudah setengah tegang itu.

“Ehh... apaan sih!? dekk...” sergah kak Arfan, mungkin dia kaget dengan keberanianku.

“Entar dulu kak.. aku mau liatin ahh...” kataku agak teriak, akhirnya kak Arfan membiarkan perlakuanku padanya.

“Rin.. udah ahh..”

“Bentar kak.. atau kalo ga boleh liat aku mau cari orang lain yang mau aku liat tititnya..” balasku dengan ancaman, akibatnya kakakku langsung diam.

Kuperhatikan batang penis kak Arfan mulai dari ujung sampai pangkalnya. Baru kali itu aku bisa melihat kemaluan kakakku dari dekat semenjak kami dewasa. Tanganku mulai memegang batang penis itu dengan pelan namun pasti. Kuperkirakan ukurannya tak kalah dengan ukuran penis milik adiknya Citra. Dari genggaman tangan Citra di video itu dan kubandingkan dengan genggaman tanganku pada penis kakakku ukurannya hampir sama. Bahkan milik kakakku ini punya urat-urat yang menonjol, bikin bulu kudukku berdiri melihatnya.

“Kak.. ga pernah dicukur bulunya yah?” tanyaku iseng saat melihat bulu kemaluan kak Arfan lumayan lebat.

“Emm.. engga pernah sih dek..”

“Mau ga kapan-kapan Airin bantu bersihin” ujarku lancang, langsung malu aku saat menyadarinya.

“Emm.. boleh.. ah...” balas kak Arfan, tapi kudengar tadi dia sedikit mendesah.

Kusadari saat itu batang penis kak Arfan yang ada dalam genggaman tanganku ukurannya semakin besar dan semakin panjang, semakin keras juga. Aku memang sudah pernah memegang penis milik pacarku dulu, tapi tak sebesar punya kakakku ini.

“Iiihh.. ternyata punya kakakku ini besar dan panjang juga...” ucapku tanpa sadar. Kaka Arfan yang melihatku hanya bisa diam.

Aku juga mulai bergerak aktif, kuraba perut sixpack kak Arfan lalu kuturunkan lagi tanganku untuk menggenggam penisnya yang sudah ereksi itu. Kubelai lalu kugenggam batang penisnya. Aku pun mulai mengocoknya. Pikiranku seakan terhipnotis saat tanpa sadar aku mulai berjongkok didepannya. Ku coba berikan service bibirku pada penisnya. Kujilat batang penisnya, kuberikan service sepongan terbaikku seperti aku melakukannya pada penis pacarku dulu. Ugh.. gilaa, tak pernah kubayangkan penis kakakku bisa ada dalam mulutku.

Kulihat kak Arfan hanya memejamkan matanya sambil menikmati seponganku. Kulepas penisnya dari bibirku dan kuperhatikan batang penisnya. Penisnya terlihat besar dan panjang, bahkan lebih besar dari milik adiknya Citra. Tak kubiarkan penis itu berdiri bebas. Aku langsung mengulumnya lagi dan memajukan mundurkan kepalaku, berusaha mengocok batang penis kakak kandungku sendiri.

“Ohhhh.. dekk.. enak banget...” desah kak Arfan menerima seponganku.

Kuteruskan perlakukanku pada batang penis kak Arfan. Kuingat-ingat kembali bagaimana aku memuasi pacarku dulu hanya dengan Blow Job. Kujilati kepalanya dan ku hisap bijinya, sambil terus ku maju-mundurkan kepalaku. Namun lama-kelamaan mulutku jadi sakit dan terasa ngilu.

“Ahhhh... kak.. kok ga keluar sih!?” tanyaku heran sambi menatap mata kak Arfan.

“Ga tau dek.. emang udah lama yah?”

“Iya lahh.. biasanya kalo gini pacarku dulu udah keluar” ceritaku jujur.

“Hehe.. mungkin kakak lebih hebat dari pacar kamu dek...” balas kak Arfan jumawa, merasa lebih hebat dari pacarku dulu.

“Hemmm.. oke.. kalo gitu aku pake cara lainnya”

Entah kenapa aku semakin penasaran sebatas mana kemampuan kakak kandungku itu. Kumajukan posisiku mendekati kak Arfan, lalu kujepit penisnya dengan kedua payudaraku. Kuberikan kakak kandungku ‘Tits Job’.

“Lohh.. kok di ludahin sih dek!?”

“Yeee.. biar licin dong kak..”

Setelah memastikan batang penis kak Arfan terjepit kedua payudaraku, kumulai gerakan badanku maju mundur. Saat beberapa kali gerakan tubuhku maju-mundur kak Arfan langsung nyambung dengan kemauanku, aku gantian diam sedangkan dia kini memaju-mundurkan pinggulnya.

“Ahhhh.. kok enak yang ini yah dek...” ujar kak Arfan yang mulai merasa enak.

“Hihi.. ya jelas dong kak..”

Kak Arfan kini secara otomatis mengocokkan penisnya pada jepitan payudarku. Keuntungan punya payudara yang ukurannya besar itu bisa memberi tits job pasangannya. Penis kak Arfan dengan lancar membelah jepitan buah dadaku yang kutekan dengan kedua tanganku. Kadang ujungnya sampai menyentuh daguku, memang ukuran penis kakakku itu lumayan panjang.

“Ohhhhhh.. dekkk.. enakkk...” racau kak Arfan.

“Hiyaa.. terusin kak.. terusinn..”

“Ahhh.. kalo gini bisa ga tahan kakak...”

“Gapapa kak.. lanjutin.. kocok terus kak..” ujarku memberi semangat pada kak Arfan.

Sudah hilang rasa maluku. Demikan juga sudah hilang rasa canggung dari kak Arfan padaku. Kami berdua selain sama-sama telanjang bulat juga sudah mulai mencoba memberikan rasa nikmat. Meski saat itu yang merasa nikmat hanya kakakku saja tapi aku malah merasa bahagia. Rasa bahagia bisa memberi kenikmatan pada laki-laki yang kita sayangi dengan anggota badan kita.

“Ohhhh.. dekkk... ini.. ahhh.. awassss...” teriak kak Arfan sambil mempercepat kocokan penisnya pada jepitan buah dadaku.

Crootttt.... Crootttt.... Crootttt.... Crootttt....

Tak kusangka penis kak Arfan begitu cepatnya ejakulasi dan menyemburkan spermanya. Aku yang tak siap akhirnya membuat sperma kak Arfan masuk di dalam mulutku. Dalam posisi bingung aku menerima sembuaran spermanya di mulutku membuat cairan putih kental itu langsung tertelan dalam tenggorokanku.

“Aduh.. sory dekk.. sory..” ujar kak Arfan meminta maaf.

“Nggak apa-apa kak..” balasku tersenyum sambil membersihkan spermanya yang tumpah di dadaku dengan tissu.

“Lhah, itu bisa muncrat kak!?” ucapku.

“Iya dek.. karena saking enaknya jepitan tetek kamu kali ya? Hehehe..”

“Hihi.. gimana.. mau lagi kak?” tanyaku.

“Ehhh.. jangan.. udah sore nih.. kita mandi dulu..”

“Yaudah deh kak.. kita mandi bareng aja yukk....”

“Hayuukkk...”

***

Tiba saatnya makan malam. Aku dan kak Arfan bersikap biasa saja seperti tak ada hal penting yang terjadi di antara kami. Malam itu mama kebetulan ada di rumah dan bisa makan bersama kami. Malah kak Amira yang belum pulang, katanya sih ada tugas yang mau di kerjakan di rumah temannya.

“Masih enak gak makanannya?” tanya mama sambil mencicipi ikan goreng. Memang tukang masak di rumah kami hanya ada pagi hari dan pulang ketika masakan sudah matang.

“Masih enak sih ma..” jawab kak Arfan.

“Kalo udah gak enak mending mama pesen makanan online aja.. trus besok kita cari pembantu yang bisa masak sore juga..” kata mamaku.

“Iya nih ma.. masih enak kok.. kalo kita cari pembantu lagi ntar kasian mbak Wati, ga kerja ikut kita lagi” aku ikut menambahi.

“Ohhh.. oke..oke.. yaudah kalo gitu..” balas mama sambil makan.

Kuperhatikan malam itu ada yang lain dengan mamaku. Pertama, mama kulihat jadi perhatian sama kak Arfan. Bahkan beberapa kali mama nampak sedang memanjakan kakak laki-lakiku itu. Kedua, mama terlihat seksi. Tak biasanya mama memakai gaun tidur semi transparan seperti itu. Karena kainnya yang tipis dan hampir transparan itu aku bisa melihat puting susunya karena memang mama tak memakai bra. Apalagi mama tak berusaha menutupi area pangkal pahanya. Harusnya kalau memakai lingerie seperti itu minimal kita harus memakai celana dalam.

Dengan penampilan mama yang hampir memperlihatkan payudara dan vaginanya seperti itu kak Arfan terlihat biasa-biasa saja. Dia seakan tak melihat tubuh mama yang setengah telanjang karena memakai baju hampir transparan. Akupun ikutan cuek saja, kalau aku protes bisa-bisa malah kena marah mama.

“Oiya.. besok Om Julian mau nginap di sini.. katanya ada kerjaan, daripada nginap di hotel mending ke sini..” ujar mama kemudian.

Om Julian itu adik kandung mama. Orangnya ramah dan nyambung kalau diajak ngobrol, meski bahan pembicaraannya sekitar materi kuliah sekalipun. Wajahnya cakep dan lumayan kaya, makanya dia disukai banyak wanita. Sepanjang yang aku tahu sih kerjanya bikin film atau pemotretan gitu. Tapi film tentang apa aku tidak tahu.

“Asikk lah.. kalo ada om Julian di sini ada temen ngobrol nih..” ungkap kak Arfan gembira.

“Fan.. uang saku kamu masih ada? Kalo ada perlu tambahan bilang mama yah”

“Gak kok ma.. cukup.. lebih malah..” balas kak Arfan. Kok aneh ya? Cuma kak Arfan saja yang ditanya, aku enggak.

Selesai makan aku langsung beres-beres peralatan makan kami. Kak Arfan seperti biasa membantuku mengangkat semua peralatan makan yang kotor dari meja menuju tempat cuci piring. Sedangkan mama langsung masuk ke dalam kamarnya.

Pukul 9 malam aku dan kak Arfan pun ikut masuk ke dalam kamar kami masing-masing. Setelah memastikan pagar dan pintu depan terkunci, serta mematikan beberapa lampu yang tak diperlukan lagi.

Sesaat setelah aku masuk ke dalam kamarku, seperti biasanya sebelum tidur aku pasti melepas semua baju yang kupakai. Kebiasaan ini kulakukan sejak dari kecil dulu, tapi kalau sedang datang bulan aku hanya memakai celana dalam. Mungkin akan terasa aneh buat sebagian orang, tapi aku pernah membaca sebuah artikel penelitian yang menunjukkan tingkat kesehatan akan meningkat saat tidur telanjang.

Aku langsung naik ke tempat tidur dan menutupi tubuhku dengan selimut. Tiba-tiba aku teringat lagi video yang dikasih Citra tadi siang. Langsung saja kuambil Hpku dan kuputar videonya. Beberapa menit berselang aku menonton video itu rasanya aku semakin terangsang. Mendadak celah vaginaku berkedut dan mulai basah. Ahh.. aku horni banget.

“Dekk.. udah tidur?” tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan muncullah kak Arfan.

“Belumm.. sini kak... kita nonton lagi” ajakku.

“Hehe.. kok tau kalo kakak kesini pengen nonton yang tadi?”

“Pokoknya adek tau lah, hihihi...”

Kak Arfan langsung ikut tiduran di tempat tidurku. Kami kemudian kembali menonton video yang ku copy dari Citra tadi. Tubuh kami berdua berhimpitan, kurasakan kulit tanganku dan kulit paha kak Arfan menempel tanpa penghalang. Itu artinya kak Arfan tadi datang sudah dalam kondisi tak memakai apa-apa lagi. Duhh, coba bayangin.. kami kakak beradik ini seranjang berdua nonton video porno dalam kondisi telanjang bulat. Pastinya aku jadi tambah horni.

Semakin lama kami semakin hanyut dalam persetubuhan yang terekam dalam video itu. Celah vaginaku semakin terasa berdenyut dan basah. Sedangkan penis kak Arfan kulihat sudah mulai tegak menjulang.

“Ahhh.. kaakkk.. emphh...” tanpa kuduga dan kusangka, tiba-tiba kak Arfan menindih tubuhku. Mulutku pun langsung dilumatnya dengan ganas.

“Kakak udah ga tahan banget nih dekk...”

Aku kaget sekali, kak Arfan terus menyerangku sebelum aku tahu apa yang bakal dia lakukan. Bibirku sudah dilumatnya dan lidahnya kini menari-nari mencari lidahku juga. Aku mau nolak, tapi entah kenapa badan malah kepingin. Aku biarkan dia mencumbuiku, terus aku balas ciumannya yang semakin lama semakin buas itu dengan belitan lidahku. Ugh, gila.. gila.. akhirnya aku berciuman juga dengan kakak kandungku sendiri.

Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, aku merasa ada yang meraba tubuhku, disusul remasan halus di dadaku. Aku tahu itu tangan kak Arfan. Aku tidak menolak, aku biarkan dia main-main sebentar di sana. Aku tidak tahu harus bagaimana, aku cuma diam dan mataku terpejam siap menerima apa saja yang bakal dia lakukan. Tiba-tiba remasan itu berhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku membuka mata sebentar, kulihat kak Arfan tengah asik menjilati putingku sambil sesekali menghisapnya.

“Aaahhhh.. kakakkk... aahhh...”

Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah kak Arfan di dadaku. Aku mulai berani membuka mata sambil melihat bagaimana kak Arfan menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan sesuatu yang menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian vaginaku. Aku tidak sadar mendesah panjang.

“Aaahhhhhh..... “

Kali ini jarinya mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali. Dia masih terus menjilati puting susuku yang sudah mengeras sebelum akhirnya dia pindah ke selangkanganku. Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh vaginaku lalu naik ke klitorisku. Usapan lidahnya sewaktu menyentuh klitoris-ku kembali membuatku secara tidak sadar mendesah lagi.

“Uuuuhhhhhhh..... mmmmmm...”

Kakak laki-lakiku itu benar-benar jago memainkan lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek keenakan. Setelah dijilati, kini dia mulai memelintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Aku seperti kesetrum penuh rasa nikmat, tapi kak Arfan malah terus-terusan mengerjai ‘kacang"-ku itu.

“Ahh... aaahhhh... kaa.. kaakk....aahhh...”

Aku sudah tidak tahu bagaimana kondisiku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa berputar-putar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku. Kurasakan ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku, mulai dari selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin badanku kejang-kejang tanpa bisa aku kendalikan. Aku orgasme.

Kak Arfan kemudian beringsut mensejajarkan penisnya pada kemaluanku. Dibukanya pahaku agak lebar dan diusapnya sekali lagi vaginaku yang sudah kebanjiran. Terus dia pegang penisnya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Dengan tepat tangannya membantu mengarahkan penisnya ke vaginaku. Ujung penisnya itu tidak langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala kemaluannya itu ke bibir vaginaku, baru beberapa detik kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang memaksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

“Ouuhhhhh.. pelan kak.. aahhh... pelaaann....”

Vaginaku sudah basah, namun tetap saja tidak semua penis kak Arfan yang masuk. Dia tidak memaksa, dia cuma mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana penisnya menggesek-gesek dinding vaginaku, benar-benar nikmat. Waktu aku asik merem-melek, tiba-tiba penis kak Arfan memaksa masuk, terus melesak ke dalam vaginaku. Kak Arfan masih menghentak dua atau tiga kali lagi sebelum akhirnya seluruh penisnya masuk merobek selaput daraku.

"Aahhhhh.. sakit kaakk... aaahhhh...." rintihku, rasanya vaginaku perih bukan main dan rasa sakit itu membuatku mulai meneteskan air mata.

"Ssshhh.. tahan sebentar dek.. nanti sakitnya hilang kok.." ucap kak Arfan sambil membelai rambutku. Di balik senyuman nafsunya aku tahu ada rasa iba juga, karena itu aku bertekad menahan rasa sakit itu.

"Ga pa-pa kak.. aku bisa tahan kok... terusin saja.. ahh.."

Kak Arfan mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Penisnya menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat terus makin lama makin cepat. Rasa sakit dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa nikmat luar biasa setiap kali kakakku menusukkan penisnya dan menarik penisnya. Kak Arfan makin cepat dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam vaginaku.

"Ahhh.. dekk.. ga bakalan lama lagi nih.." ujar kak Arfan di balik nafasnya yang sudah tidak karuan sambil terus mengocok vaginaku.

"Aku juga kak... ah.. oh.. bentar lagi.. ah.. ahh... juga.." aku ngomong tidak jelas sekali, tapi maksudnya adalah kalau aku juga sudah hampir sampai klimaks.

“Keluarin di dalam aja ya dek...”

“Ahhh.. ter.. ahh.. terserah..”

Kak Arfan lanjut menggenjot liang senggamaku dengan cepat. Hasilnya puncak kenikmatanku semakin mendekat dan terus mendekat. Hingga akhirnya kurasakan tubuhku bergetar dengan hebat dan menggelinjang tak tentu arah.

“Aahhhhhh... aahhhh... kaaaakkkkk..... hhhhaaaaaahhhhh...”

Akhirnya aku mencapai klimaks dengan bersetubuh bersama kakak kandungku sendiri. Aku tahu ini salah, ini tak benar, tapi aku sungguh terbuai dengan rasa nikmat yang dihasilkannya.

“Aaaaaahhhhhh......!!”

Desahan panjang kak Arfan menandai menyemburnya cairan sperma dalam liang kewanitaanku. Rasanya dalam rongga vaginaku tersiram cairan hangat. Sungguh nikmat sekali kurasakan saat itu.

Akhirnya aku terkapar tak berdaya, badanku lemas semua dengan lelehan sperma bercampur darah perawan merembes keluar dari celah vaginaku. Aku lihat kak Arfan ambruk setelah menyetubuhiku, dia terlentang di sebelahku. Badannya basah karena keringat, saat kupegang badanku ternyata aku juga basah keringatan. Malam itu benar-benar kurasakan kenikmatan yang luar biasa.

***

Bersambung lagi Gaes ^_^
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd