Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG kenangan masa kuliah
- Thread starter hannaputri
- Start date
- Status
Jadecastle167
Semprot Kecil
- Daftar
- 20 Mar 2020
- Post
- 74
- Like diterima
- 53
Ikut mantau
Sastro_123
Tukang Semprot
- Daftar
- 20 May 2018
- Post
- 1.231
- Like diterima
- 1.354
Jasminevero
Pertapa Semprot
- Daftar
- 30 May 2020
- Post
- 4.621
- Like diterima
- 21.562
Absen malam..lanjut mba.e semangat
hannaputri
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2017
- Post
- 36
- Like diterima
- 574
Pingin update, tapi capek banged habis di ewe ponakan 
hannaputri
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2017
- Post
- 36
- Like diterima
- 574
Pingin update, tapi capek banged habis di ewe ponakan
hannaputri
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2017
- Post
- 36
- Like diterima
- 574
hannaputri
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2017
- Post
- 36
- Like diterima
- 574
Heryman
Adik Semprot
- Daftar
- 15 Jul 2017
- Post
- 122
- Like diterima
- 93
Umur segitu udh bisa bikin bibinya ngilu y
hannaputri
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2017
- Post
- 36
- Like diterima
- 574
*Update malam ini. Maaf kalo ada typo habis ngetiknya malam2 udah ngantuk cape habis di ewe ...hehe. selamat menikmati*
Hubungan gue dengan Nia sama sekali tidak dilandasi oleh cinta, sayang, suka, atau apapun itu. Nia butuh gue sebagai tamengnya. Sedangkan gue senang dengan pandangan orang terhadap gue setelah mereka tau gue "jadian" dengan Nia. Tidak ada yang dirugikan, anggap saja ini hubungan yang saling menguntungkan.
Akhirnya acara makrab selesai juga. Boleh dibilang berkesan, boleh dibilang tidak. Berkesan karena gue bisa merasakan kehangatan tubuh nia. Selama ini pergaulan gue gak jauh-jauh dari Tarno dan Dian. Sekarang gue mengenal beberapa orang teman lagi.
***
Gue kembali menjalani rutinitas gue sebagai mahasiswa. Dihari itu, entah kenapa, gue terlambat ke kampus. Alhasil gue gak bisa duduk bareng Tarno, Dian, dan Nia dibarisan agak depan. Gue duduk sendirian dibelakang bareng teman-teman lain yang juga terlambat.
Gue lihat ke depan. Mata gue tertuju ke Nia. Tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul dalam pikiran gue. Kenapa dia milih gue sebagai "pacar"nya? Kenapa gak yang lain? Dia bisa aja dengan mudah pura-pura jadian dengan siapa saja. Anggap saja pacaran selama makrab, tinggal bilang putus setelahnya.
Kenapa harus gue? Dan apa hubungan kita sekarang? Masih pura-pura? Atau sudah selesai? Gue inget dia bilang kalo dia gak suka kakak-kakak angkatan atas yang mau pedekate sama dia waktu makrab. Sekarang, acaranya sudah berakhir. Artinya, sekarang kita bukan apa-apa lagi donk? Bener kan?
***
Tiba-tiba gue merasa pundak gue digoyang-goyang..
"Donooooo......." Suara seorang wanita
Gak terasa, ternyata gue tertidur dalam kelas. Gue terbangun karena badan gue diguncang dan ada suara yang memanggil gue.
"Donoooo, bangun dulu.. Ini kopinya" Kata suara itu
Gue emang punya kebiasaan ngopi dulu setelah kuliah jam pertama selesai. Biasa gue beli kopi item dikantin, lalu gue bawa ke kelas sambil gue nikmati.
Gue liat ada secangkir (plastik) kopi diberikan kepada gue. Mata gue kemudian mencari siapa yang memberikan cangkir tersebut.
"Abang tidurnya lelap banget siiiih"
Dia Nia dan barusan dia manggil gue dengan "abang"
"Ini kopinya diminum dulu" senyum Nia ke gue
"Oh iya, makasih neng"
Gue juga dengan tidak sengaja memanggil dia "neng"
"Sama-sama" Kata Nia
Dia lalu beranjak pergi. Gue masih bengong mengumpulkan nyawa sambil menggenggam secangkir kopi ditangan gue. Tiba-tiba gue tersadar sesuatu. Gue berlari mengejarnya
"Neng, berapaan?" Tanya gue sambil mengeluarkan dompet
"Gak usah bang"
"Ehh jangan, gue bayar, berapa nih?" Kata gue lagi
"Beneran gak usah abang sayaaaaaaang"
Gue menatap bego ke arah wanita didepan gue. Kita tatap-tatapan cukup lama. Gue memasukkan kembali dompet ke sgue celana. Nia lalu beranjak pergi menuju kursinya.
Pagi ini, gue minum secangkir kopi plus susu dan gula. Rasanya manis. Manis banget. Semanis malam itu. Sepertinya kehidupan gue tidak lagi se pahit kopi yang biasanya gue minum, melainkan manis layaknya senyum dia barusan..
Kalo ditanya orang, apakah gue dan Nia itu pacaran? Kita berdua kompak jawab, iya!
Lalu kalo ditanya orang, kapan kita jadian? Gue diem, Nia menjawab sebelum makrab.
Terus panggilan sayang kita berdua apa? Gue manggil Nia dengan "neng", sedangkan Nia manggil gue, "abang".
Sejak kejadian "kopi", hampir tiap pagi, gue dibeliin sama Nia. Doi juga gak mau diganti duitnya. Alhasil, gue selalu bergegas ke kantin buat mencegat doi. Rada malu juga gue kalo harus ditraktir kopi tiap hari. Tapi sayangnya, entah gue yang terlalu lambat atau Nia yang kecepetan. Gue selalu berpapasan sama doi di selatsar (jalan dari ruang kelas menuju kantin). Nia dengan senyumnya dan secangkir kopi ditangannya disodorin ke gue.
"Abaaaaaang, ini uda dibeliin kopinya"
***
Hari ini adalah hari terakhir sebelum kita mid-term (Ujian ditengah-tengah semester). Cowok-cowok angkatan gue berencana untuk ngadain spniag futsal, lawan tim dari jurusan lain. Hitung-hitung refreshing dulu sebelum belajar buat ujian.
Sore ini kita bakal ngelawan tim dari jurusan lain, tapi satu gedung kampus sama jurusan gue. Gue pun siap-siapin diri dari kostan. Gue siapin sepatu, kaos kaki, baju bola, sama baju ganti. Jujur aja, gue uda lama gak olahraga. Apalagi sejak ngekost, rokok gue makin sepur. Hasilnya ya nafas gue pendek banget.
Sampe di TKP, gue liat anak-anak jurusan gue cuman ada 8 orang termasuk gue. Sedangkan lawan ada hampir 15 orang. Gue uda mulai mikir, ini sih bisa-bisa gue mokad karena kehabisan nafas. Lah, mereka enak, kalo capek tinggal ganti, pemainnya banyak.
Satu jam pertama, permainan masih selow, masih enak ngeliat oper-operan, lari-larian, dan lain-lain. Satu jam setelahnya, anak-anak pada berdiri dibelakang semua nemenin kiper, termasuk gue
Uda bisa ditebak donk, kalo tim lawan itu berusaha mati-matian nyetak gol, tapi gagal melulu karena kami semua berdiri dibelakang nahan bola. Ada satu pemain lawan yang gue liat agresif banget mainnya. Malah boleh dikatakan cenderung kasar.
Entah berapa kali dia nyoba buat nabrak gue. Tapi emang perbedaan bodi kita berdua terlalu mencolok. Gue sedikit berisi, sedangkan dia sedikit cungkring (kurus). Dia selalu terhempas setelah berusaha melewati gue. Well, dari analisa gue, ni anak gak bisa main futsal. Karena dia gak ngerti gimana godon bola. Dia cuman bisa bawa bola lurus kedepan, kalo ada yang halangin, dia halau pakai tangannya atau kadang ditabrakin aja sama dia
Pikir gue, kalo dia mainnya kasar, ya gue ikutan kasar juga donk. Gue juga sedikit banyaknya uda agak emosi kalo liat cara dia. Sampai suatu ketika, dia terhempas setelah nyoba nabrak gue. Ehh dia langsung berdiri, lalu megang kerah baju gue.
"Eh j*nk! Bisa main bola ngak lo?!" Teriaknya
"Kalo gak bisa, keluar aja lu ngent*t" Katanya lagi
Gue mulai emosi saat itu, gue mulai ngepal tangan siap-siap mau memberikan bogem mentah ke wajahnya
Tiba-tiba dari belakang, temen gue megangin gue
"Udah-udah don, ganti aja dulu sama yang lain" Kata temen gue
"Orangnya emang gila, gak usah dihirauin lah" Katanya lagi
Gue berjalan keluar dari lapangan. Akhirnya gue duduk-duduk aja sampai selesai. Gue liat orang tadi masih aja ngeliat gue sinis. Gue yang ngerasa gue gak salah, gue balas juga natap sinis ke arahnya.
Setelah urusan bayar membayar dan kita semua pulang. Saat diperjalanan, tiba-tiba gue diberhentiin sama empat orang dengan dua motor. Ternyata orang yang tadi mainnya kasar. Dia jalan kearah gue, lalu megang kerah gue lagi.
"Lo nantangin gue?" Katanya
"Maksud lo apa tadi mainnya kasar? Bisa main gak lo? Kalo gak bisa, dirumah aja mending lo, anak anj*ng"
"Apa lo liat-liat? Gak senang lo sama gue?"
TIba-tiba gue ditampar sama dia! Lalu dia lanjut megang kerah gue lagi
"Ngomong maaf gak lo?!" Teriak dia
"Ngomong! Punya mulu gak lo, brengs*k!"
Akhirnya karena kesabaran gue uda melewati ambang batasnya. Gue ayunkan kepala gue ke depan. Kepala dia beradu dengan kepala gue. Tapi gue yakin hantaman gue keras, soalnya dia langsung oleng. Dan gue mulai dikeroyok sama tiga temannya yang lain..
Gue punya dasar bela diri, tapi uda lama gak latihan. Yang gue inget, gue dipengangin satu orang. Lalu si kurus tadi mukul ulu hati gue. Asli, gue ngerasa sakit banget. Gue liat dia siap-siap mau mukul gue lagi. Gue ayunkan kaki ke depan buat nendang dia.
Pokoknya, gue cuman bisa bikin dua orang jatuh, salah satunya si kurus dan gue sempat matahin bahu dan indon mukanya. Tapi disisi lain, gue babak belur dihajar dua orang yang lain. Pukulan bertubi-tubi mendarat di muka, badan, dan kaki gue selama gue jatuh.
Sampai tiba-tiba ada mas-mas yang kebetulan lewat.
"Hoi! Ngapain ini?!" Kata mas-mas itu
"Cabut cuy, cabut, ada orang lewat" Kata temen si kurus
Gue liat dua orang yang terkapar, dibopong oleh temennya terus kabur dengan motor. Mas-mas yang tadi lewat menghampiri gue.
"Mas, kostannya dimana? Biar saya anter"
"Gpp mas, saya bisa jalan" Kata gue
Tapi sebenarnya yang gue rasain adalah gue gak ngerasa apapun lagi. Gue gak tau apakah gue kuat jalan ke kostan atau ngak. Gue bahkan gak ngerasain tangan atau kaki gue sendiri!
"Ke rumah sakit mas, ini berdarah banyak"
"Gpp mas, tolong bantuin saya ke kostan saja" Kata gue
"Oke-oke, bentar mas, saya ambil motor dulu"
Gue dianterin mas-mas tadi sampai ke depan kostan. Yang gue rasa, kepala gue pusing banget. Walaupun kaki gue napak tanah, tapi gue ngerasa kayak terbang. Badan gue asli sakit semua.
"Makasih mas"
Kata gue ke mas-mas yang tadi. Tapi tiba-tiba gue merasa lemes banget, terus hilang keseimbangan. Mas-mas tadi dengan sigap megangin gue.
"Kenapa ini?" Kata seseorang dari kostan
Yang gue inget disini, gue ngerasa kalau gue mau pingsan. Tapi masih gue tahan-tahan untuk menjaga kesadaran gue. Gue tau kalau gue dianter ke UGD. Yang nganterin gue itu mas-mas yang tadi sama bang Tono (salah satu anak kostan gue).
Ternyata kepala gue bocor. Gue dapat 3 jahitan khusus di kepala. Bibir gue sobek. Serta jahitan dan lebam-lebam lain yang ada dibadan gue.
***
Sebenarnya gue disuru ronsen juga karena ada lebam disekitar tulang rusuk gue. Tapi gue gak mau. Pertama, gue gak punya duit buat bayar. Kalo gue bilang ke nyokap. Nyokap pasti marah-marah dan ngelarang gue kuliah ke luar lagi (secara gue anak tunggal).
Sakitnya gue tahan-tahan. Gue gak bisa tidur, gak bisa mandi. Mau belajar, gue gak konsen. Hidup gue berasa menderita banget. Sampai hari senin, gue berangkat ke kuliah buat ujian. Gue paksain jalan dari kostan ke kampus. Beberapa kali gue mesti berhenti untuk ngilangin pusing hebat yang gue rasain.
Sampai dikampus, orang-orang pada merhatiin gue, tapi gue cuek aja jalan ke kelas. Gue tau muka gue berantakan. Lebam sana sini, belum lagi bibir gue yang sobek.
Sampai dikelas, gue dicerca berbagai pertanyaan (yang menurut gue agak bodoh),
semisal "don, sakit gak?"; "Don, kamu kenapa bisa begini?"
Semua gue jawab secara asal, "digigit nyamuk, jadi gini deh bentol-bentol"
Gue satu ruang ujian bareng Dian. Doi juga duduk disebelah gue karena nomor absen kita berurutan. nia dan tarno terpencar di kelas yang berbeda-beda.
***
Saat kertas soal dibagikan. Gue cuman memandang bego ke arah soal
Gak ada yang bisa gue jawab. Rencana gue adalah duduk selama 30 menit, lalu mengumpulkan kertas ujian kosong. I totally have no idea.
Saat gue lagi memainkan pulpen sambil nahan pusing. Ternyata ada kertas yang diberikan kepada gue dari bangku sebelah. Gue melihat ke arah kertas itu datang.
"Di ambil don, cepetan" Kata Dian
"Cepetan nanti ketahuan" Kata Dian lagi dengan berbisik
Gue ambil kertasnya, lalu gue liat. Ternyata itu jawaban ujian gue. Saat itu gue mikir, Dian ternyata pinter banget ya. Dalam waktu yang termasuk singkat, doi bisa jawab semua pertanyaan dari soal itu.
Untung banget gue ditolong oleh Dian. Kalo ngak, gue gak tau gimana nasib gue di ujian ini. Gue sama sekali blank. Gue uda coba belajar kemnia-kemnia, tapi gue pusing banget sampe gue sama sekali gak bisa inget apa yang gue coba hapal dari materi kuliah.
Secepat kilat gue menulis apapun jawaban yang ada dikertas yang diberikan Dian. Lalu gue mengumpulkan kertas jawaban itu. Kebetulan juga waktu ujian telah habis. Gue balik ke tempat duduk, mau bilang makasih ke Dian.
"dya, makasih yo hehe" Kata gue
"Sama-sama dono " Balas Dian
And guess what??
"Abaaaaaaaaaaaaaaaaaaang" suara dari alam gaib
Siapa lagi kalo bukan dia. Siapa lagi yang punya suara manja nan melengking yang manggil gue dengan panggilan "Abang". Siapa lagi kalo bukan NIA!
"Abang habis ngapain sih? Kok bisa jadi gini?" Tanya Nia
"Boy, elu berantem sama siapa? Jadi bonyok gini" Tanya tarno
Nia dan Tarno datang bersamaan ke ruang ujian gue. Parahnya, Nia kayak bocah, megang-megang jahitan dikepala gue.
"Sakit neng, jangan disentuh sih" Ketus gue
"Maaf bang" Nyengir Nia
Disitu gue cerita sama Tarno kalo gue berantem setelah main futsal. Gue dikeroyok sama 4 orang makanya gue jadi bonyok gini.
"Hah?? Empat orang mukulin elu??" Tanya Tarno terkejut
"Kagak sih, dua uda gue bikin terkapar dulu, salah satu patah tangan
ehh sisanya yang berdua gantian bikin gue terkapar" jawab gue bangga
Tiba-tiba kepala gue ditoyor sama Nia
Gue menatap Nia
"Masih bisa bangga lagi! Sakit kan sekarang? Makanya jangan berantem!" Cerocos Nia
Saat Nia lagi asik godain gue. Gue denger pembicaraan antara Tarno dan Dian.
(panggilan sayang mereka berdua itu "yank")
"Ehh yank, tadi nomor 3, kamu jawabnya gimana?" Tanya Tarno
"bla.. bla.. blaa... " Dian menjelaskan
Tiba-tiba gue tersadar sesuatu..
"Dya, yang kamu kasih tadi ke gue itu jawaban soal ujian kan??" Tanya gue
"Iya don"
Setelah dari acara makrab, gue uda mulai bisa ngobrol sama Dian. Gue gak se grogi dulu lagi. Tapi ya gitu deh, kadang gue masih aja gugup sedikit. So, kita kalo ngobrol gak bercandaan.
"Kok yang kamu jelasin tadi panjang banget??" Tanya gue lagi penasaran
"Loh, kamu nulis jawabannya bulet persis kayak yang gue kasih?" Dian terkejut
"dono, itu cuman garis besarnya, kamu sama sekali gak ngembangin jawabannya??" Tanya Dian
Mampus gue! Emang gue tadi ngerasa agak sedikit aneh dengan jawaban dari Dian. Jadi pertanyaannya dalam bentuk esai, sekitar 5-6 pertanyaan. Jawaban dari Dian itu rata-rata seperti inti atau garis besarnya aja.
"Kamu sama sekali gak belajar don? Tanya Dian
"Ngak, soalnya pusing banget kemnia gara-gara ini" Jawab gue sambil nunjuk bekas jahitan gue
" hahaha " Dian ketawa
"Aduuuh, maaf, Ibu dosennya nanti mesti bingung pas liat jawaban kamu don " Kata Dian
Dalam hati gue cuman bisa bilang,
"What it will be, just let it be"
Gue pasrah sepasrah pasrahnya...
"Hahaha abang sih berantem sebelum ujian" Kata Nia
"Ya mana tau neng" jawab gue pasrah
"Yowes, entar belajar bareng aja buat ujian lusa. Gimana??" Tawar Nia
"Wuiiiih, boleh boleh, dimana? Berdua aja? Dikamar ku aja ya"
Lagi-lagi kepala gue ditoyor sama Nia.
Setelah itu, kami beranjak menuju parkiran karena mau pulang. Di tempat nongkrong parkiran, gue liat salah satu dari empat orang yang keroyok gue kemnia. Dia yang sama sekali gak luka karena gak kena pukulan gue.
Gue ngomong ke Tarno sambil nunjuk orangnya. Dan orangnya juga merasa kalo lagi ditunjuk oleh gue. Dia sempat melihat gue. Gue balas menatap dia sinis.
Setelah semua balik. Gue pun jalan menuju kostan.
Disini gue sama sekali gak merasa ada yang ngikutin atau gimana. Gue biasa melewati jalanan kecil yang shortcut dari kampus ke kostan. Jalan ini bisa dilewati motor, tapi lumayan sepi. Ketika gue nyampe daerah ini. Tiba-tiba gue dicegat sebuah motor. Penumpangnya turun sambil melepas helm ke arah gue.
Ternyata dia orang yang tadi gue tunjuk
"Hoi j*nk, temen gue masuk rumah sakit, lo tanggung jawab!" Cerca dia
"Lah? Gue pikir uda mati" Kata gue
"Nyolot ya lo, uda ngerasa jago?"
Tangannya yang memegang helm diayunkan kearah gue.
Kepala gue dihantam oleh helmnya.
Keras dan tepat mengenai kepala bagian samping gue,
Sialnya, gue terlambat untuk reflek menghindar...
Gue terhuyung-huyung oleh hantaman helm barusan. Butuh seper sekian detik hingga gue sadar kalau orang didepan gue ini mau menghantam gue lagi dengan helm. Kali ini reflek gue lebih cepat. Gue langsung mendorong dia jatuh lalu memukuli kepalanya bertubi-tubi.
Posisinya saat itu gue menduduki orang ini dan dia terkapar di jalan. Gue gak ngerasa apapun. Entah itu luka dikepalan tangan gue yang baru mengering ataupun bekas pukulan helm dia barusan. Yang gue tau saat ini adalah gue larut dalam emosi gue sendiri
Dia lalu memukul perut gue bagian samping. Gue sempat hilang keseimbangan dan sekarang giliran dia yang menduduki gue. Satu pukulan tepat di daerah mata gue dapatkan. Setelah itu pukulan demi pukulan gue dapati. Darah uda pasti keluar, entah dari hidung gue, mulut gue, ataupun bekas jahitan gue.
Gue gak tau berapa lama gue dipukuli. Gue sendiri uda gak sanggup melawan. Tapi gue masih berusaha menjaga kesadaran. Sialnya buat gue, gak ada yang lewat jalan itu. Entah karena kejadian itu cepat atau emang gue yang lagi sial.
Mungkin dia uda ngeliat gue gak berdaya. Akhirnya dia berhenti. Berdiri. Lalu memberi tendangan telak kearah perut gue. Ludahan dia pun gue dapati. Gue emosi. Gue pengen membalas. Tapi gue gak bisa. Gue lemes banget. Setelah dia puas, dia pun ninggalin gue terkapar di jalan.
Gue sendiri gak tau gimana caranya. Yang pasti setelah gue merasa sedikit lebih baik. Gue berusaha berdiri. Memungut tas gue dan berusaha untuk berjalan. Setelah sampai ke jalan yang agak ramai. Gue liat banyak orang yang lewat dan memandang gue. Gue gak tau bagaimana bentukan gue saat itu. Yang gue pikirkan adalah gue harus kuat buat jalan ke kostan.
Ketika melewati pintu kostan, tiba-tiba bang Aji yang lagi nonton diruang tengah mendapati gue sedikit aneh
“Kenapa kau, lek?” Kata aji
“Gpp bang” jawab gue
“Apanya yang gpp, berdarah gini kau, habis berantam kau?” Tanya dia
“Iya bang dipukulin orang” Jawab gue
“Dimana dia? Biar ku pukuli” Kata dia
Setelah itu bang Aji memanggil bang Tono karena kamarnya ada dibawah. Mereka berdua membersihkan darah gue lalu mengantar gue kembali ke rumah sakit buat dajihit lukanya yang kebuka.
"don, lu ngapain berantem sama orang tadi?" Tanya bang Tono.
"Dia cari masalah duluan bang" Kata gue
Gue jelasin semuanya dari awal kejadian pas main futsal sampai gue dipukulin lagi tadi siang. Bang Tono cuman mangut-mangut ketika gue jelasin.
"Lu cari tu orang berempat tinggalnya dimana, nanti abang patahin kaki mereka" Kata bang Tono
"Satu uda patah kok tangannya bang " jawab gue nyengir
"Jago juga lu berantem haha, yauda sisanya biar abang urus"
Gue diantar balik ke kostan. Saat itu gue melihat Ibu kost dengan dua orang (bapak-bapak dan ibu-ibu) berdiri didepan kamar gue.
“dono kenapa?” Tanya Ibu kost
“Barusan dari rumah sakit Bu, jahit luka” Jawab gue
“Dasar anak muda. Kamu dikirim kemari buat sekolah, malah gak bener. Berantem.
Ini orang tua kacung mencari kamu.” Kata Ibu kost
“Kamu kenapa berantem sama anak saya? Sekarang tangannya patah, kamu bisa tanggung jawab?” Kata Ibu-ibu yang disebelah ibu kost.
Disitu pun gue sadar. Ternyata si kurus yang kemnia berantem dengan gue itu namanya kacung. Dan sekarang orang tuanya datang meminta gue tanggung jawab.
Disitu Ibu kost gue menjelaskan kalo gue itu perantauan. Setelah ngomong panjang lebar, ternyata mereka datang meminta ganti rugi ke gue karena anaknya sekarang patah tangan kanan dan biaya pengobatannya itu lumayan. Terlihat banget Ibu kost gue membela mereka. Gue cuman bisa dicerca bertubi-tubi. Gue yang uda emosi mendengarnya lalu mengatakan kepada orang tuanya kacung.
“Bapak sama Ibu punya mata kah? Tidak buta toh? Bisa lihat ini jahitan dikepala saya? Tadi siang, saya dipukulin lagi sama teman anak Ibu. Seharusnya Ibu dan Bapak bertanya kepada anaknya sendiri, kenapa saya dipukulin duluan. Toh saya hanya membela diri”
“Ehh kamu kurang ajar! Dia mukulin kamu karena kamu kasnia dia waktu main bola” Kata si Ibu
“Bu, kalau main bola kasar itu wajar Bu. Kalau halus itu main catur. Lagipula anak Ibu yang kasar duluan. Jadi saya harus gimana? Diam aja dikasnia? Wajarlah kalau saya melawan” Jawab gue lagi
Setelah gue adu mulut sama si Ibu. Akhirnya si Bapak ikutan ngomong.
“Sudah.. sudah.. Sekarang kamu bisa tanggung jawab tidak?” Kata si Bapak
“Loh? Kenapa harus saya?” Jawab gue
“Yasudah kalau begitu”
Setelah mereka sadar bahwa jalan buntu yang dihadapi. Mereka lalu pamit dengan Ibu kost gue, berjalan melewati gue tanpa memberi salam kepada gue. Yang parahnya (dan masih gue inget sampe sekarang) setelah mereka melewati gue, si Ibu ngomong
“Dasar orang miskin! Gak punya uang aja belagu!”
“Saya emang miskin, setidaknya saya punya otak! Daripada anak Ibu?! Ibu sama anak sama bego nya!”
Kata gue yang sudah tidak bisa menahan emosi.
Tampak si Ibu melihat sinis ke arah gue dan mau berjalan ke arah gue. Tapi dia ditahan suaminya dan mengajak dia beranjak pergi. Ibu kost yang ada disitu juga menatap gue dengan tatapan terkejut. Pikir gue dalam hati. Okelah, kalo gue diusir dari kostan, gue cabut sekarang juga.
Gue pikir gue bakal diceramahi oleh Ibu kost gue, secara dia orangnya uda tergolong sepuh. Mungkin sekitar 60an tahun. Tapi ternyata dia berlalu melewati gue dan menasehati gue supaya gak berantem lagi. Gue masuk ke dalam kamar.
Sebenarnya gue masih kesal. Kesal dengan semuanya. Pertama, gue kesal kenapa gue bonyok melulu dipukul mereka. Dua kali gue terkapar. Dua kali juga gue babak belur. Kedua, gue kesal karena duit bulanan gue habis buat berobat ke dokter. Ketiga, gue kesel karena gue dihina miskin. Ya memang gue gak punya apa-apa. Makanya itu, gue sekarang berusaha untuk meraih title, agar masa depan gue dan nyokap gue lebih baik dari sekarang. Gue benci banget kata-kata wanita jal*ng barusan. Tapi apa daya, itu kenyataan dan gue gak bisa apa-apa.
Gue cerita semuanya ke teman-teman kostan gue. Mereka juga emosi mendengar hal itu. Yang paling emosi adalah bang Pono dan bang Tono. Mereka berdua meminta gue cari info tentang siapa saja yang mukulin gue. Katanya mereka mau balas dendam. Well, gue pikir disini mereka cuman sok jagoan doank. Jadi cuman gue anggap angin lalu dan gak gue hirauin. Tapi dalam hati gue, gue emang menyimpan dendam.
***
Besok paginya gue terbangun oleh WA dari dosen pembimbing akademik gue. Beliau meminta gue menemui dia kalau bisa pagi ini atau paling lambat siang ini. Selain itu, ada juga sms dari Tarno yang bilang bakal jemput gue sekitar jam 10 buat belajar bareng di rumah Nia. Gue pikir daripada gue harus jalan ke kampus dalam kondisi begini, jadi gue minta tolong Tarno buat jemput gue ke kampus buat ketemu sama dosen gue bentar.
***
"Boy, siap-siap, bentar lagi gue jemput" dari Tarno
"yooo" to Tarno
Sekarang Tarno uda pindah kostan deket daerah kostan gue. Alasannya biar hemat ongkos pas antar jemput Dian. Dulu Tarno tinggal di jalan ******, sedangkan Dian tinggal di *****. Kampus kita di *****. Buat yang tinggal di malang, bisa kebayang donk berapa liter bensin yang dia habisin buat jemput pacar terus ke kampus
"gue uda dibawah" WA dari Tarno
Gue pun turun dan gue liat disana ada dua motor, satunya Tarno dan satu lagi ternyata Dian.
"Muka lo kenapa lagi tuh boy?" tanya Tarno
"Biasa, digebukin lagi gue kemnia" jelas gue
"Parah, mau gue bantuin balas gak?" tanya tarno
"Kamu malah manas-manasin sih yank?" Kata Dian sambil nyubit Tarno
"Yauda yuk, ngobrol dijalan aja" Kata gue
Gue yakin ni bocah juga cuman sok jagoan doank. Dan setelah gue melihat gaya dan pergaulan mereka, gue yakin mereka gak punya riwayat berantem sebelumnya. Jadi gue pikir sia-sia kalo gue minta bantuan mereka.
Setibanya gue dikampus, gue langsung buru-buru menuju kantor dosen gue. Tarno dan Dian menunggu didepan, sementara gue masuk menemui dosen gue. Ternyata kabar mengenai gue berantem sampai ke telinga dosen gue. Entah bagaimana caranya, yang jelas saat itu gue diberikan selembar kertas HVS dengan kop surat dari fgueltas gue dan tertanda dari wakil dekan bagian kemahasiswaan. Gue baca sekilas surat itu, lalu gue tertunduk lemas.
“Ini surat peringatan buat kamu. Kalau kamu dapat tiga kali surat peringatan, kamu bakal dikeluarkan dari kampus. Ibu harap ini yang pertama dan terakhir. Ibu rasa kamu sudah dewasa dan tidak perlu melguekan tindakan ceroboh seperti ini lagi. Kamu mengerti?” Kata dosen gue
“Mengerti Bu” Jawab gue pasrah
“Kalau begitu, silahkan kamu keluar.”
Saat itu yang ada dipikiran gue adalah mencari kacung ataupun teman-temannya. Gue gak peduli kondisi gue yang penuh jahitan. Gue rasanya ingin sekali memberi sebuah bogem mentah dimuka mereka.
Saat gue keluar, kebetulan disana ada Adit dan satu orang teman gue yang sedang ngobrol dengan Tarno dan Dian.
“Kenapa boy?” Tanya Tarno
“Noh.. “ Kata gue menunjukkan surat tadi
Mereka membaca sejenak lalu
“Ihhh, kenapa jadi gini sih don?” Kata Dian
“Entah.. gue gak ikut kerumah Nia dulu ya” Kata gue
“Loh? Lu mau kemana? ” Tanya Tarno
“Gue mau nyari si anj*ng itu. Mau gue hajar. Bangs*t tuh orang” Kata gue kesal
“Eitss, sabar, gak bakal selesai, yang ada lu dikelunia entar boy” Kata Tarno ke gue
“Bodo amat gue” Kata gue
"Kamu berantem sama kacung anak (menyebut jurusan) itu don??" Tanya Adit
"Iya, yang tempo hari main futsal lawan kita itu" Kata gue
"Udah, mending gak usah don. Sia-sia.." Kata Adit
"Bapaknya punya pangkat. Katanya sih Dekan kita dulu satu angkatan sama bapaknya. Ini juga gue yakin bapaknya yang minta kamu dikasih surat begini" penjelasan Adit
Saat itu, yang awalnya gue uda terbakar emosi sendiri, tiba-tiba gue sadar kalau semua yang gue lguein bakal berakibat bodoh buat diri gue sendiri. Gimana gue bisa melawan? Satu lawan satu mungkin gue menang. Tapi emang real world peduli dengan hal ini? Sayangnya tidak...
Setelah gue agak tenang. Sebenarnya bukan tenang, tapi lebih ke mengalah pada nasib. Akhirnya gue putuskan buat ikut belajar bareng aja di rumah Nia. Gue sendiri gak sanggup kalo belajar sendiri. Awalnya sih semangat, tapi kalo uda mulai sakit ni kepala, bisa gue tinggal tuh semua catatan. Lalu, berangkatlah kita bertiga ke rumah Nia...
Rumah Nia ada didaerah *******. Tapi masih masuk ke gang-gang lagi. Gue liat rumahnya dua lantai dan halamannya lumayan luas, bisa parkir dua mobil. Gue liat disana cuman ada dua motor yang parkir. Rumahnya sendiri gak bisa dibilang gede, gak bisa dibilang kecil juga.
Setelah di sms oleh Dian. Si empunya rumah keluar juga. Doi make kaos ketat lengan Panjang, rok Panjang dan jilbab. Standar pakaian anak-anak cewek kalo dirumah lah.
“Abaaaaaaaaang, sini masuk dulu ke rumah eneng “ Teriak Nia
Tarno dan Dian terlihat senyam senyum aja liat tingkah lgue kami berdua. Setelah parkir motor, kita turun dan lepasin helm.
“Bang, ini kenapa lagi lebam? Berantem lagi?” Tanya Nia.
“Kagak, digigit capung tadi” Kata gue.
Terlihat wajahnya manyun, mau mencubit gue, tapi gue buru-buru menghindar. Cubitan Nia itu sakit. Tangan doi panjang-panjang trus kukunya juga lumayan. Kebayang donk gimana rasanya kalo kena daging. Setelah itu kami dipersilahkan masuk ke rumah. Sekilas gue ngeliat Nia dengan pakaian yang lumayan ketat tadi. Harus gue guei emang, kalo badan Nia itu bagus banget.
Gue sempat melihat banyak foto di ruang tamu. Ada satu foto gede yang berisi lima orang. Gue yakin itu foto keluarganya Nia. Terlihat disana ada bokap, nyokap, sama dua cewek serta satu cowok. Yang cowok terlihat muda banget, taksiran gue sih masih SMP gitu lah, pasti itu adeknya. Sedangkan dua cewek lainnya itu lumayan mirip. Bedanya cuman satu lebih kurus, satunya lagi lebih berisi. Ini pasti Nia dengan kakak atau adek perempuannya.
Terus gue liat lagi foto lain. Disitu ada anak cewek kecil yang lagi merayakan ulang tahunnya ke 7. Disitu anak ini pakai baju gaun putih untuk anak-anak dan terlihat siap-siap untuk meniup lilin ulang tahunnya. Entah cuman perasaan gue aja atau gimana, tapi anak ini terlihat fotogenik banget. Raut wajahnya, senyumnnya dan lain-lain terlihat begitu bagus difoto tersebut. Terus ada juga foto siraman bayi, warnanya agak kabur. Gue liat disitu bayi ini cuman dibalut kain. Lucu banget bayi itu.
Lalu ada foto lain lagi dan kali ini gue yakin kalo itu adalah Nia. Disana terlihat doi memakai gaun yang kece banget. Disebelahnya ada foto doi bareng bokap nyokapnya dibelakang kue tart dengan lilin angka 17. Gue yakin ini foto pas perayaan sweet seventeennya doi. Gue liat senyum Nia disana. Manis banget. Gue liat wajahnya, tampak anggun seperti nyatanya.
“Cakep ya cewek lo, boy” Celutuk Tarno
“Huahahahahaha“ Gue tertawa lepas
Disini gue gak tau, apakah Tarno tau sebenarnya bahwa gue sama Nia cuman pura-pura jadian atau dia uda tau sebenarnya dan pertanyaan barusan adalah pertanyaan retoris. Baru gue mau menjelaskan hal itu. Nia keluar dengan nampan berisi gelas dan minum bersama Dian disebelahnya sambil bawa gelas berisi es.
“Abang mau kopi?” Tanya Nia
“Ngak ah..., kamar kamu dimana neng?” Tanya gue
“Diatas, kenapa?“ Kata Nia
“Ke atas yuk, gak tahan nih liat kamu “
“Abaaaaaaaang! Mesum!!!” Teriak Nia
Jujur gue lelaki normal. Mana tahan gue ngeliat kayak begituan. Kurus-kurus papan cucian juga gue embat deh kalo uda gini kejadiannya.
Setelah itu gue ambil satu gelas sirup dengan es untuk melepas dahaga gue. Nia masuk lagi ke dalam. Sekarang diruang tamu cuman ada gue, Tarno dan Dian. Gue liat disana mereka ngobrol sedangkan gue kembali melihat foto-foto di dinding.
Nia kembali ke ruang tamu bergabung bersama kami. Sialnya, sekarang doi pake baju lengan panjang yang agak longgar. Sialan..
Tau gitu tadi gue gak usah komen tentang pakaian doi...
Disitu gue coba belajar, tapi entah kenapa gue ngerasa pusing banget ketika gue berusaha untuk mengerti suatu hal. Apa mungkin ini efek dari luka dikepala gue ya? Tapi gue gak boleh manja. Gue harus bisa mengalahkan rasa pusing ini. Mau gimana pun gue disini kuliah dan gue harus nyelesaiin kewajiban gue itu.
Di waktu selingan, kami sering ngobrol ngalur ngidul kemana-mana. Berbagai topik kami bahas ketika kami bosan. Seperti gimana kronologis tentang gue kemnia. Terus masa-masa SMA kita masing-masing. Ada juga tentang keluarga kami masing-masing.
Disela-sela ngobrol perban Lukgue agak terbuka spertinya udah waktunya ganti nih. Nia yang melihat itu pun langsung sigap nawnia ganti perban
“abaaannngg…perbannya kebuka, neng gantiin ya” kata nia agak panik
“iya deh neng kayaknya udah waktunya ganti” jawabku santai
“ya udah keatas yuk bang biar neng gantiin perbannya” ajak nia
Gue pun mengikuti Langkah kaki nia menuju lantai dua. Ternyata nia ngajak gue kekamarnya. Kamar nia ada di lantai 2. Nia nyuruh gue duduk dipinggir Kasur dan gue nurut aja. Gue duduk sambal clingak-clinguk ngeliatin kamar nia. Nia kemudian dating bawa perban dan duduk disebelah gue. Sekitar 10 menitan perban gue diganti sama nia.
Entah kenapa tiba-tiba gue mencium nia, mungkin karna kita Cuma berduaan di dalam kamar. Nia hanya diam dan semakin membenamkan kepalanya karena malu. Ku pegang dagunya dan mulai kukecup bibirnya, Nia langsung membalasnya dan terjadilah freskiss saling lumat saling sedot dan bertukar ludah. Kubalik kan tubuhnya dan kutindih tanpa melepas ciuman kami, tanganku mulai meremas-remas dadanya, ciumanku mulai turun kelehernya kujilat dan kukecupi seluruh lehernya. Kubuka kaos dan miniset yang dipakainya karena Nia tidak memakai bh (mungkin kecil jadi dirumah lebih milih pake miniset daripada bh), setelah terbuka langsung kuhisap dadanya yang sebelah dan yang satunya tetap kuremas dengan tangan. Nia langsung menggelinjang dan tubuhnya sedikit bergetar.
“ooohh..bang..oochh..gelii..jangan digituin gelii..Neng tidak tahan bang..oohh… “
gue tidak peduli dengan rintihannya terus saja kuhisap dan kuremas bergantian kiri kanan. Setelah puas dengan dadanya hisapanku dan kecupanku mulai turun keperutnya, cukup lama disekitar perut gue angkat rok panjang yang dipakainya. Gue tersenyum melihat cd nya yang berwarna pink renda dan ada gambar hello kity ditengahnya hmm..lucu sekali. kubuka kakinya mengangkang dan wow..memang tembem memek nia ini, dari luar cd saja sudah terlihat menggunduk. Dulu pas dipantai gelap jadi ga keliatan.
Langsung kubenamkan wajahku diselakangannya, kuhisap dan kujilati memeknya dari luar cdnya yang sudah basah kurasakan.
“aaduhhh…duh..duh..punya neng diapain bang..oooohhh…”
Tangannya menggapai kepala gue ingin mendorong menjauhi memeknya tapi tak kuasa menahan nikmat dan geli sehinga membuatnya hanya meremas-remas rambutku saja.
Sudah puas membuat gambar hello kity nya basah,mulai kulepas cdnya dan kukangkangkan kembali kakinya,oohh..indah sekali memek nia ini,benar-benar tembem mulus tanpa bulu dan putih bibirnya hanya segaris. Mula-mula kuciumi gundukan diatas garis memeknya saking gemasnya gue melihat gundukan itu. Mulai kumainkan lidahku mengulas garis memeknya kukail-kail dan kucolok-colok dengan lidahku.
tubuh Nia langsung menegang dan kakinya langsung menjepit kepala gue.
“oooohhh..eeeehhhhh..bang..ampun..geliii..neng gak tahan, oohh…. “
Gue tidak peduli tetap mengulas dan menyedot tepat digaris memeknya, kemudian kubuka bibir memeknya, astaga..berwarna kemerahan lubangnya kecil mungkin jari kelingkingku aja susah untuk masuk dan kelentitnya hanya sebesar kacang hijau. Gue tidak tahan melihatnya langsung saja kujilati daging kemerahan itu kucucuk lubang kecil itu dan sesekali kujilat dan kusedot kelentit mungilnya. Tak ayal membuat Nia kelojotan dan tubuhnya semakin menegang, merasakan sesuatu yang baru pertama kali dirasakannya
“aaahhh…ooohhh..enakk banget bang..eenghh..awas! bang..minggir neng mau pi…pissss…oohhh…. “
Mungkin baru pertama dirasakannya jadi hanya 5 menitan saja Nia sudah mau orgasme, gue semakin cepat menjilat menyedot kelentit dan lubang memeknya.
“Aduhh…duhh…minggir bang…ohh.. sssseeeerrrr…sssseeeerrrr…sssseeeerrrr.. “
cairan bening menyembur pelan membasahi mulutku langsung gue sedot sampai bersih,hhmm..asin dan gurih rasanya. Setelah badai orgasme mereda kulihat Nia nampak lemes tak bertulang tetapi tersungging senyum kepuasan. Gue branjak berbaring disampingnya sambil kubelai rambutnya.
“abang mesum? ini enak sekali dan baru pertama kali neng merasakan yang seenak ini” “iya sayang..tapi..?” sengaja ku buat menggantung biar Nia penasaran.
“tapi apa bang?” “abang juga ingin merasakan seperti apa yang kamu rasakan”
“apa yang harus neng lakukan bang..? Nia kan belum tau”
“Langsung gue ambil hp gue dan kubuka koleksi bfku, sengaja kupilih video blowjob saja.
“Ini neng lihat dulu biar tau caranya..” Kuserahkan hp gue dan kulihat Nia melihatnya dengan serius. “sudah tau kan neng caranya?” Nia mengguk tersipu-sipu malu,
kulepas celana gue dan mulai berbaring ditengah tempat tidur, kulebarkan kakiku dan nia langsung bersimpuh ditengahnya, kulihat Nia terpana dan begidik ngeri melihat penisku yang besar panjang dan keras. Agak malu-malu Nia mulai memegang penisku dan dikocok pelan, oohh..lembut sekali tangannya, percumku mulai meleleh keluar, Nia sedikit ragu-ragu menempelkan lidahnya dikepala penisku dan menjilat cairan yang keluar dari lubang kencingku.
“ooohh..kok dijilat neng?” tanya gue
“neng penasaran rasanya, difilm tadi keliatanya enak,hmm..rasanya asin tapi neng suka” ada amisnya seperti telur setengah mateng, itu gambaran Nia rasanya peju.
Hehe..ada-ada saja nengku sayang ini.
“kalo begitu nanti abang keluar neng telen ya pejuhnya” ucap gue senang..
Nia mengangguk dan mulai menjilati penisku dari kepala sampai kepangkal batangnya,persis seperti difilm yang ditonton tadi,hmm.***panya dia cepat belajar dan oohh..rasanya nikmat geli merinding.
“neng jangan sampai kena giginya ya” pint ague ke nia
Secara perlahan Nia mulai memasuk kan penisku kedalam mulutnya,oohh.. gue semakin bernafsu melihatnya, penis besarku mulai memasuki mulut mungil yang seolah-olah tidak muat menampungnya. Nia mencoba memasuk kanya lebih dalam tetapi hanya seperempat dari penisku saja yang bisa masuk, Nia mulai menaik turunkan kepalanya serta menghisap penisku.
“ooohhh…hmm..aaahhh..enakk..dek..oohh..enakk sekalii.. “
Tak lupa tangannya mengocok batang penisku yang tidak bisa masuk kedalam mulutnya, guepun membantunya dengan menaik turunkan pinggulku. oohh..rasanya sungguh nikmat sekali, gue semakin cepat menaik turunkan pinggulku sambil memegang kepalanya. karena gue merasakan sebentar lagi pejuku akan keluar.
“oohh..neng…abang mau keluarr..oohh..aahh..hisap neng..oohh.. “
“ccccrrrroooot…ccccrrrroooot…ccccrrrroooot… “gue menghentak-hentakkan pinggulku.
“oohh..telan dek oohh..telaan.. “ Luar biasa rasanya sungguh nikmat.
Nia langsung menelan pejuku dan terus menghisapnya tangannya pu terus mengocok sampai pejuku habis terkuras. setelah pejuku sudah tidak keluar lagi Nia menghentikan kocokannya dan hisapannya,menjilati kepala penisku sampai bersih. Kemudian Nia berbaring disampingku dan kukecup keningnya dan kuucapkan
“makasih eneng sayang” Nia tersenyum manis langsung meringkuk dipelukan gue dengan penuh kepuasan.
”sekarang giliran kamu yang abang bikin enak ” ucapku sambil mengecup keningnya.
Gue mulai beranjak kesamping tubuhnya. Kubentang kakinya kesamping berlawanan, dan gue tengkurap ditengah kakinya membuat wajahku tepat diatas pantatnya. oohh..pantat yang bulat mulus dan tonggeng menggairahkan, terlihat lubang duburnya yang bersih dan dibawahnya memek yang tembem belahan hanya segaris membuatku menelan ludah berkali-kali melihatnya.
Gue mulai menciumi dan mengenyoti bongkahan pantatnya, tanganku ikut meremas-remasnya lembut. Lidahku mulai mengulas dan menjilati lubang duburnya, tubuh Nia tersentak kaget merasakan duburnya Gue jilati yang memang baru pertama kali kulakukan.
“oohh..bang jangan oohh..aahh..itukan kotor,oohh.. “
Gue tidak peduli dengan erangan Nia dan terus menjilati duburnya sampai basah kuyup, bagiku dubur Nia sangat bersih dan baunya bukannya menjijikan tapi malah menggairahkan. Gue buka belahan pantatnya dan gue mulai menekan masuk lidahku keduburnya, gue keluar masukkan lidahku sesekali kuulaskan didalam membuat Nia mencengkram erat seprei dan membenamkan wajahnya kebantal mengerang-ngerang nikmat.
Setelah puas dengan duburnya jilatanku turun kememeknya yang sudah sangat basah sekali, kujilati kelentitnya kucucuk lubangnya dan kusedot cairan yang keluar dari dalam. Mungkin karena sudah sangat terangsang saat kumainkan duburnya, sehingga sebentar saja kumainkan memeknya membuat Nia sudah orgasme. tubuhnya menegang dan mulutnya tak henti-hentinya mengerang.
“oohh..oohh..aacchh..neng mau pipis bang..oohh..” “sssseeeerrrr..sssseeeerrrr..sssseeeerrrr..”
Gue sedoti cairan yang keluar dari memeknya sampai tak ada lagi yang keluar. Gue balikan tubuhnya dan gue kangkangkan kakinya menekuk keatas, gue suruh Nia memegangi lututnya agar posisinya tetap mengangkang seperti itu. Selain nafsu gue kembali memuncak dan penis gue sudah berdiri mengeras lagi, hari ini gue ingin merasakan sesuatu yang lebih dari sebelumnya yaitu memasuki tubuhnya.
Nia hanya diam saja dan mengikuti apa yang gue suruh, menunggu apa yang akan gue lakukan lagi terhadap tubuhnya. Gue lihat memek tembemnya merekah bibirnya sedikit terbuka memperlihatkan daging berwarna pink kemerahan, membuatku tidak tahan untuk segera memasukinya. Segera gue gesekkan sebentar ujung penis kebelahan memeknya dan mulai gue tekan-tekan masuk.
“heeghh…eenghh…bang..heeengh..” suara tertahan Nia saat gue mencoba memasukkan penis gue kememeknya yang basah itu.
Susah sekali penis gue untuk masuk, sudah hampir 10 menit penis gue selalu terlepas kadang melejit keatas kadang kebawah saat gue tekan. Gue berhenti menekan dan gue tempelkan ujung penis gue tepat dilubang memeknya, kurasakan otot memeknya perlahan mengendur dan mengencang secara teratur.
Hmm..mungkin dengan cara ini akan berhasil, gue hanya perlu mengikuti temponya. Gue pegang pinggangnya dan saat otot memeknya mengendur kutekan kuat blees..setengah kepala penis gue masuk, mengendur lagi dan bleess..kepala penis gue masuk semua sampai keleher diantara kepala dan batang penis gue.
“aauw..aduuhh..duh..duh..eehh..sudah bang perih..aduh..neng gak kuat bang..sudahh.. “
Gue tidak merasa merobek sesuatu ataupun melihat darah keluar, hmm.***panya selaput dara Nia agak kedalam, saat gue coba menekannya lagi sungguh sangat sulit untuk masuk lebih dalam lagi. karena tidak bisa masuk lebih dalam lagi dan melihat Nia sudah sangat tersiksa merasakan perihnya, gue hentikan usaha gue untuk memasukkan penis gue lebih dalam lagi. Meskipun tidak sampai seperempat dari penis gue yang masuk gue sudah merasakan nikmatnya, penisku terasa disedot dan dicengkram kuat didalam memeknya. Perlahan gue mulai menindihnya, kubelai rambutnya dan kuciumi wajahnya serta melumat bibirnya agar dapat mengurangi rasa perihnya. Meskipun selaput daranya belum robek, tentu saja Nia merasakan perih karena lubang sekecil itu dipaksa membuka lebar menerima kepala penis gue.
Setelah kurasa Nia sudah tenang dan tubuhnya tidak setegang tadi, mulai kuayunkan pinggulku naik turun mengeluar masukkan kepala penis gue perlahan dan konstan. oohh..meskipun hanya kepala penis yang keluar masuk tapi ini nikmat sekali, lebih nikmat dari pada dioral.
“oohh..aahh…bang..oohh.. “
Nia semakin erat memelukku, mungkin sudah hilang perihnya dan diganti rasa nikmat seperti yang gue rasakan. Gue semakin cepat mengayunkan pinggulku.
“oohhh..oohh..neng..enaakk..oohh..neng.. “
“ii..ya..bang.oohh..terruss..bang..oohh..terruss…o ohh..”
“ccllepp..ccllepp..ccllepp..” bunyi kepala penisku keluar masuk.
semakin kupercepat genjotanku semakin nikmat kurasakan.
“aahh..aacchh..oohh..bang..neng mau pipis lagi. oohh.. “
Nia semakin erat memeluk gue, kakinya menjepit pinggangku sangat kuat tak lama kemudian tubuhnya kejang-kejang. sssseeeerrrr..sssseeeerrrr..sssseeeerrrr.. Muncratlah cairan hangat dari dalam memeknya membasahi kepala penis gue, gue tidak peduli dan terus menggenjot secara cepat karena gue merasa sebentar lagi pejuku pun mau keluar.
“oohh..ooohh..neng..abang juga mau keluuaarrr..oohh..”
Saat pejuku sudah diujung, gue langsung mencabut penisku. ploop..bunyi penis gue saat kucabut. Langsung gue kangkangi tubuhnya dan kuarahkan penis gue kemulutnya, Nia cepat membuka mulutnya langsung gue masukkan dan gue kocok
“cepat. oohh..neng..trima ini neng..oohh..telan neng..oohh.. “
“ccccrrrroooot..ccccrrrroooot..ccccrrrroooot.. “Dua kali sudah pejuku keluar didalam mulutnya,
Nia langsung menelannya dan menghisap sampai pejuku sudah tidak keluar lagi. Gue cabut penisku dari dalam mulutnya kemudian gue ciumi seluruh wajahnya, Nia langsung terkapar kelelahan dengan bibir tersungging senyum kepuasan. Kupakai celana gue kembali. Setelah itu gue keluar dari kamarnya, meskipun tidak sampai seperempat penisku yang masuk, tapi sudah membuat kami ketagihan, meskipun begitu gue belum berani menembus selaput daranya, kasihan kalo sampai Nia kesakitan.
Gue pun turun kebawah duluan Kembali ke ruang tempat kita ngumpul. Saat gue sampe kesana gue terkejut ngeliat dian dan tarno sedang…………..
Hubungan gue dengan Nia sama sekali tidak dilandasi oleh cinta, sayang, suka, atau apapun itu. Nia butuh gue sebagai tamengnya. Sedangkan gue senang dengan pandangan orang terhadap gue setelah mereka tau gue "jadian" dengan Nia. Tidak ada yang dirugikan, anggap saja ini hubungan yang saling menguntungkan.
Akhirnya acara makrab selesai juga. Boleh dibilang berkesan, boleh dibilang tidak. Berkesan karena gue bisa merasakan kehangatan tubuh nia. Selama ini pergaulan gue gak jauh-jauh dari Tarno dan Dian. Sekarang gue mengenal beberapa orang teman lagi.
***
Gue kembali menjalani rutinitas gue sebagai mahasiswa. Dihari itu, entah kenapa, gue terlambat ke kampus. Alhasil gue gak bisa duduk bareng Tarno, Dian, dan Nia dibarisan agak depan. Gue duduk sendirian dibelakang bareng teman-teman lain yang juga terlambat.
Gue lihat ke depan. Mata gue tertuju ke Nia. Tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul dalam pikiran gue. Kenapa dia milih gue sebagai "pacar"nya? Kenapa gak yang lain? Dia bisa aja dengan mudah pura-pura jadian dengan siapa saja. Anggap saja pacaran selama makrab, tinggal bilang putus setelahnya.
Kenapa harus gue? Dan apa hubungan kita sekarang? Masih pura-pura? Atau sudah selesai? Gue inget dia bilang kalo dia gak suka kakak-kakak angkatan atas yang mau pedekate sama dia waktu makrab. Sekarang, acaranya sudah berakhir. Artinya, sekarang kita bukan apa-apa lagi donk? Bener kan?
***
Tiba-tiba gue merasa pundak gue digoyang-goyang..
"Donooooo......." Suara seorang wanita
Gak terasa, ternyata gue tertidur dalam kelas. Gue terbangun karena badan gue diguncang dan ada suara yang memanggil gue.
"Donoooo, bangun dulu.. Ini kopinya" Kata suara itu
Gue emang punya kebiasaan ngopi dulu setelah kuliah jam pertama selesai. Biasa gue beli kopi item dikantin, lalu gue bawa ke kelas sambil gue nikmati.
Gue liat ada secangkir (plastik) kopi diberikan kepada gue. Mata gue kemudian mencari siapa yang memberikan cangkir tersebut.
"Abang tidurnya lelap banget siiiih"
Dia Nia dan barusan dia manggil gue dengan "abang"
"Ini kopinya diminum dulu" senyum Nia ke gue
"Oh iya, makasih neng"
Gue juga dengan tidak sengaja memanggil dia "neng"
"Sama-sama" Kata Nia
Dia lalu beranjak pergi. Gue masih bengong mengumpulkan nyawa sambil menggenggam secangkir kopi ditangan gue. Tiba-tiba gue tersadar sesuatu. Gue berlari mengejarnya
"Neng, berapaan?" Tanya gue sambil mengeluarkan dompet
"Gak usah bang"
"Ehh jangan, gue bayar, berapa nih?" Kata gue lagi
"Beneran gak usah abang sayaaaaaaang"
Gue menatap bego ke arah wanita didepan gue. Kita tatap-tatapan cukup lama. Gue memasukkan kembali dompet ke sgue celana. Nia lalu beranjak pergi menuju kursinya.
Pagi ini, gue minum secangkir kopi plus susu dan gula. Rasanya manis. Manis banget. Semanis malam itu. Sepertinya kehidupan gue tidak lagi se pahit kopi yang biasanya gue minum, melainkan manis layaknya senyum dia barusan..
Kalo ditanya orang, apakah gue dan Nia itu pacaran? Kita berdua kompak jawab, iya!
Lalu kalo ditanya orang, kapan kita jadian? Gue diem, Nia menjawab sebelum makrab.
Terus panggilan sayang kita berdua apa? Gue manggil Nia dengan "neng", sedangkan Nia manggil gue, "abang".
Sejak kejadian "kopi", hampir tiap pagi, gue dibeliin sama Nia. Doi juga gak mau diganti duitnya. Alhasil, gue selalu bergegas ke kantin buat mencegat doi. Rada malu juga gue kalo harus ditraktir kopi tiap hari. Tapi sayangnya, entah gue yang terlalu lambat atau Nia yang kecepetan. Gue selalu berpapasan sama doi di selatsar (jalan dari ruang kelas menuju kantin). Nia dengan senyumnya dan secangkir kopi ditangannya disodorin ke gue.
"Abaaaaaang, ini uda dibeliin kopinya"
***
Hari ini adalah hari terakhir sebelum kita mid-term (Ujian ditengah-tengah semester). Cowok-cowok angkatan gue berencana untuk ngadain spniag futsal, lawan tim dari jurusan lain. Hitung-hitung refreshing dulu sebelum belajar buat ujian.
Sore ini kita bakal ngelawan tim dari jurusan lain, tapi satu gedung kampus sama jurusan gue. Gue pun siap-siapin diri dari kostan. Gue siapin sepatu, kaos kaki, baju bola, sama baju ganti. Jujur aja, gue uda lama gak olahraga. Apalagi sejak ngekost, rokok gue makin sepur. Hasilnya ya nafas gue pendek banget.
Sampe di TKP, gue liat anak-anak jurusan gue cuman ada 8 orang termasuk gue. Sedangkan lawan ada hampir 15 orang. Gue uda mulai mikir, ini sih bisa-bisa gue mokad karena kehabisan nafas. Lah, mereka enak, kalo capek tinggal ganti, pemainnya banyak.
Satu jam pertama, permainan masih selow, masih enak ngeliat oper-operan, lari-larian, dan lain-lain. Satu jam setelahnya, anak-anak pada berdiri dibelakang semua nemenin kiper, termasuk gue
Uda bisa ditebak donk, kalo tim lawan itu berusaha mati-matian nyetak gol, tapi gagal melulu karena kami semua berdiri dibelakang nahan bola. Ada satu pemain lawan yang gue liat agresif banget mainnya. Malah boleh dikatakan cenderung kasar.
Entah berapa kali dia nyoba buat nabrak gue. Tapi emang perbedaan bodi kita berdua terlalu mencolok. Gue sedikit berisi, sedangkan dia sedikit cungkring (kurus). Dia selalu terhempas setelah berusaha melewati gue. Well, dari analisa gue, ni anak gak bisa main futsal. Karena dia gak ngerti gimana godon bola. Dia cuman bisa bawa bola lurus kedepan, kalo ada yang halangin, dia halau pakai tangannya atau kadang ditabrakin aja sama dia
Pikir gue, kalo dia mainnya kasar, ya gue ikutan kasar juga donk. Gue juga sedikit banyaknya uda agak emosi kalo liat cara dia. Sampai suatu ketika, dia terhempas setelah nyoba nabrak gue. Ehh dia langsung berdiri, lalu megang kerah baju gue.
"Eh j*nk! Bisa main bola ngak lo?!" Teriaknya
"Kalo gak bisa, keluar aja lu ngent*t" Katanya lagi
Gue mulai emosi saat itu, gue mulai ngepal tangan siap-siap mau memberikan bogem mentah ke wajahnya
Tiba-tiba dari belakang, temen gue megangin gue
"Udah-udah don, ganti aja dulu sama yang lain" Kata temen gue
"Orangnya emang gila, gak usah dihirauin lah" Katanya lagi
Gue berjalan keluar dari lapangan. Akhirnya gue duduk-duduk aja sampai selesai. Gue liat orang tadi masih aja ngeliat gue sinis. Gue yang ngerasa gue gak salah, gue balas juga natap sinis ke arahnya.
Setelah urusan bayar membayar dan kita semua pulang. Saat diperjalanan, tiba-tiba gue diberhentiin sama empat orang dengan dua motor. Ternyata orang yang tadi mainnya kasar. Dia jalan kearah gue, lalu megang kerah gue lagi.
"Lo nantangin gue?" Katanya
"Maksud lo apa tadi mainnya kasar? Bisa main gak lo? Kalo gak bisa, dirumah aja mending lo, anak anj*ng"
"Apa lo liat-liat? Gak senang lo sama gue?"
TIba-tiba gue ditampar sama dia! Lalu dia lanjut megang kerah gue lagi
"Ngomong maaf gak lo?!" Teriak dia
"Ngomong! Punya mulu gak lo, brengs*k!"
Akhirnya karena kesabaran gue uda melewati ambang batasnya. Gue ayunkan kepala gue ke depan. Kepala dia beradu dengan kepala gue. Tapi gue yakin hantaman gue keras, soalnya dia langsung oleng. Dan gue mulai dikeroyok sama tiga temannya yang lain..
Gue punya dasar bela diri, tapi uda lama gak latihan. Yang gue inget, gue dipengangin satu orang. Lalu si kurus tadi mukul ulu hati gue. Asli, gue ngerasa sakit banget. Gue liat dia siap-siap mau mukul gue lagi. Gue ayunkan kaki ke depan buat nendang dia.
Pokoknya, gue cuman bisa bikin dua orang jatuh, salah satunya si kurus dan gue sempat matahin bahu dan indon mukanya. Tapi disisi lain, gue babak belur dihajar dua orang yang lain. Pukulan bertubi-tubi mendarat di muka, badan, dan kaki gue selama gue jatuh.
Sampai tiba-tiba ada mas-mas yang kebetulan lewat.
"Hoi! Ngapain ini?!" Kata mas-mas itu
"Cabut cuy, cabut, ada orang lewat" Kata temen si kurus
Gue liat dua orang yang terkapar, dibopong oleh temennya terus kabur dengan motor. Mas-mas yang tadi lewat menghampiri gue.
"Mas, kostannya dimana? Biar saya anter"
"Gpp mas, saya bisa jalan" Kata gue
Tapi sebenarnya yang gue rasain adalah gue gak ngerasa apapun lagi. Gue gak tau apakah gue kuat jalan ke kostan atau ngak. Gue bahkan gak ngerasain tangan atau kaki gue sendiri!
"Ke rumah sakit mas, ini berdarah banyak"
"Gpp mas, tolong bantuin saya ke kostan saja" Kata gue
"Oke-oke, bentar mas, saya ambil motor dulu"
Gue dianterin mas-mas tadi sampai ke depan kostan. Yang gue rasa, kepala gue pusing banget. Walaupun kaki gue napak tanah, tapi gue ngerasa kayak terbang. Badan gue asli sakit semua.
"Makasih mas"
Kata gue ke mas-mas yang tadi. Tapi tiba-tiba gue merasa lemes banget, terus hilang keseimbangan. Mas-mas tadi dengan sigap megangin gue.
"Kenapa ini?" Kata seseorang dari kostan
Yang gue inget disini, gue ngerasa kalau gue mau pingsan. Tapi masih gue tahan-tahan untuk menjaga kesadaran gue. Gue tau kalau gue dianter ke UGD. Yang nganterin gue itu mas-mas yang tadi sama bang Tono (salah satu anak kostan gue).
Ternyata kepala gue bocor. Gue dapat 3 jahitan khusus di kepala. Bibir gue sobek. Serta jahitan dan lebam-lebam lain yang ada dibadan gue.
***
Sebenarnya gue disuru ronsen juga karena ada lebam disekitar tulang rusuk gue. Tapi gue gak mau. Pertama, gue gak punya duit buat bayar. Kalo gue bilang ke nyokap. Nyokap pasti marah-marah dan ngelarang gue kuliah ke luar lagi (secara gue anak tunggal).
Sakitnya gue tahan-tahan. Gue gak bisa tidur, gak bisa mandi. Mau belajar, gue gak konsen. Hidup gue berasa menderita banget. Sampai hari senin, gue berangkat ke kuliah buat ujian. Gue paksain jalan dari kostan ke kampus. Beberapa kali gue mesti berhenti untuk ngilangin pusing hebat yang gue rasain.
Sampai dikampus, orang-orang pada merhatiin gue, tapi gue cuek aja jalan ke kelas. Gue tau muka gue berantakan. Lebam sana sini, belum lagi bibir gue yang sobek.
Sampai dikelas, gue dicerca berbagai pertanyaan (yang menurut gue agak bodoh),
semisal "don, sakit gak?"; "Don, kamu kenapa bisa begini?"
Semua gue jawab secara asal, "digigit nyamuk, jadi gini deh bentol-bentol"
Gue satu ruang ujian bareng Dian. Doi juga duduk disebelah gue karena nomor absen kita berurutan. nia dan tarno terpencar di kelas yang berbeda-beda.
***
Saat kertas soal dibagikan. Gue cuman memandang bego ke arah soal
Gak ada yang bisa gue jawab. Rencana gue adalah duduk selama 30 menit, lalu mengumpulkan kertas ujian kosong. I totally have no idea.
Saat gue lagi memainkan pulpen sambil nahan pusing. Ternyata ada kertas yang diberikan kepada gue dari bangku sebelah. Gue melihat ke arah kertas itu datang.
"Di ambil don, cepetan" Kata Dian
"Cepetan nanti ketahuan" Kata Dian lagi dengan berbisik
Gue ambil kertasnya, lalu gue liat. Ternyata itu jawaban ujian gue. Saat itu gue mikir, Dian ternyata pinter banget ya. Dalam waktu yang termasuk singkat, doi bisa jawab semua pertanyaan dari soal itu.
Untung banget gue ditolong oleh Dian. Kalo ngak, gue gak tau gimana nasib gue di ujian ini. Gue sama sekali blank. Gue uda coba belajar kemnia-kemnia, tapi gue pusing banget sampe gue sama sekali gak bisa inget apa yang gue coba hapal dari materi kuliah.
Secepat kilat gue menulis apapun jawaban yang ada dikertas yang diberikan Dian. Lalu gue mengumpulkan kertas jawaban itu. Kebetulan juga waktu ujian telah habis. Gue balik ke tempat duduk, mau bilang makasih ke Dian.
"dya, makasih yo hehe" Kata gue
"Sama-sama dono " Balas Dian
And guess what??
"Abaaaaaaaaaaaaaaaaaaang" suara dari alam gaib
Siapa lagi kalo bukan dia. Siapa lagi yang punya suara manja nan melengking yang manggil gue dengan panggilan "Abang". Siapa lagi kalo bukan NIA!
"Abang habis ngapain sih? Kok bisa jadi gini?" Tanya Nia
"Boy, elu berantem sama siapa? Jadi bonyok gini" Tanya tarno
Nia dan Tarno datang bersamaan ke ruang ujian gue. Parahnya, Nia kayak bocah, megang-megang jahitan dikepala gue.
"Sakit neng, jangan disentuh sih" Ketus gue
"Maaf bang" Nyengir Nia
Disitu gue cerita sama Tarno kalo gue berantem setelah main futsal. Gue dikeroyok sama 4 orang makanya gue jadi bonyok gini.
"Hah?? Empat orang mukulin elu??" Tanya Tarno terkejut
"Kagak sih, dua uda gue bikin terkapar dulu, salah satu patah tangan
ehh sisanya yang berdua gantian bikin gue terkapar" jawab gue bangga
Tiba-tiba kepala gue ditoyor sama Nia
Gue menatap Nia
"Masih bisa bangga lagi! Sakit kan sekarang? Makanya jangan berantem!" Cerocos Nia
Saat Nia lagi asik godain gue. Gue denger pembicaraan antara Tarno dan Dian.
(panggilan sayang mereka berdua itu "yank")
"Ehh yank, tadi nomor 3, kamu jawabnya gimana?" Tanya Tarno
"bla.. bla.. blaa... " Dian menjelaskan
Tiba-tiba gue tersadar sesuatu..
"Dya, yang kamu kasih tadi ke gue itu jawaban soal ujian kan??" Tanya gue
"Iya don"
Setelah dari acara makrab, gue uda mulai bisa ngobrol sama Dian. Gue gak se grogi dulu lagi. Tapi ya gitu deh, kadang gue masih aja gugup sedikit. So, kita kalo ngobrol gak bercandaan.
"Kok yang kamu jelasin tadi panjang banget??" Tanya gue lagi penasaran
"Loh, kamu nulis jawabannya bulet persis kayak yang gue kasih?" Dian terkejut
"dono, itu cuman garis besarnya, kamu sama sekali gak ngembangin jawabannya??" Tanya Dian
Mampus gue! Emang gue tadi ngerasa agak sedikit aneh dengan jawaban dari Dian. Jadi pertanyaannya dalam bentuk esai, sekitar 5-6 pertanyaan. Jawaban dari Dian itu rata-rata seperti inti atau garis besarnya aja.
"Kamu sama sekali gak belajar don? Tanya Dian
"Ngak, soalnya pusing banget kemnia gara-gara ini" Jawab gue sambil nunjuk bekas jahitan gue
" hahaha " Dian ketawa
"Aduuuh, maaf, Ibu dosennya nanti mesti bingung pas liat jawaban kamu don " Kata Dian
Dalam hati gue cuman bisa bilang,
"What it will be, just let it be"
Gue pasrah sepasrah pasrahnya...
"Hahaha abang sih berantem sebelum ujian" Kata Nia
"Ya mana tau neng" jawab gue pasrah
"Yowes, entar belajar bareng aja buat ujian lusa. Gimana??" Tawar Nia
"Wuiiiih, boleh boleh, dimana? Berdua aja? Dikamar ku aja ya"
Lagi-lagi kepala gue ditoyor sama Nia.
Setelah itu, kami beranjak menuju parkiran karena mau pulang. Di tempat nongkrong parkiran, gue liat salah satu dari empat orang yang keroyok gue kemnia. Dia yang sama sekali gak luka karena gak kena pukulan gue.
Gue ngomong ke Tarno sambil nunjuk orangnya. Dan orangnya juga merasa kalo lagi ditunjuk oleh gue. Dia sempat melihat gue. Gue balas menatap dia sinis.
Setelah semua balik. Gue pun jalan menuju kostan.
Disini gue sama sekali gak merasa ada yang ngikutin atau gimana. Gue biasa melewati jalanan kecil yang shortcut dari kampus ke kostan. Jalan ini bisa dilewati motor, tapi lumayan sepi. Ketika gue nyampe daerah ini. Tiba-tiba gue dicegat sebuah motor. Penumpangnya turun sambil melepas helm ke arah gue.
Ternyata dia orang yang tadi gue tunjuk
"Hoi j*nk, temen gue masuk rumah sakit, lo tanggung jawab!" Cerca dia
"Lah? Gue pikir uda mati" Kata gue
"Nyolot ya lo, uda ngerasa jago?"
Tangannya yang memegang helm diayunkan kearah gue.
Kepala gue dihantam oleh helmnya.
Keras dan tepat mengenai kepala bagian samping gue,
Sialnya, gue terlambat untuk reflek menghindar...
Gue terhuyung-huyung oleh hantaman helm barusan. Butuh seper sekian detik hingga gue sadar kalau orang didepan gue ini mau menghantam gue lagi dengan helm. Kali ini reflek gue lebih cepat. Gue langsung mendorong dia jatuh lalu memukuli kepalanya bertubi-tubi.
Posisinya saat itu gue menduduki orang ini dan dia terkapar di jalan. Gue gak ngerasa apapun. Entah itu luka dikepalan tangan gue yang baru mengering ataupun bekas pukulan helm dia barusan. Yang gue tau saat ini adalah gue larut dalam emosi gue sendiri
Dia lalu memukul perut gue bagian samping. Gue sempat hilang keseimbangan dan sekarang giliran dia yang menduduki gue. Satu pukulan tepat di daerah mata gue dapatkan. Setelah itu pukulan demi pukulan gue dapati. Darah uda pasti keluar, entah dari hidung gue, mulut gue, ataupun bekas jahitan gue.
Gue gak tau berapa lama gue dipukuli. Gue sendiri uda gak sanggup melawan. Tapi gue masih berusaha menjaga kesadaran. Sialnya buat gue, gak ada yang lewat jalan itu. Entah karena kejadian itu cepat atau emang gue yang lagi sial.
Mungkin dia uda ngeliat gue gak berdaya. Akhirnya dia berhenti. Berdiri. Lalu memberi tendangan telak kearah perut gue. Ludahan dia pun gue dapati. Gue emosi. Gue pengen membalas. Tapi gue gak bisa. Gue lemes banget. Setelah dia puas, dia pun ninggalin gue terkapar di jalan.
Gue sendiri gak tau gimana caranya. Yang pasti setelah gue merasa sedikit lebih baik. Gue berusaha berdiri. Memungut tas gue dan berusaha untuk berjalan. Setelah sampai ke jalan yang agak ramai. Gue liat banyak orang yang lewat dan memandang gue. Gue gak tau bagaimana bentukan gue saat itu. Yang gue pikirkan adalah gue harus kuat buat jalan ke kostan.
Ketika melewati pintu kostan, tiba-tiba bang Aji yang lagi nonton diruang tengah mendapati gue sedikit aneh
“Kenapa kau, lek?” Kata aji
“Gpp bang” jawab gue
“Apanya yang gpp, berdarah gini kau, habis berantam kau?” Tanya dia
“Iya bang dipukulin orang” Jawab gue
“Dimana dia? Biar ku pukuli” Kata dia
Setelah itu bang Aji memanggil bang Tono karena kamarnya ada dibawah. Mereka berdua membersihkan darah gue lalu mengantar gue kembali ke rumah sakit buat dajihit lukanya yang kebuka.
"don, lu ngapain berantem sama orang tadi?" Tanya bang Tono.
"Dia cari masalah duluan bang" Kata gue
Gue jelasin semuanya dari awal kejadian pas main futsal sampai gue dipukulin lagi tadi siang. Bang Tono cuman mangut-mangut ketika gue jelasin.
"Lu cari tu orang berempat tinggalnya dimana, nanti abang patahin kaki mereka" Kata bang Tono
"Satu uda patah kok tangannya bang " jawab gue nyengir
"Jago juga lu berantem haha, yauda sisanya biar abang urus"
Gue diantar balik ke kostan. Saat itu gue melihat Ibu kost dengan dua orang (bapak-bapak dan ibu-ibu) berdiri didepan kamar gue.
“dono kenapa?” Tanya Ibu kost
“Barusan dari rumah sakit Bu, jahit luka” Jawab gue
“Dasar anak muda. Kamu dikirim kemari buat sekolah, malah gak bener. Berantem.
Ini orang tua kacung mencari kamu.” Kata Ibu kost
“Kamu kenapa berantem sama anak saya? Sekarang tangannya patah, kamu bisa tanggung jawab?” Kata Ibu-ibu yang disebelah ibu kost.
Disitu pun gue sadar. Ternyata si kurus yang kemnia berantem dengan gue itu namanya kacung. Dan sekarang orang tuanya datang meminta gue tanggung jawab.
Disitu Ibu kost gue menjelaskan kalo gue itu perantauan. Setelah ngomong panjang lebar, ternyata mereka datang meminta ganti rugi ke gue karena anaknya sekarang patah tangan kanan dan biaya pengobatannya itu lumayan. Terlihat banget Ibu kost gue membela mereka. Gue cuman bisa dicerca bertubi-tubi. Gue yang uda emosi mendengarnya lalu mengatakan kepada orang tuanya kacung.
“Bapak sama Ibu punya mata kah? Tidak buta toh? Bisa lihat ini jahitan dikepala saya? Tadi siang, saya dipukulin lagi sama teman anak Ibu. Seharusnya Ibu dan Bapak bertanya kepada anaknya sendiri, kenapa saya dipukulin duluan. Toh saya hanya membela diri”
“Ehh kamu kurang ajar! Dia mukulin kamu karena kamu kasnia dia waktu main bola” Kata si Ibu
“Bu, kalau main bola kasar itu wajar Bu. Kalau halus itu main catur. Lagipula anak Ibu yang kasar duluan. Jadi saya harus gimana? Diam aja dikasnia? Wajarlah kalau saya melawan” Jawab gue lagi
Setelah gue adu mulut sama si Ibu. Akhirnya si Bapak ikutan ngomong.
“Sudah.. sudah.. Sekarang kamu bisa tanggung jawab tidak?” Kata si Bapak
“Loh? Kenapa harus saya?” Jawab gue
“Yasudah kalau begitu”
Setelah mereka sadar bahwa jalan buntu yang dihadapi. Mereka lalu pamit dengan Ibu kost gue, berjalan melewati gue tanpa memberi salam kepada gue. Yang parahnya (dan masih gue inget sampe sekarang) setelah mereka melewati gue, si Ibu ngomong
“Dasar orang miskin! Gak punya uang aja belagu!”
“Saya emang miskin, setidaknya saya punya otak! Daripada anak Ibu?! Ibu sama anak sama bego nya!”
Kata gue yang sudah tidak bisa menahan emosi.
Tampak si Ibu melihat sinis ke arah gue dan mau berjalan ke arah gue. Tapi dia ditahan suaminya dan mengajak dia beranjak pergi. Ibu kost yang ada disitu juga menatap gue dengan tatapan terkejut. Pikir gue dalam hati. Okelah, kalo gue diusir dari kostan, gue cabut sekarang juga.
Gue pikir gue bakal diceramahi oleh Ibu kost gue, secara dia orangnya uda tergolong sepuh. Mungkin sekitar 60an tahun. Tapi ternyata dia berlalu melewati gue dan menasehati gue supaya gak berantem lagi. Gue masuk ke dalam kamar.
Sebenarnya gue masih kesal. Kesal dengan semuanya. Pertama, gue kesal kenapa gue bonyok melulu dipukul mereka. Dua kali gue terkapar. Dua kali juga gue babak belur. Kedua, gue kesal karena duit bulanan gue habis buat berobat ke dokter. Ketiga, gue kesel karena gue dihina miskin. Ya memang gue gak punya apa-apa. Makanya itu, gue sekarang berusaha untuk meraih title, agar masa depan gue dan nyokap gue lebih baik dari sekarang. Gue benci banget kata-kata wanita jal*ng barusan. Tapi apa daya, itu kenyataan dan gue gak bisa apa-apa.
Gue cerita semuanya ke teman-teman kostan gue. Mereka juga emosi mendengar hal itu. Yang paling emosi adalah bang Pono dan bang Tono. Mereka berdua meminta gue cari info tentang siapa saja yang mukulin gue. Katanya mereka mau balas dendam. Well, gue pikir disini mereka cuman sok jagoan doank. Jadi cuman gue anggap angin lalu dan gak gue hirauin. Tapi dalam hati gue, gue emang menyimpan dendam.
***
Besok paginya gue terbangun oleh WA dari dosen pembimbing akademik gue. Beliau meminta gue menemui dia kalau bisa pagi ini atau paling lambat siang ini. Selain itu, ada juga sms dari Tarno yang bilang bakal jemput gue sekitar jam 10 buat belajar bareng di rumah Nia. Gue pikir daripada gue harus jalan ke kampus dalam kondisi begini, jadi gue minta tolong Tarno buat jemput gue ke kampus buat ketemu sama dosen gue bentar.
***
"Boy, siap-siap, bentar lagi gue jemput" dari Tarno
"yooo" to Tarno
Sekarang Tarno uda pindah kostan deket daerah kostan gue. Alasannya biar hemat ongkos pas antar jemput Dian. Dulu Tarno tinggal di jalan ******, sedangkan Dian tinggal di *****. Kampus kita di *****. Buat yang tinggal di malang, bisa kebayang donk berapa liter bensin yang dia habisin buat jemput pacar terus ke kampus
"gue uda dibawah" WA dari Tarno
Gue pun turun dan gue liat disana ada dua motor, satunya Tarno dan satu lagi ternyata Dian.
"Muka lo kenapa lagi tuh boy?" tanya Tarno
"Biasa, digebukin lagi gue kemnia" jelas gue
"Parah, mau gue bantuin balas gak?" tanya tarno
"Kamu malah manas-manasin sih yank?" Kata Dian sambil nyubit Tarno
"Yauda yuk, ngobrol dijalan aja" Kata gue
Gue yakin ni bocah juga cuman sok jagoan doank. Dan setelah gue melihat gaya dan pergaulan mereka, gue yakin mereka gak punya riwayat berantem sebelumnya. Jadi gue pikir sia-sia kalo gue minta bantuan mereka.
Setibanya gue dikampus, gue langsung buru-buru menuju kantor dosen gue. Tarno dan Dian menunggu didepan, sementara gue masuk menemui dosen gue. Ternyata kabar mengenai gue berantem sampai ke telinga dosen gue. Entah bagaimana caranya, yang jelas saat itu gue diberikan selembar kertas HVS dengan kop surat dari fgueltas gue dan tertanda dari wakil dekan bagian kemahasiswaan. Gue baca sekilas surat itu, lalu gue tertunduk lemas.
“Ini surat peringatan buat kamu. Kalau kamu dapat tiga kali surat peringatan, kamu bakal dikeluarkan dari kampus. Ibu harap ini yang pertama dan terakhir. Ibu rasa kamu sudah dewasa dan tidak perlu melguekan tindakan ceroboh seperti ini lagi. Kamu mengerti?” Kata dosen gue
“Mengerti Bu” Jawab gue pasrah
“Kalau begitu, silahkan kamu keluar.”
Saat itu yang ada dipikiran gue adalah mencari kacung ataupun teman-temannya. Gue gak peduli kondisi gue yang penuh jahitan. Gue rasanya ingin sekali memberi sebuah bogem mentah dimuka mereka.
Saat gue keluar, kebetulan disana ada Adit dan satu orang teman gue yang sedang ngobrol dengan Tarno dan Dian.
“Kenapa boy?” Tanya Tarno
“Noh.. “ Kata gue menunjukkan surat tadi
Mereka membaca sejenak lalu
“Ihhh, kenapa jadi gini sih don?” Kata Dian
“Entah.. gue gak ikut kerumah Nia dulu ya” Kata gue
“Loh? Lu mau kemana? ” Tanya Tarno
“Gue mau nyari si anj*ng itu. Mau gue hajar. Bangs*t tuh orang” Kata gue kesal
“Eitss, sabar, gak bakal selesai, yang ada lu dikelunia entar boy” Kata Tarno ke gue
“Bodo amat gue” Kata gue
"Kamu berantem sama kacung anak (menyebut jurusan) itu don??" Tanya Adit
"Iya, yang tempo hari main futsal lawan kita itu" Kata gue
"Udah, mending gak usah don. Sia-sia.." Kata Adit
"Bapaknya punya pangkat. Katanya sih Dekan kita dulu satu angkatan sama bapaknya. Ini juga gue yakin bapaknya yang minta kamu dikasih surat begini" penjelasan Adit
Saat itu, yang awalnya gue uda terbakar emosi sendiri, tiba-tiba gue sadar kalau semua yang gue lguein bakal berakibat bodoh buat diri gue sendiri. Gimana gue bisa melawan? Satu lawan satu mungkin gue menang. Tapi emang real world peduli dengan hal ini? Sayangnya tidak...
Setelah gue agak tenang. Sebenarnya bukan tenang, tapi lebih ke mengalah pada nasib. Akhirnya gue putuskan buat ikut belajar bareng aja di rumah Nia. Gue sendiri gak sanggup kalo belajar sendiri. Awalnya sih semangat, tapi kalo uda mulai sakit ni kepala, bisa gue tinggal tuh semua catatan. Lalu, berangkatlah kita bertiga ke rumah Nia...
Rumah Nia ada didaerah *******. Tapi masih masuk ke gang-gang lagi. Gue liat rumahnya dua lantai dan halamannya lumayan luas, bisa parkir dua mobil. Gue liat disana cuman ada dua motor yang parkir. Rumahnya sendiri gak bisa dibilang gede, gak bisa dibilang kecil juga.
Setelah di sms oleh Dian. Si empunya rumah keluar juga. Doi make kaos ketat lengan Panjang, rok Panjang dan jilbab. Standar pakaian anak-anak cewek kalo dirumah lah.
“Abaaaaaaaaang, sini masuk dulu ke rumah eneng “ Teriak Nia
Tarno dan Dian terlihat senyam senyum aja liat tingkah lgue kami berdua. Setelah parkir motor, kita turun dan lepasin helm.
“Bang, ini kenapa lagi lebam? Berantem lagi?” Tanya Nia.
“Kagak, digigit capung tadi” Kata gue.
Terlihat wajahnya manyun, mau mencubit gue, tapi gue buru-buru menghindar. Cubitan Nia itu sakit. Tangan doi panjang-panjang trus kukunya juga lumayan. Kebayang donk gimana rasanya kalo kena daging. Setelah itu kami dipersilahkan masuk ke rumah. Sekilas gue ngeliat Nia dengan pakaian yang lumayan ketat tadi. Harus gue guei emang, kalo badan Nia itu bagus banget.
Gue sempat melihat banyak foto di ruang tamu. Ada satu foto gede yang berisi lima orang. Gue yakin itu foto keluarganya Nia. Terlihat disana ada bokap, nyokap, sama dua cewek serta satu cowok. Yang cowok terlihat muda banget, taksiran gue sih masih SMP gitu lah, pasti itu adeknya. Sedangkan dua cewek lainnya itu lumayan mirip. Bedanya cuman satu lebih kurus, satunya lagi lebih berisi. Ini pasti Nia dengan kakak atau adek perempuannya.
Terus gue liat lagi foto lain. Disitu ada anak cewek kecil yang lagi merayakan ulang tahunnya ke 7. Disitu anak ini pakai baju gaun putih untuk anak-anak dan terlihat siap-siap untuk meniup lilin ulang tahunnya. Entah cuman perasaan gue aja atau gimana, tapi anak ini terlihat fotogenik banget. Raut wajahnya, senyumnnya dan lain-lain terlihat begitu bagus difoto tersebut. Terus ada juga foto siraman bayi, warnanya agak kabur. Gue liat disitu bayi ini cuman dibalut kain. Lucu banget bayi itu.
Lalu ada foto lain lagi dan kali ini gue yakin kalo itu adalah Nia. Disana terlihat doi memakai gaun yang kece banget. Disebelahnya ada foto doi bareng bokap nyokapnya dibelakang kue tart dengan lilin angka 17. Gue yakin ini foto pas perayaan sweet seventeennya doi. Gue liat senyum Nia disana. Manis banget. Gue liat wajahnya, tampak anggun seperti nyatanya.
“Cakep ya cewek lo, boy” Celutuk Tarno
“Huahahahahaha“ Gue tertawa lepas
Disini gue gak tau, apakah Tarno tau sebenarnya bahwa gue sama Nia cuman pura-pura jadian atau dia uda tau sebenarnya dan pertanyaan barusan adalah pertanyaan retoris. Baru gue mau menjelaskan hal itu. Nia keluar dengan nampan berisi gelas dan minum bersama Dian disebelahnya sambil bawa gelas berisi es.
“Abang mau kopi?” Tanya Nia
“Ngak ah..., kamar kamu dimana neng?” Tanya gue
“Diatas, kenapa?“ Kata Nia
“Ke atas yuk, gak tahan nih liat kamu “
“Abaaaaaaaang! Mesum!!!” Teriak Nia
Jujur gue lelaki normal. Mana tahan gue ngeliat kayak begituan. Kurus-kurus papan cucian juga gue embat deh kalo uda gini kejadiannya.
Setelah itu gue ambil satu gelas sirup dengan es untuk melepas dahaga gue. Nia masuk lagi ke dalam. Sekarang diruang tamu cuman ada gue, Tarno dan Dian. Gue liat disana mereka ngobrol sedangkan gue kembali melihat foto-foto di dinding.
Nia kembali ke ruang tamu bergabung bersama kami. Sialnya, sekarang doi pake baju lengan panjang yang agak longgar. Sialan..
Tau gitu tadi gue gak usah komen tentang pakaian doi...
Disitu gue coba belajar, tapi entah kenapa gue ngerasa pusing banget ketika gue berusaha untuk mengerti suatu hal. Apa mungkin ini efek dari luka dikepala gue ya? Tapi gue gak boleh manja. Gue harus bisa mengalahkan rasa pusing ini. Mau gimana pun gue disini kuliah dan gue harus nyelesaiin kewajiban gue itu.
Di waktu selingan, kami sering ngobrol ngalur ngidul kemana-mana. Berbagai topik kami bahas ketika kami bosan. Seperti gimana kronologis tentang gue kemnia. Terus masa-masa SMA kita masing-masing. Ada juga tentang keluarga kami masing-masing.
Disela-sela ngobrol perban Lukgue agak terbuka spertinya udah waktunya ganti nih. Nia yang melihat itu pun langsung sigap nawnia ganti perban
“abaaannngg…perbannya kebuka, neng gantiin ya” kata nia agak panik
“iya deh neng kayaknya udah waktunya ganti” jawabku santai
“ya udah keatas yuk bang biar neng gantiin perbannya” ajak nia
Gue pun mengikuti Langkah kaki nia menuju lantai dua. Ternyata nia ngajak gue kekamarnya. Kamar nia ada di lantai 2. Nia nyuruh gue duduk dipinggir Kasur dan gue nurut aja. Gue duduk sambal clingak-clinguk ngeliatin kamar nia. Nia kemudian dating bawa perban dan duduk disebelah gue. Sekitar 10 menitan perban gue diganti sama nia.
Entah kenapa tiba-tiba gue mencium nia, mungkin karna kita Cuma berduaan di dalam kamar. Nia hanya diam dan semakin membenamkan kepalanya karena malu. Ku pegang dagunya dan mulai kukecup bibirnya, Nia langsung membalasnya dan terjadilah freskiss saling lumat saling sedot dan bertukar ludah. Kubalik kan tubuhnya dan kutindih tanpa melepas ciuman kami, tanganku mulai meremas-remas dadanya, ciumanku mulai turun kelehernya kujilat dan kukecupi seluruh lehernya. Kubuka kaos dan miniset yang dipakainya karena Nia tidak memakai bh (mungkin kecil jadi dirumah lebih milih pake miniset daripada bh), setelah terbuka langsung kuhisap dadanya yang sebelah dan yang satunya tetap kuremas dengan tangan. Nia langsung menggelinjang dan tubuhnya sedikit bergetar.
“ooohh..bang..oochh..gelii..jangan digituin gelii..Neng tidak tahan bang..oohh… “
gue tidak peduli dengan rintihannya terus saja kuhisap dan kuremas bergantian kiri kanan. Setelah puas dengan dadanya hisapanku dan kecupanku mulai turun keperutnya, cukup lama disekitar perut gue angkat rok panjang yang dipakainya. Gue tersenyum melihat cd nya yang berwarna pink renda dan ada gambar hello kity ditengahnya hmm..lucu sekali. kubuka kakinya mengangkang dan wow..memang tembem memek nia ini, dari luar cd saja sudah terlihat menggunduk. Dulu pas dipantai gelap jadi ga keliatan.
Langsung kubenamkan wajahku diselakangannya, kuhisap dan kujilati memeknya dari luar cdnya yang sudah basah kurasakan.
“aaduhhh…duh..duh..punya neng diapain bang..oooohhh…”
Tangannya menggapai kepala gue ingin mendorong menjauhi memeknya tapi tak kuasa menahan nikmat dan geli sehinga membuatnya hanya meremas-remas rambutku saja.
Sudah puas membuat gambar hello kity nya basah,mulai kulepas cdnya dan kukangkangkan kembali kakinya,oohh..indah sekali memek nia ini,benar-benar tembem mulus tanpa bulu dan putih bibirnya hanya segaris. Mula-mula kuciumi gundukan diatas garis memeknya saking gemasnya gue melihat gundukan itu. Mulai kumainkan lidahku mengulas garis memeknya kukail-kail dan kucolok-colok dengan lidahku.
tubuh Nia langsung menegang dan kakinya langsung menjepit kepala gue.
“oooohhh..eeeehhhhh..bang..ampun..geliii..neng gak tahan, oohh…. “
Gue tidak peduli tetap mengulas dan menyedot tepat digaris memeknya, kemudian kubuka bibir memeknya, astaga..berwarna kemerahan lubangnya kecil mungkin jari kelingkingku aja susah untuk masuk dan kelentitnya hanya sebesar kacang hijau. Gue tidak tahan melihatnya langsung saja kujilati daging kemerahan itu kucucuk lubang kecil itu dan sesekali kujilat dan kusedot kelentit mungilnya. Tak ayal membuat Nia kelojotan dan tubuhnya semakin menegang, merasakan sesuatu yang baru pertama kali dirasakannya
“aaahhh…ooohhh..enakk banget bang..eenghh..awas! bang..minggir neng mau pi…pissss…oohhh…. “
Mungkin baru pertama dirasakannya jadi hanya 5 menitan saja Nia sudah mau orgasme, gue semakin cepat menjilat menyedot kelentit dan lubang memeknya.
“Aduhh…duhh…minggir bang…ohh.. sssseeeerrrr…sssseeeerrrr…sssseeeerrrr.. “
cairan bening menyembur pelan membasahi mulutku langsung gue sedot sampai bersih,hhmm..asin dan gurih rasanya. Setelah badai orgasme mereda kulihat Nia nampak lemes tak bertulang tetapi tersungging senyum kepuasan. Gue branjak berbaring disampingnya sambil kubelai rambutnya.
“abang mesum? ini enak sekali dan baru pertama kali neng merasakan yang seenak ini” “iya sayang..tapi..?” sengaja ku buat menggantung biar Nia penasaran.
“tapi apa bang?” “abang juga ingin merasakan seperti apa yang kamu rasakan”
“apa yang harus neng lakukan bang..? Nia kan belum tau”
“Langsung gue ambil hp gue dan kubuka koleksi bfku, sengaja kupilih video blowjob saja.
“Ini neng lihat dulu biar tau caranya..” Kuserahkan hp gue dan kulihat Nia melihatnya dengan serius. “sudah tau kan neng caranya?” Nia mengguk tersipu-sipu malu,
kulepas celana gue dan mulai berbaring ditengah tempat tidur, kulebarkan kakiku dan nia langsung bersimpuh ditengahnya, kulihat Nia terpana dan begidik ngeri melihat penisku yang besar panjang dan keras. Agak malu-malu Nia mulai memegang penisku dan dikocok pelan, oohh..lembut sekali tangannya, percumku mulai meleleh keluar, Nia sedikit ragu-ragu menempelkan lidahnya dikepala penisku dan menjilat cairan yang keluar dari lubang kencingku.
“ooohh..kok dijilat neng?” tanya gue
“neng penasaran rasanya, difilm tadi keliatanya enak,hmm..rasanya asin tapi neng suka” ada amisnya seperti telur setengah mateng, itu gambaran Nia rasanya peju.
Hehe..ada-ada saja nengku sayang ini.
“kalo begitu nanti abang keluar neng telen ya pejuhnya” ucap gue senang..
Nia mengangguk dan mulai menjilati penisku dari kepala sampai kepangkal batangnya,persis seperti difilm yang ditonton tadi,hmm.***panya dia cepat belajar dan oohh..rasanya nikmat geli merinding.
“neng jangan sampai kena giginya ya” pint ague ke nia
Secara perlahan Nia mulai memasuk kan penisku kedalam mulutnya,oohh.. gue semakin bernafsu melihatnya, penis besarku mulai memasuki mulut mungil yang seolah-olah tidak muat menampungnya. Nia mencoba memasuk kanya lebih dalam tetapi hanya seperempat dari penisku saja yang bisa masuk, Nia mulai menaik turunkan kepalanya serta menghisap penisku.
“ooohhh…hmm..aaahhh..enakk..dek..oohh..enakk sekalii.. “
Tak lupa tangannya mengocok batang penisku yang tidak bisa masuk kedalam mulutnya, guepun membantunya dengan menaik turunkan pinggulku. oohh..rasanya sungguh nikmat sekali, gue semakin cepat menaik turunkan pinggulku sambil memegang kepalanya. karena gue merasakan sebentar lagi pejuku akan keluar.
“oohh..neng…abang mau keluarr..oohh..aahh..hisap neng..oohh.. “
“ccccrrrroooot…ccccrrrroooot…ccccrrrroooot… “gue menghentak-hentakkan pinggulku.
“oohh..telan dek oohh..telaan.. “ Luar biasa rasanya sungguh nikmat.
Nia langsung menelan pejuku dan terus menghisapnya tangannya pu terus mengocok sampai pejuku habis terkuras. setelah pejuku sudah tidak keluar lagi Nia menghentikan kocokannya dan hisapannya,menjilati kepala penisku sampai bersih. Kemudian Nia berbaring disampingku dan kukecup keningnya dan kuucapkan
“makasih eneng sayang” Nia tersenyum manis langsung meringkuk dipelukan gue dengan penuh kepuasan.
”sekarang giliran kamu yang abang bikin enak ” ucapku sambil mengecup keningnya.
Gue mulai beranjak kesamping tubuhnya. Kubentang kakinya kesamping berlawanan, dan gue tengkurap ditengah kakinya membuat wajahku tepat diatas pantatnya. oohh..pantat yang bulat mulus dan tonggeng menggairahkan, terlihat lubang duburnya yang bersih dan dibawahnya memek yang tembem belahan hanya segaris membuatku menelan ludah berkali-kali melihatnya.
Gue mulai menciumi dan mengenyoti bongkahan pantatnya, tanganku ikut meremas-remasnya lembut. Lidahku mulai mengulas dan menjilati lubang duburnya, tubuh Nia tersentak kaget merasakan duburnya Gue jilati yang memang baru pertama kali kulakukan.
“oohh..bang jangan oohh..aahh..itukan kotor,oohh.. “
Gue tidak peduli dengan erangan Nia dan terus menjilati duburnya sampai basah kuyup, bagiku dubur Nia sangat bersih dan baunya bukannya menjijikan tapi malah menggairahkan. Gue buka belahan pantatnya dan gue mulai menekan masuk lidahku keduburnya, gue keluar masukkan lidahku sesekali kuulaskan didalam membuat Nia mencengkram erat seprei dan membenamkan wajahnya kebantal mengerang-ngerang nikmat.
Setelah puas dengan duburnya jilatanku turun kememeknya yang sudah sangat basah sekali, kujilati kelentitnya kucucuk lubangnya dan kusedot cairan yang keluar dari dalam. Mungkin karena sudah sangat terangsang saat kumainkan duburnya, sehingga sebentar saja kumainkan memeknya membuat Nia sudah orgasme. tubuhnya menegang dan mulutnya tak henti-hentinya mengerang.
“oohh..oohh..aacchh..neng mau pipis bang..oohh..” “sssseeeerrrr..sssseeeerrrr..sssseeeerrrr..”
Gue sedoti cairan yang keluar dari memeknya sampai tak ada lagi yang keluar. Gue balikan tubuhnya dan gue kangkangkan kakinya menekuk keatas, gue suruh Nia memegangi lututnya agar posisinya tetap mengangkang seperti itu. Selain nafsu gue kembali memuncak dan penis gue sudah berdiri mengeras lagi, hari ini gue ingin merasakan sesuatu yang lebih dari sebelumnya yaitu memasuki tubuhnya.
Nia hanya diam saja dan mengikuti apa yang gue suruh, menunggu apa yang akan gue lakukan lagi terhadap tubuhnya. Gue lihat memek tembemnya merekah bibirnya sedikit terbuka memperlihatkan daging berwarna pink kemerahan, membuatku tidak tahan untuk segera memasukinya. Segera gue gesekkan sebentar ujung penis kebelahan memeknya dan mulai gue tekan-tekan masuk.
“heeghh…eenghh…bang..heeengh..” suara tertahan Nia saat gue mencoba memasukkan penis gue kememeknya yang basah itu.
Susah sekali penis gue untuk masuk, sudah hampir 10 menit penis gue selalu terlepas kadang melejit keatas kadang kebawah saat gue tekan. Gue berhenti menekan dan gue tempelkan ujung penis gue tepat dilubang memeknya, kurasakan otot memeknya perlahan mengendur dan mengencang secara teratur.
Hmm..mungkin dengan cara ini akan berhasil, gue hanya perlu mengikuti temponya. Gue pegang pinggangnya dan saat otot memeknya mengendur kutekan kuat blees..setengah kepala penis gue masuk, mengendur lagi dan bleess..kepala penis gue masuk semua sampai keleher diantara kepala dan batang penis gue.
“aauw..aduuhh..duh..duh..eehh..sudah bang perih..aduh..neng gak kuat bang..sudahh.. “
Gue tidak merasa merobek sesuatu ataupun melihat darah keluar, hmm.***panya selaput dara Nia agak kedalam, saat gue coba menekannya lagi sungguh sangat sulit untuk masuk lebih dalam lagi. karena tidak bisa masuk lebih dalam lagi dan melihat Nia sudah sangat tersiksa merasakan perihnya, gue hentikan usaha gue untuk memasukkan penis gue lebih dalam lagi. Meskipun tidak sampai seperempat dari penis gue yang masuk gue sudah merasakan nikmatnya, penisku terasa disedot dan dicengkram kuat didalam memeknya. Perlahan gue mulai menindihnya, kubelai rambutnya dan kuciumi wajahnya serta melumat bibirnya agar dapat mengurangi rasa perihnya. Meskipun selaput daranya belum robek, tentu saja Nia merasakan perih karena lubang sekecil itu dipaksa membuka lebar menerima kepala penis gue.
Setelah kurasa Nia sudah tenang dan tubuhnya tidak setegang tadi, mulai kuayunkan pinggulku naik turun mengeluar masukkan kepala penis gue perlahan dan konstan. oohh..meskipun hanya kepala penis yang keluar masuk tapi ini nikmat sekali, lebih nikmat dari pada dioral.
“oohh..aahh…bang..oohh.. “
Nia semakin erat memelukku, mungkin sudah hilang perihnya dan diganti rasa nikmat seperti yang gue rasakan. Gue semakin cepat mengayunkan pinggulku.
“oohhh..oohh..neng..enaakk..oohh..neng.. “
“ii..ya..bang.oohh..terruss..bang..oohh..terruss…o ohh..”
“ccllepp..ccllepp..ccllepp..” bunyi kepala penisku keluar masuk.
semakin kupercepat genjotanku semakin nikmat kurasakan.
“aahh..aacchh..oohh..bang..neng mau pipis lagi. oohh.. “
Nia semakin erat memeluk gue, kakinya menjepit pinggangku sangat kuat tak lama kemudian tubuhnya kejang-kejang. sssseeeerrrr..sssseeeerrrr..sssseeeerrrr.. Muncratlah cairan hangat dari dalam memeknya membasahi kepala penis gue, gue tidak peduli dan terus menggenjot secara cepat karena gue merasa sebentar lagi pejuku pun mau keluar.
“oohh..ooohh..neng..abang juga mau keluuaarrr..oohh..”
Saat pejuku sudah diujung, gue langsung mencabut penisku. ploop..bunyi penis gue saat kucabut. Langsung gue kangkangi tubuhnya dan kuarahkan penis gue kemulutnya, Nia cepat membuka mulutnya langsung gue masukkan dan gue kocok
“cepat. oohh..neng..trima ini neng..oohh..telan neng..oohh.. “
“ccccrrrroooot..ccccrrrroooot..ccccrrrroooot.. “Dua kali sudah pejuku keluar didalam mulutnya,
Nia langsung menelannya dan menghisap sampai pejuku sudah tidak keluar lagi. Gue cabut penisku dari dalam mulutnya kemudian gue ciumi seluruh wajahnya, Nia langsung terkapar kelelahan dengan bibir tersungging senyum kepuasan. Kupakai celana gue kembali. Setelah itu gue keluar dari kamarnya, meskipun tidak sampai seperempat penisku yang masuk, tapi sudah membuat kami ketagihan, meskipun begitu gue belum berani menembus selaput daranya, kasihan kalo sampai Nia kesakitan.
Gue pun turun kebawah duluan Kembali ke ruang tempat kita ngumpul. Saat gue sampe kesana gue terkejut ngeliat dian dan tarno sedang…………..
Terakhir diubah:
hannaputri
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2017
- Post
- 36
- Like diterima
- 574
ukurannya standart kok, cuma udah sering tak latih jadinya udah pinter mainnya
hannaputri
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2017
- Post
- 36
- Like diterima
- 574
iya ponakan ada dua soalnya
- Status
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
