Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KEPUTUSANKU 2 ( NO SARA )

Bimabet
Lanjut yuk mumpung renggang...






Aku pun mencoba untuk tidur dan disaat aku hampir menuju alam tidurku, aku kembali dikejutkan oleh nada dering hapeku.

" Astaghfirullah..... Siapa lagi sih! " ucapku kesal.

Saat aku lihat dari layar hapeku, terlihat nama kak Hera sedang memanggil maka langsung saja aku angkat.

" Assalamualaikum... Ada apa kak? " tanyaku.

" Waalaikum salam... Umm... A-azam..., " ucap kak Hera sedikit gugup.

" Huh... Kenapa kak? " tanyaku.

" A-azam.... Ummm..., " ucap kak Hera.

" Tunggu-tunggu, kakak kenapa? Kok aneh begini? " tanyaku.

" Hahhhhhhh Azam... Ka-kakak... Kakak...., " ucap kak Hera.

" Apaan sih kak, kenapa? " tanyaku panik takut kalau kak Hera kenapa-kenapa.

" Umm... A-Azam... Iiihhhhh, " ucap Kak Hera.

" Lah kenapa sih, jangan buat aku panik kak, kakak kenapa? " tanyaku semakin panik.

" A-Azam... Kakak tu-tunggu dirumah, lewat pintu belakang saja, " ucap kak Hera yang langsung menutup panggilan telpon.

" Astaga... Kak Hera kenapa sih? Kok aku jadi panik ya? Duh... Jangan-jangan ada apa-apa lagi sama kak Hera... Lebih baik aku kesana sajalah, " gumamku.

Langsung saja aku memakai pakaianku dan memakai celanaku serta jaketku.

Dengan pelan aku berjalan keluar dari rumahku dan menutup pintu dengan sangat berlahan, takut kalau ibuku bangun dari tidurnya.

Setelah keluar dari rumah aku pun bergegas kerumah kak Hera.

Jarak antara rumahku dan rumah kak Hera tidak begitu jauh hanya sekitar 5 menit saja kalau jalan kaki.

Kulihat juga kampungku sangatlah sepi bahkan aku berjalan pun tidak nampak seorang pun.

Walaupun begitu, aku tetap sangat hati-hati takut kalau ada orang yang lihat terlebih saat sudah sampai dibelakang rumah kak Hera yang mana harus masuk di kebun sawit punya suaminya itu.

Saat sudah sampai, aku pun segera mengetuk pintu dengan pelan.

Tok..

Tokk...

Tok..

"Assalamualaikum kak, ini aku Azam, " ucapku
Pelan.

Tidak lama setelah itu pintu pun terbuka dengan menampakkan seorang wanita bercadar lengkap dengan khimar dan gamisnya menatapku lalu celingukan.

" Masuk Zam..., " ucap wanita itu yang tidak lain adalah kak Hera.

Aku pun segera masuk dan kak Hera langsung menutup dan mengunci pintu belakang rumah.

" Ada apa sih kak, jangan buat aku panik dong..., " ucapku sedikit heran dengan kak Hera.

Kulihat juga kak Hera tidak apa-apa tapi kenapa tadi suaranya begitu mengkhawatirkan untukku.

" Hiss... Kamu ini lho kok malah beneran datang, " ucap kak Hera sambil duduk di kursi meja makan.

" Lah aku panik kak takut kakak kenapa-kenapa, tadi juga kakak yang nyuruh aku datang kan, " Ucapku yang sambil duduk didepan kak Hera.

" Iya tapi kenapa beneran datang kamu nya, " ucap kak Hera.

Aneh...

Itulah yang aku rasakan karena perubahan sikap kak Hera yang begitu random.

" Yee... Yang nyuruh datang siapa coba... Oh iya beneran mas Hamid gk dirumah? " ucapku sambil celingukkan.

" Iya Azam mas Hamid sudah balik ke mess kerjaannya, " ucap kak Hera.

" Hmm... Lalu kenapa kakak menyuruhku untuk datang? " tanyaku walaupun aku sendiri tahu maksud kak Hera tapi aku mencoba untuk kembali bertanya.

" Ehh... Umm... I-itu..., " ucap kak Hera gugup.

" Itu apa kak? Bilang saja, " ucapku sambil menatap kak Hera.

" Ssshhh... Ummmm.... A-aku... A-aku..., " ucap kak Hera.

" Hmm... Apa sih kak? " tanyaku.

" A-Azam... Maafkan aku... A-aku sebenarnya ingin... Ingin... Hmm... Ingin lihat itu, " ucap Kak Hera pelan.

Aku yang mendengar itu pun langsung terkejut dan tidak menyangka seorang Hera yang dikenal dikampung adalah seorang istri yang alim dan patuh juga aktif dalam kajian-kajian ingin melihat sesuatu yang bukan dari suaminya.

Entah mau senang atau sedih aku tidak tahu karena diluar pridiksiku.

Aku memang suka untuk bercanda dan memancing sesuatu tapi jika itu beneran maka aku juga tidak tahu akan bagaimana.

" Itu? Itu apa sih kak? " tanyaku pura-pura tidak tahu maksud kak Hera.

" Eh... Ummm... I-itu... Azam..., " ucap kak Hera sambil menunduk.

Kulihat kak Hera juga sangat gugup dan nafasnya pun berat, entah karena apa aku juga tidak tahu.

" Itu? Apaan sih kak? " ucapku memancing kak Hera.

" I-itu... Hmm... Ya-yang bisa te-tegang dan ke-keras...., " ucap Kak Hera pelan.

" Huh? " ucapku singkat.

Setelah itu kami terdiam cukup lama karena kembali pada pikiran kami masing-masing.

Bahkan hembusan nafas kami pun dapat kami dengar.

Beberapa saat kemudian aku oun mulai bertanya kepada kak Hera.

" Kakak serius? " tanyaku.

Kak Hera pun mengangguk lemah namun bisa aku lihat.

" Baiklah tapi jangan kaget ya kak, " ucapku.

Lalu aku pun dengan pelan berjalan ke samping kak Hera karena tidak akan terlihat nantinya tertutup oleh meja makan.

Setelah tepat aku disamping kak Hera, aku pun mulai menurunkan celana sirwalku beserta celana dalamku dengan pelan sampai pada lututku.

Begitu terbuka, betapa terkejutnya kak Hera melihat kemaluanku yang sudah tegang berdiri menantang kak Hera.

" Ahhhhh....., " ucap kak Hera sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

" Karena kak Hera sudah memperlihatkan aku susu kakak yang besar dan indah itu, kini aku perlihatkan juga punyaku untuk kak Hera, " ucapku sambil menatap kak Hera.

Kak Hera pun masih terdiam menatap kemaluanku itu lalu berkata dengan sedikit bergetar pada mulutnya.

" Aa... Az-azam... I-ini b-beneran pu-punyamu? " tanya kak Hera.

Aku pun mengangguk " Iya kak, ini punyaku yang kakak ingin lihat dari dulu kan? Memang kenapa kak? Jelek ya? " tanyaku.

Kak Hera pun langsung menatapku dengan tatapan sayu serta nafas yang berat.

" Ti-tidak Zam... Ummmhhh... Be-besar banget.... Uhhhh, " ucap Kak Hera yang masih menatapku sayu.

" Hmm... Kita impas kan kak, aku sudah lihat 2 kali susu kak yang sangat indah dan besar itu dan sekarang kakak juga sudah melihat punyaku, " ucapku.

Kak Hera mengangguk pelan lalu kembali menatap kemaluanku.

" Ummhhh.... Hmmm..., " desah kak Hera.

Aku tidak tahu persis kenapa kak Hera mendesah pelan seperti itu tapi desahannya itu membuat nafsuku melonjak naik dengan cepat.

Terdengar sangat menggoda ditelingaku dan juga membuat merinding tubuhku.

" Sudah kan kak... A-aku tutup yaa, " ucapku yang sekarang mulai gugup dengan kak Hera.

Aku pun langsung menaikkan celanaku berlahan tapi tiba-tiba tangan kak Hera menghentikkan tanganku.

" Tu-tunggu Zam... Umm... Ka-kakak masih ingin melihat ini, " ucap Kak Hera.

Sontak, dengan kak Hera seperti itu yang menghentikan tanganku, tubuh kak Hera sangat dekat dengan kakiku yang mana kak Hera duduk dilantai dan kepala kak Hera tepat berada didepan kemaluanku yang sangat tegang dan keras.

" A-azam... Kakak tanya sama kamu dan jawab jujur... Apa kamu pernah melakukan ini sebelumnya? " tanya kak Hera yang sudah mulai menguasai keadaan namun tetap fengan mata yang sayu dan suara yang tertahan.

" Huh? Maksud kakak? " tanyaku yang memang tidak mengerti maksud kak Hera.

" Ma-maksud kakak, pernah memperlihatkan ini kamu ke seorang wanita lain? " tanya Kak Hera.

Aku yang sudah mengerti maksud kak Hera itu berfikir sejenak lalu aku sengaja untuk menggelengkan kepalaku.

" Tidak kak, aku belum pernah melakukan itu kecuali bunda dan kak Nisa saat merawatku karena kecelakaan dan baru kak Hera saja yang aku kasih lihat, " ucapku berbohong.

Kak Hera langsung menatapku dengan serius lalu kembali menatap kemaluanku.

" Huh? Ta-tapi Zam... Kakak lihat kenapa tidak ada testisnya? " tanya kak Hera.

Aku pun langsung duduk di lantai depan kak Hera tanpa menaikan celanaku terlebih dahulu.

" Itulah hasil dari kecelakaanku dulu kak, aku cacat sekarang karena testisku sudah diangkat semua jadi dengan begini aku tidak bisa untuk memberikan keturunan, " ucapku sedih.

Memang saat itu aku merasakan kesedihan saat menjelaskan tragedi kecelakaan itu kepada kak Hera dan kulihat kak Hera pun langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya sambil menatapku.

" Se-serius kamu Zam? " tanya kak Hera.

" Iya kak..., " ucaoku menunduk.

" Lalu bagaimana Zam? " tanya kak Hera.

" Hmm... Ya gk gimana-gimana kak, aku sudah ikhlas dan pasrah aja dengan itu toh walaupun begitu aku sangat bersyukur kalau aku tidak menderita impoten yang otomatis bisa untuk memberikan nafkah batin kepada istriku kelak jika ada yang mau denganku dengan keadaanku yang seperti ini, " jelasku sambil menatap kak Hera.

Kak Hera pun entah kenapa menatapku dengan tatapan sulit untukku mengerti.

Aku tidak tahu apa yang sedang difikirkan kak Hera tapi aku merasakan jika kak Hera sangat simpati denganku.

" Maaf ya Zam... Aku tidak tahu jika kamu seperti ini, " ucap Kak Hera sambil menatap kemaluanku yang setengah tegang.

" Tidak apa kak... Aku ngerti kok, " ucapku.

Kami pun menjadi diam tanpa ada yang bersuara kembali tapi aku melihat jika kak Hera terus menatap kemaluanku.

Dengan keadaan itu, aku pun kembali terangsang dan menjadikan kemaluanku kembali tegang secara berlahan dan hal itu sangat disadari oleh kak Hera.

" A-azam... I-itu kamu bangun lagi..," ucap kak Hera yang kembali menatapku sayu.

" Hehehe habisnya kakak lihatin terus jadi bangun lagi kan, " ucapku sambil sedikit bercanda.

" Iiihhh kamu ini... Tapi... Ummm..., " ucap kak Hera menggantung.

" Tapi apa kak? " tanyaku.

" Umm... Tidak jadi Zam..., " ucap kak Hera.

Aku pun ingin sekali langsung menubruk kak Hera karena aku sudah benar-benar terangsang, tapi aku terus mencoba untuk menahannya karena aku ingin tahu sejauh mana wanita alim didepanku ini bertindak.

" Kak aku tutup lagi yaa... Di-dingin tahu kak, " ucapku sengaja.

Aku yang langsung berdiri itu meraih kembali celanaku dan menariknya keatas tapi tiba-tiba kak Hera kembali mencegahku dengan cara memegang tanganku.

" Ehhh... Kak, " ucapku.

Lalu kak Hera pun kembali menatapku dengan sayu dan kulihat juga sedikit berkeringat dan bergetar tubuhnya, lalu berkata sesuatu yang membuatku bergidik dan merinding.

" Azam... Bo-bolehkah aku memegang itu? " tanya kak Hera seperti mengiba.

" Ehh... "

Aku terkejut saat kak Hera mengatakan itu dan tidak percaya, seolah mimpi disiang bolong.

" Ka-kakak yakin? " tanyaku.

Kak Hera mengangguk lalu berkata " Iya Zam... Seumur-umur, kakak baru kali ini melihat yang sebesar ini, " ucap kak Hera sambil berlahan menyentuh lobang kemaluanku dengan sangat lembut.

Sontak saja apa yang dilakukan kak Hera membuatku sangat merinding bahkan sampai ke ubun-ubun.

Bagaimana tidak, seorang istri yang dikenal sholehah, setia, alim bahkan tidak aneh-aneh menyentuk ujung kemaluan yang bukan dari suaminya.

Dengan sangat pelan dan juga tipis kak Hera melakukan itu bahkan jari telunjuknya itu mulai dia gerakin naik dan kebawah berulang-ulang.

Aku merasakan sensasi yang sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Aku meringis karena saking nikmatnya kak Hera melakukan itu lalu menatap kak Hera dengan tatapan penuh arti.

Kak Hera yang sedang menatap kemaluanku itu pun juga langsung menatap mataku sayu.

" Enak Zam? " tanya kak Hera dengan pelan dan lembut.

Aku hanya mengangguk pelan untuk memberikan jawaban atas pertanyaannya.

Namun saat aku sedang menikmati semua itu, tiba-tiba kak Hera menghentikan ulahnya lalu berdiri.

" Azam... Kamu mau kan? " tanya kak Hera dengan suara kelembutan yang baru kali ini aku dengar dari seorang kak Hera.

" Mau apa kak? " tanyaku balik yang seolah-olah aku tidak mengerti maksud kak Hera.

" Main sama kakak, " ucap kak Hera sangat pelan.

" Main? " tanyaku yang langsung faham arti dari kata ' main '.

Kak Hera pun hanya menganggukkan kepalanya saja.

" Kenapa? " tanyaku mencoba untuk menggali lebih dalam seperti apa kak Hera jika sudah berkeinginan untuk meraih kenikmatan bersama yang bukan suaminya.

" Jangan disini... Dikamar sebelah aja, " ucap kak Hera sambil berjalan dan menggandeng tangan kananku.

Aku pun segera untuk mengikuti kak Hera walaupun sedikit kesusahan untuk berjalan karena celanaku yang sudah sampai ujung kakiku.

Setelah sampai dikamar sebelah dimana kamar untuk santai namun juga ada tempat tidur lumayan besar dan juga sangat bersih dan wangi.

Setelah itu, kak Hera menutup pintu kamar namun tidak sampai rapat lalu berjalan kearahku san berhenti satu meter didepanku.

Aku hanya melihat kak Hera tanpa bersuara dan juga sangat penasaran apa yang akan kak Hera lakukan.

Namun sampai beberapa saat, kak Hera hanya diam sambil menatapku sayu.

Aku yang melihat itu langsung menuruti instingku sendiri lalu aku mencoba untuk mendekati kak Hera sampai didepannya.

Kak Hera pun masih terdiam sama seperti sebelumnya tanpa berkata apa-apa.

Kucoba untuk menggerakkan tanganku untuk membelai pipi kiri kak Hera.

Benar saja saat tanganku menyentuh pipi kirinya dan mengelusnya dengan lembut, kak Hera mendesah pelan dan memejamkan matanya, lalu aku pun mulai bertanya.

" Uhhmmm..., " Desah kak Hera.

" Kakak membawaku kemari untuk apa? " tanyaku sekali lagi.

Kak Hera terdiam beberapa saat sambil menikmati elusanku pada pipinya, lalu menjawab dengan suara yang sangat manja sambil kembali mendesah.

" Uhhhmm... Kakak ingin kamu main sama kakak, " ucapnya yang masih memejamkan matanya.

" Main? Apa kakak kesepian dan sangat membutuhkan sentuhan-sentuhan manja lagi enak-enakan? " tanyaku sambil berbisik di telinga kanannya.

" Uuhh... Sssmmm... Iyahhh... A-azam.... Uhhhhmmmm...., " ucap kak Hera mendesah pelan.

" Apa kakak benar-benar menginginkannya? " tanyaku berbisik.

" Hhhuu... Uhhhh..., " desah kak Hera.

Setelah itu aku kembali menatap kak Hera dan kak Hera pun membuka matanya lalu juga menatapku sayu.

Dengan tangan sedikit bergetar karena ini adalah pertama kalinya setelah sekian lama aku tidak berhungungan lagi dengan wanita aku pun membuka cadar kak Hera dari samping kanan ke kiri.

Dari sanalah aku dapat melihat jika kak Hera menggigit bibir bawahnya.

Dengan berlahan aku pun memajukan mukaku lalu mencoba untuk mencium kening kak Hera dengan lembut.

Kak Hera pun langsung memejamkan matanya kembali.

Entah kenapa hatiku bergetar lalu menghangat seperti ada sesuatu yang lain untuk kak Hera.

Setelah cukup lama aku pun melepaskan ciumanku lalu menatap kak Hera sejenak.

Kemudian aku kembali memajukan mukaku, lebih tepatnya bibirku ke bibit kak Hera.

Dan...

Cupp....

Ummmhh...

Aku lepaskan lagi ciumanku pada bibir kak Hera lalu menciumnya lagi.

Aku terkejut saat kedua tangan kak Hera tiba-tiba memeluk kepalaku dan disaat itulah aku dan kak Hera mulai dengan ciuman-ciuman manja tapi halus.

Tidak tegesa-gesa dan juga pelan kami melakukan ciuman.

Cup...

Cuup...

Umm...

Cup...

Beberapa saat kemudian, aku melepaskan ciumanku pada hera.

Setelah itu, aku membawa kak Hera ke atas kasur.

Setelah sampai kami pun duduk saling berhadapan.

" Kak... Aku belum pernah, " ucapku berbohong.

" Gk apa-apa Zam... Nanti kakak ajarin..., " ucap Kak Hera.

Aku pun mengangguk, lalu kak Hera langsung saja menyambar bibirku dengan sedikit sentakan lembut.

Cupp....

Cuppp...

Ummhhh...

Uhhhmmm...


Aku dengan reflek tentu saja menikmati semua itu dan juga kedua tanganku melingkar di punggungnya.

Kak Hera pun lambat-laun semakin menaikan ritme pada ciumannya bahkan dengan sesekali lidahnya menari pada rongga mumutku untuk mencari pasangannya.

Umm...

Sshhhh...

Ummmmhh...

Ssppp...

Uhhh..

Aku pun juga dengan pelan dan lembut meraba-raba punggungnya yang aku rasakan bila punggung kak Hera sedikit lebar yang menandakan jika kak Hera orang yang sabar.

Setelah beberapa saat, kak Hera menyudahi ciumannya lalu menatapku lalu memanggil namaku.

" Azam..., " ucap kak Hera.

" Hmm..., " ucaoku berdehem pelan.

Kak Hera pun langsung menunduk, entah itu malu atau apa aku tidak tahu karena cadarnya masih melekat pada wajah ayunya.

" Kenapa kak..., " tanyaku dengan lembut.

Kak Hera segera menatapku sayu dan lemah lalu berkata yang membuat kemaluanku semakin tidak karuan.

" Uhm... Ka-kakak... Bha-sahhhh...., " ucap Kak Hera sedikit mendesah.

" Ugh...., "



.
.
.
.
.



Cicil dulu ya suhu...


Salam...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd