Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KEPUTUSANKU 2 ( NO SARA )

Lanjut...






Setelah beberapa saat, kak Hera menyudahi ciumannya lalu menatapku lalu memanggil namaku.

" Azam..., " ucap kak Hera.

" Hmm..., " ucaoku berdehem pelan.

Kak Hera pun langsung menunduk, entah itu malu atau apa aku tidak tahu karena cadarnya masih melekat pada wajah ayunya.

" Kenapa kak..., " tanyaku dengan lembut.

Kak Hera segera menatapku sayu dan lemah lalu berkata yang membuat kemaluanku semakin tidak karuan.

" Uhm... Ka-kakak... Bha-sahhhh...., " ucap Kak Hera sedikit mendesah.

" Ugh...., "


Aku terdiam sejenak, hanya untuk memastikan apa yang dikatakan oleh kak Hera itu benar, namun aku juga bertanya apakah itu benar?

" Se-serius kak? " tanyaku.

Kak Hera mengangguk lalu menarik nafas panjang lalu membuangnya dengan berlahan.

Aku yang sedikit terkejut dengan itu pun mulai mengikuti insting kejantananku dimana aku tersenyum sambil menatap kak Hera lalu kembali menyentuh pipi kirinya.

Aku mengelus pelan dan juga lembut pipi chubby kak Hera itu.

Sedangkan kak Hera sendiri memejamkan matanya, merasakan sentuhan lembut yang aku berikan kepadanya.

" Ugh... Azam..., " ucap kak Hera pelan sambil membuka matanya.

" Gapai semua yang kakak inginkan... Selama aku bisa membantu kakak, aku pasti akan membantu..., " ucapku lembut.

Setelah itu, aku dapat melihat jika kedua mata kak Hera menyipit yang menandakan jika kak Hera sedang tersenyum dibalik cadarnya.

" Kalau begitu...., " ucap kak Hera yang langsung menyerangku dengan ciumannya tanpa melepas cadarnya dan hanya menyampingkannya saja.

Cuup....

" Umm.... Ssspppp.... Ummm... Hmmmm.... Ahhhmmm..., "

Aku pun juga meladeni serangan kak Hera dengan tidak kalah panasnya.

Sampai beberapa saat kemudian, kak Hera melepaskan ciumannya lalu melepaskan cadarnya dengan pelan.

Setelah terbuka dan nampak wajah ayunya serta kak Hera juga menggigit bibir bawahnya, aku yang sudah sangat terangsang itu kembali melumat bibir kak Hera dengan panas bahkan kak Hera pun menyambut ku dengan panas juga.

" Umm... Sssppp.... Ahhh... Hmmm..... "

Terus dengan ciuman kami yang semakin panas disetiap detiknya.

Kak Hera pun juga merasakan apa yang aku rasakan yaitu benar-benar sangat kalut dalam nafsu birahi.

Aammmhh...


Kak Hera melepaskan ciumannya lalu dengan cepat melepas khimar besarnya itu dan langsung melumat bibirku lagi tanpa berkata.

Kami berciuman tidak terlalu lama karena tiba-tiba kak Hera melepaskan ciumannya lalu sedikit menjauh.

Setelah itu, tiba-tiba kak Hera memegang kemaluanku yang sudah sangat tegang.

Kemudian secara berlahan mengocoknya pelan.

Aku yang merasakan itu tentu merasa sangat nikmat karena ternyata kak Hera sangat mahir dalam mengocok kemaluan.

Ingin sekali aku bertanya namun aku urungkan karena takut mengganggu kak Hera yang sudah terlihat tidak kuat lagi menahan gejolak nafsunya.

" Ohh... Kak... Ummmhhhh..., " desahku pelan.

Namun saat aku sedang merasakan kenikmatan kocokan kak Hera, kak Hera tiba-tiba menghentikan kocokannya lalu berdiri.

" Kak..., " ucapku.

Tanpa berkata-kata lagi kak Hera langsung mendekatiku dan menurunkan tubuhnya sampai seperti aku memangku kak Hera.

Setelah itu, kak Hera segera memegang kemaluanku dan....

Blessss....


" Aaaahhhhh... Ssssshhhh.... Ohhhhh...., " erangku dan kak Hera.

Kemaluanku langsung saja masuk kedalam lobang surga milik kak Hera tanpa hambatan.

Namun aku begitu merasakan jika lobang surga milik kak Hera begitu mencengkram kemaluanku sampai-sampai terasa sedikit ngilu karena tiba-tiba kak Hera memasukannya secara langsung tanpa pemanasan.

Kami terdiam beberapa saat sambil aku menatap kak Hera yang sedang bersandar didadaku dan aku sendiri memeluk tubuhnya.

" Kak..., " ucapku pelan.

" A-azam... Diam sebentar..., " ucap kak Hera.

Aku pun terdiam dan berfikir sejenak.

" Apa kak Hera sangat bernafsu dan sudah tidak tahan? Bahkan sampai tidak membuka gamis dan khimarnya... Hmm... Jika begini berarti kak Hera tidak memakai dalaman sedari tadi!? " ucapku dalam hati.

Setelah itu kak Hera mendongakkan wajahnya dan aku pun menatap wajah ayu kak Hera.

" A-azam... Ma-maafkan kakak... Kakak sudah sudah tidak tahan lagi untuk segera merasakan itu kamu..., " ucap kak Hera mengiba.

" Kak... Apapun yang ingin kakak lakukan, lakukan saja... Aku siap membantu kakak..., " ucapku sambil memeluk kak Hera lebih erat.

" Ummhh... A-azam..., " ucap kak Hera.

" Huh? Kenapa kak? " tanyaku.

" Mentok..., " ucap kak Hera sambil tersenyum.

Disamping senyum kak Hera yang memang sangat manis menurutku, tapi juga entah kenapa aku merasakan jika kemaluanku merasa sedang dipijat oleh sesuatu didalam lobang surga milik kak Hera.

" Umm... Enak ya kak sampai aku merasa sedang dipijit-pijit? " tanyaku tersenyum.

" Ummm... Banget Zam... Kakak suka tahu begini..., " ucap kak Hera yang sudah bisa menguasai rasa gugupnya dan aku juga merasa kalau kak Hera sudah tidak takut-takut lagi.

" Uggghhh... Kakkk...., " erangku yang memang merasakan kenikmatan tersendiri pada kemaluanku.

" Uhhhh.... Besar... Panjang... Tebel... Ohhhh.... Ssshhhh...., " erang kak Hera yang sudah bisa merasakan kemaluanku yang menurutku biasa-biasa saja.

Setelah itu kak Hera mencoba untuk menggoyangkan pinggulnya maju mundur yang membuatku semakin tidak karuan karena saking nikmatnya.

Aku pun juga tidak menyangka jika kak Hera begitu terampil memainkan lobang surga miliknya.

" Oohhh... Enak banget kak.... Uhhhhh, " erangku.

" Ohhhh.... Itu kamu enak banget Zam.... Ohhhh.... Ssshhhh...., " ucap kak Hera yang semakin intens menggoyangkan pinggulnya.

" Ahh.... Itu apa kak... Hahhhhhh..., " ucapku sambil meringis kenikmatan.

" Itu zam.... Ohhhh... Ssshhh...., " ucap kak Hera sambil mendesah.

" Ahhh.... Apa sih kak... Uhhhh..., " ucap kak Hera yang memang aku ingin kak Hera bisa lepas saat sedang bermain.

" Ahhhh... Aahhhh... Ssshhhh... I-itu zam.... Hmmmm..., " erang kak Hera yang masih tertutup.

Aku pun tidak mau untuk memaksa kak Hera untuk bisa lepas dalam hal kata-kata saat bermain.

Terus dengan goyangan kak Hera yang semakin lama semakin kencang sampai-sampai pahaku pun terasa ngilu dan sedikit pegal namun aku tahan.

Semua rasa itu tidak bisa menghilangkan rasa nikmat yang kemaluanku rasakan saat dalam gempuran, goyangan bahkan empotan kak Hera.

" Ahhh... Azam... Uhhh... Aaahhhh.... Eeehhhhhhh...., " erang kak Hera yang semakin lama semakin kencang.

" Ohhh... Terus kak... Ahhhh.... Sshhh... E-enak ya kak... Ohhhh..., " tanyaku.

" Ahhhh.... He.. Eehhh.... Banget.... Ohhhh... Kakak... Mauhhhhh... Keluarr.... Aaaahhhhh.... Azam... Azaaa..... Ooaaahhhhh.... Oooohhhhh.... Oooohhhhh.... Ssshhh..... Ooohhhh.... Uummmhhh...., " erang kak Hera saat mencapai puncaknya yang disertai dengan bergetarnya tubuhnya dengan kencang seperti orang sedang kesetrum listrik.

Aku juga merasakan nikmat yang begitu susah untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Disamping aku merasakan siraman air surga kak Hera, aku juga merasakan jika kemaluanku terasa dipelintir kuat oleh cengkraman otot dari lobang surga milik kak Hera.

" Hahhh... Ahhh.... Hahhhh..., " erang kak Hera saat sudah berhenti.

" Enak banget kayaknya kak? " tanyaku sambil tersenyum dan membiarkan kak Hera menikmati paska puncaknya.

" Banget Zam.... Sudah lama kakak gk merasakan puncak seperti ini..., " ucap kak Hera yang masih bersandar didadaku.

" Beneran kak? " tanyaku sedikit terkejut.

" Iya zam... Mas Hamid sudah tidak mampu lagi untuk itu...., " ucap kak Hera sedih.

Aku segera untuk memeluk tubuh kak Hera semakin nyaman denganku.

" Sudah lama kak? " tanyaku.

" Setelah melahirkan zam... Kalau aku bermain dengannya hanya sebentar saja sekitar 5 menitan abis itu sudah karena mas Hamid sudah tidak sekuat dulu saat pertama menikah, " ucap kak Hera sambil membenamkan wajahnya didadaku.

" Hmm.... Sabar ya kak...., " ucapku yang masih memeluk kak Hera.

" Ka-kakak sudah berusaha zam agar mas Hamid seperti dulu karena kakak sebenarnya memiliki libido yang tinggi dan gampang sekali bersyahwat tapi mengingat mas Hamid seperti itu kakak hanya bisa menahan sekuat tenaga, " ucap kak Hera yang sudah mulai nyaman denganku dan terbukti jika kak Hera sedang menceritakan hubungan intimnya dengan suaminya.

Sebenarnya aku sangat kasihan dengan mas Hamid dengan umurnya yang masih tergolong muda namun sudah tidak mampu untuk menafkahi batin kak Hera secara sempurna.

Aku berfikir pasti ada yang salah dengan itu dan seharusnya walaupun begitu, mas Hamid masih bisa untuk memuaskan kak Hera dengan cara lain seperti menggunakan tangannya ataupun sentuhan-sentuhan lain.

Namun disisi lain aku juga kasihan dengan kak Hera yang memiliki nafsu tinggi yang sudah lama tidak tersalurkan dengan sempurna.

" Pasti berat hubungan mereka, " pikirku.

Setelah itu kami terdiam beberapa saat namun tetap kemaluanku masih berdiri dengan kokoh tanpa loyo sedikitpun.

Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku yang terjepit lalu dipelintir-pelintir cukup kuat.

Sontak aku langsung menatap kak Hera sambil menikmati empotan lobang surga milik kak Hera.

" Enak gk zam? " ucap kak Hera tanpa melihatku.

" Banget kak... Hmm... Sepertinya aku ketagihan deh dengan kakak, " ucapku bercanda.

Kak Hera langsung menatapku sayu lalu menggelengkan kepalanya.

" Tidak zam... Jangan... Bagaimanapun aku seorang istri orang lain jadi kamu gk boleh untuk ketagihan denganku, " ucap kak Hera yang masih menggerus kemaluanku walaupun tubuh kak Hera sendiri terdiam.

" Lalu kenapa kakak mau bermain denganku? " tanyaku sambil meringis.

Kak Hera tidak menjawab pertanyaanku namun tiba-tiba kak Hera melepaskan kemaluanku dari lobang surganya.

Setelah itu kak Hera tiduran disampingku sambil kembali menatapku.

Aku yang mengerti maksud kak Hera pun langsung saja memposisikan diriku diatas kak Hera.

" Kak... Tidak dibuka? " tanyaku penasaran.

" Jangan zam... Kakak belum siap untuk membuka semuanya didepanmu, " ucap kak Hera.

Aku pun mengangguk mengerti lalu kembali mencium bibir kak Hera dan kak Hera pun menyambutnya dengan sedikit lebih agresif.

Umm...

Ssspppo....

Uuhhhmmm.....

Kami berciuman sebentar saja sampai dimana kak Hera yang sudah tidak tahan dan kembali bersyahwat.

" Aahhh... Masukin zam.... Masukin, " ucap kak Hera sambil mengerang manja.

" Masukin apanya kak? " tanyaku yang sedikit ingin menggoda kak Hera.

" Itu kamu... Kakak sudah tidak tahan lagi, " ucap kak Hera sambil menggigit bibir bawahnya.

" Itu? Apa kak? " tanyaku lagi sambil tersenyum tipis.

" Iiihhhh azam.... Jangan pancing-pancing kakak untuk berkata kotor..., " ucap kak Hera yang langsung meraih kemaluanku lalu dituntunnya mendekati lobang surga miliknya.

Aku yang secara reflek melihat tangan kanan kak Hera yang menggenggam kemaluanku itu terkejut pasalnya tebakanku ternyata salah.

Saat kak Hera melebarkan kedua kakinya yang otomatis gamis kak Hera tersingkap sampai pada paha atasnya, disana nampak ternyata kak Hera memakai stocking berwarna hitam namun pada bagian daerah kemaluan sampai anus itu berlubang namun aku tidak bisa melihat dengan jelas karena masih tertutup oleh gamis.

Aku tidak tahu entah itu memang modelnya seperti itu atau memang kak Hera yang merobeknya aku tidak tahu.

" Azam... Jangan lihat kebawah aku malu..., " ucap kak Hera yang langsung merapatkan kembali kedua kakinya.

" Ehh... Hmm... Kakak penasaran kak, " ucapku yang dengan reflek menatap wajah kak Hera.

" Jangan lihat punya kakak, kakak malu iihhhh..., " ucap kak Hera yang memang aku melihat wajah ayunya sedikit memerah terutama bagian pipi dan dahi yang nampak sekali merah.

" Humm... Baiklah, " ucapku singkat.

Dengan telaten kak Hera menuntun kemaluanku agar tepat pada posisi dan sarangnya.

Aku sendiri hanya mengikuti alur kak Hera saja dan disaat serasa sudah tepat kak Hera berkata untuk mendorongnya agar masuk kedalam.

" Dorong zam.... Uuuhhhh.... Ssssshhhh, " erang kak Hera sambil menggigit bibir bawahnya.

Aku pun mengikuti kak Hera untuk mendorong kemaluanku supaya bisa masuk kembali kedalam lobang surga milik kak Hera.

Slepppp....

" Uuaahhhhh...... Ssshhhhh...., " Erang kami berdua secara bersamaan.

" Uhhh... Azam.... Enak banget punyamu.... Mentok... Ummhhh...., " ucap kak Hera sambil mengerang.

" Ohhhh... Kak... Memek kakak juga enak banget.... Sempit, " ucapku yang aku sendiri langsung menggoyangkan pinggulku secara berlahan.

" Uuuhhh... Iya... Azam.... Enak... Enak.... Ssshhhh...., " erang kak Hera.

Aku yang mendengar erangan kak Hera menjadi sangat bersemangat.

Aku sebenarnya juga tidak menyangka akan menikmati tubuh salah satu akhwat bercadar yang taat semacam kak Hera, walaupun hanya lobang surganya saja tapi hal itu memberikan sensasi dan getaran tersendiri untukku.

Setelah beberapa saat aku pun menaikan tempo tusukanku karena merasa akan semakin licin oleh cairan surga milik kak Hera.

" Uooohh.... Aahhh... Aahhhh... Azam.... Ahhhh... Ooohhh.... Ooohhhh.... Tusuk terus... Aahhhh... Ahhhh...., " Desah kak Hera yang semakin kencang.

Disaat aku ingin menyentuh kedua boba super milik kak Hera yang besar dan juga berayun, tiba-tiba tangan kak Hera menepis tanganku walaupun desahan kak Hera masih berlanjut sesuai irama genjotanku.

" Ooohhh.... Aaaahhh... Jangan..... Ahhhh.... Hahh.... Tusuk aku.... Ahhhhh... Aja..... Aaahhhh... Ssshhmmm... Emmmm...., " desah kak Hera.

Aku pun juga tidak mau memaksa kak Hera untukku sentuh kedua boba super miliknya itu dan hanya menikmati lobang surganya saja sudah membuatku sangat beruntung.

Aku melakukan genjotan itu lumayan lama dan aku memutuskan untuk semakin mengencangkan genjotanku hingga maksimal.

Sleppp....

Pruuttt....

Strett....

Plokk...

Plok....

Semakin kencang aku genjot semakin keras pula suara aduan kemaluan kami bahkan kak Hera sendiri juga semakin kencang erangan dan desahannya.

" Ahahhh... Azaaaaammm... Ooohhh..... Ooohhh.... Aaaahhhh..., " desah kak Hera semakin kencang.

" Aahhh.... Kenapa kak.... Ahhhhssshhh....., " erangku dengan bertanya.

" Aahhh... Aaaahhh.... Enak.... Aahhh.... Enak banget.... Uaaahhhh.... Aaaahhhh... Ssshhh... Emmm... Aaahhhhh...., " Desah kak Hera.

" Aaahhhh.... Aapanya kak..... Uhhhhh.... Me... Memek kakak.... Enak... Banget.... Aaahhh...., " erangku....

" Ohhh.... Punya.... Kakak enak.... Aaahhhh... Ssshhhh...., " desah kak Hera.

" Aahhh.... Apa itu kak..., " tanyaku sambil mengerang nikmat.

" Aahhh... Punya kakak.... Ahhhh.... Me... Memek.... Memek kakak.... Aaahhhh.... Sshhh... Ooohhh.... Oohhhh...., " Desah kak Hera.

Entah kenapa aku sangat senang saat kak Hera mengatakan itu seolah-olah mendapatkan energi baru untukku dan aku pun lebih bersemangat lagi untuk menggenjot lobang surga milik kak Hera.

" Uuuaahhh.... Aaahhh.... Aaaahhhh.... Ssshhhh.... Enak... Gk kak.... Kontolku.... Aaahhhh, " tanyaku sambil mengerang nikmat.

" Aahhhh.... Ssshhh... Aaahhhh.... Enak... Banget.... Aahhhh.... Emmm... Aaahhh, " desah kak Hera.

" Aaahhh.... Apanya kak... Aaahhhhh....., " Tanyaku lagi.

" I-itu.... Aahhhh..... Aaahhhh...., " desah kak Hera.

" Itu apa kak... Uuhhhhh, " tanyaku.

" Itu kamu... Aaahhhh.... Enak..... Aahhhh.... Ahhhh...., " Desah kak Hera.

" Itu... Apa... Kak.... Aaahhhh... Saaahhhhhh, " erangku terus memancing sisi liar kak Hera.

" Aaahhh... Iiihhh... Azam.... Aaahhhh.... Ssssmmm...., " desah kak Hera.

Aku yang gemas dengan kak Hera langsung saja memegang kedua kaki kak Hera lalu aku naikan lebih keatas lalu aku genjot lebih kencang lagi.

" Uuaahhhh azaaaammmm.... Aahhhhh.... Ahhhhh.... Aaaaahhhh, " desah kak Hera yang semakin tidak karuan.

" Enak... Kan kak.... Aahhh... Ssshhhh...., " tanyaku sambil terus menggenjot kak Hera dengan kencang.

" Aahhh... Iya... Iyaa.... Enak... Banget.... Oohhh.... Ooohhhh...., " desah kak Hera tidak karuan.

Belum ada 1 menit aku genjot dengan kencang, tiba-tiba tubuh kak Hera kembali bergetar dengan hebat.

Nafasnya memburu dan desahannya semakin tidak karuan.

" Ahhh.... Ahhhh... Azam... Azamm.... Kakak mau keluar.... Oohhh.... Ssshhhh.... Ohhh... Uuuggghh... Iiiiihhhhh..... Aaazaaaaammmm...... Aaaaaaaaaaahhhhhhh..... Oooooohhhh..... Oooohhhhh..... Ssshhh.... Ooooohhhhh..... Uuuhhhh... Mmmhhhhh...., " desah kak Hera dengan puncak keduanya.

Aku pun langsung mencium bibir kak Hera dengan lembut dan menghentikan genjotanku agar kak Hera menikmati sisa puncaknya dengan nyaman.

Kemaluanku pun juga merasakan begitu ngilu tapi enak karena pelintiran dari otot lobang surga milik kak Hera yang begitu nikmat.

" Hmm... Enak ya kak? " tanyaku setelah melepas ciumanku.

" Hah... Hah.... Umm... Banget Zam... Baru kali ini kakak sampai 2 kali begini..., " ucap kak Hera sambil mengatur nafasnya.

" Ehh... Serius kak? " tanyaku tidak percaya.

" Iya azam.... Beneran... Hah... Hahh... Nikmatnya punya kakak zam... Itu kamu bener-bener buat kakak lemas..., " ucap kak Hera sambil tersenyum.

" Hehehe.... Punya azam punya kakak juga kok...., " ucapku sambil bercanda.

" Iihhh... Apaan sih..., " ucap kak Hera malu-malu.

" Kak... Emang selama ini kakak gk pernah main sendiri ya? Emm... Maksudku masturbasi gitu? " tanyaku penasaran.

" Ihhh apaan sih... Gk lah... Dosa tahu Zam..., " ucap Kak Hera.

" Lah... Terus yang ini apa kak? " tanyaku.

" Hehehe... Ehhh zam tapi kamu kok belum keluar? " tanya kak Hera heran.

" Aku juga gk tahu kak tapi aku kalau lagi tegang susah untuk tidur lagi kak... Makanya sering bingung akunya..., " ucapku sedikit berbohong.

" Kok gitu? Bukannya kalau baru beru pertama itu cepet ya? " tanya kak Hera.

" Kalau kata dokter sih kesensitifan di kontolku sedikit berkurang kak karena kecelakaan itu dan mungkin hal itu yang membuat lama keluar, " ucapku jujur.

" Bisa gitu ya... Hmmm... Azam..., " ucap kak Hera.

" Huh? Apa kak? " tanyaku.

" Kakak on lagi... Umm... Tusuk kakak lagi ya, " ucap kak Hera dengan pelan.

" Ehh... Tusuk pake apa kak? " tanyaku sambil tersenyum.

" Pake itu kamu, " ucap kak Hera malu-malu.

" Itu apa kak? Lepasin aja kak jangan ditahan begitu... Percaya deh nanti kakak bisa lebih nikmat lagi, " ucapku sambil tersenyum.

" Ummm...., " erang kak Hera.

" Pake apa kak... Bilang aja, " ucapku.

" Pake ko-kontol kamu yang kuat itu..., " ucap kak Hera berbisik dan masih malu-malu.

" Heheheh.... Okelah kak pokoknya kalau kakak main sama aku pokoknya harus lepas, biar lebih enak kakaknya, " ucapku.

" Hemm..., " erang kak Hera.

" Satu lagi kak, " ucapku.

" Apa zam? " tanya kak Hera.

" Kalau kakak main sama aku kakak jadi LONTEKU..., " ucapku yang langsung kembali menggenjot kak Hera dengan ritme sedang.

" Ehhh.... Aahhh... Iiiihh... Azam..... Oohhh.... Ssshhhh.... Oooh.., " desah kak Hera.

" Aahhhh... Memek kakak enak banget..., " ucapku sengaja memuji kak Hera supaya bisa untuk lepas.

" Ahhh.... Azam.... Ohhh... Ooohhhh... Ummm... Aaahhhh..., " desah kak Hera.

Setelah beberapa saat aku yang bosan dengan posisi MOT, aku pun langsung memiringkan kak Hera ke kiri lalu kaki kiri kak Hera aku angkat keatas.

Kemudian aku pun melanjutkan menggenjot kak Hera dengan ritme sedang.

Di posisi ini aku pun merasakan begitu luar biasanya lobang surga milik kak Hera dimana semakin menjepit dan juga kemaluanku tidak bisa untuk masuk secara penuh, tersisa 2 centimeter.

" Aaaahhh.... Ooohhhh... Enaknyaaa.... Aahhhh... Terus... Terus.... Aaahhhhhh.... Ssshhh.... Hemmmm...., " desah kak Hera yang semakin menjadi-jadi.

" Ohhh.... Te-terus apanya kak... Uhhhh..., " tanyaku sambil terus menggenjot kak Hera.

" Oohhhh.... Tusuknya... Oohhh.... Azam.... Oohhhh....., " desah kak Hera.

" Hah... Hahh.... Enak ya kak kontolnya...., " tanyaku.

" Ohhhh.... Iyaaa.... Banget.... Oohhh... Oohhhh.... Emmm... Emmm... Aahhhh..., " desah kak Hera.

" Uhhhh.... Apanya kak...., " tanyaku lagi.

" Uhhh... Memek kakak.... Ooohhhh.... Ssshhh.... Aaahhhh...., " desah kak Hera.

" Ditusuk pake apa kak kok enak.... Hah... Uhhh..., " tanyaku memancing.

" Ohhh... Itu kamu.... Ohhhh.... Ssshhh... Kontol... Kontol kamu... Aaahhh.... Aahhhhh, " desah kak Hera.

" Ooohhh... Kak.... Ssshhh.... Iyaa.... Memek... Kakak... Enak... Banget... Kalau dikontolin begini.... Iya kan kak... Aahhh, " ucapku.

" Ahhhh.... Iyahhhh... Oohhhh...., " desah kak Hera.

" Iya apa kak...., " tanyaku.

" Oohhh... Di... Di... Dikontolin kontol kamu... Aaahhhh.... Ya... Yang... Kenceng... Aahhh.... Kakak mau dapet... Aahhh... Azam...., " desah kak Hera semakin lepas dan tidak ingat lagi siapa dirinya.

" Aahhhh.... Bilang... Dulu.. Kak... Kalau kakak mau jadi lonteku... Wadah kontolku...., " ucapku memancing.

" Aaahhh... Iiihhh... Azam.... Aaahhhh.... Aahhhhh...., " desah kak Hera.

" Aku berhenti ya..., " ancamku.

" Aahh... Jangan... Iyahhh... Iyaahhh.... Kakak... Mauhhhh.... Aaahhhhh.... Jadi... Lo-lontemu zam.... Wadah... Kontolmu... Aahhhhh.... Uaaahhh....., " desah kak Hera.

Aku yang mendengar itu pun lansung saja menggenjot kak Hera hingga maksimal dan sangat kencang.

Kak Hera pun semakin tambah tidak karuan lagi karena sudah dekat dengan puncak ke 3 nya.

" Aahhhh.... Aahhh.... Azam.... Ooohhh.... Kakak... Kakak... Dapet... Kakak dapet.... Ohh... Ohhh... Ssshhh..... Aaaaahhhh... Azaaaaammmm.... Immmmmhhh.... Ooohhh..... Ssshhhhh.... Oooohhhhh..... Uooohhhhhh.... Ssshhhhh.... Ooohhhh..., " desah kak Hera yang disusul oleh puncak kenikmatannya yang ke 3.

Seketika itu tubuh kak Hera bergetar hebat dan juga wajah kak Hera mendongak keatas.

Lobang surga yang mencengkram kuat kemaluanku dan disusul oleh siraman air surga yang hangat lagi nikmat.

Aku sebenarnya sangat penasaran dengan lobang surga kak Hera namun aku sendiri tidak mungkin untuk melihatnya karena dilarang oleh sang empunya.

Aku yang merasa jika aku masih belum juga mendapatkan puncak walau pun aku juga sadar jika aku susah untuk mendapatkannya, dengan tanpa menghentikan genjotanku dan terus menggenjot kak Hera sampai-sampai kak Hera semakin tidak karuan.

" Ahhhh... Azam... Sudah... Sudah... Oohhh... Ngilu.... Aahhhh... Ahhhhhh...., " erang kak Hera.

Tidak aku hiraukan dan aku pun terus menggenjot kak Hera.

Setelah beberapa saat aku yang bosan dengan posisi miring dengan satu kaki kak Hera terangkat, aku pun langsung melepaskan kemaluanku yang tertancap di lobang surga milik kak Hera.

Plop...

" Uuhhh... Azam... Iiihhhh... Ngilu memek kakak tadi... Huhhhh, " ucap kak Hera sedikit manyun.

" Hehehe tapi enak kan kak? Nungging kak, " tanyaku sambil menyuruh kak Hera dengan posisi nungging.

" Iya enak tapi tadi ngilu zam... Tapi sekarang ti-ooohhhh.... Ssshhhh...., " ucap Kak Hera sambil merubah posisinya menjadi nungging lalu terkejut saat kemaluanku yang tiba-tiba menyeruak masuk ke lobang surga milik kak Hera hingga sampai yang terdalam.

" Uuuhhh.... Kak...., " erangku yang merasa jika posisi ini lebih nikmat daripada sebelumnya.

Aku pun juga tidak membuka ataupun melihat pantat kak Hera hanya langsung coblos saja.

" Uhhh... Azam... Enak banget.... Ummmhhh, " Erang kak Hera.

" Apanya kak? " tanyaku yang belum aku genjot hanya aku benamkan saja.

" Memek kakak... Hmm..., " ucap kak Hera.

" Diapain kak? " tanyaku.

" Dimasukin..., " ucap kak Hera.

" Dimasukin apa kak? " tanyaku lagi.

" Hmm... Kontol, hihihi..., " ucap kak Hera dengan sedikit tertawa.

" Lah... Hehehehe.... Kakak udah bisa lepas gitu, " ucapku.

" Ehh... Gara-gara kamu ini zam... Tapi bener ya yang kamu bilang kalau lepas malah tambah enak, " ucap kak Hera yang sudah mulai sedikit nakal.

" Lah... Iyalah kak, kata orang sih gitu... Hehehe, " ucapku.

" Hmm... Azam... Goyang dong zam... Masa diem aja, " ucap kak Hera sambil menoleh kearahku.

" Ehh... Hmmm... Okelah tapi coba kakak bilang lagi dong kalau kakak itu-" ucapku yang langsung dipotong oleh ucapan kak Hera yang membuatku semakin merinding.

" Iya iya... Kakak itu lonte kan? Pelacur, wadah kontol kamu... Puas kamu? " ucap kak Hera.

" Ehh... Hehehe... Kakak mulai binal ya sekarang, " ucapku yang mulai menggerakkan pinggangku maju mundur menyoblos lobang surga yang sangat disukai oleh kaum adam sepertiku.

" Uhhh... Sshhh... Iya begitu zam... Uhhhhsshhhh... Enak banget memek kakak... Ohhhh, " uerang kak Hera yang sudah mulai keenakan.

Aku pun kembali menggenjot dengan kencang lobang surga milik kak Hera hingga kak Hera pun kembali kelonjotan tidak karuan.

Desahan demi desahan dari kak Hera kembali menggema di kamar tersebut yang mengalun bagaikan musik sariosa.

Aku juga merasa jika kak Hera semakin tidak terkontrol untuk desahan dan ucapannya, entah itu dari sugesti yang aku berikan atau memang sudah dasarnya kalau kak Hera sebenarnya memang akhwat binal, aku tidak tahu.

Berbagai gaya aku dan kak Hera lakukan untuk bisa meraih kenikmatan surga dunia lagi, lagi dan lagi untuk kak Hera.

Sedangkan aku sendiri sudah lama kurasakan untuk bermain dengan kak Hera namun belum juga merasa akan mendapatkan puncak.

Entak kak Hera mendapatkan puncak berapa kali, namun yang aku suka dengan kak Hera, kak Hera sedikit bisa untuk mengimbangiku dalam hal bermain.

Walaupun kak Hera beberapa kali bertanya gaya apa yang dilakukan karena kak Hera memang dasarnya seorang akhwat yang taat dan juga alim jadi tidak tahu banyak tentang gaya-gaya bermain.

Saat diposisi MOT dengan kedua kaki kak Hera yang terangkat dan pinggang kak Hera sedikit terangkat dan aku pun sedikit jongkok saat menggenjot kak Hera inilah aku merasa sebuah getaran-getaran kecil pada kemaluanku setelah sekian lama aku menggempur kak Hera.

Sontak saja aku kembali mengencangkan tempo dan ritme genjotanku untuk mengejar puncak.

Jangan tanyakan bagaimana dengan kak Hera, yang pasti kak Hera sudah tidak ketulungan lagi akan kontrol, tubuh bahkan desahannya.

" Ahhh... Terus zam... Ohhhh.... Aaahhh... Ahhhhh... Sshhh... Kontol kamu enak banget zam... Aahhhh... Ssshh... Oohhhh...., " desah kak Hera.

" Ohh kak kayaknya aku mau dapet kak.... Uuuhhh...., " ucapku sambil tetap menggenjot kak Hera

" Aahhh... Iyahhh iyahhh... Ooohhh... Keluarin.... Keluarin.... Ooohhhh... Ssshhh.... Azaaaamm... Kakak.... Kakakkkk.... Aaaaiiiiiimmmmm..... Ooooohhhhh.... Sssshhhh... Ooohhhh...... Sshhhh.... Ooohhhh....., " desah kak Hera yang mendapatkan puncak entah berapa kali.

Aku yang merasakan itu pun kemaluanku serasa diberikan rangsangan tambahan dari gerusan dan pijatan lobang surga milik kak Hera.

Beberapa detik berikutnya barulah aku yang mendapatkan puncak setelah sekian lama.

Crooott...

Crooott...

Crooottt..

" Aaahhh... Kakak.... Aaahhhh.... Ooohhh.... Umm... Oooohhh.... Sshhh... Oooohhhhh...., " desahku dengan sejuta kenikmatan yang kurasakan.

Seketika aku langsung ambruk diatas kak Hera dan kak Hera pun langsung memelukku erat namun dengan kemaluanku masih terbenam dalam di lobang surga milik kak Hera.

" Hah... Hah... Kakak... Enak banget kak... Uuuhhhh, " ucapku.

" Uhhh... Hmm... Iya zam... Kakak juga sampai lemas... Biarkan begini dulu zam sampai kamu benar-benar lega..., " ucap kak Hera sambil mengelus-elus kepala belakangku.

" Hmm... Hah.... Hah... Iya kak... Memek kakak enak banget, kakak mainnya juga benar-benar mantap..., " ucapku.

" Iya zam..., " ucap kak Hera singkat.

Setelah beberapa saat barulah aku mencabut kemaluanku yang tertancap di lobang surga milik kak Hera.

Ploppp...

Tidak aku hiraukan lagi dan aku pun langsung berguling di sisi kanan kak Hera.

Kami terdiam beberapa saat dan aku terkejut saat kak Hera tiba-tiba bangkin walau kesusahan.

" Astaghfirullah.... Azam.... Apa yang kita lakukan?! " ucap kak Hera sedikit panik.

Huh?

Aku yang merasa heran itu juga langsung bangkit.

" Kak..., " ucapku.

" A-azam... Kamu... Aaahhhh, " ucap kak Hera sambil melihat kemaluanku yang juga belum tertidur.

" Kenapa kak? " tanyaku penasaran dan juga heran.

" A-azam... Tinggalkan kakak... Lebih baik kamu pulang..., " ucap kak Hera yang langsung menekukkan kakinya keatas lalu memeluknya.

Aku yang tahu maksud kak Hera itu segera untuk bangkit lalu mengambil dan memakai celanaku kembali.

" Azam... Kakak harap kamu jangan cerita-cerita kepada siapapun, hiks... Hiks..., " ucap kak Hera yang mulai terisak tanpa menatapku.

" Baiklah kak..., " ucapku.

Setelah itu aku pun berjalan dengan pelan ke pintu belakang untuk pulang walaupun tidak tega namun mau bagaimana lagi.

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kak Hera kenapa bisa langsung berubah drastis sikapnya.

Saat aku berada dibelakang rumah kak Hera terdengar suara orang menangis dan aku merasa itu adalah kak Hera.

Aku pun juga tidak mau mengambil resiko untuk berlama-lama ditempat itu dan memutuskan untuk berjalan pulang.

Saat aku sudah sampai ditengah jalan, aku mendengar suara yang memanggilku.

Sontak aku terkejut bukan main katena hal tersebut.

" Azam...., " ucap seseorang.

Aku yang masih berdebar jantungku itu langsung menoleh ke belakang dan terlihat jika orang yang memanggilku itu adalah pak RT yang lengkap dengan baju sholatnya.

" Huh? Pa-pak RT... Duh ngagetin aja... Aku kira siapa...., " ucapku sambil memegang dadaku.

" Masya Allah... Kamu ngapain jam segini kelayapan? " tanya pak RT yang sudah didepanku.

" Memang jam berapa pak sekarang? " tanyaku balik.

" Lah... Kamu ini pikun atau gimana zam... Ini jam setengah 4 sebentar lagi subuh, kamu ini ngapain juga jam segini kelayapan, dari mana? " tanya pak RT dengan heran.

" Hehehe, abis kerumah temen pak di kampung sebelah, biasa anak muda..., " ucapku sambil cengengesan menutupi rasa gugupku.

" Halah.... Tapi kamu tidak aneh-aneh kan disana? " tanya pak RT sambil menatapku tajam.

" Masya Allah... Tidaklah pak... Ngapain juga aneh-aneh paling mentok main karambol aja, " ucapku asal.

" Yasudah... Bapak ke masjid dulu... Assalamualaikum..., " ucap pak RT sambil berjalan mendahuluiku.

" Waalaikum salam..., " ucapku.

" Untung tidak ketahuan... Ah sudahlah pulang sekarang, " gumamku dalam hati.

Setelah itu aku pun langsung pulang ke rumah dan sedikit berlari karena takut jika ibuku sudah bangun.

Setelah sampai, aku langsung menuju ke belakang rumah dan melihat jika lampu dapur sudah menyala yang berarti ibuku sudah bangun.

" Gawat bunda sudah bangun..., " ucapku dalam hati.

Aku berjalan berlahan lalu menengok kedalam dan benar saja ibuku masuk ke dalam kamar mandi.

Dengan cepat aku kembali ke pintu depan untuk masuk kedalam rumah karena pintu belakang selalu terkunci dari dalam.

Dengan pelan namun cepat aku masuk ke dalam rumah.

Tidak lupa juga aku kembali menutup pintu dan menguncinya kembali dengan pelan agar tidak menimbulkan suara.

Setelah itu aku berlari dengan sedikit berjinjit masuk ke dalam kamarku.

" Hah... Aman, " gumamku lega.

Baru saja aku berucap, suara pintu kamar mandi terbuka lalu aku dengan cepat berjalan ke arah kasurku dan pura-pura untuk tidur.

Tidak lupa aku mencopot kausku dan berselimut karena tahu jika ibuku pasti akan masuk ke kamarku untuk membangunkanku.

Benar saja belum ada 5 menit, pintu kamarku terbuka lalu suara ibuku terdengar untuk membangunkanku.

" Azam... Bangun nak... Ayo ke masjid..., " ucap ibuku.

Dengan sengaja aku menggeliat lalu membuka mataku berpura-pura masih mengantuk.

" Iya bunda..., " ucapku.

" Yasudah bunda tunhhu didepan jangan lama-lama sebentar lagi subuh, " ucap ibuku lalu berlalu dari kamarku.

" Iya bunda, " ucapku singkat.

" Huh... Aman..., " ucapku dalam hati.

Setelah itu aku langsung saja mandi junub lalu bergegas ke masjid karena suara adzan subuh sudah berkumandang.

.

.

.

.

.



Maaf ya kalau lama upnya dan gk pernah balas komen karena aku sibuk dan jarang bgt untuk buka forum, sekalinya buka ya untuk up aja dan ini pun sembunyi2 dari bini takut ketahuan wkwkwkwk....

Sampai ketemu lagi di up up berikutnya...

Salam...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd