Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KEPUTUSANKU ( NO SARA )

Status
Please reply by conversation.
Lanjut ya....

Monggo....






Kak Nissa : " Adeeeekkkkkkk....... ". Teriak Kak Nissa memanggilku.

Duhh... Kenapa lagi....

Aku : " Iya aku dikamar kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Adek anterin kakak yuk ". Kata Kak Nissa masuk kekamarku.

Aku : " Kemana kak? ". Tanyaku.

Lalu Kak Nissa duduk disampingku yang sedang tiduran.

Kak Nissa : " Kakak mau anterin ini nih dek buat temen kakak, gk jauh kok cuma di ujung jalan kampung kita ". Jawab Kak Nissa.

Kulihat sebuah kotak lumayan besar yang dibawa oleh Kak Nissa. Aku tidak tau apa isinya, mungkin itu oleh-oleh dari kota Y untuk teman Kak Nissa.

Aku : " Okei kak, bentar". Kataku.

Aku bangun dari kasurku dan segera memakai jaketku.

Aku : " Ayo kak ihhh malah bengong ". Kataku.

Kak Nissa : " Ehh iya dek, yuk temen kakak sudah nungguin disana ". Kata Kak Nissa.

Diperjalanan kami, aku bertanya kepada Kak Nissa.

Aku : " Kak, temen kakak laki-laki atau perempuan? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Perempuanlah dek, emang kenapa sih dek tanya kok begitu? ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Ya tidak apa-apa kak ". Kataku singkat.

Kak Nissa : " Jangan-jangan cemburu ya dek ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Apaan sih kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi... Tenang saja dek, kakak masih milik kamu kok hihihi ". Kata Kak Nissa sambil cekikikan.

Aku tidak membalas omongan Kak Nissa lagi karena sudah hampir sampai di tujuan. Dan benar ternyata dibawah gapura kampungku ada seorang akhwat bercadar. Dia memakai jubah gamis berwarna abu-abu dan hitam yang sewarna dengan khimar dan cadarnya.

Aku berhenti dua langkah disampingnya dan Kak Nissa turun dari motorku dan menghampiri akhwat itu.

Aku terkejut saat Kak Nissa memberi salam kepadanya tapi dijawab olehnya dengan bahasa isyarat. Jantungku langsung berdenyut kencang serta keringat dingin keluar dari tubuhku. Dan saat akhwat itu menengok kearahku aku langsung mengetahui siapa dia. Saat mata kami saling memandang aku semakin yakin kalau akhwat itu... Ya... Akhwat tuna wicara yang pernah datang ketokoku.

Entah apa yang mereka bicarakan aku tidak tau karena bahasa isyaratnya yang saat itu belum aku kuasai karena rumit. Setelah beberapa menit akhwat itu pergi meninggalkan kami dengan motornya. Dan Kak Nissa pun menghampiriku.

Kak Nissa : " Dah yuk dek kita pulang sebentar lagi sore ini ". Ajak Kak Nissa.

Aku : " Baik kak ". Jawabku.

Saat perjalanan pulang Kak Nissa menceritakan kalau akhwat tadi bernama Evi dia adalah yatim piatu yang diasuh oleh ustadz Pawan dari kecil dan dia sekolah dikota sampai kuliah dan ternyata umurnya sama seperti Kak Nissa. Kak Nissa mengenalnya dari madrasah aliyah dulu dikota yang mana satu kelas dengannya. Saat kelulusan Kak Nissa lebih memilih untuk mengambil beasiswa dikota Y dan dia memilih beasiswa di universitas di kotaku. Kak Nissa juga bercerita kalau dia sudah lulus dan bekerja sebagai guru diyayasan khusus tuna wicara dikotaku. Dan yang membuat aku terkejut kalau dia mengenalku saat ditokoku dan mengira kalau aku adalah suami Kak Nissa.

Kak Nissa : " Emang bener yah dek kalau kalian pernah bertemu? ". Tanya Kak Nissa.

Aku menceritakannya kepada Kak Nissa saat pertama kali aku dan dia bertemu.

Kak Nissa : " Gimana menurutmu dek temen kakak yang itu? Ya walaupun dia tuna wicara tapi dia itu orangnya baik banget loh trus ramah suka bersedekah tidak sombong pengertian pokoknya nilainya 100 kalau buat dia dek, hihihi". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Apaan sih kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi... Dia juga cantik loh dek orangnya emmm.... Lebih tepatnya manis dek dia juga punya gingsul di giginya sama seperti kakak tapi tidak punya lesung pipit seperti kakak, hihihi kalau adek mau sama dia kakak langsung bilang SAH, hihihi ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Iihhh apaan sihh aku belum kepikiran itu kak ". Kataku berbohong.

Kak Nissa : " Hihihi sudah tidak usah bohong sama kakak dek, kakak tau kok kalau adek suka kan sama dia trus nihh ya dek kakak liat insya allah kalau dia juga suka loh sama kamu dek, makanya tadi saat kakak bilang kalau adek bukan suamiku tapi adikku ekspresinya berubah dek apalagi matanya yang tajam itu dek hihihi seperti orang senang begitu dek, hihihi ". Kata Kak Nissa panjang lebar.

Aku : " Apaan sih kak jangan buat aku malu kak, lagipula aku hanya mau menikah kalau aku sudah bisa melihat kakak bahagia dengan orang pilihan kakak". Protesku.

Dan Kak Nissa langsung diam saat itu, entahlah Kak Nissa kenapa aku juga tidak tau.

Aku : " Tapi yang jelas untuk saat ini kakak milikku dan bunda ". Sambungku.

Lalu Kak Nissa memeluk punggungku erat karena kami masih diperjalanan untuk pulang.

Kak Nissa : " Makasih dek makasih.... Iya dek untuk sekarang kakak juga milikmu dan bunda dek ". Kata Kak Nissa.

Aku tidak menjawab lagi kata-kata Kak Nissa karena saat itu sudah sampai rumah. Baru saja kami masuk kedalam rumah ibuku menelfon Kak Nissa.

Kak Nissa langsung mengangkat telefon ibuku.

Kak Nissa : " Assalamualaikum bunda.... Ahh iya ini adek disebelah Nissa.... Alhamdulillah sudah bunda.... Emm... Yasudah tidak apa-apa bunda... Iyaa.... Baik bunda.... Bunda juga ya.... Waalaikumsalam ". Kata Kak Nissa mengangkat telefon ibuku.

Aku : " Bunda kenapa kak? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Bunda tidak pulang dek dia dan rombongannya menginap dihotel karena besok pagi ustazah ceramah lagi dan bunda juga jadi pendampingnya ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Yasudah kak tidak apa-apa ". Kataku.

Aku langsung masuk kekamarku begitu juga Kak Nissa.

Pukul 20.08 WIB saat itu aku sedang menonton tv sedangkan Kak Nissa didalam kamar dan diluar hujan lebat. Sudah beberapa hari ini tidak turun hujan udara menjadi dingin saat itu.

Terdengar suara pintu kamar Kak Nissa " Ceklek " Dan kulihat Kak Nissa tidak keluar kamar hanya membuka pintu kamarnya. Aku melanjutkan menonton tv yang acara tv saat itu menayangkan pencarian bakat bernyanyi. Lalu aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku dan pada saat aku menengok sumber suara itu aku terbengong. Saat itu aku melihat Kak Nissa menggunakan seragam sekolahnya dulu saat di madrasah aliyah. Putih abu-abu dengan khimar putih beserta cadar bandana hitamnya. Saat itu aku melihat Kak Nissa sangat anggun mengingat jaman sekolahnya dulu.

Kak Nissa : " Gimana dek? Kakak masih pantas kan jadi anak sekolahan? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Ehhh.... Iy... Iya kak... ". Jawabku

Kak Nissa : " Hihihi... Kangen tau dek pake seragam ini.... Emm... Ehh sebentar ya dek ". Kata Kak Nissa masuk kekamarnya kembali.

Saat itu aku bingung, kenapa Kak Nissa jadi begitu ya?. Pikirku.

Tidak lama setelah itu Kak Nissa keluar dari kamarnya dan pakaian Kak Nissa masih sama dengan yang tadi tapi yang membedakan atasannya. Saat itu Kak Nissa tidak lagi menggunakan khimar dan cadarnya tapi menggunakan kerudung putih polos biasa yang dipakai anak sekolahan jaman now. Kerudung segi empat pendek dan hanya menutupi bagian dada saja dan bagian belakang tidak sampai pinggang. Aku terpesona dengan penampilan Kak Nissa saat itu. Disamping wajah Kak Nissa yang manis tapi juga body Kak Nissa juga luar biasa. Walaupun pakaiannya agak longgar tapi tidak bisa menutupi keindahan tubuhnya apalagi dada yang membusung bulat padat dan pantat terlihat sangat bulat kencang dan terlihat sangat empuk. Baru kali ini aku melihat Kak Nissa berpenampilan aduhai dan menggoda. Seketika kemaluanku menjadi tegang dan keras dibalik sarungku.

Kak Nissa : " Gimana dek... Udah kaya anak SMA jaman sekarangkan? Hihihi ". Tanya Kak Nissa sambil berputar dan bergaya.

Aku : " Iy... Iya kak... Ka.. Kakak benar-benar sangat cantik, lebih cantikan kakak dari pada anak SMA jaman sekarang ". Jawabku gugup.

Kak Nissa : " Hihihi... Tapi kakak sudah 23 tahun lho dek hihihi ". Jelas Kak Nissa mendekatiku dan duduk bersila di depanku.

Aku : " Emm... Yahh walaupun kakak sudah 23 tahun tapi kakak seperti umur 17 tahun kak, sumpah". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi... Dek kok gugup gitu sih, ini kan kakak bukan orang lain ". Jelas Kak Nissa.

Aku : " Gimana aku tidak gugup kak, aku yang terbiasa melihat kakak tertutup dan bercadar sekarang aku melihat kakak berpenampilan begini ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi iya adek sayang, kakak begini juga sama kamu aja dek, emm... Dek... Kakak sebenarnya, kakak... ". Kata Kak Nissa yang nanggung.

Aku saat itu tau apa maksud Kak Nissa.

Aku : " Kak... Begitu juga aku kak... Andai saja kakak bukan kakak kandungku aku pasti sudah nikahin... Emm... Kak kalau gitu jalanin aja ya kak... Sampai kakak mendapatkan pendamping sejati kakak... Karena walau bagaimana pun kita tidak bisa bersatu kak karena darah yang mengalir dalam tubuh kita itu dari orang yang sama ". Kataku sambil mengelus pipi Kak Nissa.

Kak Nissa : " Hikss... Hikss.. Makasih dek... Makasih... Iya dek kakak ngerti, begitu juga adek, tapi kakak hanya setuju kalau adek sama Evi ". Kata Kak Nissa tersenyum sambil mengusap air matanya.

Aku : " Eh... Kok gitu sih kak ". Kataku protes.

Kak Nissa : " Karena kakak bisa melihat kalau kalian itu saling suka, hihihi". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Gimana ya kak, tau ahh kak ". Kataku pasrah.

Memang benar sih waktu itu aku selalu dibayang-bayangi olehnya. Tapi demi membuat kakak bahagia aku akan melakukannya.

Kak Nissa : " Hihihi... Dek... Umm... Kakak kan sudah berpakaian seperti ini, umm... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Hmm... Kenapa sih kak ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Umm... Kakak... Hmmm... Pingin... Umm... Kita... Umm... Kayak tadi pagi dek ". Jawab Kak Nissa malu-malu.

Aku : " Lah... Emang kenapa kak tadi pagi? ". Tanyaku.

Aku saat itu ingin sekali menggoda Kak Nissa. Rasanya itu gemes kalau lihat ekspresi Kak Nissa kalau malu-malu begini.

Kak Nissa : " Umm... Itu... Emm... Ber... Berciuman dek ". Jawab Kak Nissa malu-malu.

Aku : " Hmm... Memang apanya kak yang ingin dicium? ". Tanyaku lagi.

Kak Nissa : " Umm... Itu... Aaahhhh adek... Udah dong jangan godain kakak mulu.... ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Ihhh apaan sih kak orang ditanya jugaa... ". Kataku.

Kak Nissa : " Habis nya adek godain kakak mulu... Kakakkan jadi ma... ". Belum sempat Kak Nissa menyelesaikan kata-katanya aku langsung mencium bibirnya.

" Ummm... Ssspp... Uunnhhh... Mmmm.. Sssllllppp". Suara kami berciuman.

Tangan Kak Nissa langsung memeluk kepalaku. Dan saat itu kami berciuman sangat panas ditambah hujan diluar lebar jadi cuaca menjadi dingin. Tapi tidak dengan kami, tubuh kami terasa panas karena posisi kami yang sedang dimabuk nafsu.

Kami saling melumat, saling menghisap lidah kami. Tanpa sadar aku memeluk Kak Nissa dan tanganku mengelus elus punggung Kak Nissa. Lalu Kak Nissa melepaskan ciuman kami dan berkata.

Kak Nissa : " Dek pindah kamar kakak aja yuk, tolong matikan juga lampu-lampu rumah yahh dek... ". Kata Kak Nissa.

Aku langsung saja beranjak dari tempatku duduk dan berjalan untuk mematikan lampu ruang tv, ruang tamu dan dapur. Kak Nissa berjalan ke kamarnya. Setelah selesai mematikan lampu aku menyusul Kak Nissa ke kamarnya. Kulihat Kak Nissa sedang duduk dikasurnya sambil tersenyum. Lalu aku menutup pintu kamar Kak Nissa dan menguncinya. Aku berjalan mendekati Kak Nissa. Setelah sampai aku duduk didepan Kak Nissa dan langsung melumat bibir Kak Nissa dengan penuh kasih sayang. Begitu juga dengan Kak Nissa. Kak Nissa membalas lumatanku. Tangan Kak Nissa memeluk kepalaku. Kami berciuman dengan mesra dan kasih sayang.

" Ssppp.. Ahhh... Uummmhh... Ssslllppp.. Ahhhh... Ummmm... Hmmmm... ". Suara kami berciuman.

Tanganku memeluk tubuh Kak Nissa dan mengelus punggung Kak Nissa.

Kak Nissa : " Umm.. Dek... Hah
.. Hahh.. Hah... ". Kata Kak Nissa ngos-ngosan.

Aku langsung memeluk Kak Nissa erat begitu juga dengan Kak Nissa. Tiba-tiba hp Kak Nissa berdering, Kak Nissa langsung mengambil hp nya dan ternyata ibuku yang menelpon.

Kak Nissa : waalaikum salam bunda.... Hah... Iya... Iya bunda sebentar ". Kata Kak Nissa panik.

Aku : " Kenapa kak? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Bunda dek udah didepan pintu suruh bukain, bunda tidak jadi mendampingi Ustadzah besok karena acaranya diundur dek, tidak tau kenapa, udah sekarang adek bukain pintu dulu,bunda udah nungguin". Kata Kak Nissa

Aku : " Iya kak ". Kataku singkat dan bergegas menuju pintu utama.

Aku langsung membukakan pintu dan bunda langsung masuk, setelah itu aku menutup pintu dan menguncinya lagi.

Aku : " Kenapa bunda? Katanya besok baru pulang, mana diluar hujannya lebat banget lohh ". Kataku.

Bunda : " Iya sayang acaranya diundur karena ketua panitianya tidak bisa sayang, ibunya meninggal dunia ". Kata ibuku.

Aku : " Innalillahi.... Iya bunda, sebentar Azam buatkan teh hangat dulu bunda ". Kataku sambil berlari kedapur.

Setelah jadi aku langsung membawanya keruang tv tempat ibuku beristirahat. Kulihat Kak Nissa juga sudah disana dan sudah berganti dengan gamis khimar dan cadarnya.

Kak Nissa : " Lohh kakak mana dek? ". Kata Kak Nissa.

Aku tidak menjawab dan langsung kearah dapur lagi. Aku membuat teh untuk Kak Nissa dan aku sendiri. Lalu kubawa semua keruang tv untuk menemani mereka.

Kak Nissa : " Uhh... Makasih adekku sayang ". Kata Kak Nissa yang kujawab dengan anggukan kepala dan senyum.

Bunda : " Azam... Gimana keadaanmu nak apa masih sakit atau tidak, terus gimana? Apa masih belum bangun juga? ". Tanya ibuku.

Aku yang terkejut karena ibuku bertanya seperti itu maka aku malu untuk mengatakannya karena ada Kak Nissa.

Kak Nissa : " Apa sih bunda orang adek sehat-sehat saja bunda, memang bangun-bangun apa sihh bunda ". Tanya Kak Nissa.

Bunda : " Gini Niss bunda jelaskan dan bunda ingin kamu mengerti keadaan Azam, jadi setelah kecelakaan itu keadaan Azam menjadi kurang Niss. Bunda sudah kasih tau kan kalau Azam operasi umm... Testisnya karena rusak dan itu diangkat jadi Azam sudah tidak punya testis lagi dan kamu tau kan artinya apa? Untuk masa depannya kelak ketika berumah tangga? ". Jawab ibuku panjang lebar.

Seketika itu Kak Nissa memandangku dan aku bisa melihat air mata yang keluar dari matanya.

Kak Nissa : " Jadi adek? ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Iya kak sekarang aku cacat kak dan aku tidak bisa mem... ". Kataku.

Belum sempat selesai kata-kataku Kak Nissa langsung memelukku dengan erat dan menangis.

Kak Nissa : " Kenapa dek.... Kenapa kamu tidak bilang dek... Kenapa". Kata Kak Nissa sambil menangis dalam pelukanku.

Ibuku yang saat itu duduk langsung beranjak dari duduknya dan memelukku juga disamping kiriku karena Kak Nissa memeluku disamping kananku.

Setelah itu ibuku melepaskan pelukannya begitu juga dengan Kak Nissa.

Bunda : " Sudah-sudah yang terpenting sekarang kesembuhan Azam dulu, terus gimana sayang, apa sudah bisa bangun lagi seperti semula? ". Tanya ibuku.

Aku menganggukkan kepalaku.

Aku : " Alhamdulillah sudah bunda, paling tidak sekarang sudah bisa bangun lagi walaupun masih sedikit sakit tapi tidak masalah ". Sambungku.

Bunda : " Alhamdulillah... Paling tidak kamu masih bisa memberikan nafkah batin untuk istrimu kelak ". Kata ibuku.

Aku : " Iya bunda ". Kataku.

Kak Nissa : " Dek... ". Kata Kak Nissa masih menangis.

Aku langsung memeluk Kak Nissa yang sepertinya belum bisa menerima keadaanku saat itu.

Aku : " Kak sudah ya... Aku baik-baik saja kak... Sudah-sudah ". Kataku sambil memeluk Kak Nissa.

Bunda : " Yasudah bunda ingin istirahat dulu... Kalian jangan malam-malam tidurnya ". Kata ibuku sambil beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamarnya.

Kak Nissa : " Dek maafin kakak... Kakak tidak tau kalau kamu... Hiks... Hikss... Adeeeekkk ". Kata Kak Nissa.

Aku memeluk Kak Nissa erat sampai berhenti menangis.

Aku : " Kak... Percaya deh sama aku, semua akan baik-baik saja, lagipula sudah bisa bangun lagi kok dan itu berkat Kakak maaf kak tadi pagi aku sangat terangsang jadi bisa bangun lagi, makasih ya kak ". Kataku menenangkan Kak Nissa yang mulai berhenti menangis.

Kak Nissa : " Ihhh adek... Nafsu ko sama kakak sih, ingat dek kita sedarah loh ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Yeee... Kakak juga kok, siapa yang bilang tadi kalau basah sampai tembus ke gamis dan berganti gamis lagi ". Kataku tak mau kalah.

Kak Nissa : " Ihhh apaan sihh dek... ". Kata Kak Nissa malu-malu.

Aku : " Ehhh kak tadi waktu kita ciuman lagi kakak basah lagi tidak? ". Tanyaku sambil menahan tawa.

Kak Nissa : " Apaan sih dek... Udah ahh... Kakak mau tidur ". Kata Kak Nissa sambil beranjak dan berjalan masuk ke kamarnya.

Lalu aku juga beranjak dan masuk ke kamarku. Setelah sampai aku langsung merebahkan tubuhku ke kasurku dan tidur.

Aku ingat betul saat itu waktu tengah malam aku terbangun dan rasanya sangat haus, lalu aku keluar dari kamarku dan ternyata Kak Nissa pun sama ingin minum juga. Karena cuaca saat itu sangat dingin aku yang biasanya hanya tidur dengan sarung saja yang melekat pada tubuhku kini aku menggunakan kaos dan sarung.

Aku : " Lah... Kak... Bangun juga? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Iya dek kakak haus pengen minum ". Jawab Kak Nissa.

Lalu kami berjalan bersama ke dapur. Lalu saat kami melewati kamar ibuku kami mendengar suara-suara aneh. Seperti desahan dan erangan dari kamar ibu. Lalu aku dan Kak Nissa berhenti di depan kamar ibu. Aku dan Kak Nissa saling berpandangan dalam diam. Dan mendengarkan karena suaranya cukup keras

Aku : " Kak masa sih bunda yang begitu? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Tidak tau juga dek ". Jawab Kak Nissa.

Lalu aku terkejut dengan erangan ibuku begitu juga dengan Kak Nissa.

" Uuhhh... Ssshhh... Azam... Enak sayang.... Terus sayang.... Hhmmm... Ayo sayang... Genjot yang kenceng memek bunda... Kontolin memek bunda.... Ahhhh iya begitu... Uuhhh.... Ssshhh... Hisap juga susu bunda sayang.... Ahhh kontol kamu enak sayang... Ohh... Azam kontol kamu besar nak... Bunda ketagihan kontol kamu... Ahhhh... Sshhhh.... ". Erang bunda.

Aku yang mendengarkan erangan ibuku menjadi merinding.

Kak Nissa : " Adek masa sih bunda sedang itu? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Aku juga tidak tau kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Tapi kenapa kamu dek yang jadi fantasi bunda? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Entah kak ". Jawabku.

Entah yang difikirkan Kak Nissa saat itu tiba-tiba Kak Nissa menyentuh knop pintu dan membukanya. Ternyata tidak dikunci oleh ibuku. Aku yang bingung dengan kelakuan Kak Nissa sampai terkejut. Setelah terbuka aku melihat kalau ibuku sangat terkejut. Aku bisa melihat kalau ibuku yang telanjang saat itu menampilkan susu yang besar dengan puting kecoklatan, dan kemaluan ibuku yang bersih dari bulu kemaluan dan terlihat sangat-sangat menggoda. Ibuku yang terkejut langsung meraih selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Kak Nissa : "astaghfirullah Bunda.... "






Sudah sudah lanjut besok lagi ya...

Selimutin dulu burung nya biar bobok lagi.....

Wahahahhahaa.....


Salam....
Wanjirrr hot bgt
 
Bikin emosi sih namanya, hahahaha untung gak sambil manjain Dede (karena tau pasti dramanya dulu).
 
Bimabet
Lanjut lanjut.....









Kak Hera : " Assalamualaikum.... Azam... ". Salam Kak Hera.

Aku langsung saja menjawab salam darinya.

Aku : " Waalaikum salam.... Kak... Gimana Kak.... ". Jawabku.

Kak Hera : " Emmm... Azam maaf ya tadi aku tidak sadar kalau kamu sudah didepanku saat aku sedang... Emmm.. Menyusui Amir.... ". Kata Kak Hera.

Aku : " Ehhh... Emm... Iya kak tidak apa-apa.... ". Kataku.

Kak Hera : " Emm... Iya Zam... ". Kata Kak Hera.

" Sepertinya Kak Hera malu-malu... Apa aku isengin aja ya... Hehehe.... ". Pikirku.

Aku : " Hmmm.... Kak... Emmm... Aku boleh jujur tidak kak.... ". Tanyaku.

Kak Hera : " Boleh Zam.... Kenapa sih ". Jawab Kak Hera.

Aku : " Umm... Ternyata itu kakak indah banget ya.... Jujur kak... Aku baru pertama kali lihat itu kak... Jadi maaf kalau tadi aku sempat bengong sebentar... ". Kataku.

Kak Hera : " Astaghfirullah... Azam.... Duhhh.... Istighfar Zam... ". Kata Kak Hera.

Aku : " Emm... Maaf kak soalnya aku baru pertama kali melihat itu kak... Jadi sampai sekarang masih keingat itu terus sampai sekarang... Makanya aku tidak bisa tidur kak... Maaf banget kak.... Tapi itu kakak benar-benar indah... ". Kataku.

Setelah itu lama tidak ada balasan chat dari Kak Hera. Entah apa yang sedang dia lakukan atau pikirkan. Aku yang merasa " Embuh " Saat itu hanya bisa pasrah saja. Kalau memang Kak Hera mau bilang sama Kak Nissa juga aku pasrah.

Setelah menunggu lama akhirnya ada balasan dari Kak Hera yang posisinya saat itu aku sudah diambang sadarku untuk tertidur tapi setelah mendengar suara notif chat dan kulihat dari Kak Hera aku langsung membuka chat tersebut. Deg-degan juga saat itu takut kalau marah atau bagaimana. Tapi setelah membaca chat dari Kak Hera mataku yang tadinya mengantuk jadi melek lagi.

Kak Hera : " Beneran Zam apa yang kamu bilang tadi... ". Tanya Kak Hera.

" Duh ini orang labil banget sih... Dasar wanita... Tadi bilang apa sekarang malah bilang apa.... Duh... ". Pikirku.

Aku : " Iya kak... Beneran aku tidak bohong kak... Indah banget kak.... Kulit kakak yang kuning langsat dan mulus.... Apalagi itu kakak besar.... Terlihat empuk dan kenyal kak.... ". Kataku.

Entah apa yang aku pikirkan saat itu kenapa aku berani bilang seperti itu kepada Kak Hera.

Tidak lama setelah itu Kak Hera membalas chat dariku yang membuat kemaluanku merespon dan sedikit terbangun dari tidurnya.

Kak Hera : " Hihihi.... Iyalah Zam... Kan perawatan.... Aku jaga loh semua ini.... Hihihi.... Awas loh nanti ada yang bangun loh ". Kata Kak Hera.

Aku : " Lah kak... Memang sudah bangun kok dari tadi... ". Kataku.

Kak Hera : " Ehhh.... Serius.... ". Tanya Kak Hera.

Aku : " Iya kak... Masa aku bohong sih... ". Jawabku.

Kak Hera : " Ehh... Terus gimana itu Zam... ". Tanya Kak Hera.

Aku : " Lah... Gimana apanya kak.... ". Kataku.

Kak Hera : " Ya itu Zam.... Suruh tidur lagi Zam.... ". Kata Kak Hera.

Saat itu aku tertawa membaca chat dari Kak Hera. Terlihat dewasa tapi sedikit polos.

Aku : " Elah kak.... Mana bisa segampang beli bakso kali kak... Terus kalau saat suami kakak itu nya bangun diapain kak supaya tidur lagi... ". Tanyaku.

Kak Hera : " Emm... Biasanya suami minta jatah sih Zam... ". Jawab Kak Hera.

Aku : " Lah jatah apa kak.... Penasaran... ". Tanyaku.

Kak Hera : " Jatah membajak sawah... Hihihi.... ". Jawab Kak Hera sambil memberikan emot tertawa.

Aku : " Wahhh enak dong kak.... Hehehhee... ". Kataku.

Kak Hera : " Iyalah.... Bisa gitu-gitu... Hihihi... ". Kata Kak Hera.

Aku : " Gitu-gitu apa sih kak.... Duhh kak... ". Kataku.

Kak Hera : " Ehh.... Kenapa Zam... ". Tanya Kak Hera.

Aku : " Duh kak.... Malah makin tegang kak.... Sakit tau kak.... ". Jawabku.

Kak Hera : " Loh... Terus gimana dong Zam... ". Tanya Kak Hera.

Aku : " Entahlah kak... Mana udah tegang banget punyaku kak... ". Jawabku.

Kak Hera : " Masa sih Zam... ". Tanya Kak Hera.

Aku tertawa juga membaca chat dari Kak Hera. Duh gemes lama-lama.

Aku : " Iya kak.... Apa kakak mau lihat? Aku potoin nih kalau tidak percaya.... ". Jawabku.

Kak Hera : " Helehh... Paling juga kayak punya Amir.... Hihihi.... Astaghfirullah.... ". Jawab Kak Hera.

Saat itu aku tertawa ngakak membaca chat dari Kak Hera.

Aku : " Waduhh.... Kak... Dalem banget ngejeknya ihhh.... ". Balasku.

Kak Hera : " Hihihi... Tuh kan bener kayak punya amir..... Hihihi.... ". Balas Kak Hera.

Aku : " Duh kak orang belum lihat juga udah bilang kayak si Amir.... ". Balasku.

Kak Hera : " Hihihi.... Kan memang benar kan Zam.... Hihihi.... ". Balas Kak Hera.

Entah kenapa saat itu aku merasa seperti ditantang oleh Kak Hera. Maka dari itu aku putuskan untuk diam dan tidak membalas chat dari Kak Hera lagi. Biarlah Kak Hera merasa semakin penasaran saja. Hehehe.....

Setelah itu aku ingin buang air kecil. Buru-buru aku berjalan ke kamar mandi untuk buang hajatku. Setelah selesai aku berjalan ke kamarku.

" Merebahkan tubuhku di kasur memang yang terbaik.... ". Pikirku.

Aku juga mengecek hapeku yang ternyata ada 3 pesan chat dari Kak Hera.

Kak Hera : " Ehh.... Zam.... Ngambek ya..... ".

Kak Hera : " Zam.... Maaf deh.... Bikin kamu ngambek.... Abisnya kamu lucu Zam.... Hihihi.... ".

Kak Hera : " Emm... Mana Zam... Katanya mau kirim poto nya.... Kok tidak jadi sih.... ".

Saat itu aku tersenyum membaca chat dari Kak Hera.

Aku : " Maaf kak tadi kebelet pipis... ". Balasku.

Cukup lama aku menunggu balasan chat dari Kak Hera. Akhirnya Kak Hera membalas.

Kak Hera : " Kirain.... Ehh Zam... Mana potonya... Katanya mau kirim poto ". Balas Kak Hera.

Aku : " Hmm... Kenapa kak.... Hmmm... Mending lihat langsung aja kak.... Hehehehe.... ". Balasku.

Berani juga aku mengetik kalimat itu. Deg-degan....

Kak Hera : " Ihhh... Maunya... ". Balas Kak Hera.

Aku tertawa membaca balasan Chat Kak Hera.

Aku : " Lahh... Kalau lihat langsung kan enak kak... Kakak bisa tau bentuk aslinya juga.... ". Balasku.

Kak Hera : " Ihh.. Tidak ah Zam... Takut aku... ". Balas Kak Hera.

Aku : " Loh... Takut kenapa sih.... Cuma lihat doang kan... Lagipula aku juga tidak ngapa-ngapain... Kalau kak Hera mau sih tapi kalau tidak juga tidak apa-apa... Tapi jangan penasaran loh ya... Hahahaha.... ". Balasku.

Aku langsung menaruh hapeku dan khawatir kalau semua ini hanya pancingan Kak Hera saja. Lagipula mana mau Kak Hera untuk melakukan itu apalagi Kak Hera itu sesosok wanita yang kalem dan tidak aneh-aneh. Yang aku tahu Kak Hera sangat mencintai suaminya dan sangat setia.

" Cling " Nada notif pesan chat wattip di hapeku berbunyi. Aku langsung membukanya dan betapa terkejutnya aku membaca chat dari Kak Hera.

Kak Hera : " PINTU BELAKANG ". Balas Kak Hera dengan huruf besar semua.

" Edan ". Pikirku.

Antara percaya atau tidak, antara maju atau mundur. Ragu.... Itulah yang rasakan saat itu. Jika aku kesana, bagaimana kalau ini cuma pancingan saja agar bisa tau betapa jahiliyahnya aku tapi kalau tidak bagaimana dengan isi pesan chatku. Ibarat kata menelan ludah sendiri ketika sudah dibuang. Antara iya atau tidak.

" Ahh masa bodoh lah berangkat ajalah.... ". Pikirku.

Aku langsung berganti pakaianku dan tidak lupa memakai parfum. Setelah itu aku berjalan keluar dari kamarku.

Kak Nissa : " Dek... Mau kemana malam-malam begini.... ". Kata Kak Nissa yang sedang duduk di ruang tamu.

DEG......

" Duhh.... Kenapa kakak jam segini belum tidur.... Kenapa juga diruang tamu.... ". Pikirku.

Aku : " Ahhh.... Tidak kak.... ". Kataku gugup.

Kak Nissa : " Tidak apanya... Orang rapi begitu.... Pakai parfum pula.... Dek jawab jujur.... Mau kemana....". Tanya Kak Nissa.

Aku melihat mata Kak Nissa menatapku tajam.

Aku : " Tidak kemana mana kak... ". Jawabku.

Kak Nissa : " Masih kurang apa kamu sama bunda.... Sekarang mau cari yang lain lagi...? ". Tanya Kak Nissa.

Aku terkejut saat Kak Nissa mengatakan itu. Kenapa bisa kak Nissa tau...

Aku : " Ehh... Apaan sih kak... ". Jawabku.

Kak Nissa : " Kenapa... Heran kenapa bisa kakak tau.... Kamu mau ke tempat Hera kan... Jawab.... ". Kata Kak Nissa dengan penuh emosi.

Aku : " Aa... Aku.... Aku... ". Kataku gugup.

Mulutku kaku, deg-degan, keringat dingin, takut, campur aduk perasaanku saat itu.

" Plakk... ". Sebuah tamparan yang cukup keras dari tangan kanan Kak Nissa mendarat dipipi kiriku. Rasanya sangat pedih. Lebih pedih dari tamparan Kak Nissa saat ditoko beberapa waktu yang lalu.

Aku langsung memegangi pipi kiriku yang pedih akibat tamparan Kak Nissa.

Kak Nissa : " Apa ini adekku.... Apa ini Azam yang kakak kenal.... Azam yang kakak cintai... Azam yang kakak sayangi... ". Kata Kak Nissa dengan penuh emosi dan berlinang air mata.

Aku : " Kak.... Aku... ". Kataku terpotong oleh ucapan Kak Nissa.

Kak Nissa : " Kakak sudah diam saat kamu dengan bunda.... Bahkan kakak relain itu semua... Tapi... Kamu sangat keterlaluan... Kakak benci sama kamu.... ". Kata Kak Nissa.

Saat itu Kak Nissa ingin berjalan ke kamarnya tapi tangan kanannya aku tahan.

Aku : " Kak.... ". Kataku.

Kak Nissa : " Lepasin tidak.... Jangan panggil aku kakak lagi.... Lepasin.... Aku tidak mau punya adek yang seperti ini.... ". Kata Kak Nissa.

" Plakk.... ". Sebuah tamparan lagi di pipi kananku. Rasanya ngilu dan perih soalnya bibirku saat itu sedikit sobek dan mengeluarkan darah.

Lalu aku melepaskan tangan Kak Nissa.

Aku : " Kak... Maafin aku kak.... Maafin aku.... Aku salah... Kak aku... ". Kataku.

Kak Nissa : " Jangan panggil aku kakak lagi.... Aku tidak ingin punya adik seperti ini.... Lebih baik kamu pergi... Pergi... ". Kata Kak Nissa.

Aku juga saat itu terbawa emosi dan memutuskan untuk menuruti perkataan Kak Nissa.

Aku : " Oke... Oke... Kalau memang kakak ingin aku pergi... Aku akan pergi... Aku tidak akan ganggu kakak lagi... Lagipula kakak sudah tidak anggap aku sebagai adek kakak lagi, aku terima.... Tapi aku tetap anggap kakak sebagai kakakku... Dan sampai kapanpun kakak adalah kakakku... Tolong jaga bunda untukku... ". Kataku.

Setelah aku mengatakan itu aku pergi dari rumah. Tapi sebelum aku membuka pintu rumah aku mengatakan...

Aku : " Satu lagi kak.... Sampaikan salamku untuk evi.... Assalamualaikum... ". Kataku.

Setelah itu aku pergi meninggalkan rumah. Saat itu aku berjalan kaki. Rasa bersalahku terhadap Kak Nissa begitu besar sampai-sampai aku berjalan pun sambil meneteskan air mata. Aku sangat mengakui aku memang salah dan keterlaluan tapi yang membuatku meneteskan air mata adalah kalau Kak Nissa tidak mau bertemu denganku dan sudah tidak menganggapku sebagai adiknya lagi.

Perasaan tidak menentu dan campur aduk yang aku rasakan saat itu membuatku lelah dan pasrah.

Aku terus saja berjalan keluar dari kampungku. Kampung yang selalu membuatku nyaman dan penuh dengan kenangan. Walaupun aku tau kalau aku juga akan kembali lagi dikampung ini tapi tidak tau kapan. Yang pasti sekarang aku menjauh dulu dan terus melangkah. Aku juga sudah tidak bernafsu lagi.

Singkat cerita saat itu aku sudah tidak lagi dikotaku melainkan aku di kota yang cukup jauh dari kota asalku. Aku berada di kota Y.

Karena bantuan dari teman-temanku aku berada dikota Y. Kota dimana Kak Nissa menuntut ilmu bahkan sampai sarjana. Dikota Y ini aku bertemu dengan teman masa kecilku dan sangat banyak membantuku.

Toko warisan ayahku aku serahkan kembali ke Abi Ikhsan sementara dan hasilnya aku suruh Abi Ikhsan untuk membagikannya kepada ibuku dan Kak Nissa. Sedangkan aku juga mengatakan ingin mandiri. Sebenarnya Abi Ikhsan memarahiku tapi aku mengatakan ingin mandiri dan tidak mengatakan keberadaanku. Walaupun alot tapi Abi Iksan akhirnya mengerti.

Aku juga mengganti nomor hapeku dan wattipku juga. Aku juga memberi tahu ibuku keadaanku tapi tidak bilang aku pergi karena apa. Hanya ingin mandiri itulah alasanku menjelaskan kepada ibuku. Walaupun aku tidak tega namun tetap aku lakukan. Aku juga selalu memberi kabar kepada ibuku begitu juga sebaliknya tapi aku melarang keras untuk tidak memberi tahu nomorku kepada Kak Nissa dan apapun itu. Walaupun aku masih menyimpan nomor Kak Nissa tapi aku tidak pernah menghubunginya. Rasa bersalahku kepada Kak Nissa begitu besar. Bahkan sampai sekarang pun aku masih memiliki perasaan itu.

Sudah 1 tahun aku berada di kota Y. Dengan penuh perjuangan bisa sampai kota ini. Kalau tidak karena temanku mungkin aku tidak sampai dikota Y. Walaupun temanku itu bukan orang sepertiku tapi dia sangat baik terhadapku dan menganggapku seperti saudaranya sendiri.

Aku bekerja di salah satu resto dikota Y. Dengan penghasilan itu aku bisa hidup dikota Y. Sedangkan untuk tempat tinggal aku memilih kost bebas karena terkadang aku pulang bekerja larut malam.

Saat sedang santai dikost saat malam hari karena aku shift siang jadi pulang sore, tiba-tiba ibuku menelfonku. Dengan segera aku mengangkatnya.

Aku : " Assalamualaikum bunda.... ". Salamku.

Bunda : " Wa'alaikum salam.... Gimana Ma kabar kamu... Sehat kan.... Sudah makan belum.... ". Balas ibuku.

Aku juga menyuruh ibuku untuk memanggilku Maza karena aku tidak mau sampai Kak Nissa tau. Maza kebalikan dari Azam, hehehe....

Aku : " Alhamdulillah bunda.... Baik bunda.... Sudah kok bunda... Bunda sehatkan.... Kakak juga gimana bunda... ". Balasku.

Bunda : " Alhamdulillah... Sehat Ma... Nissa juga sehat tapi setelah kamu pergi kakakmu suka melamun... Sekarang juga jadi tambah tertutup Ma... Bunda juga belum pernah lihat kakakmu tersenyum.... Sebenarnya ada apa sih kamu sama kakakmu... Bunda yakin kalau kalian ini bermasalah.... ". Balas ibuku.

Aku : " Hmm... Tidak bunda.... Hanya Azam ingin mandiri saja.... Masa kakak saja yang dibolehin merantau sedangkan aku tidak.... ". Balasku.

Bunda : " Yasudah.... Bunda tidak mau memaksa kalian tapi pesan bunda jaga kesehatan jangan lupa sholat sama tadarusmu loh ya... Oh iya Ma kemarin kakakmu dilamar sama orang... Mereka datang kerumah... Orangnya juga ramah dan baik banget begitu juga keluarganya tapi kakakmu menolaknya.... Bunda sampai bingung sama kakakmu... ". Balas ibuku.

Aku : " Elah... Kakak memang terlalu tinggi bunda kalau soal jodoh... Entahlah Azam juga tidak tau pasti tapi yang Azam tau seleranya tinggi.... Hahahaha.... ". Balasku.

Bunda : " Hahh.... Bunda tidak mau memaksa kakakmu Ma kalau masalah jodoh tapi umurnya sudah 24 tahun lho.... Bunda saja menikah dengan ayah kamu saja umur 17 tahun... Itu pun ayahmu nekat kalau tidak sama bunda tidak mau menikah.... Gitu katanya dulu... Hihihi.... ". Bakas ibuku sambil tertawa.

Aku : " Lah.... Masa sih bunda... ". Balasku.

Bunda : " Iya Ma... Bahkan sampai ketahuan sama kakek kamu gara-gara ayahmu dulu diam-diam ngapelin bunda tapi bunda saat itu tidak mau dan menghindar terus.... Hihihi.... ". Balas ibuku.

Aku : " Hahahaha.... Ternyata ayah gigih juga ya bunda.... Hahahaha.... Terus kok bisa bunda mau sama ayah itu bagaimana bunda.... ". Bakasku.

Bunda : " Hmm... Waktu itu gara-gara kakekmu jengkel sama ayahmu gara-gara setiap hari ketahuan datang kerumah.... Hihihi.... Makanya kakekmu bilang suruh nikahin sekalian saja karena kakekmu risih lihatnya... Ya mau tidak mau bunda nurut sama kakekmu... Terus nikah deh... Hihihi... ". Balas ibuku.

Aku : " Lah... Gara-gara itu doang bunda....???? Terus bunda ada rasa sama ayah kapan bunda.... Hehehehe.... ". Balasku.

Bunda : " Hmm... Waktu ayahmu mengucapkan ikhrar saat ijab qobul... Hihihi.... Entah kenapa bunda bisa ada rasa sama ayahmu.... Hihihi.... Tapi ya waktu itu bunda masih malu-malu dan jaim jadi tidak bilang sama ayahmu dan kakekmu.... ". Balas ibuku.

Aku : " Elah.... Terus gimana itu bunda saat malam pertamanya.... Hehehehe... ". Balasku.

Bunda : " Idihhh kepo..... Hihihi.... Ayahmu dulu tidak memaksa bunda buat langsung berhubungan intim lagipula saat selesai ijab qobul bunda malah haid.... Hihihi.... ". Balas ibuku.

Aku : " Lah.... Hahahhaha.... Eh bunda... Kakak lagi apa bunda.... ". Balasku.

Bunda : " Entahlah Ma.... Sepertinya sedang dikamarnya.... Hmm... Sebentar bunda lihat dulu oiya jangan dimatiin biar tau kamunya.... ". Balas ibuku.

Saat itu terdengar suara ibuku dan Kak Nissa.

Bunda : " Nissa.... Bunda boleh masuk...? ". Kata ibuku.

Kak Nissa : " Iya bunda... ". Jawab Kak Nissa.

Bunda : " Niss.... Sudah makan belum... Kalau belum bunda ambilkan ya... Bunda suapin.... ". Tanya ibuku.

Kak Nissa : " Ehh.... Tidak bunda... Nissa masih kenyang kok... Nanti aja Nissa ambil sendiri kalau lapar.... ". Jawab Kak Nissa.

Bunda : " Niss.... Masih belum ada kabar dari adikmu....? ". Tanya ibuku.

Cukup lama Kak Nissa menjawab pertanyaan ibuku.

Kak Nissa : " Hiks.... Hiks.... Bund.... Bunda... ". Kata Kak Nissa.

Bunda : " Kenapa kamu nangis sayang... ". Tanya ibuku.

Aku yang mendengar suara Kak Nissa menangis jadi ikut menangis. Sesak dadaku saat itu.

Kak Nissa : " Se... Se... Seandainya saat itu Nissa bisa untuk menahan... Menahan emosi... Adek.... Adek masih... Masih... Disini sama kita bunda..... Huaaaa..... ". Ucap Kak Nissa sambil menangis.

Bunda : " Astaghfirullah.... Niss... Maksudnya apa sih... Bunda tidak faham... Jujur sama bunda... Sebenarnya kalian ini ada masalah apa.... ". Tanya ibuku.

Kak Nissa : " Sebenarnya... Nissa.... Nissa... Yang ngusir adek.... Bunda.... ". Jawab Kak Nissa.

Bunda : " Astaghfirullah... Nissa.... Astaghfirullah.... Astaghfirullah... ". Kata ibuku terkejut.

Kak Nissa : " Bunda.... Maafin Nissa.... Maafin Nissa bunda.... ". Kata Kak Nissa.

Bunda : " Astaghfirullah... Nissa... Baiklah Niss... Bunda tidak mau tau masalah kalian tapi kenapa sampai diusir... Dan... Dan... Astaghfirullah.... Terus sekarang kamu gimana Niss... ". Tanya ibuku.

Kak Nissa : " Bunda... Nissa sudah memaafkan adek dan Nissa sudah mencarinya... Nissa juga sudah bertanya kepada orang-orang yang mengenal adek tapi tidak ada yang tau... Bunda.... Nissa harus bagai mana... Nissa.... Nissa... ". Kata Kak Nissa.

Bunda : " Nissa... Yasudah... Doakan saja adekmu... ". Kata ibuku.

Kak Nissa : " Bunda... Maafin Nissa... ". Kata Kak Nissa.

Aku yang saat itu mendengar melalui telpon menangis dan merasa lega karena Kak Nissa sudah memaafkanku tapi dalam hatiku masih merasa bersalah. Lalu aku mematikan telpon dengan ibuku dan beristirahat.

Rasa yang selama ini mengganjal didalam hatiku hilang walaupun aku juga masih mempunyai rasa bersalah kepada Kak Nissa tapi setidaknya sudah merasa lega.

Hari-hariku selanjutnya aku lalui dengan semangat dan dengan perasaan lega. Aku juga terus melanjutkan hari-hariku dalam perantauan yang banyak sekali memberiku pelajaran dan kemandirian.

Dikota Y ini aku lebih untuk menutup diri dari orang-orang maupun teman-temanku bekerja. Tidak bermaksud apa-apa tapi lebih menjaga diri saja. Aku tidak mau orang-orang mengetahui aku yang sebenarnya. Selama aku dikota Y aku tidak memikirkan kemaluan ataupun selangkangan, aku hanya fokus saja pada pekerjaanku dan banyak belajar dari pengalaman.

Sudah 5 bulan setelah aku mendengar pengakuan dari Kak Nissa kepada ibuku atas kesalahannya mengusirku dari rumah. Akhirnya aku diangkat menjadi capten server ditempat aku bekerja. Saat aku sedang mengatur karyawan yang lain tiba-tiba aku melihat ada seorang akhwat bercadar masuk kedalam resto dan aku menyuruh salah satu karyawan untuk melayaninya dengan baik.

Aku lihat akhwat itu memakai serba hitam dan membawa ransel berwarna hitam serta kacamata hitam bulat yang cukup besar pula. Aku mengamati akhwat itu dari jauh dan sepertinya ransel itu tidak asing bagiku. Aku yang saat itu tidak ingin berfikir macam-macam aku melanjutkan pekerjaanku dengan semangat.

Disaat pesanan akhwat itu sudah siap karena karyawan yang lain sibuk dengan pekerjaan mereka maka aku yang mengantar pesanan akhwat bercadar itu.

Aku : " Assalamualaikum.... Maaf kak... Ini pesanan kakak sudah siap... ". Kataku sopan.

Hanya anggukan kepala saja untuk meresponku. Tapi saat aku ingin kembali....

? : " Dek.... ". Kata dia.

Deg.....

Tubuhku merinding, deg-degan, keringat dingin, perasaan bersalahku tiba-tiba muncul dan aku tidak sanggup untuk berbalik menghadap kebelakang.

Aku : " 2 jam lagi aku off... ". Kataku.

Lalu aku berjalan menjauh darinya. Aku tau kalau dia terus melihatku bahkan melihatku selama bekerja.

Setelah jam kerjaku habis dan setelah aku absen maka aku ingin sekali menemuinya tapi aku sangat malu dengannya. Rasa bersalahku kepadanya begitu dalam. Tapi aku harus menemuinya. Setelah aku sudah dekat dengannya tangannya memberiku isyarat untuk duduk. Maka saat itu aku duduk didepannya.

Aku : " Kita tidak bisa untuk berbicara disini kak.... ". Kataku sedikit gugup.

Ya.... Siapa lagi kalau bukan Kak Nissa. Tapi bagaimana Kak Nissa tau kalau aku disini.

Saat itu Kak Nissa diam saja. Aku yang melihat Kak Nissa diam begitu membuat rasa bersalahku semakin dalam. Tidak tahan dengan itu maka aku langsung saja memegang tangan kanan Kak Nissa dan mengajaknya untuk keluar resto tempatku bekerja. Aku ingin menyelesaikan masalah ini ditempat yang sepi dan privat. Maka aku membawa Kak Nissa kekost tempatku melepas lelah dan beristirahat.

Saat diperjalanan kami hanya saling diam tapi aku tetap memegang tangan kana Kak Nissa.

Setelah sampai kost karena hanya belakang tempatku bekerja jadi aku tidak perlu kendaraan untuk bekerja. Lagipula kost tempatku ngekost itu bebas jadi tidak masalah kalau aku membawa Kak Nissa bahkan teman-teman kost ada juga yang membawa pacarnya bahkan tinggal bersama dalam 1 kost.

Setelah aku dan Kak Nissa masuk ke dalam Kamar kost kami masih saja saling diam. Lalu aku terkejut saat Kak Nissa tiba-tiba memelukku dari belakang.

Kak Nissa : " Dek.... Kakak.... Kakak... ". Kata Kak Nissa sambil memelukku dan menangis.

Aku : " Huft.... Lanjutkan dulu nangisnya sampai puas.... Aku mau mandi dulu... Gerah soalnya... ". Kataku sambil melepas pelukan Kak Nissa.

Lalu aku mengambil handukku dan masuk kedalam kamar mandi. Karena kostku itu kamar mandi dalam jadi lebih praktis dan nyaman tanpa harus antri untuk menggunakan kamar mandi dengan penghuni kost yang lain.

Didalam kamar mandi aku segera menyalakan kran air dan saat itu juga aku menangis sesenggukan.

Cukup lama aku menangis didalam kamar mandi bahkan aku membuang banyak air karena luber diember tempatku menampung air untuk mandi. Sadar akan hal itu maka aku segera mandi. Setelah selesai disaat aku memakai handuk aku teringat kalau aku lupa membawa pakaian ganti.

" Astaghfirullah..... Kenapa aku jadi pikun gini.... Sial... ". Pikirku.

Mau tidak mau aku keluar dengan hanya memakai handuk untuk menutupi pusaka tunggal eka milikku.

Begitu aku keluar dari dalam kamar mandi aku melihat Kak Nissa tertidur dikasurku. Aku yang melihat itu menjadi kasihan dengannya. Jauh-jauh datang kemari untuk bertemu denganku pasti sangat lelah. Maka aku membiarkan Kak Nissa untuk tidur sedangkan aku segera memakai sarung berwarna hitam polos tanpa celana dalam dan kaos lengan pendek berwarna hitam polos juga.

Saat itu jam 10 malam aku yang tidak bisa tidur memutuskan untuk olah raga malam berupa push up saja. Sampai pada push up yang ke 20 aku mendengar bahwa Kak Nissa memanggilku dan bangun dari tidurnya.

Kak Nissa : " Dek.... ". Kata Kak Nissa.

Aku yang mendengar itu langsung menghentikan kegiatanku dan menoleh kepada Kak Nissa.

Aku : " Iya kak... Sudah bangun kak... Sebentar aku pesenin makan ya pasti kakak laper dan lelah.... Sekalian aku juga kak.... Sebentar ya... ". Kataku.

Tapi aku melihat Kak Nissa menggelengkan kepalanya.

Kak Nissa : " Tidak dek.... Dek.... Kakak... Kakak.... ". Kata Kak Nissa.

Aku melihat mata Kak Nissa berkaca-kaca dan menjatuhkan air mata maka aku langsung memeluk Kak Nissa yang posisi Kak Nissa sedang duduk dan aku memeluk Kak Nissa pada bagian perutnya. Aku juga saat itu menangis dan meminta maaf kepadanya.

Aku : " Kak.... Aku minta maaf kak.... Aku minta maaf.... Aku salah kak.... Aku salah... Kak.... Aku... Aku... Huaaaa..... ". Isakku.

Aku memeluk perut Kak Nissa sangat erat.








Lanjut kalau senggang lagi ya....


Salam....
Ajiibbb suhhhuu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd