Update Part 4
Setelah menjalani sisa rapat dengan suasana tak nyaman dan cukup dicekam ketakutan akhirnya Kak Maya membubarkan rapat kilat ini dan meminta kami kembali ke posisi masing-masing untuk mempersiapkan kegiatan selanjutnya. Acara perkenalan walikelas berlangsung sampai adzan zuhur berkumandang, para peserta dipersilahkan isoma sampai pukul setengah dua. Agenda selanjutnya adalah para peserta diminta mengumpulkan kayu sebanyak mungkin untuk membuat api unggun di acara puncak malam keakraban nanti.
Untuk mengumpulkan kayu para peserta disebar keluar lingkungan sekolah, karena disekitar sekolah kami terutama dibagian belakang masih membentang kebun-kebun milik warga, pohon-pohon besar bambu, manga, pisang dll menjadi pemandangan yg mengasyikan bagi kami yg mayoritas tinggal dilingkungan perkotaan. Mengumpulkan kayu juga cukup mengasyikan, walau cuaca siang terik namun rimbunan pepohonan milik warga cukup melindungi kami dari panas matahari. Para warga tak keberatan melihat ratusan siswa menyerbu kebun mereka mencari kayu bakar, karena kebetulan Kak Maya sudah membuat izin dengan RT/RW setempat. Kak Maya benar-benar pemimpin yg sigap menurutku. Tak terasa adzan ashar kembali berkumandang, dan kayu yang kami kumpulkan sudah lebih dari cukup untuk membuat api unggun raksasa.
Setelah jeda sholat ashar, seluruh peserta kembali ke aula untuk menyaksikan display dari ekstra kulikuler sekolah kami. Tampak para siswa dari masing-masing ekskul tampil penuh semangat dan unjuk kebolehan demi mempromosikan ekskul kebanggaan mereka sebaik mungkin. Mereka berusaha menarik perhatian para siswa baru agar banyak yang ingin bergabung dengan mereka.
Ekskul Paskibra membuka display dengan mempertontonkan kebolehan LBB mereka sambil membanggakan fakta karena telah mampu menyumbang siswa terbaik dalam pengibaran dari tingkat provinsi, hingga ke tingkat nasional. Setelah paskibra, ekskul Taekwondo tampil, mereka memecahkan bata dan genteng dengan kaki, tangan bahkan kepala mereka membuat kami para siswi berteriak ngeri. Dilanjut dengan futsal, basket, teater dan lain-lain. Terlihat antusiasme dari para peserta saat menyaksikan kakak kelas mereka tampil unjuk kebolehan mempromosikan ekskul mereka, tampaknya mereka mulai memilih-milih ekskul yang membuat mereka tertarik mengembangkan minat dan bakatnya. Kami para panitia pun tak luput dari keseruan acara ini, kecerian ini membuat kami melupakan kejadian salam tak berwujud dikelas belakang sebelumnya.
Waktu memang berjalan cepat bila dinikmati, karena tak terasa jam menunjukan pukul setengah enam saat kegiatan ini selesai. Peserta dan panitia beristirahat sampai jam delapan malam, memberi kami kesempatan untuk istirahat atau membersihkan diri. Pak Ihwan pembina Osis, bersama beberapa dewan guru yg ikut menginap dan stanby datang selepas maghrib. Setelah isya kami peserta dan panitia makan malam bersama dilapangan.
Pukul delapan tepat acara puncak malam keakraban kami mulai, seluruh peserta dan panitia duduk melingkar dilapangan mengelilingi api unggun raksasa ditengah-tengah kami. Acara diawali dengan stand up comedy dari kak Tigor, sebagai koord tim pendis yang biasanya memasang wajah sangar dan bersikap galak, kini dia tampil lucu sekaligus menunjukan kepribadian aslinya. Hampir seluruh peserta larut dalam tawa lepas mendengar lelucon yang dilempar oleh Kak Tigor. Setelah itu perkenalan pribadi dari seluruh panitia dan memperkenalkan Pak Dewo selaku pembina Osis kami, dilanjut dengan pentas seni dari tiap-tiap kelas yang dipimpin oleh masing-masing koord kelas menjadi acara puncak pada malam ini, dimana setiap kelas menampilkan berbagai kreativitas, yah mayoritas mereka menampilkan drama.
Kami sedang asik menikmati penampilan dari peserta, ketika kami dikagetkan oleh suara pecahan kaca dari arah kelas yang terdekat dilapangan. Suaranya terdengar keras sekali hingga menghentikan kelas yang sedang tampil, belum hilang kebingungan dan kekagetan kami tiba-tiba seorang siswi berteriak histeris “rumah saya….!!! Kembalikan rumah saya…!!!!”
Yang lebih mengagetkan lagi siswi tersebut berteriak sambil berlari ke arah api unggun seolah ingin meraih sesuatu yang terbakar didalamnya. Untung saja Kak Rama berada didekat api unggun, sehingga walau kaget dia berhasil menangkap siswi tersebut sebelum menjangkau api lebih dekat. Siswi tersebut tampak berontak hebat dalam pegangan kak Rama yg terlihat sangat kewalahan, “hei, bantuin gw dong. Kok kuat banget nih cewek tenaganya” Kata kak Rama meminta teman yg lain membantunya. Beberapa rekanku yang baru tersadar dari kekagetannya langsung beranjak menghampiri kak Rama membantunya memegangi siswi yang berontak itu. Peristiwa tersebut membuat para peserta mulai dilanda kepanikan, lingkaran yang tadinya melingkar rapi muenjadi acak-acakan karena peserta berdiri, ada yang berdiri karena takut ada juga untuk melihat satu siswi yang histeris itu. kak Maya mencoba mengendalikan keadaan.
“Koord kelas, coba tolong atur kelasnya masing-masing! Suruh baris lima berbanjar kebelakang, berurutan sesuai nomor kelasnya” Perintahnya. Lalu dia sendiri berlari menghampiri siswi yg histeris tersebut, tampak siswi yang dipapan namanya bernama Siska tersebut masih meronta dalam pegangan Rama dkk.
“Lepasin saya…..Lepasiiin…!!! Kembalikan rumaah sayaaa… kembalikaan…!!!”
Wajah kak Maya mulai pucat “Dia kesurupan Ram?”
“Yah pastilah May.. apalagi kalo udah kaya gini.. waduh tenaganya kuat banget lagi”
“kerasukan setan apaan sih nih cewek?” kara rekan osisku yg lain yg sedang kewalahan menahan siswi tersebut.
“Waduuh.. yaudah deh tolong kalian bawa dia ke ruang medis dikelas sebelas. Hana kamu tolong panggilin anak PMR yg lg pada ngumpul disana ya. Bawa tandu gitu.. Lagian tuh anak PMR pada ngapain sih mondok disana, bukannya standby dilapangan” Cerocos kak Maya, tampak panik dan emosi.
“iyah kak..” kataku. Aku mencoba mencari Silvi yang tadi duduk disebelahku untuk menemaniku ke ruang medis namun entah kemana sekarang dia. Ingin meminta ke rekan Osis yg lain tapi mereka tampak sedang sibuk membantu koord kelas menenangkan dan merapikan para peserta. Kak Misbah sendiri tampak sedang sibuk berdiskusi dengan Kak Maya dan Pak Dewo, mungkin membicaran opsi terbaik untuk acara sekarang. Huuftth.. Tampaknya aku harus pergi ke kelas sebelas sendirian. Sejujurnya aku ini cukup penakut, namun melihat situasi kritis siswi yg kerasukan itu masih meronta dan berteriak-teriak tampaknya aku tak bisa menunggu sampai ada orang lain yg menemaniku, disamping Kak Maya pasti akan marah besar bila responku lambat disituasi seperti ini.
Masalahnya adalah jika mau menuju ruang kelas sebelas yang disulap jadi ruang medis harus melewati koridor panjang yg dikanan-kirinya adalah taman dan ruang lab Biologi & lab bahasa, belum lagi aku harus melewati kantin yang gelap gulita karena lampunya sedang rusak. Dan menurut kesaksian satpam dan penjaga sekolah, dikooridor itu sering muncul hantu wanita bermuka rusak yang paling sering menampakan diri. Wajar kalau nyaliku cukup menciut.
Aku bergegas menuju ruang medis, sampai dikantin aku sempatkan membaca bismillah sebanyak mungkin dan mencoba melafalkan ayat-ayat suci, begitu melewati kooridor dengan setengah berlari dan memejamkan mata aku mencoba melaluinya. Sujujurnya dalam sesaat aku merasakan angin panas disekujur tubuhku saat dikooridor, namun tengkuk ku terasa dingin sekali, aku tak bisa bohong betapa takutnya aku saat itu. Hingga akhirnya aku sampai diruang medis yang terletak diruang kelas sebelas IPA, aku mencoba menenangkan nafasku dulu yang terengah-engah sebelum aku mengentuk lalu membuka pintunya.
“Eh Hana, ada apa Han?” kata Kak Rusli, ketua PMR sekolah kami.
“ini kak dibawah ada anak yang kesurupan. Kak Maya minta anggota PMR ikutan standby bantuin kita”
Mendengar penjelasanku anak-anak PMR kaget dan saling berpandangan.
“Loh kesurupan kok kita? Ke anak Rohis dong. Emang kita punya ilmu ngeluarin begituan?” kata Kak Rusli kebingungan. Benar juga perkataan kak Rusli, aku jadi ikut bingung.
“Yah gak tau deh Kak, mungkin Kak Maya lagi panik. Yang penting bantuin kita dulu deh.”
Aku mencoba merayu mereka sebisaku.
“Yaah oke deh.. ayo! Semuanya ikut gue, kecuali tim perawat kalian standby disini yah”
Akhirnya tim PMR ikut turun kelapangan, lega karena berhasil membawa bantuan dari tim PMR, setidaknya aku tak perlu terbirit-birit ketakutan melewati kooridor yang berhawa aneh ini. Kami bergegas menuju lapangan, dari kejauhan aku merasa keadaan lapangan jadi jauh lebih ramai dan riuh, seperti suara teriakan yang bersahut-sahutan. Begitu kami sampai dilapangan ternyata siswi yang kerasukan jumlahnya bertambah drastis, dapat kulihat panitia dan peserta kocar-kacir menenangkan para siswi yang berteriak histeris dan berontak, tampak sekarang para peserta juga ikut memegangi rekannya yang kerasukan. Kak Rusli dan teman-teman PMR terlihat melongo dan bingung.
“Kok banyak banget yang kesurupan, kenapa sih Han? Kok bisa kayak gini? Kak Rusli memberondongiku dengan bermacam pertanyaan. Aku sendiri masih melongo, aku juga bingung kenapa yang kesurupan bertambah banyak.
“Rus, bantuin kita! Jangan bengong aja!!” jerit kak Maya panik, dia nampak pucat.
“May ini pada kenapa sih?”
“Gak tau gue juga Rus.. Gue juga bingung. Udah deh pokoknya sekarang kita amanin aja dulu yang kesurupan”
“oiya deh, oke-oke”
Acara malam keakraban kami bubarkan, para peserta yang lain kami perintahkan untuk menuju ke ruang tidur yang disediakan, meski ini masih jauh dari jam tidur. Para peserta ditemani para koord kelas membubarkan diri dari lapangan, meninggalkan kami yang tersisa untuk mengurus korban yang kesurupan.
Dan sekarang seluruh panitia nampak mondar-mandir menenangkan dan mengevakuasi siswi-siswi yang kerasukan, yah semuanya siswi. Tak satupun anak cowok jadi korban. Kawan-kawan Rohis pun tampak sudah turun tangan, yah walau mereka anak kerohanian aku sendiri belum yakin mereka mampu menangani hal ini, kami semua Cuma siswa biasa.
Kini ruang medis sudah penuh dengan korban, suara mereka riuh rendah membuat ruang medis bising. Didepan pintu kelas tampak Pak Dewo, Pak Indra pembina PMR serta Pak Alwan pembina Rohis sedang berdiskusi, wajah mereka terlihat pucat. Setelah itu mereka tampak memanggil para panitia.
“ini udah diluar kemampuan kita Maya” kata Pak Dewo. “Mau gak mau kita harus manggil orang pintar ini. Pak Alwan aja yang ngerti kaya ginian gak kuat. Katanya ini bener-bener parah, bisa-bisa yang ngerasukin gak mau keluar”
Sontak kami semua pucat dan tambah cemas
Bersambung ke Part 5