Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ketika Birahi Berdesir update Part 08

Part 08



A
ku pernah membaca buku tentang perilaku seksual manusia. Antara lain ada kalimat yang pernah kubaca : Wanita baik – baik takkan menyerahkan tubuhnya pada lelaki yang tidak dicintainya. Dengan kata lain, wanita baik – baik hanya akan menyerahkan tubuhnya pada lelaki yang dicintainya.

Berbeda dengan lelaki, yang bisa menyetubuhi wanita hanya untuk kebutuhan biologis semata. Bahkan seorang lelaki bisa saja terangsang oleh seorang wanita yang tidak disukainya, juga sekadar untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Bukan untuk cinta.

Sebagai seorang wanita baik – baik, Bu Vivi telah menyerahkan tubuhnya padaku berdasarkan rasa cintanya padaku. Bahkan berkali – kali dia menyatakan bahwa aku ini cowok typenya benar. Bahkan sebelum aku meninggalkan bangunan besar yang ternyata kantor perusahaannya itu, masih sempat ia membisiki telingaku, “I love you so much honey. “

“I love you too sweetheart, “ sahutku yang disambut dengan ciuman mesra wanita cantik itu.

Sebelum itu, aku sudah merundingkan banyak hal dengan Bu Vivi. Setelah aku bekerja padanya, aku diperbolehkan kuliah seperti yang sudah kurencanakan. Aku hanya harus “ngantor” seminggu 2 kali saja (selama aku masih kuliah). Atau bisa juga menikmati weekend saja dengannya.

Tugasku memang ringan. Hanya diwajibkan memeriksa setiap proyek punya Bu Vivi yang tersebar di sana – sini. Dan yang lebih penting lagi, aku harus selalu siap meredakan hasrat birahi wanita berdarah Taiwan yang ternyata sudah lama menjadi mualaf itu (sejak menikah dengan almarhum suaminya dahulu).

Setelah dikasih alamat rumah Bu Vivi, aku pun meninggalkan kantor perusahaannya. Dengan janji bahwa di hari Sabtu pagi mendatang, aku akan mengunjungi rumahnya. Untuk menikmati weekend bersamanya.

Lalu aku mencairkan chek pemberian Bu Vivi di bank. Kuambil dalam bentuk fisik. Tidak sekadar memindahkan ke rekening tabunganku. Karena transfer dari Mang Ucup sudah cukup banyak. Hasil perjuanganku di kota X bersama Teh Nining, juga masih sangat banyak yang kuendapkan di tabunganku. Cukup untuk membangun wisma kos segede hotel di atas tanah yang kubeli dari Mama itu. Tapi rencana untuk membuat wisma kos itu berubah. Karena aku akan mengikuti saran Teh Nining. Untuk membuat rumah kos kecil – kecil saja, tapi jumlahnya banyak dan tersebar di sana – sini.

Untuk itu aku akan membeli beberapa rumah yang letaknya berjauh – jauhan. Lalu dirombak sampai layak dijadikan rumah kos.

Setelah mencairkan chek di bank, aku mampir ke sebuah café, karena sudah lama aku tidak minum kopi di café langgananku ini.

Ketika aku sedang minum kopi Aceh Gayo pilihanku itu, tiba – tiba bahuku dipijat dari belakang. Dan terdengar suara wanita dari belakangku, “Edo makin ganteng aja ya. “

Aku kaget dan menoleh ke belakang dan langsung berdiri setelah tahu yang memijat bahuku itu Bu Tika, mantan guru SMAku.

“Bu Tika ... apa kabar Bu ?” tanyaku setelah menjabat dan mencium tangannya.

Bu Tika menjawab, “Baik – baik aja. Edo juga sehat kan ?”

“Owh ... silakan duduk Bu. Mau minum apa ?”

Bu Tika duduk di sofa yang sedang kududuki. “Coffee flute aja, “ sahutnya.

Aku pun duduk di samping kanan mantan guruku itu sambil melambaikan tangan ke arah waiter. Setelah waiter itu menghampiriku, kupesan coffe flute dan tambahan snack lagi.

“Edo melanjutkan ke mana ?” tanya Bu Tika.

“Belum Bu. Mungkin dua bulan lagi baru akan kuliah, “ sahutku.

“Di mana ?” tanyanya.

Kusebutkan nama universitas yang akan kutuju itu.

“Wow ... itu sih universitas borju Do, “ kata Bu Tika.

“Iya Bu. Tapi kualitasnya pendidikannya memang terkenal bagus Bu. “

“Iya sih, kalau kualitasnya memang tidak diragukan. Cuma biayanya itu yang gak murah. Ibu sih gak sanggup kuliah di situ. “

“Memangnya Ibu mau ambil es-dua ?”

“Iya. Lagi ngumpulin duit dulu untuk biayanya. “

“Kan tinggal minta aja sama suami Ibu. “

“Suami apa ? “ cetusnya yang lalu melanjutkannya dengan bisik – bisik di dekat telingaku, “Sekarang ibu janda Do. “

Mungkin aku ini termasuk cowok yang telat nakal. Sebelum merasaskan enaknya perempuan, aku ini termasuk cowok baik dan pendiam. Tapi setelah merasakan nikmatnya menyetubuhi perempuan, aku menanggapi ucapan Bu Tika itu dengan, “Wah boleh dong ... hehehee ... “

“Boleh apa ?” tanya Bu Tika sambil memegang tangan kiriku.

“Mmm ... boleh mengisi masa kesepian Ibu selama belum nikah lagi. “

“Memangnya Edo mau mengisi kesepian ibu ?”

“Kalau Ibu tidak keberatan, aku siap mengisi kesepian Ibu. Gimana ?”

“Sapa takut ?! “ sahut Bu Tika sambil menepuk lutut kiriku.

“Sip deh. Berarti khayalan masa SMAku bakal terwujud dalam kenyataan, “ kataku.

“Memangnya apa yang menarik di diri ibu sampai membuat Edo bisa mengkhayalkan ibu waktu masih di SMA dahulu ?” tanya Bu Tika

“Masa Ibu gak nyadar kalau Ibu ini cantik dan ... seksi. “

Bu Tika tersenyum manis, lalu membisiki telingaku lagi, “Apalagi kalau udah ngelihat ibu telanjang ya. “

Aku terkesiap mendengar bisikan yang tak terduga itu. Lalu menyahut, “Pasti bakal seperti melihat bidadari turun dari langit. “

Bu Tika merapatkan pipi kanannya ke pipi kiriku. Membuatku semakin bergairah untuk mewujudkan khayalan masa SMAku. Karena menurutku Bu Tika adalah guru termuda dan tercantik di SMAku. Wajar kalau aku punya penilaian istimewa padanya. Tapi pada saat itu aku pun tahu kalau Bu Tika selalu diantar jemput oleh seorang lelaki dan mobil tuanya. Setelah selidik sana sini, aku mendapat berita bahwa lelaki itu adalah suami Bu Tika.

Seorang waiter mengantarkan pesanan untuk Bu Tika. Kemudian ia kembali ke belakang meja bar.

“Ibu pake apa ke sini tadi ? “ tanyaku.

“Pake angkot, “ sahut Bu Tika sambil meneguk coffee flute-nya.

“Ya udah, nanti pulangnya kuanterin Ibu sampai rumah. “

“Edo bawa motor ?”

“Yang rodanya empat Bu. “

“Owh ... kirain pake motor. Iya deh, nanti mau numpang di mobil Edo aja. “

Lalu Bu Tika menyantap snack yang sudah terhidang di depannya. “Jadi Edo nganggur selama setahun ya, “ ucapnya.

“Iya Bu. Berjuang nyari duit dulu, untuk kuliah, “ sahutku.

“Sekarang udah dapat duitnya ?”

“Alhamdulillah sudah cukup untuk biaya kuliah dan segala tetek bengeknya. “

“Tapi nyari duitnya harus jalan terus, untuk masa depan Edo. “

“Tentu aja Bu. Hidup di dunia ini takkan nyaman kalau gak punya duit. “

“Terus nyari duitnya lewat jalan apa ?”

“Ah, bisnis serabutan aja Bu. Yang penting ada income untuk kebutuhan sehari – hari. Maklum ayah saya kan udah pensiun. Sudah tak bisa menghamburkan uang untuk kebutuhan anak – istrinya. “

“Mamanya gak kerja ?”

“Nggak. Jadi IRT aja Bu. Itupun ibu tiri, karena ibu kandungku udah lama meninggal. “

“Owh gitu ya latar belakang kehidupan Edo. Rada mirip dengan latar belakang kehidupan ibu. “

“Miripnya seperti apa Bu ?” tanyaku penasaran.

“Nanti aka diceritain di rumah ibu. Edo mau nganterin ibu pulang kan ?”

“Iya Bu, siap. “

“Bukan sekadar nganterin kan ? “ tanya Bu Tika setengah berbisik, sambil merapatkan lagi pipi kanannya ke pipi kiriku.

Aku celingukan memperhatikan keadaan di dalam café ini. Ternyata hanya aku dan Bu Tika tamu café ini. Maka aku pun menyahut setengah berbisik juga, “Kalau Ibu mau ditemenin bobo juga aku siap. “

“Hmmm ... kebayang ditemenin bobo sama anak muda yang sedeng – sedengnya fresh gini ... pasti hangat dan seru, “ kata Bu Tika sambil meremas – remas tangan kiriku.



Beberapa saat kemudian Bu Tika sudah berada di seat kiri depan mobilku. Sementara aku pun sudah berada di belakang setir SUV hitamku.

“Ternyata Edo sudah punya mobil mahal gini. Berarti sudah sukses ya bisnisnya, “ kata Bu Tika ketika aku baru menghidupkan mesin mobilku.

“Kebetulan bintangku lagi terang Bu. Mobil ini hasil kerja keras selama dua minggu di kota lain, “ sahutku.

“Dua minggu dapet mobil mahal. Waaah ... berarti transaksinya juga gede – gedean. Aih ... kok seatbeltnya susah dipasang Do. “

Kulihat Bu Tika kesulitan memasangkan seatbeltnya. Maka kubantu dengan menarik seatbelt di sebelah kiri Bu Tika. Dan tanpa disengaja, aku menyentuh perut mantan guruku itu. Karena mantel panjang yang dikenakannya terbuka. Sekalian saja aku mergusap – usap perut Bu Tika yang terbuka dari belahan rompi putih belang – belang hitam itu. Bahkan pusar perutnya sengaja kugelitik dengan ujung jariku.

Bu Tika malah ketawa cekikikan. Lalu menarik tanganku ke arah toket di balik rompi belang hitam putih itu. “Yang ini nih kalau mau megang sih, “ katanya ketika telapak tanganku sudah memegang toketnya yang ternyata tidak berbeha.

Lagi – lagi aku menemukan toket berukuran sedang yang padat kencang.

Pada saat itu mobilku diparkir menghadap ke dinding. Sehingga Bu Tika leluasa untuk memagut bibirku ke dalam ciuman hangatnya, sementara mobilku belum dijalankan, meski mesin dan ACnya sudah dihidupkan.

Aku pun membalas ciuman Bu Tika dengan lumatan, sementara tanganku asyik meremas toket kirinya. Tapi semua itu hanya berlangsung beberapa detik. Lalu Bu Tika melepaskan ciumannya, juga mengeluarkan tanganku dari balik rompinya, kemudian ia menutupkan ritsleting mantel panjang hitamnya. “Nanti di rumah ibu, kita lanjutkan ya, “ ucapnya yang diiyakan olehku.

Lalu kumundurkan mobilku, kemudian memutar dan akhirnya berada di jalan ramai, menuju rumah Bu Tika yang sudah disebutkan alamatnya.

“Tadi yang disebut mirip dengan latar belakang kehidupanku itu apa Bu ?” tanyaku gak sabar, ingin segera mendengar jawaban Bu Tika.

“Singkatnya aja ya, “ kata Bu Tika, “Ibu juga punya mama tiri. Terus mama tiriku kepergok sedang selingkuh dengan suami ibu. Makanya ibu langsung menggugat cerai. Nah ... itu aja singkat ceritanya. “

“Jadi Ibu bercerai dengan suami, gara – gara dia selingkuh sama mama tiri Ibu ?” tanyaku.

“Iya. Terlalu kan ? “

“Mama tiri Ibu usia berapa ?”

“Memang agak muda sih. Cuma beda lima tahun sama ibu. Sekarang usia mama tiri ibu tigapuluhtujuh tahun. “

“Berarti sekarang usia Bu Tika tigapuluhdua tahun ?”

“Iya. Kenapa ?”

“Bu Tika kelihatan seperti masih di bawah duapuluhlima tahun. “

“Mmmm ... terimakasih. Masih seksi kan ?”

“Masih seperti waktu aku masih di SMA. “

“Terakhir Edo ninggalin SMA kan setahun yang lalu. Belum lama. “

“Bu Tika bercerai sama suami kapan ?”

“Dua tahun yang lalu. “

“Duh ... padahal saat itu aku masih jadi murid Ibu. Tapi aku belum pernah dengar kalau Ibu sudah menjanda. Kalau tau sih ... “

“Ah, saat itu Edo baru tujuhbelas tahun kan ? Secara hukum ibu bakal disalahkan, bisa dianggap memanipulasi anak di bawah umur. “

Rumah Bu Tika di luar kota. Aku mengambil jalan pintas, mengikuti anjuran mantan guruku itu. Jalan pintas yang melewati hutan pinus di kanan kirinya.

“Ibu sudah punya anak berapa ?” tanyaku ketika masih berada di antara hutan pinus di kanan – kiri mobilku.

“Belum punya, “ sahutnya.

“Wow ... berarti itunya ... masih seperti gadis ya. “

“Ya iyalah. Kan belum pernah turun mesin. Nanti Edo akan membuktikannya, “ sahut Bu Tika sambil meraba – raba ritsleting celana jeansku. Lalu berusaha menariknya ke bawah.

Aku mengerti apa yang diinginkannya. Karena itu kubuka kancing logam celana jeansku, lalu menurunkan ritsletingnya. Bu Tika tampak senang. Tangannya langsung menyelinap ke balik celana dalamku dan memegang kontolku yang sudah agak tegang. Lalu memekik tertahan, “Edooo ... ! Punya Edo ini ... gede banget ... ! Diapain bisa jadi gede gini ?”

“Gak diapa – apain Bu. Sudah dari sononya begini. “

“Ntar dulu ... Edo punya darah bule juga ya. “

“Ibu kandungku blasteran Turki dengan Lebanon Bu. “

“Turki itu kan bule juga. Orang Lebanon juga banyak yang bule. Hmmm ... pantesan punyamu gagah begini, “ ucapnya sambil menggoyang – goyangkan kontolku yang sudah ngaceng full, gegara dipegang oleh telapak tangan halus Bu Tika.



Ternyata rumah Bu Tika lumayan besar dan megah. Pagar tembok tinggi mengelilingi rumah besar itu. Bentuknya sudah minimalis tropikal yang modern dan artistik.

“Ibu tinggal sendirian di rumah sebesar ini ? Dengan suasana sepi di sekitarnya ?” tanyaku sambil membantu Bu Tika turun dari SUV hitamku yang agak tinggi.

“Iya, “ sahutnya, “di sini sih aman. Tapi dua hari sekali ada pembantu yang datang untuk bersih – bersih dan masak. Rumah ini pemberian ayah. Kalau beli sendiri sih gak mampu. Gaji guru kan gak banyak Do. “

Hari sudah remang – remang ketika aku dan Bu Tika masuk ke dalam rumahnya.

“Silakan duduk dulu, “ kata Bu Tika sambil menunjuk ke sofa ruang tamu, “ibu mau ganti pakaian dulu ya. “

“Iya Bu, “ sahutku sambil duduk di sofa ruang tamu.

Lalu Bu Tika masuk ke dalam kamarnya. Sementara aku mengeluarkan ponselku karena ada tone WA yang masuk. Ternyata dari Shinta ... !

Shinta : – Katanya mau datang. Kok gak muncul – muncul ?

Aku : – Aku mendadak sibuk sekali Sayang. Mungkin besok atau paling lambat lusa baru bisa datang. Sabar ya Cantik. –

Shinta : – Oke deh, aku mau sabar. Jaga kesehatan ya. –

Aku : – Thanks buat pengertiannya. I love you. –

Shinta : – Love you too

Handphone kumatikan, lalu kumasukkan ke dalam saku celana jeansku kembali.

Bu Tika pun muncul dalam pakaian yang aduhai ... mengenakan semacam bikini yang terbuat dari kain putih jarang, seperti kain puring atau kain tirai yang tembus pandang. Sehingga aku bisa melihat dengan jelas bentuk sepasang toketnya yang indah dan bagian menghitam di bawah perutnya. Jelas bahwa yang menghitam itu jembut ... !

Bu Tika menghampiri sofa yang sedang kududuki. Tapi bukannya duduk di samping kiriku. Bu Tika merebahkan diri, dengan kepala berada di atas sepasang pahaku.

Aku pun langsung menyambutnya dengan menyelinapkan tangan kiriku ke balik bikini transparan itu pada bagian dadanya. Dan meremas toket kirinya yang masih seperti toket gadis 20 tahunan. Masih sangat enak untuk diremas. Sementara tangan kananku menyelinap ke bagian yang menutupi memeknya yang memang berjembut lebat tapi mungkin sering digunting, agar tidak berantakan tumbuhnya.

Ketika tangan kiriku memainkan pentil toket mantan guruku yang cantik ini, jemari tangan kananku sudah menemukan celah memeknya yang mulai membasah. Bahkan aku telah berhasil menemukan kelentitnya yang nyempil kecil di atas mulut memeknya.

Bu Tika mulai menggeliat dan mengejang – ngejang. Suhu badannya pun mulai hangat.

Lalu ia menatapku sambil berkata, “Di kamar ibu aja yuk. Biar lebih leluasa. “

Aku mengangguk sambil mengeluarkan tangan dari bikini transparan itu.

Bu Tika bangkit, lalu berdiri sambil memegang pergelangan tangan kiriku. Lalu melangkah ke dalam kamarnya sambil menuntunku.

Kulihat kamar mantan guruku itu tertata dengan apik dan modern. Menimbulkan rasa nyaman di hatiku. Lalu ia melepaskan bikini transparan itu, sehingga tubuh putih mulusnya jadi telanjang bulat. “Edo juga harus telanjang dong. Masa mau pakaian lengkap terus, “ kata Bu Tika sambil naik ke atas bednya. Lalu ia merebahkan diri di atas bed yang modern bentuknya itu.

Sayup – sayup kudengar musik. Aku tahu benar, itu koleksi musik Juan dari Spanyol. Lagunya banyak yang instrumental, banyak juga yang ada vocal, tapi hampir semua musik koleksi Juan itu slow dan menenangkan hati. Lagu yang tengah diputar itu pun termasuk kusukai. Lagu Take me to the sea.

Kulepaskan seluruh busanaku, sampai telanjang seperti bu Tika. Lalu naik ke atas bed yang bentuknya sangat artistik dan modern ini.












Bu Tika langsung duduk, hanya untuk memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Dan berkata, “Pasti penis Edo ini menurun dari Turki. Makanya bisa panjang gede gini. “

Lalu Bu Tika mendorong dadaku, sampai aku celentang. Dan Bu Tika tengkurap di atas dadaku. Sambil memagut bibirku ke dalam lumatan hangatnya. Aku pun mendekap pinggangnya sambil balas melumat bibirnya.

Terasa sekali bahwa Bu Tika sedang hot – hotnya. Sedang sangat merindukan sentuhan lelaki. Ketika ia melumat bibirku ini, terasa tubuh putih mulusnya bergetar – getar dan semakin menghangat.

Dan manakala Bu Tika menelentang, aku pun langsung menelungkup di antara kedua belah paha putih mulusnya yang direnggangkan selebar mungkin. Sambil mengusap – usap jembut lebatnya, namun hanya tumbuh di luar mulut memeknya. Sehingga aku leluasa untuk menciumi dan menjilati mulut memek mantan guru yang dahulu sering menjadi obsesiku itu.

Bu Tika mulai menggeliat – geliat ketika aku sudah gencar menjilati labia mayora dan labia minoranya, sementara ujung jempol kiriku mulai menggesek – gesek kelentitnya. Tentu saja air liur pun kualirkan sedikit demi sedikit ke dalam mulut memek Bu Tika.

Dan setelah mulut memek Bu Tika basah kuyup, aku pun bangkit. Meletakkan moncong kontolku di ambang mulut Bu Tika.

Bu Tika pun memegang kontol ngacengku dengan jempol dan telunjuknya. Mungkin agar sasarannya tepat, jangan sampai meleset. Lalu dia memberi isyarat dengan matanya. Pertanda bahwa letak kepala kontolku sudah tepat arahnya.

Aku pun mendesakkan kontolku sekuat mungkin. Dan ... sedikit demi sedikit melesak masuk ke dalam liang memek Bu Tika yang ... lagi – lagi aku menemukan liang memek super sempit, seperti liang memek Bu Vivi dan Tante Icha.

Maka ketika kontolku sudah masuk lebih dari separohnya, aku pun mulai mengayun kontolku sambil berpegangan pada sepasang toket Bu Tika yang masih sangat enak buat diremas ini.

Desahan dan rintihan Bu Tika pun mulai berkumandang di dalam kamar yang tertata apik dan modern ini. “Hhhhhhhhhh .... hahhhhhhhhhhhh ... hehhhhhhhhhhh ... Edooooo ... gak nyangka kita bakal beginian ya .... aaaaaaaaaaahhhhh ... penismu memang luar biasa gedenya Doooo .... sampai terasa benar menggaruk – garuk liang memek ibuuuu ... ooooooohhhhh ... Edddddooooo ... kalau sama Edo sih ditidurin tiap hari juga ibu mau Doooooo ... “

“Uuuuughhhhhh ...aaaa ... aaaku juga ... ba ... bakal ketagihan ngentot memek Ibu yang sempit sekali ini ... uuuughhhh ... nikmat seklai rasanya Buuuu .... uuuuughhhh ... “ sahutku di antara dengus – dengus nafasku yang tidak beraturan.

“Aaaaaaaa .... aaaaaaaahhhhh ... kita ini lagi ngapain Do ?” tanyanya terengah.

“Ugggghhhh ... nuju ewean Buuuu .... “

“Aduh, sampai ewean bener istilahnya ... “

“Lantas apa istilah yang paling tepat ?”

“Bilang aja lagi ngemplud ... hihihihiiii ... “

“Ada juga yang bilang ble’e ... lagi ble’e Bu ... “

“Ada lagi yang bilang lagi ngencus ... hihihiiiii ... ayo lanjutin ... jangan direndem lama – lama. Nanti keburu jadi ager – ager. “

Liang memek Bu Tika memang sudah beradaptasi dengan ukuran kontolku. Sehingga aku bisa menggencarkan entotanku sampai batas kecepatan standard.

Persetubuhanku dengan mantan guruku ini sebenarnya ronde kedua bagiku. Karena tadi siang cukup lama aku menyetubuhi Bu Vivi. Namun aku hanya sekali ngecrot saja di dalam memek wanita berdarah 100% Taiwan itu.

Menurut prediksiku, persetubuhan dengan Bu Tika ini akan berlangsung lebih lama lagi. Karena durasi dalam ronde kedua biasanya lebih lama daripada ronde pertama. Hal ini membuatku pede. Begitu juga ketika Bu Tika mulai menggual – geolkan bokong semoknya, aku tetap pede. Dan tetap menyodok – nyodok liang memek mantan guruku dengan gairah yang berkobar - kobar.

Latihan dan petunjuk dari Teh Nining, tentang cara memuaskan wanita, kupraktekkan lagi. Bahwa ketika kontolku sedang gencar mengentot liang sempit ini, ketika Bu Tika makin binal menggeol – geolkan bokong semoknya, tangan dan mulutku pun mulai beraksi. Tangan kiriku asyik meremas – remas toket kanan Bu Tika, sementara mulutku mulai asyik menjilati leher jenjangnya, disertai dengan gigitan – gigitan kecil yang tidak menyakitkan.

Rintihan Bu Tika pun berkumandang lagi di dalam kamar ini. Dengan kata – kata vulgar yang konon dibutuhkan juga pada waktu sedang melakukan hubungan seks.

“Oooooo ... oooooooooohhhhh ... Edoooooo ... kontol Edo ini ... memang luar biasa enaknyaaaa ... terasa sekali menggaruk – garuk memek ibuuuuu ... antot terus Doooo ... janganb brenti – brenti ... entooooooottttt ... entooooooooooootttttt ... oooooohhhhhhh ... iyaaaaa ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaa ... nikmaaaaaat Dooooo ... heunceut ibu sampai denyat – denyut gini saking enaknyaaaa ... entoootttt teruuuusssss ... entoooooooootttt ... Edooooo ... entoooooooooootttttttt ... iyaaaaa ... iyaaaaaaaaaaaaaa ... “

Aku semakin bersemangat mengentot mantan guruku ini. Sehingga terasa tubuhku mulai keringatan. Bu Tika pun sudah mulai keringatan di sana – sini. Namun aku semakin bersemangat menjilati lehernya yang sudah basah oleh keringat ini. Bahkan pada suatu saat, ketika tangan kiri Bu Tika sedang berada di dekat kepalanya, kuserudukkan mulutku ke ketiak kirinya yang juga sudah basah oleh keringat, namun hanya harum deodoran yang tersiar ke penciumanku. Sehingga meski keringat Bu Tika tertelan olehku pun, aku tidak merasa jijik sedikit pun.

Namun ketika aku sedang mengentot dengan gencar sambil menjilati ketiak kiri Bu Tika, sedang asyik juga meremas – remas toket kanannya ... Bu Tika mulai klepek – klepek. Mulai berkelojotan ... lalu sekujur tubuhnya mengejang tegang, dengan perut sedikit terangkat, dengan mulut ternganga dan menahan nafasnya.

Pada saat itulah kudesakkan kontolku sedalam mungkin. Lalu tidak kugerakkan lagi, karena ingin menikmati indahnya liang memek wanita yang sedang orgasme.

Ya ... liang memek Bu Tika mengedut – ngedut kencang. Disusul dengan terbitnya lendir kewanitaannya. Kira – kira seperti kontol yang sedang ngecrot. Namun lendir kewanitaan Bu Tika hanya terasa menghangatkan dan membasahi kontolku. Tidak tersembur keluar seperti ejakulasi pria.

Bu Tika terpejam beberapa saat, dengan pelukan yang sudah mengendur. Dan ketika mata beningnya terbuka lagi, ia menatapku dengan senyum manis di bibirnya. “Terima kasih Edo ... Edo sudah memberikan yang terbaik pada ibu, yang tak mungkin ibu rasakan dari lelaki lain. Tapi Edo belum ejakulasi kan ?” tanyanya.

“Belum Bu. Santai aja. Soalnya aku sie suka lama ngecrotnya, “ sahutku.

Bu Tika mencium bibirku dengan mesra sekali. Lalu berkata, “Edo ini ... punya penis luar biasa panjang gedenya ... mainnya juga bagus sekali ... gak gampang ngecrot pula. Hmmm ... ibu sih kalau Edo mau, digenjot tiap hari juga mau. “

Lalu aku seperti mengalami déjà vu. Bahwa seperti Tante Icha dan Bu Vivi, demikian pula halnya dengan Bu Tika. Bahwa sesaat kemudian ia minta min di atas, minta woman on top alias WOT.

Aku mengiyakan saja. Meski aku yakin Bu Tika takkan bertahan lama kalau main di atas. Konon, dalam posisi WOT itu “onderdil” kewanitaan turun semua. Sehingga mudah tersentuh dan mudah orgasme.

Biarlah, aku akan membuktikannya. Apakah Bu Tika bisa bertahan lama main di atas atau tidak.

Setelah liang memeknya “mencengkram” kontolku, Bu Tika mulai mengayun bokong semoknya sambil berlutut. Maka terasalah nkontolku dibesot – besot oleh liang memeknya yang tidak sesempit tadi lagi (karena sudah orgasme tadi). Sehingga dengan mudah Bu Tika bisa menaik – turunkan liang memeknya. Sementara selangkangannya yang “menepuk – nepuk” selangkanganku, menimbulkan bunyi unik. Bunyi plak pluk plak pluk dan plak puk terus.









Seperti yang telah dijanjikan, setelah Ketika Birahi Berdesir ini sudah terupdate sampai part 08, maka saya akan melanjutkan Pejantan Perkasa dulu. Dan nanti para pembaca akan tahu, bahwa sebenarnya kisah nyata ini ada hubungannya dengan Gigolo dan Pejantan Perkasa.

Mohon para suhu maklum adanya.

Otta. -
 
Part 08



A
ku pernah membaca buku tentang perilaku seksual manusia. Antara lain ada kalimat yang pernah kubaca : Wanita baik – baik takkan menyerahkan tubuhnya pada lelaki yang tidak dicintainya. Dengan kata lain, wanita baik – baik hanya akan menyerahkan tubuhnya pada lelaki yang dicintainya.

Berbeda dengan lelaki, yang bisa menyetubuhi wanita hanya untuk kebutuhan biologis semata. Bahkan seorang lelaki bisa saja terangsang oleh seorang wanita yang tidak disukainya, juga sekadar untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Bukan untuk cinta.

Sebagai seorang wanita baik – baik, Bu Vivi telah menyerahkan tubuhnya padaku berdasarkan rasa cintanya padaku. Bahkan berkali – kali dia menyatakan bahwa aku ini cowok typenya benar. Bahkan sebelum aku meninggalkan bangunan besar yang ternyata kantor perusahaannya itu, masih sempat ia membisiki telingaku, “I love you so much honey. “

“I love you too sweetheart, “ sahutku yang disambut dengan ciuman mesra wanita cantik itu.

Sebelum itu, aku sudah merundingkan banyak hal dengan Bu Vivi. Setelah aku bekerja padanya, aku diperbolehkan kuliah seperti yang sudah kurencanakan. Aku hanya harus “ngantor” seminggu 2 kali saja (selama aku masih kuliah). Atau bisa juga menikmati weekend saja dengannya.

Tugasku memang ringan. Hanya diwajibkan memeriksa setiap proyek punya Bu Vivi yang tersebar di sana – sini. Dan yang lebih penting lagi, aku harus selalu siap meredakan hasrat birahi wanita berdarah Taiwan yang ternyata sudah lama menjadi mualaf itu (sejak menikah dengan almarhum suaminya dahulu).

Setelah dikasih alamat rumah Bu Vivi, aku pun meninggalkan kantor perusahaannya. Dengan janji bahwa di hari Sabtu pagi mendatang, aku akan mengunjungi rumahnya. Untuk menikmati weekend bersamanya.

Lalu aku mencairkan chek pemberian Bu Vivi di bank. Kuambil dalam bentuk fisik. Tidak sekadar memindahkan ke rekening tabunganku. Karena transfer dari Mang Ucup sudah cukup banyak. Hasil perjuanganku di kota X bersama Teh Nining, juga masih sangat banyak yang kuendapkan di tabunganku. Cukup untuk membangun wisma kos segede hotel di atas tanah yang kubeli dari Mama itu. Tapi rencana untuk membuat wisma kos itu berubah. Karena aku akan mengikuti saran Teh Nining. Untuk membuat rumah kos kecil – kecil saja, tapi jumlahnya banyak dan tersebar di sana – sini.

Untuk itu aku akan membeli beberapa rumah yang letaknya berjauh – jauhan. Lalu dirombak sampai layak dijadikan rumah kos.

Setelah mencairkan chek di bank, aku mampir ke sebuah café, karena sudah lama aku tidak minum kopi di café langgananku ini.

Ketika aku sedang minum kopi Aceh Gayo pilihanku itu, tiba – tiba bahuku dipijat dari belakang. Dan terdengar suara wanita dari belakangku, “Edo makin ganteng aja ya. “

Aku kaget dan menoleh ke belakang dan langsung berdiri setelah tahu yang memijat bahuku itu Bu Tika, mantan guru SMAku.

“Bu Tika ... apa kabar Bu ?” tanyaku setelah menjabat dan mencium tangannya.

Bu Tika menjawab, “Baik – baik aja. Edo juga sehat kan ?”

“Owh ... silakan duduk Bu. Mau minum apa ?”

Bu Tika duduk di sofa yang sedang kududuki. “Coffee flute aja, “ sahutnya.

Aku pun duduk di samping kanan mantan guruku itu sambil melambaikan tangan ke arah waiter. Setelah waiter itu menghampiriku, kupesan coffe flute dan tambahan snack lagi.

“Edo melanjutkan ke mana ?” tanya Bu Tika.

“Belum Bu. Mungkin dua bulan lagi baru akan kuliah, “ sahutku.

“Di mana ?” tanyanya.

Kusebutkan nama universitas yang akan kutuju itu.

“Wow ... itu sih universitas borju Do, “ kata Bu Tika.

“Iya Bu. Tapi kualitasnya pendidikannya memang terkenal bagus Bu. “

“Iya sih, kalau kualitasnya memang tidak diragukan. Cuma biayanya itu yang gak murah. Ibu sih gak sanggup kuliah di situ. “

“Memangnya Ibu mau ambil es-dua ?”

“Iya. Lagi ngumpulin duit dulu untuk biayanya. “

“Kan tinggal minta aja sama suami Ibu. “

“Suami apa ? “ cetusnya yang lalu melanjutkannya dengan bisik – bisik di dekat telingaku, “Sekarang ibu janda Do. “

Mungkin aku ini termasuk cowok yang telat nakal. Sebelum merasaskan enaknya perempuan, aku ini termasuk cowok baik dan pendiam. Tapi setelah merasakan nikmatnya menyetubuhi perempuan, aku menanggapi ucapan Bu Tika itu dengan, “Wah boleh dong ... hehehee ... “

“Boleh apa ?” tanya Bu Tika sambil memegang tangan kiriku.

“Mmm ... boleh mengisi masa kesepian Ibu selama belum nikah lagi. “

“Memangnya Edo mau mengisi kesepian ibu ?”

“Kalau Ibu tidak keberatan, aku siap mengisi kesepian Ibu. Gimana ?”

“Sapa takut ?! “ sahut Bu Tika sambil menepuk lutut kiriku.

“Sip deh. Berarti khayalan masa SMAku bakal terwujud dalam kenyataan, “ kataku.

“Memangnya apa yang menarik di diri ibu sampai membuat Edo bisa mengkhayalkan ibu waktu masih di SMA dahulu ?” tanya Bu Tika

“Masa Ibu gak nyadar kalau Ibu ini cantik dan ... seksi. “

Bu Tika tersenyum manis, lalu membisiki telingaku lagi, “Apalagi kalau udah ngelihat ibu telanjang ya. “

Aku terkesiap mendengar bisikan yang tak terduga itu. Lalu menyahut, “Pasti bakal seperti melihat bidadari turun dari langit. “

Bu Tika merapatkan pipi kanannya ke pipi kiriku. Membuatku semakin bergairah untuk mewujudkan khayalan masa SMAku. Karena menurutku Bu Tika adalah guru termuda dan tercantik di SMAku. Wajar kalau aku punya penilaian istimewa padanya. Tapi pada saat itu aku pun tahu kalau Bu Tika selalu diantar jemput oleh seorang lelaki dan mobil tuanya. Setelah selidik sana sini, aku mendapat berita bahwa lelaki itu adalah suami Bu Tika.

Seorang waiter mengantarkan pesanan untuk Bu Tika. Kemudian ia kembali ke belakang meja bar.

“Ibu pake apa ke sini tadi ? “ tanyaku.

“Pake angkot, “ sahut Bu Tika sambil meneguk coffee flute-nya.

“Ya udah, nanti pulangnya kuanterin Ibu sampai rumah. “

“Edo bawa motor ?”

“Yang rodanya empat Bu. “

“Owh ... kirain pake motor. Iya deh, nanti mau numpang di mobil Edo aja. “

Lalu Bu Tika menyantap snack yang sudah terhidang di depannya. “Jadi Edo nganggur selama setahun ya, “ ucapnya.

“Iya Bu. Berjuang nyari duit dulu, untuk kuliah, “ sahutku.

“Sekarang udah dapat duitnya ?”

“Alhamdulillah sudah cukup untuk biaya kuliah dan segala tetek bengeknya. “

“Tapi nyari duitnya harus jalan terus, untuk masa depan Edo. “

“Tentu aja Bu. Hidup di dunia ini takkan nyaman kalau gak punya duit. “

“Terus nyari duitnya lewat jalan apa ?”

“Ah, bisnis serabutan aja Bu. Yang penting ada income untuk kebutuhan sehari – hari. Maklum ayah saya kan udah pensiun. Sudah tak bisa menghamburkan uang untuk kebutuhan anak – istrinya. “

“Mamanya gak kerja ?”

“Nggak. Jadi IRT aja Bu. Itupun ibu tiri, karena ibu kandungku udah lama meninggal. “

“Owh gitu ya latar belakang kehidupan Edo. Rada mirip dengan latar belakang kehidupan ibu. “

“Miripnya seperti apa Bu ?” tanyaku penasaran.

“Nanti aka diceritain di rumah ibu. Edo mau nganterin ibu pulang kan ?”

“Iya Bu, siap. “

“Bukan sekadar nganterin kan ? “ tanya Bu Tika setengah berbisik, sambil merapatkan lagi pipi kanannya ke pipi kiriku.

Aku celingukan memperhatikan keadaan di dalam café ini. Ternyata hanya aku dan Bu Tika tamu café ini. Maka aku pun menyahut setengah berbisik juga, “Kalau Ibu mau ditemenin bobo juga aku siap. “

“Hmmm ... kebayang ditemenin bobo sama anak muda yang sedeng – sedengnya fresh gini ... pasti hangat dan seru, “ kata Bu Tika sambil meremas – remas tangan kiriku.



Beberapa saat kemudian Bu Tika sudah berada di seat kiri depan mobilku. Sementara aku pun sudah berada di belakang setir SUV hitamku.

“Ternyata Edo sudah punya mobil mahal gini. Berarti sudah sukses ya bisnisnya, “ kata Bu Tika ketika aku baru menghidupkan mesin mobilku.

“Kebetulan bintangku lagi terang Bu. Mobil ini hasil kerja keras selama dua minggu di kota lain, “ sahutku.

“Dua minggu dapet mobil mahal. Waaah ... berarti transaksinya juga gede – gedean. Aih ... kok seatbeltnya susah dipasang Do. “

Kulihat Bu Tika kesulitan memasangkan seatbeltnya. Maka kubantu dengan menarik seatbelt di sebelah kiri Bu Tika. Dan tanpa disengaja, aku menyentuh perut mantan guruku itu. Karena mantel panjang yang dikenakannya terbuka. Sekalian saja aku mergusap – usap perut Bu Tika yang terbuka dari belahan rompi putih belang – belang hitam itu. Bahkan pusar perutnya sengaja kugelitik dengan ujung jariku.

Bu Tika malah ketawa cekikikan. Lalu menarik tanganku ke arah toket di balik rompi belang hitam putih itu. “Yang ini nih kalau mau megang sih, “ katanya ketika telapak tanganku sudah memegang toketnya yang ternyata tidak berbeha.

Lagi – lagi aku menemukan toket berukuran sedang yang padat kencang.

Pada saat itu mobilku diparkir menghadap ke dinding. Sehingga Bu Tika leluasa untuk memagut bibirku ke dalam ciuman hangatnya, sementara mobilku belum dijalankan, meski mesin dan ACnya sudah dihidupkan.

Aku pun membalas ciuman Bu Tika dengan lumatan, sementara tanganku asyik meremas toket kirinya. Tapi semua itu hanya berlangsung beberapa detik. Lalu Bu Tika melepaskan ciumannya, juga mengeluarkan tanganku dari balik rompinya, kemudian ia menutupkan ritsleting mantel panjang hitamnya. “Nanti di rumah ibu, kita lanjutkan ya, “ ucapnya yang diiyakan olehku.

Lalu kumundurkan mobilku, kemudian memutar dan akhirnya berada di jalan ramai, menuju rumah Bu Tika yang sudah disebutkan alamatnya.

“Tadi yang disebut mirip dengan latar belakang kehidupanku itu apa Bu ?” tanyaku gak sabar, ingin segera mendengar jawaban Bu Tika.

“Singkatnya aja ya, “ kata Bu Tika, “Ibu juga punya mama tiri. Terus mama tiriku kepergok sedang selingkuh dengan suami ibu. Makanya ibu langsung menggugat cerai. Nah ... itu aja singkat ceritanya. “

“Jadi Ibu bercerai dengan suami, gara – gara dia selingkuh sama mama tiri Ibu ?” tanyaku.

“Iya. Terlalu kan ? “

“Mama tiri Ibu usia berapa ?”

“Memang agak muda sih. Cuma beda lima tahun sama ibu. Sekarang usia mama tiri ibu tigapuluhtujuh tahun. “

“Berarti sekarang usia Bu Tika tigapuluhdua tahun ?”

“Iya. Kenapa ?”

“Bu Tika kelihatan seperti masih di bawah duapuluhlima tahun. “

“Mmmm ... terimakasih. Masih seksi kan ?”

“Masih seperti waktu aku masih di SMA. “

“Terakhir Edo ninggalin SMA kan setahun yang lalu. Belum lama. “

“Bu Tika bercerai sama suami kapan ?”

“Dua tahun yang lalu. “

“Duh ... padahal saat itu aku masih jadi murid Ibu. Tapi aku belum pernah dengar kalau Ibu sudah menjanda. Kalau tau sih ... “

“Ah, saat itu Edo baru tujuhbelas tahun kan ? Secara hukum ibu bakal disalahkan, bisa dianggap memanipulasi anak di bawah umur. “

Rumah Bu Tika di luar kota. Aku mengambil jalan pintas, mengikuti anjuran mantan guruku itu. Jalan pintas yang melewati hutan pinus di kanan kirinya.

“Ibu sudah punya anak berapa ?” tanyaku ketika masih berada di antara hutan pinus di kanan – kiri mobilku.

“Belum punya, “ sahutnya.

“Wow ... berarti itunya ... masih seperti gadis ya. “

“Ya iyalah. Kan belum pernah turun mesin. Nanti Edo akan membuktikannya, “ sahut Bu Tika sambil meraba – raba ritsleting celana jeansku. Lalu berusaha menariknya ke bawah.

Aku mengerti apa yang diinginkannya. Karena itu kubuka kancing logam celana jeansku, lalu menurunkan ritsletingnya. Bu Tika tampak senang. Tangannya langsung menyelinap ke balik celana dalamku dan memegang kontolku yang sudah agak tegang. Lalu memekik tertahan, “Edooo ... ! Punya Edo ini ... gede banget ... ! Diapain bisa jadi gede gini ?”

“Gak diapa – apain Bu. Sudah dari sononya begini. “

“Ntar dulu ... Edo punya darah bule juga ya. “

“Ibu kandungku blasteran Turki dengan Lebanon Bu. “

“Turki itu kan bule juga. Orang Lebanon juga banyak yang bule. Hmmm ... pantesan punyamu gagah begini, “ ucapnya sambil menggoyang – goyangkan kontolku yang sudah ngaceng full, gegara dipegang oleh telapak tangan halus Bu Tika.



Ternyata rumah Bu Tika lumayan besar dan megah. Pagar tembok tinggi mengelilingi rumah besar itu. Bentuknya sudah minimalis tropikal yang modern dan artistik.

“Ibu tinggal sendirian di rumah sebesar ini ? Dengan suasana sepi di sekitarnya ?” tanyaku sambil membantu Bu Tika turun dari SUV hitamku yang agak tinggi.

“Iya, “ sahutnya, “di sini sih aman. Tapi dua hari sekali ada pembantu yang datang untuk bersih – bersih dan masak. Rumah ini pemberian ayah. Kalau beli sendiri sih gak mampu. Gaji guru kan gak banyak Do. “

Hari sudah remang – remang ketika aku dan Bu Tika masuk ke dalam rumahnya.

“Silakan duduk dulu, “ kata Bu Tika sambil menunjuk ke sofa ruang tamu, “ibu mau ganti pakaian dulu ya. “

“Iya Bu, “ sahutku sambil duduk di sofa ruang tamu.

Lalu Bu Tika masuk ke dalam kamarnya. Sementara aku mengeluarkan ponselku karena ada tone WA yang masuk. Ternyata dari Shinta ... !

Shinta : – Katanya mau datang. Kok gak muncul – muncul ?

Aku : – Aku mendadak sibuk sekali Sayang. Mungkin besok atau paling lambat lusa baru bisa datang. Sabar ya Cantik. –

Shinta : – Oke deh, aku mau sabar. Jaga kesehatan ya. –

Aku : – Thanks buat pengertiannya. I love you. –

Shinta : – Love you too

Handphone kumatikan, lalu kumasukkan ke dalam saku celana jeansku kembali.

Bu Tika pun muncul dalam pakaian yang aduhai ... mengenakan semacam bikini yang terbuat dari kain putih jarang, seperti kain puring atau kain tirai yang tembus pandang. Sehingga aku bisa melihat dengan jelas bentuk sepasang toketnya yang indah dan bagian menghitam di bawah perutnya. Jelas bahwa yang menghitam itu jembut ... !

Bu Tika menghampiri sofa yang sedang kududuki. Tapi bukannya duduk di samping kiriku. Bu Tika merebahkan diri, dengan kepala berada di atas sepasang pahaku.

Aku pun langsung menyambutnya dengan menyelinapkan tangan kiriku ke balik bikini transparan itu pada bagian dadanya. Dan meremas toket kirinya yang masih seperti toket gadis 20 tahunan. Masih sangat enak untuk diremas. Sementara tangan kananku menyelinap ke bagian yang menutupi memeknya yang memang berjembut lebat tapi mungkin sering digunting, agar tidak berantakan tumbuhnya.

Ketika tangan kiriku memainkan pentil toket mantan guruku yang cantik ini, jemari tangan kananku sudah menemukan celah memeknya yang mulai membasah. Bahkan aku telah berhasil menemukan kelentitnya yang nyempil kecil di atas mulut memeknya.

Bu Tika mulai menggeliat dan mengejang – ngejang. Suhu badannya pun mulai hangat.

Lalu ia menatapku sambil berkata, “Di kamar ibu aja yuk. Biar lebih leluasa. “

Aku mengangguk sambil mengeluarkan tangan dari bikini transparan itu.

Bu Tika bangkit, lalu berdiri sambil memegang pergelangan tangan kiriku. Lalu melangkah ke dalam kamarnya sambil menuntunku.

Kulihat kamar mantan guruku itu tertata dengan apik dan modern. Menimbulkan rasa nyaman di hatiku. Lalu ia melepaskan bikini transparan itu, sehingga tubuh putih mulusnya jadi telanjang bulat. “Edo juga harus telanjang dong. Masa mau pakaian lengkap terus, “ kata Bu Tika sambil naik ke atas bednya. Lalu ia merebahkan diri di atas bed yang modern bentuknya itu.

Sayup – sayup kudengar musik. Aku tahu benar, itu koleksi musik Juan dari Spanyol. Lagunya banyak yang instrumental, banyak juga yang ada vocal, tapi hampir semua musik koleksi Juan itu slow dan menenangkan hati. Lagu yang tengah diputar itu pun termasuk kusukai. Lagu Take me to the sea.

Kulepaskan seluruh busanaku, sampai telanjang seperti bu Tika. Lalu naik ke atas bed yang bentuknya sangat artistik dan modern ini.












Bu Tika langsung duduk, hanya untuk memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Dan berkata, “Pasti penis Edo ini menurun dari Turki. Makanya bisa panjang gede gini. “

Lalu Bu Tika mendorong dadaku, sampai aku celentang. Dan Bu Tika tengkurap di atas dadaku. Sambil memagut bibirku ke dalam lumatan hangatnya. Aku pun mendekap pinggangnya sambil balas melumat bibirnya.

Terasa sekali bahwa Bu Tika sedang hot – hotnya. Sedang sangat merindukan sentuhan lelaki. Ketika ia melumat bibirku ini, terasa tubuh putih mulusnya bergetar – getar dan semakin menghangat.

Dan manakala Bu Tika menelentang, aku pun langsung menelungkup di antara kedua belah paha putih mulusnya yang direnggangkan selebar mungkin. Sambil mengusap – usap jembut lebatnya, namun hanya tumbuh di luar mulut memeknya. Sehingga aku leluasa untuk menciumi dan menjilati mulut memek mantan guru yang dahulu sering menjadi obsesiku itu.

Bu Tika mulai menggeliat – geliat ketika aku sudah gencar menjilati labia mayora dan labia minoranya, sementara ujung jempol kiriku mulai menggesek – gesek kelentitnya. Tentu saja air liur pun kualirkan sedikit demi sedikit ke dalam mulut memek Bu Tika.

Dan setelah mulut memek Bu Tika basah kuyup, aku pun bangkit. Meletakkan moncong kontolku di ambang mulut Bu Tika.

Bu Tika pun memegang kontol ngacengku dengan jempol dan telunjuknya. Mungkin agar sasarannya tepat, jangan sampai meleset. Lalu dia memberi isyarat dengan matanya. Pertanda bahwa letak kepala kontolku sudah tepat arahnya.

Aku pun mendesakkan kontolku sekuat mungkin. Dan ... sedikit demi sedikit melesak masuk ke dalam liang memek Bu Tika yang ... lagi – lagi aku menemukan liang memek super sempit, seperti liang memek Bu Vivi dan Tante Icha.

Maka ketika kontolku sudah masuk lebih dari separohnya, aku pun mulai mengayun kontolku sambil berpegangan pada sepasang toket Bu Tika yang masih sangat enak buat diremas ini.

Desahan dan rintihan Bu Tika pun mulai berkumandang di dalam kamar yang tertata apik dan modern ini. “Hhhhhhhhhh .... hahhhhhhhhhhhh ... hehhhhhhhhhhh ... Edooooo ... gak nyangka kita bakal beginian ya .... aaaaaaaaaaahhhhh ... penismu memang luar biasa gedenya Doooo .... sampai terasa benar menggaruk – garuk liang memek ibuuuu ... ooooooohhhhh ... Edddddooooo ... kalau sama Edo sih ditidurin tiap hari juga ibu mau Doooooo ... “

“Uuuuughhhhhh ...aaaa ... aaaku juga ... ba ... bakal ketagihan ngentot memek Ibu yang sempit sekali ini ... uuuughhhh ... nikmat seklai rasanya Buuuu .... uuuuughhhh ... “ sahutku di antara dengus – dengus nafasku yang tidak beraturan.

“Aaaaaaaa .... aaaaaaaahhhhh ... kita ini lagi ngapain Do ?” tanyanya terengah.

“Ugggghhhh ... nuju ewean Buuuu .... “

“Aduh, sampai ewean bener istilahnya ... “

“Lantas apa istilah yang paling tepat ?”

“Bilang aja lagi ngemplud ... hihihihiiii ... “

“Ada juga yang bilang ble’e ... lagi ble’e Bu ... “

“Ada lagi yang bilang lagi ngencus ... hihihiiiii ... ayo lanjutin ... jangan direndem lama – lama. Nanti keburu jadi ager – ager. “

Liang memek Bu Tika memang sudah beradaptasi dengan ukuran kontolku. Sehingga aku bisa menggencarkan entotanku sampai batas kecepatan standard.

Persetubuhanku dengan mantan guruku ini sebenarnya ronde kedua bagiku. Karena tadi siang cukup lama aku menyetubuhi Bu Vivi. Namun aku hanya sekali ngecrot saja di dalam memek wanita berdarah 100% Taiwan itu.

Menurut prediksiku, persetubuhan dengan Bu Tika ini akan berlangsung lebih lama lagi. Karena durasi dalam ronde kedua biasanya lebih lama daripada ronde pertama. Hal ini membuatku pede. Begitu juga ketika Bu Tika mulai menggual – geolkan bokong semoknya, aku tetap pede. Dan tetap menyodok – nyodok liang memek mantan guruku dengan gairah yang berkobar - kobar.

Latihan dan petunjuk dari Teh Nining, tentang cara memuaskan wanita, kupraktekkan lagi. Bahwa ketika kontolku sedang gencar mengentot liang sempit ini, ketika Bu Tika makin binal menggeol – geolkan bokong semoknya, tangan dan mulutku pun mulai beraksi. Tangan kiriku asyik meremas – remas toket kanan Bu Tika, sementara mulutku mulai asyik menjilati leher jenjangnya, disertai dengan gigitan – gigitan kecil yang tidak menyakitkan.

Rintihan Bu Tika pun berkumandang lagi di dalam kamar ini. Dengan kata – kata vulgar yang konon dibutuhkan juga pada waktu sedang melakukan hubungan seks.

“Oooooo ... oooooooooohhhhh ... Edoooooo ... kontol Edo ini ... memang luar biasa enaknyaaaa ... terasa sekali menggaruk – garuk memek ibuuuuu ... antot terus Doooo ... janganb brenti – brenti ... entooooooottttt ... entooooooooooootttttt ... oooooohhhhhhh ... iyaaaaa ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaa ... nikmaaaaaat Dooooo ... heunceut ibu sampai denyat – denyut gini saking enaknyaaaa ... entoootttt teruuuusssss ... entoooooooootttt ... Edooooo ... entoooooooooootttttttt ... iyaaaaa ... iyaaaaaaaaaaaaaa ... “

Aku semakin bersemangat mengentot mantan guruku ini. Sehingga terasa tubuhku mulai keringatan. Bu Tika pun sudah mulai keringatan di sana – sini. Namun aku semakin bersemangat menjilati lehernya yang sudah basah oleh keringat ini. Bahkan pada suatu saat, ketika tangan kiri Bu Tika sedang berada di dekat kepalanya, kuserudukkan mulutku ke ketiak kirinya yang juga sudah basah oleh keringat, namun hanya harum deodoran yang tersiar ke penciumanku. Sehingga meski keringat Bu Tika tertelan olehku pun, aku tidak merasa jijik sedikit pun.

Namun ketika aku sedang mengentot dengan gencar sambil menjilati ketiak kiri Bu Tika, sedang asyik juga meremas – remas toket kanannya ... Bu Tika mulai klepek – klepek. Mulai berkelojotan ... lalu sekujur tubuhnya mengejang tegang, dengan perut sedikit terangkat, dengan mulut ternganga dan menahan nafasnya.

Pada saat itulah kudesakkan kontolku sedalam mungkin. Lalu tidak kugerakkan lagi, karena ingin menikmati indahnya liang memek wanita yang sedang orgasme.

Ya ... liang memek Bu Tika mengedut – ngedut kencang. Disusul dengan terbitnya lendir kewanitaannya. Kira – kira seperti kontol yang sedang ngecrot. Namun lendir kewanitaan Bu Tika hanya terasa menghangatkan dan membasahi kontolku. Tidak tersembur keluar seperti ejakulasi pria.

Bu Tika terpejam beberapa saat, dengan pelukan yang sudah mengendur. Dan ketika mata beningnya terbuka lagi, ia menatapku dengan senyum manis di bibirnya. “Terima kasih Edo ... Edo sudah memberikan yang terbaik pada ibu, yang tak mungkin ibu rasakan dari lelaki lain. Tapi Edo belum ejakulasi kan ?” tanyanya.

“Belum Bu. Santai aja. Soalnya aku sie suka lama ngecrotnya, “ sahutku.

Bu Tika mencium bibirku dengan mesra sekali. Lalu berkata, “Edo ini ... punya penis luar biasa panjang gedenya ... mainnya juga bagus sekali ... gak gampang ngecrot pula. Hmmm ... ibu sih kalau Edo mau, digenjot tiap hari juga mau. “

Lalu aku seperti mengalami déjà vu. Bahwa seperti Tante Icha dan Bu Vivi, demikian pula halnya dengan Bu Tika. Bahwa sesaat kemudian ia minta min di atas, minta woman on top alias WOT.

Aku mengiyakan saja. Meski aku yakin Bu Tika takkan bertahan lama kalau main di atas. Konon, dalam posisi WOT itu “onderdil” kewanitaan turun semua. Sehingga mudah tersentuh dan mudah orgasme.

Biarlah, aku akan membuktikannya. Apakah Bu Tika bisa bertahan lama main di atas atau tidak.

Setelah liang memeknya “mencengkram” kontolku, Bu Tika mulai mengayun bokong semoknya sambil berlutut. Maka terasalah nkontolku dibesot – besot oleh liang memeknya yang tidak sesempit tadi lagi (karena sudah orgasme tadi). Sehingga dengan mudah Bu Tika bisa menaik – turunkan liang memeknya. Sementara selangkangannya yang “menepuk – nepuk” selangkanganku, menimbulkan bunyi unik. Bunyi plak pluk plak pluk dan plak puk terus.









Seperti yang telah dijanjikan, setelah Ketika Birahi Berdesir ini sudah terupdate sampai part 08, maka saya akan melanjutkan Pejantan Perkasa dulu. Dan nanti para pembaca akan tahu, bahwa sebenarnya kisah nyata ini ada hubungannya dengan Gigolo dan Pejantan Perkasa.

Mohon para suhu maklum adanya.

Otta. -
Makasih apdetnya bro @Otta....
 
Seperti yang telah dijanjikan, setelah Ketika Birahi Berdesir ini sudah terupdate sampai part 08, maka saya akan melanjutkan Pejantan Perkasa dulu. Dan nanti para pembaca akan tahu, bahwa sebenarnya kisah nyata ini ada hubungannya dengan Gigolo dan Pejantan Perkasa.

Mohon para suhu maklum adanya.

Otta. -
Ternyata Ketika Birahi Berdesir ini ada hubungannya dengan GIGOLO dan PEJANTAN PERKASA ya.
Pasti bakal tambah seru kalau "2 pendekar" berkolaborasi nanti. Ditunggu deh kelanjutan cerita ini
 
Bimabet
alah siah ngemplud, ble'e, ngencus.. asa jaman kuliah pisan eta bahasa.. 🤣🤣🤣 blekok sakalian hu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd