Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah Basah : Sensasi MILF, Besama Mba Nida (Tamat dibalikin tamaT)

Status
Please reply by conversation.
SENSASI MILF



NO.1




MILF adalah kependekan dari Mother I Like to F*ck, awal dari rasa penasaranku kepada kata itu adalah ketika aku kuliah dan teman temanku memanggil temanku yang bernama emil dengan kata “emilf” aku awalnya tidak tahu kenapa emil marah di panggil seperti itu, namun david menjelaskannya padaku.





“masa sih lu gatau? Mother i like to f*ck, makanya nonton bokep, itu tuh artisnya yang umurnya udah agak tua gitu cuy”





Penasaranku membawaku membuka situs bf, awalnya sangat susah menemukan, namun ada 1000 jalan menggapai mimpi, akhirnya aku bisa menonton film bokep dengan banyak pilihan. Ketika aku menonton seorang remaja jepang yang berhubungan intim dengan tantenya aku merasa sangat terangsang, sampai aku bermasturbasi dua kali.





Ketika aku merefleksikan diriku setelah menonton milf itu, rasanya aku memang suka dengan wanita yang lebih tua dariku, sejak SMP aku suka berfantasi teh nida tetanggaku yang 15 tahun lebih tua dariku, entah kenapa aku sangat suka dia, bahkan sekarang fantasiku padanya semakin terasa kuat.





Teh nida juga bekerja membantu suaminya, dan anak anak mereka sering ditinggal dirumah, karena aku tetangganya sering mereka memintaku menjaga anak mereka dengan bayaran yang cukup sesuai, tentu aku sering mencuri pandang pada teh nida, entah kenapa aku merasa terangsang ketika melihat tangan lentiknya yang menampilkan urat uratnya, dan sedikit kerutan di wajahnya justru membuat aku ingin mencium wajahnya.





Namun aku tak berani nakal padanya, karena aku sangat takut hal yang memalukan pada keluargaku jika aku melakukan hal hal yang diluar norma, merokok pun aku sembunyi sembunyi karena tidak diperbolehkan bunda. Aku hanya bisa menjadikan teh nida sebagai fantasi onani saja, ada ratusan foto teh nida yang aku ambil dengan ponselku untuk memasukkan dia ke dalam imajinasiku. Aku sangat menyukai raut wajahnya, dan teh nida tergolong wanita yang cantik, badanya masih terlihat langsing meski sudah punya anak dan selalu tertutup gamis lebarnya.





Dulu memang dia tidak sealim ini, pakaiannya masih sering menggunakan jean dan pakaian cukup ketat, namun beberapa tahun belakangan dia sering menggunakan gamis lebar dan jilbab panjang, namun entah kenapa aku justru semakin suka penampilannya sekarang.


Usianya sekarang mungkin kisaran 35 tahunan atau lebih, aku sering memperhatikan dia jika datang ke rumahku untuk ngobrol dengan bundaku, sering aku sembunyi sembunyi beronani sambil memperhatikan dia dari luar kamarku, kadang hanya dengan mendengar suaranya saja aku bisa crot dan itu membuat nafsuku bisa reda untuk beberapa saat.





Awalnya aku tak bisa sampai membayangkan kalau aku akan bisa memasukkan alat kelaminku ke liang surgawinya, namun dunia memberiku kesempatan yang sangat langka, ini bermula ketika aku sudah bisa menyetir mobil, karena teh nida sering sibuk bermain ponsel saat diperjalanan dia pernah kecelakaan dan menyebabkan trauma untuk menyetir mobil, akhirnya dia memintaku diantar ke beberapa tempat jika ada bisnis, itupun jika aku tidak ada jadwal kuliah.





Kalau dia bertemu dengan teman temannya kadang aku hanya menunggu di mobil atau dia memesankan makanan untukku agar aku bisa sabar menunggu, kadang samar samar aku mendengarkan obrolan mereka.





“itu siapa nid?”





“anaknya tetangga aku, aku kan udah males nyetir sha, jadi ajak dia”





“oalah kirain kamu nakal sekarang main berondong..”





“isssshhhh.. kamu aja itu mah”





“berondong rasanya beda loh nid, ada manis manisnya gitu”





“idih promosi air minum”





“serius nid, nafsunya gak abis abis kalo mereka, kamu harus coba, biar merasa muda hahaha”





“ah udah ah yuk capcus pulang”





Aku menyetir sambil mendengarkan obrolan mereka di belakang dengan bahasan yang aku tak bisa fahami, namun aku tak menyangka tante tante yang suka berondong tadi berpakaian muslimah yang serba tertutup, hal itu yang membuat aku tak fokus menyetir, apa benar tante itu suka main berondong? Kalau pun iya aku mau jadi simpanan dia, pikirku. Malamnya aku berfantasi liar dengan sisa potongan wajahnya yang masih kuingat, membuat kontolku memuntahkan sperma yang banyak.





Aku senang sering mengantar teh nida jika dia memintanya, namun karena kesibukkan kuliahku saat itu sempat lama sekali aku tak bisa mengantarnya, akhirnya dia menyewa seorang supir dan posisiku sudah tergantikan, aku merasa sudah tidak ada harapan bagiku untuk besama teh nida lagi, padahal aku sangat menikmati ketika kami berduan di dalam mobil.





Namun 3 bulan kemudian teh nida mengetok rumahku, hari itu hari minggu, aku sedang libur panjang 3 bulan, teh nida memintaku mengantarnya untuk bekerja, dia menjelaskan kalau lokasi kerjanya sekarang sering keluar kota, aku mengatakan siap mengantarnya karena aku juga sedang libir panjang, aku anggap itu sebagai kerja sambilan saja, karena teh nida menjanjikan bayaran yang lumayan.





“hari ini syutingnya di solo, besoknya jogja” katanya





“siap teh”





“bagas udah makan?”





“udah teh”





“yaudah, ini teteh bawa vitamin biar kuat nyetirnya”





Kami memasuki jalan tol, hatiku senang sekali karena bisa berduaan dengannya, perjalanan kali ini akan panjang, 5 jam perjalanan, namun aku merasa itu bisa menjadi tambahan pengalamanku mengemudi jauh. Teh nida kini sudah menjadi artis yang lumayan terkenal, mobilnya sekarang lebih banyak diisi pakaian pakain, maklum kadang syuting di beberapa tempat membuat beberapa hari tak pulang.





“supir sebelumnya kemana teh?”





“teteh berhentiin gas”





“kok dipecat?”





“ya ada hal yang teteh kurang sreg jadi dia juga faham, yaudah teteh suruh dia pulang aja”





“kurang sreg gimana teh?”





“ya ada lah gitu, kalo ongkos bensi 50rb jadinya 100, teteh juga udah ilang 2 hp di tas pas disimpan di mobil, dia bilangnya gatau padahal dia yang di mobil”





“oalah kasihan”





Kami banyak bertukar cerita, dan pengalaman baru, melihat orang kesurupan kini menjadi biasa untukku, seakan itu pemandanganku setiap hari.





Dalam 1 minggu aku menjadi supirnya hampir mengelilingi kota kota besar di jawa tengah dan timur, memang cukup lelah, namun aku menikmatinya, gajinya juga lumayan, ditambah lagi bisa melihat wajah teh nida setiap hari, orang tuaku memang berkecukupan, namun mereka tak suka memanjakanku, mereka tertawa kalo aku sekarang magang jadi supir artis, namun mereka tak merasa minder anaknya jadi supir.





Aku sering mengamati wajah teh nida, apalagi kalau dia tertidur di mobil, dapat aku lihat bibirnya yang terlihat manis, kerutan di wajahnya, bongkahan payudaranya yang sedikit menyembul dari kerudungnya, namun sekarang intensitas onaniku berkurang karena rasanya jarang aku mendapatkan waktu sendirian, aku sering berbaur dengan tim teh nida.





Kadang aku sering curi curi memotret teh nida, kalau sedang di lokasi syuting kecantikannya nambah banget karena dia berdandan, gemas sekali aku ingin menjamah dia.



Mungkin ini namanya jatuh cinta atau nafsu, aku tak bisa membedakannya, aku suka pada teh nida meskipun dari usia dia 15 tahun lebih tua dariku, atau mungkin ini hanya nafsu saja karena dia selalu ada dalam fantasi onani ku selama ini, ketika aku beronani, aku selalu sambil memandangi fotonya di ponsel, urat tangannya, kerutan di wajahnya, lekuk pahanya membuat birahi semakin tinggi. Apalagi lesung pipi itu, membuatnya semakin manis diusianya yang ke 36.





Singkat cerita sudah sebulan aku menjadi supirnya, hampir kota besar pulau jawa kami kunjungi semua, ini menjadi pengalamanku yang sangat bagus, aku bisa tahu bagaimana saudara saudaraku di pelosok daerah, membuatku semakin mencintai negeri ini dan teh nida.





Sampai suatu hari aku menyetir untuk perjalanan pulang kami, karena jalan tol yang mulus membuat laju mobil konstan dan hal itu membuat tubuh teh nida yang lelah terlelap di sampingku, kepalanya bersandar ke bantal yang dia gunakan untuk menahan kepalanya, terlihat wajah tidurnya yang manis sekali, aku sudah tak tahan ingin segera pulang dan bermasturbasi sambil membayangkan wajahnya.





Saat itu sudah jam 00.13 kami sampai di depan rumahnya, namun aku lihat teh nida tidak terbangun, aku keluar membuka pintu gerbang, lalu aku masuk mobil lagi dan memasukkan mobil teh nida ke pekarangan rumahnya, teh nida masih belum terbangun setelah aku selesai memarkirkan mobilnya.





Karena pikiran dan fisikku sudah merasa lelah mebuat aku tak bisa berpikir terlalu jernih, saat itu aku nekat memegang buah dada teh nida dari luar, walaupun terhalang gamisnya aku dapat merasakan gundukan itu, tanganganku gemetar karena takut teh nida terbangun ketika aku membangunkannya, beberapa kali aku mencoba memegangnya, namun kembali aku menarik tanganku, sampai nafsuku mengatakan aku harus mencium bibirnya yang terlihat manis itu.

Aku sudah tak tahan, perlahan aku dekatkan badanku padanya, aku mengambil posisi senyaman mungkin, kini wajahku sudah di depan wajahnya, dapat aku rasakan hembusan nafasnya yang hangat.





Aku bergerak sedikit demi sedikit, dan cups...





Bibirku bertemu dengannya beberapa detik, lalu aku segera kembali ke posisi duduk karena takut teh nida bangun.





Namun ternyata, teh nida tak bangun dia masih tertidur dengan pulas.





Hatiku mengatakan aku harus menciumnya lagi, dan tanpa aku sadari tubuhku bergerak dengan sendirinya, seperti tadi, wajah kami berhadapan, cups cups





Dua kali kecupan, dapat ku dengar nafas teh nida masih sama, berarti tidurnya masih pulas, akhirnya aku cium lagi.





Cups cups cups





Teh nida masih belum terbangun, aku merasa semakin berani.





Ini ciuman ke 7 dan aku mencoba membuka bibirnya dengan wajahku, mungkin saat itu teh nida mimpi karena aku merasakan seakan dia membalas ciumanku.





DEG





Kulihat matanya terbuka di depan mataku, wushhh... aku langsung buru buru duduk di kursi pengemudi, aku kaget sekali, saat itu aku merasa bersalah sekali, takut dan campur aduk, aku sudah siap kalau teh nida menamparku.





Namun dewi keberuntungan bersamaku, teh nida hanya setengah sadar, dia membalikkan badannya ke arah pintu dan tidur lagi, aku mengatur nafas lega.





Namun saat itu justru aku malah disuguhi pantatnya teh nida, aku yang sudah nafsu segera memotrek pantat itu dengan ponselu, walaupun masih tertutup aku bisa melihat lekukan bulatnya.





Aku beronani dalam mobil itu, ketika aku merasa akan muncrat, aku memuntahkan spermaku ke arah teh nida, otomatis itu mengenai gamisnya, gamis bagian pantatnya, entah kenapa pemandangan itu terasa sangat membuat nafsu, lalu aku memotret cairan spermaku yang ada di bagian pantatnya.





Setelah itu aku merasa cukup, tak perlu lebih jauh, aku lalu membangunkan teh nida yang tertidur dengan menyentuh pundaknya.





“teh teh kita udah sampai..”





“ehmm... udah sampai...wuaaah bentar juga...”





“yah tidur sih...”





“makasih ya gas, kalo rumah kamu dikunci kesini lagi aja, nginep di teteh”





“oh iya teh, makasih”





Setelah itu aku matikan mesin mobil dan segera pulang...



.
 
SENSASI MILF



NO.2




POV NIDA

Sepertinya aku bermimpi, suamiku pulang dan langsung menciumku, karena sudah lama juga aku tak dijamahnya, aku merasa sudah bernafsu sekali, namun rasa ini nyata, lidahnya menerobos bibirku, spontan aku membukan mata. BAGAS?





Entah kenapa aku merasa tak kaget, dia langsung menjauh dariku, jadi tadi dia sudah kurang ajar padaku, dia menciumku? Aku membalikkan badan ke arah jendela, tanpa sadar justru aku memberikan lekukan pantatku padanya, aku dengar desahannya di belakangku, dia sedang apa? Mungkin bermasturbasi, dan beberapa saat kemudian aku merasakan ada cairan hanya di area pantatku, namun aku masih pura pura tidur, aku merasa takut menegurnya, setelah itu aku merasa bersyukur membangunkanku, berarti tindakan kurang ajarnya padaku sudah selesai.





POV BAGAS

Dikamar aku membuka rekaman di ponselku, menampakkan spermaku yang mendarat di gamisnya dan sedikit ke jilbabnya, aku merasa nafsu lagi lalu beronani, setelah itu aku tertidur karena lelah. Mungkin besok teh nida akan memarahiku.





“bagas bangun, itu teh nida ngajak ke pasar” aku dibangunkan ibuku jam 7 pagi, teh nida? Apa dia tidak marah?





“aduh iya bun, bilangin bagas mandi dulu”





“tumben kamu mandi”





“ishhh...” aku berjalan ke kamar mandi dan mandi dengan kilat karena tak mau teh nida menunggu.





Aku segera mencari pakaian yang lumayan bagus, kemeja dan celana jean hitam yang tidak terlalu ketat, sedikit minyak wangi karena sekarang aku supir artis, aku tidak boleh mempermalukan teh nida, lalu rambutku sedikit aku atur, agar tidak terlalu awutan atau terlalu rapih. Cupu juga keliatannya kalau terlalu rapih.











“nunggu lama teh?”





“4 episode kayaknya kalo syuting”





“idih.. aku mandi cepet kok”





“udah yuk buruan ke pasar”





“tumben ke pasar teh”





“udah kangen dunia pasar aja gas”





“Bajunya bagus the, endorse?”





“enggak, suka aja, jadi beli, bagus apanya emang?”





“bagus kalo dipake sama teteh haha”





“maksudnya?”





“teteh cantik pake baju itu”





“oh jadi kalo pake baju lain gak cantik gitu?”





“cantik lah”





“dasar gombal, kamu godain teteh kan?”





“yamasa teteh aku bilang ganteng”





“iya juga sih”





Kami mengelilingi pasar tradisional, ternyata dalamnya tidak seburuk yang aku bayangkan, terlihat lebih bersih dibanding dulu aku kesini waktu kecil, aku ingin sekali memotret teh nida untuk bahah onani nanti malam, aku mengangkat ponselku dan mengarahkan padanya, namun aku ketahuan.





“eh gas fotoin dong”





“oh iya mbak”





“yang bagus ya”





“iya cekrek, udah”





“nanti kirim ya”





“oke teh”





Aku memeriksa foto itu, hatiku berdesir ketika mataku melihat lekukan payudaranya yang tercetak dibalik baju lebarnya, aku merasa ingin segera pulang saja dan melakukan onani, karena adik ku di bawah sudah tidak kondusif, namun aku menyabarkan diriku, karena dari belakangnya aku bisa melihat pantatnya, sehingga pemandangan itu aku nikmati, bahkan 1 jam kami berkeliling tidak terasa karena aku terus mencuri pandang ke pantat teh nida.





Diperjalanan pulang teh nida kembali tertidur, hatiku berontak ingin mencium bibirnya lagi, lalu aku berhentikan mobil sebentar dipinggir, kulihat wajahnya terlihat lelah, mungkin karena semalam teh nida juga kurang tidur. Kutunggu beberapa saat memastikan dia tetap tidur, aku beranjak mendekatkan wajahku, padahal tinggal beberapa senti saja, namun aku lihat badannya bergerak dan buru buru aku mengambil posisi aman.





“kok berhenti gas?”





“oh ini barusan ponselku jatuh teh, takut kenapa napa kalo maju terus”





“ogitu yaudah, ayo ah teteh ngantuk nih”





“iya teh”





Huh, untung saja posisiku masih aman, meskipun dia tertidur lagi namun aku tak mau nekat siang bolong begini.





POV NIDA





Aku pikir yang semalam itu hanya imajinasiku setengah sadar saja, namun ketika pagi itu aku mencoba tidur, aku hanya sekedar memejamkan mata, aku tak benar tertidur, namun mobilku berhenti, aku mencoba mengintip, bagas mendekatkan wajahnya padaku, karena aku tak mau dia melakukan hal yang tidak senonoh aku segera memberi tanda kalau aku mau bangun, dan syukurlah aku bisa lolos lagi.





POV BAGAS

Besok paginya aku merasakan badanku lemas, rasanya tubuhku membutuhkan asupan sayuran dan olah raga. Setelah ibadah subuh aku membuat jus wortel dengan susu, rasanya segar sekali dengan campuran sedikit es, aku meminumnya sambil menonton tv, mencoba mencari film kartun, walau badan dan usiaku sudah kepala dua tontonanku masih anak anak, aku tidak peduli omongan orang, aku sangat suka crayon sinchan dan sebagainya.





Setelah jus habis aku segera mengganti pakaian dengan pakaian olah raga SMAku, ingin sedikit nostalgia dengan pakaian itu rasanya, aku merasakan sedikit sempit baju itu, namun terasa masih cukup. Aku segera memakai sepatu olah raga dan segera membuka pintu gerbang, aku mulai peregangan sambil jalan menuju taman olah raga dekat kompleks.





“eh bagas, kirain siapa” aku cukup kaget bertemu dengan teh nida di belokan menuju gerbang keluar.





Pemandangan yang indah sekali pagi itu, langit yang biru dan udara pagi yang segar, pemandangan menyejukkan dari teh nida juga, walaupun pakaian olah raganya cukup tertutup namun dapat kulihat sedikit lekukan di dada dan pantatnya, namun sayang sekali aku tak membawa ponsel saat itu.





Teh nida mengenakan pakaian putih garis hitam dan celana olah raga putih yang terlihat serba panjang.



“kok bengong gas?”





“gapapa teh”





“yaudah bareng yu”





“boleh teh, tumben olah raga”





“iya nih, jarang gerak soalnya, mumpung lagi libur jadi maksain biar keringetan”





“yah kok kita sepemikiran sih jangan jangan...”





“jangan jangan apa?”





“jodoh hahahah”





“jodoh apaan, teteh udah punya jodoh ya”





“yeee, jarang pulang juga”





“dari pada gapunya wek haha”





“menusuk sih kalimatnya “





“haha maaf maaf udah yuk jalan ke arah danau yuk”





“ayo teh”





Kami sedikit berlari menuju danau taman olah raga, entah kenapa aku kalah sama teh nida, Cuma beberapa meter saja berlari aku merasa pengap sekali. Aku tak kuat mengejar teh nida yang langkah kakinya cepat sekali, ternyata dia tak selemah itu.





“dih kalah sama yang tua”





“iya nih aku belom sarapan”





“ah itu mah bukan masalah sarapan”





“terus apa”





“kamu sering nyabun aja kali”





“emang teteh tau nyabun?”





“taulah, suami haha”





“enggak lah teh, aku kan akhir bulan ini sama teteh terus”





“ya berarti kamu emang badan aja yang gede, isinya lemah hahaha”





“kalo lari mah lemah teh, kalo di kasur mah kuat”





“kuat tidur sampe siang? Haha”





“iya itu maksudku haha”





Akhirnya kami sampai di danau, cukup banyak orang disana, beberapa orang terlihat berlari mengelilingi danau buatan itu, aku dengan teh nida duduk di kursi panjang sambil membahas jadwal kami keluar kota selanjutnya, karena jadwal masuk kuliahku masih 2 bulan lagi aku menyanggupi jadwal itu, bahkan kalau harus keliling indonesia aku siap.





Kemudian kami berjalan mengelilingi danau, melangkahkan kaki agar uratnya tak kram, ada beberapa keliling kami berputar sampai akhirnya kami berhenti di bawah pohon yang cukup rindang, teh nida mulai menceritakan keluh kesahnya dengan profesinya, namun dia memutuskan menerima semua takdir tuhan dan menikmati apa yang dia punya sekarang, aku sedikit memujinya karena ketabahan dan keuletannya.





Setelah itu aku juga mulai curhat padanya, mulai dari aku yang susah punya pacar dan sulit bergaul dengan lawan jenis, dia sedikit memberi tips padaku kalau mau punya pacar.





“... ya gitu gas, yang penting buat dia nyaman, puji dia dikit, biasanya cewe suka dipuji”





“teteh cantik”





“dih langsung praktek”





“tapi aku serius deh teh, teteh cantik”





“iya makasih gas, udah tua masih dibilang cantik”





“ya mau gimana lagi, kalo emang cantik masa aku bilang jelek”





“udah ah jangan godain teteh, godain yang lebih muda aja sana”





“ih tapi aku sukanya yang lebih tua hahaha”





“biar apa? Ambil duitnya, teteh gapunya duit”





“dih aku gak matre kok teh, mau?”





“bener emang kata temenku, berondong mulutnya emang manis”





“yaudah sini cium”





“ngimpi wek, udah ah yuk pulang”





Kami berjalan pulang, aku sengaja berjalan di sampinya sambil mencari topik pembicaraan, entah kenapa aku merasakan teh nida berjalan pelan, akupun yang merasa menikmati momen itu berjalan pelan agar kami lama sampai rumah.





“teh ini tangannya kenapa?” aku mengambil tangan kanannya sambil melihat jari teh nida.





“ehm.. itu kemarin luka pas motong buah naga”





“galak banget sih buahnya, lagian teteh belinya buah naga”





“udah ah gapapa, cari kesempatan aja kamu ya ih” teh nida mencoba menarik tangannya





“ih kali kali atuh teh, suami teteh kan lagi gada hehe” dia melemaskan tangannya ketika aku pegang.





“dasar berondong mesum”





“salah teteh juga itu mah pake beli buah naga, jadi aku perhatian kan sekarang”





“terus teteh harus beli buah apa?”





“beli hewan aja atuh”





“dih buat apa?”





“ya dikonsumsi”





“hewan apa emang?”





“ular kasur”





“awhhhhh” dia mencubit pipiku





Kami bergandengan tangan sampai di gerbang rumah teh nida, sebelum dia menutup gerbang rumahnya, dia menatapku dan senyum manis, oh tuhan sepertinya aku jatuh cinta.





Seminggu kemudian, putaran roda membawa kami ke berbagai daerah di negeri ini, aku sangat bersyukur bisa menjelajahi sebagian negeri ini, aku menemukan ratusan wajah yang baru, dapat kurasakan dimanapun aku berada aku merasakan seakan itu rumah, para warga yang ramah membuat aku senang pergi kemanapun.





Kini aku merasa tak malu kalau mau memegang tangan teh nida, walaupun kadang dia menolak, namun aku tak menyerah aku optimalkan semua kesempatan yang ada.





Sampai suatu ketika ketika kami masuk ke jalan tol, kami menuju kota tujuan selanjutnya. Sore redup itu kemudian dihujani air langit yang lumayan deras, beberapa kilo meter kemudian antrian mobil terlihat. Sepertinya ada kecelakaan sehingga kami dan rombongan lainnya terjebak macet, dan saat itu kami hanya bisa menunggu dalam mobil, hujan yang turun membuat suasana makin sendu.





Aku mulai bergerilya, tangan kiriku perlahan mendekat ke tangan kanan teh nida yang sedang duduk sambil menelpon seseorang di tangan kirinya. Pegangan tanganku padanya tak dia tepis, aku mulai merasakan akan mendapat lampu hijau, tangannya hangat sekali, dapat terasa hangatnya di suhu ruangan yang cukup dingin dalam mobil itu.





Walau pun teh nida sudah selesai menelpon seseorang itu, dia masih membiarkan aku memegang tangannya, aku mulai nekat, aku sudah tak peduli dia menolak atau tidak, aku melai sedikit menarik tangannya ke arahku, sehingga badannya juga ikut mendekat. Kami saling bertatapan, aku memberanikan diri mendekatkan wajahku padanya, aku kira dia akan menolak, tapi dia malah memejamkan matanya, dan cups...





Aku mencium bibirnya, tak lama kemudian dia membalas ciumanku juga, lampu hijau sudah terang menyala, instingku berkata aku tak boleh buru buru, aku harus bersabar, kami mulai berciuman dengan lidah, teh nida dengan sukarela membuka bibirnya membiarkan lidahku masuk, hangat sekali.





Namun aku takut ada orang yang melihat dari depan sehingga aksiku sore itu tidak lama, namun setelah itu suasana menjadi kikuk, aku jadi tak berani ngobrol dengannya kalau dia tak betanya lebih dulu.
 










SENSASI MILF



NO.3

Ciuman pertama itu membuat aku semakin berani kepadanya, namun aku juga tahu diri, tak mungkin aku melakukannya lagi siang bolong, karena aku tahu akan besar resikonya diketahui orang lain, aku terus menunggu momen itu, namun dewi perselingkuhan belum memegang tanganku, aku terus mencoba bersabar.





Kami sampai di penginapan sederhana di pinggir kota, kami menyewa 2 kamar, kamar untuk para pria jumlahnya 4 pria bersamaku, sedangkan kamar khusus untuk teh nida, karena hanya dia perempuannya sendiri.





Jam 8 malam aku mulai mempersiapkan rencanaku, aku mandi sebersih mungkin. Setelah itu aku mengenakan pakaian yang cukup rapi, sedikit aku semprotkan parfum yang wangi.





Aku aku mengambil kunci mobil dan ke parkiran, kubuka kunci mobil itu dengan remot otomatis. Aku masuk ke mobil, aku ambil ponsel teh nida yang telah kusembunyikan sejak sore tadi, sebelum keluar mobil aku benar benar menyiapkan diri akan apapun yang bisa saja terjadi.





Setelah kuyakinkan hatiku, aku keluar dari mobil dan menguncinya kembali. Aku masuk penginapan itu dan segera naik tangga ke lantai 3, memang cukup mendebarkan ketika aku sedikit demi sedikit melangkahkan kaki meniti tangga kayu tersebut. Lampu di lorong itu cukup redup, membuat hatiku makin sendu.





Aku berdiri di pintu kamar teh nida dan menarik nafas dalam dalam.





Tok tok tok... tok tok tok



Cklek pintu dibuka, nampak teh nida manis sekali dengan pakaiannya.





“eh ada apa gas?”





“ini teh hp tetek ketinggalan di mobil”





“aduuuh makasih banget gas, dari tadi buka buka tas tak ketemu, pantesan”





“iya teh, boleh aku masuk sebentar?”









POV NIDA

Aku tak tahu kenapa, aku seakan tak mau menolak permintaanya, mungkin karena sudah cukup lama aku tak mendapatkan perhatian dari seorang pria, dan bagas datang disaat aku haus belaian itu.





Aku hanya mundur 2 langkah, dan tentu pintu itu bergeser membuat bagas bisa masuk. Aku tak menyangka dia bisa senekat itu, namun entah kenapa aku membiarkannya, aku tak merasa marah ataupun senang, aku hanya penasaran apa yang akan dia lakukan setelah masuk ke kamarku itu.





“Berondong itu sering kasih kejutan tak terduga loh nid, fantasi mereka susah ditebak”





Masih kuingat kalimat itu, kalimat yang diucapkan oleh maya temanku yang sering punya hubungan spesial dengan para lelaki muda yang baru dewasa.





Bagas sudah ada di depanku, kami saling berhadapan, tangan bagas perlahan menutup pintu kamar penginapan itu. Tanpa aku duga dia memegang kepalaku dengan kedua tangannya, dan cups...





Kami berciuman.





Aku membalas ciumannya, lidah kami saling bertukar liur yang hangat, dapat tercium aroma mulutnya yang wangi sehingga membuat ciuman kami semakin hangat.





Bagas menyudutkanku didinding, punggungku merapat ke tembok, sedangkan ciuman kami semakin liar, lidanya menerobos mulutku, aku membiarkannya menjamah mulutku, rasanya nikmat, bagas mengangkat kedua pahaku ku pinggangnya, sehingga kini aku menggantung di badan bagas, tangannya mulai meraba pantatku dengan gemas sambil ciuman kami masih bertautan, oh tuhan aku rindu dibuai nafsu pria.





Cukup lama dia menjamah bibir dan pantatku, lalu dia memangku badanku lalu merebahkan badanku di kasur empuk penginapan itu. Tindakannya tak bisa aku bayangkan, dia langsung menarik celana innerku sampai lolos melewatik kaki, dari kaki dia mulai menciumi bagian bagian tubuhku yang masih putih mulus.





Ciumannya naik ke betisku, pahaku dan kepalanya berhenti seakan mencium aroma vaginaku, masih tanpa kata, hanya eranganku yang mulai memenuhi ruangan itu karena bagas sudah melepaskan celana dalamku dan aku tidak tahu dia melemparkannya kemana.





Lidahnya menjilati vaginaku yang mulai basah, tangannya sedikit menahan kangkangan kakiku yang mulai menghimpit kepalanya.





“emmmmphh.... akhhhhh... aaaaaah...”





Nikmat sekali, buaian lidah basahnya menjilati titik sensitifku dan sedikit menggigitnya, aku hanya bisa terlentang menikmati permainan lidahnya, tanganku sudah tak karuan seakan mencari pegangan kesana kemari, badanku sudah mulai hangat menandakan aku sudah terangsang dengan permainan lidah bagas, nikmat sekali, sampai aku merasakan tubuhku mengejang tak tertahan dan tanganku memegang sprei kasur sampai kusut, aku kesulitan bernafas, namun ada sebuah nikmat yang berkumpul dalam diriku yang berpusat pada sekitar alat kelaminku.





Deg





Tiba tiba aku teringat anakku yang paling kecil, dia masih menyusu padaku, entah kenapa saat itu semua nafsu duniawi hilang, aku teringat azab tuhan yang akan menimpaku kalau aku berzinah.





Aku mendorong wajah bagas dari depan vaginaku yang masih mengangkang. Kami saling bertatapan, perlahan aku menggelengkan kepalaku padanya. Aku bangun dari tempat tidur itu dan segera membukakan pintu kamar, seakan mengerti bagas bangun dan segera keluar kamar tanpa sepatah katapun.





Tuhan maafkan aku.





Aku merasa sangat berdosa, namun dalam sisi lain aku juga merasa bernafsu tadi, sudah 3 bulan lebih suamiku di sumatra karena pekerjaannya, sehingga selama 3 bulan itu dahaga syahwatku tak bisa terpenuhi.





Aku memejamkan mata memaksakan diriku agar tidur, berharap semua syahwat itu tenggelam seiring hilangnya kesadaranku.





Beberapa kegiatan berlalu tanpa halangan yang berat,, akhirnya kami bisa pulang, sepanjang perjalanan perbincangan kami terasa akward karena sepertinya bagas masih risih dengan ingatan beberapa hari lalu. Memang sejak hari itu aku agak judes padanya dan jarang berbicara mungkin dia mengira kalau aku marah padanya, padahal aku sama sekali tak marah hanya saja moodku yang tidak enak karena sedang datang bulan.



Badanku terasa sangat lelah, tanpa sadar aku tertidur karena buaian jalan tol yang lurus seakan membuat badanku terstimulus untuk mengantuk.



Srek srek



Aku tersadar, namun aku belum membuka mataku, aku masih terpejam saat merasakan gerayangan tangan di buah dadaku, bagas?



Iya, ternyata dia, namun entah kenapa seakan aku terkaku tak bisa bergerak. Padahal saat itu aku sedang dicabuli, namun entah kenapa justru ada rasa nikmat dari sentuhan itu. Apalagi ketika usapan tangannya melewati putingku, dan perlahan aku merasakan tubuhku menjadi hangat.



Kurasa



Aku sudah terangsang, dapat kurasakan ada cairan hangat merembes ke pahaku, setelah beberapa menit bagas terus memegang buah dadaku dari balik jilbab. Aku pikir dia akan berhenti tapi ternyata tidak.



Mungkin karena malam, justru banyak bisikan, aku yang sudah terangsang memutuskan untuk melabrak bagas saja sebagai tegurannya.



“hemmmm aaah” aku menggerakkan badanku seolah memberi kode akan bangun.



Sontak bagas menarik tangannya saat itu.



“ehm.. udah sampai ya?”



“eh ii iya udah teh”



“jam berapa ini”



“jam set 2”



“lama juga yah”



“teteh tidur nya lelap banget”



“hem... gas, karena teteh tidur bukan berarti kamu boleh kurang ajar ya”



Aku langsung menangkap wajah bagas yang kaget dengan ucapanku itu.



“a.. aa. Apa teh?”



“kamu pegang pengang kan?” aku memasang wajah marah padanya



Dia diam saja sambil menunduk



“ngaku gak?”



“maaf teh maaf aku khilap teh”



“kurang ajar kamu” aku menaikan nadaku terdengar marah



“maaf teh maaaf tolong maafin aku” dia menunduk mencium tanganku dan memohon maaf berkali kali.



‘diem, jangan nangis”



“iya maaf teh”



“liat saya” bentakku pelan padanya



Dia menatapku dengan wajah bersalah.



“kamu pegang apa tadi?”



“itu... dada teteh”



Plak, cukup keras aku menamparnya sampir terdengar suara tamparan itu, dia hanya dia menerima tamparanku seakan menerima hukuman dariku.



Plak plak plak



“maaf teh maaf”



“lihat saya” dia menatapku sambil menangis meminta maaf



Kami saling bertatapan, perlahan aku merubah ekspresi wajahku yang raut marah menjadi biasa.



Cuupppps



Aku mencium bagas, dia awalnya tidak merespon, kemudian aku merobos bibirnya dengan lidahku barulah dia membalas ciumanku, bak kucing yang diberi ikan dia langsung memegang kepalaku dan mencium rakus, tangannya mau meremas dadaku, namun aku menepisnya, kami berciuman cukup lama.



“udah, parkirin mobilnya, teteh tunggu di kamar, jangan berisik ya, takut anak anak bangun”



“iya teh”



Aku langsung keluar dari mobil dan senyum senyum sendiri. Rasanya puas sekali mengerjai bagas. Aku masuk ke rumah dan melihat semuanya sudah tidur, termasuk pembantuku yang ketiduran di ruang tv, aku langsung ke kamar saja, aku ke toilet karena mau pipis, aku cucii bersih vaginaku dengan sabun wangi.



Saat aku keluar dari kamar mandi bagas sudah menunggu di dalam kamarku.



“pintunya udah dikunci?” tanyaku



“udah teh”



Cupssss, kami langsung berciuman, aku biarkan dia mengambil alih, kubiarkan semuanya terserah dia.



Dia mencium bibirku dengan rakus, jam malam memang membuat pikiranku sepertinya sudah hilang, namun sudah aku putuskan akan kunikmati malam ini dengan dia.



Dia mendorongku duduk di tepi kursi, lalu mengangkat dia melepaskan celanaku luar dalam



“emmmp aaah enak gas terus aaaaaah” bagas mulai menjilati vaginaku yang sudah aku cuci dengan sabun wangi khusu vagina tadi.



“aaaaaah emmmmmps aaaaah oooouwh” aku blingsatan merasakan jilatan lidahnya yang liar, nikmat sekali.



aku mengacak ngacak rambut bagas karena sudah tak tahan



“aaaaaaahhhhhh aaaaaah eemmmmmphhh.... egh.. ah... ah... ahhhhhh” aku kejang mendapatkan orgasme.



Ketika aku orgasme, tanpa aku sadar bagas sudah telanjang, dia sudah siap memasukkan batangnya ke liang surgaku, namun aku menahannya, aku membalikkan kedudukan, aku tidurkan dia diatas ranjang, lalu aku oral batangnya yang sudah tegang panas, besar juga ternyata, mungkin ada 17cm aku perlahan menjilati dari pelirnya sampai kepala kontol itu.



Bagas menahan kepalaku, aku kira dia sudah tak tahan akan muncrat.



Aku paham, aku langsung membuka semua pakaianku, namun bagas menahanku ketika akan melepaskan jilbabku, aku paham, karena suamiku juga begitu,sejak aku berhijrah dia senang kalau aku memakai jilbab lebarku ketika berhubungan intim.



Bagas langsung menindihku, kami berciuman, kurasakan kontolnya sudah didepan pintu liang surgaku, dan perlahan kontolnya masuk, aku mendesah nikmat, dia mencium keningku dengan lembut.



“aaah... aaah.. aah aaauuh. Ooow terus gas”



“enak teh?”



“enak banget gas, kontol kamu enak banget”



Bagas terus menggerakkan pinggulnya dengan berbagai ritme, membuatku kelonjotan beberapa kali



Riak peraduan kelamin kami terdengan jelas, mungkin vaginaku mengeluarkan cairan yang banyak, sehingga suaranya keras seperti itu, kasur yang empuk membuat bagas semakin terbantu menikmati tubuhku.







Beberapa menit berlalu kontolnya keluar masuk lebih cepat ke dalam memekku, au rasa bagas akan muncrat, spontan aku langsung melingkarkan kakiku ke pinggangnya dengan erat, dan benar saja dia mengerang dan memuncratkan spermanya dia dalam.



“banyak banget ih”



“buat teteh itu, biar jadi anak kita”



“aamiin” ucapku sambil senyum



Tidak sampai disana, setelah itu dia menyusu padaku, seperti anak kelaparan, lalu kami bergumul lagi, aku tak heran dia seperti itu, dulu awal aku menikah dengan suami, dia juga bisa keluar sampai 5 kali, mungkin karena baru pertama kali menikmati surga dunia, bahkan aku sampai tertidur karena sudah sangat lelah, namun aku biarkan saja bagas meratah badanku semaunya. Saat bangun aku kaget karena ada cairan lengket di wajahku, aku hanya tersenyum karena tau itu bau sperma, disampingku bagas tertidur dengan lelapnya.
 
Terakhir diubah:
ah milf memang enak suhuuu.ada sensasi beda gitu
ditunggu updatenya lagi
penasaran 2 bulan kedepan kejadian pa lagi
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd