Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH DESI, SI PRIMADONA KAMPUNG

Terjerat; atau Kesepian?

***

Rohman di rumah tampak mengkhawatirkan Desi dan Sapto yang tak kunjung datang. Apalagi mereka tidak mengangkat telepon dari Rohman. Berulang kali Rohman menelepon tapi tidak ada jawaban. Rohman takut terjadi sesuatu pada mereka berdua karena baru saja turun hujan lebat.

Tapi tak lama berselang, Desi dan Sapto datang. Rohman seketika senang melihat kehadiran mereka.

“Tadi di sana sempat hujan, Mas. Deres banget.” kata Desi pada Rohman. “Di sini hujan juga kan?”

“Iya.” jawab Rohman. “Makanya aku khawatir banget. Takut ada apa-apa.”

“Ngga kok, Mas. Tenang aja.” sahut Sapto.

Namun sejujurnya bukan soal keselamatan mereka yang dikhawatirkan Rohman, tapi sesuatu yang lain. Rohman takut mereka berdua bermain gelap di belakangnya, meskipun ia tahu istrinya tak akan mengkhianatinya. Ia percaya pada istrinya. Apalagi Sapto juga sudah menjadi sopir dan pesuruh kepercayaannya.

Tapi yang namanya rasa curiga tetaplah ada biar bagaimanapun. Sapto juga seorang laki-laki normal dan bisa dibilang masih sebaya dengan dirinya. Rohman takut Sapto bertindak kurang ajar dan Desi tak bisa melawan. Atau lebih parahnya, justru Desi yang tergoda pada Sapto.

Sebisa mungkin Desi dan Sapto pun tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan. Mereka telah merapikan penampilan mereka agar Rohman tak curiga. Baju dan rambut mereka sudah tampak rapi seperti semula.

Benar saja, melihat mereka, Rohman jadi segera membuang jauh-jauh pikiran buruknya. Sayangnya, Rohman justru telah dibohongi. Meski penampilan luar mereka tampak biasa, tapi Rohman tak tahu bahwa CD yang mereka kenakan masih basah dengan cairan senggama masing-masing.

***

Kejadian di kebun beberapa hari lalu membuat Sapto selalu bernafsu setiap melihat Desi. Bahkan nyaris setiap malam ia selalu memimpikan Desi. Setiap kali akan tidur, untuk memuaskan hasratnya, ia melakukan masturbasi sambil membayangkan tubuh indah Desi.

Berhari-hari, mereka malah tak pernah punya waktu berdua sama sekali. Padahal Sapto sudah menantikan untuk bisa mengulang momen itu. Demi sedikit memuaskan hasratnya Sapto pun memberanikan diri untuk mengirim pesan WA pada Desi.

“Hai, mbak. Kangen nih.” kata Sapto membuka obrolan.

Dan yang mengejutkan, ia mengirim foto selangkangannya yang sedang ia elus-elus dengan tangannya. Ia hanya mengenakan CD.

Tak lama, Desi membalas, “Nakal.”

“Tapi mbak suka kan?” canda Sapto. “Ga ke kebun lagi?”

“Ngga. Takut diperkosa lagi.”

“Habis enak sih, mbak. Hehehe. Mau lagi jadinya.”

“Pake kondom ya.”

Melihat jawaban Desi, Sapto menjadi girang. Jawabannya seperti memberi angin segar padanya untuk bisa mengulang kejadian di kebun. Saat itu juga buru-buru Sapto pergi ke swalayan kampung untuk membeli kondom. Dalam pikiran Sapto, tak masalah menggunakan kondom yang penting bisa menikmati tubuh Desi.

Pagi-pagi sekali, suatu hari, Desi bangun tidur dan pergi ke dapur. Ia mengambil air segelas dan meminumnya. Jumi, pembantu di rumah itu, sedang ke pasar bersama Pak Burhan dan Bu Sulastri, mertua Desi. Sedangkan Rohman sendiri masih tertidur pulas.

Desi duduk di kursi sambil menghabiskan airnya. Ia terbayang kejadian semalam di kamarnya: Rohman mengajak Desi bercinta. Sebagai istri ia menuruti kemauan suaminya itu. Tapi tak sampai 10 menit, Rohman sudah mencapai orgasmenya. Sementara Desi masih belum mencapai puncaknya. Rohman pun langsung kelelahan.

“Gak minum jamu dulu ya, Mas?” tanya Desi.

“Keburu nafsu duluan sama kamu.”

Selanjutnya mereka tidur. Rohman tampak puas, sedangkan Desi menahan birahinya yang tertunda.

Lalu ia teringat Sapto yang sempat memberikan kepuasan bagi Desi. Desi beranjak dari kursi untuk kembali ke kamarnya. Saat hendak keluar dari dapur, begitu melewati ruang makan, Sapto menarik tubuh Desi dan menyuruhnya diam: memberi isyarat dengan jarinya. Sapto langsung menempelkan tubuh Desi ke dinding. Mereka saling berhadap-hadapan.

“Sap, ada orang.” kata Desi pelan.

“Sttt. Lagi sepi, mbak. Ayo ikut saya.”

Sapto menuntun Desi keluar menuju ke bagian belakang rumah. Sapto menengok kanan kiri untuk memastikan kondisi aman. Desi tanpa pikir panjang lansung menerima ajakan Sapto. Entahlah bagaimana bisa ia menuruti perintah pesuruhnya itu. Mereka menuju ke sebuah gudang. Sebuah gudang yang letaknya terpisah dari rumah.

“Sap, mau ngapain?” tanya Desi saat sudah berada di dalam gudang.

“Aku sudah ngga tahan, mbak.”

Sapto langsung menerkam Desi. Ia menempelkan kembali Desi ke tembok. Langsung diciuminya bibir Desi dengan ganasnya. Desi juga tak butuh waktu lama untuk ikut dalam arus birahi Sapto. Ciuman Sapto pun langsung ia balas. Mereka jadi saling memagut bibir satu sama lain. Barangkali Desi terpengaruh kejadian semalam: birahinya tertunda.

Tangan Sapto mulai menggerayangi tubuh Desi terutama di bagian dadanya. Desi saat itu hanya mengenakan daster pendek sampai lutut bergambar Hello Kitty. Sapto merasa bahwa majikannya itu tidak mengenakan BH karena baru sebentar saja puting susunya sudah mencuat.

Ciuman Sapto turun ke leher Desi. Ia menciumi Desi dan juga menjilati bagian belakang telinganya. Desi paling tak bisa dirangsang pada bagian itu. Juga napasnya yang mendengus memberikan sensasi geli di leher dan tangkuk Desi. Tangan Desi, tanpa disuruh, juga langsung menggenggam selangkangan Sapto yang mulai mengeras. Sapto mengenakan celana pendek – sampai di atas lutut – berbahan kain. Bahkan ia tak ragu untuk memasukkan tangan kanannya ke dalam celana pendek Sapto. Tentu saja, kontolnya sudah mengeras.

Sapto tak mau kalah, dengan kedua tangannya ia mengangkat daster Desi untuk melepaskannya. Desi mengakat kedua tangannya agar memudahkan Sapto. Seketika Desi pun bertelanjang di hadapan Sapto dan hanya tersisa CD berwarna merah muda. Tanpa basa-basi, mulut Sapto mencaplok payudara Desi.

“Mmpphhffff.....” Kedua payudara Desi ia sedot secara bergantian.

Tangan Desi masih berada di dalam celana Sapto. Mengocok kontol Sapto yang kian mengeras.

“Sap....ahh...aahhh...”

Desi mendesah saat lidah Sapto menari-nari di atas putingnya. Sesuatu menjalar ke selangkangan Desi dan membuat birahinya naik.

Sapto membuka kaos yang dikenakannya begitu juga celana pendeknya. Ia pun jadi bertelanjang bulat. Kini Desi bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana tubuh Sapto.

Sapto menuntun Desi untuk rebah di atas lantai yang sudah dilapisi kardus.

“Sap... Aku takut!” seru Desi. “Gimana kalo suamiku mencari?”

“Ga akan kok, mbak.”

“Bapak ibu nanti juga datang gimana?”

“Tenang aja, mbak.”

Desi begitu saja percaya pada Sapto. Ia langsung merebahkan diri di atas tumpukan kardus. Sapto langsung menarik CD Desi dan tak butuh waktu lama kini majikannya itu juga sudah bertelanjang bulat.

Ah, betapa indah pemadangan di hadapannya. Memek Desi merekah seolah siap untuk diterkam. Sapto membuka paha Desi lebih lebar lagi. Kemudian Sapto menunduk dan kepalanya masuk di antara dua paha Desi.

“Mau apa, Sap?” Tiba-tiba Desi mencegah.

“Mbak, tenang aja. Gapapa kok.”

Tapi ia termakan rayuan Sapto dan membiarkan Sapto melanjutkan keinginannya.

Tak lama, sesuatu yang basah menempel di memeknya. Ah, rupanya mulut Sapto sudah berada di sana: mengecup memeknya yang harus diakuinya sudah basah.

Sebelumnya Desi juga pernah melakukan hal serupa. Tidak, bukan dengan Rohman Desi melakukannya pertama kali. Melainkan dengan Eko, mantan kekasihnya, meskipun tak sampai berhubungan intim. Sedangkan dengan Rohman, ia juga pernah melakukannya tapi jarang. Rohman adalah orang yang cenderung bermain tanpa 'foreplay” terlebih dahulu.

Kini Sapto coba memainkan lidahnya di memek Desi: menyibak bibir memeknya dan memainkan klitorisnya.

“Ahh...ahh...sshh...” Desi pun mendesah. Wanita mana yang tak akan mendesah mendapat perlakuan seperti itu?

Tangan Desi memegangi kepala Sapto yang kian terbenam di selangkangannya. Desi sendiri makin mengangkat pantatnya agar permainan lidah Sapto makin dalam masuk ke memeknya.

“Sappp....uuu...daahhh....”

Tapi Sapto tak mendengarkan ucapan Desi. Ia terus saja mengaduk-aduk memek Desi dengan lidahnya. Bahkan ia juga memberi sedikit tarian lidah kecil pada klitoris Desi dan Desi pun menggelinjang tak karuan.

“Sappp....oohh....”

Pantat Desi bergoyang-goyang menerima kenikmatan itu. Bahkan posisinya terus semakin meninggi. Hingga tak lama, kepala Sapto ia pegang kuat-kuat dan ia melenguh panjang.

“Ooohhh.....Sapp....”

Sapto merasakan ada banyak cairan yang keluar dari memek Desi. Ia tahu bahwa Desi sudah orgasme. Ia lalu mengangkat wajahnya dan bibirnya sudah penuh dengan cairan milik Desi. Lalu ia bersihkan dengan kaosnya.

Desi memejamkan matanya dengan nafas terengah-engah. Pahanya masih terbuka lebar. Sapto yang tampak bernafsu, mengarahkan kontolnya ke memek Desi.

Mulanya Sapto menggesek-gesekkan kepala kontolnya ke memek Desi untuk memberi rangsangan. Desi sesekali menggelinjang saat kepala itu menyentuh klitorisnya. Kemudian Sapto mulai mendorong kontolnya masuk.

Namun, entah kenapa, seketika Desi menutup pahanya dan mencegah tindakan Sapto. Ia mendorong Sapto. Sapto sendiri terkejut.

“Sap, udah. Aku takut ketahuan.” kata Desi.

“Ngga kok, mbak. Tenang aja.”

“Udah, Sap. Cukup.”

“Tapi, mbak, tanggung....” kata Sapto sambil memegang kontolnya yang menegang.

Desi berdiri dan meraih pakaiannya. Kemudian ia mengenakannya kembali. Sapto hanya terdiam tak menyangka bahwa harapannya sirna.

“Biar aku kocok saja ya.” kata Desi setelah berpakaian kembali.

Ia menghampiri Sapto lalu berjongkok di hadapan Sapto yang berdiri. Kontol Sapto tepat berada di depan wajahnya. Tangan Desi lalu meraih kontol yang sudah tegang itu. Dengan gerakan lihai, ia pun mulai mengocok.

“Ahh...ahh...” Sapto mendesah.

Desi tampak lihai sekali melalukan kocokan pada kontol Sapto. Kocokannya pun makin lama makin cepat. Tangan Desi juga merasakan bahwa kontol itu makin mengeras.

“Mbak, dikulum dong.” pinta Sapto. Tapi Desi jelas menolak.

Sebelumnya Desi memang tak pernah melakukan oral seks bahkan pada suaminya. Rohman berulang kali meminta tapi Desi tak pernah mau. Entah apa alasannya.

Desi menambah tempo kocokannya karena tahu bahwa Sapto akan segera sampai. Namun, dugaannya salah. Desi harus terus mengocok lebih lama lagi karena Sapto tak kunjung memuncratkan spermanya.

Coba kalau Rohman, pasti sudah keluar sejak tadi, kata Desi dalam hatinya.

Karena tak kunjung sampai, Desi mengganti kocokannya dengan tangan kirinya. Sapto masih saja tak menunjukkan tanda-tanda apapun.

“Kok belum keluar?” tanya Desi.

“Ga tau, mbak. Mungkin sambil lihat Mbak Desi telanjang.”

Demi segera menuntaskan janjinya, Desi kembali bertelanjang dan menyisakan CD-nya saja. Sapto kemudian menyuruhnya berdiri. Kedua tangan Sapto mulai memainkan payudara Desi. Sedangkan Desi masih terus mengocok dalam posisi berdiri.

Tak puas dengan hanya payudara, Sapto mencium bibir Desi. Mereka kembali hanyut dalam birahi yang panas. Mulut mereka berpagutan. Lidah mereka saling beradu. Bahkan saking panasnya, Sapto tak tahan untuk tidak menyentuh memek Desi dengan tangannya. Kembali ia mengacak-acak memek itu dengan jemarinya.

Kocokan Desi semakin cepat. Paha Sapto juga tampak mulai mengeras. Sapto juga melepas ciuman di bibir Desi.

“Ahh….aahhh….ahhh…..” desah Sapto. Lalu tak lama kemudian, kontolnya berkedut-kedut beberapa kali. Spermanya muncrat. Crot crot crot.

Desi mengambil kaos Sapto untuk membersihkan tangannya dan kontol Sapto yang penuh dengan sperma. Pemandangan Desi yang membersihkan kontolnya, bagi Sapto, sangatlah langka. Ia seperti merasa menjadi suaminya.

Setelah bersih, Desi mengenakan kembali pakaiannya dan segera meninggalkan gudang itu. Sebelum keluar, ia melihat-lihat terlebih dahulu kondisi di luar. Saat semuanya sudah memungkinkan, ia pun segera keluar dan menuju dapur. Sampai di dapur, masih tak ada siapa pun.

Ia kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar, suaminya sudah terbangun dan terlihat sedang menonton televisi. Desi agak terkejut apalagi saat ditanya dari mana.

“Eh, dari dapur, Mas.” jawab Desi.

“Oh, bantu Jumi masak?”

“Ngga. Jumi aku cari tidak ada. Mungkin masih ke pasar.”

Syukurlah tak ada pertanyaan lagi dari suaminya itu. Ia pun segera masuk ke kamar mandi di kamarnya.

Di dalam kamar mandi, ia menelanjangi dirinya. Di depan cermin, ia melihat betapa indah tubuhnya itu. Tubuh yang seharusnya hanya untuk Rohman suaminya. Tapi kini sudah pernah ada laki-laki yang menikmatinya juga.

Sebenarnya saat di gudang tadi, bukannya ia tak bernafsu ataupun takut ada orang yang datang. Tidak. Itu hanya alasan Desi. Tiba-tiba bayangan Rohman datang di pikirannya. Desi pun tiba-tiba saja tidak yakin untuk mengulang kejadian di kebun kemarin. Meski semalam ia dibuat kecewa oleh suaminya, tapi ia sendiri takut bagaimana jika kelak ia ketagihan untuk mendapat kepuasan dari Sapto atau laki-laki lain.

Tapi harus ia akui bahwa di dalam lubuk hatinya, ia menjerit-jerit ingin mendapat kepuasan dari Sapto.

Sementara Sapto yang keluar dari gudang tampak sedikit kecewa. Meskipun sudah mendapat kocokan dari Desi tapi bukan itu yang ia harapkan melainkan menikmati kembali memek Desi. Ia meraba kondom di celana pendeknya yang sudah ia siapkan.

Ketika Desi melamun di depan cermin dalam posisi telanjang, tiba-tiba ia punya inisiatif untuk menggoda suaminya. Ia pun keluar kamar mandi dan menuju suaminya.

Rohman terperangah melihat Desi yang menghampirinya dengan tak mengenakan apapun.

“Mandi yuk, sayang.” ajak Desi.

Rohman berdiri menerima ajakan Desi. Sesampainya di kamar mandi, Desi melucuti sarung dan kaos yang dikenakan Rohman. Rupanya Rohman tak memakai CD. Tampaklah kontolnya yang mulai menegang.

Mereka kemudian mulai mandi bersama. Saling menyabuni satu sama lain. Desi menyabuni kontol Rohman dan Rohman menyabuni memek Desi. Keduanya saling mendesah.

Tapi di tengah perjalanan, Rohman lebih dulu memuncratkan spermanya. Crot crot crot. Seketika kontolnya langsung lemas. Desi, dengan menyembunyikan kekecewaannya, membersihkan kontol Rohman.

Malam harinya, Sapto mengirim pesan WA pada Desi menanyakan soal kejadian di gudang.

“Ngga aman, Sap. Aku takut.”

“Tapi aku pengin, mbak. Aku udah siap kondom kok.” jelas Sapto yang menduga Desi tak mau karena takut hamil.

“Lain kali aja.”

“Di kebun lagi?”

Desi tak membalasnya. Sapto sepertinya sudah mulai ketagihan akan hubungannya dengan Desi. Itulah yang Desi takutkan. Ia takut tak bisa keluar dari jerat perselingkuhan. Ancamannya adalah keutuhan rumah tangganya. Tapi di sisi lain ia bingung: harus membuang kesempatan untuk meneguk kepuasan dari Sapto.

***

Suatu siang, kecelakaan terjadi di rumah mereka. Bu Sulastri terjatuh di kamar mandi dan tidak sadarkan diri. Mereka pun membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

Dokter pun memutuskan agar Bu Sulastri dirawat inap untuk memudahkan mengontrol kondisinya. Pak Burhan dan Jumi yang bertugas untuk menjaganya. Sementara Rohman dan Desi tetap di rumah mengurus bisnis.

Bersambung
 
Mantab update nya hu.. kasian sapto dikentangin... 😋
 
Terjerat; atau Kesepian?

***

Rohman di rumah tampak mengkhawatirkan Desi dan Sapto yang tak kunjung datang. Apalagi mereka tidak mengangkat telepon dari Rohman. Berulang kali Rohman menelepon tapi tidak ada jawaban. Rohman takut terjadi sesuatu pada mereka berdua karena baru saja turun hujan lebat.

Tapi tak lama berselang, Desi dan Sapto datang. Rohman seketika senang melihat kehadiran mereka.

“Tadi di sana sempat hujan, Mas. Deres banget.” kata Desi pada Rohman. “Di sini hujan juga kan?”

“Iya.” jawab Rohman. “Makanya aku khawatir banget. Takut ada apa-apa.”

“Ngga kok, Mas. Tenang aja.” sahut Sapto.

Namun sejujurnya bukan soal keselamatan mereka yang dikhawatirkan Rohman, tapi sesuatu yang lain. Rohman takut mereka berdua bermain gelap di belakangnya, meskipun ia tahu istrinya tak akan mengkhianatinya. Ia percaya pada istrinya. Apalagi Sapto juga sudah menjadi sopir dan pesuruh kepercayaannya.

Tapi yang namanya rasa curiga tetaplah ada biar bagaimanapun. Sapto juga seorang laki-laki normal dan bisa dibilang masih sebaya dengan dirinya. Rohman takut Sapto bertindak kurang ajar dan Desi tak bisa melawan. Atau lebih parahnya, justru Desi yang tergoda pada Sapto.

Sebisa mungkin Desi dan Sapto pun tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan. Mereka telah merapikan penampilan mereka agar Rohman tak curiga. Baju dan rambut mereka sudah tampak rapi seperti semula.

Benar saja, melihat mereka, Rohman jadi segera membuang jauh-jauh pikiran buruknya. Sayangnya, Rohman justru telah dibohongi. Meski penampilan luar mereka tampak biasa, tapi Rohman tak tahu bahwa CD yang mereka kenakan masih basah dengan cairan senggama masing-masing.

***

Kejadian di kebun beberapa hari lalu membuat Sapto selalu bernafsu setiap melihat Desi. Bahkan nyaris setiap malam ia selalu memimpikan Desi. Setiap kali akan tidur, untuk memuaskan hasratnya, ia melakukan masturbasi sambil membayangkan tubuh indah Desi.

Berhari-hari, mereka malah tak pernah punya waktu berdua sama sekali. Padahal Sapto sudah menantikan untuk bisa mengulang momen itu. Demi sedikit memuaskan hasratnya Sapto pun memberanikan diri untuk mengirim pesan WA pada Desi.

“Hai, mbak. Kangen nih.” kata Sapto membuka obrolan.

Dan yang mengejutkan, ia mengirim foto selangkangannya yang sedang ia elus-elus dengan tangannya. Ia hanya mengenakan CD.

Tak lama, Desi membalas, “Nakal.”

“Tapi mbak suka kan?” canda Sapto. “Ga ke kebun lagi?”

“Ngga. Takut diperkosa lagi.”

“Habis enak sih, mbak. Hehehe. Mau lagi jadinya.”

“Pake kondom ya.”

Melihat jawaban Desi, Sapto menjadi girang. Jawabannya seperti memberi angin segar padanya untuk bisa mengulang kejadian di kebun. Saat itu juga buru-buru Sapto pergi ke swalayan kampung untuk membeli kondom. Dalam pikiran Sapto, tak masalah menggunakan kondom yang penting bisa menikmati tubuh Desi.

Pagi-pagi sekali, suatu hari, Desi bangun tidur dan pergi ke dapur. Ia mengambil air segelas dan meminumnya. Jumi, pembantu di rumah itu, sedang ke pasar bersama Pak Burhan dan Bu Sulastri, mertua Desi. Sedangkan Rohman sendiri masih tertidur pulas.

Desi duduk di kursi sambil menghabiskan airnya. Ia terbayang kejadian semalam di kamarnya: Rohman mengajak Desi bercinta. Sebagai istri ia menuruti kemauan suaminya itu. Tapi tak sampai 10 menit, Rohman sudah mencapai orgasmenya. Sementara Desi masih belum mencapai puncaknya. Rohman pun langsung kelelahan.

“Gak minum jamu dulu ya, Mas?” tanya Desi.

“Keburu nafsu duluan sama kamu.”

Selanjutnya mereka tidur. Rohman tampak puas, sedangkan Desi menahan birahinya yang tertunda.

Lalu ia teringat Sapto yang sempat memberikan kepuasan bagi Desi. Desi beranjak dari kursi untuk kembali ke kamarnya. Saat hendak keluar dari dapur, begitu melewati ruang makan, Sapto menarik tubuh Desi dan menyuruhnya diam: memberi isyarat dengan jarinya. Sapto langsung menempelkan tubuh Desi ke dinding. Mereka saling berhadap-hadapan.

“Sap, ada orang.” kata Desi pelan.

“Sttt. Lagi sepi, mbak. Ayo ikut saya.”

Sapto menuntun Desi keluar menuju ke bagian belakang rumah. Sapto menengok kanan kiri untuk memastikan kondisi aman. Desi tanpa pikir panjang lansung menerima ajakan Sapto. Entahlah bagaimana bisa ia menuruti perintah pesuruhnya itu. Mereka menuju ke sebuah gudang. Sebuah gudang yang letaknya terpisah dari rumah.

“Sap, mau ngapain?” tanya Desi saat sudah berada di dalam gudang.

“Aku sudah ngga tahan, mbak.”

Sapto langsung menerkam Desi. Ia menempelkan kembali Desi ke tembok. Langsung diciuminya bibir Desi dengan ganasnya. Desi juga tak butuh waktu lama untuk ikut dalam arus birahi Sapto. Ciuman Sapto pun langsung ia balas. Mereka jadi saling memagut bibir satu sama lain. Barangkali Desi terpengaruh kejadian semalam: birahinya tertunda.

Tangan Sapto mulai menggerayangi tubuh Desi terutama di bagian dadanya. Desi saat itu hanya mengenakan daster pendek sampai lutut bergambar Hello Kitty. Sapto merasa bahwa majikannya itu tidak mengenakan BH karena baru sebentar saja puting susunya sudah mencuat.

Ciuman Sapto turun ke leher Desi. Ia menciumi Desi dan juga menjilati bagian belakang telinganya. Desi paling tak bisa dirangsang pada bagian itu. Juga napasnya yang mendengus memberikan sensasi geli di leher dan tangkuk Desi. Tangan Desi, tanpa disuruh, juga langsung menggenggam selangkangan Sapto yang mulai mengeras. Sapto mengenakan celana pendek – sampai di atas lutut – berbahan kain. Bahkan ia tak ragu untuk memasukkan tangan kanannya ke dalam celana pendek Sapto. Tentu saja, kontolnya sudah mengeras.

Sapto tak mau kalah, dengan kedua tangannya ia mengangkat daster Desi untuk melepaskannya. Desi mengakat kedua tangannya agar memudahkan Sapto. Seketika Desi pun bertelanjang di hadapan Sapto dan hanya tersisa CD berwarna merah muda. Tanpa basa-basi, mulut Sapto mencaplok payudara Desi.

“Mmpphhffff.....” Kedua payudara Desi ia sedot secara bergantian.

Tangan Desi masih berada di dalam celana Sapto. Mengocok kontol Sapto yang kian mengeras.

“Sap....ahh...aahhh...”

Desi mendesah saat lidah Sapto menari-nari di atas putingnya. Sesuatu menjalar ke selangkangan Desi dan membuat birahinya naik.

Sapto membuka kaos yang dikenakannya begitu juga celana pendeknya. Ia pun jadi bertelanjang bulat. Kini Desi bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana tubuh Sapto.

Sapto menuntun Desi untuk rebah di atas lantai yang sudah dilapisi kardus.

“Sap... Aku takut!” seru Desi. “Gimana kalo suamiku mencari?”

“Ga akan kok, mbak.”

“Bapak ibu nanti juga datang gimana?”

“Tenang aja, mbak.”

Desi begitu saja percaya pada Sapto. Ia langsung merebahkan diri di atas tumpukan kardus. Sapto langsung menarik CD Desi dan tak butuh waktu lama kini majikannya itu juga sudah bertelanjang bulat.

Ah, betapa indah pemadangan di hadapannya. Memek Desi merekah seolah siap untuk diterkam. Sapto membuka paha Desi lebih lebar lagi. Kemudian Sapto menunduk dan kepalanya masuk di antara dua paha Desi.

“Mau apa, Sap?” Tiba-tiba Desi mencegah.

“Mbak, tenang aja. Gapapa kok.”

Tapi ia termakan rayuan Sapto dan membiarkan Sapto melanjutkan keinginannya.

Tak lama, sesuatu yang basah menempel di memeknya. Ah, rupanya mulut Sapto sudah berada di sana: mengecup memeknya yang harus diakuinya sudah basah.

Sebelumnya Desi juga pernah melakukan hal serupa. Tidak, bukan dengan Rohman Desi melakukannya pertama kali. Melainkan dengan Eko, mantan kekasihnya, meskipun tak sampai berhubungan intim. Sedangkan dengan Rohman, ia juga pernah melakukannya tapi jarang. Rohman adalah orang yang cenderung bermain tanpa 'foreplay” terlebih dahulu.

Kini Sapto coba memainkan lidahnya di memek Desi: menyibak bibir memeknya dan memainkan klitorisnya.

“Ahh...ahh...sshh...” Desi pun mendesah. Wanita mana yang tak akan mendesah mendapat perlakuan seperti itu?

Tangan Desi memegangi kepala Sapto yang kian terbenam di selangkangannya. Desi sendiri makin mengangkat pantatnya agar permainan lidah Sapto makin dalam masuk ke memeknya.

“Sappp....uuu...daahhh....”

Tapi Sapto tak mendengarkan ucapan Desi. Ia terus saja mengaduk-aduk memek Desi dengan lidahnya. Bahkan ia juga memberi sedikit tarian lidah kecil pada klitoris Desi dan Desi pun menggelinjang tak karuan.

“Sappp....oohh....”

Pantat Desi bergoyang-goyang menerima kenikmatan itu. Bahkan posisinya terus semakin meninggi. Hingga tak lama, kepala Sapto ia pegang kuat-kuat dan ia melenguh panjang.

“Ooohhh.....Sapp....”

Sapto merasakan ada banyak cairan yang keluar dari memek Desi. Ia tahu bahwa Desi sudah orgasme. Ia lalu mengangkat wajahnya dan bibirnya sudah penuh dengan cairan milik Desi. Lalu ia bersihkan dengan kaosnya.

Desi memejamkan matanya dengan nafas terengah-engah. Pahanya masih terbuka lebar. Sapto yang tampak bernafsu, mengarahkan kontolnya ke memek Desi.

Mulanya Sapto menggesek-gesekkan kepala kontolnya ke memek Desi untuk memberi rangsangan. Desi sesekali menggelinjang saat kepala itu menyentuh klitorisnya. Kemudian Sapto mulai mendorong kontolnya masuk.

Namun, entah kenapa, seketika Desi menutup pahanya dan mencegah tindakan Sapto. Ia mendorong Sapto. Sapto sendiri terkejut.

“Sap, udah. Aku takut ketahuan.” kata Desi.

“Ngga kok, mbak. Tenang aja.”

“Udah, Sap. Cukup.”

“Tapi, mbak, tanggung....” kata Sapto sambil memegang kontolnya yang menegang.

Desi berdiri dan meraih pakaiannya. Kemudian ia mengenakannya kembali. Sapto hanya terdiam tak menyangka bahwa harapannya sirna.

“Biar aku kocok saja ya.” kata Desi setelah berpakaian kembali.

Ia menghampiri Sapto lalu berjongkok di hadapan Sapto yang berdiri. Kontol Sapto tepat berada di depan wajahnya. Tangan Desi lalu meraih kontol yang sudah tegang itu. Dengan gerakan lihai, ia pun mulai mengocok.

“Ahh...ahh...” Sapto mendesah.

Desi tampak lihai sekali melalukan kocokan pada kontol Sapto. Kocokannya pun makin lama makin cepat. Tangan Desi juga merasakan bahwa kontol itu makin mengeras.

“Mbak, dikulum dong.” pinta Sapto. Tapi Desi jelas menolak.

Sebelumnya Desi memang tak pernah melakukan oral seks bahkan pada suaminya. Rohman berulang kali meminta tapi Desi tak pernah mau. Entah apa alasannya.

Desi menambah tempo kocokannya karena tahu bahwa Sapto akan segera sampai. Namun, dugaannya salah. Desi harus terus mengocok lebih lama lagi karena Sapto tak kunjung memuncratkan spermanya.

Coba kalau Rohman, pasti sudah keluar sejak tadi, kata Desi dalam hatinya.

Karena tak kunjung sampai, Desi mengganti kocokannya dengan tangan kirinya. Sapto masih saja tak menunjukkan tanda-tanda apapun.

“Kok belum keluar?” tanya Desi.

“Ga tau, mbak. Mungkin sambil lihat Mbak Desi telanjang.”

Demi segera menuntaskan janjinya, Desi kembali bertelanjang dan menyisakan CD-nya saja. Sapto kemudian menyuruhnya berdiri. Kedua tangan Sapto mulai memainkan payudara Desi. Sedangkan Desi masih terus mengocok dalam posisi berdiri.

Tak puas dengan hanya payudara, Sapto mencium bibir Desi. Mereka kembali hanyut dalam birahi yang panas. Mulut mereka berpagutan. Lidah mereka saling beradu. Bahkan saking panasnya, Sapto tak tahan untuk tidak menyentuh memek Desi dengan tangannya. Kembali ia mengacak-acak memek itu dengan jemarinya.

Kocokan Desi semakin cepat. Paha Sapto juga tampak mulai mengeras. Sapto juga melepas ciuman di bibir Desi.

“Ahh….aahhh….ahhh…..” desah Sapto. Lalu tak lama kemudian, kontolnya berkedut-kedut beberapa kali. Spermanya muncrat. Crot crot crot.

Desi mengambil kaos Sapto untuk membersihkan tangannya dan kontol Sapto yang penuh dengan sperma. Pemandangan Desi yang membersihkan kontolnya, bagi Sapto, sangatlah langka. Ia seperti merasa menjadi suaminya.

Setelah bersih, Desi mengenakan kembali pakaiannya dan segera meninggalkan gudang itu. Sebelum keluar, ia melihat-lihat terlebih dahulu kondisi di luar. Saat semuanya sudah memungkinkan, ia pun segera keluar dan menuju dapur. Sampai di dapur, masih tak ada siapa pun.

Ia kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar, suaminya sudah terbangun dan terlihat sedang menonton televisi. Desi agak terkejut apalagi saat ditanya dari mana.

“Eh, dari dapur, Mas.” jawab Desi.

“Oh, bantu Jumi masak?”

“Ngga. Jumi aku cari tidak ada. Mungkin masih ke pasar.”

Syukurlah tak ada pertanyaan lagi dari suaminya itu. Ia pun segera masuk ke kamar mandi di kamarnya.

Di dalam kamar mandi, ia menelanjangi dirinya. Di depan cermin, ia melihat betapa indah tubuhnya itu. Tubuh yang seharusnya hanya untuk Rohman suaminya. Tapi kini sudah pernah ada laki-laki yang menikmatinya juga.

Sebenarnya saat di gudang tadi, bukannya ia tak bernafsu ataupun takut ada orang yang datang. Tidak. Itu hanya alasan Desi. Tiba-tiba bayangan Rohman datang di pikirannya. Desi pun tiba-tiba saja tidak yakin untuk mengulang kejadian di kebun kemarin. Meski semalam ia dibuat kecewa oleh suaminya, tapi ia sendiri takut bagaimana jika kelak ia ketagihan untuk mendapat kepuasan dari Sapto atau laki-laki lain.

Tapi harus ia akui bahwa di dalam lubuk hatinya, ia menjerit-jerit ingin mendapat kepuasan dari Sapto.

Sementara Sapto yang keluar dari gudang tampak sedikit kecewa. Meskipun sudah mendapat kocokan dari Desi tapi bukan itu yang ia harapkan melainkan menikmati kembali memek Desi. Ia meraba kondom di celana pendeknya yang sudah ia siapkan.

Ketika Desi melamun di depan cermin dalam posisi telanjang, tiba-tiba ia punya inisiatif untuk menggoda suaminya. Ia pun keluar kamar mandi dan menuju suaminya.

Rohman terperangah melihat Desi yang menghampirinya dengan tak mengenakan apapun.

“Mandi yuk, sayang.” ajak Desi.

Rohman berdiri menerima ajakan Desi. Sesampainya di kamar mandi, Desi melucuti sarung dan kaos yang dikenakan Rohman. Rupanya Rohman tak memakai CD. Tampaklah kontolnya yang mulai menegang.

Mereka kemudian mulai mandi bersama. Saling menyabuni satu sama lain. Desi menyabuni kontol Rohman dan Rohman menyabuni memek Desi. Keduanya saling mendesah.

Tapi di tengah perjalanan, Rohman lebih dulu memuncratkan spermanya. Crot crot crot. Seketika kontolnya langsung lemas. Desi, dengan menyembunyikan kekecewaannya, membersihkan kontol Rohman.

Malam harinya, Sapto mengirim pesan WA pada Desi menanyakan soal kejadian di gudang.

“Ngga aman, Sap. Aku takut.”

“Tapi aku pengin, mbak. Aku udah siap kondom kok.” jelas Sapto yang menduga Desi tak mau karena takut hamil.

“Lain kali aja.”

“Di kebun lagi?”

Desi tak membalasnya. Sapto sepertinya sudah mulai ketagihan akan hubungannya dengan Desi. Itulah yang Desi takutkan. Ia takut tak bisa keluar dari jerat perselingkuhan. Ancamannya adalah keutuhan rumah tangganya. Tapi di sisi lain ia bingung: harus membuang kesempatan untuk meneguk kepuasan dari Sapto.

***

Suatu siang, kecelakaan terjadi di rumah mereka. Bu Sulastri terjatuh di kamar mandi dan tidak sadarkan diri. Mereka pun membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

Dokter pun memutuskan agar Bu Sulastri dirawat inap untuk memudahkan mengontrol kondisinya. Pak Burhan dan Jumi yang bertugas untuk menjaganya. Sementara Rohman dan Desi tetap di rumah mengurus bisnis.

Bersambung
Mantap suhu 👍 makasih update nya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd