Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH DESI, SI PRIMADONA KAMPUNG

Perasaan Bersalah yang Kembali Hinggap

***

Di rumah itu saat ini hanya ada Rohman, Desi, dan Sapto. Pak Burhan dan Jumi menginap di rumah sakit untuk menjaga Bu Sulastri. Tugas memasak saat ini digantikan oleh Desi. Sementara urusan kebun kopi semua dikerjakan oleh Rohman.

Berdasarkan diagnosis dokter, Bu Sulastri mengalami darah tinggi dan mulai merasakan gejala stroke ringan. Tangan dan kaki kanannya tak bisa digerakkan. Begitu juga dengan bibirnya mulai tampak kaku sehingga ia mengalami kesulitan saat berbicara.

Pagi hari Rohman mendapati istrinya tak ada di sampingnya. Ia bangun dan mulai mencarinya. Di kamar mandi, tak ada. Ia menemukan istrinya sedang memasak di dapur. Dari belakang istrinya tampak seksi sekali. Ditambah hanya mengenakan daster selutut dan tanpa lengan. Desi memang lebih suka mengenakan daster saat tidur.

Rohman lalu memeluknya dari belakang dan membuat Desi kaget. Mereka langsung melakukan ciuman mesra.

“Lagi masak apa?” tanya Rohman.

“Ikan goreng, sambal, sama sayur asam toge.”

“Toge?”

“Iya. Biar makin subur.” jawab Desi sambil tangannya meremas selangkangan Rohman.

“Ih, nakal ya.”

Rohman membalik Desi untuk menghadap dirinya. Ia lalu mulai menciumi Desi. Menyusuri dari leher sampai belahan dadanya.

“Mas, ada Sapto ntar.”

“Ah, dia pasti lagi sibuk.”

“Udah, ah, Mas. Nanti ada yang lihat.”

Rohman tak menghiraukan ucapan Desi. Ia terus menciumi Desi dan bahkan tangannya mulai masuk ke dalam selangkangan Desi.

“Kamu ga pake CD?” tanya Rohman.

Desi menggeleng. “Tadi habis pipis. Sekalian aku buka.”

Entah kenapa itu makin membuat Rohman bernafsu. Kontolnya sudah mulai tegang. Tanpa diminta Desi meraih selangkangan Rohman dan menggenggam kontolnya. Sementara tangan Rohman naik terus ke atas menyusuri bukit indah Desi.

Desi sudah tidak lagi memperingatkan Rohman. Ia sudah mulai ikut dalam birahi Rohman. Bahkan ia tak segan untuk membuka sarung Rohman agar lebih leluasa memegang kontolnya.

Rohman juga membuka baju yang Desi kenakan. Rupanya ia sudah tak mengenakan apa-apa di dalamnya. Gila. Berani sekali Desi, pikir Rohman. Baru kali ini ia mendapati Desi seperti itu. Tapi ia tak mau memikirkan itu terlebih dahulu. Birahinya sudah terlanjur berkobar dan meminta untuk dituntaskan.

“Mas, masa mau di sini?” tanya Desi. Rohman tampak membuka kaos yang ia pakai. “Kalau ada orang gimana?”

“Ngga ada siapa-siapa kok.”

“Takut, Mas. Di kamar aja.”

Karena Desi menolak, mereka pun memilih untuk kembali ke kamarnya. Setelah mengunci pintu, mereka melanjutkan persenggamaan mereka.

Tapi dalam senggama mereka, lagi-lagi Rohman tak mampu memuaskan Desi. Pertahanannya tetap tidak lama. Ia lebih cepat ejakulasi padahal Desi belum merasakan kepuasan apa-apa.

“Kamu pasti ga seneng ya gara-gara mas cepet keluarnya?” kata Rohman setelah mereka bercinta.

Desi tersenyum sebelum menjawab, “Seperti apapun keadaanmu, Mas, aku pasti menerima.”

“Terima kasih,” jawab Rohman. “Lain kali mas minum jamu kuat dulu ya biar tahan lama.”

“Iya, Mas.”

Rohman pun mengecup kening Desi. Desi terpaksa harus berbohong pada suaminya. Ia tidak mau suaminya merasa kecewa walaupun sebenarnya dia sendiri yang harus tersiksa.

Karena kelelahan, Rohman kembali tertidur. Sementara Desi beranjak untuk kembali ke dapur. Dia bingung apakah ambil baju baru untuk ia kenakan, atau berjalan telanjang saja ke dapur. Bajunya lupa ia bawa dan tertinggal di lantai dapur.

“Pakai handuk saja deh.”

Desi berjalan ke arah dapur dengan mengenakan handuk yang ia lilitkan ke badannya. Saat di dapur, ia tak melihat siapa pun. Masih sepi, pikirnya. Karena melihat suasana yang masih sepi, Desi memilih tak usah mengganti baju dulu. Tapi memasukkan bahan-bahan sayur asam ke dalam panci dan mulai memasaknya di atas kompor.

Sayangnya, saat ia memberi bumbu pada sayur itu, ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Desi mengira bahwa itu suaminya, tapi ia salah.

“Kok sudah ba…” Ucapannya terhenti saat tahu bahwa yang memeluknya bukan Rohman.

“Sapto, ngapain?” tanya Desi kaget. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Sapto tapi tak bisa.

“Mbak, aku pengin nih.” jawab Sapto. Dan tanpa menunggu jawaban dari Desi ia mulai menciumi leher dan tengkuk Desi. Itu membuat Desi merasa geli sekaligus membangkitkan kembali birahinya.

“Sap, udah. Ada suamiku.” Desi masih terus saja memberontak. Tapi kekuatan Sapto jauh di atasnya. Ia bahkan tak bisa mencegah saat Sapto mulai membuka handuk yang melilit tubunya. Kini ia pun telanjang di hadapan Sapto.

Sapto tak menghiraukan perkataan Desi. Ia membalik badan Desi dan mulai memberikan ciuman di payudaranya. Desi tak bisa untuk tidak mendesah.

“Sap, udaah…ah...”

Sapto terus saja tak menghiraukan. Ia makin buas menikmati payudara Desi. Dimain-mainkannya puting susu Desi dengan mulut dan lidahnya. Desi meski meminta Sapto untuk berhenti tapi ia tak melakukan perlawanan fisik.

Ciuman Sapto terus turun ke bagian bawah tubuh Desi hingga sampai pada selangkangannya. Desi coba menahan kepala Sapto tapi tak bisa. Bahkan ketika Sapto mencoba membuka pahanya ia malah justru menurut. Sapto pun kini dengan leluasa menciumi memek Desi.

“Ahh...aah....” desah Desi

“Mpphhfff....mphhhffff....”

Sapto sudah tak takut lagi bakal ketahuan oleh Rohman. Birahinya sudah memuncak dan tak bisa ditahan.

“Sap...ohh...ahh...”

Desi merasakan lidah Sapto makin liar bermain di memeknya. Bahkan Sapto juga menyedot-nyedot memek yang harusnya hanya untuk Rohman itu. Tapi ia tak bisa melawan dan hanya bisa memejamkan mata merasakan nikmat yang disuguhkan Sapto.

Sapto merasa memek Desi sudah basah. Karena itu, ia menghentikan gerakan oral seksnya. Ia lalu bangkit dan membuka baju beserta celananya. CD-nya juga ia lepas hingga bertelanjang. Desi bisa melihat kontolnya sudah tegang sekali.

“Sap, udah.” ucap Desi saat Sapto kembali menciumi lehernya.

“Nikmati saja, mbak.” jawab Sapto. Ia kemudian menuntun Desi ke meja makan. Sapto coba menidurkannya di meja. Agak susah karena mejanya agak tinggi.

Desi sudah pasrah jika nanti suaminya bangun dan melihatnya bersenggama dengan laki-laki lain. Kini yang ia tahu hanya menuntaskan birahi bersama Sapto. Sebab sudah lama ia tak mendapat kepuasan dari suaminya.

Sapto juga ikut naik ke atas meja. Sapto membuka paha Desi lebar-lebar. Ia kembali membenamkan wajahnya namun Desi mencegah.

“Udah. Masukin aja.” ucap Desi.

Kini justru dia yang meminta pada Sapto. Sapto merasa seperti berada di atas angin. Tujuan Desi agar semuanya ini cepat selesai. Sapto pun menuruti permintaan Desi. Ia mengarahkan kontolnya ke memek Desi yang merekah indah di hadapannya.

“Mbak, aku ga pake kondom.”

“Gapapa. Tapi keluarin di luar ya.”

“Iya, mbak.”

Kontol Sapto pun mulai menggesek-gesek memek Desi. Desi kembali mendesah. Kenikmatan mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Batang kontol Sapto menyibak memeknya yang basah.

“Ahh...Sapp....cepeett...masuukkk...”

Sapto mulai menenkan kontolnya ke memek Desi. Ujung kontolnya berusaha membuka memek itu. Perlahan Sapto mulai melakukan dorongan. Sedikit demi sedikit ujung kontonya bisa menembus hingga kepalanya bisa masuk.

Tak ada yang bisa dilakukan Desi selain mendesah, memejamkan mata, dan pasrah. Sapto terus melakukan dorongan ke memek Desi sampai akhirnya semua batangnya masuk.

“Ohhh...” desah Desi lagi.

Sapto kini menundukkan badannya dan kedua tangannya dibuat sebagai penyangga tubuhnya. Ia mencium bibir Desi. Desi langsung menyambutnya agar bisa meredam desahannya sendiri.

Gerakan maju mundur mulai dilakukan oleh Sapto. Kontolnya pun jadi keluar masuk di memek Desi. Rasa nikmat makin menjalar di seluruh badan mereka. Mereka bagai sepasang anjing yang sedang birahi.

Pantat Sapto makin cepat melakukan gerakan maju mundur. Desi mulai mengimbangi dengan ikut menggerakkan pantatnya. Bunyi plok plok plok memecah kesunyian ruangan itu.

“Sap...aah....aahhss...”

Nafas Sapto mendengus makin keras seiringi pacuannya. Kontolnya makin cepat keluar masuk dalam memek Desi. Desi melingkarkan kakinya ke pinggang Sapto serta sambil menekannya agar makin kuat menekan memeknya.

“Ee...naakk...mbbakkk?” tanya Sapto.

Dalam keadaan mata terpejam, Desi menjawab, “Ee...naakk....Sapp...aahh...”

Mendengar jawaban Desi, Sapto makin bernafsu. Ia pun semakin cepat menggenjot Desi. Desi makin kuat melakukan gerakan pantatnya. Kelamin mereka sudah sama-sama basah dengan cairan cinta.

Untuk menambah rangsangan, tangan Sapto meraih payudara Desi dan meremasnya. Jari-jarinya juga mulai bermain di puting susu Desi. Ia memelintir puting susunya yang ranum dan mengeras.

Itu makin membuat nafsu Desi meningkat. Kini bahkan gerakan pantat Desi terlihat lebih cepat dari Sapto. Tanda-tanda dia akan segera sampai.

“Sapp....aa...hhh...samm....”

Tubuh Desi menekuk ke atas sambil memeluk erat Sapto. Memeknya makin kuat menjepit kontol Sapto.

Setelah itu, Desi pun tampak lemas namun Sapto memaksanya untuk nungging. Desi tak menolak permintaan Sapto itu. Ia pun mengubah posisinya untuk nungging. Ia sendiri lupa kapan terakhir melakukan gerakan itu bersama Rohman.

Dari arah belakang, Sapto bisa melihat keindahan memek Desi yang terjepit kedua pahanya. Tak mau menunggu lama, ia segera menusuk memek Desi dengan kontolnya.

“Aah...” desah Desi saat kontol Sapto menyibak bibir memeknya.

Begitu masuk, Sapto langsung melakukan gerakan maju mundur. Kontolnya langsung keluar masuk memek Desi. Sapto melakukannya dengan posisi setengah berdiri di atas meja makan. Sungguh suatu pemandangan yang indah.

Posisi menungging seperti itu membuat kontol Sapto makin kuat dijepit oleh memek Desi. Rasanya pun lebih seret dari sebelumnya. Apalagi Desi juga tidak diam saja. Ia juga melakukan gerakan maju mundur mengikuti irama gerakan Sapto.

“Aahh....ahh....” desah Desi.

“See..reeett...mbaakk...ahh...”

Gerakan mereka semakin cepat. Nafas mereka juga semakin memburu. Tak lama kemudian, Sapto segera menarik kontolnya dan memuntahkan spermanya di pantat Desi.

“Ahhh.....” lenguh Sapto, panjang.

Desi langsung merebahkan tubuhnya ke samping. Sapto turun dari meja dan segera meraih baju yang tercecer. Ia mengelap kontolnya dengan pakainnya. Begitu juga dengan sperma di pantat Desi. Ia bersihkan menggunakan pakaiannya.

“Mbak, pake bajunya dulu.” Kata Sapto.

Dengan tubuh yang masih kelelahan, Desi meraih bajunya dan mengenakannya kembali. Ia pergi ke kamarnya dan mengecek suaminya. Ternyata Rohman masih tertidur pulas. Ia lalu kembali ke dapur. Sapto masih berada di sana dan sedang duduk di dapur. Lalu, Desi meneruskan kembali kegiatan memasaknya.

Tiba-tiba, Sapto kembali memeluk Desi dari belakang.

“Makasih ya, mbak.” ucap Sapto sambil mencium tengkuk Desi. Desi tak menjawab apa-apa. Tangannya menyentuh selangkangan Desi. “Mantap banget punya Mbak Desi. Kapan-kapan lagi ya, mbak?”

Desi tetap tak menjawab. Sapto pun memilih keluar dapur.

Ada satu perasaan bersalah yang kembali hadir dalam hati Desi. Ia telah mengkhianati suaminya lagi. Ia telah membiarkan tubuhnya dinikmati orang lain. Apakah ini semua karena kerinduan dirinya akan kepuasan? Kalau itu benar, pantaskah itu dijadikan alasan? Bukankah ia yang berjanji akan menerima suaminya yang apa adanya?

Tapi di pagi itu, Desi telah mendapatkan kepuasan dari Sapto. Ia telah membuat Desi bisa mencapai puncak orgasme.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Kira2 selain septo siapa lagi yg menikmati tubuh desi hihihi
 
selalu ada pembenaran disetiap kesalahan yang diperbuat,.....itu namanya justifikasi......lanjut lah
 
Duh, kenapa sih pasangan sah justru keok ? Sama selingkuhan malah puas?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd