Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH DESI, SI PRIMADONA KAMPUNG

Bimabet
Makin sering kucing 2an Desi...bikin hampir ke gap dunk hu...
 
Terjerat; atau Kesepian?

***

Rohman di rumah tampak mengkhawatirkan Desi dan Sapto yang tak kunjung datang. Apalagi mereka tidak mengangkat telepon dari Rohman. Berulang kali Rohman menelepon tapi tidak ada jawaban. Rohman takut terjadi sesuatu pada mereka berdua karena baru saja turun hujan lebat.

Tapi tak lama berselang, Desi dan Sapto datang. Rohman seketika senang melihat kehadiran mereka.

“Tadi di sana sempat hujan, Mas. Deres banget.” kata Desi pada Rohman. “Di sini hujan juga kan?”

“Iya.” jawab Rohman. “Makanya aku khawatir banget. Takut ada apa-apa.”

“Ngga kok, Mas. Tenang aja.” sahut Sapto.

Namun sejujurnya bukan soal keselamatan mereka yang dikhawatirkan Rohman, tapi sesuatu yang lain. Rohman takut mereka berdua bermain gelap di belakangnya, meskipun ia tahu istrinya tak akan mengkhianatinya. Ia percaya pada istrinya. Apalagi Sapto juga sudah menjadi sopir dan pesuruh kepercayaannya.

Tapi yang namanya rasa curiga tetaplah ada biar bagaimanapun. Sapto juga seorang laki-laki normal dan bisa dibilang masih sebaya dengan dirinya. Rohman takut Sapto bertindak kurang ajar dan Desi tak bisa melawan. Atau lebih parahnya, justru Desi yang tergoda pada Sapto.

Sebisa mungkin Desi dan Sapto pun tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan. Mereka telah merapikan penampilan mereka agar Rohman tak curiga. Baju dan rambut mereka sudah tampak rapi seperti semula.

Benar saja, melihat mereka, Rohman jadi segera membuang jauh-jauh pikiran buruknya. Sayangnya, Rohman justru telah dibohongi. Meski penampilan luar mereka tampak biasa, tapi Rohman tak tahu bahwa CD yang mereka kenakan masih basah dengan cairan senggama masing-masing.

***

Kejadian di kebun beberapa hari lalu membuat Sapto selalu bernafsu setiap melihat Desi. Bahkan nyaris setiap malam ia selalu memimpikan Desi. Setiap kali akan tidur, untuk memuaskan hasratnya, ia melakukan masturbasi sambil membayangkan tubuh indah Desi.

Berhari-hari, mereka malah tak pernah punya waktu berdua sama sekali. Padahal Sapto sudah menantikan untuk bisa mengulang momen itu. Demi sedikit memuaskan hasratnya Sapto pun memberanikan diri untuk mengirim pesan WA pada Desi.

“Hai, mbak. Kangen nih.” kata Sapto membuka obrolan.

Dan yang mengejutkan, ia mengirim foto selangkangannya yang sedang ia elus-elus dengan tangannya. Ia hanya mengenakan CD.

Tak lama, Desi membalas, “Nakal.”

“Tapi mbak suka kan?” canda Sapto. “Ga ke kebun lagi?”

“Ngga. Takut diperkosa lagi.”

“Habis enak sih, mbak. Hehehe. Mau lagi jadinya.”

“Pake kondom ya.”

Melihat jawaban Desi, Sapto menjadi girang. Jawabannya seperti memberi angin segar padanya untuk bisa mengulang kejadian di kebun. Saat itu juga buru-buru Sapto pergi ke swalayan kampung untuk membeli kondom. Dalam pikiran Sapto, tak masalah menggunakan kondom yang penting bisa menikmati tubuh Desi.

Pagi-pagi sekali, suatu hari, Desi bangun tidur dan pergi ke dapur. Ia mengambil air segelas dan meminumnya. Jumi, pembantu di rumah itu, sedang ke pasar bersama Pak Burhan dan Bu Sulastri, mertua Desi. Sedangkan Rohman sendiri masih tertidur pulas.

Desi duduk di kursi sambil menghabiskan airnya. Ia terbayang kejadian semalam di kamarnya: Rohman mengajak Desi bercinta. Sebagai istri ia menuruti kemauan suaminya itu. Tapi tak sampai 10 menit, Rohman sudah mencapai orgasmenya. Sementara Desi masih belum mencapai puncaknya. Rohman pun langsung kelelahan.

“Gak minum jamu dulu ya, Mas?” tanya Desi.

“Keburu nafsu duluan sama kamu.”

Selanjutnya mereka tidur. Rohman tampak puas, sedangkan Desi menahan birahinya yang tertunda.

Lalu ia teringat Sapto yang sempat memberikan kepuasan bagi Desi. Desi beranjak dari kursi untuk kembali ke kamarnya. Saat hendak keluar dari dapur, begitu melewati ruang makan, Sapto menarik tubuh Desi dan menyuruhnya diam: memberi isyarat dengan jarinya. Sapto langsung menempelkan tubuh Desi ke dinding. Mereka saling berhadap-hadapan.

“Sap, ada orang.” kata Desi pelan.

“Sttt. Lagi sepi, mbak. Ayo ikut saya.”

Sapto menuntun Desi keluar menuju ke bagian belakang rumah. Sapto menengok kanan kiri untuk memastikan kondisi aman. Desi tanpa pikir panjang lansung menerima ajakan Sapto. Entahlah bagaimana bisa ia menuruti perintah pesuruhnya itu. Mereka menuju ke sebuah gudang. Sebuah gudang yang letaknya terpisah dari rumah.

“Sap, mau ngapain?” tanya Desi saat sudah berada di dalam gudang.

“Aku sudah ngga tahan, mbak.”

Sapto langsung menerkam Desi. Ia menempelkan kembali Desi ke tembok. Langsung diciuminya bibir Desi dengan ganasnya. Desi juga tak butuh waktu lama untuk ikut dalam arus birahi Sapto. Ciuman Sapto pun langsung ia balas. Mereka jadi saling memagut bibir satu sama lain. Barangkali Desi terpengaruh kejadian semalam: birahinya tertunda.

Tangan Sapto mulai menggerayangi tubuh Desi terutama di bagian dadanya. Desi saat itu hanya mengenakan daster pendek sampai lutut bergambar Hello Kitty. Sapto merasa bahwa majikannya itu tidak mengenakan BH karena baru sebentar saja puting susunya sudah mencuat.

Ciuman Sapto turun ke leher Desi. Ia menciumi Desi dan juga menjilati bagian belakang telinganya. Desi paling tak bisa dirangsang pada bagian itu. Juga napasnya yang mendengus memberikan sensasi geli di leher dan tangkuk Desi. Tangan Desi, tanpa disuruh, juga langsung menggenggam selangkangan Sapto yang mulai mengeras. Sapto mengenakan celana pendek – sampai di atas lutut – berbahan kain. Bahkan ia tak ragu untuk memasukkan tangan kanannya ke dalam celana pendek Sapto. Tentu saja, kontolnya sudah mengeras.

Sapto tak mau kalah, dengan kedua tangannya ia mengangkat daster Desi untuk melepaskannya. Desi mengakat kedua tangannya agar memudahkan Sapto. Seketika Desi pun bertelanjang di hadapan Sapto dan hanya tersisa CD berwarna merah muda. Tanpa basa-basi, mulut Sapto mencaplok payudara Desi.

“Mmpphhffff.....” Kedua payudara Desi ia sedot secara bergantian.

Tangan Desi masih berada di dalam celana Sapto. Mengocok kontol Sapto yang kian mengeras.

“Sap....ahh...aahhh...”

Desi mendesah saat lidah Sapto menari-nari di atas putingnya. Sesuatu menjalar ke selangkangan Desi dan membuat birahinya naik.

Sapto membuka kaos yang dikenakannya begitu juga celana pendeknya. Ia pun jadi bertelanjang bulat. Kini Desi bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana tubuh Sapto.

Sapto menuntun Desi untuk rebah di atas lantai yang sudah dilapisi kardus.

“Sap... Aku takut!” seru Desi. “Gimana kalo suamiku mencari?”

“Ga akan kok, mbak.”

“Bapak ibu nanti juga datang gimana?”

“Tenang aja, mbak.”

Desi begitu saja percaya pada Sapto. Ia langsung merebahkan diri di atas tumpukan kardus. Sapto langsung menarik CD Desi dan tak butuh waktu lama kini majikannya itu juga sudah bertelanjang bulat.

Ah, betapa indah pemadangan di hadapannya. Memek Desi merekah seolah siap untuk diterkam. Sapto membuka paha Desi lebih lebar lagi. Kemudian Sapto menunduk dan kepalanya masuk di antara dua paha Desi.

“Mau apa, Sap?” Tiba-tiba Desi mencegah.

“Mbak, tenang aja. Gapapa kok.”

Tapi ia termakan rayuan Sapto dan membiarkan Sapto melanjutkan keinginannya.

Tak lama, sesuatu yang basah menempel di memeknya. Ah, rupanya mulut Sapto sudah berada di sana: mengecup memeknya yang harus diakuinya sudah basah.

Sebelumnya Desi juga pernah melakukan hal serupa. Tidak, bukan dengan Rohman Desi melakukannya pertama kali. Melainkan dengan Eko, mantan kekasihnya, meskipun tak sampai berhubungan intim. Sedangkan dengan Rohman, ia juga pernah melakukannya tapi jarang. Rohman adalah orang yang cenderung bermain tanpa 'foreplay” terlebih dahulu.

Kini Sapto coba memainkan lidahnya di memek Desi: menyibak bibir memeknya dan memainkan klitorisnya.

“Ahh...ahh...sshh...” Desi pun mendesah. Wanita mana yang tak akan mendesah mendapat perlakuan seperti itu?

Tangan Desi memegangi kepala Sapto yang kian terbenam di selangkangannya. Desi sendiri makin mengangkat pantatnya agar permainan lidah Sapto makin dalam masuk ke memeknya.

“Sappp....uuu...daahhh....”

Tapi Sapto tak mendengarkan ucapan Desi. Ia terus saja mengaduk-aduk memek Desi dengan lidahnya. Bahkan ia juga memberi sedikit tarian lidah kecil pada klitoris Desi dan Desi pun menggelinjang tak karuan.

“Sappp....oohh....”

Pantat Desi bergoyang-goyang menerima kenikmatan itu. Bahkan posisinya terus semakin meninggi. Hingga tak lama, kepala Sapto ia pegang kuat-kuat dan ia melenguh panjang.

“Ooohhh.....Sapp....”

Sapto merasakan ada banyak cairan yang keluar dari memek Desi. Ia tahu bahwa Desi sudah orgasme. Ia lalu mengangkat wajahnya dan bibirnya sudah penuh dengan cairan milik Desi. Lalu ia bersihkan dengan kaosnya.

Desi memejamkan matanya dengan nafas terengah-engah. Pahanya masih terbuka lebar. Sapto yang tampak bernafsu, mengarahkan kontolnya ke memek Desi.

Mulanya Sapto menggesek-gesekkan kepala kontolnya ke memek Desi untuk memberi rangsangan. Desi sesekali menggelinjang saat kepala itu menyentuh klitorisnya. Kemudian Sapto mulai mendorong kontolnya masuk.

Namun, entah kenapa, seketika Desi menutup pahanya dan mencegah tindakan Sapto. Ia mendorong Sapto. Sapto sendiri terkejut.

“Sap, udah. Aku takut ketahuan.” kata Desi.

“Ngga kok, mbak. Tenang aja.”

“Udah, Sap. Cukup.”

“Tapi, mbak, tanggung....” kata Sapto sambil memegang kontolnya yang menegang.

Desi berdiri dan meraih pakaiannya. Kemudian ia mengenakannya kembali. Sapto hanya terdiam tak menyangka bahwa harapannya sirna.

“Biar aku kocok saja ya.” kata Desi setelah berpakaian kembali.

Ia menghampiri Sapto lalu berjongkok di hadapan Sapto yang berdiri. Kontol Sapto tepat berada di depan wajahnya. Tangan Desi lalu meraih kontol yang sudah tegang itu. Dengan gerakan lihai, ia pun mulai mengocok.

“Ahh...ahh...” Sapto mendesah.

Desi tampak lihai sekali melalukan kocokan pada kontol Sapto. Kocokannya pun makin lama makin cepat. Tangan Desi juga merasakan bahwa kontol itu makin mengeras.

“Mbak, dikulum dong.” pinta Sapto. Tapi Desi jelas menolak.

Sebelumnya Desi memang tak pernah melakukan oral seks bahkan pada suaminya. Rohman berulang kali meminta tapi Desi tak pernah mau. Entah apa alasannya.

Desi menambah tempo kocokannya karena tahu bahwa Sapto akan segera sampai. Namun, dugaannya salah. Desi harus terus mengocok lebih lama lagi karena Sapto tak kunjung memuncratkan spermanya.

Coba kalau Rohman, pasti sudah keluar sejak tadi, kata Desi dalam hatinya.

Karena tak kunjung sampai, Desi mengganti kocokannya dengan tangan kirinya. Sapto masih saja tak menunjukkan tanda-tanda apapun.

“Kok belum keluar?” tanya Desi.

“Ga tau, mbak. Mungkin sambil lihat Mbak Desi telanjang.”

Demi segera menuntaskan janjinya, Desi kembali bertelanjang dan menyisakan CD-nya saja. Sapto kemudian menyuruhnya berdiri. Kedua tangan Sapto mulai memainkan payudara Desi. Sedangkan Desi masih terus mengocok dalam posisi berdiri.

Tak puas dengan hanya payudara, Sapto mencium bibir Desi. Mereka kembali hanyut dalam birahi yang panas. Mulut mereka berpagutan. Lidah mereka saling beradu. Bahkan saking panasnya, Sapto tak tahan untuk tidak menyentuh memek Desi dengan tangannya. Kembali ia mengacak-acak memek itu dengan jemarinya.

Kocokan Desi semakin cepat. Paha Sapto juga tampak mulai mengeras. Sapto juga melepas ciuman di bibir Desi.

“Ahh….aahhh….ahhh…..” desah Sapto. Lalu tak lama kemudian, kontolnya berkedut-kedut beberapa kali. Spermanya muncrat. Crot crot crot.

Desi mengambil kaos Sapto untuk membersihkan tangannya dan kontol Sapto yang penuh dengan sperma. Pemandangan Desi yang membersihkan kontolnya, bagi Sapto, sangatlah langka. Ia seperti merasa menjadi suaminya.

Setelah bersih, Desi mengenakan kembali pakaiannya dan segera meninggalkan gudang itu. Sebelum keluar, ia melihat-lihat terlebih dahulu kondisi di luar. Saat semuanya sudah memungkinkan, ia pun segera keluar dan menuju dapur. Sampai di dapur, masih tak ada siapa pun.

Ia kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar, suaminya sudah terbangun dan terlihat sedang menonton televisi. Desi agak terkejut apalagi saat ditanya dari mana.

“Eh, dari dapur, Mas.” jawab Desi.

“Oh, bantu Jumi masak?”

“Ngga. Jumi aku cari tidak ada. Mungkin masih ke pasar.”

Syukurlah tak ada pertanyaan lagi dari suaminya itu. Ia pun segera masuk ke kamar mandi di kamarnya.

Di dalam kamar mandi, ia menelanjangi dirinya. Di depan cermin, ia melihat betapa indah tubuhnya itu. Tubuh yang seharusnya hanya untuk Rohman suaminya. Tapi kini sudah pernah ada laki-laki yang menikmatinya juga.

Sebenarnya saat di gudang tadi, bukannya ia tak bernafsu ataupun takut ada orang yang datang. Tidak. Itu hanya alasan Desi. Tiba-tiba bayangan Rohman datang di pikirannya. Desi pun tiba-tiba saja tidak yakin untuk mengulang kejadian di kebun kemarin. Meski semalam ia dibuat kecewa oleh suaminya, tapi ia sendiri takut bagaimana jika kelak ia ketagihan untuk mendapat kepuasan dari Sapto atau laki-laki lain.

Tapi harus ia akui bahwa di dalam lubuk hatinya, ia menjerit-jerit ingin mendapat kepuasan dari Sapto.

Sementara Sapto yang keluar dari gudang tampak sedikit kecewa. Meskipun sudah mendapat kocokan dari Desi tapi bukan itu yang ia harapkan melainkan menikmati kembali memek Desi. Ia meraba kondom di celana pendeknya yang sudah ia siapkan.

Ketika Desi melamun di depan cermin dalam posisi telanjang, tiba-tiba ia punya inisiatif untuk menggoda suaminya. Ia pun keluar kamar mandi dan menuju suaminya.

Rohman terperangah melihat Desi yang menghampirinya dengan tak mengenakan apapun.

“Mandi yuk, sayang.” ajak Desi.

Rohman berdiri menerima ajakan Desi. Sesampainya di kamar mandi, Desi melucuti sarung dan kaos yang dikenakan Rohman. Rupanya Rohman tak memakai CD. Tampaklah kontolnya yang mulai menegang.

Mereka kemudian mulai mandi bersama. Saling menyabuni satu sama lain. Desi menyabuni kontol Rohman dan Rohman menyabuni memek Desi. Keduanya saling mendesah.

Tapi di tengah perjalanan, Rohman lebih dulu memuncratkan spermanya. Crot crot crot. Seketika kontolnya langsung lemas. Desi, dengan menyembunyikan kekecewaannya, membersihkan kontol Rohman.

Malam harinya, Sapto mengirim pesan WA pada Desi menanyakan soal kejadian di gudang.

“Ngga aman, Sap. Aku takut.”

“Tapi aku pengin, mbak. Aku udah siap kondom kok.” jelas Sapto yang menduga Desi tak mau karena takut hamil.

“Lain kali aja.”

“Di kebun lagi?”

Desi tak membalasnya. Sapto sepertinya sudah mulai ketagihan akan hubungannya dengan Desi. Itulah yang Desi takutkan. Ia takut tak bisa keluar dari jerat perselingkuhan. Ancamannya adalah keutuhan rumah tangganya. Tapi di sisi lain ia bingung: harus membuang kesempatan untuk meneguk kepuasan dari Sapto.

***

Suatu siang, kecelakaan terjadi di rumah mereka. Bu Sulastri terjatuh di kamar mandi dan tidak sadarkan diri. Mereka pun membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

Dokter pun memutuskan agar Bu Sulastri dirawat inap untuk memudahkan mengontrol kondisinya. Pak Burhan dan Jumi yang bertugas untuk menjaganya. Sementara Rohman dan Desi tetap di rumah mengurus bisnis.

Bersambung


Aduuuh panas dingiin kakak
 
Pembalasan Dendam?

***

Sejak kejadian malam itu di rumah sakit dan juga ucapan Jumi, Rohman tak sabar ingin mengulanginya lagi. Bahkan ia ingin sesuatu yang lebih jauh. Ia sudah menyiapkan kondom untuk ia gunakan jika dibutuhkan nanti.

Pukul 9 malam. Ibu Rohman sudah terlelap. Jumi sedang sedang ada di kamar mandi dan Rohman duduk-duduk di sofa. Rohman sudah terbayang hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

Semenjak kejadian itu Jumi jadi jarang berbicara pada Rohman. Mungkin ia sungkan atau tak enak pada Rohman. Biar bagaimanapun Rohman adalah majikannya. Seperti saat itu, selepas dari kamar mandi Jumi langsung tidur di karpet yang telah disiapkan dan menarik selimutnya.

Rohman tak mau membuang-buang waktu yang ada. Dia juga langsung berbaring di samping Jumi dan memeluk tubuh Jumi yang membelakanginya. Jumi terkejut dengan ulah Rohman itu tapi ia tak merespon apapun. Diam saja.

Tangan Rohman kemudian meraba-raba dada Desi. Desi coba mencegahnya. Tapi Rohman terus saja memaksa sampai akhirnya Desi menyerah karena tenaganya kalah kuat. Ia membiarkan Rohman meremas payudaranya dengan sesukanya.

“Mbak...” seru Rohman di telinga Jumi.

Tetap tidak ada jawaban. Tapi seruan itu membuat Jumi terangsang. Jumi memejamkan matanya merasakan setiap remasan Rohman. Jumi juga merasakan bahwa ada sesuatu yang keras menempel di pantatnya. Kemudian Rohman membalik tubuh Jumi agar telentang. Kini Jumi hanya menurutinya saja. Jumi pun bisa melihat wajah Rohman sudah berada di depannya. Rohman tersenyum padanya. Jumi tiba-tiba merasakan bahwa bibir Rohman sudah menempel di bibirnya dan mulai melumat. Perlahan Jumi juga mulai mengikuti irama ciuman Rohman. Ia pun coba melumat bibir Rohman. Mereka saling melumat. Saling berpagutan. Lidah mereka saling beradu.

Tangan Rohman menyelinap masuk ke dalam baju Jumi. Naik ke atas dan meraih payudaranya. Masuk ke dalam BH-nya dan meremas payudara itu. BH itu Rohman singkap ke atas agar dia bisa leluasa memegangnya. Ciuman Rohman kini turun ke leher Jumi. Ia ciumi leher Jumi dengan penuh nafsu. Jumi pun mulai mendesah.

“Ahh....ahh....ahhh....mass...” Jumi coba menahan desahannya agar ibu Rohman tak bangun.

Setelah puas, Rohman menaikkan ujung baju Jumi ke atas sampai terlihat kedua payudaranya. Lalu Rohman pun melahap kedua payudara itu. Mulutnya menciumi dan menyedot kedua bukit kembar itu secara bergantian. Puting susunya ia mainkan dengan lidahnya. Kadang ia sedot juga. Jumi tak bisa menahan kenikmatan yang diberikan oleh Rohman. Sambil memegangi kepala Rohman, Jumi terus saja mendesah.

“Mmasss.....eennnakk....ooohhh....”

Rohman juga kadang memberikan sedikit gigitan pada puting itu dan membuat Jumi menggelinjang.

“Aawww....saakkiit....”

Tangan kanan Rohman turun ke selangkangan Jumi. Menyelinap masuk ke dalam celana dan CD Jumi. Seketika ia bisa meraih memek Jumi. Rohman merasa bahwa memek itu sudah sedikit basah. Lalu jari-jarinya mulai menari-nari. Jari Rohman coba memainkan itil Jumi dan membuat Jumi makin mendesah keenakan.

“Maass...jjaaa...nggaann....aahhhh....eee...nakkk....maasss...oohhh....yyaa....”

Sementar mulut Rohman masih belum lepas dari payudaranya Jumi. Kini di sekitar puting susu Jumi sudah banyak bekas merah hasil cupang Rohman. Tangan Rohman kini makin nakal menusuk-nusuk memek Jumi.

“Oohhh....ahhh....mass....aahhh....”

Merasa memek Jumi sudah basah, Rohman menurunkan celana yang dikenakan oleh Jumi. Namun tetap ia tutupi selimut. Ia sendiri juga mulai membuka celananya. Sampai kontolnya tampak di hadapan Jumi. Jika diamati, kontol Rohman masih kalah bila dibandingkan mantan suaminya dulu. Tapi bagi Jumi, saat ini ia hanya butuh kepuasan. Dan kontol Rohmanlan yang saat ini bisa memberinya kepuasan.

Rohman terlihat sedang memasang kondom pada kontolnya. Lalu ia masuk ke dalam selimut Jumi dan mulai menindih Jumi yang sedang mengangkang. Kontolnya ia gesek-gesek ke memek Jumi yang sudah basah.

“Mmasss.....eeee..nnakk...oohh....teerruussss...masss...aahh....” Jumi kembali mendesah karena nikmat.

Karena Rohman sudah tidak tahan, ia pun langsung melakukan penetrasi ke memek Jumi. Ah, agak susah. Apakah Jumi sudah lama tidak melakukan hubungan intim? Tapi Rohman terus mencobanya.

“Aah...kapan terakhir memekmu dimasukin kontol, mbak?” tanya Rohman.

“Aahhhh....lupa....” Jumi berbohong. Terakhir kali ia adalah sebelum suaminya pergi.

Kepala kontol Rohman akhirnya masuk ke dalam memek Jumi. Ia terus mendorong masuk kontolnya sampai semuanya masuk ke dalam memek Jumi.

“Aahhh...” Rohman yang mendesah saat kontolnya sudah ambles dalam memek Jumi.

Jumi memejamkan matanya. Menikmati kontol Rohman yang berada dalam memeknya. Ia menyadari betapa lamanya memek itu tak pernah dimasuki oleh batang kontol. Jumi merindukan momen-momen seperti itu. Apalagi ketika Rohman mulai melakukan genjotan di memeknya.

“Aahh.....aahhsss.....masss....” desah Jumi. Genjotan Rohman pelan tapi teratur. Kontolnya keluar masuk di memek Jumi. Rohman untuk pertama kalinya menikmati memek selain milik Desi. Ia begitu menikmatinya. Entah kenapa. Bukankah Desi lebih seksi dan cantik dari Jumi? Tapi Rohman tak bisa membohongi bahwa ia begitu menikmati percintaan dengan Jumi ini.

Rohman dan Jumi tak peduli apabila ibunya bangun dan mendengar apa yang mereka lakukan. Mereka saat ini hanya butuh kepuasan. Genjotan Rohman makin cepat. Kontolnya makin cepat pula keluat masuk di memek Jumi.

“Aahh....ahhh...masss....eeennaakkk...”

“Iyyaaa....mbaaakk....meemmeekk....mbaakkk..eeee...naakk....aah....”

“Teeeruuss.....masss....eenn..aakk...”

Mendengar perkataan Jumi, Rohman menaikkan pacuannya. Tangan Jumi kini ia telah memeluk tubuh Rohman. Kedua kakinya sudah mengangakat memberi ruang sebesar-besarnya untuk Rohman agar bisa menikmati selangkangannya.

“Aaaah.....mbbbaakkk....aakkk....”

Crot. Crot. Crot.

Rohman sampai pada orgasmenya. Ia membenamkan kontolnya dalam-dalam di memek Jumi. Jumi merasakan kontol Rohman berkedut-kedut saat menumpahkan spermanya. Tapi Jumi tak khawatir karena Rohman telah menggunakan kondom. Rohman pun ambruk di atas badan Jumi. Jumi terus saja memeluknya meskipun ia sendiri belum sampai pada orgasmenya sendiri.

Setelah mengistirahatkan tubuhnya sejenak, mereka berdua lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan kemaluan masing-masing yang penuh dengan sperma. Beruntung ibu Rohman tidak bangun. Mereka pun dengan leluasa ke kamar mandi tanpa mengenakan apa pun.

Saat sudah mengenakan celana masing-masing dan merapikan diri, mereka lalu kembali berbaring untuk tidur.

“Mbak, makasih ya.” kata Rohman.

“Kita salah, Mas.”

“Iya aku tahu, mbak.” Jawab Rohman. “Ini hanya rahasia kita berdua.”

Jumi mengangguk pelan.

“Kita saling mengisi, mbak. Bukankah mbak sebetulnya kesepian kan?” kata Rohman.

“Sudah lama, Mas. Tapi aku coba tahan karena tak mau dicap janda nakal.”

“Nikmati saja rahasia kita ini, mbak.” Kata Rohman sambil mengecup bibir Jumi.

Jumi merasakan damai dalam hatinya. Sudah lama ia tak diperlakukan seperti itu oleh pria. Kini datang sesosok pria yang tak lain adalah majikannya. Pantaskah ini semua?

***

Rohman meminta pada Pak Burhan, bapaknya, untuk menggantikannya dulu karena dia ada urusan bisnis kopinya. Namun Pak Burhan beralasan dia sedang tidak enak badan. Akhirnya Rohman menyuruh Sapto yang menggantikannya menjaga Bu Sulastri. Alasan utama Pak Burhan sebenarnya adalah agar dia punya waktu dengan Desi.

Hari itu Rohman pun pergi ke kota menemui temannya untuk mengurus bisnis. Sapto mulai semalam sudah menginap di rumah sakit. Jadilah Pak Burhan hanya berdua saja dengan Desi di rumah itu. Sebenarnya Rohman sudah mengajak Desi untuk ikut ke kota. Tetapi Desi menolak karena beralasan lelah.

“Mas mau ke kota. Ke rumah Abdul. Kamu ga sekalian belanja?”

“Ngga, Mas. Mas sendiri aja ya.”

“Baiklah.”

Selepas Desi mengantar Rohman pergi dan menuntup pintu rumah, tiba-tiba Pak Burhan langsung menangkapnya. Ia langsung memeluk pinggang Desi.

“Pak! Bikin kaget aja.”

Pak Burhan tersenyum. Ia langsung menempelkan tubuh Desi ke dinding dan mulai menciumi bibir dan wajah Desi.

“Pak, Mas Rohman masih belum jauh.”

Tapi Pak Burhan tak mendengarkan ucapan Desi. Ia terus saja menciumi bibir Desi dan Desi pun segera membalas ciuman mertuanya itu. Kini mereka merasa bebas di rumah itu karena tidak ada siapa pun. Mereka langsung tenggelam dalam ciuman yang panas. Keduanya saling melumat. Bibir mereka berpagutan satu sama lain. Leher jenjang Desi tak luput dari ciuman ganas Pak Burhan.

“Aasshhh....asshhhh....” desah Desi saat Pak Burhan menciumi leher Desi dan juga tengkuknya.

Dalam posisi berdiri, Desi meraih selangkangan mertuanya dan menemukan sesuatu yang sudah mengeras. Ia menggenggam kontol bapaknya itu dan mulai meremasnya. Sementara Pak Burhan menurunkan ciumannya ke dada Desi. Dibuka kancing baju Desi satu per satu sampai dadanya yang dibalut BH terlihat.

“Aahhh...paaakkk....” desahan Desi saat Pak Burhan sudah mulai menjilati payudaranya.

Tangan Desi coba menyelinap masuk ke dalam sarung Pak Burhan. Karena mengalami kesusahan, Desi pun melepaskan sarung yang dikenakan oleh mertuanya itu. Langsung ia menggenggam kontol Pak Burhan dan mengocoknya pelan. Pak Burhan sendiri sibuk melepaskan baju Desi sekaligus BH-nya. Tak butuh waktu lama untuk melihat bagian atas tubuh Desi telanjang. Pak Burhan pun langsung mencaplok payudara Desi dengan mulutnya.

“Aaahhhh......ahhhhhss...” desah Desi sambil menikmati sedotan mulut di payudaranya. Pak Burhan menyedot-nyedot susu Desi secara bergantian kiri dan kanan. Ia juga sesekali melakukan jilatan di puting susunya dan makin membuat Desi mendesah tak karuan.

“Pakkk...aahhh.....”

Begitu puas dengan payudara Desi, Pak Burhan mulai turun ke bagian bawah. Tangannya langsung menarik celana tidur yang dikenakan Desi. Rupanya Desi sudah tak mengenakan apa pun di dalam. Tampaklah memek Desi dihiasi jembutnya.

“Wah, rupanya udah siap ya?” goda Pak Burhan. Tangannya menyentuh memek Desi yang terasa sudah basah.

Pak Burhan melepas kaosnya dan jadilah dia juga bertelanjang bulat. Sejoli itu kini telah tak mengenakan apa pun di badan mereka.

“Jangan di sini,” kata Desi.

“Di mana?”

“Di kamar aja.”

“Oke.”

Tanpa diduga, Pak Burhan langsung menggendong Desi. Desi terkejut dengan perlakukan mertuanya itu tapi ia tak memberontak atau apa. Ia justru melingkarkan tangannya di leher Pak Burhan. Mereka sudah bagaikan sepasang pengantin baru di malam pertama. Pak Burhan menaruh dengan lembut Desi di tempat tidur. Kini mereka tak perlu lagi mengunci pintu karena tak ada siapa pun yang akan mengganggu.

“Bapak pake kondom ya?” tanya Desi.

“Ngga usah ya?”

“Jangan, Pak. Saya ga mau ambil risiko.”

“Bapak keluarin di luar aja ya.”

“Janji ya, Pak.”

“Siap, sayang.”

Begitu selesai mengucapkan itu, Pak Burhan langsung menindih Desi. Desi sudah telentang dengan kedua pahanya terbuka lebar. Pak Burhan kembali melakukan rangsangan dengan ciuman di bibir. Keduanya lagi-lagi kembali terpejam dan hanyut dalam ciuman yang panas.

“Mmmpphhhh.....mmpphhhh...”

Tangan Pak Burhan meraih payudara Desi dan mulai meremas-remas. Ciumannya juga turun ke bagian leher. Dan bahkan melakukan jilatan-jilatan kecil.

“Aahhhhh.....ahhh....paakk....aaahhsss...”

Pak Burhan juga memainkan puting susu Desi dengan jari-jarinya. Ia memelintir puting itu dan membuat Desi menggelinjang keenakan. Sementara di selangkangan Desi, kontol bapak mertuanya sudah menggesek-gesek memeknya pelan.

“Aashhh...paakk...mmassuukiinnn...”

Kini Desi yang meminta agar Pak Burhan segera memasukkan kontolnya. Pak Burhan pun langsung menuruti permintaan Desi itu. Kontolnya langsung menekan memek Desi. Karena memeknya sudah sangat basah, maka tak butuh waktu lama bagi Pak Burhan untuk menancapkan seluruh batang kontolnya di memek Desi.

“Aaahhh....paakk....” desah Desi begitu seluruh kontol mertuanya masuk.

Gerakan naik turun mulai dilakukan oleh Pak Burhan. Pantatnya bergerak naik turun. Kontolnya keluar masuk di memek Desi.

“Aaahh....eenakk...memekmmuu...Dess...” kata Pak Burhan di sela genjotannya.

Desi tak menjawab dan memilih memejamkan mata sambil merasakan kenikmatan yang diberikan mertuanya. Pak Burhan kembali mencium menantunya dengan ganas. Tangannya meremas-remas payudaranya. Desi memeluk mertuanya itu agar menempel makin erat ke badannya.

“Aahh...ppaakkk....teerruuusss....”

Desi makin mendesah tak karuan saat Pak Burhan makin mempercepat genjotannya. Kontolnya mulai mengaduk-aduk memek Desi.

“Oohhh....aahhh....”

Pak Burhan terus mempercepat genjotannya. Ia benamkan dalam-dalam kontolnya ke memek Desi. Desi sendiri makin tak tahan dengan kenikmatan itu. Kakinya telah melingkar di pinggul Pak Burhan. Bunyi plok plok plok, suara benturan pantat dan paha keduanya, menghiasi keheningan kamar itu. Ditambah dengan desahan keduanya.

“Eennaakan mana sama suaminu?” bisik Pak Burhan di dekat telinga Desi. Desi tak menjawab.

“Jjjaawwabbbb...saayy...”

“Aahhh....baapaak....eenaakk....”

Desi pun kini berani mengakui apa yang sebenarnya ia rasakan. Ia tak bisa berbohong bahwa percintaan ini lebih nikmat dari yang dilakukan dengan suaminya. Pak Burhan jauh lebih bisa memberikan kenikmatan padanya.

“Aahh...paakk....mauuu....” desah Desi.

Melihat ekspresi Desi, Pak Burhan pun terus menambah kekuatan genjotannya. Genjotan itu terasa makin cepat. Dan Desi makin tak bisa menahan birahinya. Sampai akhirnya, ia melenguh panjang.

“Paakk...nyaam....mpee....”

Pelukan Desi semakin erat saat ia melenguh panjang. Pak Burhan merasakan kontolnya seperti disedot kuat oleh memek Desi karena orgasmenya. Tapi ia tak menurunkan tempo genjotannya. Ia terus saja memasuk keluarkan kontolnya di memek Desi.

“Aaahhh....ahhh...oohh....” napas Pak Burhan makin memburu.

Dan ia pun sampai pada puncaknya. Sebelum spermanya muncrat, ia segera menarik kontolnya cepat-cepat dan muncratlah spermanya itu ke perut Desi. Crot. Crot. Crot.

“Aahhh.....” lenguhan Pak Burhan juga panjang sambil tangannya mengocok kontolnya agar banyak mengeluarkan spermanya. Setelah itu Pak Burhan langsung terbaring di sebelah Desi. Perut Desi pun dipenuhi dengan sperma bapak mertuanya. Kedua orang itu kini terbaring lemas karena kelelahan.

Setelah mengistirahatkan badan, Desi lalu bangkit dan menuju ke kamar mandinya. Ia membersihkan sperma di perutnya dan juga memeknya. Saat sedang membersihkan, tiba-tiba Pak Burhan memeluknya dari belakang. Dan langsung memberikan rangsangan di tengkuk Desi.

“Udaahh, pak.” seru Desi saat tahu bapaknya mulai melakukan rangsangan lagi.

“Bapak pengin lagi,” bisik Pak Burhan.

Desi pun tak bisa apa-apa. Dari belakang Pak Burhan mulai melakukan rangsangan di memek Desi. Jari-jarinya ia coba masukkan ke dalam memek menantunya. Jari-jari itu menari-nari dan membuat Desi mendesah.

“Aahhh....udahh...pakk...”

Desi makin tak kuat saat ciuman Pak Burhan mendarat di belakang telinganya. Itu membuat desahan Desi makin menjadi-jadi. Apalagi saat jemarinya menemukan itil Desi dan memainkannya.

“Aahh...ppaakk....aah...eee...naakk....”

Pak Burhan terus melalukan rangsangan sampai Desi tak kuat dan meminta agar Pak Burhan segera memasukkan kontolnya.

“Ppaakkk...uudaahh...massukkk....aajjaaa...”

“Apanya yang masuk, sayang?”

“Konn...nnttoolll...”

“Kontol siapa?”

“Koonntt....toolll....bapaakk....”

Mendengar desahan nakal dari menantunya itu, Pak Burhan pun menyuruh Desi menungging sambil berpengangan pada kloset duduk. Pak Burhan dari arah belakang langsung memasukkan kontolnya. Ah, dengan posisi itu memek Desi makin menjepit kontol Pak Burhan.

Percintaan itu terus berlangsung sampai keduanya mencapai orgasmenya lagi. Pak Burhan kembali mengeluarkan semburan spermanya di pantat Desi. Setelah itu keduanya saling membersihkan diri bersama.

Selesai membersihkan diri, mereka berdua berbaring di bawah selimut sambil tetap bertelanjang.

“Pak, pake baju aja.” kata Desi.

“Jangan. Nanti bapak pasti pengin lagi.”

Akhirnya mereka tetap bertelanjang sambil berpelukan di bawah selimut. Saling memberi kehangatan.

“Des...”

“Iya, Pak.”

“Terima kasih ya. Sudah memberikan bapak kepuasan.”

“Jangan sampai ada yang tahu, Pak.”

“Iya, Des,” jawab Pak Burhan. “Bapak sayang sama kamu, Des.”

Pak Burhan mengucapkannya sambil mencium kening Desi. Meski Desi merasa damai dengan perlakuan bapak mertuanya itu, tapi sekaligus ia merasa takut. Ia takut hubungan itu terlalu jauh. Apalagi ia adalah bapak dari suaminya. Mungkin ia bisa berselingkuh secara fisik. Tapi ia belum siap untuk berselingkuh secara hati dan perasaan.

Pak Burhan pun lalu tertidur. Sementara Desi hanya terdiam tak dapat memejamkan matanya karena gelisah lantaran bapak mertuanya mulai sayang pada dirinya.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd