Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH DESI, SI PRIMADONA KAMPUNG

mantap......terjadi perselingkuhan dahsyat dalam satu rumah mantap
 
Menghindar

***

Saat di rumah sakit, Desi tak banyak berbicara pada Pak Burhan. Dia hanya bersikap biasa saja seolah tidak ada apa-apa dan memilih fokus untuk menjaga ibu mertuanya saja. Pak Burhan merasa aneh dengan sikap Desi tapi dia mendiamkannya saja dan menunggu waktu yang tepat.

Ketika malam hari tiba dan istrinya sudah tertidur, Pak Burhan mulai mendekati Desi.

“Kamu sakit?” tanya Pak Burhan.

“Ngga, Pak.”

“Kok kaya yang lemes banget.”

“Ngga kok, Pak. Saya ngga apa-apa.”

Pak Burhan lalu menemani Desi duduk di sofa. Tak lama, Pak Burhan langsung beraksi. Ia meraih tangan Desi. Desi menghindar. Tapi Pak Burhan terus gigih dan akhirnya bisa meraih tangan menantunya itu.

“Pak, mau ngapain?” tanya Desi, khawatir.

“Bapak kangen, Des.” Bisik Pak Burhan.

“Ada ibu, Pak.”

“Ngga akan tahu kok.”

Sebegitu kesepiankah Pak Burhan, hati Desi berkata, bahkan sampai tak peduli jika ada istrinya yang sedang sakit di dekatnya.

Pak Burhan mulai memaksa untuk mencium Desi. Desi berusaha menghindar tapi sekali lagi dia gagal. Pak Burhan tetap bisa menciumi lehernya. Tangan Pak Burhan memegangi bahu Desi dengan kuatnya hingga Desi tak bisa menghindar lagi. Dari leher ciumannya beralih ke bibir. Desi lagi-lagi tak bisa menghindar. Pak Burhan langsung melumat bibirnya dengan penuh nafsu. Sementara tangannya berusaha menyelinap ke dalam baju Desi. Desi sesekali melirik ke ibu mertuanya. Takutnya ia bangun dan mengetahui apa yang ia lakukan dengan Pak Burhan.

Tangan Pak Burhan mulai meremas-remas payudara Desi yang terbungkus BH. Desi mulai mengeluarkan sedikit desahan tapi ia berusaha untuk menahannya.

“Sshhh....aahhh...” desah Desi, pelan.

Pak Burhan lalu mencoba mengangkat baju Desi ke atas dan tampaklah payudaranya yang dibungkus BH. BH-nya langsung Pak Burhan singkap ke atas agar bisa meraih susunya itu tanpa ada halangan apa pun. Desi hanya diam saja tak bisa melakukan apa pun saat Pak Burhan mulai melahap kedua payudaranya. Menyedot-nyedot. Menjilati. Menggigit-gigit. Desi juga sebisa mungkin untuk menahan desahannya. Sambil melahap payudara Desi, Pak Burhan menyelinapkan tangannya ke dalam celana Desi. Desi berusaha menghalangi agar percumbuan itu tak semakin jauh. Tapi Pak Burhan tak mau kalah. Ia terus saja memaksa hingga akhirnya bisa ditebak siapa yang kalah: Desi. Ya, Pak Burhan pun bisa memasukkan tangannya ke dalam celana Desi dan meraih selangkangannya.

“Aahhh....aahhhh....” Desi mendesah saat jari-jari mertuanya bermain-main di memeknya. Ia mulai merasakan kenikmatannya mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

Puas dengan payudara Desi, Pak Burhan lalu berusaha untuk menurunkan celana Desi. Tapi Desi dengan tegas menolak.

“Pak, jangan!” kata Desi.

“Kenapa?”

“Aku ga mau ngelakuin di depan ibu, Pak.”

“Ibumu ga akan tahu.”

“Ngga, Pak. Saya mohon.”

Desi menunjukkan wajah memelas pada Pak Burhan agar mertuanya itu tak melangkah terlalu jauh. Pak Burhan pun akhirnya menuruti kemauan Desi. Ia menghentikan semua aktivitasnya. Karena kasihan dengan Pak Burhan, Desi pun menawarkan untuk mengocoknya saja.

“Saya kocok saja ya, Pak.”

Pak Burhan berpikir, daripada ia tak mendapatkan apa-apa, lebih baik setuju saja. Pak Burhan meminta agar Desi mengocok sambil tiduran saja. Desi pun menyetujuinya. Mereka lalu tiduran berdampingan menggunakan satu selimut. Di dalam selimut, Pak Burhan sudah melepaskan celananya dan kontolnya sudah siap untuk dikocok oleh Desi. Di dalam selimut pula Desi mengocok kontol mertuanya itu. Agar bisa menambah nafsunya, Pak Burhan sambil meremas-remas payudara Desi sambil memainkan kedua putingnya.

“Aahhh....ahhhh.....” Pak Burhan mendesah saat kocokan Desi makin kencang. Hingga tak lama kemudian, kontol Pak Burhan memuncratkan spermanya di tangan dan selimut yang mereka kenakan.

“Makasih ya, sayang.” Kata Pak Burhan saat Desi selesai membersihkan kontol Pak Burhan dengan tissue.

Sebelum mereka tidur, Pak Burhan sempat berbisik pada Desi, “Kalau nanti sudah di rumah, bapak akan minta yang ini.” Pak Burhan mengucapkannya sambil memegang memek Desi. Desi hanya tersenyum tak menjawab apa-apa.

Tak lama Pak Burhan pun lalu tertidur dengan posisi sambil memeluk Desi. Pak Burhan seolah selalu ingin dekat dengan Desi. Apakah itu karena Pak Burhan mulai memiliki rasa pada menantunya itu?

Desi mulai merasa bimbang dengan apa yang harus ia lakukan. Perasaan yang dimiliki oleh Pak Burhan akan memperburuk suasana. Desi lebih memilih berhubungan fisik saja daripada harus melibatkan perasaan. Biar bagaimanapun, meskipun urusan ranjang suaminya mengecewakan, ia tetap menyayangi Rohman. Apalagi dia sudah mengkhianati Rohman. Tapi sayangnya Desi tak tahu dengan apa yang dilakukan Rohman, suaminya. Ia juga mulai bermain nakal dengan Jumi, pembantunya.

***

Sudah seminggu Pak Burhan dan Desi berada di rumah sakit. Sejujurnya Desi sudah ingin pulang. Ia merasa tidak betah karena harus melayani Pak Burhan meskipun tak sampai bercinta. Tetapi tetap saja hal itu akan terus menumbuhkan perasaan Pak Burhan. Desi tak mau hal itu terjadi. Dia tak ingin menjalin hubungan yang menggunakan rasa dengan bapaknya. Meskipun ia tahu Pak Burhan sangat perhatian padanya.

Maka dari itu, Desi meminta pada Rohman untuk segera menggantikan dirinya di rumah sakit.

“Kenapa memangnya, sayang?” tanya Rohman.

“Pengin istirahat dulu, Mas.”

“Kamu ga betah di rumah sakit?”

“Bukan, Mas. Cuma pengin istirahat dulu aja. Nanti kalo sudah, balik lagi ngga masalah.”

“Ehh...gini, sayang. Mas sekarang lagi sibuk ngurus bisnis. Jadi kamu sabar dulu ya. Mungkin sehari atau dua hari. Nanti mas gantikan kamu di sana.”

“Ga bisa sekarang?”

“Ngga bisa, sayang.”

“Yaudah deh.”

Alasan Rohman ada benarnya. Memang dia tengah sibuk mengurus bisnis dengan rekannya. Tetapi ada alasan lain yang membuat ia menyuruh Desi menunggu. Ya, benar. Rohman masih ingin punya waktu dengan Jumi. Selama Desi di rumah sakit, saban malam Rohman dan Jumi selalu tidur bersama. Tentu saja tak hanya tidur. Mereka juga bercinta. Sebelum tidur mereka bercinta. Bangun tidur pun mereka kembali bercinta. Selama seminggu lebih itu mereka seperti sepasang suami istri.

Pernah ketika di rumah hanya ada mereka berdua, Sapto sedang ke rumah sakit untuk memgantar makanan, mereka berdua bermesraan di ruang tengah.

“Mas, kenapa sih kok mau sama saya? Saya kan cuma pembantu. Lagian Mbak Desi juga cantik banget dibandingkan saya.”

Rohman yang tiduran di pangkuan Jumi bangkit dan duduk berhadap-hadapan dengan Jumi.

“Jum, entah kenapa aku nyaman sama kamu. Tiap kali aku bersama kamu rasanya tenang. Tiap kali kamu memberikan nasihat juga, nasihat itu rasanya sampai di hati. Aku ga tahu kenapa.”

“Tapi Mas Rohman tahu ini salah kan?”

“Iya aku tahu, Jum,” kata Rohman. “Tapi aku juga tidak tahu ada apa dengan perasaanku. Apa mungkin aku mulai sayang sama kamu ya?”

Jumi terkejut mendengar ucapan itu. Entah kenapa begitu mendengar kalimat itu ia merasa was-was sekaligus bahagia. Ia tahu kata-kata itu tak pantas diucapkan oleh seorang lelaki yang sudah beristri. Tapi ia harus mengakui bahwa perkataan itu membuat hatinya berbunga-bunga.

“Jangan, Mas. Itu tambah salah.”

“Aku juga bingung, Jum.”

Tiba-tiba Jumi membawa Rohman pada pelukannya. Ia mendekapnya di dadanya. Seketika itu memberikan Rohman ketenangan.

“Saya tahu apa yang Mas Rohman rasakan,” sahut Jumi. “Tidak mudah menerima kenyataan kalau kita tidak kunjung diberikan keturunan. Tapi ikut kehendak Tuhan, Mas. Kita tak bisa apa-apa. Kita hanya perlu menerimanya. Ini bukan salah Mas Rohman ataupun Mbak Desi.”

Entah bagaimana bisa Jumi bisa menebak apa yang ada di hati Rohman. Padahal Rohman tak mengutarakan apapun. Apakah karena Jumi lebih berpengalaman dalam berumah tangga? Rohman sedikit menitikkan air mata saat berada di dekapan Jumi begitu mendengar kata-kata Jumi. Tapi ia merasa tenang saat itu. Tenang sekali. Seolah tak ada masalah yang dihadapinya

***

Sementara Desi harus bersabar lagi berada di rumah sakit bersama bapak mertuanya. Pak Burhan sendiri nafsunya semakin menggebu. Mungkin karena Desi tak mengijinkan untuk bercinta. Desi benar-benar sudah tidak kuat. Tapi sayang suaminya bilang harus menunggu sebentar.

Pak Burhan terus saja melakukan kenakalan sebagai ganti ia tak bisa menikmati memek Desi. Setiap hari ia selalu minta kocok pada Desi. Ia juga melalukan oral seks di memek Desi. Ia jilati memek Desi sampai Desi meraih orgasmenya. Kini seolah tubuh Desi adalah milik Pak Burhan. Pak Burhan bebas melakukan apa saja selain memasukkan kontol ke memek dan mulut Desi.

“Des, gerah nih. Mandi yuk!” ajak Pak Burhan.

“Hah? Bareng? Yang bener aja, Pak.”

“Ayo. Ibu lagi tidur tuh.”

“Ayo. Gapapa kok.”

Desi akhirnya menuruti kemauan bapak mertuanya itu. Ia bersama Pak Burhan masuk ke dalam kamar mandi bersama. Di dalam kamar mandi, Pak Burhan langsung menerkam Desi. Ia menciumi bibir Desi dengan buas. Desi hampir tak bisa bernapas gara-gara ciuman itu. Setelah mencium bibir, Pak Burhan membuka baju Desi satu per satu sampai ia telanjang. Lalu setelah itu giliran dirinya yang membuka bajunya hingga juga telanjang.

Pak Burhan kemudian melahap payudara Desi dengan posisi berdiri dan menempel ke dinding. Ia menciumi kedua payudara Desi secara bergantian. Sementara salah satu tangannya meraih memek Desi dan memainkan liang senggama itu dengan jarinya. Karena terangsang, Desi agak membuka sedikit pahanya untuk memberi ruang pada tangan Pak Burhan. Pak Burhan pun bebas menari-narikan jarinya di sana. Tangan Desi sendiri juga tak tinggal diam. Dia meraih kontol Pak Burhan yang sudah tegang dan mulai melakukan kocokan.

Saat puas dengan ciuman di dada, ciuman Pak Burhan turun ke selangkangan Desi. Desi tak mencegah kelakuan bapak mertuanya itu. Ia biarkan saja Pak Burhan menciumi memeknya yang sudah basah. Pak Burhan dengan ganasnya melumat memek Desi. Ia jilati seluruh permukaan memek itu. Lidahnya juga mencoba menusuk-nusuk lubang memek Desi.

“Aahhhss....paaak.....uuu...daahhh....”

Tapi Pak Burhan tak mendengarkan ucapan Desi itu. Ia terus saja memainkan mulut dan lidahnya. Bahkan sesekali ia juga menyedot-nyedot klitoris Desi.

“Paaakkk....aaahhh.....eennaakkk....paaakk....”

Tangan Desi sambil menjambak rambut Pak Burhan karena menahan kenikmatan yang ia rasakan. Sampai akhirnya ia pun tak kuat lagi dan sampai pada puncaknya.

“Ooohh...paaakkk....ahhhhhss.....”

Desi menjepit kepala bapak mertuanya karena menahan orgasme yang datang. Pak Burhan merasa cairan yang keluar semakin banyak. Bibir Pak Burhan tampak belepotan dengan cairan cinta Desi. Desi langsung terduduk di lantai kamar mandi dengan kelelahan.

Setelah itu, setelah tenaga Desi pulih, giliran Desi yang memberi pelayanan pada Pak Burhan. Ia mengocok kontol Pak Burhan yang berada di hadapannya. Kontol itu tepat berada di depannya. Desi terus saja mengocok sampai Pak Burhan tak kuat lagi untuk menahan.

Crot. Crot. Crot. Sperma Pak Burhan muncrat di wajah Desi. Lumayan banyak.

Selepas itu mereka pun mandi bersama dengan saling menyirami dan menyabuni badan masing-masing.

Bersambung
 
Asik nih kayak tuker pasangan aja........kalo bisa hu bikin makin romatis jadi lebih seru lagi kayaknya....ini sekedar saran saja..ditunggu next update
 
Bimabet
Sepertinya sebentar lg akan ketahuan hihihi kalo ga ceroboh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd