Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH DESI, SI PRIMADONA KAMPUNG

Awal Masalah?

****

Suatu pagi Sapto hendak mengantarkan Jumi ke pasar untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Tetapi saat akan berangkat, Rohman berinisiatif agar dirinya saja yang mengantar Jumi. Sapto sementara di rumah saja melanjutkan pekerjaannya. Melihat sikap suaminya itu, Desi tampak heran dan curiga.

“Kenapa ngga Sapto aja, Mas?” tanya Desi.

“Mas sekalian mau beli sesuatu, dek.”

“Ya kan bisa nitip ke Sapto.”

“Jangan. Takutnya dia ga paham,”

“Emang mau beli apa sih?” tanya Desi, semakin heran.

“Ya ada lah pokoknya. Lagian kenapa sih kalo Mas yang anter Jumi, kamu cemburu?”

“Ngga sih. Aneh aja.”

“Apanya yang aneh?”

“Tumben aja gitu.”

“Udahlah. Mas berangkat dulu.”

Penjelasan Rohman tidak cukup untuk menghilangkan rasa curiga di hati Desi. Tidak biasanya suaminya punya inisiatif seperti itu. Pikiran Desi pun berlari ke arah yang paling buruk: Rohman ada main dengan Jumi.

“Tapi apa mungkin?” tanya hati Desi.

Pikiran Desi terus saja membayangkan apa kiranya yang membuat Rohman seperti itu. Lalu ia mengaitkan dengan kejadian saat Rohman meminta Jumi untuk pulang dari rumah sakit. Mungkinkah itu karena Rohman ingin berduaan dengan Jumi? Hati Desi terus saja berkata-kata. Sementara itu Rohman sudah berangkat mengantar Jumi.

“Mas, kenapa sih kok nekat kaya gini?” tanya Jumi di perjalanan.

“Nekat gimana?”

“Ya nganter saya ke pasar.”

“Gapapa. Saya pengin berduaan,” jawab Rohman.

“Tapi kan orang-orang bisa curiga.”

“Ngga akan kok. Tenang aja.”

Mereka pun akhirnya pergi ke pasar berdua. Selepas pergi dari pasar, Rohman mengajak Jumi ke sebuah toko perhiasan. Ia berencana ingin membelikan Jumi kalung dan gelang.

“Mau apa kok ke sini, Mas?”

“Saya kemarin ada rejeki. Mbak sekarang pilih gelang dan kalung buat mbak.”

“Mas mau belikan saya perhiasan?”

Rohman mengangguk.

“Ngga usah, Mas.”

“Kamu tidak menghargai pemberian dari saya?”

“Bukan gitu, Mas. Tapi–“

“Sudah. Sudah. Ayo pilih aja.”

Jumi akhirnya tak bisa menolak pemberian dari majikannya itu. Meski agak berat menerimanya, tetapi ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya mendapatkan perhatian lebih dari Rohman. Ia harus mengakui bahwa perasaan pada Rohman semakin tumbuh dalam dadanya.

“Makasih ya, Mas.”

“Sama-sama.”

Di dalam mobil, Jumi langsung mencium pipi Rohman. Meski agak terkejut, Rohman berusaha menyembunyikannya. “Di sini,” kata Rohman menunjuk bibirnya. Desi pun segera menuruti permintaan Rohman. Ia mengecup bibir Rohman. Agak lama dan mesra tentunya. Rohman belum puas dengan ciuman itu. Ia meminta lagi.

“Bahaya di sini, Mas. Nanti kelihatan.”

Rohman pun lalu punya rencana untuk mencari tempat agar dia bisa berduaan dengan Jumi. Satu-satunya tempat yang paling memungkinkan adalah hotel. Rohman pun langsung mencari hotel murah terdekat.

“Kok ke sini, Mas” tanya Jumi bergitu sampai di hotel.

“Kan saya sudah bilang, mbak. Pengin berduaan.”

Rohman menyuruh Desi untuk segera turun. Mereka lalu memesan sebuah kamar yang dilengkapi kamar mandi di dalamnya.

“Ayo masuk,” ajak Rohman pada Jumi.

“Mas, nanti kalo orang-orang rumah curiga gimana?”

“Tenang aja, mbak,”

Jumi merasa heran kenapa Rohman sekarang bisa seberani itu. Mungkinkah rasa kesepiannya membuat dirinya hilang kendali? Meski agak takut dengan situasi itu, tapi Jumi tak bisa berbuat apa-apa. Selain itu dalam lubuk hati terdalamnya ia juga ingin berduaan dengan Rohman.

Rohman lalu memeluk Jumi dari belakang yang masih berdiri kebingungan. Rohman coba menenangkannya sekali lagi. Lalu ia cium tengkuk Jumi. Napas Jumi pun mulai terasa berat. Ciuman Rohman merambat naik ke leher Jumi. Ia telusuri seluruh permukaan leher Jumi hingga Jumi pun mulai mendesah.

“Ahhh…massshhh…”

Tangan Rohman masuk ke dalam baju Jumi dan meraih payudaranya. Tangan itu menyelinap ke dalam BH yang membungkus payudara. Rohman kemudian meremas-remasnya dengan penuh nafsu. Tangan Jumi mulai memiliki keberanian untuk merogoh selangkangan Rohman dan diraihnya kontolnya yang berangsur menegang.

“Mass….aahhh…aahhhh.,,,” Desi terus saja mendesah seiring cumbuan dari Rohman.

Satu tangan Rohman yang lain turun ke selangkangan Jumi dan menyelinap ke dalam celananya. Terus menyelinap sampai pada memek Jumi. Rupanya memek Jumi sudah sedikit basah. Rohman segera memainkan jarinya di memek itu dan membuat Jumi menggelinjang.

“Mass….eee…nnaakkk….”

Tangan Rohman terus menari-nari di sekitar klitoris Jumi. Hal itu membuat Jumi makin tak kuat untuk tidak mendesah. Apalagi ketika salah satu jari Rohman menusuk-nusuk lubang memeknya.

“Ahhhh….maasss…..uuddaah….aaahhh…eenaakkk…”

Melihat gerakan Jumi yang sepertinya sudah sangat terbakar birahi, Rohman menghentikan permainannya dan memilih melucuti seluruh pakaian Jumi satu per satu. Mulai dari kaos, celana, BH, dan CD. Jumi kini jadi bertelanjang bulat di hadapan Rohman.

“Kamu seksi sekali, sayang.” kata Rohman. Dada Jumi berdesir mendapatkan perkataan demikian.

“Ah, masih lebih seksi Mbak Desi, Mas.”

“Tapi kamu yang membuatku terus bergairah, sayang.”

Rohman mencium bibir Jumi. Jumi menyembutnya dengan ciuman yang tak kalah panas. Mereka berdua berada dalam ciuman yang panas dan nakal. Apalagi kedua tangan mereka saling meraba tubuh masing-masing seolah mencari kenikmatan.

“Mas, buka dong bajunya.” Kata Jumi.

“Bukain dong.”

Jumi menuruti permintaan pria yang sebentar lagi akan mencumbunya itu. Ia buka kaos Rohman, celana pendeknya, dan juga menurunkan celana dalamnya. Tanpa diperintah, tiba-tiba Jumi duduk di hadapan Rohman yang sedang berdiri dan meraih kontolnya. Jumi kocok kontol Rohman dengan tangannya. Setelah itu, kontol itu ia lahap dengan mulutnya.

“Mpphhhh…mmpphhhh….”

“Ahhh….” Rohman mendesah.

Kontol Rohman pun keluar masuk di dalam mulut Jumi. Rohman merasakan betapa lembut mulut dan bibir Jumi. Memberikan sensasi yang luar biasa pada kontolnya. Jumi juga sesekai menyedot-nyedot kontol itu.

“Ahhh…eee..nnaakk….”

Jumi menjilati seluruh permukaan kontol Rohman hingga kontol itu penuh dengan air liurnya. Karena sudah tidak tahan, Rohman menyuruh Jumi untuk berdiri dan membaringkannya di tempat tidur. Kedua paha Jumi, Rohman buka lebar-lebar. Memek Jumi sudah tampak siap untuk ia gagahi. Rohman mengarahkan kontolnya ke memek Desi. Awalnya dia gesek-gesek terlebih dahulu sebelum ia tusukkan ke dalam memek itu.

“Ahhhh….” desah Jumi begitu kontol Rohman masuk. Pantat Rohman pun perlahan mulai bergoyang.

Rohman menundukkan badannya dan mulai melahap payudara Jumi. Ia jilati seluruh permukaan payudara Desi yang mulus. Sesekali ia juga menyedotnya dan bahkan melakukan cupang di sana hingga terdapat bekas merah. Rohman juga memainkan puting susu Jumi.

“Aahh…Mass….eennaakkkk….”

Genjotan Rohman makin cepat. Kontolnya pun makin cepat keluar masuk di memek Jumi. Mereka sudah lupa bahwa mereka tak mengenakan pengaman alias kondom. Mereka terus saja menikmati sajian birahi masing-masing.

Ciuman Rohman naik ke leher Jumi. Ia kembali menelusuri leher Jumi dan membuat Jumi mendesah penuh kenikmatan.

“Ahhh….aahhh….maaas….terruuss….eenaakkkk….”

Pantat Jumi mulai melakukan respon atas genjotan Rohman. Perlahan pantat Jumi juga mulai naik turun seiring iraman hentakan kontol Rohman. Mendapat respon demikian, Rohman makin mempercepat pompaannya.

“Ahhh…yyaa…mass…eenaak…”

Jumi makin mempererat pelukannya di tubuh Rohman. Kakiknya juga melingkar di pinggang Rohman. Rohman sendiri merasakan akan segera sampai pada puncaknya. Ia pun terus melakukan pompaan pada memek Desi.

“Mbbaakk….saaayyaa…maau…keeluaar….”

“Di luar…yaa….”

Rohman tak menjawab. Tapi sebelum spermanya muncrat, buru-buru Rohman menarik kontolnya keluar dan spermanya tumpah di selangkangan dan perut Jumi. Rohman lalu terbaring lemas di samping Jumi. Jumi sendiri belum sempat merasakan orgasmenya. Meski sebenarnya kecewa, tapi ia segera buang perasaan itu. Ia menyadari bahwa ada lelaki baik di sampingnya, itu jauh lebih indah daripada sekadar orgasme semata.

***

Di rumah Desi masih dilanda kebingungan dengan sikap suaminya. Ia masih curiga jangan-jangan sudah ada main Rohman dengan Jumi. Tapi segera ia buang jauh-jauh pikiran itu. Lagipula kenapa Rohman harus selingkuh dengan Jumi? Padahal dirinya jauh lebih cantik dan seksi?

“Tidak. Itu tidak mungkin.” kata Desi dalam hati.

Saat Desi tengah termenung, tiba-tiba bapaknya mengagetkannya.

“Des, lagi mikirin apa? Kok bengong gitu?”

Desi kaget. “Eh, anu, Pak. Gapapa kok.”

“Des, bisa tolong jagain ibu dulu. Bapak mau ke kamar mandi.”

“Oh iya, Pak.”

Bu Sulastri sedang berada di kursi roda. Desi mengajak jalan ke samping rumah supaya Bu Sulastri tidak stres berada di dalam terus. Bu Sulastri masih belum menunjukkan perkembangan yang baik. Desi pun merasa sangat berdosa pada ibu mertuanya itu. Anaknya telah ia khianati dan suaminya telah ia nikmati keperkasaannya.

Desi sedang asik menemani Bu Sulastri. Ia tengah berdiri sambil memegangu kursi roda ibu mertuanya. Tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang langsung melingkar di pinggangnya. Desi sempat kaget. Tapi buru-buru Pak Burhan menutup mulutnya.

“Sstttt.”

Gila, pikir Desi. Apa yang akan bapak mertuanya lakukan?

Pak Burhan kemudian menciumi tengkuk Desi sambil tangannya tak lepas di pinggangnya. Ciuman itu membuat darah Desi berdesir dan menghidupkan birahinya. Apalagi ketika Pak Burhan mulai mencium leher jenjangnya.

Rasanya ingin sekali Desi mendesah. Tapi itu tak mungkin ia lakukan karena ada ibu mertuanya di depannya. Desi mau berusaha memberontak juga tak mungkin. Ibu mertuanya pasti curiga. Ah, dia merasa bahwa ini adalah jebakan Pak Burhan.

Tak puas hanya memeluk saja. Tangan Pak Burhan perlahan mengangkat daster Desi hingga tampak paha depannya yang mulus. Setelah terangkat tangannya masuk ke dalam dasternya dan meraih dada Desi.

Beruntung saat itu mereka berada si samping rumah. Di sana tak akan ada yang melihat mereka karena sekeliling telah dipagari dengan tembok yang cukup tinggi.

Pak Burhan mulai meremas-remas payudara menantunya itu. Karena tak mau kesusahan, ia pun membuka terlebih dahulu kaitannya. Otomatis Pak Burhan harus menarik resleting daster di bagian punggung. Tampaklah punggung Desi yang mulus.

Kancing BH sudah terlepas. Kini Pak Burhan bebas meremas payudara Desi tanpa terganggu BH. Pak Burhan memang paling suka pada payudara Desi karena bentuknya yang bulat dan kencang pula.

Kontol Pak Burhan tentu saja sudah menegang. Agar tidak sesak, Pak Burhan pun mengeluarkan kontolnya dari balik celana. Dan menempelkannya ke belahan pantat Desi. Sementara itu, tak puas dengan payudara, tangan Pak Burhan lalu turun ke selangkangan Desi. Kemudian menyelinap ke dalam CD Desi dan menemukan sebuah gundukan yang dipenuhi bulu.

Memek Desi pun dimain-mainkan oleh tangan Pak Burhan. Tentu saja Desi ingin mendesah. Tapi harus ia tahan karena situasi tak mendukung. Desi hanya bisa memejamkan matanya sambil menahan laju suaranya.

Pak Burhan meminta Desi untuk merenggangkan kedua pahanya agar Pak Burhan bisa leluasa untuk meraih lubang memeknya. Desi menuruti kemauan Pak Burhan itu. Dan jadilah memeknya diaduk-aduk dengan jari-jari Pak Burhan.

Desi merasa tersiksa dengan keadaan itu. Di satu sisi ia terus mendapat rangsangan dari bapak mertuanya. Tapi di sisi lain ia tak bisa mengekspresikan kepuasannya dalam desahan.
Tangan Pak Burhan yang semula memegang payudara Desi, kini berpindah untuk menaikkan daster Desi bagian belakang sampai pantat Desi terlihat. Sebuah bongkahan pantat yang mengundang birahi siapa pun yang melihat. Setelah terangkat, Pak Burhan menggesek-gesek kontolnya pada pantat itu. Kontol Pak Burhan sudah tegang bukan main. Rasanya sudah siap untuk dilesakkan pada memek Desi. Tapi Pak Burhan menunggu dan tetap memainkan memek Desi.

Agar semakin memberi ruang pada tangannya, Pak Burhan pun berinisiatif untuk membuka CD yang dikenakan oleh Desi. Ia turunkan CD itu sampai terlepas. Tangan Pak Burhan pun leluasa dan kontolnya juga menyentuh langsung pada belahan pantatnya.

Desi lagi-lagi merasa kesal karena tangan Pak Burhan terus memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa di memek Desi. Karena semakin tak tahan, Desi pun memundurkan kepalanya dan berbisik pelan sekali pada Pak Burhan, “Pak..udahhh…”

Rupanya Desi sudah tidak tahan lagi. Akhirnya Pak Burhan mulai melakukan penetrasi pada memek Desi dari arah belakang. Pak Burhan memberikan isyarat pada Desi untuk sedikit membungkukkan badannya dan mencondongkan pantatnya ke belakang. Isyarat itu dimengerti oleh Desi dan Pak Burhan pun dengan mudah menusuk memek Desi dengan kontolnya.

“Hhmmmppp….” Desi menahan desahannya karena kontol Pak Burhan yang melesak. Kontol Pak Burhan terasa mentok di memeknya.

Pak Burhan mulai melakukan gerakan maju mundur sambil memegangi pantat Desi. Kontolnya jadi keluar masuk di memek menantu perempuannya itu. Desi sendiri hanya bisa memejamkan mata dan menahan suara karena hasrat untuk mendesah kian tak terbendung.

Bu Sulastri masih terdiam di atas kursi roda. Tidak tahu bahwa suami dan menantu perempuannya, tepat di belakangnya sedang saling memuaskan.

Dorongan kontol Pak Burhan makin cepat dan membuat tubuh Desi berguncang. Karena tak mau kursi roda ibu mertuanya juga ikut berguncang, Desi melepas pegangannya. Melihat hal itu, Pak Burhan meraih kedua tangan Desi dan menariknya ke belakang. Kini Pak Burhan bagai mengendarai seekor kuda. Sambil tetap melakukan dorongan di memek Desi.

“Hmmmpph…” Desi mencoba untuk terus menahan desahannya.

Semakin mempercepat dorongannya, ternyata makin menghasilkan bunyi yang berisik. Terutama karena benturan paha dan pantat. Akhirnya, dengan segenap keberanian, Pak Burhan mengajak Desi untuk pergi ke belakang rumah.

“Lanjut di belakang,” bisinya pelan.

Mereka berdua meninggalkan Bu Sulastri sendiri. Desi berpura-pura akan ke kamarnya sebentar.

“Bu, saya mau ke kamar sebentar ya. Mau ambil HP.”

Bu Sulastri hanya memberi isyarat yang tidak jelas.

Mereka menuju ke belakang dengan mengendap-endap. Di belakang rumah, mereka berdua melanjutkan aktivitasnya. Desi dengan berpegangan pada tembok langsung menungging dan Pak Burhan dari arah belakang menusuk memeknya.

“Aaahhh….” Kini Desi sudah bebas mendesah.

Pak Burhan langsung menggenjot memek Desi dengan tempo cepat. Tangannya kini bebas memegang seluruh bagian tubuh Desi. Pak Burhan meraih payudara Desi yang menggantung bebas. Ia remas keduanya sambil tetap tak mengendorkan genjotannya.

“Aahhh…paakk….eennaakk….”

“Mmee…meekk…mmuu…eennaakk….Des…aahh….”

“Teerruusss….paakkk…aaahhhss….”

Genjotan Pak Burhan terasa makin bernafsu. Kontolnya dengan cepat keluar masuk di memek Desi dan membuat Desi makin mendekati puncaknya.

“Paakk…leebbihh..ceeppeet….aahh….”

Pak Burhan pun semakin mempercepat genjotannya. Pantatnya makin cepat juga maju mundur. Napasnya semakin memburu. Sampai akhirnya, Desi mendorong pantatnya ke belakang agar kontol Pak Burhan makin masuk sambil melenguh.

“Aahhhh…..” Tangannya memegang tembok dengan erat. Dan pantatnya sedikit bergertar. Dia telah mencapai orgasmenya.

Karena Desi sudah mencapai puncaknya, Pak Burhan pun terus menggenjot memek Desi. Sampai akhirnya Pak Burhan segera menarik kontolnya dari memek Desi dan muncratlah spermanya ke pantat Desi. Banyak sekali. Rupanya Pak Burhan juga belum siap untuk menumpahkan spermanya di rahim menantunya itu.

Dengan sisa tenaga yang ada, mereka buru-buru merapikan diri dan menuju ke Bu Sulastri. Bu Sulastri duduk di kursi roda dengan tak berdaya. Sedangkan Pak Burhan dan Desi tersenyum bahagia karena baru menyalurkan birahi mereka.
“Bu, kita masuk ke dalam saja yuk.” Ajak Desi. Desi pun mendorong kursi roda Bu Sulastri masuk ke dalam rumah. Pak Burhan mengikuti di belakangnya.

Saat mendorong ibu mertuanya itu, Desi jadi merasa bersalah. Tega-teganya dia bercinta dengan Pak Burhan saat ada Bu Sulastri di depannya. Rupanya Desi sudah menjadi wanita yang tak berperasaan. Sementara itu di belakangnya, Pak Burhan sesekali mencolek pantat Desi. Tak peduli lagi pada istrinya.

Bersambung
 
Awal Masalah?

****

Suatu pagi Sapto hendak mengantarkan Jumi ke pasar untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Tetapi saat akan berangkat, Rohman berinisiatif agar dirinya saja yang mengantar Jumi. Sapto sementara di rumah saja melanjutkan pekerjaannya. Melihat sikap suaminya itu, Desi tampak heran dan curiga.

“Kenapa ngga Sapto aja, Mas?” tanya Desi.

“Mas sekalian mau beli sesuatu, dek.”

“Ya kan bisa nitip ke Sapto.”

“Jangan. Takutnya dia ga paham,”

“Emang mau beli apa sih?” tanya Desi, semakin heran.

“Ya ada lah pokoknya. Lagian kenapa sih kalo Mas yang anter Jumi, kamu cemburu?”

“Ngga sih. Aneh aja.”

“Apanya yang aneh?”

“Tumben aja gitu.”

“Udahlah. Mas berangkat dulu.”

Penjelasan Rohman tidak cukup untuk menghilangkan rasa curiga di hati Desi. Tidak biasanya suaminya punya inisiatif seperti itu. Pikiran Desi pun berlari ke arah yang paling buruk: Rohman ada main dengan Jumi.

“Tapi apa mungkin?” tanya hati Desi.

Pikiran Desi terus saja membayangkan apa kiranya yang membuat Rohman seperti itu. Lalu ia mengaitkan dengan kejadian saat Rohman meminta Jumi untuk pulang dari rumah sakit. Mungkinkah itu karena Rohman ingin berduaan dengan Jumi? Hati Desi terus saja berkata-kata. Sementara itu Rohman sudah berangkat mengantar Jumi.

“Mas, kenapa sih kok nekat kaya gini?” tanya Jumi di perjalanan.

“Nekat gimana?”

“Ya nganter saya ke pasar.”

“Gapapa. Saya pengin berduaan,” jawab Rohman.

“Tapi kan orang-orang bisa curiga.”

“Ngga akan kok. Tenang aja.”

Mereka pun akhirnya pergi ke pasar berdua. Selepas pergi dari pasar, Rohman mengajak Jumi ke sebuah toko perhiasan. Ia berencana ingin membelikan Jumi kalung dan gelang.

“Mau apa kok ke sini, Mas?”

“Saya kemarin ada rejeki. Mbak sekarang pilih gelang dan kalung buat mbak.”

“Mas mau belikan saya perhiasan?”

Rohman mengangguk.

“Ngga usah, Mas.”

“Kamu tidak menghargai pemberian dari saya?”

“Bukan gitu, Mas. Tapi–“

“Sudah. Sudah. Ayo pilih aja.”

Jumi akhirnya tak bisa menolak pemberian dari majikannya itu. Meski agak berat menerimanya, tetapi ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya mendapatkan perhatian lebih dari Rohman. Ia harus mengakui bahwa perasaan pada Rohman semakin tumbuh dalam dadanya.

“Makasih ya, Mas.”

“Sama-sama.”

Di dalam mobil, Jumi langsung mencium pipi Rohman. Meski agak terkejut, Rohman berusaha menyembunyikannya. “Di sini,” kata Rohman menunjuk bibirnya. Desi pun segera menuruti permintaan Rohman. Ia mengecup bibir Rohman. Agak lama dan mesra tentunya. Rohman belum puas dengan ciuman itu. Ia meminta lagi.

“Bahaya di sini, Mas. Nanti kelihatan.”

Rohman pun lalu punya rencana untuk mencari tempat agar dia bisa berduaan dengan Jumi. Satu-satunya tempat yang paling memungkinkan adalah hotel. Rohman pun langsung mencari hotel murah terdekat.

“Kok ke sini, Mas” tanya Jumi bergitu sampai di hotel.

“Kan saya sudah bilang, mbak. Pengin berduaan.”

Rohman menyuruh Desi untuk segera turun. Mereka lalu memesan sebuah kamar yang dilengkapi kamar mandi di dalamnya.

“Ayo masuk,” ajak Rohman pada Jumi.

“Mas, nanti kalo orang-orang rumah curiga gimana?”

“Tenang aja, mbak,”

Jumi merasa heran kenapa Rohman sekarang bisa seberani itu. Mungkinkah rasa kesepiannya membuat dirinya hilang kendali? Meski agak takut dengan situasi itu, tapi Jumi tak bisa berbuat apa-apa. Selain itu dalam lubuk hati terdalamnya ia juga ingin berduaan dengan Rohman.

Rohman lalu memeluk Jumi dari belakang yang masih berdiri kebingungan. Rohman coba menenangkannya sekali lagi. Lalu ia cium tengkuk Jumi. Napas Jumi pun mulai terasa berat. Ciuman Rohman merambat naik ke leher Jumi. Ia telusuri seluruh permukaan leher Jumi hingga Jumi pun mulai mendesah.

“Ahhh…massshhh…”

Tangan Rohman masuk ke dalam baju Jumi dan meraih payudaranya. Tangan itu menyelinap ke dalam BH yang membungkus payudara. Rohman kemudian meremas-remasnya dengan penuh nafsu. Tangan Jumi mulai memiliki keberanian untuk merogoh selangkangan Rohman dan diraihnya kontolnya yang berangsur menegang.

“Mass….aahhh…aahhhh.,,,” Desi terus saja mendesah seiring cumbuan dari Rohman.

Satu tangan Rohman yang lain turun ke selangkangan Jumi dan menyelinap ke dalam celananya. Terus menyelinap sampai pada memek Jumi. Rupanya memek Jumi sudah sedikit basah. Rohman segera memainkan jarinya di memek itu dan membuat Jumi menggelinjang.

“Mass….eee…nnaakkk….”

Tangan Rohman terus menari-nari di sekitar klitoris Jumi. Hal itu membuat Jumi makin tak kuat untuk tidak mendesah. Apalagi ketika salah satu jari Rohman menusuk-nusuk lubang memeknya.

“Ahhhh….maasss…..uuddaah….aaahhh…eenaakkk…”

Melihat gerakan Jumi yang sepertinya sudah sangat terbakar birahi, Rohman menghentikan permainannya dan memilih melucuti seluruh pakaian Jumi satu per satu. Mulai dari kaos, celana, BH, dan CD. Jumi kini jadi bertelanjang bulat di hadapan Rohman.

“Kamu seksi sekali, sayang.” kata Rohman. Dada Jumi berdesir mendapatkan perkataan demikian.

“Ah, masih lebih seksi Mbak Desi, Mas.”

“Tapi kamu yang membuatku terus bergairah, sayang.”

Rohman mencium bibir Jumi. Jumi menyembutnya dengan ciuman yang tak kalah panas. Mereka berdua berada dalam ciuman yang panas dan nakal. Apalagi kedua tangan mereka saling meraba tubuh masing-masing seolah mencari kenikmatan.

“Mas, buka dong bajunya.” Kata Jumi.

“Bukain dong.”

Jumi menuruti permintaan pria yang sebentar lagi akan mencumbunya itu. Ia buka kaos Rohman, celana pendeknya, dan juga menurunkan celana dalamnya. Tanpa diperintah, tiba-tiba Jumi duduk di hadapan Rohman yang sedang berdiri dan meraih kontolnya. Jumi kocok kontol Rohman dengan tangannya. Setelah itu, kontol itu ia lahap dengan mulutnya.

“Mpphhhh…mmpphhhh….”

“Ahhh….” Rohman mendesah.

Kontol Rohman pun keluar masuk di dalam mulut Jumi. Rohman merasakan betapa lembut mulut dan bibir Jumi. Memberikan sensasi yang luar biasa pada kontolnya. Jumi juga sesekai menyedot-nyedot kontol itu.

“Ahhh…eee..nnaakk….”

Jumi menjilati seluruh permukaan kontol Rohman hingga kontol itu penuh dengan air liurnya. Karena sudah tidak tahan, Rohman menyuruh Jumi untuk berdiri dan membaringkannya di tempat tidur. Kedua paha Jumi, Rohman buka lebar-lebar. Memek Jumi sudah tampak siap untuk ia gagahi. Rohman mengarahkan kontolnya ke memek Desi. Awalnya dia gesek-gesek terlebih dahulu sebelum ia tusukkan ke dalam memek itu.

“Ahhhh….” desah Jumi begitu kontol Rohman masuk. Pantat Rohman pun perlahan mulai bergoyang.

Rohman menundukkan badannya dan mulai melahap payudara Jumi. Ia jilati seluruh permukaan payudara Desi yang mulus. Sesekali ia juga menyedotnya dan bahkan melakukan cupang di sana hingga terdapat bekas merah. Rohman juga memainkan puting susu Jumi.

“Aahh…Mass….eennaakkkk….”

Genjotan Rohman makin cepat. Kontolnya pun makin cepat keluar masuk di memek Jumi. Mereka sudah lupa bahwa mereka tak mengenakan pengaman alias kondom. Mereka terus saja menikmati sajian birahi masing-masing.

Ciuman Rohman naik ke leher Jumi. Ia kembali menelusuri leher Jumi dan membuat Jumi mendesah penuh kenikmatan.

“Ahhh….aahhh….maaas….terruuss….eenaakkkk….”

Pantat Jumi mulai melakukan respon atas genjotan Rohman. Perlahan pantat Jumi juga mulai naik turun seiring iraman hentakan kontol Rohman. Mendapat respon demikian, Rohman makin mempercepat pompaannya.

“Ahhh…yyaa…mass…eenaak…”

Jumi makin mempererat pelukannya di tubuh Rohman. Kakiknya juga melingkar di pinggang Rohman. Rohman sendiri merasakan akan segera sampai pada puncaknya. Ia pun terus melakukan pompaan pada memek Desi.

“Mbbaakk….saaayyaa…maau…keeluaar….”

“Di luar…yaa….”

Rohman tak menjawab. Tapi sebelum spermanya muncrat, buru-buru Rohman menarik kontolnya keluar dan spermanya tumpah di selangkangan dan perut Jumi. Rohman lalu terbaring lemas di samping Jumi. Jumi sendiri belum sempat merasakan orgasmenya. Meski sebenarnya kecewa, tapi ia segera buang perasaan itu. Ia menyadari bahwa ada lelaki baik di sampingnya, itu jauh lebih indah daripada sekadar orgasme semata.

***

Di rumah Desi masih dilanda kebingungan dengan sikap suaminya. Ia masih curiga jangan-jangan sudah ada main Rohman dengan Jumi. Tapi segera ia buang jauh-jauh pikiran itu. Lagipula kenapa Rohman harus selingkuh dengan Jumi? Padahal dirinya jauh lebih cantik dan seksi?

“Tidak. Itu tidak mungkin.” kata Desi dalam hati.

Saat Desi tengah termenung, tiba-tiba bapaknya mengagetkannya.

“Des, lagi mikirin apa? Kok bengong gitu?”

Desi kaget. “Eh, anu, Pak. Gapapa kok.”

“Des, bisa tolong jagain ibu dulu. Bapak mau ke kamar mandi.”

“Oh iya, Pak.”

Bu Sulastri sedang berada di kursi roda. Desi mengajak jalan ke samping rumah supaya Bu Sulastri tidak stres berada di dalam terus. Bu Sulastri masih belum menunjukkan perkembangan yang baik. Desi pun merasa sangat berdosa pada ibu mertuanya itu. Anaknya telah ia khianati dan suaminya telah ia nikmati keperkasaannya.

Desi sedang asik menemani Bu Sulastri. Ia tengah berdiri sambil memegangu kursi roda ibu mertuanya. Tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang langsung melingkar di pinggangnya. Desi sempat kaget. Tapi buru-buru Pak Burhan menutup mulutnya.

“Sstttt.”

Gila, pikir Desi. Apa yang akan bapak mertuanya lakukan?

Pak Burhan kemudian menciumi tengkuk Desi sambil tangannya tak lepas di pinggangnya. Ciuman itu membuat darah Desi berdesir dan menghidupkan birahinya. Apalagi ketika Pak Burhan mulai mencium leher jenjangnya.

Rasanya ingin sekali Desi mendesah. Tapi itu tak mungkin ia lakukan karena ada ibu mertuanya di depannya. Desi mau berusaha memberontak juga tak mungkin. Ibu mertuanya pasti curiga. Ah, dia merasa bahwa ini adalah jebakan Pak Burhan.

Tak puas hanya memeluk saja. Tangan Pak Burhan perlahan mengangkat daster Desi hingga tampak paha depannya yang mulus. Setelah terangkat tangannya masuk ke dalam dasternya dan meraih dada Desi.

Beruntung saat itu mereka berada si samping rumah. Di sana tak akan ada yang melihat mereka karena sekeliling telah dipagari dengan tembok yang cukup tinggi.

Pak Burhan mulai meremas-remas payudara menantunya itu. Karena tak mau kesusahan, ia pun membuka terlebih dahulu kaitannya. Otomatis Pak Burhan harus menarik resleting daster di bagian punggung. Tampaklah punggung Desi yang mulus.

Kancing BH sudah terlepas. Kini Pak Burhan bebas meremas payudara Desi tanpa terganggu BH. Pak Burhan memang paling suka pada payudara Desi karena bentuknya yang bulat dan kencang pula.

Kontol Pak Burhan tentu saja sudah menegang. Agar tidak sesak, Pak Burhan pun mengeluarkan kontolnya dari balik celana. Dan menempelkannya ke belahan pantat Desi. Sementara itu, tak puas dengan payudara, tangan Pak Burhan lalu turun ke selangkangan Desi. Kemudian menyelinap ke dalam CD Desi dan menemukan sebuah gundukan yang dipenuhi bulu.

Memek Desi pun dimain-mainkan oleh tangan Pak Burhan. Tentu saja Desi ingin mendesah. Tapi harus ia tahan karena situasi tak mendukung. Desi hanya bisa memejamkan matanya sambil menahan laju suaranya.

Pak Burhan meminta Desi untuk merenggangkan kedua pahanya agar Pak Burhan bisa leluasa untuk meraih lubang memeknya. Desi menuruti kemauan Pak Burhan itu. Dan jadilah memeknya diaduk-aduk dengan jari-jari Pak Burhan.

Desi merasa tersiksa dengan keadaan itu. Di satu sisi ia terus mendapat rangsangan dari bapak mertuanya. Tapi di sisi lain ia tak bisa mengekspresikan kepuasannya dalam desahan.
Tangan Pak Burhan yang semula memegang payudara Desi, kini berpindah untuk menaikkan daster Desi bagian belakang sampai pantat Desi terlihat. Sebuah bongkahan pantat yang mengundang birahi siapa pun yang melihat. Setelah terangkat, Pak Burhan menggesek-gesek kontolnya pada pantat itu. Kontol Pak Burhan sudah tegang bukan main. Rasanya sudah siap untuk dilesakkan pada memek Desi. Tapi Pak Burhan menunggu dan tetap memainkan memek Desi.

Agar semakin memberi ruang pada tangannya, Pak Burhan pun berinisiatif untuk membuka CD yang dikenakan oleh Desi. Ia turunkan CD itu sampai terlepas. Tangan Pak Burhan pun leluasa dan kontolnya juga menyentuh langsung pada belahan pantatnya.

Desi lagi-lagi merasa kesal karena tangan Pak Burhan terus memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa di memek Desi. Karena semakin tak tahan, Desi pun memundurkan kepalanya dan berbisik pelan sekali pada Pak Burhan, “Pak..udahhh…”

Rupanya Desi sudah tidak tahan lagi. Akhirnya Pak Burhan mulai melakukan penetrasi pada memek Desi dari arah belakang. Pak Burhan memberikan isyarat pada Desi untuk sedikit membungkukkan badannya dan mencondongkan pantatnya ke belakang. Isyarat itu dimengerti oleh Desi dan Pak Burhan pun dengan mudah menusuk memek Desi dengan kontolnya.

“Hhmmmppp….” Desi menahan desahannya karena kontol Pak Burhan yang melesak. Kontol Pak Burhan terasa mentok di memeknya.

Pak Burhan mulai melakukan gerakan maju mundur sambil memegangi pantat Desi. Kontolnya jadi keluar masuk di memek menantu perempuannya itu. Desi sendiri hanya bisa memejamkan mata dan menahan suara karena hasrat untuk mendesah kian tak terbendung.

Bu Sulastri masih terdiam di atas kursi roda. Tidak tahu bahwa suami dan menantu perempuannya, tepat di belakangnya sedang saling memuaskan.

Dorongan kontol Pak Burhan makin cepat dan membuat tubuh Desi berguncang. Karena tak mau kursi roda ibu mertuanya juga ikut berguncang, Desi melepas pegangannya. Melihat hal itu, Pak Burhan meraih kedua tangan Desi dan menariknya ke belakang. Kini Pak Burhan bagai mengendarai seekor kuda. Sambil tetap melakukan dorongan di memek Desi.

“Hmmmpph…” Desi mencoba untuk terus menahan desahannya.

Semakin mempercepat dorongannya, ternyata makin menghasilkan bunyi yang berisik. Terutama karena benturan paha dan pantat. Akhirnya, dengan segenap keberanian, Pak Burhan mengajak Desi untuk pergi ke belakang rumah.

“Lanjut di belakang,” bisinya pelan.

Mereka berdua meninggalkan Bu Sulastri sendiri. Desi berpura-pura akan ke kamarnya sebentar.

“Bu, saya mau ke kamar sebentar ya. Mau ambil HP.”

Bu Sulastri hanya memberi isyarat yang tidak jelas.

Mereka menuju ke belakang dengan mengendap-endap. Di belakang rumah, mereka berdua melanjutkan aktivitasnya. Desi dengan berpegangan pada tembok langsung menungging dan Pak Burhan dari arah belakang menusuk memeknya.

“Aaahhh….” Kini Desi sudah bebas mendesah.

Pak Burhan langsung menggenjot memek Desi dengan tempo cepat. Tangannya kini bebas memegang seluruh bagian tubuh Desi. Pak Burhan meraih payudara Desi yang menggantung bebas. Ia remas keduanya sambil tetap tak mengendorkan genjotannya.

“Aahhh…paakk….eennaakk….”

“Mmee…meekk…mmuu…eennaakk….Des…aahh….”

“Teerruusss….paakkk…aaahhhss….”

Genjotan Pak Burhan terasa makin bernafsu. Kontolnya dengan cepat keluar masuk di memek Desi dan membuat Desi makin mendekati puncaknya.

“Paakk…leebbihh..ceeppeet….aahh….”

Pak Burhan pun semakin mempercepat genjotannya. Pantatnya makin cepat juga maju mundur. Napasnya semakin memburu. Sampai akhirnya, Desi mendorong pantatnya ke belakang agar kontol Pak Burhan makin masuk sambil melenguh.

“Aahhhh…..” Tangannya memegang tembok dengan erat. Dan pantatnya sedikit bergertar. Dia telah mencapai orgasmenya.

Karena Desi sudah mencapai puncaknya, Pak Burhan pun terus menggenjot memek Desi. Sampai akhirnya Pak Burhan segera menarik kontolnya dari memek Desi dan muncratlah spermanya ke pantat Desi. Banyak sekali. Rupanya Pak Burhan juga belum siap untuk menumpahkan spermanya di rahim menantunya itu.

Dengan sisa tenaga yang ada, mereka buru-buru merapikan diri dan menuju ke Bu Sulastri. Bu Sulastri duduk di kursi roda dengan tak berdaya. Sedangkan Pak Burhan dan Desi tersenyum bahagia karena baru menyalurkan birahi mereka.
“Bu, kita masuk ke dalam saja yuk.” Ajak Desi. Desi pun mendorong kursi roda Bu Sulastri masuk ke dalam rumah. Pak Burhan mengikuti di belakangnya.

Saat mendorong ibu mertuanya itu, Desi jadi merasa bersalah. Tega-teganya dia bercinta dengan Pak Burhan saat ada Bu Sulastri di depannya. Rupanya Desi sudah menjadi wanita yang tak berperasaan. Sementara itu di belakangnya, Pak Burhan sesekali mencolek pantat Desi. Tak peduli lagi pada istrinya.

Bersambung
Update terbaru. Selamat membaca, suhu-suhu semuanya.
 
Yahhh gak muncratttt dalam memek Desi biar hamil.

Tapi paten lah sudah Update.

Thx Suhu updatenya ;)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd