Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH DESI, SI PRIMADONA KAMPUNG

Adilkah?

***


Berhari-hari setelah kejadian itu, Desi masih belum bisa melupakan kecurigaannya pada sikap Rohman. Entah kenapa hatinya yang paling dalam mengatakan bahwa ada sesuatu dari perubahan sikap suaminya. Sejak kejadian itu juga, Desi tak pernah disentuh oleh Rohman. Desi pun makin curiga. Walaupun sikap Rohman di rumah masih seperti biasanya.

Tapi saat Desi coba memikirkan ulang, rasanya tidak mungkin Rohman punya hubungan gelap dengan Jumi. Jumi orang yang baik. Tidak mungkin tega mengkhianati majikannya sendiri apalagi sampai merusak rumah tangganya.

“Lagian aku sendiri juga mengkhianati suamiku. Kenapa aku harus menuntut suamiku bersetia jika aku saja tak bisa,” pikir Desi.

Desi benar-benar dilanda kebingungan. Haruskah dia mengabaikan perubahan sikap suaminya dan kata hati terdalamnya? Ataukah ia harus terus mencari tahu?

Saat Desi sedang bengong, tiba-tiba Rohman mengagetkannya dengan pertanyaan soal Abdul.

“Oh ya, kemarin waktu ke rumah Abdul gimana?” tanya Rohman.

“E–ga gimana-gimana kok, Mas. Cuma nyerahin lalu duduk sebentar setelah itu pulang.”

“Rumahnya gede banget ya?”

“Iya, Mas.”

Apalagi sesuatu di selangkangannya, ucap Desi dalam hati.

“Cuma kasihan. Di rumah sebesar itu dia harus tinggal sendiri.”

“Belum nikah ya, Mas?”

“Belum. Katanya sih trauma. Dulu pernah suatu kali udah hampir menikah, tapi si ceweknya malah selingkuh.”

“Wah, kasihan ya, Mas.”

Desi kembali berpikir bahwa memang seharusnya ia tak mempermasalahkan suaminya. Toh, Desi juga tidak jujur soal kejadian di rumah Abdul. Desi pun akhirnya memilih untuk membiarkannya saja dan berharap tidak akan ada apa-apa.

***

Suatu siang datang Jefri, saudara Rohman, yang ingin melakukan penelitian di desa tempat tinggal Rohman. Desi datang bersama pacarnya, Gadis. Mereka datang dari kota sebelah tempat mereka menempuh pendidikan.

“Rencananya saya agak lama di sini, Mas. Mungkin dua atau tiga minggu.”

“Ngga apa-apa. Saya seneng di sini malah tambah rame.”

“Makasih, Mas.”

“Oh ya, nanti biar mbakmu yang nganterin ke tempat-tempat yang akan kamu kunjungi.”

Jefri hanya mengangguk. Disambut senyum oleh Desi.

“Soal tempat tidur, di sini hanya tersisa satu kamar kosong. Jadi biar Gadis aja yang tidur di kamar. Kamu di luar saja. Ga masalah kan?”

“Kalo saya ga masalah, Mas.”

“Tapi ingat! Jangan macam-macam di sini ya. Beda dengan di kota.”

“Siap, Mas. Hehehe.”

Jefri masih berumur 23 tahun. Sekarang menempuh semester akhir di perkuliahannya. Jefri punya wajah yang tampan. Kulitnya putih. Badannya terbentuk karena menurut pengakuannya dia suka gym. Sementara itu Gadis berumur setahun lebih mudah. Dia adalah adik kelas Jefri. Gadis juga memiliki wajah yang cantik. Rambutnya lurus sebahu. Kulitnya juga putih. Badannya langsing dan tinggi.

Kedatangan mereka ke sana membuat rumah itu semakin ramai. Rohman dan Desi senang. Tapi Pak Burhan tidak karena kesempatannya berduaan dengan Desi semakin berkurang. Begitu pula dengan Sapto. Namun kedatangan mereka pula justru menambah rentetan perselingkuhan yang terjadi di rumah itu.

***

Suatu hari Rohman mengantar Desi ke kota untuk membeli pakaian. Karena mumpung ke kota, sekalian saja nanti pulangnya mampir ke rumah Abdul. Desi hanya mengiyakan ajakan suaminya itu. Tapi dalam hatinya tentu ia senang karena akan bertemu dengan Abdul. Karena itu pulalah, saat berada di toko pakaian, ia jadi teringat Abdul dan ajakan renangnya. Desi pun langsung berinisiatif membeli sebuah baju renang untuk ia kenakan jika ada kesempatan nanti.

Sepulang dari toko, mereka pun langsung menuju rumah Abdul. Sesampainya di rumah Abdul, mereka langsung diterima oleh si pemilik rumah.

“Kenapa ga bilang dulu kalo mau ke sini?” kata Abdul.

“Dadakan. Kami tadi dari toko pakaian. Terus mampir deh ke sini.”

Abdul mempersilakan keduanya masuk dan menanyakan ingin minum apa. Lalu tak lama pembantu Abdul datang membawa minuman masing-masing.

“Jadi gimana?” tanya Rohman.

Mereka berdua pun langsung terlibat dalam pembicaraan tentang bisnis. Desi hanya diam saja sambil sesekali menyimak. Tapi Desi sendiri tak paham apa yang mereka bicarakan.

Desi lalu memotong pembicaraan mereka karena meminta ijin pergi ke kamar mandi.

“Oh, mari saya anter, mbak. Kamar mandi di kamar saya saja ya. Yang belakang lagi rusak.”

Abdul beranjak dari kursi dan menuju ke kamarnya untuk mengantar Desi. Tak lama kemudian, Abdul kembali melanjutkan perbincangan dengan Rohman. Desi di dalam kamar mandi membuang air kecil dan tidak sengaja melihat celana dalam yang sedang digantung di dinding.

“Pasti celana Abdul,” pikir Desi.

Entah kenapa tiba-tiba pikiran nakal Desi muncul. Selepas buang air kecil, Desi menghampiri celana dalam itu dan mengambilnya. Kemudian ia membawanya ke hidungnya dan ia cium celana dalam itu, menikmati aromanya. Anehnya birahi Desi justru bangkit dengan mencium CD Abdul. Apalagi di pikirannya terbayang kontol gagah milik Abdul. Tanpa terasa selangkangannya sendiri sudah mulai basah. Pertanda ia sudah sangat bernafsu.

Saat sedang menikmati aroma celana dalam, tiba-tiba ada sebuah ketukan pintu kamar mandi.

“Mbak, masih di dalam kan?”

Desi terkejut dan ia pun buru-buru menjawab, “E – iya sebentar lagi saya keluar.”

Lalu, yang paling membuatnya terkejut lagi adalah tiba-tiba Abdul masuk ke dalam kamar mandi. Abdul lalu memergoki Desi yang hanya berdiri mematung dan sedang memegang CD. Desi benar-benar tak bisa berkutik saat itu. Ia sudah kepergok oleh si pemilik CD. Betapa malunya ia pada Abdul.

“Mbak, kok pegang CD saya?”

“E....e....anu...ini...e...tadi saya jatuhkan. Jadi saya mau taruh kembali.”

Abdul menunjukkan wajah yang tidak percaya pada Desi. Dia justru menghampiri Desi dan semakin mendekatinya. Desi tak tahu apalagi yang akan ia lakukan. Desi tetap tak bergeming dari tempatnya.

Abdul pun dengan sekejap langsung menempelkan tubuh Desi ke dinding. Dalam waktu yang juga sekejap, bibir Abdul langsung menempel di bibir Desi. Desi jelas sekali kaget dengan sikap Abdul. Tapi pria tinggi besar itu tak mau tahu dan tetap mencoba untuk mengulum bibir Desi. Desi, yang terbawa oleh birahinya, tak butuh waktu lama untuk membalasnya. Dalam waktu sekejap mereka berdua langsung terlibat dalam ciuman yang panas. Abdul dan Desi saling mengulum bibir masing-masing. Lidah mereka saling beradu. Apalagi cambang di wajah Abdul membuat Desi merasa geli sekaligus nikmat.

Tapi ciuman itu tak berlangsung lama. Abdul segera menghentikannya karena tahu situasi tidak aman. Desi sedikit kecewa karena ciuman itu terhenti tapi ia juga sadar kalau situasi memang tidak aman.

“Mbak, kalo mbak pengin CD saya bawa saja tidak apa-apa,” kata Abdul.

Setelah mengucapkan itu, Desi merasa tangan Abdul mengangkat rok yang sedang dikenakan Desi dan langsung meraih celana dalam Desi.

“Tapi saya juga minta CD, mbak.” Abdul langsung menurunkan CD Desi. Anehnya Desi justru membantu Abdul untuk melepaskannya. Kini CD Desi sudah berada di tangan Abdul.

“Biar impas,” lanjut Abdul.

Mereka berdua lalu keluar dari kamar mandi. Entah kenapa Desi tak memprotes ide gila Abdul itu. Dia sebenarnya agak kaget dengan ide yang datang secara tiba-tiba itu. Tapi Desi akui bahwa di satu sisi ide Abdul itu memberikan sensasi lain pada dirinya.

Desi kembali menuju ke ruang tamu disusul dengan Abdul di belakangnya. CD Abdul sudah dia masukkan ke dalam tas kecilnya. Sementar CD Desi, Abdul letakkan di kamarnya. Desi merasa tidak nyaman karena tak mengenakan apa pun di dalam roknya.

“Kok lama?” tanya Rohman.

“Tadi istrimu sakit perut. Aku kasih dia obat.” Abdul langsung menjawab.

“Iya, Mas.”

Rohman langsung percaya pada jawaban itu. Ia pun langsung meminta ijin untuk balik kepada Abdul. Setelah saling bersalaman mereka pun pulang. Hati Desi berbunga-bunga karena kejadian tadi. Apalagi kini ia sudah mendapatkan CD Abdul.

“Mungkin suatu saat nanti bisa mendapatkan isinya,” ucap Desi dalam hati.

***

Suatu malam, Jefri tak bisa tidur. Ia pergi ke dapur untuk membuat kopi. Tanpa disengaja, ia mendapati Jumi sedang berada di dapur dan mengambil sesuatu di kulkas. Jumi saat itu hanya mengenakan kain jarik yang ia lilitkan untuk menutupi tubuhnya. Jumi terkejut dengan kedatangan Jefri.

“Eh, Mas Jefri. Saya kira siapa, Mas.”

“Mbak Jumi ngapain malam-malam gini?”

“Ini, Mas. Saya lagi haus. Jadi ambil minum.” Jawab Jumi. “Mas Jefri kenapa belum tidur?”

“Saya mau ke kamar mandi.”

“Oh iya, Mas.”

Jefri sebetulnya bernafsu melihat penampilan Jumi. Rupanya meskipun hanya seorang pembantu tapi tubuhnya juga masik oke. Kulitnya masih mulus. Di dalam kamar mandi, Jefri membayangkan tubuh Jumi.

Alasan Jumi mengenakan kain jarik itu adalah disebabkan oleh Rohman. Rohman mengatakan bahwa akan ke kamar Jumi untuk minta jatah. Tapi Rohman membatalkannya karena istrinya sepertinya curiga. Akhirnya rencana itu batal padahal Jumi sudah bersiap.

Karena sudah bernafsu, Jefri pun mencari cara agar bisa menikmati tubuh Jumi. Buru-buru ia keluar kamar mandi dan beruntunglah Jumi masih di dapur.

“Oh ya, mbak,” kata Jefri. “Mbak bisa pijet ga?”

“Bisa sih, Mas, dikit-dikit. Kenapa?”

“Saya pengin dipijit, mbak. Badan sakit semua nih.”

“Boleh, Mas. Mau dipijit di mana?”

“Di mana aja deh.”

“Hmm, di kamar saya aja gimana?” ajak Jumi.

“Gapapa, mbak.”

Mereka berdua lalu masuk ke kamar Jumi. Jumi mempersilakan Jefri untuk tidur di tempat tidur Jumi dengan posisi tengkurap.

“Buka aja kaosnya biar ga panas dan ga susah, Mas.

Jefri menuruti kata-kata Jumi. Ia buka kaos dan langsung terngkurap. Jumi pun langsung memijat punggung Jefri.

Jumi menilai bahwa Jefri punya wajah yang tampan. Dia juga masih muda. Ditambah badannya yang juga kekar. Kegagalan bercinta dengan Rohman membuat birahinya tak tersalurkan.

Pijatan Jumi terus turun ke pantat Jefri. Jumi merasa pantat itu sangat kencang. Jumi senang sekali memijat bagian itu.

“Oh ya, Mbak Jumi udah berapa tahun kerja di sini.”

“Sekitar 10 tahunan, Mas.”

“Wah, udah lama ya.”

“Suami di mana, mbak?”

“Saya janda, Mas.”

“Oh, maaf ya, mbak.”

“Gapapa, Mas.”

“Tapi meskipun janda tetap cantik kok.”

“Ah, Mas Jefri bisa aja.”

Pijatan terus turun hingga betis lalu dilanjutkan dengan kaki. Setelah kaki bagian belakang pun akhirnya selesai.

“Balik, Mas.” Pinta Jumi.

Karena ingin menarik perhatian Jumi, Jefri pun coba memancing Jumi. Ia berinisiatif untuk membuka celananya sampai telanjang bulat.

“Mbak, kok saya panas ya. Saya sekalian buka celana aja ya.”

“Hah?!” Jumi terkejut. “Mas ga malu sama saya?”

“Kenapa harus malu? Mbak juga udah pernah lihat barang cowok kan?”

“Iya sih, Mas, tapi – “

Belum selesai Jumi bicara, Jefri sudah melancarkan rencananya. Dalam sekejap ia melepaskan celana pendeknya sekaligus CD yang ia kenakan. Ia pun langsung telanjang di hadapan Jumi.

Jumi agak sedikit malu meskipun sebetulnya ia ingin melihat. Jefri bisa melihat ekspresi itu.

“Ga usah malu, Mbak “

Jefri kini terlentang dengan posisi telanjang. Kontolnya sudah agak tegang dan mulai terangkat. Kontol Jefri lebih besar dari milik Rohman, pikir Jumi. Mungkin sama dengan ukuran milik mantan suaminya.

Jumi kembali memijit badan Jefri dimulai dari dadanya. Dada Jefri sangat bidang. Itu karena ia sering berolah raga. Warnanya juga mulus. Tangan Jumi seperti terkena aliran listrik begitu menyentuh dada itu.

Saat Jumi sedang asik memijit, tiba-tiba tangan Jefri meraih dada Jumi yang dililiti kain jarik. Jumi terkejut tapi tak menolak perbuatan Jefri.

“Mau apa, Mas?” tanya Jumi saat Jefri memberanikan diri membuka ikatan kain itu. Jefri tidak menjawab tapi fokus pada ikatan kain sampai akhirnya terlepas dan dada Jumi langsung terlihat.

“Kok dibuka sih, Mas?” ucap Jumi. “Nanti ada orang lho!”

“Cuma ada kita di sini, mbak.”

Jefri lalu meraih tangan Jumi dan mengarahkannya ke selangkangannya. Seketika tangan Jumi pun bisa menyentuh kontol Jefri. Jefri juga meminta agar Jumi mulai menggenggam kontol itu. Jumi pun menurutinya.
Tangan Jefri sendiri tak mau kalah. Ia meraih buah dada Jumi yang menggantung indah di depannya. Jefri mulai perlahan meremas kedua bukit indah itu.

Jumi mulai melakukan kocokan di kontol Jefri. Kontol Jefri sudah menegang sempurna.

“Aahh...mbaakkk...eennaakk....” desah Jefri. Ia membayangkan kocokan tangan Jumi masih lebih baik dari pacarnya, Gadis. Mungkin karena Jumi karena sudah banyak pengalaman saat menikah dulu.

Jefri lalu menarik badan Jumi untuk menunduk agar ia bisa meraih bibirnya. Jumi menurut saja dan Jefri pun mulai mengecup bibirnya. Jumi langsung saja membalasnya hingga mereka berdua mulai terbawa nafsu. Mereka pun terlibat dalam ciuman yang panas.

“Mmpphhh....mpphhhhmm.....”

Tangan Jumi masih terus saja mengocok kontol Jefri. Kocokannya juga makin kencang. Namun tiba-tiba Jefri menghentikan ciumannya juga kocokan Jumi. Ia lalu bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur.

“Mbak, dioral ya?” pinta Jefri.

Jumi tidak menjawab apa-apa. Tapi ia menurut saja saat Jefri mendudukkannya di lantai dan berhadap-hadapan dengan selangkangan Jefri. Jumi lalu meraih kontol Jefri. Mula-mula ia jilati ujung kontol Jefri lalu turun ke batangnya dan sampai ke buah zakarnya.

Jefri hanya bisa mendesah sambil memejamkan mata mendapat sentuhan mulut Jumi.

“Aaahhh....mbaakk....eennaakkk....”

Apalagi saat Jumi mulai memasukkan kontol Jefri ke dalam mulutnya. Sungguh hangat, pikir Jefri. Kepala Jumi naik turun di selangkangan Jefri dan kontol Jefri pun keluar masuk di mulut Jumi. Kontol Jefri sudah dipenuhi dengan air liur Jumi. Tangan Jefri sendiri berada di dada Jumi. Ia meremas-remas kedua payudara itu dan juga memainkan putingnya.

“Aahh...maannttappp.....” desah Jefri lagi.

Kemudian Jefri meminta Jumi menghentikan kulumannya dan bediri. Jefri lalu membuka kain jarik itu itu terpampanglah badan Jumi yang tak tertutup apa pun di hadapannya. Jefri melihat memek Jumi yang indah berada tepat di hadapannya.

Jefri menidurkan Jumi di tempat tidur. Ia membuka paha Jumi lebar-lebar dan memek Jumi jadi merekah. Jefri bisa tahu bahwa memek itu sudah basah. Tapi belum cukup basah untuk memulai percintaan, pikir Jefri.

Kemudian Jefri menenggelamkan kepalanya di sela kedua paha Jumi. Awalnya Jumi menolak.

“Mas, jangan.”

“Kenapa?” tanya Jefri.

“Jijik, Mas.”

“Gapapa, Mbak. Mbak akan saya puaskan.”

Lalu Jumi tak menolak lagi. Ia merasakan lidah Jefri sudah menempel di memeknya. Menjilati seluruh bagiannya.

“Aahhh....mass....”

Jumi mulai mendesah saat Jefri mulai menyentuh bagian-bagian yang paling sensitif. Apalagi saat lidah Jefri menyentuh klitoris Jumi. Jumi pun makin menggelinjang.

“Aahhh....aahhhh....Mmmaass...”

Jumi memegangi kepala Jefri sambil meremas rambutnya karena untuk menahan rasa nikmat yang muncul. Sementara Jefri terus saja menjilati memek Desi tanpa ampun.

“Mmmaasss....ggaakk...kkkuu....”

Tarikan Jumi pada rambut Jefri kian mengeras. Pahanya mengapit kepala Jefri erat-erat. Pantatnya juga beberapa kali mengalami kedutan. Jumi sudah sampai pada orgasmenya.
Jefri menghentikan jilatannya. Ia bangki dan berdiri melihat Jumi terkulai lemas. Matanya terpejam. Tapi wajah itu tak bisa menutupi kebahagiaan yang ada di hatinya.

Jefri tak menunggu lama. Ia langsung menindih Jumi. Paha Jumi ia buka lebar-lebar dan kontolnya mulai diarahkan ke memek Jumi. Karena memek Jumi sudah basah maka tak perlu usaha keras untuk memasukkan kontolnya. Dengan beberapa kalo dorongan, kontol Jefri pun langsung ditelah oleh liang kenikmatan Jumi.

“Aahhhh....” Jumi mendesah. Memeknya terasa penuh dengan kontol Jefri. Berbeda saat bercinta dengan Rohman.

Jefri melakukan gerakan maju mundur agar kontolnya bisa keluar masuk di memek Jumi. Jefri merasa tak senikmat memek Gadis karena ia masih perawan. Tapi memek Jumi tak kalah hangatnya. Lagipula ini kali pertama Jefri bercinta dengan orang yang lebih tua darinya.

Pompaan Jefri di memek Jumi semakin kencang. Jumi makin tak kuasa untuk tidak mendesah.

“Aahh....Mmaass...ttee..***uss...eennaak....”

Kedua kaki Jumi mulai melingkar di pinggang Jefri. Seolah tak mau Jefri melepaskan pompaannya. Jefri memang tak mungkin melepaskan. Justru ia makin bersemangat apalagi ia tambah bernafsu melihat kedua payudara Jumi yang bergoyang-goyang. Jefri lalu menunduk dan mulai melahap payudara itu. Mulutnya secara bergantian menyedot susu Jumi dan kadang juga memainkan putingnya.

“Aahhhh....mmmaass....eennakkk....”

“Appannya...yang...ennakk?”

“Ituuu...konntoolll...kaamuu...”

Jumi main tak karuan. Jefri makin bersemangat mendengar ucapan Jumi. Ia semakin mempercepat pompaannya.

“Aahhh...yyaa..mass...aakuuu....”

Napas keduanya makin memburu. Jumi lalu memeluk erat Jefri. Kedua kakinya makin kencang dan pantatnya naik ke atas. Jumi kembali meraih orgasmenya. Tapi Jefri tak berhenti. Ia terus saja menggenjot memek Jumi.

“Mbbaakkk....akuuu...maauu...sampee...”

“Keluarin..di..luarr...yyaa...”

Saat hendak akan memuncratkan spermanya, Jefri langsung menarik kontolnya ke luar dan spermanya jatuh di perut Jumi. Banyak sekali. Jefri pun langsung terkulai lemas di samping Jumi. Ia benar-benar puas dengan percintaan itu.
Setelah tenaga kembali pulih, Jumi segera bangkit dan membersihkan sperma Jefri di perutnya. Ia juga sekalian membersihkan kontol Jefri yang penuh dengan cairan.

“Mbak, kenapa tadi ga mau dikeluarkan di dalam?”

“Lagi masa subur, Mas. Nanti hamil gimana?

Jefri hanya mengangguk. Ia lalu mengenakan bajunya dan segera kembali ke ruang tengah untuk melanjutkan tidur. Desi juga melanjutkan tidurnya. Hatinya bahagia meskipun tak jadi bercinta dengan Rohman, tapi ia bisa bercinta dengan pria yang jauh lebih hebat.

Bersambung
 
Tq suhu dah update walau POV Desi nya singkat amat.
Padahal pengen lihat Desi dibuntingi. Heheheh ;)
 
Ini salah satu cerbung terbaik yang pernah ada. Lanjutkan terus Suhu!
 
Adilkah?

***


Berhari-hari setelah kejadian itu, Desi masih belum bisa melupakan kecurigaannya pada sikap Rohman. Entah kenapa hatinya yang paling dalam mengatakan bahwa ada sesuatu dari perubahan sikap suaminya. Sejak kejadian itu juga, Desi tak pernah disentuh oleh Rohman. Desi pun makin curiga. Walaupun sikap Rohman di rumah masih seperti biasanya.

Tapi saat Desi coba memikirkan ulang, rasanya tidak mungkin Rohman punya hubungan gelap dengan Jumi. Jumi orang yang baik. Tidak mungkin tega mengkhianati majikannya sendiri apalagi sampai merusak rumah tangganya.

“Lagian aku sendiri juga mengkhianati suamiku. Kenapa aku harus menuntut suamiku bersetia jika aku saja tak bisa,” pikir Desi.

Desi benar-benar dilanda kebingungan. Haruskah dia mengabaikan perubahan sikap suaminya dan kata hati terdalamnya? Ataukah ia harus terus mencari tahu?

Saat Desi sedang bengong, tiba-tiba Rohman mengagetkannya dengan pertanyaan soal Abdul.

“Oh ya, kemarin waktu ke rumah Abdul gimana?” tanya Rohman.

“E–ga gimana-gimana kok, Mas. Cuma nyerahin lalu duduk sebentar setelah itu pulang.”

“Rumahnya gede banget ya?”

“Iya, Mas.”

Apalagi sesuatu di selangkangannya, ucap Desi dalam hati.

“Cuma kasihan. Di rumah sebesar itu dia harus tinggal sendiri.”

“Belum nikah ya, Mas?”

“Belum. Katanya sih trauma. Dulu pernah suatu kali udah hampir menikah, tapi si ceweknya malah selingkuh.”

“Wah, kasihan ya, Mas.”

Desi kembali berpikir bahwa memang seharusnya ia tak mempermasalahkan suaminya. Toh, Desi juga tidak jujur soal kejadian di rumah Abdul. Desi pun akhirnya memilih untuk membiarkannya saja dan berharap tidak akan ada apa-apa.

***

Suatu siang datang Jefri, saudara Rohman, yang ingin melakukan penelitian di desa tempat tinggal Rohman. Desi datang bersama pacarnya, Gadis. Mereka datang dari kota sebelah tempat mereka menempuh pendidikan.

“Rencananya saya agak lama di sini, Mas. Mungkin dua atau tiga minggu.”

“Ngga apa-apa. Saya seneng di sini malah tambah rame.”

“Makasih, Mas.”

“Oh ya, nanti biar mbakmu yang nganterin ke tempat-tempat yang akan kamu kunjungi.”

Jefri hanya mengangguk. Disambut senyum oleh Desi.

“Soal tempat tidur, di sini hanya tersisa satu kamar kosong. Jadi biar Gadis aja yang tidur di kamar. Kamu di luar saja. Ga masalah kan?”

“Kalo saya ga masalah, Mas.”

“Tapi ingat! Jangan macam-macam di sini ya. Beda dengan di kota.”

“Siap, Mas. Hehehe.”

Jefri masih berumur 23 tahun. Sekarang menempuh semester akhir di perkuliahannya. Jefri punya wajah yang tampan. Kulitnya putih. Badannya terbentuk karena menurut pengakuannya dia suka gym. Sementara itu Gadis berumur setahun lebih mudah. Dia adalah adik kelas Jefri. Gadis juga memiliki wajah yang cantik. Rambutnya lurus sebahu. Kulitnya juga putih. Badannya langsing dan tinggi.

Kedatangan mereka ke sana membuat rumah itu semakin ramai. Rohman dan Desi senang. Tapi Pak Burhan tidak karena kesempatannya berduaan dengan Desi semakin berkurang. Begitu pula dengan Sapto. Namun kedatangan mereka pula justru menambah rentetan perselingkuhan yang terjadi di rumah itu.

***

Suatu hari Rohman mengantar Desi ke kota untuk membeli pakaian. Karena mumpung ke kota, sekalian saja nanti pulangnya mampir ke rumah Abdul. Desi hanya mengiyakan ajakan suaminya itu. Tapi dalam hatinya tentu ia senang karena akan bertemu dengan Abdul. Karena itu pulalah, saat berada di toko pakaian, ia jadi teringat Abdul dan ajakan renangnya. Desi pun langsung berinisiatif membeli sebuah baju renang untuk ia kenakan jika ada kesempatan nanti.

Sepulang dari toko, mereka pun langsung menuju rumah Abdul. Sesampainya di rumah Abdul, mereka langsung diterima oleh si pemilik rumah.

“Kenapa ga bilang dulu kalo mau ke sini?” kata Abdul.

“Dadakan. Kami tadi dari toko pakaian. Terus mampir deh ke sini.”

Abdul mempersilakan keduanya masuk dan menanyakan ingin minum apa. Lalu tak lama pembantu Abdul datang membawa minuman masing-masing.

“Jadi gimana?” tanya Rohman.

Mereka berdua pun langsung terlibat dalam pembicaraan tentang bisnis. Desi hanya diam saja sambil sesekali menyimak. Tapi Desi sendiri tak paham apa yang mereka bicarakan.

Desi lalu memotong pembicaraan mereka karena meminta ijin pergi ke kamar mandi.

“Oh, mari saya anter, mbak. Kamar mandi di kamar saya saja ya. Yang belakang lagi rusak.”

Abdul beranjak dari kursi dan menuju ke kamarnya untuk mengantar Desi. Tak lama kemudian, Abdul kembali melanjutkan perbincangan dengan Rohman. Desi di dalam kamar mandi membuang air kecil dan tidak sengaja melihat celana dalam yang sedang digantung di dinding.

“Pasti celana Abdul,” pikir Desi.

Entah kenapa tiba-tiba pikiran nakal Desi muncul. Selepas buang air kecil, Desi menghampiri celana dalam itu dan mengambilnya. Kemudian ia membawanya ke hidungnya dan ia cium celana dalam itu, menikmati aromanya. Anehnya birahi Desi justru bangkit dengan mencium CD Abdul. Apalagi di pikirannya terbayang kontol gagah milik Abdul. Tanpa terasa selangkangannya sendiri sudah mulai basah. Pertanda ia sudah sangat bernafsu.

Saat sedang menikmati aroma celana dalam, tiba-tiba ada sebuah ketukan pintu kamar mandi.

“Mbak, masih di dalam kan?”

Desi terkejut dan ia pun buru-buru menjawab, “E – iya sebentar lagi saya keluar.”

Lalu, yang paling membuatnya terkejut lagi adalah tiba-tiba Abdul masuk ke dalam kamar mandi. Abdul lalu memergoki Desi yang hanya berdiri mematung dan sedang memegang CD. Desi benar-benar tak bisa berkutik saat itu. Ia sudah kepergok oleh si pemilik CD. Betapa malunya ia pada Abdul.

“Mbak, kok pegang CD saya?”

“E....e....anu...ini...e...tadi saya jatuhkan. Jadi saya mau taruh kembali.”

Abdul menunjukkan wajah yang tidak percaya pada Desi. Dia justru menghampiri Desi dan semakin mendekatinya. Desi tak tahu apalagi yang akan ia lakukan. Desi tetap tak bergeming dari tempatnya.

Abdul pun dengan sekejap langsung menempelkan tubuh Desi ke dinding. Dalam waktu yang juga sekejap, bibir Abdul langsung menempel di bibir Desi. Desi jelas sekali kaget dengan sikap Abdul. Tapi pria tinggi besar itu tak mau tahu dan tetap mencoba untuk mengulum bibir Desi. Desi, yang terbawa oleh birahinya, tak butuh waktu lama untuk membalasnya. Dalam waktu sekejap mereka berdua langsung terlibat dalam ciuman yang panas. Abdul dan Desi saling mengulum bibir masing-masing. Lidah mereka saling beradu. Apalagi cambang di wajah Abdul membuat Desi merasa geli sekaligus nikmat.

Tapi ciuman itu tak berlangsung lama. Abdul segera menghentikannya karena tahu situasi tidak aman. Desi sedikit kecewa karena ciuman itu terhenti tapi ia juga sadar kalau situasi memang tidak aman.

“Mbak, kalo mbak pengin CD saya bawa saja tidak apa-apa,” kata Abdul.

Setelah mengucapkan itu, Desi merasa tangan Abdul mengangkat rok yang sedang dikenakan Desi dan langsung meraih celana dalam Desi.

“Tapi saya juga minta CD, mbak.” Abdul langsung menurunkan CD Desi. Anehnya Desi justru membantu Abdul untuk melepaskannya. Kini CD Desi sudah berada di tangan Abdul.

“Biar impas,” lanjut Abdul.

Mereka berdua lalu keluar dari kamar mandi. Entah kenapa Desi tak memprotes ide gila Abdul itu. Dia sebenarnya agak kaget dengan ide yang datang secara tiba-tiba itu. Tapi Desi akui bahwa di satu sisi ide Abdul itu memberikan sensasi lain pada dirinya.

Desi kembali menuju ke ruang tamu disusul dengan Abdul di belakangnya. CD Abdul sudah dia masukkan ke dalam tas kecilnya. Sementar CD Desi, Abdul letakkan di kamarnya. Desi merasa tidak nyaman karena tak mengenakan apa pun di dalam roknya.

“Kok lama?” tanya Rohman.

“Tadi istrimu sakit perut. Aku kasih dia obat.” Abdul langsung menjawab.

“Iya, Mas.”

Rohman langsung percaya pada jawaban itu. Ia pun langsung meminta ijin untuk balik kepada Abdul. Setelah saling bersalaman mereka pun pulang. Hati Desi berbunga-bunga karena kejadian tadi. Apalagi kini ia sudah mendapatkan CD Abdul.

“Mungkin suatu saat nanti bisa mendapatkan isinya,” ucap Desi dalam hati.

***

Suatu malam, Jefri tak bisa tidur. Ia pergi ke dapur untuk membuat kopi. Tanpa disengaja, ia mendapati Jumi sedang berada di dapur dan mengambil sesuatu di kulkas. Jumi saat itu hanya mengenakan kain jarik yang ia lilitkan untuk menutupi tubuhnya. Jumi terkejut dengan kedatangan Jefri.

“Eh, Mas Jefri. Saya kira siapa, Mas.”

“Mbak Jumi ngapain malam-malam gini?”

“Ini, Mas. Saya lagi haus. Jadi ambil minum.” Jawab Jumi. “Mas Jefri kenapa belum tidur?”

“Saya mau ke kamar mandi.”

“Oh iya, Mas.”

Jefri sebetulnya bernafsu melihat penampilan Jumi. Rupanya meskipun hanya seorang pembantu tapi tubuhnya juga masik oke. Kulitnya masih mulus. Di dalam kamar mandi, Jefri membayangkan tubuh Jumi.

Alasan Jumi mengenakan kain jarik itu adalah disebabkan oleh Rohman. Rohman mengatakan bahwa akan ke kamar Jumi untuk minta jatah. Tapi Rohman membatalkannya karena istrinya sepertinya curiga. Akhirnya rencana itu batal padahal Jumi sudah bersiap.

Karena sudah bernafsu, Jefri pun mencari cara agar bisa menikmati tubuh Jumi. Buru-buru ia keluar kamar mandi dan beruntunglah Jumi masih di dapur.

“Oh ya, mbak,” kata Jefri. “Mbak bisa pijet ga?”

“Bisa sih, Mas, dikit-dikit. Kenapa?”

“Saya pengin dipijit, mbak. Badan sakit semua nih.”

“Boleh, Mas. Mau dipijit di mana?”

“Di mana aja deh.”

“Hmm, di kamar saya aja gimana?” ajak Jumi.

“Gapapa, mbak.”

Mereka berdua lalu masuk ke kamar Jumi. Jumi mempersilakan Jefri untuk tidur di tempat tidur Jumi dengan posisi tengkurap.

“Buka aja kaosnya biar ga panas dan ga susah, Mas.

Jefri menuruti kata-kata Jumi. Ia buka kaos dan langsung terngkurap. Jumi pun langsung memijat punggung Jefri.

Jumi menilai bahwa Jefri punya wajah yang tampan. Dia juga masih muda. Ditambah badannya yang juga kekar. Kegagalan bercinta dengan Rohman membuat birahinya tak tersalurkan.

Pijatan Jumi terus turun ke pantat Jefri. Jumi merasa pantat itu sangat kencang. Jumi senang sekali memijat bagian itu.

“Oh ya, Mbak Jumi udah berapa tahun kerja di sini.”

“Sekitar 10 tahunan, Mas.”

“Wah, udah lama ya.”

“Suami di mana, mbak?”

“Saya janda, Mas.”

“Oh, maaf ya, mbak.”

“Gapapa, Mas.”

“Tapi meskipun janda tetap cantik kok.”

“Ah, Mas Jefri bisa aja.”

Pijatan terus turun hingga betis lalu dilanjutkan dengan kaki. Setelah kaki bagian belakang pun akhirnya selesai.

“Balik, Mas.” Pinta Jumi.

Karena ingin menarik perhatian Jumi, Jefri pun coba memancing Jumi. Ia berinisiatif untuk membuka celananya sampai telanjang bulat.

“Mbak, kok saya panas ya. Saya sekalian buka celana aja ya.”

“Hah?!” Jumi terkejut. “Mas ga malu sama saya?”

“Kenapa harus malu? Mbak juga udah pernah lihat barang cowok kan?”

“Iya sih, Mas, tapi – “

Belum selesai Jumi bicara, Jefri sudah melancarkan rencananya. Dalam sekejap ia melepaskan celana pendeknya sekaligus CD yang ia kenakan. Ia pun langsung telanjang di hadapan Jumi.

Jumi agak sedikit malu meskipun sebetulnya ia ingin melihat. Jefri bisa melihat ekspresi itu.

“Ga usah malu, Mbak “

Jefri kini terlentang dengan posisi telanjang. Kontolnya sudah agak tegang dan mulai terangkat. Kontol Jefri lebih besar dari milik Rohman, pikir Jumi. Mungkin sama dengan ukuran milik mantan suaminya.

Jumi kembali memijit badan Jefri dimulai dari dadanya. Dada Jefri sangat bidang. Itu karena ia sering berolah raga. Warnanya juga mulus. Tangan Jumi seperti terkena aliran listrik begitu menyentuh dada itu.

Saat Jumi sedang asik memijit, tiba-tiba tangan Jefri meraih dada Jumi yang dililiti kain jarik. Jumi terkejut tapi tak menolak perbuatan Jefri.

“Mau apa, Mas?” tanya Jumi saat Jefri memberanikan diri membuka ikatan kain itu. Jefri tidak menjawab tapi fokus pada ikatan kain sampai akhirnya terlepas dan dada Jumi langsung terlihat.

“Kok dibuka sih, Mas?” ucap Jumi. “Nanti ada orang lho!”

“Cuma ada kita di sini, mbak.”

Jefri lalu meraih tangan Jumi dan mengarahkannya ke selangkangannya. Seketika tangan Jumi pun bisa menyentuh kontol Jefri. Jefri juga meminta agar Jumi mulai menggenggam kontol itu. Jumi pun menurutinya.
Tangan Jefri sendiri tak mau kalah. Ia meraih buah dada Jumi yang menggantung indah di depannya. Jefri mulai perlahan meremas kedua bukit indah itu.

Jumi mulai melakukan kocokan di kontol Jefri. Kontol Jefri sudah menegang sempurna.

“Aahh...mbaakkk...eennaakk....” desah Jefri. Ia membayangkan kocokan tangan Jumi masih lebih baik dari pacarnya, Gadis. Mungkin karena Jumi karena sudah banyak pengalaman saat menikah dulu.

Jefri lalu menarik badan Jumi untuk menunduk agar ia bisa meraih bibirnya. Jumi menurut saja dan Jefri pun mulai mengecup bibirnya. Jumi langsung saja membalasnya hingga mereka berdua mulai terbawa nafsu. Mereka pun terlibat dalam ciuman yang panas.

“Mmpphhh....mpphhhhmm.....”

Tangan Jumi masih terus saja mengocok kontol Jefri. Kocokannya juga makin kencang. Namun tiba-tiba Jefri menghentikan ciumannya juga kocokan Jumi. Ia lalu bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur.

“Mbak, dioral ya?” pinta Jefri.

Jumi tidak menjawab apa-apa. Tapi ia menurut saja saat Jefri mendudukkannya di lantai dan berhadap-hadapan dengan selangkangan Jefri. Jumi lalu meraih kontol Jefri. Mula-mula ia jilati ujung kontol Jefri lalu turun ke batangnya dan sampai ke buah zakarnya.

Jefri hanya bisa mendesah sambil memejamkan mata mendapat sentuhan mulut Jumi.

“Aaahhh....mbaakk....eennaakkk....”

Apalagi saat Jumi mulai memasukkan kontol Jefri ke dalam mulutnya. Sungguh hangat, pikir Jefri. Kepala Jumi naik turun di selangkangan Jefri dan kontol Jefri pun keluar masuk di mulut Jumi. Kontol Jefri sudah dipenuhi dengan air liur Jumi. Tangan Jefri sendiri berada di dada Jumi. Ia meremas-remas kedua payudara itu dan juga memainkan putingnya.

“Aahh...maannttappp.....” desah Jefri lagi.

Kemudian Jefri meminta Jumi menghentikan kulumannya dan bediri. Jefri lalu membuka kain jarik itu itu terpampanglah badan Jumi yang tak tertutup apa pun di hadapannya. Jefri melihat memek Jumi yang indah berada tepat di hadapannya.

Jefri menidurkan Jumi di tempat tidur. Ia membuka paha Jumi lebar-lebar dan memek Jumi jadi merekah. Jefri bisa tahu bahwa memek itu sudah basah. Tapi belum cukup basah untuk memulai percintaan, pikir Jefri.

Kemudian Jefri menenggelamkan kepalanya di sela kedua paha Jumi. Awalnya Jumi menolak.

“Mas, jangan.”

“Kenapa?” tanya Jefri.

“Jijik, Mas.”

“Gapapa, Mbak. Mbak akan saya puaskan.”

Lalu Jumi tak menolak lagi. Ia merasakan lidah Jefri sudah menempel di memeknya. Menjilati seluruh bagiannya.

“Aahhh....mass....”

Jumi mulai mendesah saat Jefri mulai menyentuh bagian-bagian yang paling sensitif. Apalagi saat lidah Jefri menyentuh klitoris Jumi. Jumi pun makin menggelinjang.

“Aahhh....aahhhh....Mmmaass...”

Jumi memegangi kepala Jefri sambil meremas rambutnya karena untuk menahan rasa nikmat yang muncul. Sementara Jefri terus saja menjilati memek Desi tanpa ampun.

“Mmmaasss....ggaakk...kkkuu....”

Tarikan Jumi pada rambut Jefri kian mengeras. Pahanya mengapit kepala Jefri erat-erat. Pantatnya juga beberapa kali mengalami kedutan. Jumi sudah sampai pada orgasmenya.
Jefri menghentikan jilatannya. Ia bangki dan berdiri melihat Jumi terkulai lemas. Matanya terpejam. Tapi wajah itu tak bisa menutupi kebahagiaan yang ada di hatinya.

Jefri tak menunggu lama. Ia langsung menindih Jumi. Paha Jumi ia buka lebar-lebar dan kontolnya mulai diarahkan ke memek Jumi. Karena memek Jumi sudah basah maka tak perlu usaha keras untuk memasukkan kontolnya. Dengan beberapa kalo dorongan, kontol Jefri pun langsung ditelah oleh liang kenikmatan Jumi.

“Aahhhh....” Jumi mendesah. Memeknya terasa penuh dengan kontol Jefri. Berbeda saat bercinta dengan Rohman.

Jefri melakukan gerakan maju mundur agar kontolnya bisa keluar masuk di memek Jumi. Jefri merasa tak senikmat memek Gadis karena ia masih perawan. Tapi memek Jumi tak kalah hangatnya. Lagipula ini kali pertama Jefri bercinta dengan orang yang lebih tua darinya.

Pompaan Jefri di memek Jumi semakin kencang. Jumi makin tak kuasa untuk tidak mendesah.

“Aahh....Mmaass...ttee..***uss...eennaak....”

Kedua kaki Jumi mulai melingkar di pinggang Jefri. Seolah tak mau Jefri melepaskan pompaannya. Jefri memang tak mungkin melepaskan. Justru ia makin bersemangat apalagi ia tambah bernafsu melihat kedua payudara Jumi yang bergoyang-goyang. Jefri lalu menunduk dan mulai melahap payudara itu. Mulutnya secara bergantian menyedot susu Jumi dan kadang juga memainkan putingnya.

“Aahhhh....mmmaass....eennakkk....”

“Appannya...yang...ennakk?”

“Ituuu...konntoolll...kaamuu...”

Jumi main tak karuan. Jefri makin bersemangat mendengar ucapan Jumi. Ia semakin mempercepat pompaannya.

“Aahhh...yyaa..mass...aakuuu....”

Napas keduanya makin memburu. Jumi lalu memeluk erat Jefri. Kedua kakinya makin kencang dan pantatnya naik ke atas. Jumi kembali meraih orgasmenya. Tapi Jefri tak berhenti. Ia terus saja menggenjot memek Jumi.

“Mbbaakkk....akuuu...maauu...sampee...”

“Keluarin..di..luarr...yyaa...”

Saat hendak akan memuncratkan spermanya, Jefri langsung menarik kontolnya ke luar dan spermanya jatuh di perut Jumi. Banyak sekali. Jefri pun langsung terkulai lemas di samping Jumi. Ia benar-benar puas dengan percintaan itu.
Setelah tenaga kembali pulih, Jumi segera bangkit dan membersihkan sperma Jefri di perutnya. Ia juga sekalian membersihkan kontol Jefri yang penuh dengan cairan.

“Mbak, kenapa tadi ga mau dikeluarkan di dalam?”

“Lagi masa subur, Mas. Nanti hamil gimana?

Jefri hanya mengangguk. Ia lalu mengenakan bajunya dan segera kembali ke ruang tengah untuk melanjutkan tidur. Desi juga melanjutkan tidurnya. Hatinya bahagia meskipun tak jadi bercinta dengan Rohman, tapi ia bisa bercinta dengan pria yang jauh lebih hebat.

Bersambung
Jumi nih dark horse bsnget hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd