Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH DESI, SI PRIMADONA KAMPUNG

Bimabet
mantap pisan....lanjut kang
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Memuncak

***


Pagi-pagi sekali Jefri sudah bersiap untuk melakukan penelitian ke perkampungan penduduk. Rencananya ia akan ditemani oleh Desi. Sementara pacarnya, Gadis, memilih menunggu di rumah saja.

“Aku di rumah saja, nemenin Bu Sulastri dan bantu Mbak Jumi.” Kata Gadis.

“Baiklah. Aku berangkat dulu.”

Jefri dan Gadis pun pergi. Tempat yang mereka tuju lumayan jauh dan butuh waktu lama.

Di rumah tinggal Pak Burhan, Bu Sulastri, Jumi, dan Gadis. Rohman dan Sapto harus pergi mengurus bisnisnya.

“Mbak, Bu Sulastri udah lama sakitnya?” tanya Gadis.

Mereka sedang memasakan bersama di dapur. Jumi agak canggung berdua dengan Gadis mengingat kejadian semalam. Pacarnya telah tidur bersama dirinya.

“Baru-baru ini, mbak.”

“Kasihan ya.”

“Ya semoga saja cepat sembuh,” sahut Jumi.

Jumi masih terbayang kejadian bersama Jefri semalam. Meski terbilang masih muda, tapi Jefri sudah pandai membuat nikmat seorang wanita. Jumi berpikir mungkin saja karena ia sering melakukan hubungan intim dengan wanita. Salah satunya Gadis. Jumi coba untuk memancingnya.

“Kamu dan Jefri sudah lama pacaran?” tanya Jumi.

“Dua tahunan, mbak.”

“Hati-hati kalo pacaran. Jangan mudah percaya sama laki-laki.”

“Kenapa, mbak?”

“Cowok banyak bohongnya. Padahal Cuma ingin sesuatu. Ini saya buktinya kalo percaya sama cowok. Ditinggal deh.”

Gadis hanya terdiam menunduk. Tak menjawab apa pun. Jumi mulai menaruh kecurigaan.

“Jefri ga gitu kan?”

“Ehhh...ehh...ngga kok, mbak. Dia baik.”

“Ya syukurlah.”

Jumi dapat menangkap dari cara Gadis menjawab bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan. Mungkin benar bahwa Jefri sudah pernah tidur dengannya.

***

Rohman mendapati Jumi sedang mencuci piring. Kebetulan saat itu sedang tidak ada siapa-siapa di dapur. Pak Burhan tidur. Sapto sedang di halaman. Gadis sedang berada di kamarnya.

Rohman memeluk Jumi dari belakang. “Sayang, kangen..” ucap Rohman.

Jumi tak membalas dan melanjutkan mencuci. Jumi agak sedikit marah pada Rohman karena membatalkan datang ke kamarnya. Meskipun dia justru bahagia karena Jefri bisa memuaskannya.

“Kamu marah?” tanya Rohman mengetahui sikap Jumi.

“Salah siapa bohong.”

“Ada istriku, sayang.”

“Makanya ga usah janji.”

“Iyadeh, maaf. Diganti sekarang ya.”

“Gila. Banyak orang di rumah.”

“Bisa aku atur kok.”

Jumi tidak paham dengan maksud Rohman. Rohman lalu meninggalkannya sendiri dan menuju ke dalam rumah.

Ternyata Rohman menuju kamar Gadis. Ia mengetuk pintu kamarnya dan munculah Gadis di depannya.

“Ada apa, Mas?”

“Kamu kok di dalam terus mulai tadi?”

“Iya, Mas. Bingung juga mau ngapain.”

“Jangan dong. Jalan-jalan kek.”

“Waduh. Ga tau daerah sini, Mas.”

“Biar Sapto yang anter kamu jalan-jalan.”

“Jangan, Mas. Saya malah ngerepotin nanti.”

“Tenang aja.”

Rohman pun lalu menyuruh Sapto untuk menemani Gadis jalan-jalan. Sapto terkejut dengan perintah itu. Dia bingung akan diajak ke mana.

Rohman sendiri akhirnya bisa merealisasikan rencananya. Dia bisa berduaan dengan Jumi. Mereka memilih bercinta di kamar Jumi karena lebih aman. Kamar Rohman agak berdekatan dengan kamar orang tuanya. Takutnya nanti mereka bisa mendengar. Rohman dan Jumi bisa melanjutkan rencana yang tertunda.

***

Sapto mengajak Gadis untuk berkeliling Desa. Sapto membawanya mengitari kampung, melihat kebun-kebun kopi dan sayuran milik warga, dan juga mampir ke sungai. Bagi Desi, Sapto orang yang cukup ramah dan baik. Dia menjelaskan dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan olehnya. Sapto juga orang yang asik untuk diajak bercanda.

Sapto sendiri tak bisa membohongi dirinya sendiri kalau Gadis menarik perhatiannya. Meskipun badannya tak seseksi Desi, tetapi wajahnya tak kalah bila dibandingkan. Apalagi senyum di wajahnya yang manis.

“Gimana kalo mampir dulu ke sungai, Mas?” tanya Gadis.

“Boleh. Ayo lewat sini.”

Gadis mengikuti langkah Sapto. Tak lama kemudian, mereka sampai di area sungai dengan air yang jernih. Hal itu membuat Gadis tampak senang.

“Wah, jernih sekali!” Gadis tampak terkejut melihat pemandangan di depannya.

“Ga pernah lihat begini ya, mbak?”

“Hmmm. Di kota mana ada, Mas.”

“Puas-puasin deh sekarang, Mbak.”

Gadis tampak menikmati suasana sungai. Ia tampak berfoto-foto dengan ponselnya. Sementara Sapto hanya duduk menunggui gadis kota itu. Cukup lama Sapto menunggu Gadis selesai bermain sampai-sampai ia ingin buang air.

“Mbak, tunggu di sini dulu ya. Saya mau buang air kecil dulu.”

“Jangan lama-lama ya, Mas.”

“Sebentar kok, mbak.”

Sapto pergi ke bagian hilir. Gadis terus melanjutkan kegiatannya menikmat suasana sungai. Tapi ia merasa Sapto tak kunjung kembali. Ia takut Sapto telah meninggalkan dirinya pulang. Gadis pun segera menyusul Sapto ke hilir sungai.

Saat menyusuri sungai, betapa terkejutnya Gadis saat mendapati Sapto sedang mandi di sungai. Dengan posisi membelakangi Gadis, separuh tubuh Sapto berada di dalam sungai. Entah kenapa ada perasaan nakal muncul di otak Gadis: melihat Sapto mendi.

Sampai akhirnya, Sapto beranjak dari dalam sungai dengan tak mengenakan apa pun. Ia tampak tak peduli dengan keadaan sekitar. Gadis pun bisa melihat seluruh badan Sapto, juga kemaluan yang menggantung di selangkangannya.

Gadis menduga ukurannya tak jauh berbeda dengan milik Jefri. Tapi Gadis merasa tampilan milik Sapto tampak lebih menggoda. Apalagi kulit lebamnya yang tampak memesona di mata Gadis.

Karena melihat Sapto menghampirinya, Gadis segera kembali ke tempat semula. Saat Sapto datang, ia bersikap seolah tak ada apa-apa. Namun, pemandangan itu menyisakan rasa penasaran bagi Gadis. Juga rasa tertarik pada Sapto, terutama tubuhnya.

***

Saat Gadis dan Sapto pergi jalan-jalan, Rohman dan Jumi jadi punya waktu berdua di rumah. Kesempatan itu tidak mereka buang sia-sia.

Di dalam kamar Jumi, Rohman langsung melancarkan serangan. Tubuh Jumi dibaringkan oleh Rohman di kasurnya. Rohman melucuti baju Jumi saat per satu hingga pembantunya itu telanjang bulat. Tampak tubuh mulus Jumi di depannya sudah siap untuk dinikmati.

Tak mau kalah, Rohman juga melepaskan bajunya hingga ia juga bertelanjang. Kontolnya sudah tegang. Rohman pun lalu naik ke atas kasur dan segera menindih Jumi.

Keduanya kemudian berciuman hebat. Saling melepas kerinduan yang terpendam semalam. Meskipun sebenarnya Jumi sudah dipuaskan laki-laki lain. Tapi perasaannya pada Rohman membuat ia tetap bernafsu dalam ciuman iu. Mereka saling melumat bibir satu sama lain. Lidah mereka saling beradu. Tangannya saling mendekap.

Puas berciuman, Rohman turun ke leher dan mulai menciumi daerah itu. Jumi hanya bisa memejamkan mata menikmati sensasi yang diterimanya. Rohman terus saja menurunkan ciumannya ke bagian dada dan langsung menikmati payudara Jumi.

Ia lahap kedua bukit indah dan nikmat itu secara bergantian. Ia sedot-sedot putingnya dan kadang juga ia jilati. Hal itu membuat Jumi keenakan dan mendesah.

“Aahhh....aahh....aahhh....”

Tangan Jumi memegangi kepala Rohman yang bermain liar di dadanya.

Begitu puas di bagian dada, ciuman Rohman masih terus turun hingga ke bagian selangkangan. Rohman membuka selangkangan pembantunya itu. Tampak bibir vagina yang merekah dan basah: siap untuk digagahi.

Rohman langsung mengarahkan posisinya di antara dua paha Jumi. Ia langsung mengarahkan kontolnya ke memek Jumi. Karena sudah basah, maka ia tak butuh waktu lama agar kontolnya bisa masuk.

“Aahhh....” desah Jumi saat kontol Rohman amblas di dalam liang vaginanya.

Rohman mulai melakukan gerakan maju mundur. Badannya menunduk menindih Jumi. Ia cium bibir Jumi dengan kontolnya tetap keluar masuk di memek sang pembantu.

“Mmmpphhh....mmpphh....” desah Jumj karena bibir Rohman masih menempel di bibirnya.

Plok. Plok. Plok.

Bunyi selangkangan keduanya yang saling beradu. Karena tak puas saat mendesah, Jumi melepaskan ciumannya dengan Rohman.

“Ahhh...mmass...aahhh....”

Meski memeknya tidak sesesak saat bercinta dengan Jefri, tapi kontol Rohman tetap mampu membuatnya keenakan. Nafsunya juga masih bangkit dan meminta untuk dipuaskan.

Rohman sendiri masih terus memaju-mundurkan kontolnya di memek Jumi. Ia merasa ada sesuatu yang ingin meledak dari kontolnya.

“Mmasss....teerruuuss...aahhh....”

“Aahh....aaa...kkuu....” desah Rohman. Ia semakin tak kuasa untuk membendung orgasmenya.

Sampai akhirnya, Rohman melenguh panjang.

“Aaahhh......”

Crot. Crot. Crot.

Rohman tak sempat untuk menarik kontolnya keluar. Maka muncratlah spermanya di dalam memek Jumi. Kontolnya berkedut beberapa kali pertanda ada sperma yang disiramkan.

“Mas, kok keluar di dalam?” tanya Jumi khawatir

“Maaf, sayang. Aku tidak sengaja.”

“Kalau aku hamil gimana?”

Tak ada jawaban dari Rohman.

“Mas...”

“Tenang saja.” Rohman menenangkan Jumi. Ia kecup kening wanita yang masih ditindihnya itu. “Aku akan tanggung jawab.”

“Janji ya?” Kata Jumi.

Rohman mengangguk.

Keduanya lalu saling membersihkan kelamin masing-masing. Ada sebagian sperma yang meleleh dari memek Jumi. Ia bersihkan. Sambil dalam hatinya ia berharap benih ini akan menghasilkan calon bayi.

***

Sementara itu, Desi dan Jefri baru saja sampai di lokasi tujuan. Mereka langsung melaksanakan apa yang menjadi tujuan mereka. Mereka mendatangi warga untuk kebutuhan penelitian Jefri. Pekerjaan itu baru mereka selesaikan hampir pukul dua belas siang.

Setelah makan siang, mereka melanjutkan perjalanan lagi ke desa selanjutnya. Sampai akhirnya, pekerjaan mereka baru selesai sore hari. Rasa lelah menghampiri mereka berdua.

“Kita lanjut besok aja ya, mbak.”

“Apa gak nanggung? Lokasi ini jauh. Masa harus bolak-balik ke sini lagi? Ga sekalian diselesaikan?”

“Gapapa, mbak. Takut kemaleman. Biar besok saja kita lanjut.”

“Okedeh kalau gitu. Kita pulang.”

Selama perjalanan pulang, waktu mereka diisi dengan saling mengobrol. Hal itu dilakukan juga agar Jefri tidak mengantuk saat menyetir.

“Oh iya, kamu tahu cerita kolor ijo?” tanya Desi.

“Tahu,” jawab Jefri. “Yang suka memperkosa orang-orang itu kan?”

“Iya. Di desa tadi yang kita kunjungi, dulu di sana sempat geger soal kolor ijo.”

“Beneran, mbak?”

“Iya. Tapi soal bener atau ngganya, mbak ga tau. Ada yang bilang bener, tapi juga ada yang bilang kalo itu bohong.”

“Menurut mbak, itu bener apa ngga?”

“Mungkin bener. Soalnya, teman mbak yang rumahnya di sana, pernah jadi korban.”

“Hah?! Serius, mbak?”

“Iya. Ngakunya ke mbak sih gitu.”

“Waduh. Bahaya juga ya. Tadi kita ga ke rumahnya?”

“Dia udah pindah ke luar kota.”

“Gimana ceritanya, mbak?”

“Waktu itu dia baru jadi pengantin. Ya mungkin baru seminggu dua minggu menikah. Suminya kerja jadi satpam di kota. Biasanya pulangnya pagi. Suatu malam, tiba-tiba sang suami pulang lebih awal. Setelah ditanya, katanya ia tukar shift dengan temannya soalnya kangen sama si istri, temen mbak itu. Ngga ada kecurigaan sama sekali karena apa yang ada di depan mata, itu persis suaminya. Mereka pun ya akhirnya..... gituan.”

“Terus kok bisa tahu kalo itu sebenarnya kilor ijo?”

“Setelah berhubungan intim, pagi harinya sang suami tidak ada di sampingnya. Malah suaminya justru mengaku baru datang. Ia tanyakan soal kejadian semalam, si suami malah bingung. Tapi temen mbak ga ngomong soal berhubungan intim. Ia menjaga perasaan suaminya. Sampai akhirnya, kampung itu menjadi geger bahwa ada kolor ijo. Nah, temen mbak baru sadar bahwa sebenarnya yang menggauli dirinya waktu itu adalah kolor ijo.”

“Ih, serem ya, mbak. Kasihan juga.”

“Iya.”

“Mbak, ga tanya mainnya gimana si kolor ijo?”

“Ah, kamu ini.” Desi memukul bahu Jefri.

“Ya siapa tahu beda dengan suaminya, mbak.”

“Ya katanya sih....” jawab Desi. “...jauh lebih enak dari si suami.”

“Beneran, mbak?”

“Ngga tau. Ngomongnya gitu. Ya namanya juga ilmu hitam kan.”

“Iya juga sih, mbak.”

“Enak kali ya jadi kolor ijo. Kaya tapi bisa nikmatai banyak cewek.”

“Hush!!! Kamu ini ngomongnya.”

“Bercanda doang kok, Mbak.” Jawab Jefri. “Tapi kalo aku jadi kolor ijo, pasti mbak yang bakal jadi korban tiap malem.”

“Jefri, kamu ini ya. Makin nakal aja.”

“Hehehe. Siapa coba yang ga tergoda kalo lihat cewek kaya mbak Desi. Orang aja mau, apalagi kolor ijo?”

“Udah, ah. Kamu makin malem makin nakal aja.”
Mereka terus melanjutkan perjalanan sampai rumah. Tapi dalam hati Desi, perasaannya berbunga-bunga karena baru saja mendapatkan pujian dari saudara sepupu suaminya. Perasaan itu juga didasari pada fakta bahwa Jefri memiliki ketertarikan padanya.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd