Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH DESI, SI PRIMADONA KAMPUNG

Desi masih belum muncul juga ni. hehe

mungkin lagi ena-ena di rumah
:fgenit:
 
Awal Kehancuran

***

Walaupun Desi baru saja bercinta dengan Jefri, tapi harus Desi akui bahwa itu sebetulnya tak mengobati perasaannya yang sedang kacau. Kalau pun itu bisa, mungkin hanya pada saat persenggamaan terjadi. Setelahnya perasaan Desi kembali menjadi kacau balau. Walaupun Desi mengakui bahwa permaian Jefri juga lebih daripada suaminya.

Sepanjang perjalanan pulang, mereka lebih banyak diam. Jefri sendiri entah kenapa menjadi sungkan selepas bercinta. Ia tidak menyangka bahwa bisa menikmati tubuh indah istri dari saudaranya itu. Kalau boleh jujur, sebetulnya Jefri ingin sekali mengeluarkan spermanya di dalam rahim Desi. Tapi biar bagaimanapun, ia sudah mendapatkan sesuatu yang lebih. Yang tidak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya.

Desi sendiri tidak lagi memikirkan persenggamaan dengan Jefri. Baginya, itu sesuatu yang biasa. Ia sudah pernah melakukannya dengan banyak lelaki.

Di pikirannya saat ini adalah pertengkaran dengan Rohman, suaminya. Ia bingung apa yang akan ia lakukan setelah ini. Jelas ia sudah marah pada Rohman. Bahkan sudah mendekati benci. Ia merasa juga tidak mungkin tetap tinggal di sana sementara hubungan dengan Rohman sedang buruk.

“Jef...” tiba-tiba Desi memecah keheningan.

“E...iya, mbak?”

“Setelah ini antarin mbak ya.”

“Ke mana, mbak?”

“Mbak mau pulang ke rumah mbak sendiri.”

“Lho, kenapa gitu, mbak?”

“Sudah. Kamu anterin saja. Mau kan?”

“Ee...iya, mbak.”

Sesampainya di rumah, Rohman masih belum pulang. Beruntunglah, kata Desi. Ia tak perlu bertemu dengan suaminya itu. Desi segera mengambil beberapa baju dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai, ia segera pergi ke Pak Burhan untuk berpamitan.

“Des, mau ke mana?”

“Saya mau pulang ke rumah, Pak.”

“Lho, jangan gitu, Nak. Semuanya bisa diselesaikan baik-baik.”

“Saya pengin sendiri dulu, Pak. Saya butuh ketenangan.”

“Hmmm. Ya sudah kalo gitu. Tenangkan dulu saja pikiran dan hatimu. Nanti kalau sudah tenang, kita bicarakan baik-baik.”

Tentu saja apa yang dikatakan Pak Burhan tidak sepenuhnya jujur dari hatinya. Ia mengatakan demikian karena sedang ada Jefri saat itu. Jelas sekali bahwa ia bahagia dengan pertengkaran itu. Apalagi kenyataan bahwa Desi pulang ke rumahnya sendiri. Jadi ia bisa sesekali menghampiri Desi. Bahkan pikiran terburuknya muncul: ia akan menikah siri dengan Desi.

Desi pamit. Ia kembali ke rumah bekas milik orang tuanya.

***

Rohman sampai rumah dan mendapati Desi sudah tidak ada. Bapaknya yang menyampaikan tentang kepergian Desi.

“Ada apa sebenarnya?” tanya Pak Burhan.

“Dia mengkhianati saya, Pak.”

“Kamu lihat sendiri?”

“Dia yang mengaku.”

“Siapa laki-lakinya?”

“Aku tidak tahu. Aku hanya menemukan CD-nya saja. Desi tidak bilang.”

CD, tanya Pak Burhan. Seingat dia, ia tak pernah memberikan CD-nya pada Desi. Lalu milik siapa CD itu? Apakah Desi juga berselingkuh dengan laki-laki lainnya? Ataukah Desi diam-diam mengambil CD miliknya?

“Ya sudah. Tenangkan dulu saja pikiranmu.”

Rohman kemudian berpikir tentang perselingkuhannya dengan Jumi. Itu juga sesuatu yang salah. Bahkan ia menumpahkan spermanya di rahim wanita itu. Ya, dia juga berselingkuh. Kenapa ketika Desi melakukan hal yang sama dia marah?

Tapi, sisi lain hatinya bicara bahwa ia tetap tak bisa menerima seorang istri yang selingkuh. Ia yakin bahwa sebelum ia bersama Jumi, Desi sudah lebih dulu melakukan perselingkuhan itu.

Ya, Rohman tak bisa menerima pengkhianatan Desi.

***

Gadis sedang berada di kamarnya. Ia sedang berbaring di tempat tidur sambil tersenyum sendiri. Ia sedang membayangkan sebuah kejadian sore hari bersama Sapto.

Gadis dan Sapto memang pergi bersama. Mereka lagi-lagi pergi ke sungai berdua. Tentu saja, ada maksud lain di balik ajakan Gadis itu. Rupanya ia sudah mulai tertarik pada Sapto.

Gadis berencana akan mencuci pakaian di sungai.

“Ih, apa ga malu, mbak?”

“Kenapa harus maluk, Mas?” tanya Gadis.

“Ya kan mbak Gadis anak kota. Masa nyuci di sungai?”

“Ya apa salahnya. Sekali-kali saya pengin belajar.”

Mereka berdua pun berangkat ke sungai bersama. Selama di perjalana obrolan mereka tentang pertengkaran Desi dan Rohman.

“Mereka kenapa ya?” tanya Sapto.

“Denger-denger sih salah satunya ada yang ketahuan selingkuh.”

“Hah?!” Sapto kaget mendengarnya.

“Kok kaget gitu, Mas?”

“Heh gapapa. Aneh aja. Mereka sepertinya harmonis selama ini.”

“Ya kita kan ga tau.”

Di pikiran Sapto terbayang jangan-jangan hubungan gelapnya dengan Desi sudah diketahui. Jika benar, bagaimana bisa? Ia yakin tidak ada yang mungkin bisa mengetahui kecuali atas pengkuan Desi sendiri.

Ah, tidak, pikir Sapto. Yang ketahuan mungkin Rohman. Sapto coba untuk membuang jauh semua pikiran buruknya itu.

“Saya nyuci di sini saja ya, Mas.” Kata Gadis.

“Oh iya, biar saya tunggu di bagian hilir saja.”

“Di sini aja, Mas. Saya takut sendirian.”

“Oke, mbak.”

Sapto menemani Gadis yang sedang mencuci pakaian. Lumayan banyak baju yang ia cuci. Bahkan Sapto melihat ada beberapa baju yang sepertinya milik Jefri.

“Mbak, itu kok baju cowok?”

“Oh, ini baju Jefri, Mas.”

“Wah, calon istri yang baik ya?”

“Kasihan aja, Mas. Pasti capek lagi penelitian.”

Yang paling mencengangkan bagi Sapto adalah Gadis juga mencuci CD milik Jefri. Pikiran Sapto langsung tertuju pada dugaan bahwa hubungan Jefri dan Gadis sudah sedekat suami istri. Ia pasti sudah pernah tidur dengan Jefri, duga Sapto.

Akal jahat Sapto pun muncul. Rupanya Gadis sudah pernah tidur dengan lelaki. Sepertinya tidak sulit jika ingin meluluhkan hatinya. Ia mencari cara agar bisa menikmati tubuh Gadis.

Sementara itu Gadis sebenarnya telah memiliki ketertarikan pada Sapto. Hanya saja dia tak berani mengungkapkan. Maka perjalanan ke sungai ini merupakan perangkap untuk Sapto.

“Ngelihat air seger gini kok jadi pengin mandi ya?” kata Sapto.

“Masa mandi di sini, Mas?”

“Iya. Banyak orang sering mandi di sini kok.”

“Gak malu ya, Mas?”

“Bagi orang desa udah biasa, mbak.” jawab Sapto. “Biasanya kalo jam segini itu para petani yang baru pulang daru sawahnya.”

“Tapi kok ga ada?”

“Paling habis ini juga datang.” Jawab Sapto. “Mbak sesekali juga harus coba sensasi mandi di sungai.”

“Malu, Mas. Ngga ah.”

“Ya kan ada saya, mbak.”

“Maksudnya, Mas?”

“Kalo suami istri biasanya jarang diganggu.”

“Suami istri?” Gadis tak paham.

“Iya. Kalo mbak pura-pura jadi istri saya, mereka ga akan berani melirik-lirik.”

“Oh gitu ya, Mas?”

Sapto mengangguk. “Mau coba?”

Gadis tampak berpikir panjang. Sementara Sapto tanpa banyak basa-basi, membuka pakaiannya satu per satu. Di depan Gadis. Bahkan sampai telanjang seluruh tubuhnya. Sapto pun langsung masuk ke dalam sungai dan menceburkan diri.

“Ayo, mbak.” Ajak Sapto. “Mumpung ada di sini.”

Tentu saja Gadis senang dengan ajakan itu. Ia merasa perangkapnya sudah berhasil. Tapi ia harus berpura-pura malu untuk mulai membuka bajunya. Setelah agak lama dan ajakan terus datang, Gadis pun mau.

“Tapi Mas Sapto jangan hadap ke sini. Saya malu.”

“Oke, mbak. Saya balik dan tidak akan lihat.”

Setelah Sapto berbalik, Gadis membuka pakaiannya satu per satu sampai ia telanjang bulat. Kemudian ia buru-buru menceburkan diri ke dalam air. Sapto kembali melihat ke arah Gadis.

“Nah, gitu dong.”

Lalu mereka berdua mulai mandi. Tapi Gadis masih berlaga agak canggung agar perasaan senangnya tak terlalu tampak.

Tak lama kemudian, datang dua orang laki-laki paruh baya yang hendak mandi. Kedua laki-laki juga tanpa malu membuka pakaiannya di tepian sungai. Gadis agak terkejut dengan keadaan itu.

“Mbak, agak ke sini.” Pinta Sapto pada Gadis agak mendekat.

“Kenapa?”

“Kalo berjauhan ya mana bisa dianggap suami istri? Kalo mbak digoda gimana?”

Akhirnya Gadis mendekat ke arah Sapto. Dari jernih air Sapto bisa melihat betapa mulusnya kulit Gadis. Sapto tak bisa mencegah kontolnya mulai mengeras di dalam air. Ia coba tahan sampai dua laki-laki yang juga mandi di dekatnya pergi.

Dan benar saja. Setelah kedua laki-laki itu pergi dan makin jauh, Sapto langsung memeluk Gadis di dalam air.

“Mas, mau apa?” tanya Gadis terkejut. Gadis berpura-pura-tentu saja.

“Saya nafsu banget sama Mbak Gadis.”

Sapto memeluknya dari arah belakang. Gadis bisa merasakan dalam air kontol Sapto sudah mengeras.

“Mas, nanti ada orang.”

“Saya udah ga tahan, mbak.”

“Tapi, Mas....”

Tangan Sapto mulai menggerayangi payudara Gadis. Ia juga mulai menciumi tengkuk indah Gadis.

“Mas, jangan. Malu sama orang.”

“Mereka tahunya kita suami istri, mbak.”

“Tapi, Mas...” protes Gadis. “Jangan di sini.”

Sapto terus dengan ciuman di tengkuk dan leher Gadis. Tangannya juga meremas-remas dan kini mulai turun ke bagian selangkangan.

“Pindah aja, Mas.” Pinta Gadis. Sapto pun setuju.

Mereka berdua segera naik dan mengenakan kembali pakaiannya. Seakan sudah menyiapkan rencana sebelumnya, Sapto sudah langsung menemukan tempat yang tepat. Ia mengajak Gadis pergi ke salah satu gubuk tak terpakai. Gubuk itu biasanya digunakan oleh para petani yang ingin istirahat. Karena ini sudah sore, biasanya para petani sudah kembali ke rumah masing-masing.

“Di sini aja, mbak.” Kata Sapto. Gadis tidak memprotes.

Sapto langsung menarik Gadis ke dalam gubuk itu. Di dalam ada sebuah tempat tidur dari bambu yang lumayan besar. Sapto mulai menciumi bibir Gadis. Tidak ada penolakan dari Gadis. Malah dia perlahan mulai membalas ciuman Sapto.

“Mmmpphh....” keduanya mulai terlibat dalam adegan ciuman yang panas.

Tangan Sapto segera bergerilya ke bagian-bagian tubuh Gadis. Mulai dari menyelinap masuk ke dada Gadis sampai selangkangan yang dibungkus celana kain.

“Aahhh....aahhh....” Desah Gadis saat tangan dan jari Sapto bermain di memeknya. Sementara tangan yang lain meremas-remas payudara.

Gadis mencari pengalihan atas birahinya yang terus meningkat. Kini tangannya juga bergerak ke arah selangkangan Sapto. Dari luar celana ia menemukan batang yang sudah mengeras. Ia mulai menggenggam dan meremas-remas.

Sapto coba mengangkat baju Gadis dan terus melepaskannya. Gadis menurut saja dengan kemauan itu. Setelah lepas tampaklah payudaranya yang terbungkus BH. Tidak sebesar milik Desi tetapi tetap indah di mata Sapto. Kemudian Sapto meraih kaitan BH itu dan terlepaslah. Sapto pun kini dengan bebas melahap payudara gadis kota itu.

Sapto menciumi kedua payudara Gadis secara bergantian. Ia menyedot-nyedot dan memainkan puting susunya.

“Aahh...Ahh...” Tentu saja Gadis mulai mendesah. Rasa nikmat mulai menjalari tubuhnya.

Tangan Sapto meraih ujung celana Gadis dan langsung ia turunkan. Tampak celana dalam berwarna merah muda dikenakan Gadis. Setelah lepas celananya, Sapto melanjutkan dengan CD-nya. Tidak ada protes dari Gadis. Sapto makin mendapat sinyal baik. Tampaklah sudah memek Gadis di depan wajahnya. Memek itu ditumbuhi jembut yang lumayan lebat.

“Kok dilihatin, Mas?” tanya Gadis.

“Gapapa. Indah banget memekmu, mbak.”

Gadis sedikit tersipu dengan pujian itu. Ketika Sapto menidurkannya di ambin, ia mengikutinya saja. Sapto membuka pahanya lebar-lebar. Tampaklah memek Gadis yang kian merekah. Sapto duduk di depan memek itu. Wajahnya sudah siap untuk tenggelam di selangkangan Gadis.

“Aaahhh....” desah Gadis saat lidah Sapto menyentuh memeknya.

Sapto menjilati seluruh bagian memek itu tak terkecuali klitorisnya juga. Bahkan sesekali lidah Sapto menusuk-nusuk lubang memek Gadis.

“Aaahhh....Mass....uuu...dah...”

“Mmmpphhh...” Sapto terus melakukan oral seks di memek Gadis. Memek Gadis pun kian membasah.

“Uu...dahh....Mass...” Desah Gadis sambil meminta Sapto menghentikannya.

Tapi Sapto tak peduli pada permintaan itu. Sapto terus saja menjilati memek Gadis. Lidahnya kembali bermain dengan klitoris: bagian paling sensitif dari wanita. Alhasil Gadis pun mulai menggelinjang dan meracau tak keruan.

“Mass...ee...naakk...mmaass...ahhh...”

Badannya sudah meliuk-liuk bagaikan ular. Tangannya meraih kepala Sapto untuk ia tekan ke dalam agar makin masuk ke selangkangannya. Pahanya menutup juga untuk memberikan tekanan pada kepala Sapto.

Tapi akhirnya Gadis tak kuat menahan puncak nafsunya. Tubuhnya bergetar sepersekian detik pertanda bahwa ia sudah orgasme. Mengetahui hal itu, Sapto menghentikan jilatannya di memek Gadis. Ia berlanjut untuk mulai menikmati memek Gadis dengan kontolnya. Rupanya ia tak memberikan waktu baginya untuk mengumpulkan tenaga.

Sapto membuka bajunya satu per satu hingga ia telanjang. Gadis bisa melihat ukuran kontolnya dengan jelas. Tidak jauh berbeda dengan milik Jefri. Tapi milik Sapto tampak lebih menggairahkan baginya. Sapto yang sudah tegang membuatnya tak membutuhkan tenaga lebih untuk masuk ke dalam memek Gadis.

“Mas, jangan di dalem ya.” Pinta Gadis. Sapto menyanggupinya. Gadis masih belum berani untuk melakukan hal itu. Bahkan dengan Jefri ia masih meminta untuk mengeluarkan di luar atau mengenakan kondom.

“Aahhh...” desah Gadis saat memeknya mulai disibak oleh kontol Sapto.

Sapto mendorong perlahan agar memek Gadis mulai belajar menyesuaikan. Dengan gerakan perlahan mendorong, sedikit demi sedikit kontol Sapto mulai amblas ke dalam liang senggama Gadis.

“Aaahhhh...aaahhh...” Gadis mendesah lagi saat Sapto mulai mempercepat gerakannya. Kontol Sapto keluar masuk di memek Gadis. Memek Gadis terasa penuh dengan kontol Sapto.

Sapto terus mempercepat gerakannya. Ia juga mulai menundukkan badannya. Meraih bibir Gadis untuk bisa menciumnya. Tangan Sapto juga kembali meremas payudara Gadis.

“Mmmpphhhh...” Gadis mencoba mendesah namun susah karena ciuman bibir Sapto.

Plok. Plok. Plok. Bunyi suara benturan selangkangan mereka berdua.

Ciuman Sapto turun ke arah leher. Sapto kemudian menciumi leher bagian belakang. Gadis kembali menggelinjang karena di sana merupakan salah satu bagian sensitif. Apalagi ditambah gerakan kontol Sapto makin cepat. Karena rangsangan Sapto di bagian lehernya, membuat Gadis kian menggelinjang dan bahkam menggerak-gerakkan pantatnya sendiri. Ia mencoba memberi respon atas penetrasi kontol Sapto.

“Aahh....mass...eennaakk....”

“Mme..meekk..mu....ennaakk...”

“Ttee.***ss...mass...aahhh...”

“Aahhh....”

“Koonn...tooll...muu...aahhh...juugaa...eenaakk....”

Kedua tubuh sejoli itu kian berkeringat. Nafsu terus memburu mereka. Genjotan Sapto kian ganas dan cepat sementara goyangan Gadis tak mau kalah. Ia terus menggoyangkan pantatnya.

“Aahhh....mass...tterruus....”

“Eenaakk...maannnaa...saamaa....Jeeff...frrii?”

“Kamu....maass...aahh....”

Mendengar itu Sapto kian bersemangat. Ia terus mempercepat gerakan keluar masuk kontolnya. Hingga Gadis makin tidak tahan.

“Mmmass....aakkuuuhh....” Gadis memeluk erat tubuh Sapto. Pahanya menjepit tubuh laki-laki yang menindihnya itu.

Dan tidak lama setelahnya, Sapto segera menarik kontolnya dan mengarahkan spermanya di atas perut Gadis.

“Aahhh....aahh....” lenguh panjang Sapto.

Banyak sekali sperma yang keluar. Sapto lalu terbaring di samping Gadis. Mereka berdua tampak lelah dengan keringat yang bercucuran. Setelah tenaga pulih mereka saling membersihkan cairan cinta yang mengotori tubuh masing-masing.

***

Desi sampai ke rumahnya sendiri. Rumah masa kecilnya. Setelah bertahun-tahun tinggal di rumah Rohman, kini ia bisa kembali ke rumah itu. Meskipun berjarak hanya beberapa desa tapi Desi tak pernah datang ke rumah itu. Kalau pun datang hanya untuk sekadar mengecek keadaan. Setiap harinya ada orang yang mengurus rumah itu.

Desi sedang berbaring di atas tempat tidur. Sendirian. Ia mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya dan Rohman. Lalu ia teringat pada CD itu. CD milik Abdul. Ia pun teringat pada pria arab itu.

Desi coba menghubungi Abdul lewat WA.

“CD-mu membawa petaka.” tulis Desi di pesannya.

Lalu tak lama kemudian ada balasan dari Abdul:

“Aku sudah tahu. Rohman sudah cerita. Kapan kita ketemu? Mungkin aku bisa bantu.”

Meski belum menyimpan nomor Desi, tapi ia sudah paham bahwa itu milik Desi. Selain karena ada foto profil di nomor WA itu.

“Iya. Biar aku kembalikan CD-mu juga.”

“Boleh. Sekalian lunasi janjimu soal berenang bareng.”

Ya, Desi ingat bahwa ia pernah berjanji akan berenang bersama dengan Abdul. Mungkin inilah kesempatan yang sudah lama ia tunggu, pikir Desi. Dalam bayangannya ia akan berenang bersama Abdul di kolam renang milik Abdul.

Tapi ia ingat lupa membawa baju renang yang dulu ia beli. Baju itu masih di rumah Abdul.

Bersambung
 
Bimabet
jgn lama2 update Suhu, Geregetan terus nunggu Desi dihamili ama di analin ;)

Thank u updatenya suhu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd