Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah Mahasiswa Tingkat Akhir dan Ibu Kos

Part - 3

Hari-hari selanjutnya hubunganku dgn bu Fitri kembali normal seakan tidak terjadi apa-apa, kami sama menjaga sikap apalagi jika ada Putri di rumah, karena kami sudah sepakat. Meski terkadang aku tidak bisa menahan diri hingga mencuri-curi waktu memeluknya saat di dapur, hal itu membuatnya kaget dan sering memperingatkanku bisa saja Putri tiba-tiba pulang.

Kurang lebih seminggu setelah kejadian itu, pikiranku kembali bergejolak dan ingin mengulanginya lagi, kuperhatikan dirumah tidak ada Putri, pintu depan pun tertutup rapat, kulihat ibu di dapur sedang membuka kulkas mencari sesuatu, dgn posisi sedang agak nungging kupeluk tubuhnya dari belakang membuatnya terkaget.

“Aduh Ari bikin kaget ibu aja, bisa jantungan ibu kalau begini terus”, katanya setengah kaget namun ia tak melepas pelukanku.
“Ari kangen buk…” bisikku ditelinganya.

Aku terus memeluknya menikmati tubuhnya yg terasa padat berisi dan hangat, sesekali kucium bagian tengkuk dan leher, saat ia memalingkan wajah kekanan kucium bibir dan mencoba melumatnya, sampai ia berusaha melepaskan dekapanku.

“Udah ya… ibu mau kerja lagi… nanti malam ya” katanya.

Mendengar kata nanti malam aku pun melepas pelukanku dan kembali kekamar, sorenya aku sudah tak sabar menunggu malam hari.

Setelah makan malam aku nonton TV dgn ibu di ruang tengah, sesekali kami mengobrol selebihnya menonton TV yg sedang memutar sinetron, sebenarnya aku tidak begitu menyukai acara tersebut namun aku tak ingin kehilangan kesempatan.

Malam itu ibu ia terlihat cantik seperti biasanya meski hanya dgn pakaian rumahan, ia memang selalu cantik dimataku, terlepas dari usianya yg sudah 40an, mungkin saat masih muda dulu banyak pemuda yg menyukainya.

Meski wajahnya sudah ibu-ibu namun masih ada sisa kecantikan di masa mudanya, kulitnya kuning langsat dan tubuhnya cukup ideal sedang sedikit lebih pendek dariku yg 170 cm.

Wajahnya sekilas seperti orang melayu atau minang, dgn tulang pipi yg menonjol dan belahan kecil di dagunya, tubuhnya cukup berisi dan padat, seperti lengannya yg agak besar dan kencang.

Satu hal yg diam-diam kusuka darinya adalah betis dan kaki, aku memang memiliki fetish terhadap kaki wanita, entah sejak kapan aku mulai memilikinya. Ibu memiliki kaki yg menurutku indah dan terawat, putih dan cantik ditambah dgn betisnya yg masih kencang, jarang wanita rumahan apalagi di usianya yg memiliki kaki seperti itu.

Kulihat jam sudah pukul 10 kurang, aku benar-benar sudah tak tahan, kudekati ibu yg terlihat mulai mengantuk, aku duduk tepat disampingnya kusentuh tangan dan kucium pipi, ia menghindar dan tersenyum memandangku, sikapnya membuatku makin bersemangat, kucium bibirnya.

“Di kamar aja yuk” kataku.
“Ibu gak bisa lagi halangan”.

Mendengar itu membuatku kehilangan semangat dan kecewa, ibu memandangku dgn tatapan pasrah, aku tak percaya dgn kata-katanya dan berusaha menyentuh bagian selangkangannya meski ia berusaha menghalangi, dan benar saja ia memakai pembalut.

“Ari gak tahan buk”, kataku lagi.

Kutarik tangannya ke selangkanganku untuk membuktikan, kurasakan tangannya memijit pelan membuatku makin bergairah.

“Pakai tangan aja ya” bisikku di telinganya.

Aku bangkit dan mengajaknya kekamar, meski awalnya sedikit enggan akhirnya ibu menuruti ajakanku. Di dalam kamar aku langsung mempersiapkan segala hal seperti tisu dan losion, kusuruh ibu duduk di sisi tempat tidur di lantai yg beralaskan karpet.

Ia tampak bingung melihatku yg sudah setengah telanjang dan berbaring di kasur, aku sempat menciumnya bibirnya kuarahkan tangannya ke burungku yg sudah tegang maksimal, tangannya terus meremas dibalik celana yg belum juga kubuka, sementara tanganku terus bermain di buah dadanya yg tak berukuran sedang namun masih padat.

Kubuka pakaiannya hingga ia pun sudah setengah telanjang, langsung kuhisap kedua putingnya secara bergantian, setelah cukup memberinya rangsangan, kuturunkan celana membuat burungku langsung beridiri tegak tanpa penghalang, kulihat ibu memalingkan wajahnya, mungkin ia malu.

Kutarik tangannya ke burungku yg sudah berdiri tegak, tangannya terus bermain meremas dan memijit penisku, meski gerakannya terasa aneh namun aku berusaha menikmatinya, tangannya yg gemuk terasa hangat dan nyaman, terkadang jempolnya bermain di lubang kencing membuatku kegelian, pandangannya masih tak terarah mungkin malu melihat tubuh telanjangku.

Kuambil loisen dan meneteskannya sedikit agar licin, ahhhh... kini kurasakan lebih nikmat, ibu menatapku yg sedang keenakan, ia pun tersenyum.

“Enak buk..”

Tak mau diam saja, kuremas buah dadanya dgn tangan kanan secara bergantian, ia pun tampak menikmati, sementara itu gerakan tangannya yg terasa licin semakin menambah kenikmatan, kutuntun tangannya agar mengocok dgn benar.

“Ahhh…iya buk begitu… enak…” kata-kata mulai tak beraturan keluar dari mulutku.

Kupejamkan mata merasakan detik-detik menjelang ejakulasi, aku tak peduli dgn pandangan ibu yg sesekali menatap espresiku, tangannya terus bergerak liar mengocok penisku yg semakin mengkilat dan licin, saat hendak keluar kupegang tangannya agar berhenti, ahhh.. ahhh… cairan putih dan hangat menyembur dari penisku membahasi perut dan tangannya, ia sedikit kaget dan hendak melepas genggamannya namun aku menahan.

Aku hanya bisa mengatur nafas melewati detik-detik penuh nikmat itu, tangan ibu sudah tak lagi di penisku, namun ia belum juga beranjak dari kamar, kuserah beberapa helai tisu dgn agar ia membersihkan tangannya. Namun diluar dugaanku ia ceceran pejuh di perutku, tak hanya itu ia juga membersihkan burungku yg setengah tegak.

Setelah selesai aku bangkit untuk berpakaian, kuambil bra hitam milik ibu dan membantu memakaikannya, kupeluk tubuhnya beberapa saat sebelum mengenakan pakaian, sebelum keluar kamar aku mencium pipinya berulang kali dan mengucapkan terima kasih, karena sudah membantuku, setelah mematikan lampu tengah kami tidur dikamar masing-masing.

Seminggu kemudian setelah ibu selesai menstruasi, kami kembali berhubungan badan, kadang kami melakukannya dikamar ibu kadang dikamarku, kami sudah sepakat melakukannya dua kali dalam seminggu, kadang jika ia sedang datang bulan ia mengocokku seperti malam itu.

Hingga tanpa terasa skripsiku selesai, tak lama kemudian aku di wisuda, kedua orang tuaku datang dari kampung, aku juga mengundang ibu Fitri dan anaknya saat acara wisudaku, semua berjalan normal tak ada yg tahu jika aku dan ibu Fitri tak ada yg tahu perihal hubunganku dgnnya, bersamaan dgn kosanku yg habis aku pun pulang kampung.

The End
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd