Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku dan Mamaku

-PART 10-
Sesampainya kami di rumah, mobil langsung aku parkiran di garasi rumah kami yang untungnya berhadapan langsung dengan dapur, di mana dapur kami memiliki pintu sendiri sehingga mama bisa masuk lewat situ tanpa terlihat jelas oleh tetangga. Mama keluar dari mobil masih dengan tubuhnya yang setengah telanjang, hanya terbalutkan oleh blousenya yang mulai basah akibat keringat, sedangkang spermaku di area memek mama sudah mengering dan tercetak jelas di tengah kedua pahanya. Walau posisi pintu dapur kami tidak begitu terlihat dari jalan dan rumah tetangga, tetap saja kalau ada yang melewati rumah kami ada posisi yang dapat melihat mama dengan jelas. Tetapi mama cuek saja melangkahkan kakinya keluar dari mobil, seolah tidak ada yang janggal dari penampilannya.

Begitu kami masuk mama mengambil segelas air untuknya dan mama duduk dengan membuka dua kancing blousenya dan mengibas-ngibaskannya, sebuah pemandangan yang sama sekali tidak kusangkan akan bisa kulihat. Aku yang juga kegerahan membuka semua pakaianku yang melemparnya ke keranjang pakaian kotor, aku menghampiri mamaku dan memeluknya dari belakang dalam keadaan telanjang. Aku menciumi mama dari leher hingga pundak secara perlahan, kulihat mama sesekali menghela nafas dan merapatkan kepalanya ke aku.

Aku: mama, mama seksi banget sih
Mama: seksi apanya, mama keringetan gini, urak-urakan
Aku: justru itu, biasanya mama selalu pake pakaian tertutup, rapih, sekarang seksi gini
Aku: ga pernah aku kebayang bisa liat mama rambutnya acak-acakan, pake baju kebuka keliatan teteknya, memeknya keliatan lagi

Aku mulai memainkan tangan kananku ke arah memek mama, mengusap-usapnya hingga mulai basah lagi. Saat ini mama mulai bergantian menciumiku di leher dan pipi.

Mama: ya karena kamu sendiri mama jadi gini
Aku: jadi apasih mama sayang?
Mama: kamu ini loh, jadi binal sayang
Aku: ohh, gapapa
Aku: aku suka mama binal gini kayak lonte
Mama: kamu mau mama jadi lonte?
Aku: mau, tapi cuman boleh buat aku aja
Aku: ga ada orang lain yang boleh, papa juga
Mama: iyaaa sayang, mama cuman punya kamu
Mama: mama lonte binalnya kamu

Tanpa pikir panjang, bibirku dan bibir mama saling bertemu dan melumat satu sama lain layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Sekian menit kamu berciuman, mama kemudian berdiri dan bilang kalau ia ingin mandi, saat mama berdiri terlihat pada bantalan kursi tempat ia duduk telah tercetak bentuk pantatnya yang basah karena keringat. Mama memintaku untuk membersihkannya karena takut keringatnya di area itu telah bercampur dengan sisa-sisa spermaku yang nantinya akan membuat kursi itu bau, aku pun dengan cepat menyiram kursi itu dengan air dari keran yang kucampur dengan sabun cuci piring dan kulap sedikit. Setelah selesai membersikan kursi itu aku menyusul mama ke dalam kamar mandi di kamarnya.

Saat aku masuk mama sedang berdiri di bawah shower, menyabuni badannya. Mama sama sekali tidak terkejut saat melihatku masuk, malah mama membuka kedua tangannya dan menyambutku dengan pelukan. Mama yang sudah lebih dahulu sabunan memelukku berkali-kali dengan badannya yang licin, seolah-olah mama sedang menyabuniku dengan badannya. Mama berputar mengitariku, naik dan turun, tapi tidak ada sedetikpun mama melepaskan badan licinnya dariku, nyaris saja aku orgasme kalau bukan karena mama yang sudah paham ketika aku mau keluar dan menghentikan aksinya.

Setelah selesai mandi dan handukan, kami berpindah ke kamar mama. Aku dan mama masih dalam keadaan telanjang, kecuali selilit handuk yang mama gunakan untuk mengeringi rambutnya. Mama duduk di depan meja riasnya, sibuk mengeri rambutnya dan memakai bedak, sedangkan aku berbaring dengan santainya di kasur tempat papa dan mama tidur sambil memandangi lekuk indah tubuh mamaku dari belakang. Dari kaca meja riasnya mama menyadari aku sedang fokus memperhatikannya, ia berbalik badan, melempar handuknya ke meja itu, kemudian berjalan ke arahku, dan duduk di sampingku. Membiarkan tanganku hinggap di pahanya, melilit pinggang mama yang sedang tidak terbalut apapun.

Mama: kamu ngeliatin mulu
Aku: habis mama cantik banget
Mama: ngegombal
Aku: aku beneran

Aku yang sedari tadi masih tiduran, mengubah posisiku menjadi duduk dan kemudian aku mencium mama secara lembut. Kening kami saling menempel, aku dapat merasakan hembusan nafas mama dan badannya yang sedikit bergetar. Saat aku membuka mata aku melihat ada air mata yang menetes, dengan kedua tanganku aku mengusap air mata itu dan mencium mama di kening.

Aku: mama kok nangis?
Mama: mama bahagia sayang
Mama: mama seneng punya kamu
Mama: kamu itu bandel, mesum, tapi kamu sayang segininya sama mama
Jawab mama dengan suaranya yang parau

Mendengar jawaban itu, aku langsung memeluk mama dan mengusap-usap kepalanya. Sekian lama kami berada di posisi seperti itu, akhirnya mama mulai dapat menenangkan dirinya, akupun melepaskan dekapanku dari mama.

Aku: mama tenang aja
Aku: aku sayang sama mama, mama punya aku
Aku: mama harus selalu nurut sama aku, aku pasti bahagiain mama

Mama hanya mengangguk dan memelukku, setelah itu mama langsung mengambil salah satu dasternya dari lemari yang dia bilang pasti aku akan suka. Sebuah daster selutut berwarna putih gading dengan corak bunga di beberapa areanya, mama bilang itu adalah daster yang baru sekali dipakainya karena kombinasi bahan dan warnanya membuat daster itu sedikit menerawang. Benar saja, dalam keadaan ruangan yang tidak terlalu terang ini secara samar aku dapat melihat tetek mama yang tidak dipakaikan BH. Ujung dari paha mama juga samar-samar terlihat, belum lagi karena panjangnya yang hanya selutut membuat pangkal mama mudah terlihat ketika duduk dan kalau mama melebarkan kakinya sedikit saja, memek mama juga akan terlihat jelas. Aku tentu saja senang dan menyetujui pakaian mama.

Setelah semua itu mama bergegas menyiapkan makan malam di dapur dan aku sibuk di kamar, mengutak-atik laptopku dan video yang tadi siang kami rekam. Saat hari semakin petang, papa pulang dari kebun dan aku menyempatkan untuk sedikit mengobrol dengannya sebelum ia pamit untuk mandi.

Waktu makan malam pun akhirnya tiba, mama memanggilku dan papa untuk makan bersama di ruang makan. Kami makan dan mengobrol layaknya keluarga lain pada umumnya, papa banyak bertanya tentang keadaan kuliahku dan bagaimana hidupku di perantauan, serta menceritakan harinya di kebun. Saat kami sudah selesai makan dan hanya mengobrol saja, papa meminta untuk melihat video kebun yang kurekam siang tadi. Aku tentunya hanya menunjukkan video-video yang menampilkan pemandangan kebun dan ketika aku yang ada di dalam frame, papa mengomentari kalau video yang ada akunya tidak stabil dan bercanda kalau mamaku kurang terampil mengambil video. Andai saja papa tahu kalau mama bergetar bukan karena tidak ahli, melainkan karena menahan gugup dan malu berada di tempat kerja suaminya dalam keadaan telanjang, batinku dalam hati.

Keriaan makan malam kami pun berakhir dan kami semua masuk menuju kamar masing-masing, aku menghabiskan sisa malamku bermain HP saja. Saat hari sudah sekitar tengah malam, aku berjalan ke dapur dengan niat mengambil air. Tetapi tanpa sengaja lagi-lagi aku tidak sengaja mendengar sesuatu dari kamar orang tuaku, kali ini bukan suara desahan mama, melainkan suara mamaku yang dengan sedikit keras menolak permintaan papaku untuk berhubungan. Mungkin setelah sekian lama ditinggal oleh mama akhirnya papa mulai nafsu lagi, tetapi sayang mama sudah menjadi milikku.

Aku kembali ke kamar dengan perasaan bahagia karena akhirnya mama sudah sepenuhnya menjadi milikku dan aku sangat tidak sabar untuk hari-hariku di kampung bersama mama.

-Bersambung-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd