Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisahku Dengan Ibu Anisya

Part 3

+++++++

Sekitar sebulan kemudian pada suatu malam Tiara yang lagi sibuk dengan kertas kerjanya memanggil aku, sepertinya ada yang ingin dibicarakannya.
“Andi, sini deh sebentar”
“Ada apa Ra?”
“Ndi coba liat menurutmu gimana ibu ini” sambil menunjukkan beberapa foto seorang ibu separuh baya yang berjilbab, cantik dan menarik.
“Cantik, menarik, bodynya ngga bisa aku nilai karena bajunya selalu panjang dan pakai kerudung. Siapa dia?”

Sejak Tiara memberi izin aku untuk mencari wanita lain, dia sering meledek aku atau membicarakan ibu-ibu yang sering kita temui baik itu di Mall ataupun relasi dan teman keluarga, dia selalu menanyakan pendapatku mengenai wanita-wanita yang kita temui terutama soal fisik dan apakah aku tertarik.

“Ini masa kamu ngga tau dia, sekarang sedang lumayan naik daun lho.. ini Ustadzah Anisya, kajiannya lagi disukai banyak kalangan, sering dipanggil untuk tausyiah dan mengisi acara keagamaan”
“Ohh terus kenapa?”
“Aku lagi mengajukan proposal untuk jadi Personal Assistant (PA) yang akan mengatur jadwal acaranya dia secara keseluruhan, aku tau dia belum menggunakan manajemen resmi, masih manajemen pribadi jadi agak kewalahan, apalagi dia tinggal di Medan mengikuti suaminya yang dinas disana sebagai Kepala Dinas suatu departemen, sementara undangan acara lebih banyak tersebar dari luar Medan”
“Good.., prospeknya gimana?”
“95% sih goal kayaknya karena kami udah beberapa kali kirim perwakilan ke Medan dan secara pribadi aku udah berhubungan melalui telepon dan mengirimkan contoh skedul ke mereka”
“Aku do’a-kan berhasil deh sayang”
“Makasih.. hmmm kamu tertarik untuk mendekati dia ngga Ndi?”
“Haaaa.. ibu ustadzah? Kamu ini cari perkara..?????”
“Kenapa? justru itu tantangannya.. masa kamu ngga tertantang untuk menaklukkan seorang ustadzah cantik yang memenuhi kriteria yang kamu sukai?”

Boleh juga tantangan istriku ini, tapi masa untuk pengalaman pertama langsung targetnya seorang ustadzah yang notabene seorang wanita alim yang dihormati dan sangat menjunjung tinggi norma agama.
“Hmmm gimana ya,,”
“Nih kamu baca dulu data pribadinya sayang.. menurut aku sih kayaknya dia tipe kamu banget.. dan aku akan membuat kondisi dimana dia akan tinggal di Jakarta selama minimal sebulan untuk membicarakan perjanjian dan pembuatan skedul awal, kemudian kita bikin banyak kegiatan disini otomatis kan suaminya ngga akan bisa seterusnya menemani disini.. nah kamu yang akan masuk menggantikan peran suaminya.. gimana?”

Aku baca data ibu Ustadzah tersebut : Nama Siti Anisya, umur 47 tahun, suami Bpk. Sarwono umur 50 tahun, anak dua Siti Attaya 24 tahun dan Siti Rahma 21 tahun, cucu 1 satu Nafisah 1 tahun. Lalu aku perhatikan kembali foto-fotonya, memang cantik, senyumnya indah dan membawa ketenangan, karakter yang terbaca oleh ku dia wanita yang lembut namun ada sesuatu yang tersembunyi dalam tatapan matanya. Semakin aku perhatikan semakin tertarik dan penasaran juga.

Akhirnya…
“Sayang, ya deh aku coba ya, makin lama makin tertarik dengan tantangan ini, menegangkan dan ngga ada ruginya dicoba. Ayo kamu kasih tau apa yang akan kamu lakukan dan jalan apa yang akan membuatku bisa mendekatinya.”
“Nah gitu donk sayang.. aku jadi ngga sabar pengen mempertemukan kalian.. begini lho.. nanti selama ibu Anisya disini aku akan menempatkan kamu sebagai orang yang bertanggung jawab dengan semua kegiatan dia termasuk menjemput, mengantar dan memulangkan dia dalam semua acara yang akan kita buat, supaya kamu bisa selalu dekat dengan dia. Gimana? “
“Jadi supir nih aku..?’
“Hmm ya antara lain… kan biar cepet deketnya terus bisa berdua-an terus sama dia, sekaligus jadi PIC PA yang berurusan sama dia gitu”
“Kalau ada jadwal yang berbenturan dengan pekerjaanku boleh diganti dengan yang lain dulu kan?’
“Pasti itu..”
“Terus nanti kamu pura-pura bersikap ngga tau kan kalau aku ingin mendekati dia.”
“Ya iyalah aku pura-pura ngga tau tapi selalu memberikan waktu dan jalan untuk memuluskan kamu mendekati dia”
“Ok, kapan dia akan ke Jakarta?’
“Minggu depan, dia akan kesini dengan suaminya terus kalau proposal dan skedul udah disetujui Pak Sarwono akan pulang ke Medan, sewaktu-waktu beliau bisa aja datang mengunjungi ibu Anisya”

Lalu kami bicara semua rencana yang udah dipikirkan oleh Tiara yang bertujuan memberikan jalan agar aku bisa mendekati Ibu Ustadzah Anisya.. baru membicarakan ini aja udah bikin aku excited dan terangsang, jadi ngga sabar untuk segera beraksi.

+++++

Seminggu kemudian kami bertemu Bpk. Sarwono dan Ibu Anisya di kantor EO istriku, begitu berkenalan dan bersalaman tanpa menyentuh tangan Ibu Anisya, aku merasakan ada aliran hangat yang melanda tubuhku, aku terpesona melihat kecantikannya, senyumnya, kehalusan bicaranya dan bodynya yang ternyata proposional dengan tinggi sekitar 160 cm. Walau beliau memakai gamis dan kerudung itu tidak menutupi keindahan tubuhnya sama sekali. Aku malah merasa sangat terangsang membayangkan bentuk tubuh didalam gamis panjangnya itu. Kulitnya putih mulus, dari luar terlihat bahwa payudaranya besar dan menantang, uhhh sangat menggiurkan.

Selama pertemuan dan pembicaraan aku sering menatapnya, beliau kadang tertunduk malu saat memergoki aku sedang memandangnya, aku cuma berharap suaminya tidak menyadari apa yang tengah aku lakukan.

Selesai pertemuan aku lah yang bertugas mengantarkan mereka ke apartemen yang telah kami sediakan untuk tempat tinggal Ibu Ustadzah Anisya selama dia menetap di Jakarta. Selama perjalanan aku sering mencuri pandang melalui kaca spion ke belakang tempat ibu Ustadzah duduk, dia tertunduk bila mata kami bertemu.
Setelah itu banyak pertemuan dan pembicaraan yang dilakukan untuk mematangkan proposal dan skedul, namun aku tidak mengikuti semuanya, tugasku hanya memastikan mereka dijemput dan dikembalikan ke apartemen dengan aman, satu kali aku mengantar mereka jalan-jalan ke Mall untuk refreshing. Aku tidak berani menunjukkan sikap yang frontal untuk mendekati beliau mengingat setiap kegiatan masih selalu bersama sang suami. Paling hanya berani memandang dan melempar senyum setulus mungkin setiap kami bertemu pandang. Ngobrol cuma sesuai kebutuhan atau bila aku diajak ngobrol oleh suaminya untuk nimbrung pembicaraan dengan mereka.

Dalam 5 hari proposal dan skedul final sudah disetujui sehingga Pak Sarwono merasa sudah saatnya dia kembali ke Medan untuk menjalankan tugas kedinasan dan merelakan istrinya Ustadzah Anisya tetap tinggal di Jakarta dan berada dalam tanggung jawab manajemen talent kami.

Hari ke 6 dia tidak ada jadwal rapat dan acara resmi lainnya, aku menawarkan Ibu Anisya untuk melakukan refreshing dengan jalan-jalan ke Mall, beliau mengiyakan, jadilah aku mengantarnya keliling di Mall Taman Anggrek, kami sudah semakin akrab, setelah tidak ada suaminya aku lebih leluasa untuk mengobrol dan memberikan perhatian kepada Ibu Ustadzah cantik ini dan ibu Anisya pun tidak malu-malu lagi kepadaku.

Aku mulai berani bercanda dan memujinya. Biasanya beliau akan tersenyum & menunduk malu dengan muka merona.

Pulang mengantarnya ke apartemen kali ini aku berani mampir dan mendapat suguhan minum dari ibu ustadzah, kami berbincang saling menanyakan keluarga dan lain-lain. Kami semakin akrab, menyenangkan sekali bisa berbincang berdua dengannya, sambil menahan rangsangan yang terjadi setiap kali aku dekat dengan dia. Saat pamitpun rasanya aku berat hati meninggalkan dia.

Hari berikutnya dia ada skedul menghadiri pengajian di Mesjid Pondok Indah, aku menjemputnya di apartemen dan tertegun ketika dia membuka pintu aku menemukan seorang wanita cantik berkerudung yang serasi dengan bajunya dan tersenyum cerah menyambutku.
“Selamat pagi Ibu Ustadzah, cantik sekali hari ini, sudah siapkah untuk segera berangkat?”
“Ahh kamu bisa aja Andi.. ibu jadi malu.. ayo ibu sudah siap”

Kami pun berangkat menuju Mesjid Pondok Indah, dalam perjalanan kami banyak tertawa dan bercanda, menyenangkan sekali. Untuk acara ini aku sengaja membawa kameraku, ngga bosan-bosannya aku mengambil gambar dia disetiap aktivitasnya disana dan dengan berbagai pose, harus ku akui Ibu Ustadzah Anisya memang cantik dan aku menjadi sangat terobsesi untuk bisa mendapatkan dia, membawanya ke tempat tidur dan membuatnya ketagihan dengan permainan seks ku.

Pulang acara aku kembali mampir ke apartemennya, dia ingin lihat hasil jepretanku. Dia antusias sekali melihat dan mengomentari hasil fotoku yang menurutnya bagus-bagus.
“Andi, hasil fotonya bagus-bagus banget, ibu belum pernah difoto dengan hasil sebagus ini. Kamu memang fotografer handal”
“Wah kalau itu sih tergantung yang difoto bu, kalau yang difoto secantik ibu pasti hasilnya juga bagus dan cantik”
“Kamu tuh bisa aja, cantik gimana sih udah tua gini, udah punya cucu lho”
“Biarpun udah punya cucu tapi ibu tetap cantik, ibu awet muda kok aku aja ngga percaya kalau ibu sudah 40 tahunan, kayak 25 tahunan”
“Ahh ngeledek itu namanya.. mana ada keliatan 25 tahun”
“Pokoknya ibu adalah wanita dewasa yang cantik buatku, titik”
“Iya deh, terima kasih atas pujianmu, ibu merasa tersanjung dipuji sama anak muda seperti kamu, ganteng lagi..”
“Nah.. nah.. sekarang ibu yang ngegombal”
“Nggalah Andi itu kenyataannya kok.. ehhh coba liat ini Andi ini bagus banget ya fotonya, semua keliatan ceria disini…” sambil dia mendekatkan diri kepadaku dan memperlihatkan gambar pada kamera, dia tidak sadar jarak kami menjadi dekat sekali bahkan berdempetan, tangannya yang memegang kamera menempel erat pada dada bagian samping ku dan aku sama sekali tidak konsentrasi melihat gambar yang disodorkannya, aku malahan bengong memandang wajahnya. Lalu secara reflex aku mendekatkan wajahku ke wajahnya dari samping dan hampir menyentuhnya ketika dia tiba-tiba menengok kearahku karena baru menyadari aku hanya diam saja, dan dengan kaget dia menarik wajahnya menjauh demikian juga badannya.
“Ahh.. ehh.. maaf bu.. maaf”

Dia cepat-cepat mengembalikan kamera kepadaku lalu beranjak ke arah dapur, lama dia disana, mungkin dia kaget dan marah dengan kelakuanku tadi. Akhirnya aku memutuskan untuk pamit pulang, ibu Anisya menjawab ucapan pamit dan salamku dari dapur tanpa menemuiku lagi. Aku hanya bisa berdo’a semoga dia tidak marah dan minta aku digantikan oleh orang lain ke istriku.

Sepanjang malam dan pagi aku memikirkan apakah ibu Anisya akan minta penggantianku, tapi sampai siang mendekati waktu aku harus menjemputnya tidak ada berita apapun. Akhirnya aku beranikan diri mengirimkan sms permintaan maaf atas kejadian kemarin. Dia hanya menjawab singkat : “Iya..”

Sore jam 5 aku sudah ada di depan pintu apartemennya, kali ini acara yang harus dihadirinya adalah malam hari, dia membuka pintu dengan senyum yang tertahan.
“Kita langsung berangkat aja ya Ndi?’
“Baik bu..ayo”

Di dalam mobil kami menjadi agak kaku, akhirnya aku beranikan diri untuk bicara :
“Bu maafkan kejadian kemarin ya, aku harap Ibu tidak marah sama aku”
“Iya udah ibu maafkan”
“Bener ya bu, kalo udah dimaafkan kenapa dari tadi ibu diam aja seperti marah”
“Ngga Andi ibu ngga marah kok, ibu bingung aja kenapa kemarin sampai seperti itu”
“Beneran ibu ngga marah? Kalau ngga marah aku mau kasih tau kenapa”
“Iya ngga marah”
“Dan janji ngga akan marah kalau aku kasih tau kenapa kemaren aku begitu”
“Hmmm iya..”
“Maaf kemarin aku terbawa suasana, aku begitu karena ngga tahan berdekatan dengan ibu yang cantik yang membuatku terpesona” kataku sambil tersenyum jahil.
“Ahh kamu ini.. ngeledek terus.. ibu serius lho”
“Tuh kan tadi udah janji ngga bakal marah, Andi juga serius bu, beneran Andi terpesona sama kecantikan ibu, pribadi ibu, Andi ngga peduli ibu bilang sudah tua dan sudah jadi nenek, buat Andi ibu adalah Ustadzah cantik yang bikin Andi terpesona dan betah berduaan dengan ibu”
“Udah ahh kamu tambah ngaco” dengan muka memerah karena malu “Ayo udah mau sampai tuh buruan turun”

Aku mengikuti acara yang diselenggarakan dengan pikiran penuh imajinasi, ditengah acara keagamaan dalam pikiranku malahan membayangkan Ibu Ustadzah Anisya yang cantik yang sedang ceramah itu berada dalam dekapanku, dalam cumbuanku dan berada dibawahku, ku genjot dan ku berikan kenikmatan tiada tara. Sepanjang acara kontolku malah tegang karena bayanganku itu.

Selesai acara saat kami sampai disamping mobil dan aku akan membukakan pintu untuknya, dia tersandung.. reflex aku menangkap tubuhnya dan menyebabkan tubuh kami berhimpitan berhadapan dengan tubuhnya bersandar pada mobil kami. Dengan tubuh yang berdempetan dan wajah yang sangat dekat, perasaanku menjadi tidak karuan, kami saling menatap kaget cukup lama, lalu aku semakin mendekati wajahnya, dia diam dan tidak bergerak, aku yang sepanjang malam sudah horny tampaknya sudah kehilangan akal sehat, perlahan aku tempelkan bibirku ke bibirnya sebentar, dia diam namun badannya bergetar dalam dekapanku, kembali aku tempelkan bibirku ke bibirnya kali ini lebih lama dan aku mulai menghisap bibir bawahnya seketika dia menarik wajahnya, berusaha melepas tubuhnya dari dekapanku dan berkata “Andi, apa-apaan sih, tadi sudah minta maaf”

Dan sambil menghela nafas panjang aku hanya bisa berkata “Maaf bu…” namun aku bersorak dalam hati, karena dia tidak menamparku, aku tau dia juga menginginkannya, pasti bisa ku bikin dia goyah.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd