Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisahku, kisahnya, dan kisah kita (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
Bagian 38

Setelah semalam di telfon oleh Irfan, hari ini aku langsung menuju stasiun untuk memesan tiket kereta untuk besok. Aku ke stasiun bersama dini yang menemaniku, ia memaksa ikut aku memesan tiket. Namun ternyata tiket untuk besok sampai lebaran telah habis. Masih ada tiket untuk hari ini tetapi pemberangkatan kereta jam 8 malam.

Kulihat jam tanganku kini telah menunjukan pukul 2 siang. Masih ada beberapa jam lagi untuk aku pulang dulu mempersiapkan pakaian yang akan kubawa. Akhirnya aku membeli tiket untuk nanti malam, setelah ini aku berniat langsung pulang.

“pulang yuk din, akum au siap-siap juga.” Kataku kepada dini setelah mendapatkan tiket kereta.

“aku ikut ke rumah kak dewi ya, nanti aku juga mau ikut kamu ke stasiun lagi.” Kata dini sambil berjalan menuju parkiran bersamaku.

“bener din?” kataku.

“iya bener ndi.” kata dini.

“yaudah nanti kamu bilang sama kak cindy tapi ya, takutnya nyariin.” Kataku.

Setelah itu aku mengajak dini pulang ke rumah pakdeku. Sesampainya di rumah, hanya ada budeku saja karena pakde dan kak dewi masih bekerja.

“loh ini siapa ndi?” tanya bude saat aku tiba di rumah dengan dini.

“kenalin ini dini bude, adiknya kak cindy temen kak dewi.” Kataku sambil memperkenalkan dini.

“aku dini bude.” Kata dini sambil memperkenalkan dirinya.

“oh adiknya cindy toh.” Kata bude.

“bude, aku nanti malem pulang ke rumah ibu ya.” Kata ku.

“loh kok mendadak?” tanya bude.

“iya bude, soalnya tiket sampe buat besok udah habis bahkan sampe lebaran.” Ujarku.

“yaudah kamu sekarang beres-beres yang mau dibawa pulang, biar nanti gak keburu-buru ndi.” kata bude.

“iya bude.” Kataku.

“bud eke dapur ya, mau masak buat nanti buka puasa.” Kata bude.

“aku bantuin ya bude.” Kata dini.

“bantuin? Emang kamu bisa masak? Haha.” Godaku kepada dini.

“hehe belom bisa sih, tapi kan aku bisa bantuin motong sayuran. Iya kan bude?” kata dini.

“haha yaudah ayok ke dapur din.” Kata bude kepada dini.

Bude dan dini langsung menuju dapur untuk memasak, sedangkan aku masuk ke kamar untuk memasukan pakaianku ke dalam tas yang nanti kubawa. Setelah itu aku langsung menuju kamar mandi, saat aku sampai di dapur kulihat dini sedang serius memotong sayuran sedangkan bude sedang membuat bumbu masakannya nanti.

Skip

Kini semua masakan sudah tersaji di meja makan, hanya tinggal menunggu adzan maghrib untuk mengeksekusi semua makanan itu. aku mengajak dini untuk duduk di teras sambil menunggu adzan.

“huh capek juga ya masak” kata dini sambil duduk di teras.

“haha masa gitu aja capek, gimana besok kalo udah jadi istri.” Kataku.

“hehe iya ya ndi, tapi aku pasti rela masak kalo udah jadi istrimu.” Kata dini sambil tersenyum.

Bukan dini bila tak bisa membuatku terdiam setelah mendengar ucapannya. Aku tak mengerti arti ucapannya.

“ih malah diem, nyebelin.” Kata dini sambil cemberut.

“hehe iya din, udah ah jangan cemberut.” Kataku.

Lalu mulai terlihat dari kejauhan kedatangan kak dewi yang menaiki motornya hingga akhirnya tiba di depan rumah. “eh ada dini.” Kata kak dewi sambil melepas helmnya lalu berjalan menuju terus.

“hehe iya kak.” Kata dini sambil salim ke kak dewi.

“udah dari tadi din?” tanya kak dewi.

“hehe udah kak.” Kata dini.

“yaudah aku masuk dulu ya, mau mandi sekalian.” Kata kak dini sambil masuk ke dalam rumah.

20 menit kemudian Terdengar adzan maghrib, “din masuk yuk.” kataku sambil mengajak dini masuk.

“ayuk.” Kata dini yang kini sudah kembali tersenyum.

Aku dan dini langsung bergabung bersama kak dewi dan bude yang sudah terlebih dahulu berada di meja makan. “selamat berbuka semuanya.” Kata dini sambil tersenyum.

“iya din, yaudah kamu ikutan makan yuk.” kata kak dewi.

“tadi dini juga ikut bantuin ibu masak lho haha.” Kata budeku kepada kak dewi.

“iya kah? Emang bisa masak din?” goda kak dewi.

Dini kembali memasang wajah cemberut, “ih kak dewi mah saja kayak andi. gak percaya kalo aku bisa masak.”

“haha becanda din.” Kata kak dewi.

Kami akhirnya makan bersama lalu tiba-tiba pakde datang. Aku mengenalkan dini kepada pakdeku. Selesai bebuka puasa aku melaksanakan shalat maghrib terlebih dahulu sebelum berganti pakaian untuk berangkat ke stasiun. Aku juga sudah memberitahu kak dewi dan pakde bila aku akan pulang ke rumah pada malam ini.

Aku lalu keluar kamar sambil membawa tasku, “mau berangkat sekarang ndi?” tanya kak dewi.

“iya kak, nanti takut ketinggalan kereta.” Kataku.

“yaudah ayok pakde anter ndi pake mobil.” Kata pakdeku.

“gak ngrepotin pakde?” tanyaku.

“ya enggak lah, tunggu bentar pakde tak ganti baju dulu.” Kata pakde sambil berjalan menuju kamarnya.

Aku lalu berjalan keluar menuju teras dan melihat dini sedang duduk terdiam. Kuhampiri dia yang sedang terduduk, “din, kok diem aja?”

“eh kamu ndi, udah mau berangkat?” kata dini menyadari kehadiranku disampingnya.

“iya ini tinggal nunggu pakde.” Kataku.

Setelah itu pakde keluar bersama kak dewi, aku langsung berpamitan kepada bude sebelum berangkat. Aku akhirnya masuk ke dalam mobil dan duduk di depan sebelah pakde yang akan menyetir sedangkan kak dewi duduk di belakang bersama dini.

Sekitar 30 menit di perjalanan akhirnya kami sudah sampai di stasiun. Aku meminta pakde memberhentikan mobilnya di depan stasiun dan tak perlu masuk ke parkiran, karena memang sebentar lagi keretaku akan tiba.

“pakde aku pamit dulu ya.” Kataku sambil salim kepada pakdeku.

“iya ndi, hati-hati ya. Besok pakde susul.” Kata pakdeku.

“kak dewi, dini, aku berangkat ya.” Kataku sambil menoleh ke belakang.

Kak dewi hanya menganggguk sedangkan dini hanya terdiam sambil menundukan wajahnya. Setelah berpamitan, aku langsung turun dan tak lama setelah itu pakde melanjutkan perjalanannya untuk mengantar dini pulang.

Kulangkahkan kakiku menuju dalam stasiun, aku langsung menuju peron dan duduk menunggu kertaku datang. Tak lama setelah itu, keretaku datang. Setelah berhenti aku langsung masuk ke dalam kereta dan menuju nomer kursi yang tertera di tiket.

Ku letakan tasku diatas dan aku langsung duduk di kursiku. Kursi sebelahku masih kosong belum ada penumpangnya. Ku ambil hpku dari kantong celanaku lalu ku colokkan earphone untuk mendengarkan musik di perjalanan.

Hpku bergetar, ada pesan dari kak dewi. “ndi, udah di kereta? Dini nangis ndi kamu tinggal pulang.” Begitu isi pesan dari kak dewi.

Aku sedikit kaget membaca pesan dari kak dewi, “yaudah tolong tenangin ya kak. Bilangin ke dia, suruh hubungin aku kalo udah sampe rumah.”

Tak ada balasan dari kak dewi setelah itu, kini sudah 1 jam aku di kereta. Kini kereta sedang berhenti di sebuah stasiun, cukup banyak pernumpang yang naik dari stasiun ini. Akhirnya ada seorang bapak-bapak yang menempati kursi disebelahku.

“ddrrrttt” kurasakan hpku bergetar.

Langsung ku cek hpku, ternyata pesan dari dini. “aku udah sampe rumah ndi, kamu hati-hati ya. Kabarin kalo besok udah sampe, aku sayang kamu.” Isi pesan dini dan di akhir sebuah emoticon love di akhir pesannya.

Aku tersenyum membaca pesannya, “iya besok aku kabarin kok. sekarang kamu istirahat ya, aku juga sayang kamu.” Isi pesanku. Tak bisa dipungkiri bila sekarang aku sudah mulai sayang kepada dini. Setelah membalas pesannya aku mulai memejamkan kedua mataku.

***

5 Hari kemudian

Aku sore ini baru saja selesai mandi dan bersiap untuk menghadiri acara buka bersama di sekolahku. Setelah aku memakai pakaian, hpku berbunyi. Kuambil hpku yang ada di kasur dan kulihat dini yang menelfonku.

“halo din.” Kataku.

“halo andi sayang, lagi apa kamu?” kata dini. ya, kami sekarang semakin dekat dan sudah saling memanggil sayang namun tanpa status berpacaran.

“abis selesai mandi aku yang.” Kataku.

“oh iya kamu nanti bukber ya?” ujar dini.

“iya yang aku nanti bukber dulu ya.” Kataku sambil duduk di kasur.

“pasti seneng tuh mau ketemu mantannya.” Kata dini dengan nada sdikit menyindirku.

“tuh tuh mulai lagi deh.” Kataku.

“awas aja kalo berani genit sama mantanmu itu, aku cubit nanti tanganmu kalo udah pulang.” Kata dini mengancam.

“aku enggak genit kok dini manja, dini tukang ngambek, dini tukang nyubit.” Kataku.

“tapi kamu sayang kan? Haha.”

Aku diam sejenak, “iya aku sayang kok.”

“aaahhh seneng deh dengernya hehe, yaudah kamu siap-siap dulu. Nanti kabarin aku ya kalo udah selesai bukber, inget jangan genit.” Kata dini.

“haha iya nanti aku kabarin.” Kataku.

“yaudah ya byeee.” Kata dini.

“iya din.” Kataku lalu mematikan telfon dari dini.

Ku lihat jam di kamarku sudah menunjukan pukul jam 4 sore, aku langsung bersiap berangkat menuju ke sekolah. Aku langsung keluar kamar dan berpamitan kepada ibu sebelum berangkat. Kunaiki motor ku dan tak lupa memakai helm. Saat aku ingin menjalankan motor, hpku kembali berdering. Ternyata ada telfon dari suci, “ngapain ya suci?” tanyaku dalam hati. Kulepas lagi helmku dan langsung mengangkat telfon darinya, “halo ci, kenapa?”

“hai ndi, kamu dateng ke acara bukber gak?” suara suci terdengar lembut.

“iya aku dateng kok, ini mau berangkat. Kenapa emang?” tanyaku.

“aku boleh bareng kamu gak berangkatnya?” tanya suci.

Aku diam sambil berfikir.

“hehe gak boleh bareng ya ndi.” kata dini dengan nada kecewa.

“boleh, aku ke rumahmu sekarang ya.” Kataku dan langsung mematikan telfon dari suci.

Entah kenapa aku langsung berucap seperti itu, di perjalanan menuju rumah suci pun aku masih memikirkannya. Setelah 20 menit perjalanan akhirnya aku sampai di rumah suci. kulihat ayah suci sedang duduk di depan rumahnya. Kuparkirkan motorku lalu melepas helm yang kugunakan, “ya ampun ndi, udah lama gak kesini.” Kata ayah dini sambil berjalan menghampiriku yang masih duduk di motor.

“eh iya pak, maaf aku gak pernah kesini.” Kataku sambil salim kepadanya.

“yaudah ayok masuk ndi.” kata ayah suci mengajakku masuk.

Aku turun dari motor dan mengikutinya untuk duduk di bangku teras rumahnya. “ibu mana pak?” tanyaku.

“lagi di belakang ndi, o iya kamu kok rapi banget mau kemana?” tanya ayah suci sambil tersenyum.

“ini ada acara buka bersama di SMA pak, tadi suci nelfon katanya mau bareng.” Kataku.

“oh gitu. Ndi, maafin suci ya. Bapak tau kok.” ujar ayah suci sambil menepuk pundak kananku.

“iya pak, gpp kok.” kataku tersenyum dan sudah maksud dari ucapan ayah suci.

Lalu tiba-tiba suci keluar dari dalam rumahnya sambil membawa helm, aku terpana oleh penampilannya. Ia memakai setelan pakaian berwarna krem ditambah cardigan hitam ciri khas darinya, suci juga memakai sepatu khas wanita. Kepalanya juga dibalut jilbab berwarna hitam. Wajahnya sedikit di rias dan bibirnya yang pink membuat penampilannya tambah menarik sore itu.

“yuk berangkat ndi.” kata suci sambil tersenyum.

“eh iya ayuk ci.” Kataku sambil beranjak dari bangku terasnya lalu berpamitan kepada ayah suci.

Aku menaiki motorku dan disusul suci yang bonceng di belakangku. Kami berdua langsung menuju ke sekolahku. Selama perjalanan menuju sekolah, tak ada kata yang keluar dari bibir kami berdua. Kami saling diam hingga akhirnya kami sudah sampai di sekolah.

Suasana sekolahku sudah ramai dengan teman-teman angkatanku. Aku lalu berjalan bersama suci menuju lapangan halaman sekolah yang sudah di rias semenarik mungkin. Ada sebuah panggung kecil disana dan hiasan-hiasan yang membuat suasana menyenangkan.

Aku menyuruh suci untuk bergabung bersama teman-temannya. “tuh temen kamu pada disana, kamu kesana aja. udah lama kan kamu gak ketemua mereka.” Kataku sambil menunjuk ke arah teman-teman kelas suci dulu.

Suci melihatku dengan tatapan berbeda, “iya aku kesana sekarang kok, aku tau kamu gak mau deket-deket aku lagi kan?” kata suci lalu mulai berjalan menuju ke arah teman-temannya.

“ci, tunggu ci. Bukan gitu maksudku.” Kataku sambil melihat suci tetap berjalan menuju teman-temannya. Lalu urasakan seperti ada yang menepuk pundakku dari belakang. Aku langsung menoleh ke belakang, kulihat Irfan sahabatku.

“hei kamu fan.” Kataku sambil bersalaman dengan dia.

“kenapa dia ndi?” kata Irfan yang kini berada disampingku sambil menatap ke arah suci yang berjalan.

“haha gpp fan.” Kataku.

“yaudah kesana yuk gabung sama yang lain, acara juga udah di mulai.” Ajak Irfan.

Kami berdua lalu menuju teman-teman kelas kami dulu. Aku langsung membaur dengan teman-temanku yang terlebih datang. Kami mengobrol tentang kuliah kami masing-masing sambil menikmati acara di lapangan.

Sering ku lirik suci yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan sesekali pandangan kami bertemu. Tak terasa waktu berbukapun tiba, salah satu temanku mengumandangkan adzan di panggung. Sambil panitia membagikan minuman dan snack untuk para peserta buka bersama kali ini.

Aku lalu membaca doa buka puasa dan mulai meminum minuman yang tadi dibagikan. Hpku berbunyi menandakan ada sebuah pesan dan pesan itu ternyata dari dini, “selamat buka puasa sayang, jangan lupa shalat ya. Inget jangan lirik-lirik mantan! miss you.” Isi pesan dari dini.

Aku membalas pesan dari dini sambil tersenyum, “iya sayang, kamu jangan lupa makan yaa. Iya aku gak lirik-lirik mantan kok haha miss you too.” Isi pesan balasanku. Aku sengaja tidak memberitahu dini bila sebenarnya aku datang ke acara ini bersama suci.

Ku silent hpku karena aku berniat menuju masjid yang ada di sekolah untuk menunaikan shalat maghrib. Setelah selesai shalat aku bertemu suci yang juga baru selesai shalat di masjid. “udah buka ci?” tanyaku.

“udah.” Kata suci dengan wajah yang masih terlihat kesal.

“udah makan nasi belom? Makan bareng aku disana yuk.” ajakku.

“gak usah ndi, yaudah aku balik ke temen-temenku dulu. Tadi kan kamu suruh aku sama temen-temenku aja. o iya nanti pulangnya aku bareng temenku aja.” kata suci lalu berjalan meninggalkan ku.

Aku pun langsung mengejarnya hingga ke lorong kelas yang hanya disinari sebuah lampu remang-remang, ku tangkap tangan kanannya agar suci menghentikan langkahnya. “suci tunggu, kamu kenapa?” kataku dibelakangnya.

Suci menolehkan wajahnya ke belakang dan kini kedua matanya terlihat berkaca-kaca, melihat hal itu aku lalu mengajak suci duduk di bangku panjang depan kelas. “kamu kenapa ci?” tanyaku sambil duduk di bangku bersama suci.

“aku gpp kok, aku Cuma sadar diri aja. aku tau kamu malu kan sekarang deket-deket aku. Aku tau kamu gak mau ada aku di dekatmu.” Kata suci sambil menundukan wajahnya.

“enggak ci, bukan begitu maksudku.” Kataku.

Sesekali orang-orang lewat di depanku dan suci sambil sesekali mereka melirik ke arah kami. “nanti aku anter pulang ya sekalian mau aku ajak kamu ke suatu tempat.” Kataku.

“gak usah ndi, aku nanti pulang sama temenku aja.” kata suci sambil berusaha beranjak dari kursi.

Aku langsung menahan kembali tangannya untuk tidak pergi telebih dahulu, “ci, mohon jangan pergi dulu. Cukup dulu kamu ninggalin aku kayak gitu, mungkin sekarang suasananya memang beda. Tapi buat sekarang jangan pergi dulu, aku pengen ngobrol.” Kataku sambil masih memegang tangannya.

Kulihat air matanya mulai turun namun masih sambil menatap ke arahku. “ndi, maafin aku ya waktu itu.”

“udah gpp ci, kan kita sekarang masih bisa temanan kayak gini hehe.” Kataku.

Suci lalu melepaskan tangannya dari tanganku, ia menundukan wajahnya dan menangis. Sesekali kedua tangannya mengelap air mata di wajahnya. Ku keluarkan sapu tangan dan langsung memberikan ke suci.

“udah ci jangan nangis, nih di elap dulu air matanya.” Kataku.

Suci melirik ke arahku dan ia menerima sapu tangan pemberianku lalu digunakan untuk mengelap air matanya yang turun. “ndi, jujur aku masih sayang sama kamu, cinta sama kamu.” Katanya sambil menggengam sapu tangan milikku.

Aku hanya terdiam sambil masih melihat suci, di dalam lubuk hatiku sejujurnya aku masih sayang sama dia. Namun aku tak mampu mengucapkannya. Ditambah kini aku juga berusaha untuk sayang kepada dini, namun dini masih belum bisa menggantikan suci di hatiku sepenuhnya.

“makan dulu yuk ci.” Ajakku.

“aku males makan nasi ndi.” kata suci.

“loh kenapa? Diet kamu? Haha” godaku kepada suci.

“ihh andi apaan sih. Aku tuh gak diet sayaannngggg.” Kata suci sambil tersenyum.

“jangan sayang-sayang, nanti kalo tomi tau bisa marah haha.” Kataku yang sejujurnya senang suci memanggilku dengan kata sayang.

“dia kan gak tau kalo aku manggil kamu sayang, dia juga gak perlu tau juga.” Kata suci sambil emnatapku tajam. Masih terlihat matanya sisa-sisa tangisannya.

Aku hanya tersenyum setelah mendengar ucapannya, “yaudah makan di kantin aja yuk, aku juga lagi males makan nasi.”

“yaudah yuk ke kantin yang.” Kata suci dan masih memanggilku dengan “yang”.

Aku lalu menuju kantin bersama suci, dari kejauhan tak sedikit juga yang berada di kantin untuk kembali menyicipi makanan dan minuman saat masih sekolah dulu. Aku mengajak suci untuk menuju sebuah tempat yang dulu biasa kami makan disitu dan kami berdua langsung memilih tempat duduk.

“aku pesenin ya.” kata suci.

“iya ci.” Kataku.

Suci langsung memesan makanan dan minuman untuk kami berdua setelah itu ia langsung kembali dan duduk di dekatku. 20 menit kemudian pesanan kami tiba, kulihat ada 2 mangkuk mie goreng dan 2 gelas es susu.

“nih punya kamu yang pedes ndi, ini minumnya.” Kata suci menggeser mangkuk mie di hadapanku.

“kamu masih inget kesukaanku ya hehe.” Kataku.

“inget dong sayang, yuk makan dulu.” Kata suci sambil mengaduk mie kepunyaannya.

Kami berdua lalu menghabiskan pesanan kami tadi, setelah itu aku langsung membayar makanan dan minuman.

“ke lapangan yuk, ada acara akustikan kayaknya.” Ajakku kepada suci.

“yuk yang.” Kata suci yang ebranjak dari kursinya.

Kami berdua jalan bersama menuju lapangan yang sedang ada pentas musik. Sesampainya di lapangan kami berdiri sambil menyaksikan penampilan dari teman angkatan kita.

“ayo siapa yang berani tampil disini?” suara Irfan selaku mc.

Sorak riuh teman-teman lain terdengar saling menyuruh temannya untuk bernyanyi. Lalu tiba-tiba, “irfaaannn, andi mau nyanyi.” Kata suci sambil berteriak.

Sorak riuh teman-teman mulai bertambah keras, “ci, apa-apaan sih. Enggak ah aku gak mau.” Kataku.

“ayoo sini maju ndi, teman-teman yang lain ayo beri tepuk tangan ke andi biar maju.” Kata Irfan.

“wwooooo maju ndi.” kata oang-orang.

“maju ya ndi.” kata suci sambil memegang tangan kananku.

Aku menarik nafas dalam-dalam lalu melepaskannya, “iya aku maju ci.” Kataku sambil tersenyum.

Aku melepaskan tanganku yang di pegang suci lalu berjalan menuju panggung. Sesampainya di panggung aku langsung mengambil gitar akustik. Aku duduk di sebuah kursi yang ada di panggung, sambil sesekali aku memetik gitar untuk memastikan tidak ada senar yang fals.

“buat temen-temen semua, maaf ya kalo nanti suaraku pas-pasan hehe. saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk seseorang yang tadi memintaku untuk maju.” Kataku sambil menatap wajah suci yang juga sedang menatapku.

“bismillah” kataku dalam hati dan perlahan mulai memetik gitar yang kugunakan untuk mengiringi saat bernyanyi. Dan aku mulai bernyanyi….

Tak ada sedikitpun sesalku.

Tlah bertahan dengan setiaku.

Walau diakhir jalan.

Ku harus melepaskan dirimu.



Ternyata tak mampu kau melihat.

Dalamnya cintaku yang hebat.

Hingga ada alasan.

Bagimu tuk tinggalkan setiamu.



Demi nama cinta.

Telah kupersembahkan hatiku hanya untukmu.

Tlah kujaga kejujuran dalam setiap nafasku.

Karena demi cinta.

Telah kurelakan kecewaku atas ingkarmu.

Sebab kumengerti cinta itu tak mesti memiliki.



Andai saja bisa kau pahami.

Layaknya arti cinta sejati.

Karena cinta yang sungguh.

Tiada akan pernah mungkin bersyarat.



Ternyata tak mampu kau melihat.

Dalamnya cintaku yang hebat.


Suara tepuk tangan terdengar dari teman-teman di depanku. Ku pandang suci sejenak sebelum akhirnya turun dari panggung, ia juga menatapku sambil terenyum.

Aku turun dari panggung dan langsung menghampiri suci kembali, saat aku sudah di dekatnya ternyata dia sedang menangis namun tetap tersenyum saat aku sudah di hadapannya. “ndi, maafin aku ya.” Kata suci lirih.

“ci, kamu kok malah nangis.” Kataku berusaha menenangkannya.

“gpp kok.” kata suci sambil menghapus air matanya.

Akhirnya aku mempunyai ide untuk membuat suci berhenti menangis dan sedih, “ikut aku yuk.”

“kemana?” tanya suci.

“udah ikut aja, sekalian pulang. Bentar ya aku bilang ke Irfan dulu kalo mau pulang sama kamu.” Kataku lalu berjalan menuju Irfan di samping panggung.

Aku berpamitn kepada Irfan, “fan, aku pulang dulu ya.”

“makannya kalo nyanyi tuh jangan dari hati cukk haha.” Kata Irfan seolah mengerti dengan keadaan suci yang menangis.

“haha mungkin emang lagu itu yang cocok sama aku dan suci. yaudah aku pulang ya, makasih buat acaranya.” Kataku.

“siippp, hati-hati ndi.” kata Irfan.

Kamipun bersalaman, lalu aku kembali menghampiri suci yang masih berdiri menungguku. “yuk ci.” Kataku.

Suci hanya menganggukan kepalanya, lalu kami berdua berjalan menuju motorku diparkiran. Aku langsung menaiki motorku dan suci langsung memboncengku. aku mengendarai motorku keluar sekolah dan membelokan motor ku berlawan arah dengan rumah suci.

“mau kemana ndi?” tanya suci di belakangku.

“ikut aja yahh.” Kataku.

Aku lalu melanjutkan perjalanan bersama suci, 15 menit kemudian kuberhentikan motorku di sebuah parkiran pasar malem. Ya, aku berencana mengajaknya kesini sekedar untuk menghabiskan waktu sebelum pulang.

“ndi, mau ngapain kesini?” tanya suci setelah turun dari motorku lalu melepas helm yang ia pakai.

“mau pacaran sama kamu.” Kataku sambil kupegang dan kugandeng berjalan menuju sebuah pasar malam.

Suasana pasar malam itu sangat ramai, hingga terdapat antrian pada wahana komedi putar. Sambil bergandengan tangan kami menyusuri keramaian malam itu. “mau naik itu gak?” kataku sambil menunjuk wahana komedi putar.

“mau ndi mau.” Kata suci sambil tersenyum kegirangan.

“tapi masih ngantri panjang tuh, kita muter-muter dulu yah.” Kataku.

Aku lalu mengajak suci berjalan-jalan dahulu, tiba-tiba penglihatanku tertuju kepada penjual gulali. Kamu tunggu sini bentar ya ci.” Kataku kepada suci.

“kamu mau kemana?” tanya suci bingung.

“sebentar aja ci, tunggu ya.” Kataku lalu meninggalkan dia sendiri di keramaian.

Aku menuju tukang gulali itu, langsung kubeli 1 untuk suci. stelah membeli gulali, aku langsung kembali ke tempat suci menunggu.

“dari mana kamu ndi?” tanya suci.

“aku beli ini hehe, nih buat kamu.” Kataku sambil memberi gulali kapas yang kubeli tadi.

“asikkk, udah lama aku gak makan ini.” Kata suci sambil memegang gulali pemberianku.

“eh itu udah agak sepi tuh, kesana yuk.” kataku mengajak suci kembali ke wahana komedi putar.

Kami berdua menuju wahana itu, aku langsung membeli tiket untuk kami berdua. Kami sempat mengantri sebentar hingga kini giliran kami untuk masuk ke dalam komedi putar. Aku duduk sampingan bersama suci. setelah pintu di kunci, perlahan-lahan komedi putar yang kunaiki mulai berjalan ke atas.

“aku buka ya ndi, gulalinya.” Kata suci.

“iya buka aja ci.” Kataku.

Suci lalu membuka dan mulai memakan gulali itu. kuperhatikan suci yang sedang memakan gulali itu, dari raut wajahnya aku melihat kebahagiaan disana. Aku sudah lama tak melihat suci seperti ini, lalu suci tiba-tiba menengokan wajahnya dan memandangku heran.

“kok gitu banget ngeliatinnya?” tanya suci sambil masih makan gulali.

“eh gpp ci, aku udah lama gak liat kamu kayak gini.” Kataku dengan jujur.

“aku bahagia banget ndi, makasih ya. Aku tau ini salah, tapi emang sejujurnya masih sayang sama kamu.” Kata suci dengan nada yang serius.

“aku juga sayang kamu ci.” Kataku dengan jujur.

Sejujurnya aku memang masih sayang kepada suci, aku belum mampu melupakan suci sepenuhnya. Wanita dihadapanku sekarang terlalu berharga untuk dilupakan, meski wanita ini juga yang telah mematahkan hati dan harapanku.

Kami masih saling diam dan bertatap-tatapan, entah sejak kapan kini wajah kami mulai mendekat. Suci kulihat sudah memejamkan kedua matanya. “jeegleekk” suara dari arah mesin dibawah. Kami berdua bergoyang-goyang di komedi putar yangs edang dinaiki.

Aku kembali sadar, begitupun dengan suci. “eh kenapa ini” kataku bingung sambil melihat kebawah.

“maaf mas, bahan bakarnya habis. Tenang aja ya jangan takut.” Kata petugas komedi putar dibawah.

Aku lalu melihat suci, ia terlihat canggung akibat kami yang hampir berciuman tadi. Kini aku dan suci berada di paling atas. “ci, lihat deh. Bagus ya kalo diliat dari atas sini.” Kataku sambil menunjuk sinar-sinar lampu dan orang-orang yang ada dibawah.

“iya bagus ndi, aku seneng banget pokoknya malam ini.” kata suci yang kulihat sedang melihat keadaan pasar malam dari atas komedi putar.

Tak terasa sudah 5x kami berputar-putar dan kini giliran kami untuk turun. Aku dan suci langsung keluar dari komedi putar itu. “mau main apa lagi ci?” tanyaku.

“muter-muter lagi aja yuk sambil ngabisin gulali ini hehe.” kata suci.

Kami kembali berjalan-jalan mengitari pasar malam ini, kadang aku melindungi suci saat berjalan agar tak tersenggol-senggol oleh orang lain. Lalu kulihat jam tanganku, ternyata sudah jam setengah 10 malam.

“ci, pulang yuk udah jam segini. Nanti kamu dicariin ayahmu.” Kataku.

“yahh kok pulang sih, aku masih mau sama kamu.” Kata suci dengan sedikit cemberut.

“udah malem ci, besok abis lebaran kamu aku ajak main lagi deh.” Kataku.

“hhmmm bener ya?” kata suci.

“iya bener suci pacarnya tomi haha.” Kataku sambil bercanda.

Namun ternyata suci menerima candaanku dengan salah paham, “apaan sih kamu ndi ngomong kayak gitu, gak lucu.” Kata suci lalu berjalan dengan cepat meninggalkanku.

“aduhhh salah ngomong kan.” Kataku dalam hati dan mulai mengejarnya.

Suci berjalan dengan cepat di dalam pasar malam yang masih ramai hingga saat ini, “ci tunggu.” Kataku sambil mengejarnya. Aku juga sering menabrak orang lain saat berjalan, aku tak mau kehilangan jejak suci. akhirnya aku berhasil menangkap tangan kanan suci dan membuatnya berhenti berjalan. Suci berusaha melepaskan tangannya sambil menatapku dengan tatapan yang menunjukan rasa marah.

“lepasin gak?” kata suci dengan sedikit teriak.

Ku lihat orang-orang disekitar memperhatikan dan memandangi kami berdua. Aku langsung menggandeng tangan suci untuk berjalan meninggalkan pasar malam. Kuajak suci menuju motorku yang ada di parkiran, suci masih menunjukan kekesalannya kepadaku.

“aku mau pulang sendiri, lepasin gak?” kata suci.

Aku tak pernah melihat suci semarah ini, “ci, aku minta maaf. Kamu jangan marah ya.” Kataku dengan sedikit membujuknya.

“lepasin, kamu ngerti gak sih.” Kata suci sambil berusaha melepaskan tangannya dari tanganku.

“gak, aku gak mau lepasin kamu. Kalo aku lepasin pasti kamu bakal ninggalin aku, aku gak mau kamu ninggalin aku buat yang kedua kali.” Kataku dengan lirih.

Kurasakan tarikan tangan suci mulai melemah, ia juga tak mengatakan sesuatu kepadaku. Suci terdiam, akupun juga. Kulepaskan tangan suci, “pergilah kalo kamu emang mau pergi. Tapi aku harap, aku masih diperbolehkan mengantarmu pulang ke rumah.” Kataku kepadanya.

Suci hanya diam sambil berdiri di hadapanku, lalu ia berkata “anter aku pulang ndi.”

Aku hanya menatapnya lalu menganggukan kepalaku. Kuambil helm nya yang ada di motorku dan memberikannya ke suci. suci langsung menerima dan memakainya, aku juga memakai helmku lalu menyalakan motorku untuk mengantar suci pulang.

Diperjalanan pulang, kami berdua saling diam. Aku bingung kenapa aku bisa mengatakan hal bodoh itu, memang awalnya aku berniat bercand namun malah berakhir seperti ini. Kami berdua pun kini telah sampai di rumah suci.

Kulihat ayah suci masih duduk di depan teras yang pastinya menunggu suci pulang. Suci langsung turun dari motorku dan langsung masuk ke dalam rumah bahkan tak menyapa ayahnya terlebih dahulu. Aku lalu turun dari motor lalu menghampiri ayah suci yang kini telah berdiri.

“maaf pak, kemaleman pulangnya.” Kataku sambil salim.

“dari mana emang ndi?” tanya ayah suci.

“tadi aku ngajak suci ke pasar malam dulu sehabis acara buka bersama. Maafin andi pak.” Kataku.

“iya gpp ndi, oiya besok kamu buka puasa disini ya. Sekalian ada yang mau bapak omongin sama kamu.” Kata ayah suci.

“iya pak, besok aku kesini. Yaudah aku pamit dulu ya pak.” Kataku sambil salim kepadanya lagi untuk berpamitan.

“hati-hati kamu ndi, jangan ngebut bawa motornya.” Kata ayah suci mengingatkanku.

“iya pak.” Kataku lau berjalan menuju motorku.

Kunyalakan motorku lalu aku mengendarainya untuk pulang ke rumahku. Sesampainya di rumah, aku langsung membuka pintu dengan kunci cadangan yang kubawa. Kumasukan sekalian motorku ke dalam, lalu aku langsung ke kamar mandi untuk mencuci kaki dan muka.

Setelah itu aku menuju kamarku, ku keluarkan jhpku dari kantong dan kuletakan di kasur lalu ku lepas jaket dan celana panjang yang tadi kugunakan. Lelah sekali rasanya hari ini, ditambah aku masih kepikiran suci yang terlihat masih marah denganku.

Kurebahkan tubuhku dan ku ambil hpku lalu membukanya, aku kaget saat melihat pemberitahuan di hpku. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari dini ditambah beberapa pesan yang belum kubuka dari tadi. “astaga aku lupa ngabarin dini.” kataku dalam hati. Kuletakan hpku di samping kepalaku, aku sedang tidak ingin berdebat dengan dini malam ini dan pasti besok dini membangunkanku sahur seperti biasanya.





Sekian dulu ya huuu…
 
Bajigur.. djancuk..

Perempuan emang githu mewek, ngambek, menang sendiri
Merasa nggk bersalah
Cowok yg selalu salah..
Emang yg punya hati cuma cewek doank..

Dikira dikhianati nggk sakit.. djancuk..

Dipikir hati cowok dari batu..

Sumpah ini cerita bikin sisa2 lukaku menganga kembali..
Baper djancuk 😭😭😭
 
Bajigur.. djancuk..

Perempuan emang githu mewek, ngambek, menang sendiri
Merasa nggk bersalah
Cowok yg selalu salah..
Emang yg punya hati cuma cewek doank..

Dikira dikhianati nggk sakit.. djancuk..

Dipikir hati cowok dari batu..

Sumpah ini cerita bikin sisa2 lukaku menganga kembali..
Baper djancuk 😭😭😭
Cewek punya hati, kalo cowok punyanya ginjal yg bisa dijual buat beliin skincare ceweknya😅.

Sabar hu, kalem ya hehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd