Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisahku, kisahnya, dan kisah kita (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
Enggak tau kenapa, ketika baca part yang Andi disenglikuhin Suci, ikutan nyesek.
Btw, gw juga pernah berada di posisinya Andi, tepat sebelum akhir semester, akibatnya gw telat sidang dan lulus taun ini. gw diselingkuhin seperti Andi juga.
Lanjutkan suhu, harus sampe tamat ya.
Makasih untuk ceritanya!
 
Bagian 36



Hari sudah berganti, kini aku duduk termenung di bangku kantin. Semua yang kulakukan semalam tak membuahkan hasil. Skripsiku masih berkutat revisi hingga saat ini, ditambah waktu yang terus berjalan yang mengharuskanku menyelesaikan dalam waktu sebulan.

Kebanyakan teman kelasku sudah hampir menyelesaikan skripsinya, sedangkan aku masih berkutat di situ-situ saja. “ya Tuhan lancarkan lah skripsiku.” Doaku dalam hati. Aku bingung, sangat susah untuk bertemu kedua dosen pembimbingku.

Ku ambil hpku dan menelfon seseorang, “halo assalamuallaikum.” Saat telfonku diangkat seseorang.

“wallaikumsalamndi, tumben telfon.” Suara perempuan di balik hpku. Ya, aku sedang menelfon ema siang itu.

“gpp ma, gimana kabarmu?”

“baik ndi, lu gimana?”

“Alhamdulillah baik, kamu lagi sama suci?”

“enggak ndi, gue di rumah. Tapi tadi abis dari kampus sama dia, biasa bimbingan.”

“gimana skripsi kalian?”

“lancar kok, dosen pembibing kita sama. Suci malah udah disuruh ngerjain bab 5 lho.”

“oh ya, lancar juga ya skripsi suci.”

“ya gimana gak lancar, kan dibantuin sama kak tomi.”

Aku terdiam mendengar nama itu, lagi-lagi hatiku panas. Disatu sisi aku juga senang mendengar skripsi lancar.

“ndi” kata ema lagi.

“eh iya ma”

“kok diem?”

“gpp kok ma hehe”

“maaf ya ndi, pasti lu keingetan kejadian itu ya gara-gara gue nyebut nama kak tomi.”

“enggak ma, santai aja haha.”

“bener nih”

“iya bener ma, oiya suci sering cerita sama kamu tentang aku gak? Hehe”

“akhir-akhir ini sih udah enggak ndi”

“oh gitu, udah lupa mungkin dia sama aku ya hehe.”

“eh enggak ndi, suci gak lupa sama lu kok.”

Saat sedang telfonan dengan ema aku melihat dini di kantin dan dia juga melihatku, kulambaikan tangan untuk menyapanya. Penampilan dini siang itu sangat menarik, ditambah rambut yang dikuncir kuda ciri khasnya. Dini perlahan mulai berjalan mendekatiku.

“ma, udah dulu ya. Maaf ganggu, assalamuallaikum.”

“iya ndi, wallaikumsalam.”

Kumatikan telfonku dan hpku langsung kumasukan ke dalam kantong.

“hai” sapa ema saat ia sudah duduk di depanku.

“hai din, baru selesai kelas?” tanyaku.

“iya nih, kamu abis bimbingan ya?” kata dini sambil melihat laporan skripsiku di meja.

“hehe iya din sslluurrrpp” kataku sambil meminum kopi pesananku.

“trus gimana?” tanya dini.

“ya gitu-gitu aja din, revisi terus.” Kataku.

“semangat terus ya.” Kata dini

Aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum. Kami lalu lanjut mengobrol sampai hampir setengah jam dan dini akhirnya pamit kembali ke kelas karena masih ada mata kuliah.

“aku balik ke kelas dulu ya, masih ada jam nih.” Kata dini.

“oh iya, aku juga mau pulang abis ini.” Kataku.

“din” panggilku saat melihat dini mulai beranjak dari tempat duduknya.

“iya?” kata dini.

“boleh tau nomermu?” kataku sambil mengeluarkan hpku.

“boleh, nih nomerku +62xxxxxxxxxxx.” Kata dini.

Aku lalu mengetik nomernya di hp. “oke, makasih ya din.”

“iya, yaudah aku ke kelas dulu yaa bye.” Kata dini sambil berjalan meninggalkanku sendiri di kantin.

“iya din.” Kataku.

Setelah dini pergi aku lalu pulang ke rumah.

****

2 bulan kemudian

Hubunganku dengan dini semakin dekat, setelah aku meminta nomernya saat itu aku selalu menghubunginya. Dini selalu hadir untuk sekedar menyemangatiku bila aku sedang merasa lelah mengahdapi skripsiku. Hubunganku dengan dini hanya sebatas komunikasi lewat hp dan bertemu di kampus., aku belum pernah mengajak ia untuk sekedar pergi keluar. Apalagi saat ini aku harus memupus harapanku untuk lulus di semester ini. Dosen pembimbingku tak menyetujui untuk aku sidang setelah lebaran nanti. Itu berarti aku harus lanjut di semester depan.

Aku sudah memberitahu ibuku bila aku tak bisa lulus semester ini. Berat memang, tapi memang itu kenyataannya. Aku sempat merasa gagal sebagai anak yang harusnya membuat orang tuanya bangga. Namun ibuku dapat mengerti keadaanku saat ini. Ia tak tampak marah, malah ia semakin menyemangatiku untuk semester depan.

Hari ini sudah memasuki bulan puasa dan kegiatan di kampus pun sudah libur. Semenjak libur aku tidak pernah bertemu dini. Komunikasi kamipun mulai jarang, namun sesekali dini memberikan kabar tentangnya. Hingga terbesit di pikiranku untuk mengajak dini buka puasa bersama suatu saat nanti. Karena ia sering sekedar membangunkan ku untuk sahur dan mengucapkan selamat berbuka.

“dini mau gak ya kalo hari ini aku ajak buka puasa bareng?” batinku.

Aku lalu mengambil hpku dan langsung menelfonnya, “assalamuallaikum din.” Saat telfonku diangkat olehnya.

“hai ndi, kenapa?”

“nanti sore ada acara?”

“mmhh gak ada kok, kenapa emang?”

“buka puasa bareng yuk.”

(tak ada jawaban dari dini)

“din, kamu gak bisa ya?”

“eh bisa kok bisa, yaudah nanti jam berapa?”

“aku jemput jam setengah 5 ya”

“oke see u”

Aku lalu menutup telfonku, dan tersenyum-senyum sendiri karena akan buka bersama dini. Pelahan-lahan aku berusaha melupakan suci lewat dini. Namun tak bisa di pungkiri bila aku masih menyimpan rasa untuk suci.

Skip

Kini aku sudah bersiap untuk menjemput dini di rumahnya. Aku langsung menuju kamar kak dewi untuk meminta ijin meminjam helmnya untuk dipakai dini. Ya, hari ini kak dewi tidak masuk kerja karena sakit.

“kak” saat aku masuk ke dalam kamarnya, kulihat ia sedang tiduran di kasur sambil bermain hp.

“iya ndi?”

“pinjem helm ya”

“mau kemana kamu?”

“mau pergi dulu kak”

“sama siapa?”

“sama dini kak”

Kak dewi langsung bangkit dari kasurnya setelah mendengar ucapanku, “kamu pergi sama dini?”

“hehe iya kak”

“cieee mau kemana sih?”

“haha apaan sih, mau main aja kak”

“yaudah pakek aja, boleh kok kalo helmku mau dipake dini.”

“oke kak, aku pinjem ya.

“iya ndi”

Aku lalu keluar kamar kak dewi dan langsung berangkat menuju rumah dini. Sesampainya di rumah dini, aku langsung menghubunginya bilaaku sudah di depan rumahnya. Ini adalah kali kedua aku ke rumahnya, sempat lupa jalan menuju rumahnya namun akhirnya sampai juga disini.

Aku nunggu di depan rumahnya sekitar 15 menit, hingga kulihat sesosok wanita keluar dari arah gerbang rumahnya. Wanita itu memakai kaos berwarna merah yang dimasukan kedalam celana jeans, ia juga memakai sepatu running yang menambah kesan sporty pada dirinya ditambah tas kecil di punggungnya.. Wajah imut yang dihiasi oleh seikit make up, bibir ranumnya berwarna pink, dan tak lupa rambutnya yang dikuncir kuda menambah cantik penampilannya sore itu. ya, wanita itu adalah dini dan aku sempat bengong melihat penampilannya.

“hei, kok malah bengong? Ada yang salah sama penampilanku ya?” kata dini menyadarkanku dari lamunan.

“eh iya gpp din, kamu cantik banget.” Kataku lirih sambil memperhatikan penampilannya sore ini.

“apa?” katanya.

“mmmhh gpp din, yuk berangkat keburu jalanan macet nanti malah gak dapet tempat buat makan.” Kataku sambil memberikan helm kak dewi supaya di pakai olehnya.

“yuk.” katanya sambil memakai helm.

Dini langsung naik ke motorku, namun aku masih diam dan belum menjalankan motorku.

“loh kok belum jalan?” protes dini.

“kamu bisa munduran dikit gak din?” kataku sambil menoleh kearahnya.

“kenapa emangnya?” tanya dini.

“aku takut batal hehe.” Kataku sambil tertawa.

“oh haha iya maaf ndi.” Katanya.

“haha kalo nanti udah buka gpp kok kalo mau bonceng sambil meluk.” Kataku.

“wooo maunya.” Katanya lalu kurasakan sebuah tepukan di pundakku.

Kini mulai kujalankan motorku perlahan, aku sengaja mengendarai motorku perlahan karena aku sambil berpikir akan mengajak dini buka puasa dimana. Akhirnya aku memutuskan mengajak dini buka puasa di restoran seafood. Suasana restoran sore itu sangat ramai, namun untungnya masih ada tempat untuk kami tempati.

“kamu mau pesen sekarang apa nanti din?” kataku setelah kami sudah duduk di kursi yang berhadap-hadapan.

“aku ngikut kamu aja.” katanya.

Kulihat jam di tangan kananku, waktu sudah menunjukan pukul jam 5 lewat. “pesen sekarang aja din?” tanyaku.

“he’em.” Kata dini sambil mengangguk.

Kupanggil seorang pelayan dan kami mulai memesan makanan dan minuman untuk kami berbuka. Sebelum pelayan pergi, aku berpesan untuk minuman kami di dahulukan daripada makanan yang sudah kami pesan. Karena aku takut bila waktu berbuka tiba, belum ada minuman untuk membatalkan puasa.

“gimana puasa kamu lancar din sampe hari ini?” tanyaku.

Kulihat ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

“oh udah ada yang bolong ya puasanya haha.” Kataku.

“bukan.” Kata dini yang kini menatapku serius.

“lalu?” kataku penasaran.

Dia diam sejenak lalu tangan kananya memegang kalung yang berada dibalik kaosnya. Perlahan ia keluarkan kalung tersebut dan kulihat liontin kalung tersebut berbentuk salib. Aku kaget dibuatnya, aku tau maksud dini mengeluarkan kalungnya.

“aku orang Kristen ndi.” Kata dini dengan nada serius.

Aku masih diam, aku sudah mengenalnya beberapa bulan namun aku baru tau sekarang mengenai keyakinan dini. Suasana saat itu menjadi aneh untuk kami berdua. Aku terus menatapnya dan dini kulihat menundukan wajahnya kebawah sambil tangannya masih memegang kalungnya.

Kami saling diam, hingga suara adzan maghrib berkumandang menandakan sudah masuk wkatu buka puasa. Namun belum ada minuman yang tersaji di hadapan kami, “duh gimana mau ngebatalin nih.” Batinku.

“nih ndi, batalin dulu.” Kata dini sambil memberikan botol minum miliknya.

“eh iya din, makasih ya” kataku sambil menerima botol pemberiannya.

Aku membaca doa buka puasa lalu minum air dari botol yang diberikan dini. “Alhamdulillah” kataku sambil meletakan botol minum di meja.

“din, maaf ya aku gak tau hehe.” Kataku untuk mencairkan suasana.

“iya gpp ndi, aku yang seharusnya minta maaf soalnya gak bilang sama kamu.” Katanya.

“trus kok kamu selalu bangunin aku pas sahur, ngingetin aku shalat?” tanyaku.

“emang salah ya kalo aku bangunin kamu sahur? Iya emang kita beda, tapi bukan berarti kita gak boleh saling mengingatkan untuk menjalankan sebuah ibadah masing-masing bukan?” kata dini sambil menatapku tajam.

Aku kembali diam dibuatnya, aku dibuat takjub oleh pikiran seorang dini. Dengan penuh keberanian, kuarahkan tangan kanan ku menuju tangan kirinya. Kugenggam tangannya sambil kami berpandangan, “gak ada yang salah din, aku salut sama kamu. Aku kagum sama pemikiran kamu, terima kasih ya.” Kataku sambil sedikit menggenggam tangannya lebih erat.

Kulihat dini tersenyum dan kurasakan ia juga menggenggam tanganku lebih erat lalu melepaskan tangannya dari genggamanku. “kamu shalat maghrib dulu ndi, aku tunggu disini ya.” Kata dini.

“oh iya, aku tinggal sebentar ya.” Kataku sambil beranjak dari kursiku dan kulihat dini hanya menganggukan kepalanya.

Aku lalu berjalan menuju sebuah mushola dan langsung menunaikan kewajibanku. Setelah selesai aku langsung kembali ke tempat dini menungguku. Kulihat pesanan kami tadi sudah tersaji di meja, “loh kok belum makan din?” tanyaku sambil duduk di bangku.

“aku nunggu kamu ndi.” Kata dini.

“yaudah yuk makan, aku laper haha.” Kataku.

“haha.” Dini tertawa.

Aku lalu berdoa sebelum makan, namun aneh setelah berdoa kurasakan seperti ada yang memperhatikanku. Aku langsung melihat keadaan sekitar dan benar saja orang di sampingku sedang melihat ke arah kami berdua. Bukan, lebih tepatnya kearah dini. Aku lalu mengarahkan pandanganku ke dini, aku melihat dini sedang berdoa sesuai keyakinannya. Aku tersenyum melihatnya, aku kagum dengan dirinya. Wanita umur segitu sudah memiliki pikiran dan toleransi yang hebat.

“kok kamu liatin aku begitu ndi?” tanya dini.

“emang salah aku ngeliatin wanita cantik dihadapanku sekarang?” kataku.

“ih andiiii.” Katanya sambil wajahnya kini mulai memerah akibat malu.

“haha yuk makan dulu.” Kataku.

Kamipun memakan pesanan kami masing-masing, sesekali kulirik dini yang sedang menyuap makanan. Ini adalah pertama kalinya aku keluar dengan dini. Setelah sekian lama kami hanya berhubungan lewat hp. Makanan di meja kamipun habis tak tersisa, hanya duri ikan yang tersisa di piring kami hehe.

“abis ini mau kemana lagi din?” kataku sambil mengelap mulutku dengan tisu.

“terserah kamu aja ndi.” Kata dini.

“kamu udah izin pergi sama orang tua mu kan tadi?” tanyaku.

“tadi aku udah bilang kok sama kak cindy kalo pergi sama kamu, mama papa ku lagi di luar kota ndi. Biasalah urusan kerja, mereka pulang setiap weekend.” Kata dini.

“oh gitu” kataku.

Lalu terdengar suara dering dari hp dini, ia langsung mengambil hpnya lalu mengangkat telfon itu.

“halo kak.” Kata dini berbicara dengan si penelfon namun sambil menatapku.

“iya masih kok, ini sama andi juga.” Kata dini lagi.

“oke kak, bye.” Kata dini lalu meletakan kembali hpnya di meja.

“dari kak cindy din?” tanyaku.

“iya ndi, kak cindy bilang kalo dia lagi pergi. Jadi di rumah Cuma ada mbok minah.” Kata dini.

“mbok minah siapa?” tanyaku.

“itu ndi, yang suka bantu bersih-bersih rumah.” Kata dini.

Aku lalu bergegas ke kasir untuk membayar semua pesanan kami tadi. Lalu mengajak dini berpindah tempat. “yuk pindah tempat din.” Kataku

“mau kemana?” tanya dini.

“udah ayok ikut aja.” kataku.

Aku mengajak dini mengitari kota malam itu sambil melihat lampu-lampu jalan yang menerangi para pengendara. Kuputuskan untuk mengajak dini nongkrong di suatu tempat yang menjadi tempat kumpulnya muda mudi kota ini. Kami berdua duduk bersebelahan dengan tiker sebagai alasnya, sambil menikmati udara dingin. Ditambah melihat penampilan para musisi jalanan yang bernyanyi dengan merdu. Dihadapan kami tersedia 2 gelas kopi yang sudah di pesan tadi.

“suka sama tempat ini din?” kataku

“suka, suka banget aku. Aku baru tau kalo ada tempat kayak gini.” Kata dini.

“kamu emang gak pernah kesini?” tanyaku sambil masih menatap kendaraan yang berlalu lalang.

“iya aku gak pernah keluar malam kayak gini, makasih ya udah ajak aku keluar malam ini.” Katanya.

Kurasakan tangan kiriku di seperti ada yang menggenggam dan kuyakin dini yang melakukannya karena saat kulihat ke bawah benar bila tangan kanan dini sedang menggenggam tanganku. Hatiku berdebar, sudah lama aku sudah tidak merasakan suasana seperti ini.

“ndi.” Panggil dini.

“iya din?” kataku sambil masih merasakan genggaman tangannya.

“aku boleh tanya gak?” kata dini.

“tanya apa din?” kataku sambil penasaran.

“ya ini terserah sih kamu mau jawab apa enggak, aku mau tanya tentang masa lalumu.” Kata dini.

Aku lalu mengambil kopiku lalu meminumnya, perkataan dini sedikit membuatku kaget.

“mau tanya apa emang din?” kataku sambil berusaha untuk tenang.

“kamu masih sayang sama mantanmu ya?” pertanyaan dini yang semakin membuat hatiku bergejolak.

“darimana dini tau tentang hal itu, aku saja tak pernah menceritakan tentang masa laluku sebelumnya.” Batinku.

“kamu tau darimana tentang hal itu?” tanyaku.

“hhhmmm.. dulu aku gak sengaja denger kak dewi pas ngobrol sama kakakku di rumah. Kak dewi cerita kalo kamu itu jadi diem mulu di rumah, gak pernah kuliah lagi, gak pernah ngerjain skripsi juga. Cuma gara-gara putus sama mantanmu itu.” kata dini.

Setelah mendengar penjelasan dini, kumundurkan tubuhku sedikit untuk bersandar di tembok. Kupejamkan mataku, lagi-lagi bayangan suci muncul. Seolah-olah ia kini berada dihadapanku, ku teringat saat terakhir kali membelai wajahnya dalam keadaan ia menangis. Aku juga teringat pelukan kami sebelum suci benar-benar meninggalkanku sendiri di kamar hotel.

Kubuka mataku dan bayangan suci hilang saat merasakan bahu kiriku terasa berat. Kutolehkan kepalaku kesamping, kulihat kepala dini telah bersandar di bahuku. Tangan kami masih saling menggenggam, namun kini kami saling diam.

“din.” Kataku lirih.

“iya.” Kata dini.

“jangan bahas itu dulu ya, kita nikmatin malam ini. Aku janji suatu saat bakal cerita sama kamu.” Kataku.

“ndi” sebuah suara kudengar sangat dekat.

Aku menengok kesamping dan ku lihat dini sedang menatapku, “iya din.” Kataku.

“semoga kamu cepet move on ya.” Suara dini lirih namun aku masih bisa mendengarnya.

Aku tersenyum, “semoga saja.”

Kami berdua lalu melanjutkan untuk menikmati suasana malam itu dengan saling diam, hanya suara deru kendaraan dan suara musisi jalanan yang membuat ramai. Ketika jam sudah menunjukan pukul setengah 9, aku mengajak dini pulang. Karena hari sudah malam, suasana jalanan tak begitu macet. Itu membuat kami lebih cepat untuk sampai di rumah dini. Dini langsung turun dari motorku, lalu memberikan helm yang ia pakai.

“din, boleh aku anter kamu sampe dalem.” Kataku sambil menunjuk rumahnya.

Senyum mengembang di bibirnya, “boleh kok, yuk.”

Aku akhirnya mengikuti dini masuk melewati gerbang rumahnya, aku takjub saat sampai di halaman rumahnya. Rumah dini terlihat megah, suara percikan air di kolam kecil terdengar jelas di telingaku. Aku menghentikan langkahku saat kami berada di depan rumahnya.

“aku anter sampe sini aja ya din.” Kataku sambil berdiri dihadapannya.

“engga masuk dulu?” tanya dini.

“udah malem din, besok kapan-kapan aja.” kataku.

“hmm yaudah.” Kata dini sambil menundukan wajahnya.

“dini.” Panggilku lirih.

“heemmm” dini kembali mengadahkan kepalanya dan menatapku.

Entah terbawa suasana atau memang aku yang bodoh, ku majukan kaki ku selangah untuk lebih dekat dengan dini. Kubelai pipi kanannya, dini semakin menatapku tajam. Kumajukan kepalaku dan “cuuupp” ku kecup kening dini yang tertutup poninya malam itu. sepersekian detik kemudian aku tersadar dan buru-buru melepasan kecupanku di keningnya.

“din, maaf” kataku sambil memasang wajah menyesal.

“gpp kok ndi” lagi-lagi dini tersenyum.

“yaudah aku pulang ya, dadaahhh.” Kataku sambil melambaikan tanganku.

“kabarin aku ya kalo udah sampe rumah.” Kata dini sambil melambaikan tangannya juga.

Aku menganggukan kepalaku dan langsung menuju motor untuk pulang. Ku kendarai dengan kencang motorku agar supaya cepat sampai rumah. Sesampainya di rumah, langsung kumasukan motorku kedalam. Suasana rumah sudah sepi, mungkin sudah pada tidur. Sesudah mengunci pintu, aku langsung masuk ke kamar. kubuka jaket dan jam tanganku, lalu kurebahkan tubuhku di kasur. “aku kok bisa-bisanya malah nyium dia sih.” Sesalku dalam hati.

Kuambil hpku dari celana, ku kirim pesan kepada dini bila aku sudah sampe rumah. Tak berapa lama, hpku berdering kulihat hpku ternyata dini yang menelfonku. “halo dini.” Kataku setelah mengangkat telfon darinya.

“halo ndi, makasih ya buat malam ini. Aku seneng banget.” Suara dini dibalik telfon.

“haha iya din, makasih juga udah nemenin aku buka puasa. Oiya din, sekali lagi aku minta maaf buat yang tadi.” Kataku.

“iya ndi gpp kok, itu juga salah satu yang ngebuat aku seneng malam ini.” Kata dini lalu telfon terputus.

Belom sempat aku bertanya, dini sudah menutup telfonnya. Ku letakan hpku disamping kepalaku dan aku mulai memejamkan mataku. aku merasa sangat senang malam ini, aku seperti merasakan jatuh cinta. “tunggu, aku memang benar-benar cinta atau hanya sekedar suka sama dini ya?” tayaku dalam hati.

Lalu hpku berdering kembali dan kuyakin itu adalah telfon dari dini lagi, aku langsung mengangkatnya.

“dini, kamu kok tadi langsung matiin telfon kayak gitu sih.” Kataku saat mengangkat telfon itu.

“aku bukan dini” suara si penelfon.

Mataku langsung terbuka, dan kulihat layar hp ku. benar saja, bukan nama dini yang tampil di layar hpku.



Sekian dulu ya huu.. dilanjut besok lagi.
 
Terakhir diubah:
Enggak tau kenapa, ketika baca part yang Andi disenglikuhin Suci, ikutan nyesek.
Btw, gw juga pernah berada di posisinya Andi, tepat sebelum akhir semester, akibatnya gw telat sidang dan lulus taun ini. gw diselingkuhin seperti Andi juga.
Lanjutkan suhu, harus sampe tamat ya.
Makasih untuk ceritanya!
kok sama? haha
terima kasih juga hu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd