enak bikin anak
"wah kebelet mang ?", ujar suamiku sambil tetap menyetir mobil, mata melihat dari pantulan kaca, sementara di jok bangku belakang mobil, aku yang pasrah dalam rangkulan mang yayan yang dengan penuh napsu mencium dan meraba-raba tubuhku. gaun gamisku sudah tersingkap dengan tangannya yang sudah mencolok-colok vaginaku sejak tadi dan aku hanya melenguh dan mendesah jika mulutku tak dipagutnya.
"he he iya... maklum pak agung saya inikan duda... ya begini lah...", jawab mang yayan sambil cengengesan.
"iya mang....udah jarang dapet ya...", sahut suamiku
"iya... saya makasih banget... bisa icip-icip bu dewi yang cantik gini...", ujar mang yayan lagi. tangannya menyingsingkan gaun gamisku lagi hingga naik ke atas dadaku yang kutahan agar kedua buah dadaku yang menyembul terlihat olehnya, tangannya menjamah dan meremasnya membuatku melenguh nikmat. mang yayan merunduk dan mulutnya melumat putingku dengan ganasnya. seperti bayi besar mang yayan menghisap dan melumat putingku dan aku hanya dapat melenguh nikmat.
"eesshhh... aaaaah... maang yayaaaan... aaah... jangan digigit...", pekikku seraya kujambak rambutnya. mang yayan melepaskan putingku.
"abis gemes...", ucapnya sambil cengengesan menatapku sesaat dan kemudian mulutnya memagut bibirku yang dilumatnya, ku menjulurkan lidahku yang kemudian dihisapnya dengan penuh napsu. tangan mang yayan terus saja meremas-remas buah dadaku.
"nah sepi disini...", ujar suamiku. mobil berjalan semakin perlahan saat aku melihat sekeliling hanya ada kebun teh yang menghampar sejauh mata memandang. suamiku menghentikan mobilnya tepat di dekat satu-satunya pohon yang tumbuh tinggi.
"aduh.... papah disini ?", ucapku saat suamiku turun dari mobil dan membuka pintu di sebelah mang yayan.
"iya...", ujar suamiku meyakinkanku bahwa tak ada orang disini. mang yayan ikut turun dari mobil sambil menghirup udara sejuk melihat sekeliling kebun teh yang luas menghampar ini. aku pun turun dari mobil dan memang suasa begitu sepi tak ada orang kalaupun ada jauh disana. udara sejuk ku hirup begitu terasa segar.
"main di luar mang...", ujar suamiku kepada mang yayan yang mengangguk.
"yuk bu dewi... ke pohon itu", ajaknya menggandeng tanganku.
"iih papah diluar ?!", tukasku namun mang yayan sudah menarik tubuhku dan aku dibawahnya ke pohon itu.
"aduh... orang disana itu bisa liat kita mang...?", ucapku menunjuk sekumpulan orang nan jauh disana.
"ya liat cuma kan terlalu jauh, gak akan keliatan lagi ngapain...", jawab mang yayan tangannya sudah memeluk tubuhku. kulihat suamiku yang sudah memasang tripod dengan merekam kearahku. tangannya mengacungkan jempolnya ke arah mang yayan seakan memberi kode untuk memulai.
"iiih papah nih... bikin film porno lagi...", ujarku.
"ya gak apa-apa bu dewi... buat suami sendiri... he he he...", ujar mang yayan, tangannya sudah melingkar di pinggangku. tubuhku berdiri rapat berhadapan-hadapan dengannya dan aku menyambut bibirnya yang menciumku, memagut dan melumat bibirku.
*-*
aku hanya tersenyum mendengar protes istriku, "iiih papah nih bikin film porno lagii...", ujarnya. mang yayan sudah memeluk tubuhnya saling berhadapan dan sesaat kemudian saling berciuman dengan mesranya. dadaku berdebar-debar saat mulai kurasakan sensasi kenikmatan setiap kali melihat istriku dicumbu oleh lelaki lain di hadapanku. kubuka sleting celanaku dan kujulurkan keluar agar aku bisa ku elus sambil menikmati adegan pemandangan "film porno" ini. kulihat mang yayan melepas celana panjangnya yang rupanya tak memakai celana dalam hingga kontolnya yang mengacung tegang menempel di gaun isrtiku.
"pengen diisep bu dewi...", pinta mang yayan dan istriku mengerti seraya bersimpuh di hadapan mang yayan, wajah cantiknya yang masih berkerudung tepat di hadapan kontol mang yayan. mulut mungilnya menganga saat kepala kontol mang yayan di sodorkannya.
"uugh...", lenguh mang yayan menikmati kehangatan dan lumatan mulut istriku. kepalanya yang terbungkus kerudung bergerak maju mundur. aku tak mau tinggal diam, seraya mendekat dan kusodorkan kontolku ke istriku, tangan lentiknya menggenggam dan mengocok dengan nikmatnya dan sesekali mulutnya menghisap dan mengulum kontolku bergantian.
"naikin gamisnya sayang, biar keliatan bodi seksi kamu...", ujarku seraya kutarik menyingkap gaun gamisnya, tubuh telanjang nan mulus putih terlihat begitu kontras dengan warna hijau alam.
"dibuka kaki ngangkang sayang...", pintaku lagi agar dapat terekam dengan jelas.
"ugh.. terusin mang...", ujarku kepada mang yayan, aku melepaskan kontolku dari tangan istriku.
*-*
"dimasukin yu bu dewi...", ujar mang yayan, meraih pundakku berdiri. tangannya meraih gaun gamisku agar tetap diatas dadaku sehingga tubuh telanjangku terpampang di alam bebas.
"bareng-bareng, hadap kesini dulu mang...", ujar suamiku seperti seorang sutradara.
"ya...", ujarnya dengan menurut mang yayan dan aku menghadap ke kamera memperlihatkan tubuh mang yayan yang hanya mengenakan kaos sementara aku yang tersingkap gaun gamisku hingga di leherku. aku bersandar pohon di belakangku saat mang yayan mengangkant satu kakiku, satu tangannya lagi mengarahkan kontolnya ke vaginaku.
"sebentar mang... rekam dari deket dulu...", ujar suamiku yang mendekatkan kameranya ke arah vaginaku yang akan di jejal kontol mang yayan.
"iiih papah...! repot banget... aku gak menikmati jadinya...", protesku.
"oo ya udah... lanjut...", ujar suamiku kembali mundur kebelakang.
"oohh... udah basah....mang...", ucapku saat kepala kontol mang yayan menggesek belahan bibir vaginaku.
"udah pengen ya bu dewi...", ucap mang yayan sambil terus saja menggesekkan kepala kontolnya.
"bahasa daerah mang yayan apa kalo digituin ?", tanyaku sambil menggigit bibirku dengan rasa geli tak tahan ingin segera di jejal kontolnya.
"dientot...", ujar mang yayan dengan bahasa daerahnya.
"pengen dientot... pengen dikontolin...", ujar mang yayan lagi dengan bahasa daerahnya dan aku ikut mengucapkannya membuat mang yayan tersenyum penuh gairah.
"eeeeenggghhh....", lenguhku saat mang yayan mulai menjejalkannya di lubang vaginaku. seluruh batang kontol panjangnya sudah tenggelam di dalam tubuhku dan perlahan mang yayan mulai menggenjotnya dengan nikmat. kontol besar dan panjang mang yayan menghujam-hujam bergerak keluar masuk dan aku merasakan kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhku. aku tak lagi peduli dengan suamiku yang sibuk merekam, aku tak lagi peduli kalau aku sedang disetubuhi di alam terbuka, aku tak peduli jika ada orang yang akan memergoki semua ini. aku mereguk kenikmatan dari mang yayan.
"uh memek bu dewi enak banget...", ucap mang yayan dengan bahasa daerahnya sambil memandangi wajahku yang sesekali bibirnya mengecupku, mencium wajahku. setiap hentakan pinggulnya membuatku mendesah dan melenguh nikmat tanpa ku tahan.
"oooh... mang yayan ?!", ucapku saat tiba-tiba mang yayan meminta tanganku berpegang di lehernya dan kedua kakiku di raihnya hingga aku digendongnya dengan tubuhku yang melonjak-lonjak dengan kontol menghujam-hujam deras vaginaku.
"oooohh...", lenguhku, mang yayan berdiri tegak dengan tubuhku yang di gendongnya. begitu nikmat rasanya.
"aduuuh... aaaaaoooohhhh....", lenguhku sejadi-jadinya, begitu liar ia menghentak-hentakan tubuhku hingga kontolnya begitu deras menghujam membuatku meregang rasa nikmat yang tiada tara dan aku tak lagi dapat membendungnya. aku memekik sejadi-jadinya dan akhirnya tak lagi dapt kutahan orgasmeku.
"uh.. mang yayaaaaaaan...", pekikku dan tubuhku mengejang dan bergetar hebat di atas gendongannya.
perlahan mang yayan menurunkan kedua kakiku yang kembali menapak ditanah dengan nafas terengah dan tubuhku yang limbung dalam dekapan mang yayan yang menjagaku.
"enak bu dewi...?", ujarnya membisikan di telingaku sambil memeluk tubuhku. tangan kekarnya mengelus dan meremas bokongku.
"nungging yuk...", ajaknya membimbingku untuk memutar tubuhku berbalik, dengan kedua tanganku yang berpegang pada pohon aku menunggingkan bokongku di hadapan mang yayan. kurasakan tangannya yang meremas-remas, menyibak-nyibak belahan bokongku dengan gemas sebelum akhirnya kontolnya kembali ia bimbing ke lubang vaginaku lagi.
"oooohhh....", lenguhku mengiringi kontolnya yang menjejal dan terbenam di vaginaku lagi. kedua kakiku mengangkang, ku coba agar tetap menungging dengan sempurna dengan berpegang pada pohon di depanku, mang yayan menyodok-nyodokannya dengan begitu ganas membuatku merintih dan melenguh sejadi-jadinya, bahkan merancau tak karuan menahan rasa geli dan linu yang menyerang liang vaginaku.
"ooohh... geli banget oooh...", ucapku. mang yayan begitu perkasa apalagi dengan status dudanya, mang yayan pasti begitu dahaga akan kenikmatan seperti ini hingga membuatnya begitu liar dan ganas menyetubuhiku, kontolnya yang besar dan panjang begitu terasa di vaginaku. kenikmatan yang membuatku ketagihan.
"aaah gaak kuaat... aaaahh...", lenguhku dengan mata terpejam dan bola mataku seakan membalik keatas dengan mulut ku yang menganga tak berdaya. dan aku tak lagi dapat menahan kenikmatan ini. tubuhku tiba-tiba kembali mengejang dan seketika bergetar hebat dan aku mereguk orgasmeku untuk kesekian kalinya. tangan mang yayan melinkar di pinggangku menahan tubuhku agar tak terjerembab ke tanah dan kontol yang masih terbenam di vaginaku aku mereguk kenikmatan orgasmeku untuk beberapa saat.
"ooh...", lenguhku dengan nafas terengah-engah dengan tubuh mang yayan masih memelukku dari belakang. perlahan mang yayan menarik pinggulnya, kontolnya menjulur keluar dari vaginaku.
"biar saya pangku bu dewi...", ujarnya sambil duduk di tanah hanya beralaskan celana panjangnya. aku mengangkangkan kakiku di hadapannya perlahan kepala kontolnya tepat di mulut vaginaku dan aku menurunkan tubuku sehingga kontol itu kembali terbenam lagi.
"mang yayan... eemhhh...", lenguhku memandang wajahnya yang tersenyum penuh napsu, kedua tangannya meremas-remas kedua buah dadaku.
"gamisnya dibuka aja bu dewi.... biar pake kerudung aja...", pintanya. aku melepaskannya dari tubuhku. ku benahi kerudungku agar tak miring. kontolnya terasa berdenyut di liang vaginaku.
"digoyang bu dewi...", ucapnya satu tangannya yang mencengkeram bokongku menarik agar pinggukku bergoyang.
"uuuh... ...", lenguhku, terasa mentok banget kontolnya pada mulut rahimku hingga terasa begitu nikmat kurasakan. aku mencoba mengayun perlahan namun tangan mang yayan malah mengayunkan pinggulku dengan cepat membuatku kembali menggelepar nikmat.
"oooh... mang yayaaaaaaaan... aaaaah...", pekikku berkali-kali namun mang yayan terus saja mengayunkan tubuhku begitu cepat membuatku semakin menggelinjang tak terkendali dan akhirnya aku kembali mengalami orgasmeku. tubuhku mengejang diatas pangkuan mang yayan.
aku terkulai dipelukannya namun mang yayan tak memberiku jeda untuk mengatur nafasku, aku dibaringkan diatas gaun gamisku yang terhampar diatas tanah. kedua kakiku mengangkang keatas dan mang yayan merengkuh diatas tubuhku, pinggulnya mulai mengayun nikmat membuatku kembali menjerit dan memekik sejadi jadinya namun tak membuatnya untuk memperlambat pinggulnya.
"uugh... bu dewiiiii... pengen bikin bu dewi hamil... uugh...", geramnya hingga akhirnya tubuhnya mengejang dengan pinggul menghentak hebat. sesaat kurasakan semburan hangat di dalam rahimku. aku memeluknya aku akan menerimanya jika aku hamil olehnya.
"tumpahkan semua mang...", bisikku sambil ku peluk tubuh kekarnya.
"uuh... nitip anak saya bu dewi...", ucapnya sambil mengedutkan sisa-sisa spermanya yang menyembur di dalam vaginaku.
"eeehh...", lenguhku saat mang yayan menarik kontolnya keluar.
"isep bu dewi...", pintanya menyodorkan kontolnya yang berlumuran lendir ke mulutku, aku membuka mulutku dan ku hisap, kulumat dengan lembut, ku bersihkan seluruh batang kontolnya dari lendir yang menempel.
"aaah... papah !!.", pekikku saat aku melihat seorang bapak tua yang lebih pantas ku panggil kakek, disamping suamiku menyaksikan semua ini.
"uuuh... mulus cantik banget ya...", ucapnya dengan bahasa daerahnya memandang tubuhku yang tak tertutup, hanya kerudung yang masih menutupi kepalaku.
"gak apa-apa sayang, cuma mau liat... kakek ini masih bisa ngaceng gak... he he he...", ujar suamiku.
"ih papah...", protesku sambil aku duduk mengangkang agar membiarkan sperma mang yayan meleleh keluar.
"udah gak bisa... nih...", sahut si kakek seraya membuka celananya dan terlihat kontolnya yang merunduk dengan bulu-bulunya yang tumbuh liar.
"dicoba kek... barangkali bisa ", ujar mang yayan yang masih duduk di sampingku ikut tertawa.
"kakek boleh ya ?", tanyanya mendekatiku.
"boleh kek...", ujar suamiku.
"iih papah...", hanya itu yang bisa kuucapkan sejak tadi, kubiarkan kakek itu mendekatiku, kubiarkan kedua kakiku tetap mengangkang.
"waduh cantik dan mulus banget ya kamu neng...", pujinya dengan bahasa daerahnya. kubiarkan tangan keriputnya menjamah dan mengelus pahaku. matanya tertuju kepada kedua buah dadaku.
"istri kakek gak semulus dan secantik ini dulu...", ujarnya lagi.
"ini istriku kek...", ujar suamiku.
"ooo istrimu nak...", dengan logat lucu tangannya sudah menjamah buah dadaku.
"boleh ya kakek megang2 ?", tanyanya.
"boleh kek...", jawab suamiku.
"cakep ya neng...", ujarnya membuatku tersenyum membiarkan tangannya meremas-remas buah dadaku, kedua putingku plintirnya dengan lembut. sesekali aku melirik kontolnya yang terlihat membesar walau tak menegang.
"mau nyusu kek ?", tanyaku sambil tersenyum menawarkan kepadanya.
"mau atuh..", jawabnya.
"buka baju, celananya dulu kek...", pintaku.
"oya... kakek buka...", ujarnya sambil melepas semua pakaiannya. tubuh tua keriput itu masih terlihat gagah. aku merebahkan tubuhku saat sang kakek menindih tubuhku. kedua tangannya mencengkeram kedua buah dadaku dan mulutnya langsung melumat putingku.
"emmhh..", lenguhku sambil ku peluk tubuh tua itu diatas tubuhku. puting kanan dan kiri bergantian ia lumat dah hisap sambil tangannya meremas-remas dengan gemas.
"enak kek ?", ujar mang yayan.
"eeh... udah lama gak ngerasain gini...", jawab sang kakek puas dengan menyusuiku ia mengelus pahaku sambil matanya tertuju pada vaginaku.
"cantik banget ini memeknya masih mulus gini...", pujinya dengan bahasa daerahnya yang di terjemahkan mang yayan.
"iya itu enak kek...", sahut mang yayan sementara suamiku sibuk merekam semua ini.
"ini crot di dalam ya...?", ujarnya.
"iya saya crot di dalem...", jawab mang yayan.
"boleh sama suaminya...", ujarnya seraya menoleh ke arah suamiku yang memegang kamera.
"boleh kek.... kakek juga boleh...", ujar suamiku.
"mau kakek...", sahutnya tangannya mengelus itilku.
"sini kek biar neng bikin keras dulu punya kakek...", ujarku seraya duduk di hadapannya.
"iya deh nih...", si kakek pasrah membiarkan kontolnya ku pegang. aku mengelusnya, mengocoknya dengan lembut. aku merunduk seraya ku masukan ke mulutku, tercium aroma kontol yang menyengat menggelitik gairahku. aku mengulum nya, menghisapnya dengan lembut. membuat si kakek mengeram nikmat. kurasakan kontol tua ini semakin mengeras di mulutku.
"udah keras nih kek...", ucapku walau hanya setengah menegang bagiku namun sudah lumayan.
"mau dimasukin kek ?", ucapku sambil berbaring mengangkang di hadapannya.
"iya...", ujarnya seraya mengarahkan kontolnya ke vaginaku.
"terus kek...", ujarku walau hanya terasa seperti sosis yang dijejalkan di vaginaku. tubuh kakek merengkuh diatas tubuhku, pinggulnya mulai mengayun walau bagiku tak terasa apa-apa. hingga tak lama kakek itu menggeram dan seketika mengejang seraya menyemburkan spermanya di mulut vaginaku. nafasnya terengah nikmat.
"enak kek ?", tanya mang yayan.
"enak enak...", jawab kakek sambil mengatur nafasnya.
aku bangkit duduk membersihkan vaginaku. kembali kupakai gaun gamisku untuk menutupi tubuh telanjangku, aku tak ingin ada orang lain juga yang memergoki disini.