Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Konten gagal tayang

Bimabet
gea membuka suara. Tapi tak sekalipun matanya menatap mataku. Dia masih fokus dengan benda yang tergantung di selangkanganku. Aku tak menjawab, tak memerintah, maupun melarang. Seperti terhipnotis, gea menggerakkan kedua tangannya memegang benda yang dia pelototi.

"Ini... Ini... Kon... Tol... Kakak?" Tanyanya lirih terbata-bata. Aku masih tak menjawab. Gea jongkok di depan selangkanganku.

"Gedenya kak" komentarnya. Dia pegang batang penisku yang masih setengah tegang.
"Cupp" gea mencium kepala penisku. Aku biarkan saja dia melakukan itu.

"Ssttt" aku kelepasan, mendesis karena penisku dikocok gea.

"Gacengin dong kak, kontolnya. Gea pengen sepongin kakak... Uuuhh... Gedenya kontol" kata gea.

Matanya melirik nakal padaku. Dia tampak tak peduli dengan kamera yang aku arahkan padanya. Dia malah tersenyum senang melihat penisku perlahan menegang. Dia malah mengacungkan jempol kirinya yang terjepit telunjuk dan jari tengah.

"Emh... Cup... Slurrpp"

gea menyapukan lidahnya di kepala penisku. Diputar - putar, turun ke bawah, menyusuri jalan sperma, turun lagi sampai kantung peler. Dia poles bagian samping secara zig - zag sampai ke atas lagi. Lalu dia seruput cairan precumku yang mulai meleleh keluar.

"Emmhh... Akhirnya dapet kontol juga. Kenapa nggak dari tadi sih kak?" Tanya gea.

Aku tak menjawab. Tangannya asyik memberikan kocokan pelan. Tangan kirinya meremas - remas lembut kantong pelerku.

"Hayu kontol, gaceng dong... Gaceng yang keras... Ada memek nih, pengen dipake sama kamu. Memek gatel... Memek gersang... Memek kesepian... Kontoolll... Gaceng dong"

Mendengar kata - kata vulgarnya, mau tidak mau penisku bereaksi juga. Hanya butuh beberapa kocokan lagi, penisku sudah tegang maksimal.

"Yee... Udah gaceng full. Udah siap dienakin, sayank?" Lanjut gea. Seolah penis aku bisa diajak bicara.

"Sssstttt... Emh"

aku melenguh. Tanpa bantuan tangan, perlahan gea memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Rasa hangat, empuk dan basah, kontras dengan hawa dingin di sini. Mata gea nakal mengedip padaku. Terlihat sangat menggoda di kamera. Dia juga sempat tersenyum, karena merasakan batang penisku mengedut.

"Sssttt... "

Meski tidak sampai habis, tapi cukup panjang juga yang bisa dia masukkan. Dan kini dis menarik lagi kepalanya. Gesekan bibir, lidah, dan langit - langit mulutnya, memberikan sensasi gatal nan nikmat.

"Emh"

giliran kepala penisku mendapatkan pelayanan. Ujung lidahnya membelai manja area sekitar lubang kencingku. Terasa geli sekaligus gatal yang menuntut lebih.

"Gimana rasanya ge?" Tanyaku.

"Gede banget kontolmu kak. Sesek di mulut" jawabnya. Padahal ukuran penisku masih standar.

"Oohh... Sssshhh pelernya ge!" Pintaku.

"Eemm... Sluurrpp... Cup... Aop... Emmmmm... Ahhh... Hehe" dia menjalankan perintahku tanpa bertanya. Rasanya geli-geli enak.

"Jangan digigit, keluar pejuhnya lho" candaku.

"Biarin, gea suka dipejuhin... Ouukkk.... "

"Sshh... Geee"

"Ouk ouk ouk ouk ouk"

"Yes yes yes... Oh oh oh... Pinteer kamu gee... Suka nyepong ya?" Tanyaku ditengah rasa nikmat.

"Iya, gea addict banget sama yang namanya kontol. Kalo belum ngemutin kontol, rasanya pusing" jawabnya.

"Wow, gitu? Terus kalo lagi jomblo begini?"

"Ouk ouk ouk ouk ouk ook... "

"Oh oh oh oh oh oh"

"ooooookkkk.... "

"Telen geeeee.... "

"Khkhkh... Aahhh"

"Gila... Masuk tahu palkon aku, ge"

"Hahaha... Enak nggak kak?"

"Banget"

"Ayu pasti nggak bisa" celetuknya.

Aku terkesiap, rasa tidak suka tadi muncul kembali. Tapi tanggung, dia lagi panas - panasnya. Mending aku nikmati saja.

"Iya, ayu nggak bisa. Lagi dong?" Jawabku.

"Oummm... "

"Yeesss"

"Ouk ouk ouk ouk ouk"

"Yes yes yes... Sepong sepong sepong"

"Ouk ouk ouk ouk"

"Oh oh oh oh... Telen lagi geee"

"Oooooooookkkkkk..... " Aku tekan dan tahan kepalanya mendekat ke perutku.

"Yeeeeessss.... Masuk semua palkon aku geeee"

"KKKHHHHH... " gea kehabisan nafas.

"Aahhhh... Uuhhh... Kontol lelaki tulen... Hahaha" candanya.

Luar biasa. Mungkin kalau setiap hari dia mengulum penisku, bsa jadi dia bisa aku genjot mulutnya. Jadi ada lubang cadangan yang bisa aku genjot saat dia halangan.

"Aku bisa ketagihan gee sama mulutmu" pujiku, pastinya tak sepenuhnya dari hati.

"Hahaha... Kalo kakak mau, gea mau sepongin kakak tiap hari"

"Oh, no. Berapa banyak aku harus keluarin buat deepthroath tadi"

"Kakak ini segitunya merendah. Kalo kakak bisa entotin ayu, gea bakal sepongin kakak tiap hari"

"Oya, quicky?"

"Whatever. Mau quicky, mau long time. Di mobil, di kosan, di hotel, terserah kakak" jawabnya.

"Kamu pernah dipejuhin ge?"

"Seringlah kak. Dulu tapi, pas punya cowok"

"Dipejuhin dimana?"

"Dimulut"

"Kalo memek?"

"Ya sering. Cowok sukanya dimana sih kalo buang pejuh. Emang enak dikocok doang"

"Gimana ceritanya mejuhin dua tempat? Dua kali crot dong?"

"Ya pastinya. Gea suka kesel kalo doi genjot sebelum crot sekali" jawabnya. Tangannya masih terus memberikan kocokan pada penisku.

"Loh kenapa?" Tanyaku sok penasaran.

"Oummm... Ouk ouk ouk ouk"

"Yes yes yes yes yes... "

"Ouk ouk ouk ouk ouk"

"Oh oh terus terus terus terus"

"Ouk ouk ouk ouk ouk"

"Telen telen telen"

"Oooooooookkkkk"

"Hampir mentooookkkk"

"KKOOOOKKKHKHKHKH"

"Uuuuhhhh"

"Aaaahhh.... Hmmff... Hmmmfff.... Hehe"

luar biasa, aset baru ini. Dia masih bisa tertawa. Kalau cewek lain mungkin sudah ngamuk - ngamuk aku tahan begitu. Dia malah menjilati penisku. Dia miringkan kepalanya ke kiri, lalu dengan lidah terjulur dia mencaplok batangku dari samping. Lidahnya hampir bisa mencapai bibir atasnya, kurang beberap mili lagi. Kemudian dia gerakkan kepalanya ke naik turun. Sensasi baru lagi yang baru ini aku rasakan.

"Apa artinya aku cuman dapet sepong doang?" Tanyaku. Gea terkesiap, dia sudahi kocokan mulutnya di penisku.

"Kenapa emang?"

"Kamu belum jawab tadi"

"Oh. Mantan gea suka cepet ngocrot kontolnya, kalo langsung colok memek. Gea baru panas, dia udah letoy"

"Masa sih?"

"Iya. Makanya gea kasih sepong dulu, kasih deepthroath. Gea kasih yang paling enak, biar crot duluan"

"Enakan di dia dong, dua kali"

"Aku juga dapet kali, kan kita enam sembilan. Sambil aku nyepong, sambil aku goser - goserin deh memek gea di wajah dia"

"Wow.... Basah dong kesemprot memek gea"

"Hahaha... Ya gitu deh. Aduh... "

"Kenapa ge?"

"Pinjem kontolnya dong kak"

"Kan udah dipake dari tadi"

"Bukan buat mulut"

"Terus?"

"Ini" jawabnya. Dia mengangkangkan kakinya.

"Udah basah kak, memek gea. Gatel banget, pengen digaruk" lanjutnya.

"Garuk?"

"Dikontolin kak. Digaruk pake kontol"

"Terus?"

"Kita ke gubuk itu yuk kak, kakak rebahan aja. Biar gea yang kangkangin kakak. Biar gea yang enakin selangkangan kakak" tawarnya.

"Oke. Deal" jawabku. Dia bangkit dari jongkoknya. Mulutnya sudah belepotan ludahnya sendiri.

"Kaak" tegurnya.

Dia berkacak pinggang saat Aku mengarahkan kameraku merendah dari wajahnya. Payudara kecil tapi mengkal, putingnya masih terlihat masuk, seperti pentil bocah. Turun ke bawah, perutnya rata tanpa lipatan lemak. Dan sampailah ke zona rahasia.

"Itu namanya jembut kak, kakak punya nggak? Lebat kayaknya. Hahaha" kata gea. Dari tadi apa tidak memperhatikan? Dasar si gea.

"Kamu rajin nyukur jembut ya ge?"

"Iyalah, risih kak kalo sampe lebat. Masa jembut gondrong. Nggak geli apa cowok ngeliatnya?"
"Tergantung orangnya sih"
"Kakak suka yang jembut lebat, rapih, atau yang mulus?"
"Aku belum liat dalemnya ge" jawabku.
"Mana ada jembut sampe belakang?" Komentar gea.
Tapi dia mengangkangkan kakinya. Bahkan dia mengangkat kaki kirinya. Kubiarkan dia berpegangan pada kepalaku. Kalau hanya bicara mengenai seks, tanpa urusan hati. Harus aku akui, vagina ini sangat menarik untuk dicicipi. Bisa aku bilang, propertinya ini termasuk kelas premium. Terawat, wangi, dan bisa squirt tentunya.
"Kaaakk" gea memekik kaget saat aku cucup vaginanya tanpa permisi.
"Emm... Gurih gee... Besok besok kalo lagi ngucek memek, jangan dibuang pejuhnya. Wadahin buat aku" pintaku.
"Hahaha.... Kakak suka? Kocok aja"
"Oke"
"Eit, jangan pake jari"
"Terus?"
"Udah, kita ke gubuk yuk. Biar gea kocokin, kakak terima hasilnya aja ya. Asal siap aja"
"Siap apa?"
"Terima semprotan memek gea" jawabnya.
"AHHH... KAAK" pekik gea kemudian.
Aku tak lantas mengikuti kemauannya. Kucolokkan jari tengahku ke dalam liang vaginanya, sambil aku cucup kelentitnya. Tubuhnya menegang sesaat, otot vaginanya berkontraksi cukup kuat, sehingga jariku sempat terjepit, seret untuk bisa aku gerakkan.
"KAKAK KAKAK KAKAAAAKKK... KE NA PA PA KE JA RIII... AH AH AH"
"Clok clok clok clok clok"
aku kocok langsung dengan tempo tinggi. Sempat gea mau berontak, tapi pegangan tangan kiriku lebih kuat dari tenaganya.
"Ah ah ah ah .... Itilku itilku itilku.... Jangan disedoooott"
"Slurrpp... Clok clok clok clok"
malah aku sedot lebih kuat kelentinya. Aku tahu dia menikmatinya, lendir birahinya semakin banyak yang meleleh.
"Itilku itilku itilku jangan disedot kaaak... Dasar... Muka itil kamu kaaakk.... Awas ya... Ah ah ah ah Aku betot kontol kakak nanti... "
"Clok clok clok clok clok"
"Kakak kakak kakak... Udaaaaah"
"Clok clok clok clok"
"Udah udah udah.... Kakakaaaaaakkk"
"SEEERRRRRR" pertahanannya jebol.
"KONTOOOOOOOLLLLL"
"SEEEERRRRR" kuhindari semprotannya, tapi badanku tak bisa menghindar.
"EEEEEMMMMHHHHH..... EEERRRGGHHH" tubuh gea bergetar. Masih aku tusukkan jariku di vaginanya.
"SEERRR" masih ada satu semprotan lagi.
"SYUUT"
"Gee"
Tubuh gea tak lagi mampu berdiri. Kakinya masih bergetar, mungkin juga lemas. Hampir dia terjatuh, untung aku sempat menangkap tubuhnya. Aku posisi duduk bersila dengan gea telungkup di atas pangkuanku. Untuk beberapa saat gea terdiam, nafasnya masih memburu. Penisku masih tegang sempurna, saat ini dia terhimpit perut gea. Bisa kurasakan setiap tarikan nafasnya. Bahkan detak jantungnya pun bisa aku rasakan.
"Emh"
gea melenguh pelan saat aku raba bokongnya. Bokong itu terlihat bulat menggoda kalau lagi polos begini. Garis belahannya seolah mengundangku untuk menjamahnya. Ada satu lubang lagi yang dia sembunyikan. Entah sudah pernah dipakai atau belum. Beruntunglah dia yang bisa mencolokkan penisnya di lubang itu.
"Sssttt"
gea mendesis pendek saat aku eluskan jariku di belahan pantatnya. Pinggulnya bergoyang saat aku telusuri belahan itu sampai ketemu belahan vaginanya. Tapi aku belum menelusupkannya sampai ke dasar belahan. Baru elusan ringan di permukaan.
"Emmh"
tak tahan aku untuk tak meremas bongkahan bulat itu. Di antara berkecamuknya benci dan birahi di hati, aku daratkan kedua telapak tanganku di bongkahan empuk itu. Aku remas remas ringan sambil sesekali aku tarik keduanya menjauh. Terlihatlah dasar belahannya, benar, ada lubang dengan kerutan yang sedang berkedut.
"Kaaak"
yang punya lubang bereaksi saat aku sentuhkan jariku di kerutannya. Pinggulnya bergoyang - goyang saat aku mengitari lubang itu. Karena tangannya sudah ikut bereaksi, itu tandanya yang punya lubang berkerut itu tidak mau lubang itu dijamah. Aku singkirkan jariku dari sana.
"Sssttt"
gea mendesis pendek saat jariku menyambangi lagi bibir vaginanya. Masih terasa basah dan licin bekas orgasmenya tadi. Tak seperti di lubang analnya tadi, aku langsung sibak belahan vaginanya sampai ketemu lubangnya lagi. Terus maju sampai ketemu kelentitnya. Aku tarik mundur lagi jariku.
"CLEP"
"KAAAKK"
jariku sudah bersarang lagi di lubang vaginanya. Masih bisa kurasakan kontraksi yang tadi membuat kocokanku seret. Karena sudah basah dsn licin, tak sulit bagi jariku untuk terus bergerak maju - mundur.
"Kakak kakak kakak.... Gea lemes kaaaakkk.... "
"Clok clok clok clok" tak kupedulikan rengekannya.
"Jangan dikocok dulu kaaak... " Gea mau berontak, tapi tangan kiriku cukup kuat untuk menahannya .
"Clok clok clok clok clok"
"Kakak jahaaat... Kenapa memek gea dicolokin muluuuu" rengek gea
"Clok clok clok clok"
"Enak kan ge?" Ledekku.
"Enak kaaakk.... Tapi gea pengen kontooolll... Ah ah ah ah"
"Pengen apa?"
"Pengen kontol kaaakk"
"Mau diapain kontolnya"
"Mau gea masukin memek kaaaakk... Mau gea entotin... Gea pengen ngentoot kaaaakkk"
"Kakak belum sange bener ge, kakak masih seneng mainin tubuh gea... Kakak makin sange kalo lihat gea sange begini... "
"Ah ah ah ah... Pake... Kontol... Aja kaaaakk"
"Clok clok clok clok"
"Kakak belum puas mainin memek gea"
"Ah ah ah ah ah... Sampe kapan kaaakk... Jangan siksa gea"
"Siksa gimana?"
"Ah ah ah ah... Ya kakak nyiksa gea pake jarii... Gea pengen kontol kaaaakkk"
"Clok clok clok clok"
"Buruan ngicrit lagi sayang, abis ini kakak kasih kontol" jawabku.
"Ah ah ah ah... Toked.... Toked.... Toked gea kaak" pintanya. Aku turuti permintaannya. Aku telusupkan tangan kiriku ke bawah tubuhnya.
"Yeeesss... Ah ah ah ah... Pilin kaan... Ooohhh... Yes yes yes yes"
"Clok clok clok clok"
"Remes remes remes"
"Clok clok clok"
"Muncrat... Muncrat... Muncrat"
"Clok clok clok clok"
"NGOCROOOOOOOOTTT"
"SEEEERRRR"
"AAAAAAAHHHHH"
"Clok clok clok clok"
"SEEERRRR"
"Eeemmmmhhhh....."
"Seerrr"
"Eeemmmhhh"
jebol lagi pertahanannya. Meski terasa sedikit dia paksa untuk jebol. Tanganku basah lagi dengan lendir birahinya. Bening tapi kental. Seperti slime transparan. Kulihat kamera yang tadi aku geletakin di tanah. Beruntung sekali dia tidak jatuh, dan posisinya pas lagi mengarah ke kita. Jadi pebuatanku mengocok vagina gea terekam dengan baik.
Aku bopong gea ke gubuk sana. Dan aku rebahkan dia di lantai kayu, tanpa alas. Cukup lama kita terdiam, hanya penisku yang tak berhenti berkedut, menanti belaian sang lawan jenis..
"Kakak rebahan aja ya"
sebuah suara mengejutkanku. Dilanjut sebuah genggaman halus di penisku. Ternyata gea sudah terbangun dari tidurnya. Tampak tubuhnya lebih segar dari sebelumnya. Meski tersenyum, masih tergambar jelas rasa haus akan kelamin lawan jenisnya. Sepertinya dia tidak mau menunggu lagi, dia bersiap untuk penetrasi.
"Sssttt... Uh... Bakalan seret kaaakk" lanjutnya.
"Basahin dulu" jawabku
"Cuh" dia meludahi kepala penisku. Dia ratakan dengan tangannya.
"Aaahhh.... Uuuhhh... "Dia mulai melakukan penetrasi.
"AAAAHHH"
aku ikutan melenguh. Gila, langsung setengah panjang penisku dia lahap. Rasanya sempit sekali. Nyaris seperti vaginanya ayu. Kalau memang cewek dengan payudara kecil punya lubang vagina yang lebih sempit, aku akan masukkan mereka dalam daftarku.
"Gimana kak, udah kerasa enak belum?" Tanya gea. Nafasnya mulai memburu.
"Mantap" jawabku singkat.
Dia tersenyum mendengar jawabanku. Dia condongkan tubuhnya ke depan, bertumpu pada dadaku. Dia memejamkan matanya, seperti bersiap untuk gerakan selanjutnya.
"AAAAAHHHH"
kita melenguh lagi bersamaan. Amblas sudah penisku dilahapnya. Tubuhnya ambruk menimpa tubuhku. Bisa kurasakan detak jantungnya berdegup kencang. Sekencang kontraksi otot vaginanya. Kubiarkan dulu dia beradaptasi dengan penisku. Mungkin sudah lama juga lubang vaginanya tidak tersumpal.
"Gea, memek kamu sempit banget, kaya perawan" bisikku di telinganya. Dia mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"Buruan kasih pejuh kamu sayang, aku haus" lanjutku.
"Gea juga haus kak" jawabnya.
"Oh ya, aku ambilin minum ya?"
"Boleh, gea pengen pejuh kakak" jawabnya. Aku terkesiap.
"Hahahaha... Ya udah yuk, kita adu selangkangan"
"Biar gea yang ngaduin. Kakak terima enaknya aja... Ssttt... Jahil deh kakak"
"Ahhh... Bisa ngempot kamu ge?"
"Bisa dong, emang cuman kakak yang bisa ngeremes? Ngeremes toked orang nggak permisi"
"Hahaha... Abis gemes, toked kamu imut, tapi kenyal banget ge. Nggak pernah diremes apa?"
"Hahaha... Mau diremes tiap hari juga toked gea tetep kenceng kak"
"Oya, keren... Sssttt...aahhh"
gea mulai menggoyangkan pinggulnya. Kuletakkan kamera di lantai gubuk, kupastikan lensanya menangkap setiap pergerakan kita. Merasakan goyangan gea, aku jadi berpikir. Mengapa setiap cewek yang punya kelebihan di propertinya, punya kelakuan yang buruk? Kalau nakal sih aku juga nakal. Tapi kalau sampai benci dan menjatuhkan orang, kan tidak wajar. Ada lagi beberapa yang pernah aku temui. Andai saja mereka punya kelakuan baik. Betah aku bermain - main dengan mereka. Beberapa menit gea menggoyang pinggulnya dengan posisi bersimpuh. Tanganku dibawanya kembali ke payudaranya. Aku remas - remas ringan, terasa kecil tapi kenyal.
"Aahh... Gee" lenguhku.
Gea tersenyum mendengar lenguhanku. Dia merubah posisi, dari bersimpur menjadi jongkok. Perubahan posisi itu menyebabkan gesekan yang nikmat kurasakan. Dia meminta uluran tanganku. Dia raih kedua tanganku, disatukannys jemari tangannya dengan jemari tanganku. Kita saling menggenggam satu sama lain.
"Aaaaahhh... "
"Eeemh... Emh emh emh"
"Ah ah ah ah ah" kita melenguh bersahut - sahutan.
"Plok plok plok plok"
gea mulai mengayunkan pantatnya naik dan turun. Suara benturan selangkangan kita terdengar menggiurkan. Siapapun yang mendengar suara selangkangan kita pasti ingin bergabung.
"Kak kak kak kak"
"Yes yes yes yes"
"Gede gede gede gede"
"A... Pha... nya... Gee?"
"Ah ah ah ah... Kon... Thol... nya kak"
"Oh oh oh oh... Enak nggak?"
"Bha... Nget... Kak.... Phan... Jang... Lagi... Emh emh emh"
"Phan... Te... San... Man... Than... Gea... Suka... Bocor... Emh emh emh"
"Khen... Napa... Emang... Khaak"
"Ah ah ah... lu... Bhang... Ngen... Thot... Ka... mu... Sem... Phit... Ba... nget... Ge... "
"Lu... Bhang... A... Pha... ?"
"Lhu... Bhang... Ngen... Tot"
"A.. pha... I... Tu... Khak?"
"Ya... Lu.. bhang... Bu... At... Di... En... Thot... Bu... At... Nge... Na... Kin... Kon... Thol... Sa... Nge"
"Cu... Man... Buat... Ngen... Tot... Do... Ang... Kak?"
"Bu... At... Bhu... Ang... Pe... Juh"
"E... Mang... Pe... Juh... Ha... Rus... Di... Bu... Ang... Kak?"
"I... Ya... Dong... Ka... Lo... Nggak... Di... Bu... Ang... Bi...kin... Pu... Sing"
"Se... Ming... Gu... Be... Ra... Pa... Ka... Li... Kak... Buang... Pe... Juh?"
"Ti... Ap... Ha... Ri"
"What? Me... Mek... Sia... Pa.. kak... Yang... Di... Pe... Ju... Hin"
"Ba... Nyak... Tapi... Ka... Lo... Da... Ru... Rat... Ya... Pa... Ke... Ta... Ngan"
"Ah ah ah ah... Sa... Yang... Kak... Ka... Lo .... Pa... Ke... Ta... Ngan.... Ke... Ko... San... Ge... A... A... Ja... Kak"
"Kan... Te... Ngah... Malam... Ge"
"Ge... A... Siap... Di... Pa... Ke... Ka... Pan... A... Ja... Kak"
"Emh... Emh... Emh... Be... Ne... Ran... Ge?"
"Be... Ner... Kak... , Ka... Lo... Pun... Ge.. a... Ngan... Tuk... Be... Rat... , Pe... Lo... Ro... Tin... Aja... Ce... La... Na... Ge... A... Kak, lang... Sung... En... Thod... Aja... Sam... Pe... Pe... Juh... Ka... Kak... Ke...lua... Ar... Ah ah ah ah"
"KAAAAKKK" gea menjerit kencang.
"PLOK PLOK PLAK PLAK PLAK"
Aku ikut bergerak dari bawah. Aku sodok vagina geda dengan tempo cepat. Aku pengen tahu reaksinya bagaimana. Dia langsung tengadah dengan mulut menganga.
"Kakaaaakkk.... Jangan... Kenceng... Dulu... " Rengeknya.
"PLAK PLAK PLAK PLOK PLOK PLAK"
"Kakak jahaaaattt.... Memek gea jangan... Di hajar... Dulu... "
"Aku haus ge, aku haus... Aku pengen minum... "
"Kak kak kak kak kak kak"
"Plok plok plok plok"
"Kamu jahat kaaak... Memek gea dibikin bo... CHOOOORRR"
"PLAK PLOK PLAK PLAK PLAK"
"KAAAAAAAKKKK"
"PLOP"
gea menarik vaginanya dari penisku. Aku langsung bangkit dari rebahanku. Gea berdiri dan mendekat ke depan. Aku duduk tepat di depan selangkangan gea.
"PEJUUUUUHHHH"
"Clek clek clek clek"
dia mengucek vaginanya di depan mulutku. Aku buka mulutku bersiap menerima semburan orgasmenya.
"SEEEEERRRR"
"MINUM NIH KAAAAKKK"
pekik gea tanpa malu. Ditariknya kepalaku mendekat ke selangkangannya. Otomatis bibirku menempel erat dengan bibir vaginanya.
"Glek"
aku meneguk lendir birahi gea. Luar biasa, sekali semprot, mulutku tak mampu menampungnya. Tak mungkin juga aku buang, karena kepalaku ditahan erat tangan gea.
"SEEERRRR... "
"PEJUUUHHH... LAGI NIH KAAAAKKK"
"SEEEERRR"
"ANJIIIIIING... ADA LAGI KAAKKK... "
"SEEERRR"
"EEREEMMMMHHHH"
"GLEK... GLEK... GLEK"
empat kali semprotan dalam sekali orgasme. Cukup membuat tenggorokanku segar. Kenyang juga perutku dibuatnya. Kaki gea bergetar hebat merasakan orgasme tadi. Dia menggelosor ke bawah, dan duduk di pangkuanku. Kuletakkan tanganku ke belakang, menahan berat tubuhku dan tubuhnya. Sejenak kubiarkan dia menikmati orgasmenya. Rasa romantis tiba - tiba menyeruak dari dalam hati. Ah, seandainya aku bisa beromantis ria dengan ayu lagi.
"Kak" panggil gea buka suara.
"Ya"
"Kakak belum muncrat ya?"
"Hehe"
"Kakak mau gaya apa lagi?"
"Emang udah redaan orgasmenya?" Kataku balik bertanya. Gea tersenyum
"Udah kak. Enak banget tahu kak"
"Banget?"
"Iya. Sensasi ngangkangin mulut kakak tuh, sesuatu banget pokoknya"
"Berdiri yuk" ajakku.
"Kakak pengen gaya berdiri? Hayu" jawab gea. Dia lantas bangkit dari pangkuanku.
"KAAAKKKK.... AAAAWW"
gea memekik kencang, aku tahu dia sangat terkejut. Tanpa aba - aba, aku langsung pegang pinggangnya lalu angkat dia ke udara dengan posisi kepala di bawah. Aku peluk erat pinggangnya agar posisinya tidak merosot. Kakinya menjulang ke atas.
"PLAK"
"ADOOW" penisku ditampar gea.
"Dasar kontol kurang ajar, bilang dong kalo mau ngentot mulut. Badan orang dikata bonek.... AAAAHHH" Gerutunya pada penisku. Tapi dia tak sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Ah ah ah ah awas kamu kontooolll" desah gea
"Crupp... Ceupp... Serrtt... Sluurrrpp" aku seruput dan nikmati vaginanya. Gurih, tidak bau.
"EEEMMMMM" giliran aku melenguh.
"OUM.... "
gea memasukkan penisku ke dalam mulutnya, tapi hanya sekali. Dia keluarkan lagi untuk kemudian dia jilati seluruh permukaannnya. Tak ketinggalan kantong pelerku dia emut satu per satu.
"Cruupp... Cup... Sluurpp" suara sedotan mulutku
"Emmhh... Emh emh... " Suara gea teredam
"Ouk ouk ouk ouk" penisku berselancar lagi di dalam mulutnya.
"Oh oh oh eemmhh... Sluurrpp" aku terlanjur bermain dengan nafsuku sendiri.
"OUK OUK OUK OUK"
bukan aku yang mau, tapi gea yang meminta. Dia memegang pantatku dan menarikku maju. Atau dengan ata lain, dia berpegangan pada pantatku untuk bisa bergerak maju mundur. Dibilang yang manapun, sama saja aku menggenjot mulutnya, dari arah yang berbeda.
"Emh emh emh emh"
dia juga melenguh sedikit memekik. Mungkin nikmat rasanya saat aku tegangkan lidahku dan aku tusukkan ke liang vaginanya. Kakinya dia dilangkan di leherku meski tidak sempurna. Tapi cukup untuk bertumpu, dan menggoyangkan pinggangnya. Menggoser - goserkan selangkangannya di wajahku.
"Ouk ouk ouk ouk"
"Emh emh emh emh"
Suara selangkangan dan mulut kami saling bersahutan. Meskipun terbalik, tak menghalangi vaginanya untuk mengalirkan lendir pelumasnya. Mungkin karena gerakan ototnya, lendir itu masih bisa meleleh keluar. Rasa khas lendir vagina sangat terasa di lidah. Otakku sudah terbuai dengan aromanya. Semakin meleleh semakin aku ketagihan untuk menyeruputnya. Sesekali aku gelitiki lubang analnya. Kedutanya menghasilkan lendir yang lebih banyak. Apalagi kelentitnya. Setiap aku sedot, lendirnya lebih banyak lagi yang keluar. Bedanya, lendir pelumasnya lebih kental.
"Ah ah ah ah... Geeeee" aku melenguh merasakan nikmat di selangkanganku.
"Ouk ouk ouk... Oooookkk.... Khhhh" tak bosan - bosannya dia memberiku deepthroath.
"Kakak kakak kakak... Bool gea jsngan dicolookk... Aduh aduh... Itil... Itil... Itil gea jangan disedooottt"
"Clok clok clok clok clok" tangan kananku masih memaksa mengocok lubang analnya. Meski riskan jatuh sih.
"KAKAAAAAAAAAAKKKKKK" gea berteriak kencang
"Emhh"
aku terkejut, kakinya menegang menjepit kepalaku. Untuk kedua kalinya mukutku harus menjadi tempat pelampiasan birahi vagina gea.
"KONTOOOOOOLLLL"
"SEEERRRR.... " Semburan hangat tak bisa semuanya aku tampung.
"JEMBUUUUUT"
"Seerrr"
"EEEERRRGGGHHHH"
Kali ini aku tak berniat meminum lendir birahi gea. Kubiarkan saja semburan itu terbuang percuma. Aku tertawa kecil mendapati penisku dibetot sama gea. Kuturunkan tubuhnya, namun masih kutahan untuk duduk. Dan aku di belakangnya memeluk. Nafasnya memburu, empat kali orgasme mungkin baru ini dia rasakan. Rambutnya mulai semrawut. Kubiarkwn sejenak dia istirahat. Aku juga bersiap untuk mencari kenikmatanku sendiri. Kuhela nafas panjang untuk memukihkan tenagaku.
"Pegangan sana" perintahku, setelah sepuluh menit beristirahat . Gea lantas membungkuk berpegangan tiang penyangga atap.
"aaaaahhhh"
kita melenguh lagi. Tak seseret tadi saat pertama, penetrasi kali ini cukup lancar kulakukan.
"Ah ah ah ah... Tokedku kaakkk... Yeesss... Pilin pilin... Aduh... Kontol kakak enak banget kak" lenguh gea.
"Memek kamu juga sempit ge, enak banget rasanya. Ati - ati ya. Kalo aku ketagihan, beneran aku sambangi tengah malam.
"Ah ah ah ah... Gea... Siap... Kak... "
"Emh emh emh... Siap apa?"
"Siap buat kakak sambangi tengah malam.... Siap buat kakak entotin... Siap buat jadi tempat buang pejuh"
"Oh oh oh... Kamu kos sendirian ge?"
"Ah ah ah ah... Berdua kak... "
"Cowok?"
"Cewek"
"Terus kalo kita ngentod, dia liat, gimana?"
"Ya kasih aja. Kan enak dapet memek dua"
"Wow, emang dia bisa dientot gitu"
"Bisa kak. Bispak juga dia. Nononya tembem, mulus lagi. Kalo lagi bokek, bisa di BO dia"
"Oh oh oh oh.... Mantaap... Ngadep sini ge!" Pintaku. Aku lepas penisku dari vaginanya. Aku putar tubuhnya jadi menghadapku. Kuangkat kaki kirinya.
"Slleeeeeeeppp"
"Kaaaaakkkk"
"Emh... " Aku melenguh kecil. Kutatap matanya, indah sebenarnya, dan bikin geregetan. Andai sifatnya seperti ayu.
"Kak... Goyang dong" pinta gea membuyarkan lamunanku. Da menggelayut manja di leherku.
"Oh iya"
"Emh.... Sssttt... Aahh.... "
"Cup... Sluurrpp... Cupp"
kuselingi goyanganku dengan ciuman. Perlahan tapi pasti, rasa gatal di batang penisku semakin menjadi. Semakin sku gesek, semakin nikmat. Pentil payudara gea sesekali menggesek puting dadaku. Menciptakan sensasi geli, hangat, dan rangsangan birahi. Gea tersenyum manis setiap kali ciuman kita terlepas. Matanya yang sayu menggambarkan kenikmatan yang sedang dia rasakan di selangkangannya.
"Ge, aku gendong ya?" Tanyaku di tengah genjotan
"What? Serius kak?" Responnya tak percaya
"Sini" pintaku.
"KAAAKK.... SSSSTTTT... EEMMHHH "
Aku posisikan tangan gea agar bisa berpegangan pada tengkukku. Perlahan aku angkat kaki kanannya ke udara. Karena gea belum siap, otomatis tubuhnya terhentak ke bawah. Dan tahu apa yang terjadi? Ya, penisku amblas seketika ke dalam liang birahinya.
"AAAHH... KAKAK... KAKAK... KAKAK... OH OH OH"
"PLOK... PLOK... PLOK... PLOK... PLOK"
saking gatelnya penisku, langsung aku mainkan pantat gea. Dengan kedua tanganku aku gerakkan pantatnya naik turun. Dari bawah kusambut dengan gerakan pinggulku. Begitu selangkangan kita bertemu, suara tumbukannya lebih keras dari sebelumnya.
"KAK... KAK.... KAK... GI... LA...."
"Ah ah ah ah ah... Gea... Gea... Gea"
"Ken.... Na... Pa... Khak?"
"Ah ah ah ah ah"
"Barengan kak... Bareng..... Ah ah ah ah"
"PLAK PLAK PLAK PLAK"
"AH AH AH AH AH GEA GEA GEA GEA"
"KAKAK KAKAK KAKAK... "
"PLOK PLOK PLOK PLOK"
"AKU MUNCRAT GEEEEEE.... "
"GEA JUGA KAAAAAAKKK.... "
"PLOK... PLOK PLOK PLOK"
"GEEEEEE"
"CRROOOOOTTT..... "
"KAKAKAAAAAAKKK"
"SEEEERRRR"
"OOOOOORRGGHHHH"
"AAAAAAAAHHHH"
spermaku menembak begitu kuatnya. Disambut semburan vagina gea yang tak kalah dahsyatnya. Relung selangkangannya tak sanggup menampung limpahan lendir yang begitu banyak. Tak ada jalan lain kecuali meleleh turun, keluar menuju udara bebas. Sangat terasa di pahaku, lendir kental milikku dan lendir encer milik gea.
"CROOOOOTTTT"
"Eeerrrmmmhhh"
"SEEEERRRR"
"Kaaaaaaaakkk"
"GUBRAK"
"AWWW... KAAKK"
kakiku bergetar hebat, orgasme ini cukup menguras energi. Aku terjatuh ke belakang, kembali rebahan seperti tadi. Gea terkejut merasakan dirinya terjun bebas. Tapi tetap saja mendaratnya di tubuhku.
"Hahahaha"
kita tertawa bersama menyadari kekonyolan tingkah kita sendiri. Kulihat gea tertidur. Lelah memang meski tak seberapa. Itu karena gea sudah tiga kali squirt. Wajar kalau dia lebih lelah dari aku. Nikmat sekali rasanya orgasme sambil berdiri. Hujaman demi hujaman tubuh gea terasa lebih berat dan penuh. Lebih muncak. Akupun memutuskan ikutan tidur.
"Kak" sebuah suara membangunkanku.
"Emh" aku pun bangkit dari tidur, dan duduk.
"Udah mau gelap kak. Apa nggak sebaiknya kita pulang?" Kata gea.
"Oh iya. Yuk"
jawabku singkat. Aku ajak gea untuk sekedar membasahi badan di air terjun. Dinginnya air terjun membawa kesegaran untuk tubuh kita. Tak lama-lama kami di air terjun, kuajak gea kembali ke vila.
"Makasih ya ge, atas perkenalan yang nikmat tadi" kataku saat sudah di dalam mobil. Kita sedang dalam perjalanan menuju kota.
"Sama - sama kak. Gea juga puas, bisa squirt tiga kali" jawabnya
"Tiga?" Tanyaku pura - pura tidak tahu.
"Eh dua ding. Hahaha" jawabnya tergagap, tapi ditutupi dengan tawa.
"Aku anter kemana nih?"
"Emm, ke rumah aja deh kak. Ada yang mesti gea ambil" jawabnya.
"Oke"
kuturuti apa yang dia minta. Aku potong jalan agar lebih cepat sampai. Kalau lewat kota, harus memutar lagi, dan itu lebih jauh. Dengan memotong jalan, aku bisa memangkas waktu sampai sepuluh menit lebih. Seperti tadi di cafe, banyak mata yang memperhatikan lambo orange ini. Karena kita harus masuk gang agar sampai tepat di depan rumahnya.
"Ih, ngapain sih bapak sama ibu bantuin mereka segala?" Gerutu gea.
"Emang mereka siapa?"
"Ortunya ayu kak. Pinter banget kalo masang wajah memelas"
"Loh, kayaknya beneran butuh bantuan itu"
"Dih, bisa bisa mereka aja itu" gerutu gea lagi. Ini yang aku tidak suka.
"Mampir kak" tawarnya.
"Makasih ge, udah mau malem. Aku langsung aja ya"
"Oh, iya. Makasih ya kak" jawabnya.
Dia keluar dari mobil diiringi riunya suara bocah - bocah. Mereka menyoraki gea, mereka kepo dengan aku. Tak kupikirkan mereka, aku langsung pergi meninggalkan mereka. Sekilas aku lihat kedua orang tua ayu. Terlihat ibunya seperti agak sakit. Tapi ayu tidak bilang kalau ibunya sakit. Ah dasar si ayu, minta hanya sekedarnya saja. Besok ibunya harus dibawa ke dokter, biar cepet sembuh.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd