Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KOPI SUSU

Dear Suhu Suhu


Ruslan "Ale' Pettu akan turun gelanggang pukul 18.30 WIB.

stay tune yah......
Hati2 Bro n Sist semua..
Suhu Elkintong hanya menyebutkan jam saja loh..
18.30..

Tapi sepertinya beliau lupa menyatakan tanggalnya..

Bisa 18.30 hari ini..
Bisa 18.30 esok hari..
Bisa 18.30 lusa..

Wkwkwkwkwkwk..

Hari ini yaa please suhu Elkintong....
 
BAB XX

NO ALE, NO PARTY


Hari minggu pagi Ale seperti biasa mengerjakan tugas rutinnya pagi ini, dia mencuci semua mobilnya yang ada, membersihkan garasi, menyiram bunga dan membersihkan kandang burungnya Koh Alvin, setelah semua selesai dia akan mandi siap-siap ke toko lagi.

Fany tiba-tiba muncul di depan Ale

“ale, hari ini libur yah, kita mau ke kondangan saudaranya si Koh nikah Tangerang” ujar Fany

Ale sedikit kaget mendengarnya

“oke siap Ci Boss...’

“lu istirahat aja hari ini....” perintah Fany

“siap Ci Boss”

Ale agak menunduk, tapi kepala atasnya yang menunduk, kepala bawahnya justru mulai mendongak. Bajingan nih pentungan bisik Ale dalam hati.

Bagaimana pentungan Ale tidak bereaksi, Fany keluar hanya dengan tanktop dan celana pendek banget. Pentilnya benar-benar nyeplak, dan pangkal pantatnya juga terlihat. Keseksian Fany pagi ini meski belum mandi, tapi sudah membuang cobra hitam Ale menggeliat dari balik celana pendek

“apa liat-liat?” bisik Fany

Ale diam aja

“”pengen lu?”

Ale hanya tersenyum lalu menganggukan kepalanya

“makanya jangan diulangi lagi.....”

“iya siap Ci Boss....”

Fany langsung masuk ke dalam rumah lagi, dia seperti sengaja memancingnya dengan dandanan seperti itu, membuat Ale hanya bisa menahan diri dan membujuk cobra hitamnya untuk bersabar. Sabar kau nyong, perempuan kalau lagi dibutuhkan suka reseh begitu memang.

Karena mendengar Ci Fany dan Ko Alvin akan ke Tangerang, berarti siang ini dia bisa datang ke Tante Berta lagi. Aih, dia ingat Tante Berta sudah dua kali dia goyang dan bertekuk lutut terus di depan Ale.

“Cuma ngana yang bekeng Tante pusing.... pusing karena minta tambah ...” celoteh Tante Berta ketika itu.

Dan belum juga dia mau wa tante Berta, dia lihat di status tante Berta di whatsapp

Berkebun dengan suami tercinta, I love you My Husband

Bajingan, tai puki lah. I love you, My Husband?? Tai laso lah. Love husband tapi kena patok beta punya cobra bilang minta tambah, suami lemah lah Cuma beta yang bikin dia puaslah. Aduh, wanita memang dimana mana kadang susah ditebak isi hati sama isi otaknya, isi celananya saja yang yang sama, tidak ada yang melintang, semua membujur garisnya.

“ale....”

“siap Koh Boss...” dia segera keluar dari kamarnya, dipanggil oleh Alvin soalnya.

“lu siap-siap, ikut kita ke Tangerang..”

Waduh

“kita ada kondangan, jadi lu ikut biar nyetirin karena gue kalo nyetir jauh-jauh suka ngantuk....” kilah Alvin

“oke siap Koh Boss”

“lu ada kemeja kan?”

“ada Koh Boss.....” jawab Ale

“yah sudah, jam 8.30 kita jalan, soalnya acaranya jam 11 siang ini.

Ale dengan cepat berkemas, mandi dan bersiap siap untuk jadi sopirnya Boss ke Tangerang hari ini. Dia lalu mengeluarkan celana panjang jinsnya, kemeja batiknya dan sepatu putih yang dibeliin oleh Ci Bossnya.

Jam 8 pagi dia sudah siap, sempat sarapan dulu dan minum kopi, memanaskan mobil. Hari ini dia bawa fortuner punya Boss.

Jam 8.35 semua sudah siap. Thomas dengan kemeja batik dan celana jinsnya juga sudah siap, Koh Alvin dengan kemeja putih dan celana kain dan dasi, jasnya dia digantung di bagasi belakang. Dan yang bikin Ale telan ludah ialah penampilan Ci Boss nya yang luarbiasa. Dengan gaus pesta setali warna merah, rambutnya yang dibiarkan tergerai meneutupi pundaknya yang mulus, membuat Ale terkesiap dan memuji dalam hatinya, luarbiasa cantiknya ratu hatiku ini.

Dalam perjalanan, Ale menyetir Fortuner. Biadap, pikir Ale, beta macam raja minyak saja naik Fortuner. Biasa tarik angkot plat hitam di Sofifi, kini dia bawa fortuner. Thomas duduk disampingnya dan sejoli Alvin dan Fany duduk di kursi belakang. Dan selama perjalanan lewat kaca spion tengah atau centre mirror, Ale diam-diam suka mengintip ke belakang curi pandang ke Fany

Fany bukannya tidak tahu, dia dengan setengah tersenyum sambil sesekali mengangkat lengannya keatas pura-pura membereskan rambutnya, dia memang iseng menggoda Ale. Maklum sudah beberapa hari dia ngambek tapi aslinya dia juga pengen mendapat sodokan maut pentungan Ale. Rasain lu, pikir Fany, emangnya enak sange menahan pengen diewong.

Hampir dua jam perjalanan akhirnya mereka tiba di hotel tempat acara pernikahan berlangsung. Ale masuk ke lobby hotel, Alvin dan Thomas segera turun, sambil mengambil jasnya.

“ale lu cari parkiran dulu aja, nanti ikut masuk aja biar makan didalam” perintah Koh Alvin

“oke siap Koh Boss...”

“gue belum selesai make up, kalian berdua Thomas masuk aja dulu, nanti gue nyusul...” ujar Fany

“ya sudah....”

Ale lalu mencari parkiran di karena di halaman hotel ramai, akhirnya dia masuk ke basement dan nemu parkiran kosong di pojokan.

“nyalain dulu lampunya Ale” ujar Fany

Ale lalu menyalahkan lampu dalam mobil, Fany lalu memperbaiki riasannya sejenak. Dia keluar lalu masuk di kursi depan, mematut wajahnya di kaca spion tengah sambil memiringkan wajahnya, dan memeriksa riasan wajahnya

“udah oke ngga?”

“udah Ci Boss...” ujar Ale yang duduk disampingnya

“matiin lampunya”

Ale lalu mematikan lampunya

“kangen ngga lu....” tanya Fany agak lembut setelah lampu kabin mati.

“kangen banget Ci Boss....”

Fany meliriknya dengan senyuman

“keren juga lu pake batik.... itu sepatu yang gue beliin?”

Ale tertunduk malu

“iya Ci Boss....”

Tangan Fany lalu terulur mengelus pentungan Ale dibalik celana jinsnya

“apa kabarnya dia.....??”

Ale kaget mendapat elusan dari Ci Fany

“ih...ngaceng yah....” terkikik Fany begitu mengelusnya langsung bangun cobra hitam Ale

Ale malu hati dan tertunduk

“bukain dong....” ujar Fany

Dia sambil melirik kiri kanan takut ada yang datang. Ale lalu menurunkan retsluitingnya, dan kemudian membuka kancing jinsnya, lalu menurunkan celana dalamnya, dan pentungan hitam yang kini sudah mengeras keluar dari sarangnya

“aduh....keras banget...” tangan lembut Fany mengelus batang pentungan Ale. bibirnya digigit sendiri, terlihat aura gemas dari mukanya.

“nanti pulang yah kita tuntasin.....” sambil mengelus lembut

Ale bingung, kirain dia mau disepong di mobil makanya minta dikeluarin.

Namun dia kembali ke prinsip awal, hormati boss mu, sayangi dia, dan beri jika dia minta

“siap Ci Boss.....”

Sebelum turun, Fany tiba-tiba mencium Ale dengan lembut. Ale kaget mendapat ciuman dari boss nya. Untung dia masih sadar, ingin rasanya dia telentangi si Ci Boss di jok belakang dan dihajar dengan putaran tinggi, tapi dia sadar diri lokasinya sangat rawan.

Fany lalu berjalan duluan, dan Ale mengikuti dari belakang. Dia mengagumi kecantikan boss nya ini. Badannya bagus, pantatnya besar, buah dadanya juga masih oke, dibandingkan Tante Berta, Ci Fany jelas jauh lebih indah, selain lebih muda, Ale lebih suka dengan boss nya ini dalam bercinta, meski dia juga sebenarnya dapat durian runtuh gara-gara dengan Tante Berta. Tapi jika disuruh memilih, Ci Boss nya ini jauh lebih indah dan ewetable banget.

Ale lalu membaur dengan undangan, sesekali dia melihat Thomas yang sedang main dengan saudara saudaranya, dan dari jauh dia juga melihat ci Boss pujaaan hatinya sedang ngobrol dengan saudara-saudaranya juga. Ini sebenarnya pernikahan saudaranya Koh Alvin, makanya yang hadir banyak saudara Koh Alvin saja. Ale macam tiang listrik tidak ada yang tegur, tapi biarlah, makan gratis kata Ale, sambil sesekali cuci mata dengan panlok-panlok yang berseliweran.

Melihat Ci Fany dari jauh ale merasa sangat bersyukur. Dia tidak bisa membayangkan betapa Ci Fany sudah sangat baik kepadanya, memberi kerjaan, gajinya dinaikan, tinggal dan makan gratis, dikasih juga barang empuk yang dia Cuma bisa mimpi selama ini, tapi jadi nyata gara-gara dikasih sama Ci Boss.

Sedangkan Koh alvin dia lihat sedikit-sedikit lihat ponselnya. Dia tahu bahwa Koh Alvin ini ada wanita lain, namun dia tidak ingin turut campur, baginya urusan Koh Boss itu ranah pribadi yang tidak perlu dia turut campuri, karena dia pun sama bajingannya dengan Ko Boss nya, malah lebih parah lagi Ci Boss nya yang di hantam sama dia.

Jam 3 sore acara akhirnya selesai, dan Ale yang sedang menunggu diluar ditelp oleh Koh Alvin, agar segera mengambil mobil dan menjemput mereka di lobby. Begitu semua naik, segera mereka jalan balik pulang ke arah rumahnya.

Thomas tadinya ingin tinggal lebih lama, karena banyak saudaranya yang seumuran dengan dia datang, namun karena kakanya yang dari Pontianak tidak datang, Alvin tidak mengijinkan, lagipula besok harus sekolah, jadi Thomas ikut kembali ke rumahnya

Jam 5 sore mereka tiba di rumah, sedikit kelelahan mereka. Thomas langsung naik ke atas, bagi dia handphone adalah teman dia yang paling menyenangkan. Ale juga demikian langsung mencuci mobil, masuk kamar dan kemudian mengecek kondisi di luar rumah, seperti biasa yang dia lakukan

“ale...” panggil Koh alvin

“siap Koh Boss...”

“Antar gue ke bengkel...”

“siap Koh Boss...”

Meski heran, karena setahu dia bengkel dan toko bangunantutup hari ini, dan meski buka pun jam 6 malam pasti sudah tutup, pasti karyawannya sduah pada pulang. Tapi dia mengiyakan saja.

“nanti gue wa jemput gue yah....” ujar Koh Alvin setiba di bengkel yang memang sudah tutup.

“iya siap Koh Boss...”

Dia segera balik dan pulang ke rumahnya, dia tidak mau kejadian kayak kemarin lagi, meski ini masih jam 6 sore. Suasana rumah sudah sepi, Mbak Ratmi jam segini sudah tidak akan turun, Thomas apalagi, makan di kamar hingga tidur pasti dikamar dia, Ale lalu membersihkan dirinya, memakai celana pendek dan kemudian masuk ke dapur, mengambil minuman dan makanannya, masuk kamar lagi makan dan setelah selesai kemudian mengembalikan piringnya ke dapur.

Saat dia di dapur tidak lama kemudian keluarlah Ci Fany, sepertinya dia tertidur sejenak tadi, kini mukanya agak segar dan hanya menggunakan daster setali. Dia tersenyum melihat Ale yang mau melotot melihatnya yang hanya dengan daster pendek seksi dan lengannya setali. Buah dadanya yang bergoyang dan pahanya yang mulus menjadi santapan matanya Ale.

“udah lu anterin si Alvin?”

“sudah Ci Boss..”

“nanti lu jemput lagi?”

“iya Ci Bos...”

“jam berapa?”

“ngga bilang Ci Boss, palingan jam 9 jam 10...”

Lalu Fany tersenyum

“lu cek dulu keatas....”

“iya ci Boss....”

Ale naik keatas mengecek Mbak Ratmi dan Thomas, pintunya semua tertutup, lalu dia segera turun kebawah. Fany yang menunggunya lalu memerintahkan mengunci semua pintu, dan setelah Ale menguncinya, dia menunggu didepan pintu kamarnya.

“di kamar gue aja....” bisik Fany

“ngga apa2 Ci Boss?” tanya Ale kaget.

“justru kalau disini, Ratmi ngga curiga kalau di turun makan, kalau di kamar tamu malah dia curiga..” kilah Fany

Iya juga yah, jika dikamar ini disangkanya Alvin yang didalam.

Ale berdebar kencang jantungnya, baru kali ini dia diajak bercinta di ranjang kamar tidurnya Ci Boss nya. Selama ini mereka kalau tidak di kamar depan, mereka di kamarnya Ale yang sempit dan terbatas untuk acara banying-bantingan.

Ale masuk kedalam kamar mewah itu, ranjang besarnya terlihat rapih dan teratur

Fany langsung menarik badan Ale dan memeluknya, dia mencium bibir Ale dengan penuh nafsu, sudah hampir seminggu goa kenikmatannya tidak ditembusi pentungan sakti yang hitam milik Ale, membuat dia berkedut kedut membayangkannya, apalagi tadi di mobil dia sempat menyentuh pentungan itu, membuat dinding vaginanya makin banjir.

Bibri Ale melumat dengan penuh nafsu bibir Ci Bossnya, dari tadi dia hanya bisa memperhatikan dan mengagumi kecantikan istri boss nya ini, dan sekarang dia baru merasakan kembali lembutnya bibir Fany, setelah absen beberapa hari.

Tangan Ale meremas buah dada Fany dibalik dasternya, dan sambil berciuman Fany lalu membuka kaos Ale, kulit Ale yang hitam legam dan badannya yang atletis memang kontras sekali dengan kulit mulus Fany yang nyaris tanpa cacat. Celana Ale diturunkan oleh Fany, termasuk celana dalamnya juga, dan kini Ale sudah bugil, batang pentungannya yang mengacung bebas, kini berayun di depan Fany

Ci fany lalu duduk di pinggiran tempat tidur, dia menarik Ale agar mendekat, dan bibirnya yang merah merekah itu lalu membuka dan melahap cobra sakti Ale yang kini tegang akibat rangsangan yang tertahan dari dalam perjalan tadi.

Lembutnya bibir dan lincahnya lidah Fany, kini bergantian dan menyentuh batang kontol Ale, dia dibuat meringis nikmat mendapat jilatan di batang kontolnya itu. Tangannya membelai rambut wanita cantik itu, dan membiarkan bibir yang indah melumat batang hitamnya, Ale merasa luar biasa untungnya dia, karena mendapat rejeki seindah ini, batang kontolnya dilumat oleh wanita secantik Fany.

Mulut Ale saling menggigit bibirnya sendiri, sementara Fany dengan gemas dan penuh nafsu melumat batang kontol berurat milik Ale, dia benar-benar dibuat jatuh hati dengan keperkasaan si hitam ini, batangnya yang besar kini sangat tegang, dan panjang, membuat vaginanya basah dan puting buah dadanya kini menegang kencang

Ale lalu mengangkat wajah boss nya ini, dengan beringas Ale melumat bibir Ci Fany, bibir lembut itu dilumat dengan bibir hitam Ale, sementara tangannya meremas buah dadanya yang menggantung, dan dapat dirasakan oleh Ale bahwa dibalik daster mini itu boss nya tidak mememakai beha lagi.

Dengan sekali angkat dia membuka daster bossnya yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Dia lalu menunggingkan Ci fany, lalu menarik celana dalam hitamnya dan kini dengan posisi menungging, Ci Fany sudah telanjang tanpa sehelai benang pun. Bibir ale lalu menyerang vaginanya dari belakang. Pantat Fany yang menungging dan kakinya terbuka lebar, memudahkan Ale untuk memaminkan bibir vaginanya dari belakang, kadang lidahnya menjulur menyapu bagian antara lubang pantatnya dan lubang vaginanya, dan itu membuat Fany berteriak kecil kegelian.

Kini vagina Fany yang sudah basah, semakin basah karena lidah dan bibir Ale bergantian disitu melumatnya. Tangan Ale kini meremas pantatnya dengan penuh nafsu, pantat putih mulus dan indah itu membuat nafsu Ale semakin naik dan berderu.

Dia lalu memposisikan dirinya di belakang Fany, dan kemudian kontolnya mulai diarahkan untuk ditembakan. Batang petungan yang berurat hitam itu lalu masuk ke dalam vagina Fany setelah dengan penuh perasaan dan pelan-pelan dia mendorongnya, dan sambil dia mendiamkannya sesaat, buah dada Fany yang menggantung bebas diremas dari belakang.

Ale lalu memaju dan memundurkan pantatnya, Fany sedang dalam posisi menungging, tangannya bertumpuh di tempat tidur, matanya berkejap kejap menerima sodokan pentungan Ale dari belakang, dan bunyi hantaman pinggul Ale ke pantat Fany, menciptakan irama yang membuat mereka semakin dalam dan kencang menautkan kontol ke vaginanya Fany

Posisi Ale di belakang Fany bagaikan sosok interracial dalam film jepang. Kulit putih dan wajah cantik oriental dipadukan dengan wajah seram dan kulit hitam dari kawasan timur menjadikan pergulatan mereka jadi seperti sebuah siluet hitam putih yang indah.

Fany benar-benar merasakan kepuasan indah yang dia tidak pernah temukan dari pria yang sbelumnya pernah dengan dirinya. Pentungan hansip Ale memang berbeda, cara dia memperlakukan wanita dengan penuh hormat serta lumatannya di setiap inchi tubuh Fany, membuat wanita ini merasa sangat dihargai oleh gentlenya pembantu dia ini, dan itu yang membuat dia suka, senang dan menikmati setiap masuk dan keluarnya pentungan itu di memeknya

Kini dia dibuat mau meledak lagi, beberapa hari dia tidak merasakan indahnya bercinta membuat dia seperti merindukan betapa kuatnya pentungan ini, dan sodokan Ale kali ini kembali membuat dia takluk, rasanya dia tidak mampu menahan, sodokan pentungan yang penuh di memeknya, remasan serta jepitan jari di pentil buah dadanya, serta ciuman Ale di bibirnya dari belakang, membuat dia tidak mampu manahan lagi

“ahhhh ......oouhhhhhh...aohhhhhh....ale....gue keluar...ale....gue keluar.....teriak Fany sambil meremas seprainya erat-erat, dia berteriak diri dambil wajahnya menengadah keatas ke arah plafon, dan Ale seperti membiarkan Bossnya mencapai duluan orgasmenya.

Dia sangat menikmati melihat Ci Fany yang puas dan berteriak saat orgasme seperti ini, kepuasan dia sebagai pria, sebagai asistennya Fany dan juga sebagai kaum bawah lalu berhasil membuat boss seperti Fany takluk dengan goyangan dan pentungannya, rasanya sensasinya luar biasa indahnya.

Fany kini terkulai lemas, setelah ale mencabut batangnya dari vagina Fany. Dia kini terkulai lemas, dan lalu meraih dasternya untuk melap vaginanya yang basah.

“cuci dulu...?? ” tanya dia sambil emnatap Ale mesra

“ngga usah Ci Boss...”

Ale tidak membuang waktu, vagina yang dia rindukan itu segera dia terjang dengan lidahnya dan mulutnya. Dengan penuh nafsu dia kembali melumat vagina basah tersebut. Bentuk vagina yang bersih, segar dan rambutnya yang hitam memang berbeda dengan milik tante Bertha yang coklat dan botak, namun ini yang dia bilang memek yang indah dan dia sukai, makanya kini lidahnya bergerak liar melumat dan masuk ke dalam belahan yang basah itu.

Menikmati setiap sentuhan Ale memang membuat Ci Fany selalu terkapar, termasuk permainan lidah Ale yang agak kasar namun tepat di G spotnya, membuat nafsunya selalu naik dan dibuat ingin dan ingin selalu, kini tangannya meremas kepala Ale yang agak kasar rambutnya itu, lidah Ale yang bermain di kelentitnya membuat mulut Fany meracau tidak tentu

Bibir vaginanya yang merah kecoklatan juga tidak luput dari jilatan Ale, dia mencoba menarik kepala Ale, namum Ale memilih untuk tetap menjilat vagiannya dan lidah itu tetap disitu dan tidak mau berhenti untuk bergerak mengorek isi memeknya

“oh...sayang...suka sayang.....?’ racaunya ditengah badai nafsu

“suka memek gue....kangen lu sayang....’

Ale tidak menghiraukan kata-kata yang keluar dari bibir Fany, lidahnya dengan lincah dan bergerak terus, membuat gua itu makin basah dan berdenyut hebat, dan kembali untuk kedua kalinya dia harus mengakui bahwa sulit dia menahan orgasmenya kembali karena serangan lidah Ale...

“gillaaaa.....gue keluar lagi Ale......”

“ohhhhhh....ouhhhhhhhhh.....ourggggghhhhhhhh....oh.....”

Fany menekan kepal Ale dalam dalam, badannya bergetar hebat akibat orgasme yang datang untuk kedua kalinya. Gelombang kenikmatan itu benar-benar menyapunya hingga terdampar ke pantai kepuasan yang sulit dia gapai selama ini dengan Alvin, dan hanya Ale saja yang mampu menghadirkan nuansa seliar dan seindah ini.

Melihat Fany sudah orgasme untuk kedua kalinya, Ale tidak ingin membuang waktunya, kini Ale kini naik keatas badannya Fany

Gila ini anak kuat banget, pikir Fany, cara dia ngewe memang lain, badannya keras, batangnya gede, dan juga staminya mantap. Belum lagi jilatannya bikin gue merinding.

Kini pentungan Ale mengarah ke vaginanya, dan dengan sekali dorong, dan kondisi vaginanya yang basah membuat pentungan itu masuk sarangnya dengan lancar. Dia meringis nikmat bercampur ngilu, rasanya enak sekali batang itu bersarang di kemaluannya yang sudah dua kali orgasme.

Buah dada indah yang terpampang bebas lalu menjadi santapan Ale, dengan rakusnya bibir Ale melumat buah dada yang yang montok itu, pentilnya dilumat dan dijepit dengan bibirnya, membuat Fany semakin tidak berdaya dan tidak mampu berkata apa-apa selain pasrah dan menerima indahnya memeknya disodok dengan kencang oleh pentungan Ale.

“kangen ngga sayang....? bergetar suara Fany

“kangen Ci Boss.....”

“beneran??”

“ Iya Ci Boss sayang....”

“enak....”

“enak banget Ci Boss.....”

Fany memejamkan matanya menikmati sodokan kontol Ale

“ayo sayang....gue pasrah....pasrah....terserah lu mau diapain.....” racau Fany salbil menikmati sodokan Ale yang penuh di dalam vaginanya. Bibirnya kini menempel dan saling melumat dengan bibir Ale, tangannya memeluk pundak Ale, dan kakinya melingkar di pinggang Ale, pemandangan yang sangat kontras antara pekerja kasar yang hitam legam kulitnya, dengan Coi Boss yang mulus dan putih tanpa ada celah sedikitpun, semua bersatu dengan kuncian dan bersatunya kemaluan mereka.

Bibri Ale melumat buah dada Fany.... kiri kanan bergantian dilumatnya....

Kini Ale yang tidak kuat menahan, uratnya dijepit erat membuat alur pejunya kiri bagaikan dipompa keatas untuk segera ditumpahkan dengan segera.

“Ci Boss....”

“iya sayang...”

“buang dimana.....” bisik Ale dengan penuh nafsi

“di dalam sayang.....”

‘bener didalam?”

“iya sayanng.....keluarin sayang.....”

Sapuan lembut kadang diiringi remasan lembut jari Fany di punggung Ale, seperti membuat Ale semakin bersemangat untuk menggenjot, bibirnya yang setenagh membuka seakan mengundang Ale untuk melumatnya, dan buah dada indah montok yang bergoyang seakan memintanya untuk ikut bersama ke pulau kenikmatan

“keluar ci........ohhhhhhhhh auhrggggggg......aohhhhhhhh.....”

Ale berteriak sambil memeluk erat Ci Fany, dan semburan air kenimatann yang kental itu tumpah ke dalam vagina Fany, bibir mereka saling bertautan dengan erat, buah dada Fany terhimpit oleh dada kekar Ale, dan kaki Fany mengunci pantat Ale, agar batangnya jangn dikeluarkan sebelum semua cairan kenikmatannya tumpah.

“oh...makasih Ci Boss.....”

Ale kembali memeluk Fany dengan eratnya, keringat mereka saling bersatu, pelukan erat dan ciuman mesra bibir mereka bersatu kembali dengan liarnya....

“puas sayang...”

“puas banget Ci Boss....”

Fany tersenyum

“Ci Boss puas....”

“selalu puas ama lu, sayang.....”

Tangan Fany dengan lembut membelai dada Ale, dia benar benar merasa dimanjakan oleh perlakuan manisnya Ale, dan kali ini kembali dia bisa merasakan nikmatnya pentungan hansip sakti, yang mampu membawa dia dua kali orgasme malam ini. Pertarungan yang bisa dibilang selalu buat dia puas dan nikmat selama bersama anak ini.

“lu jam berapa jemput Alvin?”

“Jam 10an mungkin Ci Boss...”

“oke sekarang jam 7 lewat, kita istirahat sebentar, trus bisa sekali lagi nanti yah.... sebelum lu jalan....” senyum genit Fany tersembul di wajahnya

“siap Ci Boss......” jawab Ale cepat.
 
BAB XX

NO ALE, NO PARTY



Hari minggu pagi Ale seperti biasa mengerjakan tugas rutinnya pagi ini, dia mencuci semua mobilnya yang ada, membersihkan garasi, menyiram bunga dan membersihkan kandang burungnya Koh Alvin, setelah semua selesai dia akan mandi siap-siap ke toko lagi.

Fany tiba-tiba muncul di depan Ale

“ale, hari ini libur yah, kita mau ke kondangan saudaranya si Koh nikah Tangerang” ujar Fany

Ale sedikit kaget mendengarnya

“oke siap Ci Boss...’

“lu istirahat aja hari ini....” perintah Fany

“siap Ci Boss”

Ale agak menunduk, tapi kepala atasnya yang menunduk, kepala bawahnya justru mulai mendongak. Bajingan nih pentungan bisik Ale dalam hati.

Bagaimana pentungan Ale tidak bereaksi, Fany keluar hanya dengan tanktop dan celana pendek banget. Pentilnya benar-benar nyeplak, dan pangkal pantatnya juga terlihat. Keseksian Fany pagi ini meski belum mandi, tapi sudah membuang cobra hitam Ale menggeliat dari balik celana pendek

“apa liat-liat?” bisik Fany

Ale diam aja

“”pengen lu?”

Ale hanya tersenyum lalu menganggukan kepalanya

“makanya jangan diulangi lagi.....”

“iya siap Ci Boss....”

Fany langsung masuk ke dalam rumah lagi, dia seperti sengaja memancingnya dengan dandanan seperti itu, membuat Ale hanya bisa menahan diri dan membujuk cobra hitamnya untuk bersabar. Sabar kau nyong, perempuan kalau lagi dibutuhkan suka reseh begitu memang.

Karena mendengar Ci Fany dan Ko Alvin akan ke Tangerang, berarti siang ini dia bisa datang ke Tante Berta lagi. Aih, dia ingat Tante Berta sudah dua kali dia goyang dan bertekuk lutut terus di depan Ale.

“Cuma ngana yang bekeng Tante pusing.... pusing karena minta tambah ...” celoteh Tante Berta ketika itu.

Dan belum juga dia mau wa tante Berta, dia lihat di status tante Berta di whatsapp

Berkebun dengan suami tercinta, I love you My Husband

Bajingan, tai puki lah. I love you, My Husband?? Tai laso lah. Love husband tapi kena patok beta punya cobra bilang minta tambah, suami lemah lah Cuma beta yang bikin dia puaslah. Aduh, wanita memang dimana mana kadang susah ditebak isi hati sama isi otaknya, isi celananya saja yang yang sama, tidak ada yang melintang, semua membujur garisnya.

“ale....”

“siap Koh Boss...” dia segera keluar dari kamarnya, dipanggil oleh Alvin soalnya.

“lu siap-siap, ikut kita ke Tangerang..”

Waduh

“kita ada kondangan, jadi lu ikut biar nyetirin karena gue kalo nyetir jauh-jauh suka ngantuk....” kilah Alvin

“oke siap Koh Boss”

“lu ada kemeja kan?”

“ada Koh Boss.....” jawab Ale

“yah sudah, jam 8.30 kita jalan, soalnya acaranya jam 11 siang ini.

Ale dengan cepat berkemas, mandi dan bersiap siap untuk jadi sopirnya Boss ke Tangerang hari ini. Dia lalu mengeluarkan celana panjang jinsnya, kemeja batiknya dan sepatu putih yang dibeliin oleh Ci Bossnya.

Jam 8 pagi dia sudah siap, sempat sarapan dulu dan minum kopi, memanaskan mobil. Hari ini dia bawa fortuner punya Boss.

Jam 8.35 semua sudah siap. Thomas dengan kemeja batik dan celana jinsnya juga sudah siap, Koh Alvin dengan kemeja putih dan celana kain dan dasi, jasnya dia digantung di bagasi belakang. Dan yang bikin Ale telan ludah ialah penampilan Ci Boss nya yang luarbiasa. Dengan gaus pesta setali warna merah, rambutnya yang dibiarkan tergerai meneutupi pundaknya yang mulus, membuat Ale terkesiap dan memuji dalam hatinya, luarbiasa cantiknya ratu hatiku ini.

Dalam perjalanan, Ale menyetir Fortuner. Biadap, pikir Ale, beta macam raja minyak saja naik Fortuner. Biasa tarik angkot plat hitam di Sofifi, kini dia bawa fortuner. Thomas duduk disampingnya dan sejoli Alvin dan Fany duduk di kursi belakang. Dan selama perjalanan lewat kaca spion tengah atau centre mirror, Ale diam-diam suka mengintip ke belakang curi pandang ke Fany

Fany bukannya tidak tahu, dia dengan setengah tersenyum sambil sesekali mengangkat lengannya keatas pura-pura membereskan rambutnya, dia memang iseng menggoda Ale. Maklum sudah beberapa hari dia ngambek tapi aslinya dia juga pengen mendapat sodokan maut pentungan Ale. Rasain lu, pikir Fany, emangnya enak sange menahan pengen diewong.

Hampir dua jam perjalanan akhirnya mereka tiba di hotel tempat acara pernikahan berlangsung. Ale masuk ke lobby hotel, Alvin dan Thomas segera turun, sambil mengambil jasnya.

“ale lu cari parkiran dulu aja, nanti ikut masuk aja biar makan didalam” perintah Koh Alvin

“oke siap Koh Boss...”

“gue belum selesai make up, kalian berdua Thomas masuk aja dulu, nanti gue nyusul...” ujar Fany

“ya sudah....”

Ale lalu mencari parkiran di karena di halaman hotel ramai, akhirnya dia masuk ke basement dan nemu parkiran kosong di pojokan.

“nyalain dulu lampunya Ale” ujar Fany

Ale lalu menyalahkan lampu dalam mobil, Fany lalu memperbaiki riasannya sejenak. Dia keluar lalu masuk di kursi depan, mematut wajahnya di kaca spion tengah sambil memiringkan wajahnya, dan memeriksa riasan wajahnya

“udah oke ngga?”

“udah Ci Boss...” ujar Ale yang duduk disampingnya

“matiin lampunya”

Ale lalu mematikan lampunya

“kangen ngga lu....” tanya Fany agak lembut setelah lampu kabin mati.

“kangen banget Ci Boss....”

Fany meliriknya dengan senyuman

“keren juga lu pake batik.... itu sepatu yang gue beliin?”

Ale tertunduk malu

“iya Ci Boss....”

Tangan Fany lalu terulur mengelus pentungan Ale dibalik celana jinsnya

“apa kabarnya dia.....??”

Ale kaget mendapat elusan dari Ci Fany

“ih...ngaceng yah....” terkikik Fany begitu mengelusnya langsung bangun cobra hitam Ale

Ale malu hati dan tertunduk

“bukain dong....” ujar Fany

Dia sambil melirik kiri kanan takut ada yang datang. Ale lalu menurunkan retsluitingnya, dan kemudian membuka kancing jinsnya, lalu menurunkan celana dalamnya, dan pentungan hitam yang kini sudah mengeras keluar dari sarangnya

“aduh....keras banget...” tangan lembut Fany mengelus batang pentungan Ale. bibirnya digigit sendiri, terlihat aura gemas dari mukanya.

“nanti pulang yah kita tuntasin.....” sambil mengelus lembut

Ale bingung, kirain dia mau disepong di mobil makanya minta dikeluarin.

Namun dia kembali ke prinsip awal, hormati boss mu, sayangi dia, dan beri jika dia minta

“siap Ci Boss.....”

Sebelum turun, Fany tiba-tiba mencium Ale dengan lembut. Ale kaget mendapat ciuman dari boss nya. Untung dia masih sadar, ingin rasanya dia telentangi si Ci Boss di jok belakang dan dihajar dengan putaran tinggi, tapi dia sadar diri lokasinya sangat rawan.

Fany lalu berjalan duluan, dan Ale mengikuti dari belakang. Dia mengagumi kecantikan boss nya ini. Badannya bagus, pantatnya besar, buah dadanya juga masih oke, dibandingkan Tante Berta, Ci Fany jelas jauh lebih indah, selain lebih muda, Ale lebih suka dengan boss nya ini dalam bercinta, meski dia juga sebenarnya dapat durian runtuh gara-gara dengan Tante Berta. Tapi jika disuruh memilih, Ci Boss nya ini jauh lebih indah dan ewetable banget.

Ale lalu membaur dengan undangan, sesekali dia melihat Thomas yang sedang main dengan saudara saudaranya, dan dari jauh dia juga melihat ci Boss pujaaan hatinya sedang ngobrol dengan saudara-saudaranya juga. Ini sebenarnya pernikahan saudaranya Koh Alvin, makanya yang hadir banyak saudara Koh Alvin saja. Ale macam tiang listrik tidak ada yang tegur, tapi biarlah, makan gratis kata Ale, sambil sesekali cuci mata dengan panlok-panlok yang berseliweran.

Melihat Ci Fany dari jauh ale merasa sangat bersyukur. Dia tidak bisa membayangkan betapa Ci Fany sudah sangat baik kepadanya, memberi kerjaan, gajinya dinaikan, tinggal dan makan gratis, dikasih juga barang empuk yang dia Cuma bisa mimpi selama ini, tapi jadi nyata gara-gara dikasih sama Ci Boss.

Sedangkan Koh alvin dia lihat sedikit-sedikit lihat ponselnya. Dia tahu bahwa Koh Alvin ini ada wanita lain, namun dia tidak ingin turut campur, baginya urusan Koh Boss itu ranah pribadi yang tidak perlu dia turut campuri, karena dia pun sama bajingannya dengan Ko Boss nya, malah lebih parah lagi Ci Boss nya yang di hantam sama dia.

Jam 3 sore acara akhirnya selesai, dan Ale yang sedang menunggu diluar ditelp oleh Koh Alvin, agar segera mengambil mobil dan menjemput mereka di lobby. Begitu semua naik, segera mereka jalan balik pulang ke arah rumahnya.

Thomas tadinya ingin tinggal lebih lama, karena banyak saudaranya yang seumuran dengan dia datang, namun karena kakanya yang dari Pontianak tidak datang, Alvin tidak mengijinkan, lagipula besok harus sekolah, jadi Thomas ikut kembali ke rumahnya

Jam 5 sore mereka tiba di rumah, sedikit kelelahan mereka. Thomas langsung naik ke atas, bagi dia handphone adalah teman dia yang paling menyenangkan. Ale juga demikian langsung mencuci mobil, masuk kamar dan kemudian mengecek kondisi di luar rumah, seperti biasa yang dia lakukan

“ale...” panggil Koh alvin

“siap Koh Boss...”

“Antar gue ke bengkel...”

“siap Koh Boss...”

Meski heran, karena setahu dia bengkel dan toko bangunantutup hari ini, dan meski buka pun jam 6 malam pasti sudah tutup, pasti karyawannya sduah pada pulang. Tapi dia mengiyakan saja.

“nanti gue wa jemput gue yah....” ujar Koh Alvin setiba di bengkel yang memang sudah tutup.

“iya siap Koh Boss...”

Dia segera balik dan pulang ke rumahnya, dia tidak mau kejadian kayak kemarin lagi, meski ini masih jam 6 sore. Suasana rumah sudah sepi, Mbak Ratmi jam segini sudah tidak akan turun, Thomas apalagi, makan di kamar hingga tidur pasti dikamar dia, Ale lalu membersihkan dirinya, memakai celana pendek dan kemudian masuk ke dapur, mengambil minuman dan makanannya, masuk kamar lagi makan dan setelah selesai kemudian mengembalikan piringnya ke dapur.

Saat dia di dapur tidak lama kemudian keluarlah Ci Fany, sepertinya dia tertidur sejenak tadi, kini mukanya agak segar dan hanya menggunakan daster setali. Dia tersenyum melihat Ale yang mau melotot melihatnya yang hanya dengan daster pendek seksi dan lengannya setali. Buah dadanya yang bergoyang dan pahanya yang mulus menjadi santapan matanya Ale.

“udah lu anterin si Alvin?”

“sudah Ci Boss..”

“nanti lu jemput lagi?”

“iya Ci Bos...”

“jam berapa?”

“ngga bilang Ci Boss, palingan jam 9 jam 10...”

Lalu Fany tersenyum

“lu cek dulu keatas....”

“iya ci Boss....”

Ale naik keatas mengecek Mbak Ratmi dan Thomas, pintunya semua tertutup, lalu dia segera turun kebawah. Fany yang menunggunya lalu memerintahkan mengunci semua pintu, dan setelah Ale menguncinya, dia menunggu didepan pintu kamarnya.

“di kamar gue aja....” bisik Fany

“ngga apa2 Ci Boss?” tanya Ale kaget.

“justru kalau disini, Ratmi ngga curiga kalau di turun makan, kalau di kamar tamu malah dia curiga..” kilah Fany

Iya juga yah, jika dikamar ini disangkanya Alvin yang didalam.

Ale berdebar kencang jantungnya, baru kali ini dia diajak bercinta di ranjang kamar tidurnya Ci Boss nya. Selama ini mereka kalau tidak di kamar depan, mereka di kamarnya Ale yang sempit dan terbatas untuk acara banying-bantingan.

Ale masuk kedalam kamar mewah itu, ranjang besarnya terlihat rapih dan teratur

Fany langsung menarik badan Ale dan memeluknya, dia mencium bibir Ale dengan penuh nafsu, sudah hampir seminggu goa kenikmatannya tidak ditembusi pentungan sakti yang hitam milik Ale, membuat dia berkedut kedut membayangkannya, apalagi tadi di mobil dia sempat menyentuh pentungan itu, membuat dinding vaginanya makin banjir.

Bibri Ale melumat dengan penuh nafsu bibir Ci Bossnya, dari tadi dia hanya bisa memperhatikan dan mengagumi kecantikan istri boss nya ini, dan sekarang dia baru merasakan kembali lembutnya bibir Fany, setelah absen beberapa hari.

Tangan Ale meremas buah dada Fany dibalik dasternya, dan sambil berciuman Fany lalu membuka kaos Ale, kulit Ale yang hitam legam dan badannya yang atletis memang kontras sekali dengan kulit mulus Fany yang nyaris tanpa cacat. Celana Ale diturunkan oleh Fany, termasuk celana dalamnya juga, dan kini Ale sudah bugil, batang pentungannya yang mengacung bebas, kini berayun di depan Fany

Ci fany lalu duduk di pinggiran tempat tidur, dia menarik Ale agar mendekat, dan bibirnya yang merah merekah itu lalu membuka dan melahap cobra sakti Ale yang kini tegang akibat rangsangan yang tertahan dari dalam perjalan tadi.

Lembutnya bibir dan lincahnya lidah Fany, kini bergantian dan menyentuh batang kontol Ale, dia dibuat meringis nikmat mendapat jilatan di batang kontolnya itu. Tangannya membelai rambut wanita cantik itu, dan membiarkan bibir yang indah melumat batang hitamnya, Ale merasa luar biasa untungnya dia, karena mendapat rejeki seindah ini, batang kontolnya dilumat oleh wanita secantik Fany.

Mulut Ale saling menggigit bibirnya sendiri, sementara Fany dengan gemas dan penuh nafsu melumat batang kontol berurat milik Ale, dia benar-benar dibuat jatuh hati dengan keperkasaan si hitam ini, batangnya yang besar kini sangat tegang, dan panjang, membuat vaginanya basah dan puting buah dadanya kini menegang kencang

Ale lalu mengangkat wajah boss nya ini, dengan beringas Ale melumat bibir Ci Fany, bibir lembut itu dilumat dengan bibir hitam Ale, sementara tangannya meremas buah dadanya yang menggantung, dan dapat dirasakan oleh Ale bahwa dibalik daster mini itu boss nya tidak mememakai beha lagi.

Dengan sekali angkat dia membuka daster bossnya yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Dia lalu menunggingkan Ci fany, lalu menarik celana dalam hitamnya dan kini dengan posisi menungging, Ci Fany sudah telanjang tanpa sehelai benang pun. Bibir ale lalu menyerang vaginanya dari belakang. Pantat Fany yang menungging dan kakinya terbuka lebar, memudahkan Ale untuk memaminkan bibir vaginanya dari belakang, kadang lidahnya menjulur menyapu bagian antara lubang pantatnya dan lubang vaginanya, dan itu membuat Fany berteriak kecil kegelian.

Kini vagina Fany yang sudah basah, semakin basah karena lidah dan bibir Ale bergantian disitu melumatnya. Tangan Ale kini meremas pantatnya dengan penuh nafsu, pantat putih mulus dan indah itu membuat nafsu Ale semakin naik dan berderu.

Dia lalu memposisikan dirinya di belakang Fany, dan kemudian kontolnya mulai diarahkan untuk ditembakan. Batang petungan yang berurat hitam itu lalu masuk ke dalam vagina Fany setelah dengan penuh perasaan dan pelan-pelan dia mendorongnya, dan sambil dia mendiamkannya sesaat, buah dada Fany yang menggantung bebas diremas dari belakang.

Ale lalu memaju dan memundurkan pantatnya, Fany sedang dalam posisi menungging, tangannya bertumpuh di tempat tidur, matanya berkejap kejap menerima sodokan pentungan Ale dari belakang, dan bunyi hantaman pinggul Ale ke pantat Fany, menciptakan irama yang membuat mereka semakin dalam dan kencang menautkan kontol ke vaginanya Fany

Posisi Ale di belakang Fany bagaikan sosok interracial dalam film jepang. Kulit putih dan wajah cantik oriental dipadukan dengan wajah seram dan kulit hitam dari kawasan timur menjadikan pergulatan mereka jadi seperti sebuah siluet hitam putih yang indah.

Fany benar-benar merasakan kepuasan indah yang dia tidak pernah temukan dari pria yang sbelumnya pernah dengan dirinya. Pentungan hansip Ale memang berbeda, cara dia memperlakukan wanita dengan penuh hormat serta lumatannya di setiap inchi tubuh Fany, membuat wanita ini merasa sangat dihargai oleh gentlenya pembantu dia ini, dan itu yang membuat dia suka, senang dan menikmati setiap masuk dan keluarnya pentungan itu di memeknya

Kini dia dibuat mau meledak lagi, beberapa hari dia tidak merasakan indahnya bercinta membuat dia seperti merindukan betapa kuatnya pentungan ini, dan sodokan Ale kali ini kembali membuat dia takluk, rasanya dia tidak mampu menahan, sodokan pentungan yang penuh di memeknya, remasan serta jepitan jari di pentil buah dadanya, serta ciuman Ale di bibirnya dari belakang, membuat dia tidak mampu manahan lagi

“ahhhh ......oouhhhhhh...aohhhhhh....ale....gue keluar...ale....gue keluar.....teriak Fany sambil meremas seprainya erat-erat, dia berteriak diri dambil wajahnya menengadah keatas ke arah plafon, dan Ale seperti membiarkan Bossnya mencapai duluan orgasmenya.

Dia sangat menikmati melihat Ci Fany yang puas dan berteriak saat orgasme seperti ini, kepuasan dia sebagai pria, sebagai asistennya Fany dan juga sebagai kaum bawah lalu berhasil membuat boss seperti Fany takluk dengan goyangan dan pentungannya, rasanya sensasinya luar biasa indahnya.

Fany kini terkulai lemas, setelah ale mencabut batangnya dari vagina Fany. Dia kini terkulai lemas, dan lalu meraih dasternya untuk melap vaginanya yang basah.

“cuci dulu...?? ” tanya dia sambil emnatap Ale mesra

“ngga usah Ci Boss...”

Ale tidak membuang waktu, vagina yang dia rindukan itu segera dia terjang dengan lidahnya dan mulutnya. Dengan penuh nafsu dia kembali melumat vagina basah tersebut. Bentuk vagina yang bersih, segar dan rambutnya yang hitam memang berbeda dengan milik tante Bertha yang coklat dan botak, namun ini yang dia bilang memek yang indah dan dia sukai, makanya kini lidahnya bergerak liar melumat dan masuk ke dalam belahan yang basah itu.

Menikmati setiap sentuhan Ale memang membuat Ci Fany selalu terkapar, termasuk permainan lidah Ale yang agak kasar namun tepat di G spotnya, membuat nafsunya selalu naik dan dibuat ingin dan ingin selalu, kini tangannya meremas kepala Ale yang agak kasar rambutnya itu, lidah Ale yang bermain di kelentitnya membuat mulut Fany meracau tidak tentu

Bibir vaginanya yang merah kecoklatan juga tidak luput dari jilatan Ale, dia mencoba menarik kepala Ale, namum Ale memilih untuk tetap menjilat vagiannya dan lidah itu tetap disitu dan tidak mau berhenti untuk bergerak mengorek isi memeknya

“oh...sayang...suka sayang.....?’ racaunya ditengah badai nafsu

“suka memek gue....kangen lu sayang....’

Ale tidak menghiraukan kata-kata yang keluar dari bibir Fany, lidahnya dengan lincah dan bergerak terus, membuat gua itu makin basah dan berdenyut hebat, dan kembali untuk kedua kalinya dia harus mengakui bahwa sulit dia menahan orgasmenya kembali karena serangan lidah Ale...

“gillaaaa.....gue keluar lagi Ale......”

“ohhhhhh....ouhhhhhhhhh.....ourggggghhhhhhhh....oh.....”

Fany menekan kepal Ale dalam dalam, badannya bergetar hebat akibat orgasme yang datang untuk kedua kalinya. Gelombang kenikmatan itu benar-benar menyapunya hingga terdampar ke pantai kepuasan yang sulit dia gapai selama ini dengan Alvin, dan hanya Ale saja yang mampu menghadirkan nuansa seliar dan seindah ini.

Melihat Fany sudah orgasme untuk kedua kalinya, Ale tidak ingin membuang waktunya, kini Ale kini naik keatas badannya Fany

Gila ini anak kuat banget, pikir Fany, cara dia ngewe memang lain, badannya keras, batangnya gede, dan juga staminya mantap. Belum lagi jilatannya bikin gue merinding.

Kini pentungan Ale mengarah ke vaginanya, dan dengan sekali dorong, dan kondisi vaginanya yang basah membuat pentungan itu masuk sarangnya dengan lancar. Dia meringis nikmat bercampur ngilu, rasanya enak sekali batang itu bersarang di kemaluannya yang sudah dua kali orgasme.

Buah dada indah yang terpampang bebas lalu menjadi santapan Ale, dengan rakusnya bibir Ale melumat buah dada yang yang montok itu, pentilnya dilumat dan dijepit dengan bibirnya, membuat Fany semakin tidak berdaya dan tidak mampu berkata apa-apa selain pasrah dan menerima indahnya memeknya disodok dengan kencang oleh pentungan Ale.

“kangen ngga sayang....? bergetar suara Fany

“kangen Ci Boss.....”

“beneran??”

“ Iya Ci Boss sayang....”

“enak....”

“enak banget Ci Boss.....”

Fany memejamkan matanya menikmati sodokan kontol Ale

“ayo sayang....gue pasrah....pasrah....terserah lu mau diapain.....” racau Fany salbil menikmati sodokan Ale yang penuh di dalam vaginanya. Bibirnya kini menempel dan saling melumat dengan bibir Ale, tangannya memeluk pundak Ale, dan kakinya melingkar di pinggang Ale, pemandangan yang sangat kontras antara pekerja kasar yang hitam legam kulitnya, dengan Coi Boss yang mulus dan putih tanpa ada celah sedikitpun, semua bersatu dengan kuncian dan bersatunya kemaluan mereka.

Bibri Ale melumat buah dada Fany.... kiri kanan bergantian dilumatnya....

Kini Ale yang tidak kuat menahan, uratnya dijepit erat membuat alur pejunya kiri bagaikan dipompa keatas untuk segera ditumpahkan dengan segera.

“Ci Boss....”

“iya sayang...”

“buang dimana.....” bisik Ale dengan penuh nafsi

“di dalam sayang.....”

‘bener didalam?”

“iya sayanng.....keluarin sayang.....”

Sapuan lembut kadang diiringi remasan lembut jari Fany di punggung Ale, seperti membuat Ale semakin bersemangat untuk menggenjot, bibirnya yang setenagh membuka seakan mengundang Ale untuk melumatnya, dan buah dada indah montok yang bergoyang seakan memintanya untuk ikut bersama ke pulau kenikmatan

“keluar ci........ohhhhhhhhh auhrggggggg......aohhhhhhhh.....”

Ale berteriak sambil memeluk erat Ci Fany, dan semburan air kenimatann yang kental itu tumpah ke dalam vagina Fany, bibir mereka saling bertautan dengan erat, buah dada Fany terhimpit oleh dada kekar Ale, dan kaki Fany mengunci pantat Ale, agar batangnya jangn dikeluarkan sebelum semua cairan kenikmatannya tumpah.

“oh...makasih Ci Boss.....”

Ale kembali memeluk Fany dengan eratnya, keringat mereka saling bersatu, pelukan erat dan ciuman mesra bibir mereka bersatu kembali dengan liarnya....

“puas sayang...”

“puas banget Ci Boss....”

Fany tersenyum

“Ci Boss puas....”

“selalu puas ama lu, sayang.....”

Tangan Fany dengan lembut membelai dada Ale, dia benar benar merasa dimanjakan oleh perlakuan manisnya Ale, dan kali ini kembali dia bisa merasakan nikmatnya pentungan hansip sakti, yang mampu membawa dia dua kali orgasme malam ini. Pertarungan yang bisa dibilang selalu buat dia puas dan nikmat selama bersama anak ini.

“lu jam berapa jemput Alvin?”

“Jam 10an mungkin Ci Boss...”

“oke sekarang jam 7 lewat, kita istirahat sebentar, trus bisa sekali lagi nanti yah.... sebelum lu jalan....” senyum genit Fany tersembul di wajahnya

“siap Ci Boss......” jawab Ale cepat.
Haturnuhun update na Ale.. mantap pisaan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd