Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kumpulan Cerita Pendek 2

Bimabet
♡♡♡♡♡

10. Pertemuan Tak Sengaja



NAMAKU Levi. Aku adalah seorang anak muda yang normal, dalam arti kata tidak gila perempuan dan tidak suka dengan istri orang lain. Tapi entah bagaimana siang itu aku bisa terlibat skandal sex dengan seorang wanita berumur 40 tahun, yaitu istri dari Om Marco yang tak lain dan tak bukan adalah istri dari adik sepupu Papaku.

Pertemuan yang tidak sengaja dengan Tante Yolanda siang itu di lobby sebuah hotel. Waktu itu aku pergi ke hotel hendak mengikuti sebuah seminar bertemakan pengobatan alternatif.

"O... Tante menginap disini?" tanyaku.

"Iya, kamu?"

"Nggak, Tante. Aku hanya mau ikut seminar." jawabku.

Hampir satu tahun aku tidak ketemu dengan Tante Yolanda. Tetapi wajahnya masih tetap cantik dan awet muda.

"Seminar apa? Rajin banget kamu ikut seminar?"

"Mumpung masih nganggur..."

"Masih lama seminarnya? Apa mau lihat-lihat kamar Tante?" tawar Tante Yolanda.

Tawaran Tante Yolanda kuterima. Kamar Tante Yolanda terletak di lantai 12. Dari jendela kamarnya yang luas terhampar pemandangan indah. Kendaraan yang melintas di jalan raja seperti merayap di punggung ular phiton.

Di ujung sana tampak gedung-gedung tinggi seperti tiang pancang, sedangkan pohon-pohon terlihat seperti payung besar yang menaungi manusia-manusia kerdil yang berada di bawahnya.

Tante Yolanda mengeluarkan dari kulkas sekaleng minuman ringan untukku. Aku tidak menuduh Tante Yolanda menyuntikan cairan perangsang ke dalam kaleng minuman ringan itu. Mungkin Tante Yolanda sendiri sudah kelihatan merangsang saat ia minta tukar pakaian di kamar mandi, lalu ia keluar dari lamar mandi mengenakan kimono.

Saat ia duduk di sofa yang berada di depanku, dari belahan kimononya tampak pahanya yang mulus dan belahan dadanya yang menawan. Mungkin inilah awal dari skandal tersebut terjadi ditambah dengan beberapa perbincangan yang kami lakukan.

“Woww... kalau kamu bisa pengobatan alternatif, Tante mau jadi pasien kamu, deh!” kata Tante Yolanda mencandai aku.

“Boleh saja Tante, tapi tarif khusus lho buat Tante...”

“Ehh Levi,” Tante Yolanda pindah duduk di sampingku. “Ngomong-ngomong kamu sudah punya pacar, belum? Kenalin sama Tante, dong!”

“Belum, Tante. Hee.. hee.. mana ada cewek yang mau pacaran dengan seorang pengangguran, Tante...”

“Uuu... jangan ngomong gitu dong!” Tante Yolanda memeluk aku. Kehangatan tubuh Tante Yolanda membuat tubuhku merinding, apalagi ia memeluk aku begitu rapat. “Pasti ada cewek yang mau sama kamu, cuma waktunya saja yang belum sampai. Gitu lho, sayang... ganteng gitu... ughh... kalau Tante masih muda, biar deh Tante yang jadi pacar kamu...”

Sampai disitu, aku sudah gugup untuk bicara. Ditambah Tante Yolanda mencium pipiku. Cupp... cuppp... membuat aku semakin merinding. Tante Yolanda pergi mengunci pintu kamar. Setelah itu, ditariknya wajahku, diserangnya mulutku, maka aku pun tanpa ampun lagi membalas serangan itu. Aku hisap seluruh isi mulut Tante Yolanda beserta lidahnya yang mulai menerobos masuk ke dalam mulutku.

Ciuman itu berlangsung lama membuat aku semakin hanyut. Tante Yolanda pasti bisa membaca pikiranku sehingga ia berani melepaskan kimononya, dan tinggal celana dalam yang mengisi tubuh putih mulus Tante Yolanda. Payudaranya tidak besar, tapi putingnya ranum berwarna kemerahan-merahan seperti buah anggur segar yang baru dipetik dari pohon.

”Lev..., kamu sudah pernah megang dada cewek, belum ?” tanya Tante Yolanda diikuti oleh gerakan tangannya yang menuntun tanganku menuju ke dadanya.

Aku bisa merasakan betapa lembutnya dada seorang wanita. Untuk pertama kalinya aku merasakan gumpalan daging yang penuh sensasi ini. Aku hanya berani meraba.

“Lev…, diremas donk, masa cuma diraba? Nggak asyik kalo cuma diraba.” kata Tante Yolanda.

“Ehh... Tante..., pelan-pelan saja, ini baru permulaan!” jawabku.

Kemudian langsung aku meremas- remas tetek Tante Yolanda. Mungkin karena memang sudah sifat dasar seorang laki-laki, tanpa sadar aku menyerang leher Tante Yolanda. Kuciumi dengan ganasnya. Keharuman tubuh wanita setelah mandi memang luar biasa membuatku terbius dan enggan untuk melepaskan rabaan dan sedotan-sedotan kecil di lehernya, sehingga membuat leher Tante Yolanda yang putih terdapat bekas sedotan bibirku.

“Lev.., awww... owww... aaahh... aahh...” teriak Tante Yolanda, mungkin ia kaget dengan seranganku itu.

Sejak itu, aku tidak membiarkan tetek Tante Yolanda menganggur lagi. Aku menyerang putingnya yang berwarna coklat kemerah-merahan besar dan berdiri mencuat itu dengan mulutku. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Kuhisap-hisap puting Tante Yolanda bak anak kecil yang sangat haus menanti tetek ibundanya. Permukaan kulit di teteknya juga kuserang sehingga menimbulkan tanda-tanda merah di kulit tetek Tante Yolanda yang mulus itu.

”Lev..., buka bajumu..., celananya sekalian..., kasihan tuh burungmu nggak bebas.” kata Tante Yolanda sudah tidak tahan dengan senjataku yang mengacung tegang di dalam celanaku. Ia sudah mengabaikan beberapa sedotan bibirku di bagian lehernya dan di teteknya

Bagaimana kalau tanda-tanda merah tersebut kelihatan oleh suaminya, nggak taulah aku dengan akibatnya. Lalu kulucuti saja pakaian yang melekat di tubuhku, sehingga tubuhku bugil. Tante Yolanda juga nggak hanya diam, ditariknya satu-satunya penutup tubuhnya..., selembar celana dalam mini berwarna putih. Dilemparnya celana dalam itu ke mukaku. Kutangkap dan kuciumi setiap harum yang keluar dari sana. Luar biasa harumnya vagina Tante Yolanda yang melekat di celana dalamnya. Tubuhku melayang-layang mengambang di angkasa tinggi seperti habis minum pil estacy.

Kupeluk Tante Yolanda dengan erat dan kuciumi bibirnya yang sensual sembari aku membaringkan dia di kasur empuk. Dia hanya terdiam saja ketika kutatap seluruh tubuhnya dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya. Diantara kedua pangkal pahanya bertaburan rambut ikal pendek berwarna hitam. Sungguh merangsang untuk dipandang. Tapi nanti dulu, kemudian kukembalikan serangan tanganku ke teteknya yang empuk.

“Oowww... aaahhh.... hhuhhh... hhaaa.. “ desah Tante Yolanda keenakan.

Sebuah pesona yang tidak bisa kutinggalkan begitu saja. Kakinya! Sepasang kaki Tante Yolanda terpelihara dan terawat sangat rapi sehingga menjadi indah untuk dipandang dan enak untuk dijilat. Sensasi menjilat kaki akan membuat seorang wanita orgasme berkali-kali. Lalu segera aku merayap turun ke bagian bawah tubuh Tante Yolanda.

Kuelus-elus punggung kakinya dan kucium. Napasnya masih datar dan teratur. Oksigen masih bisa dihirup oleh paru-parunya dengan baik. Namun ketika kujulurkan lidahku menjilat telapak kakinya, dia mulai menggeliat perlahan. Kemudian aku berpindah menjilat punggung kakinya seraya mengelus lembut betisnya. Ooohh.... mmmhh.... Leviii... oohh....

Kukecup jari jemari kakinya. Lantas kumasukkan jempol kakinya ke dalam mulutku, kemudian kukulum. Kehangatan dari mulutku yang menjalar ke urat nadinya mulai bekerja. Napas Tante Yolanda mulai tersengal. Separuh oksigen sudah tidak mampu diserap oleh paruh-paruhnya.

"Ooohhh... Leviii.... Leviii... Levii... ooohhh..." seru Tante Yolanda.

Sebuah hisapan kulakukan pada jari jempol kaki Tante Yolanda membuat tubuhnya mengejang hebat. Tarikan napasnya panjang seperti dia kehabisan oksigen. "Oooooooo... hhesstt... oooooo.... Tante.. Taann... Taann... te... kee... luaaa.... aaarrrrr.... aaaahhh.... oooohhh...." jeritnya membuat Tante Yolanda lemas seketika.

Mencengangkan dan mengagumkan!

Lama napas Tante Yolanda baru kembali datar. Kemudian Tante Yolanda menuntun tangan kananku menuju ke vaginanya. Serangan kembali kulakukan pada puncak gunung kembar Tante Yolanda. Dan sejurus dengan itu, jari telunjukku kuhentakkan ke dalam lubang vagina Tante Yolanda yang basah. Tante Yolanda kembali menggelinjang dan menggeliat.

Aku tidak peduli. Tiga jari tanganku sekaligus kubenamkan dalam lubang yang liat dan basah itu. Kuhunuskan dalam-dalam, lalu kuputar jariku seperti mengebor. Aaaahhh... uughh... hhessstt.... aaaggg... Lev... Lev... Leviiiiiiii... aaahhhh... Tante keluar... Tante keluar... Tante keluar lagiiii..iihhh... ooohhh... oohhhhh..."

Untuk yang kedua kalinya Tante Yolanda orgame. Bagaimana perasaannya, bagaimana emosinya tidak kutahu. Dia berbaring diam dengan napas kembang-kempis. Masih kurang puaskah Tante Yolanda? Jari tanganku jadi basah dan bau oleh vagina Tante Yolanda, tapi aku menikmatinya.

Setelah napas Tante Yolanda mereda, kemudian kujilat vaginanya. Lubangnya yang berair basah kusedot dan kumasukkan lidahku untuk menjilat dinding vaginanya yang beraroma segar itu. Belum puas, lantas kudorong lidahku ke atas hingga ujung lidahku menekan sesuatu yang membuat Tante Yolanda menggelinjang nikmat. "Aahhh... aahhh... aaahh... Levi..., Tante sudah lemes banget kamu masih kerjain Tante juga..." kata Tante Yolanda.

"Bukankah Tante yang pengen? Habis lemes nanti, hidup Tante akan bersemangat, nggak kesepian..." jawabku.

"Iya, sih..." jawab Tante Yolanda.

Tanpa diperintah lagi langsung clitorisnya kuhisap-hisap, walaupun lebatnya bulu-bulu rambut di bagian atas clitoris Tante Yolanda, aku tidak peduli, terus kuhisapi..., kujilati..., terkadang kugigit-gigit gemas. Diapitnya kepalaku dengan kedua pahanya membuat aku semakin larut di dalamnya.

”Om... Ommu ma...na mau begini, Lev... oohhh... mmmhh... enakkk... Lev... ooo...” sebuah pengakuan yang mengejutkan terdengar di telingaku membuat aku semakin kuat menghisap clitoris Tante Yolanda. ”Lev..., ooo... oooo... sayangku, ooo... ooo.. Tante nggak kuat lagg...laagihh... Lev... oooooo.... ooooo... Tante kkee... keluarrr... laaagg...giiihhhh..!”

Hmmm... tiga kali Tante Yolanda orgasme! Tante Yolanda segera memegang kepalaku dan menariknya. Dibenamkan vaginanya ke wajahku. Aku menuruti apa saja kemauannya. Barangnya yang berharga itu seperti tidak bernilai lagi. Tapi melalui pengalaman dengan Tante Yolanda membuat aku mengenal rahasia sexual seorang wanita.

Segera kugerakkan penisku di sumber kenikmatan Tante Yolanda. Sedikit demi sedikit kutancapkan penisku di lubang kenikmatan Tante Yolanda. Dengan otot pinggangku kutekan penisku ke dalam vaginanya. Ooohh.. ooohhh... nikmat sekali... tangan Tante Yolanda menuju pantatku dan dengan gerakan menekan-nekan pantatku. Akibatnya penisku semakin masuk ke dalam lubang vaginanya.

Memang rada sempit lubang vagina Tante Yolanda. Apa karena jarang dipakai oleh Om Marco? Justru lubang seperti ini membuatku penasaran. Tanpa dikomando kuhentakkan otot pinggangku membuat penisku seluruhnya amblas di dalam vagina Tante Yolanda. Hal tersebut membuat Tante Yolanda berteriak, "Oooooo... sakiiii...iiittttt....!"

Kudiamkan sejenak penisku di dalam vagina Tante Yolanda. "Sudah, Tante? Rasa sakitnya sudah hilang?" tanyaku.

"Uugghhh... kontolmu besar panjang..."

"Sekali-sekali ngerasain yang besar panjang, kenapa Tante? Tante puas kan?" kataku nakal.

Saatnya kini aku memompa vagina Tante Yolanda. Gerakan naik-turun pantatku disambut dengan gerakan-gerakan erotis pinggang Tante Yolanda membuatku semakin nikmat... aggghh... aaghh... kami berciuman. Dihisapnya dengan hebat mulutku hingga agak lama, kurasakan gerakan memompaku sudah menemui temponya.

Tidak kusia-siakan waktunya. Sembari aku genjot, kembali kuremas tetek Tante Yolanda. Sekali-sekali kuhisap putingnya. Kulihat wajah Tante Yolanda, ia menggigit-gigit bibir bagian bawahnya, tiba-tiba mata Tante Yolanda terbelalak, tubuhnya mengejang, "Mulai lagiii... mulai lagi, Leviii... ooohhh... keluar lagiii... oooooooo.... oooooooo.... ooooo.... sialan Ommu Levi... sialan... kamu aja yang jadi suami Tante, Levii... oooo..." racau Tante Yolanda.

Aaghh... betapa cantiknya dia... akhirnya aku merasakan penisku hendak memuntahkan sesuatu. Segera kugenjot lubang vagina Tante Yolanda lebih dalam dan lebih dalam lagi. Ssshhhh.... ooooo... ooooo... ooooo... jangan keluarkan di dalam Levi, jangan... Tante lagi suuuu....burr... ooooo.... Leviii... oooo... air manimu... oooo... nikmatnya... rahim Tante... oooo... oooo...."

Sudah terjadi. Air maniku memenuhi ruang vagina Tante Yolanda, merendam rahimnya. "Ini bukti cintaku padamu, sayang..." kataku tidak memanggilnya Tante.

"Aku juga mencintaimu, Levi..."

Tante Yolanda memeluk aku erat-erat. "Nggak lama lagi kamu akan jadi Papi, Levi... aku sungguh mencintaimu...." kata Tante Yolanda pada pertemuan kami yang berikutnya di tempat yang berbeda. ( Juni 5, 2019 )
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd