Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Legenda putri bintang S2

Episode 7​

“ Kau tidak harus pergi Bao an, tetaplah bersamaku. Tetaplah di rumah kita”



Aku menggeleng kepala



“ kurasa aku harus istriku. Maafkan aku”



Qiao memelukku. Ia menangis.



“ Berjanjilah kau akan pulang”



“ aku pasti pulang”



Aku memeluk Qiao. Lebih dari setahun kemudian. Setelah kami mulai hidup damai di Ibu Kota Xian. Qiao mengantarku ke bandara dengan mobil kami. Aku bangun di jam dini hari dan segera bersiap untuk bertugas. Aku berangkat saat fajar bersama Qiao. Kami tiba di bandara sekitar 15 menit kemudian.



Qiao meneteskan air mata. Aku harus bertugas kembali. Prajurit baret merah lain juga berbaris di pintu masuk khusus militer. Kami menyebut nama pangkat serta satuan kami. Kami lalu berjalan ke pusat komando militer darurat Han. Beberapa hanggar telah disulap menjadi pusat komando Militer Han.



Matahari terbit. Kami berbaris di depan sebuah hangar. Belasan jet tempur Han (gloster meteor) berbaris rapi di pinggir landasan. Puluhan pesawat piston juga berbaris rapi di pinggir lapangan. Ada sekitar 3000 baret merah dan belasan ribu tentara hijau. Han hanya berhasil menyelamatkan hanya 5000 tentara hijau dan sekarang bertambah menjadi belasan ribu setelah ditambah sukarelawan Han yang terdiri dari pengungsi dan rakyat Han yang menetap di ibu kota.



Itu adalah seluruh Militer Han saat ini. Mayor Jenderal Liao Ju, panglima besar Militer Han saat ini naik ke panggung dan memulai apel.



“ kalian adalah pendekar-pendekar terakhir kekaisaran Han. Pedang terakhir Kaisar, pedang terakhir Tanah air, pedang terakhir keluarga kalian. Perang belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir sampai panji-panji kekaisaran Han, kembali berkibar di Ibu kota BeiYuan.”



Di apel itu beliau mengatakan jika kami adalah prajurit-prajurit Han yang terakhir. Militer berusaha menghubungi Jenderal-jenderal di dataran Han namun dikosongkannya BeiYuan, mengungsinya Kaisar Shi, membuat Jenderal-jenderal bertindak sendiri-sendiri.



Fakta jika sudah ada pemerintahan baru di daratan Han membuat moril setiap tentara menurun. Prajurit di daratan Han menolak mengungsi sehingga hanya sedikit yang menyebrang perbatasan dan bergabung di pusat kota dengan pesawat atau kereta api. Belum lagi pandangan buruk prajurit Han terhadap Kekaisaran Xian. Daripada kerjasama dengan musuh, mayoritas prajurit memilih menyerah dan bekerjasama dengan saudara sendiri. Lagipula tidak ada misi penyelamatan yang jelas selain penerbangan rahasia malam itu di BeiYuan.



Kebanyakan akhirnya membakar seragam mereka dan menjadi desertir, atau bergabung dengan Federasi Han. Sementara Jenderal-jenderal mengambil tindakan sendiri bahkan membangun pemerintahan sendiri di propinsi yang mereka duduki. Revolusi Han memasuki tahap baru, menjadi perang Para Jenderal. Perang itu adalah gerbang kedua menuju perang paling mengerikan dan terpanjang sepanjang sejarah Planet Wuwei.



Kekaisaran Xian secara resmi tidak terlibat dalam perang ini. Namun Xian melakukan segala cara untuk membantu Han dan Kaisar Shi. Keluarga, teman, sekaligus mantan musuh. Mulai dari meminjamkan pesawat, menyuplai senjata dan menyumbangkan gedung dan tanah kepada Militer dan pemerintahan darurat Han.



Kami mendengar suara tertawa besar. Diiringi suara cekikikan wanita-wanita muda. Sesosok pria gemuk besar muncul dari mobil mewah yang baru saja keluar dari Hotel Bandara, hotel di mana kementerian, majelis rakyat dan Kanselir Han mengungsi. Wang Dong Min. Kanselir yang naik tahta tepat saat Revolusi Han, ketika Kanselir lama Lee Hyunjin ditembak orang tak dikenal di rumah pribadi di BeiYuan. Aktor utama diduga para Kasim istana. Lee Hyunjin adalah Kanselir muda dari etnis Hanguk yang tidak disukai oleh bangsawan Han.



“ ini bukanlah akhir dari peradaban kita. Ini akan menjadi sejarah. Han akan bangkit lagi. Melalui perjuangan kita semua. Para pengkhianat laknat yang menduduki rumah kita, akan menerima pembalasan atas ulah mereka”



Kami lalu menyanyikan lagu kebangsaan Han. Lucu, aku agak asing dengan lagu kebangsaanku sendiri. Kecuali, itu memang bukan lagu kebangsaan negaraku. Aku bukan orang Han.



Kanselir Dong Min turun dari panggung. Kami membubarkan barisan. Kami lalu menurunkan senjata dari truk, yang merupakan bantuan dari Kekaisaran Xian. Kekaisaran Xian menyumbangkan ratusan ribu senjata kepada Kemiliteran Darurat Han. Kami membuka kotak demi kotak dan menemukan persenjataan tua dari zaman perang Raya.



Ada senapan bolt Action (mannlicher m1895), senapan serbu yang pertama kali ditemukan (FN BAR), ada pistol mesin dari zaman wabah besar (mp28) dan senapan mesin tua dari perang raya (MG08/15)



“ astaga senjata ini bahkan sudah dimuseumkan”



Ucap temanku sambil menenteng senapan mesin itu



“ hei Qiangshou, kau akan menggunakan senjata ini?”



Tanya seorang temanku sambil menyodorkan senapan mesin tua



“ kurasa aku tidak punya pilihan”



Aku mengambil senapan serbu, senapan bolt Action dan beberapa amunisi. Aku tahu senjata ini ketinggalan zaman dibandingkan senjata Federasi Han, apalagi mereka bilang pistol mesin/Smg Federasi Han salah satu yang terbaik (Thompson m1928)



Moril hampir setiap prajurit sangat rendah, bahkan baret merah sekalipun. Banyak yang bingung untuk apa kami bertarung lagi. Banyak yang setia pada Kaisar tapi membenci Wang Dong Min. Ada juga yang masih gigih dan optimis Han akan bangkit. Tapi tidak banyak.



Aku melihat para mekanik merakit sebuah pesawat angkut. Mereka juga memeriksa mesin pesawat dan mencat pesawat dengan warna dan lambang Kekaisaran Han. Pesawat itu adalah pesawat angkut ringan buatan Kedirgantaraan Xian. Satu pesawat dirancang mengangkut 20 prajurit. Han memesan 750 unit untuk mengangkut semua prajurit Han lewat Udara. Untuk saat ini Han membeli 25 pesawat penumpang bekas perusahaan penerbangan swasta dan menggunakan untuk evakuasi pengungsi dan prajurit dari suatu lapangan terbang atau bandar udara.



Waktu makan siang tiba. Kami berbaris makan mie instan. Tidak ada lagi ransum. Mie instan memungkinkan dimakan mentah sehingga dipercaya mengganti ransum karena lebih murah. Kami berbaris memakan mie instan kuah dari dapur militer bersama tentara Hijau. Darisanalah lahir istilah tentara Mie Hijau. Yaitu tentara yang memakan mie bungkusan hijau untuk bertahan hidup.



Kami belum ada tugas selain berlatih dan berlatih. Tidak ada yang tahu rencana Jenderal-jenderal Han di Xian selanjutnya. Matahari terbenam dan yang kami dapat setelah latihan, adalah mie instan. Kami tidur di dalam hangar. Sementara mekanik dibantu pengungsi bahkan terus merakit pesawat hingga malam hari. Mereka bergantian bertugas. Kami tidak dibebastugaskan namun banyak yang keluar bandara lalu minum-minum dan ke rumah bordir.



Aku ikut keluar. Aku berjalan ke telepon umum lalu menelepon Istriku. Qiao terkejut aku menelepon. Itu bahkan belum sehari tapi ia merasa kami sudah tidak bertemu berhari-hari. Saat itu juga ia mengakatan akan bertemu denganku di bandara.



Aku berdiri menunggu Qiao. Aku melihat seorang gadis dengan pakaian hanfu membagikan mie instan di malam hari. Ia masih sangat muda. Mungkin baru 18 tahun. Ia mendekat lalu tiba-tiba saja aku merasa aku seperti mengenalinya.



Ia melihatku dan ia tiba-tiba terdiam. Kami saling bertatapan. Ia perlahan mundur namun tiba-tiba langkahnya berhenti dan ia tersenyum



“ Hyewon?”



Ucapku menyapanya.



“ Kukira kau sudah lupa”



Ucapnya. Aku sadar itu bukan Hanfu, tapi Hanbok, pakaian tradisional suku Hanguk.



“ jadi kita pernah bertemu?”



Hyewon tersenyum



“ aku teman istrimu, kau ingat?”



Aku tidak ingat.



“ istriku, Qiao?”



Ia tertawa kecil



“ siapa lagi? Memangnya kau pernah menikah lagi?”



Kami tertawa bersama. Ia memberiku mie instan dan aku menyimpannya di sakuku. Ia pamit karena ia masih harus melakukan bantuan sosial malam itu kepada pengungsi dan prajurit-prajurit. Aku meminta maaf karena setahun lebih ini, Qiao tidak sempat mengabarinya kalau kami di Ibukota



“ sudah santai saja. Aku akan hubungi dia sendiri”



Ia membungkukkan badannya. Kami berpisah. Ia kembali melakukan bakti sosial. Tak lama mobil hitam Qiao parkir. Ia buka pintu lalu ia berlari dan langsung memelukku.



“ Suamiku, aku senang kita bertemu. Rasanya seperti sudah lama sekali”



“ Qiao, istriku”



Kami tertawa malu. Saat itu belum begitu malam jadi kami makan malam berdua. Aku masuk ke mobil, lalu menyetir dan kami makan malam di sebuah restoran cepat saji di dekat bandara.



“ Huaa aku mau kaki Babi kecap”



“ aku cukup Sup rumput laut saja”



Qiao memesan kaki Babi kecap. Sambil tersenyum ia mengatakan ia sangat suka daging babi. Saat itu entah bagaimana aku ingat aku tidak suka daging babi. Sehingga aku memesan sup rumput laut.



Tidak ada lagi sedikit pun bayangan tentang kehidupanku di bumi. Semuanya hilang. Hanya beberapa kebiasaan dan sifat yang masih melekat. Aku menjadi orang lain. Tapi sifat-sifatku di bumi dan kemampuan serta pengetahuan tentang senjata entah kenapa masih membekas.



Makan malam siap tidak lama setelah kami membayar di kasir. Aku membawakan makanan ke meja yang kosong. Kami duduk berdua dan mulai makan. Aku makan dengan lahap namun ia hanya diam, memegang sumpitnya, melihatku sambil tersenyum senang. Aku menoleh dan menatapnya bingung



“ ada apa?”



Qiao mencium pipiku



“ aku selalu senang lihat kau makan seperti ini. Hari ini aku belum makan malam karena aku rindu cara kau makan. Lahap, cepat dan berantakan. Seperti ini”



Ia mengambil sapu tangan lalu membersihkan nasi di mulutku.



“ aku juga senang kalau kau ikut makan. Sekarang ayo makan”



Sahutku. Qiao kembali tersenyum. Ia ambil sumpitnya lalu ikut makan bersamaku.



“ kurang? Tambah lagi ya”



Aku sangat lapar malam itu. Aku menambah tiga mangkuk nasi dan sup rumput laut. Qiao hanya makan satu mangkuk. Kami keluar dari restoran cepat saji itu dengan perut kenyang. Saat itu mendekati tengah malam. Banyak Prajurit yang masih diluar bahkan banyak yang baru bangun dan keluar bersenang-senang.



“ banyak yang bercinta malam ini”



Bisik Qiao. Aku tertawa kecil



“ bagaimana dengan kita?”



Godaku. Qiao tersenyum lalu mencubit tanganku pelan



“ genit ya”



Sahutnya. Aku dekup dia lalu aku cumbu dia dipinggir jalan itu. Kami bercumbu mesra. Di pinggir jalan itu, di bawah bulan dan bintang. Aku pejamkan mataku, melumatnya dengan penuh perasaan. Qiao membalas lumatan bibirku. Ia memelukku erat dan kami bercumbu dengan penuh cinta.



Qiao meneteskan air mata. Ia tatap wajahku dengan serius. Ia memelukku lalu ia berbisik



“ aku mencintaimu, Bao An ku”



Bisiknya pelan



“ Xingqiao, aku juga mencintaimu. Dari dulu, hingga Sekarang”



Qiao menangis haru. Aku hapus air matanya dan kami kembali bercumbu.



“ terima kasih, Qiao, malam ini kau membuatku menjadi pria paling beruntung”



Bisikku.



“ benarkah?”



Bisiknya dengan penuh isak tangis. Aku menangguk. Aku merasa ada banyak cinta di dalam diriku untuknya. Semua perasaan yang aku simpan yang aku berusaha buang, meluap setiap kali kami bersama. Semua itu membuatku seolah benar-benar mencintai Qiao. Aku sudah mencintainya sejak lama dan tak kusadari bahkan hingga sekarang. Meski dengan nama berbeda.



Kami berpindah ke mobil. Kami parkir di sebuah parkiran tertutup dan sepi. Kami bercumbu liar dan saling melepas pakaian. Ia naik kepangkuanku, lalu mencumbuku sambil mengalungkan kedua tangannya di leherku.



Ada banyak mobil yang juga sedang bercinta di parkiran itu. Kami bercumbu liar di atas kursi kemudi, dan diparkirkan yang gelap itu. Kami bercinta dengan liar. Aku remas buah dadanya lalu mengecup dan menghisap ganas putingnya. Qiao mendesah keras sambil menggesekkan kemaluannya ke tongkat besarku.



Aku pegang pinggulnya dan kami melompat ke permainan final. Aku hujamkan kemaluanku ke lubang kemaluannya hingga tenggelam seluruhnya. Kemaluanku berkedut-kedut dan dinding kemaluannya memijat batangku dengan manja. Aku mulai menghujamkan batangku dari bawah dan ia mendesah.



Aku kembali meremas buah dadanya. Aku mainkan putingnya sambil terus menghujamkan kemaluanku. Wajah Qiao memerah. Ia mendesah hebat dan mobil itu bergoyang mengikuti gerakan liar kami. Aku percepat hujamanku, menusuk-nusukkan kemaluanku dengan nafsu.



Qiao mendesah panjang. Kami keluar bersama-sama. Kemaluanku berkedut hebat memuntahkan air mani dengan deras ke dalam kemaluannya. Ia pun mendesah panjang dan carian kenikmatannya memuncrat deras. Dengan nafas terengah-engah kami tersenyum puas menikmati permainan singkat itu.



Ia jatuh kepelukanku. Waktu sudah tengah malam. Di ronde kedua ia duduk manis di kursi sedangkan aku dengan bebas menghujamnya dari atas, sambil menjamah buah dada dan sekujur tubuhnya, dan mencumbu bibir manisnya. Qiao mendesah panjang dan ia mencapai puncak kenikmatannya beberapa kali. Dan aku menikmati sensasi ejakulasi kedua di dalam lubang kemaluannya. Ia mundurkan kursi dan Aku berlutut diantara selangkangannya menjilati kemaluannya dengan lidahku.



Kami sama-sama puas. Qiao mengenakan gaunnya kembali dan aku kembali mengenakan seragamku. Kami kembali ke bandara. Kami berhenti di depan gerbang lalu turun dari mobil. Kami saling berpelukan dan mengucapkan salam perpisahan.



“ semoga saja kita bertemu esok malam lagi”



Ucap Qiao.



“ perasaanku bilang kita akan bertemu lagi”



Qiao tertawa. Ia mengeluarkan sesuatu dari tas jinjingnya.



“ aku lupa memberimu ini”



Ia memberiku sebuah kamera kecil. Sebuah kamera yang muat di kantungku



“ kamera?”



Tanyaku. Qiao mengangguk.



“ mulai sekarang, apapun yang terjadi, kau bisa ambil gambar dan menunjukkannya padaku”



Ia memberiku kamera dengan sebuah gantungan kunci yang cantik. Aku mengambilnya. Dan yang pertama yang aku ambil adalah wajah cantiknya. Lampu kamera menembak dan aku berhasil mengambil gambarnya.



“ ini keluaran terbaru. Bisa menangkap gambar berwarna. Modelnya memang sama dengan yang lama, tapi aku jamin gambarnya lebih cantik”



Jelas Qiao. Aku mencium pipinya



“ seperti kamu”



Godaku. Ia menepuk pundakku pelan.



“ kamu bisa saja ya”



Sahutnya. Qiao kembali naik ke mobil. Ia lambaikan tangannya dan aku melambaikan tanganku. Mobil itu melaju dan kami berpisah.



Aku berjalan kembali ke gerbang masuk markas darurat. Aku melihat Hyewon dan teman-temannya tertidur bersama pengungsi di pinggir jalan. Qiao tidak melihatnya. Mereka tertidur lelap dengan tas sebagai bantal, beralaskan tikar dan berselimut kain.



Aku mengambil gambarnya. Aku berjalan ke markas lalu istirahat di kasurku. Aku berencana akan mencetak semua gambar yang aku ambil esok sore atau malam ketika aku di bebas tugaskan. Aku ingin menyimpan gambar Qiao sebelum aku bertugas nanti.





Aku tersenyum. Aku sangat puas malam itu. Aku bisa berkencan dengan istriku meski sangat singkat. Teman-temanku kembali dalam keadaan mabuk. Kami harus apel pagi ini namun banyak sekali prajurit yang mabuk.
 
Episode 8​

Pagi itu diawali dengan Apel di pagi hari. Kondisi jauh dari disiplin. Kami apel bahkan hampir 3 jam setelah matahari terbit. Wang Dong Min turun dari mobilnya dan naik ke panggung untuk memimpin Apel.



Hari itu beliau mengumumkan Kematian Pangeran Chong di kediamannya. Pangeran Chong adalah kakak kandung Kaisar Shi, yang seharusnya menjadi harapan terakhir Han karena beliau memimpin 100 ribu lebih pasukan Han di provinsinya, yang dikepung oleh Tentara Putih Federasi Han. Mereka bertahan bertahun-tahun dan menunggu saat yang tepat untuk menyerbu. Sebelum ke BeiYuan, Kaisar sempat berpikir untuk mengungsi ke sana namun Kanselir Wang Dong Min menolak dengan halus ide Kaisar dan berhasil membujuk jika Xian lebih aman karena jauh dari Medan perang



“ Pangeran Chong, adalah salah patriot nomor satu di Kekaisaran Han. Beliau dengan gagah berani memerangi Dynasty Nomadik, bertempur membela Han melawan Kekaisaran Timur, Jenderal terbaik selama Perang Raya dan beliau nomor satu melindungi rakyatnya selama pemberontakan Tentara Putih. Jasa beliau akan selalu dikenang sepanjang masa”



Pangeran Chong adalah pendekar sakti atau bahasa modernnya manusia super terakhir di kekaisaran Han, setelah menghilangnya Kuanlin sang Pendekar Naga hitam dan Putri Li ke Bumi. Dia bertempur di empat perang dan menguasai berbagai senjata. Mulai dari golok sampai SMG dan senapan mesin ringan. Beliau terkenal selalu mengenakan baju zirah besi bahkan di perang modern seperti perang raya sampai perang Para Jenderal.



Pangeran Chong dibunuh bawahannya sendiri Letnan Jenderal Wang Yi malam kemarin. Pangeran entah bagaimana menyimpan segel Kekaisaran sehingga dini hari tadi, lewat radio, Letnan Jenderal Wang Yi, yang sudah memiliki Segel Kekaisaran mengumumkan dibubarkannya Kekaisaran Han dan didirikannya Dynasty Liao. Ia naik tahta dengan Gelar Kaisar Shu pertama. Pengakuan dari negara lain dibutuhkan ketika mendirikan negara baru namun baik Republic Demokratis Kepulauan Timur, dan Kekaisaran Xian tidak mengakui berdirinya Kekaisaran Liao.



Federasi Han sendiri mengirim wikipedia kepada pemerintahan Darurat Han. Mereka menawarkan perdamaian. Walaupun tidak Kaisar Shi memerintah secara langsung, Kaisar tetap menjadi sosok suci Rakyat Han, sedangkan Sistem pemerintahan Han kuno dibubarkan. Sebagai gantinya, Han akan memiliki pemilu legislatif untuk memilih anggota Dewan, serta Pemilihan Kanselir, yang keduanya akan diadakan selama lima tahun sekali. Kanselir hanya diizinkan memerintah maximal dua periode dan kuasa Kanselir seumur hidup ditiadakan. SingkatnyaA Han akan berubah menjadi sebuah Negara dengan sistem pemerintahan Monarki Konstitusional.



Banyak prajurit yang tiba-tiba mendukung gagasan ini. Dengan ini tidak hanya perang dapat cepat selesai, namun Rakyat Han akhirnya bisa menentukan nasib sendiri. Mereka akhirnya dapat pulang, membangun rumah mereka dan menangkap jenderal-jenderal yang berkhianat.



“ ini adalah penghinaan terhadap tanah air kita. Ini adalah penghinaan terhadap Kaisar. Kita tidak boleh diam saja. Han tidak akan bernegosiasi dengan pemberontak. Kita akan terus memperjuangkan negara kita, sampai titik darah penghabisan. Hidup Kaisar!”



Kami menyanyikan lagu kebangsaan Han. Banyak yang kecewa dengan pernyataan Wang Dong Min yang katanya mewakilkan Pernyataan Kaisar Shi. Moril semakin rendah, mereka yang sudah berperang di Han hanya ingin perdamaian. Namun sorak-sorak baru terdengar. Prajurit-prajurit muda yang baru bergabung pada masa pemerintahan darurat bersorak mendengar pernyataan Kanselir dan siap menanti petualangan yang menanti mereka. Namun bukan petualangan yang menanti mereka. Melainkan rasa takut dan kematian mereka.



Aku mulai berlatih dengan senapan serbuku. Dengan 20 peluru, Kekaisaran Xian mengklasifikasikan senjata ini sebagai senapan serbu pertama di dunia.



Kami kembali berlatih. Jumlah prajurit bertambah dari sebelumnya hanya beberapa belas ribu. Menjadi puluhan ribu ditambah sukarelawan. Kami melihat senjata baru berbaris rapi di landasan Bandara Internasional Kekaisaran Xian, pesawat-pesawat jet. Pesawat-pesawat Jet AU Han berbaris rapi dilandasan, lalu lepas landas. Pesawat itu cepat dan menakutkan. Tak lama kami melihat jet tempur Kekaisaran Xian keluar dari hangarnya, yang lebih cepat dan tak kalah menakutkan dari Jet Kekaisaran Han.



Aku mengambil gambar keduanya. Aku mengambil banyak gambar dari itu. Mulai dari saat apel, sampai gambar Jet tempur Han (gloster meteor) dan Xian (Me-262). Aku kembali latihan bersama teman-temanku. Kami menghabiskan waktu seharian dengan latihan dan latihan. Ada yang semangat, ada yang lemas dan lelah karena mereka sudah jenuh dengan perang ini.



Siang itu setelah makan siang mie instan kami mendapat tugas pertama kami. Piket di depan hotel Bandara. Kami berjaga di depan hotel bandara. Dengan sebuah mobil Jeep. Kami resmi menjadi security hotel. Kami melihat banyak pengungsi istirahat dan duduk termenung di kemah mereka di trotoar luar hotel. Saat itulah aku tidak sengaja bertemu dia lagi, Hyewon.



Hyewon sedang tidur siang. Ia duduk dan tidur sambil bersandar di tiang listrik bersama teman-temannya. Kurasa ia sehabis bakti sosial. Hyewon selalu di sini. Ia memeluk tasnya yang penuh dengan roti dan mie instan. Hyewon tiba-tiba bangun dan ia tersenyum malu



“ eh kau rupanya” ucapnya malu.



“ Nona Hyewon, kau selalu di sini?”



Ia mengangguk.



“ begitulah. Kami kuliah dekat sini, jadi kami mengisi waktu dengan bakti sosial, lalu istirahat di pinggir jalan kalau kami lelah”



Ucapnya. Ia mengeluarkan beberapa roti dari tas jinjingnya.



“ kau mau roti? Untuk kamu dan rekan-rekanmu”



Aku mengangguk.



“ tentu.”



Aku mengambil satu Roti dan membagikannya ke rekan-rekanku



“ wooo Qiangshou menggoda wanita Xian. Ingat istrimu Qiangshou!!”



Teriak rekan-rekanku



“ tenang kawan, dia teman istriku”



Sahutku



“ oooh teman”



Sahut mereka kembali. Hyewon tertawa malu.



Hyewon duduk di tepi trotoar di dekatku. Ia minum air putih dan makan roti. Ia sangat imut dan cantik. Banyak rekan-rekanku yang bujangan mendekatinya dan menggodanya. Hyewon hanya tertawa



“ kau populer sekali”



Ucapku. Hyewon tertawa malu



“ bukannya semua tentara suka gadis muda?”



Sahutnya santai



“ itu benar juga. “



Sahutku. Aku mengambil foto Hyewon dan dia tertawa kaget



“ kau mengambil gambarku? Kenapa tidak bilang? Aku belum siap”



Ucapnya



“ aku lebih suka kalau natural seperti ini.”



Sahutku. Aku menyerahkan kamera itu pada Hyewon.



“ bisa kau cetakkan foto untukku? “



Tanyaku. Hyewon menatapku sinis



“ jadi itu maksudnya. Kau ramah karena minta cetakkan foto dari mesin ini?”



Ucapnya sinis



“ begitulah, boleh kan?”



Jawabku santai. Ia tertawa



“ kenapa tidak. Aku Cuma bercanda kok”



Sahutnya.



“ kau mau kilat atau 3 harian?”



Tanya Hyewon. Aku dengan santai menjawab



“ kilat”



Hyewon lalu berdiri



“ memangnya kau tahu apa itu kilat dan 3 hari?”



Aku ingat meski aku belum pernah mencetak foto sebelumnya.



“ begitulah”



Sahutku.



“ baiklah. Tunggu ya. Bentar lagi aku kembali”



Aku memberinya uang kertas Xian. Ia pergi dan menyimpan kamera itu di tasnya. Hyewon masuk ke dalam Hotel, dan ternyata ada pertokoan di lantai satu dan basement hotel.



Aku berdiri menunggu Hyewon sambil menjalankan tugasku. Teman-teman Hyewon bangun dan mereka mengobrol dengan rekan-rekanku. Mereka tak kalah cantik dibandingkan Hyewon. Rekan-rekanku menjadi semangat dan sekarang asyik menggoda ke tujuh teman-teman Hyewon. Aku duduk tersenyum melihat mereka sambil menunggu Hyewon kembali.



“ Chingu ya (kawan-kawan), sudah bangun?”



Dan Hyewon kembali



“ Eonni!” (Mbak!)



Hyewon membawakan teman-temannya juice dan soda. Ia juga membeli banyak air mineral dan mie instan. Ia menaruh belanjaannya di dekat tiang listrik lalu ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya



“ ini gambarnya, uang kamu kebanyakan. Jadi aku pakai beli soda, air sama mie instan. Gak papa kan?”



Aku mengangguk



“ sudah santai saja. “



Sahutku. Rekan-rekanku masih asyik mengobrol dengan teman-teman Hyewon. Hyewon duduk lalu meminum soda yang baru ia beli



“ ini ambillah”



Aku memberinya foto warnanya



“ gambar warna pribadiku, wow, terima kasih”



Hyewon mengambilnya. Ia lalu tersenyum. Ia lihat foto itu dan ia tersenyum. Raut wajahnya berubah. Biasanya dia riang dan cerah seperti matahari pagi, namun kali ini aku melihat jelas wajahnya penuh haru



“ Kuanlin, andai kamu di sini. Foto ini, mungkin akan lebih berwarna lagi. Aku belum siap kehilangan kamu. Aku wanita yang bodoh.”



Lucu. Aku mengerti apa yang ia katakan. Setiap katanya. Namun teman-temannya acuh seolah tak mendengarnya. Saat itu aku tak sadar aku sebenarnya mengerti bahasa Indonesia. Aku selalu berbicara bahasa Mandarin dengan logat Han di sana. Dan peradaban Melayu hanya ada di Alam semesta sekitar bumi.



“ Hyewon?”



Wajahnya seketika berubah



“ oh? Aku hanya terharu dengan kualitas gambar ini. Andai kedua orang tuaku melihatnya”



Ia berbohong. Aku mengerti apa yang ia katakan



“ Oppa, orang tua Hyewon meninggal karena pandemi. Jadi dia sendiri sekarang. Itu sebabnya ia sedih”



Dan teman-temannya tidak mengerti apa yang ia katakan. Siapa Kuanlin?



Matahari hampir terbenam. Jadwal kami selesai. Kami melapor ke pos dan kembali ke depan hotel. Hyewon dan teman-temannya kembali bakti sosial selagi kami di pos.



Teman-temanku pergi berkencan dengan gadis-gadis Hanguk itu. Mereka ke bar dan minum-minum di sana. Aku dan Hyewon juga di sana. Hari masih sore dan mereka sudah minum-minum.



Rekan-rekanku kini bercumbu mesra dengan pasangan mereka masing-masing. Baru sebentar dan mereka menemukan masing-masing pasangan mereka. Banyak yang naik ke lantai dua dan kita semua tahu apa yang terjadi, sex



“ teman-teman kamu. Mereka lagi kencan semua”



Ucap Hyewon. Secara teknis aku berkencan dengan teman istriku. Ia masih sangat muda tapi ia berteman dengan istriku yang sudah lama menikah



“ aku kuliah sementara Qiao menikah dengan kamu. Astaga kau pikun?”



Hyewon tertawa. Aku teguk arak itu dan tiba-tiba saja aku bertanya dengan bahasa Melayu yang jelas



“ Hyewon, siapa Kuanlin? Kenapa kau bersedih di pinggir jalan tadi?”



Mata Hyewon menjelit. Lagi-lagi raut wajahnya berubah. Hyewon meniup sesuatu dan seketika saja aku mabuk berat dan tertidur di meja.



Aku sadar. Hari sudah malam. Hyewon sudah pergi. Aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Aku menggunakan wewangian untuk menghilangkan bau arak di seragamku. Teman-temanku masih bercinta dengan pasangan mereka. Sebaiknya aku tidak mengganggu mereka. Aku tidak sengaja menabrak Hyewon, saat menuruni tangga dan dia juga mabuk berat



“ hai prajurit”.



Aku hendak mengajaknya keluar namun aku melihat mobil Qiao dari kejauhan. Aku titipkan dia di bar lalu keluar dan berjalan menghampiri istriku. Aku tidak ingat aku baru saja bertanya kepada Hyewon dengan bahasa Indonesia.



“ Qiao, istriku”



Aku menghampiri istriku Qiao yang berdiri di depan mobil, dan melihat ke sana kemari mencariku. Ia tersenyum dan kami berpelukan. Kami tidak dibebastugaskan tapi lagi-lagi kami bebas kemana saja.



Aku dan Qiao sempat pulang ke rumah Kami. Aku mandi air hangat dan Qiao menyiapkan makan malam. Aku mengenakan pakaian rumah, lalu keluar kamar dan Ia duduk manis di meja makan. Aku duduk bersamanya dan kami mulai makan malam.



“ bagaimana harimu hari ini?”



Tanya Qiao



“ aku mendengar berita hari ini, teman-teman bertambah pesimis dan aku, aku mencetak ini sore ini”



Aku memperlihatkan foto warna yang aku minta Hyewon mencetaknya. Qiao melihat foto dirinya dan juga foto diriku di markas. Aku memfoto diriku sendiri. Qiao tersenyum haru. Tatapannya persis seperti tatapan Hyewon.



“ Bao an.”



Lirihnya dengan sangat pelan.



“ aku senang bisa memilikimu suamiku. Setiap memori itu, memori kita adalah hal paling berharga seumur hidupku. Aku mohon kembalilah. Tetaplah jadi milikku”



Aku tersenyum haru. Misi kami mungkin sebentar lagi sehingga kami mungkin akan berpisah. Kami bercumbu mesra , dan mulai makan malam bersama.



Makan malam itu selesai. Qiao membereskan makan malam dan aku ikut membantunya. Kami duduk berdua di sofa dan aku menatapnya dengan penuh cinta



“ aku pasti kembali. Ingatlah apapun yang terjadi, aku akan tetap menjadi milikmu”



Qiao tersenyum haru. Kami bercumbu di atas sofa itu. Kami saling melepas pakaian dan Qiao segera menunggangi tubuhku. Ia lahap bibirku sambil menggesekkan lubang kemaluannya dengan penisku.



Kami bercumbu liar. Aku dekup dia dan terus menggesekkan batang kemaluanku di bibir kemaluannya. Kemaluannya seketika basah. Aku pegang pinggulnya dan kami melompat ke bagian terpenting. Ia masukkan penisku ke lubang kemaluannya dan mulai menggempurnya dari atas.



Aku dekap dia erat, menghujamkan kemaluanku dari bawah. Kami terus bercumbu liar. Kemaluanku menepuk-nepuk kuat selangkangannya. Aku gerakkan penisku makin cepat dan Qiao sangat menikmatinya



“ ahhh Suamiku”



Kami keluar secara bersamaan. Adegan sex itu sangat singkat tapi kami menikmatinya. Kami mendesah menikmati puncak kenikmatan kami berdua. Ia goyangkan pinggulnya, memanjakan penisku yang masih ejakulasi dengan pelan. Ia cabut penisku dari lubang kemaluannya lalu ia jatuh kepelukanku.



Permainan tidak berhenti hingga di sana. Ia tunggangi wajahku dengan lubang kemaluannya, sementara bibir manisnya kini mengulum penisku dengan ganas dan liar. Kami melakukan posisi 69. Ia goyangkan pinggulnya sambil mengulum penisku. Goyangannya semakin bertambah liar dan tak lama, tubuhnya gemetar dan kami mencapai puncak kenikmatan kami yang kedua.



Air maniku memuncrat di dalam mulutnya dan carian kenikmatanya menyemprot membasahi wajahku yang masih asyik bercinta dengan kemaluannya. Kami bercinta hingga larut malam dan aku sempat kembali sebelum apel di pagi hari.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd