Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Legenda putri bintang S2

Bimabet
Episode 9​

Satu minggu kemudian. Setelah Hari-hari yang penuh dengan latihan dan tugas di siang hari, pacaran dan sex di sore serta malam hari, masih tidak ada langkah dari kanselir Wang Dong Min. Jet tempur Han lepas landas setiap hari, menjalankan latihan di angkasa, bersama pesawat-pesawat serbu piston. Tapi tidak ada kejelasan bagaimana masa depan kerajaan



Pagi itu kami mendapat berita jika Kanselir Dong Min tewas di kamarnya karena overdosis. Semua orang tidak menyangka orang segemuk itu bisa menggunakan narkoba. Ada yang berduka, namun sebagian besar justru sangat senang. Biasanya kerajaan akan berkabung selama 30 hari, namun karena situasi darurat Mayor Jenderal Liao Ju mengambil alih pemerintah sebagai pimpinan tertinggi sementara Mayor Jenderal Hua Guozhang, dipromosikan menjadi pimpinan tertinggi Militer. Jenderal Liao Ju masuk ke istana untuk pelantikan.



Aku dipromosikan bersama banyak prajurit lainnya. Aku dipromosikan menjadi letnan satu. Kami akhirnya mendapat tugas pertama kami. Invasi ke Pemborontak Liao. Sebuah serbuan ke Kekaisaran Liao yang baru berdiri



Sore itu aku menelepon istriku, Xingqiao. Aku menelepon jika aku mungkin akan bertugas sebentar lagi. Dengan mobilnya, istriku datang ke ritual Jamuan terakhir, ritual dimana seluruh prajurit berpesta sebelum operasi militer dimulai.



“ istriku, Xingqiao”



“ suamiku”



Kami berpelukan. Qiao mengenakan gaun hanfu tradisional Han yang sangat indah. Gadis-gadis Hanguk, pacar teman-temanku juga datang. Kami semua duduk berbaris untuk makan malam bersama



“ ingat suamiku, berjanjilah kau akan kembali”



Malam itu kami berpelukan. Qiao menangis. Jamuan selesai. Dengan berurai air mata aku harus berpisah dengan istriku Qiao. Aku berjanji akan kembali. Kami bercumbu untuk terakhir kali, sebelum aku mengantarnya ke parkiran. Qiao masuk ke mobil lalu pulang sambil melambaikan tangannya.



Pesta telah selesai. Namun banyak prajurit yang masih berpesta. Prajurit-prajurit banyak yang keluar ke penginapan dan bar, lalu bersenang-senang dan melakukan sex dengan pasangan mereka atau pun pelacur-pelacur di luar sana. Qiao sudah pulang. Bahkan banyak yang melakukannya di markas. Namun tak lama Hyewon muncul.



“ Hyewon”



“ wuuuuu Letnan”



Ia menggodaku. Ia tahu aku baru di promosikan.



“ kau kemana seharian ini?”



Tanyaku



“ aku baksos di pusat kota. Maaf aku tidak ke sini siang tadi”



Aku duduk di pinggir jalan bersama Hyewon. Ia memakai baju modern malam itu. Ia tidak mengenakan hanbok. Ia sangat cantik baik sangat mengenakan hanbok atau pun baju modern.



“ kau seperti aktris layar lebar”



Ucapku



“ makasi”



Ucapnya



Kami melihat orang-orang yang bersenang-senang dan bercinta dengan pasangannya. Hyewon hanya diam



“ kau punya pacar Hyewon?”



Tanyaku



“ begitulah. Tapi aku berbuat sesuatu yang bodoh jadi dia pergi dengan wanita lain”



Hyewon lalu tertawa



“ aku terlalu mengejar impianku. Aku memang agak berlebihan dan dia, dia tidak menyukainya. Sekarang aku, aku menyesal”



Aku melihat wajah sedihnya. Hyewon hanya menunduk



“ impian apa? Ia tidak suka kau kuliah?”



Tanyaku. Hyewon menggeleng kepala dan seketika kembali ceria



“ sudahlah, aku dengar ada kabar duka pagi ini bagi orang-orang Han. Aku ikut berduka”



Ucapnya. Ia pasti membicarakan Kanselir Dong Min



“ Ya, Kanselir tewas karena overdosis. Sayang sekali. Banyak yang tidak suka orang itu. Ia meninggal dunia dan kami justru berpesta”



Sahutku. Hyewon hanya tersenyum



“ andai orang tahu ia tidak seperti yang orang lihat. Aku tahu ia mesum. Istrinya banyak. Mata keranjang. Tapi begitu juga Kuanlin sang pendekar naga hitam. Ia menikahi dua putri, disukai banyak wanita, tapi dia seorang pahlawan bagi Xian dan Han. Wang Dong Min juga seperti itu. “



Aku hanya diam. Kuanlin yang ia sebut itu, mempunyai nama yang sama dengan pendekar naga hitam. Itu biasa karena aku ingat ada ratusan Kuanlin di satuan Militer kami.



“ manusia itu tidak terlalu berubah dari 150 tahun yang lalu. Dulu mereka mendengar cerita mulut ke mulut dari Kantin dan kedai minuman keras. Sekarang mereka mengenal seseorang dari Radio dan surat kabar. Itu sebabnya banyak orang tidak tahu siapa Wang Dong Min sebenarnya. Yang ia mau hanya Han kembali seperti dulu.”



Hyewon benar. Pendekar Naga hitam juga tidak terlalu populer lagi di Kekaisaran Han, karena ia diberi label sebagai penjahat perang tepat setelah Perang Raya. Semua itu karena media saat itu sangat anti Xian. Dan pendekar Naga Hitam adalah orang Xian. Fitnah-fitnah dilontarkan seperti pendekar Naga hitam seorang yang mesum, punya banyak istri, dan seorang pemerkosa dari daratan Xian. Mereka bilang di perang barat timur, di pengepungan BeiYuan, Pendekar Naga hitam memilih lari dengan putri Li daripada menyelamatkan penduduk BeiYuan yang masih hidup.



“ kau mengeri maksudku. Letnan, perang ini terjadi, karena kebencian di dalam diri kita, karena ambisi dan keserakahan pemimpin-pemimpin kita. Manusia cenderung melakukan hal buruk ketika ia memiliki kekuatan yang besar. Itu sebabnya aku lebih senang di sini, hidup sebagai seorang mahasiswi biasa, yang memandangi bintang setiap kali malam tiba”



Ia menoleh ke langit. Aku terdiam. Saat itulah ia terlihat sangat cantik. Terlalu cantik sampai aku lupa aku sudah punya istri.



“ Hyewon, apa menurutmu biasa jika pria punya banyak istri?”



Hyewon menatapku sinis



“ kau ingin mengajakku selingkuh kan?”



Aku tertawa dan menjawab iya. Hyewon tertawa terpingkal-pingkal



“ Letnan, jujur, jika ada cinta di dalam diriku untukmu, aku ingin cinta itu adalah cinta antara adik dan kakak. Atau antara paman dan keponakan.”



Aku juga setuju. Aku lebih suka Hyewon menjadi adikku. Malam itu kami minum-minum di bar. Kami minum-minum sambil memesan daging babi kecap yang sangat lezat. Aku sampai lupa aku tidak suka babi. Aku makan dengan sangat lahap, satu meja dengan Hyewon. Kami minum-minum dan berdansa bersama. Kami lari ke tengah jalan dan Hyewon memegang tanganku. Ia tertawa dengan sangat manis. Aku menggendongnya dan ia berteriak seperti orang gila



“ PANJANG UMUR KAISAR! Wuhuuuuu”



Ia berteriak-teriak berulang kali membuat semua orang tertawa terpingkal-Pingkal. Aku tidak sadarkan diri karena aku terlalu mabuk.



Pagi itu aku bangun di markasku. Aku terbangun dan aku terkejut begitu aku sadar aku tidur sambil memeluk Hyewon. Aku bangun dan melompat dari kasurku



“ Hyewon?!”



Ia bangun dan menyapaku dengan manis



“ hai Letnan”



Lalu ia kembali tidur. Astaga aku tidur sekasur dengan wanita lain. Aku melihat teman-temanku dan mereka tidur berdua dengan pacar-pacar mereka



“ Qiangshou, ternyata kau juga tertarik dengan anak ingusan seperti Hyewon”



Hyewon tertawa terbahak-bahak, ia sudah bangun. Semua orang ikut terbahak-bahak. Kami satu persatu mandi, sementara Hyewon dan teman-temannya duduk di kasur kami.



Hyewon berdiri di luar hangar. Ia menghadap melihat landasan pacu. Dua Squadron Jet tempur Han sudah berbaris di landasan pacu untuk olahraga pagi. Mereka adalah kejutan kecil untuk musuh. Ujung tombak Han yang akan mengawal kami serta menghancurkan armada musuh.



“ aku belum pernah melihat pesawat Jet sebelumnya”



Hyewon mengeluarkan diarinya dan mulai menggambar. Aku mengambil gambarnya dengan kameraku. Ia gemar menggambar apa yang ia lihat. Ia menggambar jet tempur itu yang berbaris rapi di landasan pacu.



Aku tersenyum melihat tingkahnya. Ia terkadang anggun, terkadang lucu, terkadang seperti anak kecil, terkadang sangat dewasa dan cantik. Seperti istriku Qiao. Ia penuh kejutan. Kurasa aku suka wanita yang penuh kejutan.



Saat itu tanpa aku sadari ingatanku semasa di bumi hampir menghilang. Aku mulai percaya aku benar-benar pria kelahiran Han. Seorang baret merah berusia 20 tahunan, yang menikahi gadis cantik bernama Liu Xingqiao.



Apel pagi dimulai. Hyewon sudah meninggalkan markas bersama gadis-gadis lainnya. Hari itu adalah hari terakhir kami di Xian. Setelah berbulan-bulan terbengkalai. Malam ini, ketika matahari terbenam. Kami akan diterbangkan ke wilayah pemberontak Liao. Pemberontak yang menamakan diri mereka kekaisaran Liao. Pemberontak berhasil meluaskan perbatasan mereka sejauh 60km. Mereka menggunakan senjata prototipe yang tersimpan di gudang senjata pribadi Pangeran Chong. Senjata ini adalah sekumpulan senjata yang belum sempat diresmikan atau senjata yang ditolak oleh Kaisar namun terus diproduksi oleh Gudang Senjata milik Pangeran untuk konsumsi pribadi atau dijual ke negara bawahan. Mereka juga memiliki kemampuan untuk merakit persenjataan mereka sendiri.



Mereka memiliki Ratusan Tank Pangeran Chong (Sherman) yang belum sempat diresmikan oleh Kaisar Shi, puluhan pesawat tempur Dewa Petir (P-47D Thunderbolt) yang ditolak oleh Kaisar karena kalah tender dengan Dewa Api (Supermarine Spitfire) namun pangeran Chong terus memproduksi hingga ratusan unit dengan dana pribadi, dan tak lupa meriam howitzer, meriam lapangan dan artileri Medan yang tersimpan di sana



750 pesawat angkut ringan Xian (Ju-52) telah siap beberapa sudah terbang ke lapangan terbang di sekitar Ibukota. Pagi itu juga prajurit-prajurit naik truk dan diangkut ke lapangan terbang. 3000 baret merah dikerahkan untuk misi terjun payung, memperebutkan tiga lapangan terbang Pemberontak Liao. Kami ditugaskan mempertahankan lapangan terbang tersebut selama setidaknya 6 jam hingga bala bantuan datang dan mendarat di lapangan terbang itu. Kami terbang melewati tentara utama Liao yang berbaris bersiaga di perbatasan Liao dan Xian. 150 pesawat angkut akan diterbangkan Ke langit Han, dikawal dua Squadron jet tempur (gloster meteor) dan 10 Squadron Dewa api (spitfire). Ini adalah misi penyerbuan udara terbesar sepanjang sejarah kemiliteran Han.



Aku melihat istriku berbaris bersama keluarga prajurit yang lain. Puluhan pesawat angkut sudah berbaris di sisi landasan pacu. Landasan penerbangan Internasional ditutup dan dijadikan landasan pacu khusus pesawat tempur. Bandara Internasional Xian kini dipenuhi rakyat-rakyat dan prajurit Han. Kami telah menulis surat untuk keluarga kami. Aku menulis surat untuk Qiao. Kami membungkukkan badan sebagai penghormatan terakhir kepada Han lalu melambaikan tangan ke rakyat Han sebagai salam perpisahan.



Marching band memainkan lagu kebangsaan Han. Semua orang ikut bernyanyi. Media Han dan Xian, semua memotret dan merekam kejadian itu. Upacara perpisahan itu diakhiri dengan atraksi jet tempur AU Kekaisaran Han. Semua orang bersorak. Itu pertama kalinya semua orang melihat aksi jet tempur langsung dari dekat dengan mata kepala mereka sendiri.



Aku melihat Hyewon berbaris di dekat istriku. Ia melambaikan ikut tangan. Ia melihat kearahku dan melambaikan tangan. Teman-temannya melambaikan tangan ke pacar-pacar mereka. Aku hanya tersenyum. Aku tidak menulis surat untuk Hyewon namun kami sempat mengobrol sebelum apel mulai ketika ia asyik menggambar pesawat-pesawat itu



“ Letnan, ketika perang ini selesai, apa yang akan kau lakukan?”



Tanya Hyewon



“ aku mungkin akan pulang ke ibukota Xian, dan tinggal bersama istriku, Xingqiao.”



Sahutku



“ kau sangat mencintainya?”



Aku mengangguk. Aku jawab Xingqiao adalah hal yang paling berharga seumur hidupku.



“ kau tidak ingin kembali ke kehidupan lamamu?”



Ia bertanya apakah aku ingin kembali ke kehidupan lamaku. Aku pikir maksudnya apakah aku ingub kembali Ke BeiYuan. Aku menggeleng kepala



“ ini adalah kehidupan baruku. Bersama Xingqiao. Aku akan meninggalkan masa laluku dan memulai hidup baru di sini. Di Kekaisaran Xian. Xian rumah baruku sekarang



Hyewon hanya tersenyum



“ apa yang kau tulis di suratmu?”



Aku mengizinkan Hyewon membacanya karena aku menganggapnya sebagai adikku



“ Untuk Xiangqiao istriku, aku ingat matahari sore ketika pertama kali kita bertemu. Aku ingat rumah susun ketika kita bertemu. Aku ingat saat-saat kita bernyanyi bersama dan saat kita menikah. Terima kasih kepada Tuhan, ingatanku kembali. Dan aku ingat, aku sangat mencintaimu.“



“ aku berjanji aku akan kembali. Demi kamu, demi masa depan kita. Jika kau rindu aku. Maka berdoalah pada Tuhan kita. Berdoalah demi keselamatanku, demi masa depan kita”



“ Letnan satu Bao An”



Ingatan-ingatan palsu mulai muncul di otakku. Kita semua tahu itu terjadi di dunia yang berbeda. Itu semua ingatanku di Jakarta, Palembang dan Lampung. Bukan Han dan Xian. Aku tidak tahu apa reaksi Qiao ketika membacanya. Namun siang itu ia tersenyum, sambil meneteskan air mata di wajahnya.



Upacara itu selesai. Semua rakyat Han meninggalkan Bandara Internasional Xian. Kami bersiap menjalankan misi. Misi terbesar, paling berbahaya dan paling mematikan sepanjang sejarah Han. Misi yang menentukan masa depan Han. Mayor Jenderal Hua GuoZhang ikut memimpin penyerbuan malam ini.



Perjalanan memakan waktu Lima Jam. Kami terbang langsung dari ibukota menuju perbatasan, melewati barisan tank dan artileri musuh di perbatasan menuju wilayah Pemberontak Liao. Belasan ribu Tentara hijau menunggu. Puluhan ribu sisanya diangkut dengan jalur darat untuk misi-misi selanjutnya.



Banyak yang mengatakan misi ini adalah misi bunuh diri. Kami melawan ratusan pesawat musuh dan ratusan ribu tentara musuh baik dari Pemberontak Liao atau pun Federasi Han. Moril sangat rendah. Namun Mayor Jenderal Hua Guozhang optimis misi ini akan berhasil begitu juga dengan pengikut-pengikutnya. Aku hanya ingin hidup dan pulang dengan selamat. Aku akan melakukan apapun.



Kami naik ke atas pesawat. Kami duduk berbaris, satu pesawat diisi 20 prajurit. Semuanya baret merah. Ini bukan misi penerjunan pertama. Kebanyakan dari kami telah melakukan ini sebelumnya. Mereka mengira aku lupa karena pikiranku terganggu namun pernah melakukan ini sebelumnya. Meski bukan di dunia ini



Pesawat lepas landas. Aku melihat pemandangan Ibukota dari kaca pesawat. Pemandangan yang indah dan tenang. Aku berharap aku bisa kembali ke sini, bergabung bersama istriku kembali. Pesawat melaju di langit Ibukota, terbang tinggi. Aku tidak menulis surat untuk Hyewon, namun ia memberiku sebuah surat. Aku membukanya dan membacanya di pesawat



“ berlayar di langit malam

Meski kutahu aku tahu aku akan tersesat di antara kegelapan

Namun aku percaya, kita akan bersama lagi

Aku akan tetap percaya

Meskipun hari bulan dan tahun terus berlalu”



“ berlayar di langit malam

Di bawah indahnya cahaya Bulan

Aku tahu aku sendiri

Namun aku akan menunggumu

Di rumah itu di musim panas itu

Aku akan terus menunggumu”



“ aku tak tahu kemana perahu ini akan membawaku

Aku tak tahu kapan perjalanan ini akan usai

Namun percayalah,

Kaulah duniaku

Kaulah pelabuhan terakhirku

Dan ketika kulihat senyummu nanti,

Di musim panas itu, aku tahu semua itu nyata “



“ Langit Malam karya Go Hyewon”



Aku membacakannya. Semua orang terdiam. Beberapa menangis. Beberapa melihat foto istri dan anak mereka. Dan foto Ayah dan Ibu mereka. Aku ikut terdiam. Hyewon. Dia memberi semangat terakhir untuk kami semua



“ kita harus pulang kawan-kawan. Kita harus hidup. Demi keluarga kita. Demi Han”



Ucap salah seorang rekanku. Kami semua berdoa. Namun aku hanya diam termenung. Dan berharap Hyewon benar. Berharap Xingqiao akan menjadi pelabuhan terakhirku. Saat itu ingatanku tentang dunia di bumi akhirnya sirna sepenuhnya
 
Episode 10​

Operasi Wuwei



Langit malam penuh dengan suara mesin-mesin terbang. Kami terbang melintasi perbatasan musuh. Alarm dibunyikan dan prajurit pemberontak berlarian menduduki meriam anti udara.



Meriam ditembakkan. Musuh menghujani kami dengan hujanan peluru anti udara 40mm. Ledakan-ledakan terjadi. Belasan pesawat angkut ringan tertembak. Pesawat meledak dan terbakar di udara. Pesawat-pesawat serbu musuh muncul dari balik awan malam, mencegat pesawat-pesawat angkut ringan kerajaan Han.



Tidak hanya pesawat serbu pemberontak yang muncul di peperangan udara itu. Pesawat-pesawat asing muncul di penyerbuan malam itu. Ratusan Jet tempur AU Federasi Han (yak-15) menyerbu dari balik langit malam.



“ astaga lihat mesin-mesin terbang itu”



Mereka sangat banyak. Jet tempur kekaisaran Han (gloster meteor) berpisah dari formasi, menghujani musuh dengan hujanan roket udara, sebelum musuh sempat melepas tembakan.



Pertempuran udara yang sengit terjadi. Jet tempur kekaisaran Han melawan Jet tempur Federasi Han, Pesawat serbu Dewa Api (spitfires) melawan baik Jet tempur Federasi atau pun Pesawat serbu (P-47D thunderbolt) Pemberontak Liao. Kami masih puluhan kilometer dari lapangan terbang musuh sehingga rasa takut menyelimuti kami.



Jet tempur Federasi Han meledak dan berjatuhan dari langit. Pilot-pilot Jet tempur Kekaisaran menunjukkan kehebatannya. Satu jet tempur Kekaisaran dapat menembak jatuh tiga jet musuh sekaligus. Namun kedua musuh menunjukkan berhasil menembak jatuh puluhan pesawat. Pemberontak di darat berhasil menembak jatuh puluhan lagi. Hampir 100 pesawat angkut ringan tertembak jatuh. Beberapa tertembak di udara, beberapa terbakar hebat sehingga prajurit terpaksa terjun dari ketinggian yang terlalu tinggi.



“ Brrrrrt”



Duaaaar



Dua pesawat serbu AU Liao muncul di buntut kami. Salah satu menembak dan berhasil mengenai pesawat kami. Gunner tertembak dan tewas di tempat. Dua rekan kami tewas ditempat. Sayap terbakar dan pesawat hampir meledak.



Aku mengambil alih kursi penembak. Aku tarik jasad gunner yang baru saja gugur lalu membidik musuh. Saat itulah waktu seolah berhenti. Aku bidik musuh lalu menembak mereka dengan senapan mesin.



Dua pesawat musuh terbakar. Satu jatuh ke permukaan, satu lagi meledak di udara. Pesawat terjun dengan tajam menuju ketinggian aman. Lampu pesawat berubah merah. Rekan-rekanku berbaris bersiap terjun dari pesawat.



Kami terjun dengan aman. Kami termasuk satu dari sedikit peleton yang berhasil terjun. 18 prajurit terjun dengan aman. Dari 3000, tidak sampai 200 yang berhasil terjun dengan aman. Ada 4 peleton yang ditugaskan memberi sinyal navigasi kepada pesawat lainnya.



Dua peleton tidak sengaja meninggalkan peralatan navigasi di pesawat mereka sehingga mereka terpaksa memberi sinyal penerjunan dengan melambaikan senter mereka ke udara. Pilot kami adalah satu dari sedikit pilot yang melihat sinyal senter itu. Miskomunikasi terjadi sehingga banyak pesawat terjun jauh di wilayah musuh dan menjadi sasaran empuk tentara pemberontak. Ada yang terjun terlalu tinggi sehingga tertembak sebelum mereka sempat mendarat. Pada akhirnya, sekitar 1200-an prajurit baret merah berhasil mendarat dengan aman.



Kami hanya beberapa kilo dari lapangan terbang musuh. Kami bergabung dengan satu peleton lainnya dan memulai persiapan penyerbuan ke lapangan terbang musuh. Satu kompi musuh menyergap dari semak-semak dan aku segera melepas tembakan.



“ Tentara musuh dari timur laut!”



Aku menembak musuh dengan senapan otomatisku (FN BAR). Dengan mode full automatic, aku menembak 16 musuh sekaligus. Aku cabut revolverku dan menembak 6 musuh lagi. Aku berlindung di balik sebuah batu. Musuh menghujani posisiku dengan SMG (Thompson), senapan mesin (m1941 lmg) dan senapan carbine(m1a1 garand). Aku isi ulang senapanku dan kembali menembak. 18 musuh tertembak. Aku berhasil mematahkan serangan musuh. Rekan-rekanku membalas tembakan dan musuh perlahan mundur. Dengan senapan mesin andalan Han (Bren) teman-temanku membersihkan musuh yang berusaha melarikan diri.



Kami terus maju. Musuh menembak dari balik pepohonan. Kami membalas tembakan, menembak musuh satu demi satu, melangkah ke sasaran langkah demi langkah. Empat tank musuh berbaris rapi, dengan satu batalyon infantri musuh di belakang mereka.



“ Taaaaaank!”



Tank (Sherman) melepas tembakan. Kami dipukul mundur. Empat rekanku tewas seketika. Tank terus maju, menembaki kami dengan senjata utama dan senjata otomatis. Satu rekanku keluar dari persembunyiannya. Ia bidik senjata anti tank sederhana (PIAT) itu dan



“Duar”



Satu tank musuh terbakar. Seluruh kru tewas ditempat. Tentara musuh menembak dan dia tewas ditempat. Aku membalas tembakan, belasan musuh tewas di tempat. Tank musuh menembak posisiku dan aku terpaksa mundur. Tank musuh memberondongku dengan senapan mesin dan aku terus berlari



“ Maju terus kawan-kawan. Meskipun kita harus mati demi Han dan keluarga kita. Siaaaaaap! Serbuuuuuu”



Peluit dibunyikan. Seorang rekanku mengeluarkan senjata anti tank terakhir lalu ditembakkan ke tank musuh. Tank kedua terbakar. Puluhan baret merah menyerbu menembakkan senjata mereka, melawan dua tank dan satu resimen musuh. Aku mengisi ulang senjata dan memberikan tembakan bantuan. Tank menembakkan meriam mereka, menewaskan belasan prajurit baret merah. Pasukan Musuh terus maju dan



“ duuuaaaar”



Sesuatu jatuh dari langit. Aku terpental jauh. Aku sempat tak sadarkan diri. Dua tank itu hancur, bersama hampir 200 tentara musuh. Kupingku berdenging. Ketika aku bangun, teman-temanku membantuku berdiri dan maju menembaki musuh yang melarikan diri.



“ apa itu tadi?”



Tanyaku.



“ peluru kendali (JB-2) hadiah kecil dari kaisar. Cepat, kita tidak punya banyak waktu”



Ucap rekanku.



Kami tiba di lapangan terbang musuh. Ratusan musuh berbaris menghalau kami. Penembak-penembak jitu baret merah menembak dari balik pepohonan. Kami merebut mortir musuh dan menembakkannya ke posisi musuh.



Aku bersama lima rekanku menyerbu dengan sebuah senjata anti tank. Musuh dibantu Tiga tank Pangeran Chong (Sherman) dan sebuah meriam anti udara 88mm. Kami menyergap dua peleton musuh yang hendak menyerbu dan dengan bantuan mortir, kami berhasil memukul mundur musuh.



Bantuan datang. Sembilan baret merah muncul dari arah barat musuh, dibantu empat pilot dengan SMG musuh (Thompson). Aku dan rekanku dengan senapan mesin ringannya, memberondong musuh dari arah berlawanan. Rekanku yang satu lagi mengeluarkan Senjata anti tanknya lalu



“ Duar!”



Tank musuh terbakar dan meledak. Rekan kami dari arah berlawanan menembakkan senjata anti tank mereka dan tank kedua meledak. Tank terakhir menembakkan meriam utamanya dan membunuh dua prajurit, melukai lima prajurit. Aku berlari mengambil alih meriam musuh, mengisi ulang, lalu membidik dan



“ Duar!”



Tank musuh terbakar dan meledak. Aku melakukannya dengan lincah dan cepat. Temanku terdiam aku dapat melakukannya sendiri. Satu tank lagi muncul dari sebuah hangar. Aku mengisi ulang meriam. Tank itu membidikku dan aku membidiknya



“ Duar!”



Aku menembak lebih dulu. Tank itu meledak. Itu tank kedua yang aku lumpuhkan malam itu. Prajurit Baret merah terus menghujani musuh dengan tembakan demi tembakan. Kehilangan empat tank andalan mereka, musuh mundur dan melarikan diri dari lapangan terbang,



Kami merebut lapangan terbang, dari musuh yang berjumlah hampir 40 kali lipat dari kami. Malam itu kami menunjukkan kehebatan Tentara Baret Merah, penerus-penerus pendekar di masa lampau.



Kami mengibarkan bendera Kekaisaran Han di lapangan terbang itu. Kami menemukan dua pesawat angkut ringan Kekaisaran Han (C-47 Skytrain) yang sekarang diproduksi oleh Pemberontak Liao dan Federasi Han. Keduanya belum di cat tapi sudah operasional. Kami juga menemukan dua tank yang lumpuh namun meriamnya masih bisa digunakan



Kami 22 prajurit baret merah, melawan satu divisi sekaligus yang mengepung kami. Musuh menembak dari hutan. Kami membalas tembakan dengan menembakkan meriam anti udara 40mm ke posisi musuh. Aku menembakkan senapanku. Kami menderek tank itu ke luar dan terus menembak musuh.



Aku melihat dua pesawat serbu musuh terjun, dan akan melepaskan bom ke posisi kami. Aku isi ulang senjataku, menodongkannya dan saat itu juga waktu seolah berhenti. Aku tembakkan senapanku ke udara dan kedua pesawat serbu musuh tumbang.



Pesawat musuh tambah terhempas ke permukaan. Ada yang menghantam gedung ada yang menghantam parkiran pesawat. Peluit perang dibunyikan, musuh berlarian ke posisi kami. Kami terus menembakkan senapan dan meriam kami menghalau musuh merebut lapangan terbang.



Matahari terbit. Kami berhasil menahan lapangan terbang selama enam jam. Aku terduduk lemas. Kami menembak ratusan musuh dan mereka mulai mundur ketika Pesawat-pesawat Serbu Dewa api mulai memberikan perlindungan udara. Puluhan pesawat angkut ringan mendarat pagi itu dan ribuan tentara Hijau Han berhasil mendarat di garis depan.



Kini ada belasan ribu tentara Han di garis depan. Musuh mengepung kami dari segala arah. Aku mengambil gambar suasana saat itu di lapangan terbang. Aku berbaring di lantai bersama rekanku lalu tertidur



“ Qiangshou, lihat itu”



Kami tidak memiliki tank di garis depan. Tidak ada cara untuk menerbangkan tank dari Xian ke garis depan. Namun siang itu kami melihat sesuatu yang berbeda. Mereka tidak bisa menerbangkan tank sehingga mereka membuat tank terbang. Sebuah bomber dengan meriam 75mm (Ju-88c). Siang itu aku melihat ada satu Squadron tank terbang di lapangan terbang kami.



Aku mengambil gambar semua yang aku lihat. Perang terus berlanjut. Musuh mengepung kami namun dengan menguasai udara, kami berhasil memukul mundur musuh. Tank-tank terbang memainkan peran penting. Mereka dapat terjun dan menembak dua sampai empat tank musuh sekaligus.



Musuh mengerahkan seluruh yang mereka punya. Mulai dari tank sampai kendaraan lapis baja dengan senapan mesin dan meriam 37mm yang mematikan. Namun kami membuktikan tanpa strategi dan pemimpin yang baik, senjata-senjata perang yang canggih tidaklah berarti. Dua minggu kemudian kami hanya beberapa kilometer dari ibukota pemberontak Liao. Dan kami mulai menghadapi ancaman baru. Tentara putih Federasi Han.



Operasi Wuwei mengakhiri kejayaan Dinasti Liao yang seumur jagung. Dan membuktikan Kekaisaran Han masih ada. Kami merampas puluhan tank, puluhan ribu senjata dan ratusan ribu amunisi. Bendera Kekaisaran kembali berkibar di daratan Han. Tapi perang baru saja dimulai



Kami sedang berlomba dengan pasukan Federasi untuk merebut Ibukota Kekaisaran Liao. Pasukan Federasi sebenarnya sudah lebih dekat ke ibukota Kekaisaran Liao dan jika mereka lebih dulu menduduki ibukota maka moril tentara Han akan jatuh dan operasi ini bisa saja gagal. Tank dan kendaraan lapis baja sudah tiba di Medan perang. Ditambah tank rampasan yang operasional.



Beberapa minggu setelahnya. Kami berjalan kaki di belakang tank kelas berat, Tank Tipe 7(Churchill Mk Vii) di Padang yang dahulunya adalah perkebunan seluas Ribuan hektar. Tank seberat 40 ton dengan meriam 75mm. Tank ini sebenarnya dirancang untuk pertempuran parit karena insinyur Kerajaan menyangka perang dimasa depan tidak akan berbeda dari perang Raya. Kami juga dikawal tank kelas ringan, tank infantri(Valentine Tank), yang dengan meriam 40mm dirancang untuk pertempuran anti infantry. Ada varian anti tank yang dibekali meriam 57mm.



Musuh berhasil dipukul mundur sejauh puluhan kilometer. Kami semakin dekat dengan ibu kota Pemberontak Liao. Asap mengepul. Abu tank dan kendaraan baja musuh bertaburan di ladang perkebunan. Mayat-mayat hangus bergelimpangan.



Ini kemenangan besar. Semua orang bernyanyi menyanyikan lagu kebangsaan Han. Tapi apa bayarannya? Tanah air dan Rakyat Han itu sendiri. Aku sedih melihat tanah airku seperti ini. Perlahan namun pasti aku semakin percaya aku lahir dan dibesarkan di Kekaisaran Han. Sesuai ingatan palsu itu.



“ untuk Xingqiao di rumah. Aku masih bertahan. Aku akan selalu berusaha bertahan untukmu. Aku bersumpah aku akan kembali, untuk melihat senyummu dengan mata kepalaku sendiri. Kumohon hilangkan sedih di hatimu. Hapuskanlah rindu. Aku tidak pernah pergi. Aku selalu ada di sisimu, di dalam hatimu”



Lima hari kemudian, kami tinggal beberapa kilo dari pusat kota pemberontak Liao. Pemberontak terus berusaha menyergap dan memukul mundur kami namun tidak ada usaha berarti. Kami kini berhadapan langsung dengan Resimen Kavaleri pemberontak yang menjaga jalan raya ke Ibu kota pemberontak.



Kami dapat melihat menara pencakar langit, yaitu menara 141 lantai yang merupakan paviliun kediaman Pangeran Chong. Menara itu dibangun 5 tahun yang lalu menggantungkan paviliun 12 lantai tradisional milik Pangeran Chong. Menara itu adalah salah satu menara tertinggi di Wuwei. Di menara itulah Kaisar gadungan pemberontak, Wang Yi bersembunyi.



Saat matahari terbit pagi itu, musuh berencana menyerbu kami dengan kekuatan penuh. Kami berencana melakukan penyergapan dari arah timur musuh. Empat jam sebelum penyergapan, kami menulis surat untuk keluarga kami di kampung halaman. Itu sudah menjadi tradisi baik di Han atau Xian. Jika kami gugur, maka surat itu adalah kata-kata terakhir kami untuk keluarga kami. Tapi aku akan berusaha untuk tetap bertahan.



Ada satu gadis lagi yang engah bagaimana muncul dibenakku. Hyewon. Aku tersenyum. Aku sadar aku juga mulai mencintainya. Tapi bukan cinta yang sama dengan yang aku rasakan pada Xingqiao, tapi lebih tepatnya aku menyayanginya sebagai adikku. Ia manis. Ia baik hati. Ia memberiku puisi yang sangat indah. Dan ia satu-satunya teman wanita yang aku kenal dihidupku saat itu.



“ Hyewon, aku tidak pernah ingat masa laluku karena sesuatu terjadi. Aku tidak pernah ingat keluargaku. Aku tidak pernah ingat apakah aku pernah punya saudari atau tidak. Tapi aku senang, Beberapa bulan ini, aku mengenalmu. Izinkan aku menganggapmu sebagai adikku. Percayalah aku pasti kembali, demi keluargaku di seberang sana”



Saat aku menulis surat itu, saat itulah aku tidak peduli masa laluku lagi. Aku mulai menatap masa depan. Di mana Xingqiao istriku dan Hyewon adikku. Singkatnya hati kecilku mulai melupakan seluruh kehidupanku di bumi dulu. Aku melupakan kalau aku sebenarnya orang Bumi, dari Indonesia, dan benar-benar percaya jika aku seorang Letnan Baret Merah, asli kelahiran Han.
 
Episode 11​

Pertempuran Ladang Panzer



Musuh menyerang lebih awal. Sirine darurat dibunyikan. Pesawat serbu musuh mengawal puluhan pesawat angkut musuh. Ribuan penerjun musuh berhujanan dari udara. Misi utama musuh sudah jelas. Melumpuhkan artileri dan tank kami.



“ Duar?”



Bom-bom ratusan kilo berhujanan. Ledakan-ledakan besar terjadi. Aku ambil senapanku lalu keluar dari kemah dan menembaki musuh. Aku dan rekanku mencegah musuh memasang peledak di artileri, mencegah mereka meledakkan tank kami.



Penerjun-penerjun itu adalah pasukan paling elite di kubu pemberontak. Gerakan mereka cepat, tenaga mereka kuat, dan respon mereka luar biasa. Mereka bahkan lebih ganas dari satuan baret merah Han. Aku bidik empat musuh dengan senapan mesinku namun mereka menghindari semua tembakanku.



Mereka membalas tembakan. Aku tertembak di perut dan lengan kanan. Aku tersungkur. Aku cabut revolverku lalu menembakkan ke enam peluruku.



Aku berhasil membunuh salah satu dari mereka. Aku mengisi ulang revolverku. Mereka berlari secepat kilat dan menembakkan senjata mereka ke arahku. Waktu seolah berhenti. Aku berhasil menghindari tembakan mereka. Aku bidik mereka lalu kembali menembakkan keenam peluru revolverku.



Mereka bertiga tewas. Aku mengobati lukaku lalu kembali berdiri. Tiga prajurit lainnya membantuku. Saat itu juga musuh keluar dari balik semak-semak dan membunuh mereka dengan pedangnya.



Satu musuh muncul dari semak. Ia hunuskan pedangnya dan membunuh ketiga temanku. Aku menghindar. Aku cabut pisauku dan dia hampir memotong leherku.



Ia kembali menyerangku dengan jurus pedangnya. Aku berhasil menghindar untuk kedua kalinya. Ia tusukkan pedangnya dan aku kembali berhasil mehindarku. Aku cabut pisauku dan



“ CLAS!”



Aku tusuk bajingan itu tepat dilehernya. Musuh tewas ditempat. Enam musuh mengepungku. Aku meraih senapan mesinku lalu



“ Rtttt”



Aku menembak mereka semua. Aku kembali tertembak dua kali di lengan kanan dan sekali di kaki. Paramedis merawat lukaku agar aku dapat kembali terjun ke Medan perang.



Serbuan malam itu dapat dikatakan berhasil. Meskipun hampir seluruh musuh berhasil dilumpuhkan. Beberapa artileri Medan dan artileri anti udara berhasil dihancurkan. Termasuk beberapa tank.



Matahari pun terbit. Tank howitzer musuh menghujani posisi kami dengan tembakan demi tembakan. Musuh memodifikasi beberapa tank Pangeran Chong(M4 Sherman) dengan mengenakan meriam howitzer 105mm sehingga mereka dapat menembaki kami dari posisi yang lebih jauh. Ratusan tank musuh didukung ribuan infantry menyerbu pagi itu. Artileri dan tank destroyer Tipe 22(Churchill gun carrier) menjadi tombak depan untuk membalas serangan musuh. Tank demi tank musuh berhasil dihancurkan.



Aku keluar dari persembunyianku dan menembakkan roket antitank ke tank musuh. Tank musuh terbakar. Aku menembakkan senapan mesin menengah(M1919A6) ke infantri musuh yang menyerbu posisiku.



“ Duar!!”



Tank Howitzer musuh menembak posisiku. Aku terpental.



“ Demi Liaaaaao!”



Musuh menyerangku dengan bayonet. Aku menghindar lalu



“ Buk! Buk!”



Aku memukulnya tepat di wajahnya. Aku kepalkan tanganku lalu memukul kepalanya hingga bajingan itu tewas ditempat.



Tank musuh berbaris rapi di depanku. Aku mendengar suara auman mesin. Aku menoleh kebelakang dan aku menunduk. Tank-tank Kekaisaran Han ( mk iv Churchill) maju dari garis belakang dan menembakkan meriam ke barisan musuh. Pertarungan sengit antar tank terjadi.



Aku mengambil roket antitank dan menembakkan ke tank musuh. Tank musuh terbakar. Aku dan rekanku menembakkan senapan mesin kami ke infantri musuh. Sementara di udara bomber dan pesawat serbu beradu dengan sengit.



“ Duar!”



Musuh menjatuhkan Bomb 2 ton beberapa puluh meter dari posisi kami. Barisan tentara Han menjadi kacau. Musuh menghujani kami dengan meriam dan senapan mesin. Aku melihat tank Han terbakar dan meledak



“ Qiangshou! Tolong! Aku tidak mau mati!”



Asap mengepul. Aku berlari dan menolong dua teman di depanku. Tank musuh kembali menembak dan menghantam tepat di belakangku. Aku melihat teman-temanku terpental dan tewas ditempat. Beberapa menjulurkan tangan memohon pertolongan. Aku sempat menolong kedua temanku lagi. Aku hendak berdiri namun infantry-infantry musuh muncul dari balik asap yang mengepul. Mereka tembakkan senapan mereka, membunuh rekan-rekanku secara membabi-buta.



Aku cabut revolverku dan menembak ke enam dari mereka. Amunisiku habis. Tapi tidak dapat meraih senapan mesinku. Aku terlalu lemah. Saat menginjakkan kaki di Medan perang, saat kalian tembakkan senapan kalian, kalian sudah siap untuk mati. Tapi tidak denganku. Aku tidak pernah siap. Aku masih ingin bertemu Xingqiao, bahkan aku sendiri masih takut mati. Mereka memberondong senapan mesin mereka. Aku dan ke empat temanku. Aku tertembak dan tergeletak tak berdaya dihadapan musuh.



“ Hyewon…. Hyewon…”



Darah keluar dari mulutku. Bukan Xingqiao, apalagi Bona dan Luna yang muncul di pikiranku. Tapi Hyewon, gadis yang kuanggap adikku sendiri. Aku melihat dia menyeretku, memantraiku hingga semua lukaku sembuh. Ia tiup wajahku hingga aku kehilangan kesadaranku.



“ maafkan aku”



Aku mendengar bisikannya. Aku terbangun setelah mendengar suara klakson mobil. Aku menoleh keluar. Aku melihat dari jendela lantai dua sebuah mobil plat B terparkir di parkiran sebuah rumah. Aku terbangun di Jakarta Tahun 2017. Kurasa aku bermimpi. Aku terbangun di kasur dengan tv layar datar di depanku. Saat itu ingatanku belum pulih jadi aku bingung di mana aku.



“ Papa Edi sudah bangun?”



“ Xing…Xingqiao?”



Aku melihat Xingqiao masuk ke kamarku.



“ siapa Xingqiao? Aku Inna istri kamu! Kamu selingkuh ya!”



Qiao menatapku sinis. Aku masih mengenakan seragamku dan baret merahku. Kasur itu jadi kotor dengan lumpur dan tanah



“ ya Tuhan, kamu dari mana? Pasti dari mancing ya! Pagi-pagi sudah pergi mancing terus ke kamar ga bersih-bersih dulu! Sebel! Sebel! Sebel! Pokoknya Bersihin hmph!”



Lucu, ia bicara bahasa Indonesia dan aku mengerti apa yang bicarakan



“ um Baiklah”



Aku bahkan bisa bahasa Indonesia. Saat itu aku bingung dengan diriku sendiri.



“ kenapa aku mengerti bahasa asing ini?”



Aku membuka jendela dan melihat pemandangan kolam renang serta mobil mewah dan rumah-rumah besar. Saat itu aku tidak sadar aku terbangun di Jakarta.



“ ihhh! Kamutu ya! Malah bengong! Kok belum dibersihin sih?! Sengaja mau ngeprank aku? Sengaja mau buat aku marah! Nyebelin ah! Aku ngambek”



“ Xingqiao! Maksudku Inna, tunggu!”



Qiao keluar membanting pintu. Aku bingung dengan apa yang terjadi. Aku kembali melihat ke jendela dan aku terkejut saat aku melihat, bayanganku sendiri.



“ tidak mungkin. Apa ini neraka?”



Xingqiao keluar ke halaman. Ia juga terkejut dengan apa yang ia lihat. Wajahnya berubah ketakutan. Ia menoleh ke arahku dan aku langsung bersembunyi.



Aku tidak sadar aku berada di Jagad raya pararel. Aku mendengar suara auman mesin. Tiba-tiba saja asap mengepul membutakan mataku. Seketika itu juga, aku kembali ke Medan perang lagi.



Tank kelas berat Han maju menembus pertahanan musuh. Tank howitzer Han (Churchill mk vii) dengan meriam 95mm memberi fire support dari belakangi. Begitu juga dengan tank destroyer yang berperan menghancurkan tank demi tank musuh. Aku mengambil senapan mesin menengahku lalu menembaki musuh dari belakang tank kelas berat. Dari kejauhan aku melihat prajurit medis Menyelematkan Ke empat temanku ke garis belakang.



Aku heran aku bisa mimpi dan berhalusinasi selama pertempuran. Rekan-rekanku gugur di Medan perang karena bom dari bomber musuh. Hujanan bom dari bomber musuh benar-benar memberi pukulan berat terhadap tank dan pasukan Han.



Matahari terbenam. Pertempuran hari itu berakhir imbang. Hari itu adalah pertempuran tank terbesar sepanjang sejarah Han. Mayat hangus bergelimpangan, tak tahu apakah di pihak Han atau pemberontak. Aku mendengar suara-suara tangisan anak kecil. Bayi, balita, sampai anak-anak aku mendengar tangisan mereka. Asap mengepul tinggi. Suara-suara tembakan menggema bahkan di malam hari. Hampir semua rekan satu peletonku gugur. Aku terduduk dan tidak sadar tertidur di garis belakang.



Perang berlanjut hingga berhari-hari kemudian. Di hari ke lima kami mulai memasuki kota dan perlawanan mulai meredup. Kota sudah sangat hancur. Hampir tidak terlihat warga sipil. Gedung-gedung apartemen hancur, toko-toko hancur, rumah-rumah mewah hancur, semuanya tidak berpenghuni. Yang kami dengar adalah suara auman mesin perang, baik di darat dan udara, dan suara tembakan.



Aku diingatkan kembali jika perang adalah neraka. Aku melihat teman-temanku tewas beberapa hari yang lalu dan kini aku melihat orang-orang tak berdosa tewas bergelimpangan. Aku menggendong bayi lalu memberikannya kepada prajurit medis. Mereka semua korban perang. Mereka yang masih hidup menyerahkan diri, namun nasib mereka tentu saja tidak menyenangkan. Tentara Han tidak terlalu ramah terhadap pengkhianat.



Hari ke tujuh. Pertempuran di dalam kota hampir selesai. Kemenangan hampir diumumkan. Pertempuran kini terpusat di pusat kota, lebih tepatnya beberapa ratus meter dari kediaman Wang Yi, Kaisar Dinasti Liao atau lebih tepatnya pimpinan komplotan pemberontak.



Kota makmur nan mewah, Paris di planet Wuwei, yang dibangun bertahun-tahun dengan susah payah oleh pangeran Chong kini tinggal puing-puing tak berarti. Kota ini adalah permata Xian, lambang kemewahan. Namun kini hampir rata dengan tanah. Tinggal Paviliun Pangeran Chong yang sekarang menjadi markas besar pemberontak yang masih berdiri gagah. Mereka bilang puluhan ribu warga kota mengungsi di dalam paviliun ratusan lantai itu.



Pengepungan Paviliun pemberontak tentu saja sangat sulit. Pemberontak menggunakan persenjataan pribadi Pangeran Chong yang ternyata sebagian disimpan di basement Paviliun. Pemberontak menggunakan tank-tank canggih yang diborong dari Kekaisaran Xian. Setidaknya ada kurang lebih 50 tank Medium Tipe 4 (Panzer IV), 25 Tank Singa (Tiger I) dan 15 Tank Raja Singan ( King Tiger). Mesin-mesin perang itu sangat ganas di mana ratusan Tank Kelas berat dan medium Han hancur di Medan perang sedangkan baru 25 tank pemberontak yang dihancurkan.



Dari 25 itu hanya dua Tank Singa yang berhasil dihancurkan. Satu tank musuh konon dapat menghancurkan belasan tank kekaisaran Han. Terkadang tank musuh kehabisan amunisi sehingga terpaksa ditinggalkan dan dihancurkan. Itulah yang terjadi pada salah satu Tank Singa. Kami mulai kehilangan banyak nyawa dan senjata



Saat itu malam hari. Aku dan ke empat rekanku menyelinap di garis depan. Tank musuh berpatroli, di kawal infantry-infantry musuh. Kami menyelinap ke gedung pencakar langit, yang dulunya adalah menara perusahaan Senjata milik Pangeran Chong.



“ Prak!”



Aku mencengkram dan mematahkan leher musuh yang berjaga di gedung itu. Aku naik bersama rekanku. Ada belasan musuh yang berjaga di gedung itu. Mereka penembak jitu yang bertugas menyergap tentara Han yang menyerbu baik malam atau di siang hari. Kami beruntung tidak tertembak. Aku kembali mencekik musuh dan mematahkan lehernya. Kami terus naik hingga sampai di lantai 141. Sungguh bukan piknik yang menyenangkan.



Aku memanggul senapan gajah (boys AT rifle) yaitu senapan Anti tank Kekaissran Han, yang akan menjadi kunci utama dari misi ini. Aku mendapat misi ini karena reputasiku. Misi ini sangat penting untuk mengakhiri pertempuran. Bahkan mungkin mengakhiri perang.



Targetku berada 1km lebih di seberang. Di lantai 142 Paviliun Pangeran Chong. Aku merunduk dan membidik senjataku ke paviliun yang berada 1km lebih di seberangku. Misi ini adalah misi mustahil dan membutuhkan skill menembak yang tak main-main. Sasaranku malam itu adalah tak lain, Wang Yi, pimpinan pemberontak itu sendiri.



Wang Yi adalah sosok yang cukup ditakuti. Sama seperti pangeran Chong, ia sebenarnya sudah mengabdi kepada Han sejak Perang melawan bangsa Nomadik satu setengah abad yang lalu. Wang Yi terkenal sakti mandraguna dan ketika Perang melawan Kerajan Timur, ia cukup berjasa di Medan perang melindungi rakyat Han. Tapi semua berubah sekarang. Ia hanya pengkhianat yang telah menghancurkan Han. Ia dikenal kebal peluru dan memiliki kesaktian luar biasa. Malam itu aku buktikan semua itu salah.



Sasaran berada tepat diseberangku. Aku menghitung arah angin serta jarak karena aku tidak boleh meleset. Wang Yi di sana bersama empat orang yang mengenakan topeng gas dan senjata SMG prototipe (Tommy Gun). Wang Yi juga mengenakan topeng gas. Aku melihat seorang wanita berlutut dengan tubuh penuh luka. Bajingan-bajingan itu menyandra seseorang. Aku melihat wanita muda itu dan aku terkejut begitu mengetahui aku mengenalnya



“ Hyewon?”



“ Jedar!”



Aku menembakkan senapan gajah itu. Peluru melesat, menembus kaca dan menghantam kepala Wang Yi. Misi berhasil. Wang Yi tertembak tepat di kepala dan tidak mungkin ia selamat.



Ke empat prajurit lainnya berlindung. Mereka todongkan senjata mereka dan menembak ke arahku. Mereka menggunakan Smg dan terpisah 1km lebih dariku. Namun tembakan mereka hampir akurat dan hampir mengenaiku. Aku menembakkan senapan gajah itu dan membunuh mereka semua.



Wang Yi bangkit dan ia bahkan tidak terluka sedikit pun. Aku terkejut. Ini tidak mungkin. Senapan gajah bahkan dapat menembus tank kelas ringan. Jika ditembakkan ke kepala manusia seharusnya Wang Yi sudah kehilangan kepalanya tapi ia bangkit seolah tidak terjadi apa-apa



Hyewon seketika bangun. Ia menendang Wang Yi hingga bajingan itu terpental dan terhempas ke dinding. Belasan anak buahnya muncul dan menembak Hyewon dengan Thompson. Hyewon tertembak dan melarikan diri. Wang Yi mengejarnya. Aku hendak menembak Wang Yi namun



“ pesawat serbu musuh!”



pesawat serbu musuh (p-47 thunderbolt) menyerang posisi kami. Kami terjun meninggalkan gedung itu dengan parasut. Parasut terbuka dan kami meluncur ke permukaan. Aku meninggalkan senapan gajah itu.



Pesawat serbu musuh memutar dan kembali menyerbu kami. Aku berhadapan satu lawan satu dengan pesawat musuh. Aku tidak punya senjata apa-apa kecuali revolverku. Aku cabut revolver itu dan menembakkan ke enam peluruku ke pesawat musuh.



Pesawat musuh berasap dan oleng. Pesawat itu menghantam gedung dan meledak. Aku berhasil menembak jatuh pesawat musuh dengan revolverku. Aku mendarat di tanah dengan aman. Namun musuh mengepungku.



Tank medium 4 (Panzer iv) musuh muncul menyergapku. Tank menembakkan kedua senapan mesinnya. Aku berlari menghindar. Aku berlari menuju roket anti tank musuh, membidik tank musuh dan



“ Duar!”



Tank itu terbakar. Kru terbakar di dalamnya. Tentara musuh mengepungku. Mereka bukan tentara biasa. Gerakan mereka cepat, reaksi mereka super dan akurasi mereka luar biasa.



Mereka menberondongku dengan Smg mereka. Aku cabut revolverku dan menembakkan keenam peluru. Secepat kilat mereka menghindar tembakanku. Mereka lebih cepat dan lebih berbahaya. Tembakanku hanya mengenai salah satu dari mereka tepat di kepalanya.



Mereka menembakiku. Aku tertembak di kaki dan perut. Sambil memegangi lukaku, aku berlari pincang menuju tempat persembunyian dan mengisi ulang revolverku



“ Hyaaaa! Pukulan halilintar!”



“ Duar!”



Salah satu dari mereka melayangkan pukulan yang sangat keras. Aku menghindarinya. Bajingan itu mencengkram leherku namun aku hentakkan kepalaku ke hidungnya dan



“ clas!”



Aku menusuknya dengan belatiku tepat di jantungnya. Aku merebut smgnya dan menembak ke musuh yang berlari secepat kilat menyerangku.



“ hyaaaaaa”



“ Rtttttt!”



Aku memberondong Smg itu. Dua musuh tertembak dan tewas.



“ Tendangan Naga terbang!”



Salah satu dari mereka melayangkan tendangan yang sangat keras dan



“ Buk!”



Tendangan itu mendarat di dadaku. Aku terpental. Aku menghantam dinding dan aku merasa tulangku seketika remuk. Ia berlari dan siap mengakhiri hidupku selamanya. Aku cabut revolverku dan menembaknya tepat di kepala.



Dua musuh berlari secepat kilat. Aku terus berusaha bertahan hidup meski semua tulangku remuk. Aku menembakkan semua peluru revolverku. Aku berhasil membunuh mereka. Aku bernafas lega.



Musuh-musuh kembali bermunculan. Mereka manusia super dan Mereka sangat banyak. Aku merayap ke persembunyian menghindari kejaran mereka.



“ Xingqiao …. Aku harus pulang demi Xingqiao”



Aku mengisi ulang kembali revolver itu. Aku melempar granad dan ketika hampir mendarat, aku menembak granad itu dan



“ Duar!”



Granad itu meledak. Empat musuh tewas sekaligus. Tapi belasan musuh muncul. Aku menembakkan revolver itu hingga habis peluruku. Aku kembali membunuh tiga musuh lagi.



“ Keluar dari persembunyianmu kacung Kaisar!”



Mereka mengepungku dan aku bersembunyi. Aku kehabisan peluru. Mereka manusia super dan siap membunuhku dengan kekuatan super mereka, Aku ambil Gambar Xingqiao dari sakuku yang sudah bersimbah darah. Kurasa ini saatnya. Aku genggam foto itu dan siap untuk apa pun yang akan datang.
 
Episode 12​

ketika aku hendak menutup mataku, aku melihat seorang wanita muda melompat dari gedung pencakar langit



“ tapak beribu kematian!”



Dan seketika itu juga mereka semua tewas. Aku melihat seorang manusia super wanita, menghabisi musuh hanya dalam hitungan detik. Belasan musuh mengepungnya. Wanita itu memasang kuda-kuda.



“ Yuji. Pengkhianat Perguruan Naga hitam. Guru membesarkanmu dan ini balasanmu? Menjadi kacung Kaisar Shan dan Shi?”



Musuh mengepungnya.



“ Hyewon?”



Gumamku



“ aku melakukan apa yang aku pikir benar kawan-kawan. Aku tidak mengkhianati Perguruan. Guru Yi membunuh Pangeran Chong, dan hendak meruntuhkan Han dan Xian. Aku melakukan apa yang harus aku lakukan”



Sahutnya



“ berbuat semaunya? Kau tidak berubah Yuji”



ketika musuh hendak menyerangnya, Hyewon melesat secepat kilat dan membunuh mereka satu persatu. Musuh sangat cepat namun Hyewon lebih cepat.



Hyewon berlari mendekatiku. Aku melihat rupanya dan aku tidak menyangka itu benar dia



“ Hyewon! Bagaimana bisa?”



Ia mengeluarkan sesuatu dari kantungnya lalu ia tusukkan ke tubuhku



“ arrrrghhh”



Ia menusukkan sebuah taring ke tubuhku. Rasanya sangat nyeri. Taring itu lenyap dan aku merasakan rasa nyeri yang teramat sangat perih. Perih itu hilang dan seluruh lukaku seketika lenyap. Tubuhku kembali seperti semula



“ siapa kau sebenarnya”



Tanyaku. Hyewon hanya menggeleng kepala



“ pergilah. Selamatkan dirimu. Ini bukan pertarunganmu”



Dan tepat saat ia selesai bicara, musuh melompat dan mendarat di dekat kami. Wang Yi.



“ Yuji “



Ucap Wang Yi



“ guru”



Yuji memasang kuda-kuda dan siap bertarung.



“ Kau muridku Yuji. Semua tidak harus berakhir seperti ini. Lihat apa yang dilakukan Kaisar Shan dan Kaisar Shi. Membunuh rakyat tak berdosa. Menghancurkan peninggalan saudara mereka sendiri. Mereka tidak peduli kepada rakyat tak berdosa. Mereka tidak peduli warisan peninggalan saudara mereka. Mereka hanya peduli dengan harta dan kekuasaan mereka sendiri. Mereka orang rakus Yuji!”



Teriak Wang Yi. Yuji tersenyum licik



“ dan begitu juga kau, Guru”



Sahutnya



“ jadi itu maumu”



Wang Yi berubah menjadi iblis tinggi besar berkepala naga. Aku seketika terkejut. Hyewon tetap berdiri gagah meski Wang Yi berubah menjadi sosok mengeringkan dan menakutkan. Aku merebut senapan SMG yang tergeletak lalu kutodongkan ke makhluk mengerikan itu.



“ Tendangan Naga Terbang”



Hyewon melayangkan tendangan yang cepat dan keras. Makhluk itu menangkis namun gagal. Tubuhnya termundur dan makhluk itu mengaum kesakitan. Hyewon menendang kepalanya namun makhluk itu menangkis dan meninju tubuh Hyewon



Hyewon terpelanting. Makhluk itu menyemburnya dengan api namun Hyewon menangkisnya. Hyewon memekik mengerahkan seluruh tenaganya menangkis semburan api yang sangat panas dari mulut makhluk itu.



“ Duar!”



Aku kembali berlari merebut senjata anti tank musuh dan menembakkannya ke makhluk itu. Ledakan terjadi. Semburan makhluk itu berhenti. Makhluk itu mengaum. Makhluk itu melompat, memuntahkan api sambil menerkamku dengan cepat.



Aku menghindar. Aku acungkan SMG-ku lalu memberondong makhluk itu. Makhluk itu tidak bergeming sedikit pun. Kulitnya sekeras tank. Ia berusaha meninjuku namun aku menghindar sehingga pukulannya menghantam dinding di belakangku.



“ Hyaaa! Tapak beribu kematian”



Hyewon melompat dan melayangkan serangan mematikan. Ribuan pukulan mendarat di tubuh makhluk itu. Makhluk itu termundur dan tersungkur. Hyewon hendak melayangkan pukulan penghabisan namun makhluk itu mencengkramnya lalu membanting Hyewon berulang-ulang kali. Ia lemparkan Hyewon lalu menyemburnya dengan api



“ Hyewon!!!”



Aku memberondong makhluk itu dengan SMG-ku. Makhluk itu menyemburku dengan api. Aku berlari menghindari setiap semburan dari mulutnya. Makhluk itu mengejarku namun aku tidak punya senjata untuk melumpuhkannya



“ Qiangshou!!”



“ Duar!”



Teman-temanku muncul. Mereka menembak makhluk itu dengan meriam anti udara 88mm. Makhluk itu termundur. Ia semburkan api dari mulutnya dan teman-temanku melarikan diri.



Bomber-bomber Han bermunculan. Perhatian makhluk itu kini tertuju ke udara. Ia semburkan bola api dan salah satu bomber meledak di udara. Dua bomber melepas bom dan mendarat tepat di makhluk itu.



“ Duaaar! Duaaar!”



Bomber melepaskan Bomb Thermite ke makhluk itu. Kami beruntung tidak terkena ledakan. Bomb superpanas itu dapat melelehkan baja sehingga makhluk itu memekik dan berusaha menyelamatkan diri. Makhluk itu tergeletak dan akhirnya tewas setelah terbakar dengan hebat.



Api lalu padam. Makhluk itu hangus menjadi debu. Butuh bomb super panas untuk membunuh makhluk mengerikan ini di tempat. Tank-tank Kekaisaran Han bermunculan. Tank menerobos masuk ke paviliun musuh dan kemenangan pun di umumkan.



“ yeeeeey. Kemenangan!”



Teman-temanku bersorak. Aku berlari menghampiri jasad Hyewon. Aku terkejut melihat ia tidak apa-apa. Pakaiannya hangus menjadi abu namun tubuhnya nyaris tidak apa-apa. Hyewon melepaskan pakaiannya yang sudah menjadi abu sehingga terlihatlah sekujur tubuh polosnya



“ Hyewon, ini cepat pakai”



Aku melepaskan jaketku lalu kuberikan kepadanya. Hyewon mengambilnya dan segera menutupi tubuhnya



“ terima kasih.”



Ucapnya dingin



“ kau menyelamatkanku malam ini Hyewon. Aku berhutang padamu. Aku yang seharusnya berterima kasih”



Sahutku. Ia menggeleng kepala dan hanya tersenyum.



“ katakan Hyewon. Siapa kau sebenarnya? Apa kau manusia super? Seperti mereka?”



Tanyaku bingung. Hyewon hanya mengangguk



“ Kau pemberani Letnan. Kau melawan Wang Yi meski itu diluar kemampuanmu”



Aku membawa Hyewon ke ruruntuhan Mall yang sudah ditinggalkan. Ia mengambil pakaian lalu mengenakannya. Pemberontakan berhasil diredakan. Aku dan Hyewon duduk di pinggir Mall itu, di bawah langit malam yang penuh dengan asap.



“ Aku akan beritahu siapa aku. Meski ini terdengar mustahil bagi manusia biasa”



Hyewon terlahir hampir 300 yang lalu, mungkin lebih di Bumi. Secara misterius ia diterbangkan ke antariksa dan jatuh ke dunia ini, planet Wuwei. Atau planet xi menurut bangsa Xian. Ia jatuh dari langit ketika malam hari, sehingga semua orang menamakannya putri bintang.



Saat itu perang sedang berkecamuk di planet Wuwei. Teknologi masih sangat tradisional. Prajurit bertempur dengan panah tombak dan baju zirah. Han dan Xian saat itu sedang bertempur melawan teror dari bangsa Nomadik. Hyewon diangkat sebagai putri oleh Kaisar Xian, dan diberi nama Zhou Yuji. Yuji sendiri adalah sebenarnya bukan nama bangsa Xian melainkan nama pemberian dari Suku Hanguk. Yang aslinya adalah Yujin. Pemberian nama ini adalah untuk menghargai suku Hanguk karena jasa mereka melindungi bangsa Xian dari suku Nomadik. Suku Hanguk adalah suku minoritas di planet Wuwei. Terdapat kesalahan penulisan sehingga nama Hyewon tidak sengaja ditulis Yuji.



Yuji tinggal sendiri di Istana. Ia tidak memiliki teman selain dayangnya yang berdarah Hanguk bernama Hyewon. Mereka tumbuh dewasa bersama. Yuji disuguhkan makanan dan minuman tertentu sejak kecil sehingga ia juga awet muda dan immortal seperti keluarga kerajaan. Berbeda dengan putri lainnya, Yuji hampir tidak memiliki keahlian. Yuji tidak pandai melukis, tidak pandai menari dan tidak pandai bermain musik. Itu sebabnya sejak kecil, ia berlatih ilmu silat mematikan yang seharusnya hanya diajarkan kepada Pendekar-pendekar terpilih di daratan Xian, silat Naga hitam.



Wang Yi adalah salah satu guru yang melatihnya sejak kecil. Yuji berlatih dari banyak guru secara rahasia sehingga ilmu silatnya semakin mematikan. Senjata api belum terlalu digunakan di masa itu sehingga satu-satunya cara melindungi diri dan bangsanya, adalah dengan silat ini.



Perang semakin buruk. Bangsa Nomaden semakin menebar teror di planet Wuwei. Ayahanda Yuji meninggal dunia karena wabah. Banyak keluarganya termasuk sahabatnya dari kecil, Hyewon, meninggal dunia karena wabah. Kaisar Shan naik tahta, dan demi menyelamatkan negara, Yuji dinikahkan dengan raja Nomadik.



“ di sanalah aku menjadi istri dari Raja yang aku benci. Itu salah satu aib aku. Menjadi selir dari Raja Nomadik. Tapi mereka memperlakukan aku dengan baik. Tapi tidak dengan pengikut-pengikut aku. Mereka diperkosa dan dikebiri, lalu disuruh kerja paksa hingga tewas “



Tidak ada yang pernah tahu jika Hyewon/Yuji adalah pendekar naga hitam. Diam-diam ia menjadi hakim jalanan, membela kaum lemah dan memberantas pengikut suaminya sendiri yang kejam. Ia melakukannya sambil bermain peran dibelakang suaminya.



“ Di sanalah aku ketemu mantan suami aku, Kuanlin. Dia kikuk, aneh tapi lucu. Orang-orang Timur menyelamatkan kami dan menghancurkan bangsa Nomadik dengan senapan dan meriam mereka, Cuma dalam hitungan hari. Kami dibawa ke BeiYuan ibu kota Han, dan Kuanlin ini, dia menikah dengan Putri Li, putri Kekaisaran Han, karena ia bermain peran sebagai pendekar naga hitam”



“ aku kira aku akan hidup sendiri. Tapi dia melamar aku. Sebagai pendekar Naga hitam ia adalah bangsawan terhormat baik di Xian dan Han. Dan aku hanya boleh menikah dengan bangsawan. Aku menerimanya, Karenanya setidaknya aku ga sendiri lagi. Jik aku menolak. Aku mungkin akan hidup sendiri seumur hidupku sebagai mantan selir Kaisar musuh. Meski aku harus membagi cinta dengan putri Li. Demi Tuhan aku ikhlas”



Hyewon dan suaminya Kuanlin, bersama Putri Li, lalu membela Xian dan Han dari invasi Kekaisaran Timur. Adalah Kekaisaran Timur yang memperkenalkan pertempuran tipe baru, dengan senapan dan Meriam mereka. Membuat senjata pedang, panah dan tombak menjadi obselete. Strategi Pertempuran mereka asing bagi Han dan Xian sehingga nyaris tanpa perlawanan, jutaan jiwa dan puluhan kota direbut hanya dalam waktu singkat



Namun mereka mengalahkan Kaisar Ular. Invasi digagalkan. Mereka pindah ke bumi dan hidup bahagia lalu punya anak. Putri Li sempat ikut ke bumi. Mereka hidup bahagia bersama.



“ di sanalah egoku muncul. Aku tahu aku tidak akan pernah menjadi Ratu bagi Bangsa Xian. Karena aku wanita. Aku menatap rumah baruku China. Aku pikir mereka butuh aku. Aku juga merasa mereka tanggung jawabku karena mereka keluarga aku. Jadi aku menobatkan diri aku sendiri sebagai Ratu China. Aku ingin jadi pahlawan bagi mereka. Saat itulah tanpa aku sendiri, aku dikuasai nafsuku sendiri. Aku bertindak semauku. Aku mengatur orang lain sesuai kehendakku. Aku mulai haus kekuasaan”



Hyewon memimpin di bumi selama puluhan tahun. Ia mendirikan rezim baru di daratan China dan mengumumkan perang terhadap rezim komunis. Selama hampir 100 tahun Hyewon mempertaruhkan nyawanya demi China, mengorbankan seluruh hidupnya hingga akhirnya



“ aku kehilangan segalanya. Aku kehilangan suamiku. Karena ia tidak ingin aku terus menjadi Ratu yang tidak ia inginkan. Seluruh China membenciku. Aku ingin menjadi pahlawan mereka, namun aku justru menjadi monster. Itu sebabnya aku di sini Letnan.”



Hyewon memerintah hampir 100 tahun dan perang besar terjadi di daratan China. China terpecah karenanya. Demi kebaikan China sendiri, ia rela menyerahkan tahtanya, meleburkan rezimnya kembali ke Republic Rakyat China. Konflik bertahun-tahun selesai namun marabahaya baru terjadi. Sebuah invasi dari kepulauan Naga.



“ itu sebabnya aku lari. Aku berusaha dan aku gagal. Aku kembali ke planet Xi sebagai Hyewon. Aku dengar guruku memulai pemberontakan dan Kakakku Kaisar Shan sendiri yang meminta bantuanku. Terima kasih karena bantuanmu, aku berhasil.”



“ orang bilang aku wanita yang kuat. Mereka salah, Letnan. Aku tidak kuat. Aku terlalu takut sendiri. Aku melemah waktu suamiku meninggalkanku. Aku sendiri lagi dan aku sedih. Aku masih punya sahabatku Xingqiao, tapi kadang, aku masih rindu suamiku, Kuanlin.”



Hyewon lalu menangis. Umurnya hampir 300 tahun tapi apa yang aku lihat, ia menangis seperti seorang gadis kecil. Yang ketakutan dan sedih karena telah kehilangan keluarganya. Aku memeluknya. Hyewon hanya pasrah. Fajar pun akhirnya tiba.



“ aku baru mengenalmu Letnan. Kau jauh lebih muda dariku. Tapi aku merasa kita sudah sangat akrab. Aku merasa kau seperti kakakku sendiri. Padahal aku lebih tua”



Ia tertawa malu. Aku ikut tertawa. Ia kembali jatuh kepelukanku dan berbisik



“ boleh aku memanggilmu kakak?”



Aku mengangguk



“ tentu Hyewon”



Aku pegang kedua pundaknya lalu aku berkata serius



“ Hyewon, dengar aku. Lupakan apa yang terjadi di masa lalu. Dengar hatimu. Kuanlin ini, jika kau cinta dia, kejar dia. Rebut dia. Katakan betapa kau mencintainya. Lakukan sesuatu demi dirimu sendiri. Rebut hidupmu lagi”



Hyewon hanya tersenyum. Hyewon berbaring di dalam reruntuhan Mall itu lalu tertidur. Sorakan kemenangan menggema fajar itu. Bendera Han kembali berkibar. Kekaisaran Han resmi kembali. Namun kota sudah hancur lebih dan provinsi belum aman untuk dijadikan pusat pemerintahan darurat. Sehingga pemerintahan tetap berpusat di ibukota Xian.



Pemberontakan Liao berakhir. Harapan perang akan berakhir semakin besar. Upacara kemenangan diselenggarakan di alun-alun Paviliun Pangeran Chong. Pangeran Chong dimakamkan secara simbolik di makam pahlawan bersama pahlawan-pahlawan Han.



Hyewon menghilang saat aku hendak menemuinya. Kami mengira kami akan pulang saat perang selesai, namun apa yang menunggu kami, justru perang yang lainnya. Salah satu Jenderal pemberontak sempat melarikan diri ke BeiYuan dan bergabung dengan Jenderal Federasi Han yang tiba-tiba mengkhianati pemerintahan mereka dan melakukan kudeta. Segel kerajaan berpindah ke BeiYuan, ditangan para Jenderal dan mereka mengulangi apa yang Wang Yi lakukan, membangun Kekuasaan baru. Dinasti Jin diumumkan, dengan Kaisar pertama adalah mantan Jenderal Pemberontak Liao.



Siaran darurat disiarkan ke seluruh stasiun radio. Baik sipil atau militer. Perdana menteri Xian mengumumkan bahwa Xian bergabung ke dalam perang Melawan Pemberontak Jin. Hanya beberapa jam setelah pengumuman rudal jelajah model terbaru, Rudal Kaisar (V2) meluncur dari Ibukota Xian dan mendarat di BeiYuan. Rudal menewaskan ratusan orang termasuk Kaisar Jin sendiri bersama keluarganya.



Dari Paviliun Pangeran Chong. Kami diberangkatkan dengan kereta api menuju garis depan. Perbatasan Dinasti Jin. Seolah belum cukup, Republik Kepulauan Timur yang selama ini berdiam diri, mengumumkan perang baik terhadap Dinasti Jin serta Aliansi Xian dan Han. Mereka menuntut balas atas tewasnya jutaan orang timur di daratan Han. Perang terbesar dan terpanjang sepanjang sejarah Wuwei terjadi, perang Tiga Kerajaan. Antara Jin, Xian dan Han, serta Republik Timur.



Seakan belum cukup perang yang lebih besar terjadi. Masa perang antar Jenderal berakhir dengan dimulainya perang tiga kerajaan. Hitungan jam setelah pengumuman perang, Republik Timur melancarkan serangan ke pesisir timur Han. Seluruh pesisir Timur direbut beberapa hari kemudian.



Kami diterjunkan ke Medan perang hanya beberapa hari kemudian. Perang lebih besar menanti kami Wilayah dinasti Jin. Suara auman mesin perang, hujan bom dari udara, rentetan SMG dan senapan mesin, aku kembali mengalami itu semua. Semua itu seperti menjadi kehidupan baruku. Tapi tidak ada ancaman manusia super lagi.



Aku tidak pernah bertemu Hyewon lagi. Ia menghilang sejak hari itu. Aku terus menulis surat untuk Xingqiao di Medan perang. Satu harapanku saat di Medan perang adalah aku ingin diberikan kesempatan untuk pulang. Aku ingin diberikan kesempatan untuk melihat istriku lagi. Aku ingin hidup damai seperti hidup singkatku bersama Xingqiao di Xian. Aku ingin kami hidup damai di Xian di rumah kami. Dan untuk Hyewon, aku ingin ia melanjutkan hidup dan tak pernah menyerah. Karena aku tahu, ia bukan wanita yang lemah.
 
Ending A/Ending Edi (Worse Ending/Ending yang membingungkan)​



4 tahun kemudian, Pengepungan BeiYuan. Aku bersembunyi di balik reruntuhan bersama lima rekanku. Kami memanggul dua roket anti tank. Lima tank musuh berbaris di jalan tol, melewati posko musuh yang tidak lain adalah pinggul tol menuju Kota BeiYuan, yang berjarak 200 meter dari posisi kami.



Kami bersembunyi di reruntuhan gudang yang berjarak kurang lebih 20 meter dari jalan. Lima tank musuh berbaris mendekati posisi kami. Tank Gajah (IS-2) berbaris paling depan. Dengan meriam 122mm, Tank Gajah adalah tank paling mematikan di daftar alutsista musuh. Satu tank gajah dapat menghancurkan sampai lima tank Singa. Empat tank medium tipe 34 (T-34-85) berbaris di belakangnya. Hancurkan tank gajah dan ke empat tank musuh tinggal sejarah



“Duar!”



Aku menembakkan roket antitank ke tank gajah musuh. Rekanku menembak roket ke tank paling belakang. Dua roket mendarat dengan sempurna di sisi musuh. Senapan mesin dan dua penembak jitu menembakkan senjata mereka secara membabi buta, menghabisi infantry musuh.



Tank musuh hampir menembak kami. Tank singa Legiun Abu keluar dari persembunyiannya dan menembak tank musuh hingga terbakar dan meledak. Dua tank medium 4 (Panzer iv) juga keluar dari persembunyian mereka dan menghancurkan kedua tank musuh.



Lima tank musuh berhasil dihancurkan. Tank musuh berbaris menghalau barisan tank Legiun abu. Kami berbaris di belakang Tank singa dan dua tank medium 4 sekutu kami. Mereka menembakkan meriam menghancurkan tank demi tank musuh, menembakkan senapan mesin menyapu bersih infantry musuh. Aku menembakkan senapan mesin menengah (MG-42) ke infantri musuh, memaksa mereka mundur dari pintu tol. Tank-tank sekutu kami berhasil menerobos pintu tol, yang berhari-hari dijaga barisan tank Gajah dan tank Tipe 34 musuh.



Barisan tank musuh kembali muncul. Tanpa masalah tank sekutu kami menghabisi mereka semua. Belasan tank musuh hancur seperti tiada arti, sementara kami berbaris di belakang, menembak dan memukul mundur musuh hingga ke dalam kota.



Empat tank gajah menyergap kami dari balik reruntuhan . Mereka menembak kami dan kedua tank medium 4 meledak. Tank Singa membalas tembakan, meledakkan dua tank gajah. Infantry musuh bermunculan dan aku dengan sigap menembak mereka semua dengan senapan mesinku.



Tank gajah musuh menembakkan meriamnya. Tank Singa lumpuh tapi belum terhancurkan. Tank Singa kembali membalas tembakan dan menghancurkan dua tank gajah musuh. Tank gajah yang lain menembak dan menghancurkan tank singa itu bersama Krunya.



Aku dan temanku menembakkan roket anti tank dari persembunyian kami. Kedua tank itu terbakar. Kru berusaha melarikan diri namun aku membunuh mereka semua. Belasan tank gajah muncul seolah pantang menyerah mempertahankan BeiYaun.



“Gelegar!”



Suara tembakan yang sangat dahsyat terdengar. Dua tank musuh hancur seketika. Dua tembakan kembali terdengar dan tanpa perlawan dua tank musuh kembali meledak. Musuh berusaha mundur. Dari balik asap kami melihat tank yang sangat besar muncul bersama Dua tank Raja Singa



“ Tank Naga hitam (Maus)! Kita menang!!!”



Teriak legiun-legiun abu itu. Tank super berat kelas Naga hitam maju ke garis depan menghancurkan tank demi tank musuh tanpa perlawanan. Dua tank raja singa mengawal, ikut membersihkan Medan perang dari berisan tank musuh. Kami terus maju, menembak infantri musuh yang mundur berlarian dari Medan pertempuran



Pengepungan BeiYuan berhasil dimenangkan. Tank Raja Singa mendobrak Istana BeiYuan dan kami berlarian masuk ke Istana. Dayang dan kasim membuang senjata mereka dan seketika menyerah. Begitu juga dengan pengungsi, Bendera Kekaisaran Han dikibarkan dan hari itu, setelah 4 tahun perjuangan, Operasi Wuwei, Operasi perebutan kembali daratan Han dinyatakan berhasil.



Aku tak menyangka hari ini tiba. Empat tahun bertugas dan aku di sini, menginjakkan kaki kembali di BeiYuan. Di sinilah aku kehilangan ingatanku. Di sinilah juga aku dan Xingqiao pindah ke ibukota Xian.



Aku kembali di sini tapi kali ini tidak ada Xingqiao. Tentara Han dan prajurit Legiun Abu sibuk mengibarkan benderan Han dan Kekaisadan Xian di istana BeiYuan. Sorak-sorak kemenangan menggema. Itu kemenangan besar bagi Aliansi. Aku mengambil gambar dengan kameraku, agar Xingqiao dapat melihat seperti apa kemenangan kami di BeiYuan.



Matahari terbenam. Hari kemenangan seketika menjadi ajang cari jodoh. Teman-temanku menemukan ribuan Selir yang dikurung di dalam sebuah aula raksasa dan mereka membebaskannya. Kaisar Jin adalah diktator yang memiliki banyak istri. Aula itu ia bangun dengan uang Rakyat dan rampasan untuk upacara pernikahan serta pesta yang diselenggarakan hampir tiap minggu.



Teman-temanku berkenalan dengan masing-masing satu selir cantik. Mereka sangat senang dan hanya beberapa menit kemudian mereka semua menghilang. Ada begitu banyak selir dan dayang yang ditinggalkan. Aku dengar Kaisar Jin sendiri melarikan diri dengan permaisuri dan seluruh harta mereka menggunakan pesawat siluman.



Aku melihat seseorang di Aula itu. Aku tak percaya akan bertemu dia lagi. Hyewon, atau Yuji, sang Putri Bintang



“ Hyewon”



Ia menoleh. Ia mengenakan pakaian sukarelawan palang merah Dinasti Jin. Ia tersenyum



“ Kakak”



Aku berjalan mendekatinya. Aku tatap dia seraya bertanya



“ dari mana saja kau? Kemana kau pergi selama ini?”



Selama 4 tahun terakhir aku bertempur di Medan perang, desa demi desa, kota demi kota, hingga kau sampai di BeiYuan. Kini aku bertemu dia lagi, Hyewon. Aku menulis surat tapi tidak aku kirim karena aku tidak pernah tahu ke mana ia pergi.



Kami duduk di salah satu kursi Aula itu. Banyak prajurit yang juga mengrobol atau berkencan dengan dayang dan selir. Aku duduk di sana dengan adik angkatku, Hyewon, sang Putri Bintang



“ Di sinilah Kuanlin melamarku. Tepat saat ia melamar putri Li. Membagi cinta itu berat. Tapi saat itu, aku sangat bahagia dan langsung menerimanya. Rasanya aku ingin berlari dan memeluknya. Tapi kau tahu seorang putri harus tahu tata krama”



Aku mendengarkan Hyewon bercerita



“ Aku menuruti saranmu, Letnan. Aku mendengar kata hatiku. aku menemui anak-anakku lagi. Mereka bahkan sudah punya cucu. Kami sudah tidak seperti Ibu dan anak lagi, karena aku terlihat lebih muda. Kami sudah seperti sahabat. Sama seperti aku, mereka semua awet muda. Aku biarkan mereka melanjutkan hidup mereka di Istana Xian. Aku lega hidup mereka bahagia. Mereka juga bertanya ke mana perginya Ayah mereka. Aku tidak tahu.”



“ tapi seengaknya aku ketemu dia lagi. Dia pergi ke dunia, di mana perang dunia ketiga tidak pernah terjadi. Ia pergi ke dunia yang sangat damai. Di sanalah semua selesai. Aku ketemu dia lagi, aku cium dia lagi, dan kami bercinta seperti dulu lagi. Tapi sayang, aku sudah kehilangan dia, dan dia sudah bersama yang lain. Dia sudah bersama Putri Li. Aku tidak mau bertengkar lagi dengan Putri Li. Jadi, aku lebih memilih menyingkir



Paris, 2015, Jagad raya paralel



Hyewon menceritakan dengan detil seperti apa perjalanannya di dunia paralel. Ia berjalan di jalanan Paris. Ia mendeteksi keberadaan suaminya Kuanlin, dan ia langsung menemukannya. Hyewon berlari menyusuri jalanan kota Paris. Ia terus berlari hingga ia tiba di depan sebuah rumah.



Di sanalah semuanya berakhir. Ia melihat suaminya lagi. Pria itu menoleh, dan Hyewon seketika menangis.



“ jangan berakhir.”



“ karena ku tak ingin berakhir”



“ satu jam saja”



“ ku ingin bersamamu. Mengenang yang pernah ada”



Kuanlin…”



“ Yuji”



Hyewon berlari sambil berurai air mata. Ia peluk pria itu dan menangis sejadi-jadinya. Pria itu juga menangis. Mereka berpelukan mesra lalu bercumbu



“ aku di sini Kuanlin. Aku ga mau kamu pergi. Aku mau kamu pulang. Aku bukan Yuji yang dulu lagi. Aku sudah berubah. Aku ingin kita hidup seperti di Bali dulu. Aku mohon”



Dan mereka bercumbu. Hyewon mencumbu suaminya. Meluapkan segala kerinduan di dalam dirinya. Mereka saling melepas pakaian lalu ia dorong suaminya ke sofa dan mereka bercumbu liar



Kedua bibir mereka saling bercumbu dengan penuh cinta. Api kerinduan membara di antara mereka berdua. Mereka saling menjamah tubuh mereka satu sama lain. Hyewon merasakan lumatan bibir Kuanlin dan jamahan jemarinya di sekujur tubuhnya



Tanpa basa-basi mereka tiba di permainan puncak. Dengan liar Hyewon menggenjotkan lubang kemaluannya dari atas. Mereka berdua mendesah. Mereka dekatkan kembali wajah mereka dan bercumbu dengan liar.



Hyewon meluapkan segala rindu dan cinta di dalam dirinya. Sejak menikah ia berjanji tubuhnya hanya milik Kuanlin dan ia menepatinya. Hari itu mereka bercinta dengan liar dan ganas. Hyewon menggoyang pinggulnya dengan kecepatan penuh, bercinta dengan Kuanlin setelah sekian lama berpisah.



Hyewon mendesah panjang. Ia mencapai puncak kenikmatannya. Ia dekup tubuh suaminya dan mencumbu bibirnya dengan mesra. Penis itu memuncrat dan mereka pun mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.



Mereka bercumbu berulang-ulang kali. Hyewon sangat senang akhirnya ia bercinta lagi dengan suaminya. Mereka mandi bersama, kembali berpakaian lalu makan malam bersama



Dan petaka pun terjadi . Putri Li, istri pertama Kuanlin kembali. Ia melihat Hyewon menemukan kembali suaminya dan seketika menangis. Ia berlari menghampiri Kuanlin lalu menamparnya



“ kamu sudah janji Kuanlin. Kamu sudah janji! Kamu ga kan ketemu lagi dengan wanita ini. Kamu janji kamu cuma milik aku!”



Hyewon sadar dialah yang salah dalam hal ini. Ia ingat ialah yang mengusir Kuanlin sehingga mereka berpisah



“ China sudah menjadi Rumahku Kuanlin. Sama seperti Xian. Apa pun yang terjadi, aku akan berjuang untuk China sampai titik darah penghabisan. Aku harus melakukan apa yang harus aku lakukan. Aku berjanji, ketika perdamaian tiba, kita bisa bersama seperti dulu lagi. Untuk sekarang, jika kau tidak setuju dengan apa yang aku lakukan, kau bisa pergi”



Waktu itu, Ego Hyewon yang membuat Kuanlin pergi. Hyewon tiba-tiba sadar kembali dan ia meneteskan air mata



“ bahagiankan dia Kuanlin. Maafkan aku. Mungkin lebih baik, kita tidak pernah saling mengenal lagi”



Hyewon menggunakan tenaga dalamnya. Ia menghapus kenangan di dalam diri Kuanlin. Kepada Putri Li, Hyewon berjanji ia tidak akan kembali lagi. Hyewon lalu bertemu dengan bayi baru mereka. Dan saat itulah semua berakhir. Hyewon akhirnya meninggalkan Kuanlin dengan damai



Ia menangis. Hyewon mengaku sewaktu ia naik tahta di bumi, ia menjadi orang lain. Orang bilang, kita bisa mati sebagai pahlawan, atau hidup cukup lama dan menjadi penjahat di cerita kita sendiri. Dan itu terjadi pada Hyewon. Ia sadar ia sudah menjadi pemimpin yang tidak ia inginkan, menjadi istri yang lalai dan kini



“ aku sendiri. Aku tak punya siapa-siapa lagi.”



Aku memegang tangannya. Ia menoleh dan menatapku dengan wajah yang penuh air mata



“ kau punya aku Hyewon. Kau masih punya Keluargamu, Han dan Xian, kau punya teman baikmu, Xingqiao. Mulailah hidup baru. Beranjaklah dari kehidupan lamamu.”



Hyewon menghapus air matanya. Ia mencium pipiku



“ seperti yang kamu bilang, Letnan Bao an. Bertahun-tahun ini, Aku selalu mengikuti kata hatiku. Hanya kau yang ada untukku bertahun-tahun ini, surat-suratmulah yang menemaniku.Aku bertemu kamu di Jagad raya itu. Kau seorang pengusaha gagal, tapi kau sayang keluargamu. Setidaknya di Jagad raya itu, aku melihat kau dan Xingqiao hidup bahagia dengan sederhana”



Aku tersenyum.



“ di dunia ini, aku berjanji aku akan membahagiakan dia dan hidup sederhana”



Hyewon tersenyum dan kembali meneteskan air mata



“ aku selalu mencarimu di setiap Jagad raya yang ada. Di salah satu dunia itu, aku melihat kita, hidup berdua sebagai pasangan yang bahagia. Bukan dengan Kuanlin.”



“ saat itulah aku sadar Letnan. Setelah ratusan tahun, aku jatuh cinta lagi. Aku mencintaimu Letnan”



Dan aku seketika terdiam. Hyewon tersenyum



“ Selamat tinggal, Letnan”



Dan saat itu juga tubuhnya perlahan menghilang



“ Hyewon… kau mau kemana?”



Ia memelukku dan menangis.



“ menghapus diriku. Perang ini sudah tidak dapat dimenangkan lagi. Kepunahan akan terjadi. Hanya ini yang dapat kulakukan untuk menyelamatkan bumi dan Planet Xi”


“ Hyewon, Jangan!”


Dan saat itu juga aku kehilangan kesadaranku.



Aku kembali terbangun di Jakarta 2015. Aku terbangun di kamarku dan yang pertama aku lihat adalah



“ Putri?”



Aku bingung dengan apa yang terjadi. Semua menjadi mimpi. Putri duduk di sampingku lalu sambil tersenyum ia mengatakan



“ selamat pagi”



Aku bangkit dari kasurku dan menatap rumahku dengan linglung. Ini rumahku tapi aku merasa asing. Aku berkeliling rumahku sendiri, bertemu ayahku dan bertemu dengan ibuku.



“ Putri, ayo ajak Edi sarapan”



Aku duduk di meja makan. Aku melihat tumpukan undangan di ruang tengahku. Aku sempat melihat tanggalnya dan tinggal beberapa hari lagi. Aku tidak makan sarapan itu, aku hanya diam seperti orang linglung



Aku berjalan ke depan rumahku. Ada sebuah paket yang tergeletak di sana. Aku melihat namaku, Aku membukanya dan menemukan sebuah foto dan sebuah surat



“ wanita ini….”



Dan seketika itu juga ingatanku kembali



“ Hyewon!”



Ingatanku kembali. Termasuk ingatanku tentang Luna dan Bona.



“ Luna!”



“ Bona!!!”



Aku berlari ke tengah jalan. Aku hampir tertabrak mobil namun aku menghindar. Aku melihat ke sekitarku. Aku kembali ke Jakarta. Di masa lalu, tahun 2015.



“ Hyewoooooon!”



Satu minggu kemudian. Aku tidak jadi menikah dengan Putri. Hyewon berhasil menghapus dirinya, agar kehancuran di masa depan tidak terjadi, agar Huang tidak pernah menyebabkan kehancuran di Bumi. Ia melakukannya demi Bumi, Han dan Xian.



Aku membuka surat dari Hyewon. Surat dari Jagad raya yang terhapus, lengkap dengan fotonya.



“ Letnan Bao an. Maaf aku harus melakukan ini. Aku menghapus diriku demi menghindari kehancuran di masa depan. Musuhku, Kaisar Huang sudah diambang kemenangan, dan kehancuran umat manusia sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Semua karena para Replikan dan Bangsa Horus. Maaf aku menghapus diriku, demi memutar ulang waktu dan membatalkan masa depan itu”



“ dengan ini, tidak hanya Pertemuanku dengan Kuanlin tidak terjadi, tapi kehancuran umat manusia di bumi juga tidak pernah terjadi. Aku tahu aku bertindak semauku. Aku tahu aku membuatmu kehilangan kehidupanku. Tapi bayangkan berapa banyak manusia yang terselamatkan. Maafkan aku, Letnan.”



“ aku beruntung beberapa hari ini aku bertemu denganmu. Karena itulah aku memberimu kesempatan kedua. Hiduplah dengan damai, letnan, maaf jika aku mengacaukan semuanya”



Aku menangis. Aku tidak tahu apakah harus membenci Hyewon, atau mencintainya. Masa depan telah terhapus. Kepunahan manusia telah terhindarkan. Tapi aku kehilangan kehidupanku. Kehidupanku dengan Luna, Bona dan Xingqiao, dan anak-anakku, lenyap dan sirna menjadi mimpi.



Aku dilarikan ke rumah sakit beberapa hari kemudian. Jiwaku tidak menerima semua itu. Aku tidak menerima hidup sebagai Edi di dunia itu, aku masih mengangguk aku adalah Edi Koboi, suami dari Xingqiao, Luna dan Bona. Mereka bilang aku mengalami penyakit delusi. Aku mengalami penyakit di mana aku tidak bisa membedakan mana kehidupan nyata dan kehidupan khayalan.



Aku dibebaskan dari rumah sakit jiwa beberapa tahun kemudian. 2021. Segala yang terjadi di duniaku, tidak terjadi lagi di dunia ini. Indonesia tidak pernah menjadi Raksasa Fasis. Ketegangan tidak pernah terjadi. China serta negara Asia timur hidup dengan aman dan damai. Tidak ada konflik besar di dunia ini lagi.



Hyewon berhasil. Hyewon melenyapkan masa depan itu dan menciptakan Jagad raya paralel yang baru. Kehidupanku pun hilang. Aku menulis tentang kehidupanku di dunia paralel agar aku tidak pernah melupakannya. Aku menggambar Xingqiao, Bona, Luna dan semua anak-anakku agar aku tidak melupakannya. Dengan CGI aku menciptakan foto keluarga kami semua, Menciptakan video, sehingga ingatan itu tidak pernah hilang.



Seperti itulah akhir dari petualangan putri bintang. Sebuah akhir yang tragis, yang haris terjadi demi menyelamatkan umat manusia. Aku tulis semua ini sebelum tidur dan menatap foto Hyewon, foto keluargaku untuk terakhir kali. Pada akhirnya, seperti Hyewon, aku harus berkorban agar umat manusia memiliki hari esok



Edi kehilangan ingatannya saat ia bangun keesokan harinya. Semua ingatan tentang masa depan yang terhapus akhirnya hilang selamanya.



Ending ini menuju ke Lost paradise
 
Bimabet
Makasih update pamungkasnya
Om @Chaos222 ... Ditunggu karya selanjutnya ...
Bravoo... 👏👏👏👏👏

Terima kasih update dan Endingnya om @Chaos222 yang telah berbagi cerita bersama kami sampai Tamat.
Kami nantikan cerita selanjutnya.
Tetap semangat dalam bekerja dan berkarya,
Stay Safe n Keep Healthy.

sama-sama suhu :ampun:
untuk sementara sepertinya nubi betah jadi pembaca dulu. Banyak suhu-suhu sepuh yang turun gunung :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd