Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Leila pembantuku

Pagi datang, jam 7 pagi kondisi kompleks masih sepi. Maklum saja, hari Minggu adalah hari istirahat untuk pekerja macam aku, meski Sabtu termasuk libur. Pekerjaanku mengharuskan standby untuk mengatur startegi bisnis untuk Clinet yang aku dan teman-teman awasi keuangan dalam pasar modal. Diranjang ini, menjadi hal yang berbeda, untuk pertama kali aku mengajak tidur Perempuan untuk tidur bersama aku. Aku bukan lelaki yang baik dan lurus dalam watak, berberapa pacar dan mantan istriku pernah kuajak tidur dahulu. Kali ini berbeda, Leila yang pembantuku yang menjadi teman tidurku. Kejadian tadi malam, tidak terjadi karena paksaanku atau lainnya. Kami sadar untuk melakukan atas dasar suka sama suka.

Namun tidurku, harus berhenti. Ada suara yang menghentikan tidurku lebih lama. “Huu….Huu….Huu….Huu..,” Leila terduduk di ranjang tepat sebelahku. Aku bangun dan menyoba menyentuhnya.“Leila, kamu gak papa?” tanyaku pada Leila. Leila menahan tanganku, dan mendorongnya.“Huu….Huu….Huu….jangan…pak…Huu……saya…Huu…Huu…seharusnya….Bapak….jangan…lakukan…itu,”katanya sambil menangis. Aku iba kepadanya, seharusnya aku bisa menahan nafsuku kepadanya, “Huu…Huu…Huu…aku..sekarang.***k…suci….,”ujar dia lagi. “Leila, kamu harus tenang. Gak akan terjadi apa-apa dengan kamu? Ini akan jadi hubungan diantara kita tidak akan yang tahu,” kataku sambil menenangkannya lagi. Dia menoleh dengan aku,” Tolong pak, ini pertama dan terakhir untuk melakukannya. Saya berharap untuk tidak melakukanya lagi,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Aku memilih diam, dia bangkit berdiri dan menyelimuti tubuhnya dengan dua selimut dan pergi ke Kamar Mandi bawah.

Awalnya aku ingin menyusulnya, namun saat aku bangkit. Ia meyulurkan tangan kirinya sementara tangan Kanan tetap menempel di Selimut. Aku merasa sedih dengan apa yang dia lakukan, jujur aku merasa setelah ini aku bisa mendapatkan hubungan intens dengan Leila. Namun Leila menunjukan sikap berbeda. Aku memilih mandi dengan masuk dengan keadaan telanjang, aku tidak memiliki pilihan lain. setelah mandi dan berpakaian. Aku mulai merapihkan pakaianku juga pakaian Leila, melihat pakaian kumal dan using. Aku berniat untuk membeli pakaian lain, aku mulai teringat tubuhnya yang indah. Aku pun mencatat ukuran Bra yang digunakan 34 C juga ukuran CD lalu menyimpannya di saku tas kerjaku. Kemudian aku merapihkan kasurku.

Saat merapih kasurku, aku baru mengerti kenapa tangis Leila begitu hebat. Ada noda darah mengering di Kasur. Aku terdiam, aku kembali teringat kembali dengan perkataannya ia Perawan. Hal itu membuatku sadar bahwa aku tidak bisa memberikan tekanan kepadanya. Karena ia belum tentu akan menerimanya. Au mencintainya, dan aku ingin memilikinya bagimana caranya. Aku mencoba untuk bersikap tenang. Dan keluar kamar, jam menunjukan pukul 8.00 pagi, aku keluar dan menjenguk kamar Leila. Ia menutup pintunya, aku tidak berani mengetuknya. Aku putuskan memasukan mobil ke Garasi, dan bersiap pergi. Aku ingin meninggalkan sendiri satu hari ini, untuk membiarkan tenang, namun saat aku berniat mencari Sarapan. “Bapak mau pergi kemana?” tanyanya.

Matanya masih merah dan bengkak karena menangis. Namun ia sudah mandi, hal itu terlihat dengan rambut yang basah dan pakaian sudah berganti. “Saya mau cari sarapan buat saya sama kamu,” kataku. “Masuk pak, saya buatkan,” katanya. Aku pun masuk kembali. Leila berjalan sedikit tertatih dan sakit seperti ia menahan sesuatu. Kami masuk, aku menutup pintu dan menguncinya. Kemudian aku duduk dimeja makan. 3 menit kemudian, secangkir kopi terhidang kemudian 7 menit kemudian Nasi Goreng terhidang. Ia hendak membawa makanannya ke belakang, “Leila, kamu temani saya di Meja makan?” pintaku. Ia menegok namun mengelengkan kepala. Aku terdiam, dan membiarkan dia berlalu. Percakapan kami terasa datar.

Aku memilih untuk pergi ke Jasa Pencucian Mobil, untuk membersihkan mobilku. Sementara Leila memilih mebereskan rumah. Dua jam kemudian, aku pulang, rumah dalam keadaan bersih. Demikian kamarku yang sudah berganti Sprei. Aku mencoba mencari Leila, rupanya iya senang mencuci baju. Aku mencoba menghampirinya dan berbicara dengannya. “Lei, kamu udah kuat? Bukannya masih sakit?” kataku mencoba memulai pembicaraan. “Saya harus bekerja pak, itu tugas saya. Tolong pak, untuk kenyamanan kita untuk kejadian tadi malam anggap kealphaan kita,” kata Leila menjawab pertanyaanku. “Maaf Lei, yang terjadi kesalahanku. Aku minta maaf, namun apa kamu tidak mencintaiku?” tanyaku kembali. “itu yang harus kita lupakan pak, Bapak adalah Majikan saya. Lebih dari itu tidak seharusnya terjadi,” kata Leila.

Dari ucapannya, aku tahu ia mencintaiku namun ia dalam rasa sesal yang demikian dalam. Memaksanya untuk melupakan statusnya sebagai pembantu secara langsung tidak baik. Aku takut ia akan pergi dan menjauh. Terutama mencari pembantu adalah hal yang sulit menjelang akhir tahun. Akupun memilih tidak terlalu memaksakan namun mendekatinya setiap peluang itu ada. Aku akhirnya memilih membiarkan ia bekerja seperti biasanya. Sementara aku fokus untuk bekerja dan membuat rencana kerja. Menjelang siang, aku lapar. Aku keluar menuju meja makan, tiada makan tersedia. Aku mengecek ke dapur dan halaman belakang untuk mencuci baju dan menjemur, Leila tidak ada. Aku cukup khawatir, aku mencoba menuju kamarnya.

Saat aku membuka kamarnya, ia sedang duduk dan menatap cermin. Aku mencoba menegurnya, “Leila, kamu gak masak?” tanyaku yang memecah lamunannya. “Heh, Pak maaf saya capek. Saya gak bisa masak siang ini. Kalo bapak lapar, saya bisa belikan makanan atau bapak mau dimasakan saya usahakan?” katanya. “Saya makan diluar aja. Ayo kamu siap-siap kita makan pergi,” kataku mengajaknya keluar. “Maaf pak, saya dirumah aja. Biar saya makan di Warteg aja,” katanya membela diri. “Ayo, Leila kita makan saya gak mau kamu tambah sakit. Saya lebih mengerti kondisi ini, saya harap kamu turutin keadaan ini berberapa hari ini,” kataku. Leila terdiam dengan ucapanku lalu berkata,”Baik Pak. Saya ikut bapak,” katanya.

Aku membuka pintu lemarinya, aku mencoba mencari pakaian yang pantas. Ternyata ada berberapa pakaian yang belum pernah dipakaian yang cukup sesuai umurnya. Aku mengambilnya dan menyerahkan padanya. Awalnya ia menolak, namun aku mencoba menyakinkannya dan ia mau. Setelah itu, aku memilih berganti pakaian dan bersiap dikamar. Aku senang, mendapat sedikit peluang untuk terus dekat dengannya. Setelah siap, aku menunggu Leila, setelah lama menunggu ia keluar dengan penampilan berbeda sesuai yang ku minta namun langkah masih sedikit berat. Tanpa menunggu lama, kami keluar dari rumah dan masuk mobil. Kami pergi, aku mencoba menanyakan ingin makan apa kepadanya. Leila malah menyerahkan kepadaku, karena sudah lapar.

Aku dan Leila memilih fastfood, kami memilih untuk makan ditempat. Suasana cukup ramai, yang membuat awalnya ragu untuk memesan. Wajar saja, ada anak kecil yang merayakan ulang tahunya, namun dengan nekat aku memesan dan membayar makanan. Kami memilih naik ke Lantai 2 yang menjadi tempat kosumen makan. Rupanya cukup sepi. Aku memilih duduk dipojok, sehingga keadaan kami cukup nyaman untuk Leila.”Terima kasih pak, udah ditraktir lagi,” kata Leila dengan suara pelan. Mungkin banyak tenaga sudah habis mendesah, teriak, dan menangis. Sehingga sudah tidak memiliki kekuataan lagi. Kami makan dengan lahap, bahkan aku memintanya memakan berberapa menu yang jarang ia makan. Keluargaku dulu jarang untuk makan difastfood karena makanan Leila cukup enak.

Setelah usai kami makan, kami memilih mengobrol. “Leila, kamu pernah mencintai orang lain selain aku?” tanyaku. Leila tidak menjawab, “Aku mencintaimu, Leila. Aku ingin tidak ada halangan lagi,” kataku melanjutkan. “Seharusnya tidak seperti ini pak, status kita beda jauh. Bapak punya pekerjaan dan jabatan,” kata Leila memberikan alasan. “Seharusnya Bapak mencari orang yang sesuai dengan status. Banyak lebih baik dari saya. Saya hanya mampu mengurus rumah dan anak dengan pendidikan minim,” katanya mulai membandingkan dirinya dengan aku. Menurutnya, percintaan kami tidak sebanding. Leila menatap kearah luar. Aku mencoba menggeggam tangannya, ia tidak membalas. Ketika aku mencoba melepas. Ia menahan, aku tahu aku memiliki harapan.

Setelah kami puas berbicara, kami memilih pulang. tidak lupa aku membeli makanan lagi untuk makan malam. Kami pulang, dan melakukan aktivitas sendiri. Menjelang makan malam, Leila mengetuk pintu kamarku untuk mengatakan makan malam sudah siap, aku makan. Leila masih menjaga jarak kepadaku, ia takut sekali aku memintanya untuk melakukan hal itu. Setelah makan, aku memilih untuk beristirahat di Kamar. Namun di Kamar, aku merenung dan memikirkan Leila, aku yakin Leila mencintaiku dan mau menjalani hubungan denganku. Namun pikirannya yang membatasi, dan pikirku harus ada yang kulakukan untuk melepaskannya dari pikirannya itu. Setelah 6 bulan perceraianku, aku menyadari aku membutuhkan Leila bukan hanya pembantu.

Namun semua hal itu, tidak harus kulakukan tergesa-gesa. Aku harus membuat Leila merasa nyaman dan membutuhkan aku. Itu yang lebih penting, sehingga ketika aku mencoba menyatakan perasaanku kembali. Leila mau menerimaku. Setelah memantapkan hatiku aku memilih tidur karena akan berkerja besok. Besok Pagi, kehidupanku kembali seperti tidak terjadi apapun. Namun Leila tidak lagi bersikap menjauh dariku, aku menyukainya. Bahkan saat ingin berangkat Kopi dan Sarapan sudah tersedia. Demikian saat Pulang kerja Leila kembali melakukan tugas seperti biasa. Hal itu memberiku peluang untuk berbicara lebih banyak dengannya. Bahkan ketika ketika aku mencoba mengenggam tanganya saat kami menonton, ia hanya tersenyum sambil melepaskan.

Semakin hari kami semakin intens kedekatan kami. Pada pertengahan Bulan Desember, aku merencanakan liburan di Bali. Aku ingin menikmati Bali dengan Leila, maka aku memesan tiket dan penginapan sesuai cuti kantor. Namun aku menemui masalah, pakaian Leila hanya sedikit yang bisa digunakan untuk liburan. Kebiasaan untuk membeli pakaian di Pasar, lebih sering tidak sesuai seleraku. Sedang ketika aku mengajaknya untuk pergi untuk berbelanja, Leila tidak mau aku membeli dengan kualitas jauh dari ia pakai. Maka ia akan meminta uang dan membeli di Pasar, bahkan jika lebih ia akan mengembalikannya. Aku mencoba mencari cara, untuk menyelesaikan masalah ini, hal ini cukup pelik.

Hal yang lain, kenapa aku ingin membuat Leila memiliki pakaian lebih baik dalah tubuhnya yang bagus. Leila yang Payudara yang cukup bagus, dan penampilan cantik tinggi 169 cm, juga wajah putih bersih dan senyum yang manis. Hal ini cukup mengimbangiku yang memiliki tinggi 175 cm putih dan memiliki badan Ideal. Hal ini berbeda dengan mantan istriku yang cukup pendek dan tidak secantik Leila namun tidak secantik Leila. Aku berpikir untuk bagimana untuk meminta dia berganti penampilan, disaat aku kesulitan. Ternyata nasib baik mulai datang, hal itu secara tidak langsung ikut merubah Leila. Pada pertengahan Desember,Aku mengajak dia untuk berbelanja bulanan. Setelah berbelanja, aku ingin mengajak jalan-jalan.

Pada saat berjalan-jalan, kami dihentikan SPG kometik dan alat make-up yang sedang membuat promo produknya. Karena Leila tidak memakai pakaian yang lusuh (karena aku memintanya memakai pakaian yang pernah aku dan istriku belikan). Leila tidak terlihat sebagai Pembantu, hal ini membuat Leila menjadi menarik dengan make-up seadanya. secara tiba-tiba Leila mendapat pilihan untuk mencoba tawaran dimake up. Akwalnya Leila tidak berminat, namun aku penasaran bagimana Leila dimake-up aku memaksa. “Ayo Leila, kamu pasti cantik,” kataku membujuaknya. “Ihhh, Bapak kenapa sih. Malu nanti,” katanya berbisik. “Kenapa malu, gak ada tetangga disini juga. Udah kamu mau aja, nanti urusan beli atau gak itu saya,” kataku memberikan penegasan. Aku tidak masalah keluar uang untuk membeli komestik dan make-up.

Selama 6 bulan ini, kebanyakan Gaji hanya dipotong untuk biaya anak. Kemudian rumah, sehingga masih tersisa banyak untuk sendiri. Hal ini belum ditambah dengan kenaikan jabatan satu bulan belakangan, yang kemungkian menambah pendapatanku. “Tapi kalo Leila suka, gimana pak?” tanyanya. “Aku belikan Lei, tapi ada syaratnya,” kataku. “Apa Syaratnya?” katanya, “Yah, rahasia kamu mau saja,” bujukku. Leila pun mau memenuhi permintaanku. Saat make-up dimulai, aku memilih untuk pergi dahulu. Aku kurang berminat pada proses hanya akhirnya saja, aku pun pergi melanjutkan jalan-jalan. Satu jam aku pergi sendiri, kurasa cukup untuk melihat Leila. Aku memutuskan kembali, benar saja. Leila terlihat sangat cantik bahkan banyak pula pengunjung pria yang tertarik.

Aku langsung, menghampirinya. “Bagimana kamu suka Leila?” kataku mendekatinya. “Bagus pak, jadi kelihatan beda. Tapi mahal?” katanya. Aku mendekati SPG yang mendandani Leila, “Kalo kita mau beli berapa Mbak?” tanyaku. “Harganya 2 juta pak, udah lengkap. Karena kami baru promo, untuk istri bapak, harganya 1 juta pak,” kata SPG. Leila terkejut dengan harga namun lebih terkejut dengan bagiamana SPG menilai Leila sebagai istri. Leila ingin membenarkan persepsi SPG, aku memberi kode untuk diam saja. “Okay Mbak saya beli. Mohon disiapkan notanya,” kataku. Aku senang, dapat memanjakan Leila. Dengan ini targetku hanya membeli pakaian yang cukup untuk dirinya, aku hanya butuh sedikit waktu untuk mendapatkan jalan. Terlebih aku belum memberitahu Leila kami akan liburan diakhir tahun.

Setelah membeli kosmestik, aku mengajak untuk berbelanja baju. Namun ia tidak mau, aku harus mengikuti kemauannya. Sesampainya di Mobil, “Pak, kenapa beli Komestik dan Make-up terlalu mahal pak,” katanya. “Kamu suka kan, lagian dalam waktu dekat kamu pasti perlu. Aku suka kok dengan penampilanku kamu sekarang,” kataku memujinya. Leila tersipu malu, kemudian masuk ke Mobil. Awalnya iya masuk bangku belakang. “Leila, kamu duduk disebelahku. Mulai sekarang, kamu kaya gitu kecuali sesuatu,” kataku. “Tapi pak, kan gak pantas. Masa pembantu duduk berduaan dengan majikannya,”katanya. “Ini kemauan saya, kamu harus turutin,” kataku singkat. Leila langsung menurut perintahku. Mungkin Leila takut dengan kemarahanku, seperti waktu aku mengusir temannya dulu.

Sesampai dirumah, kami menurunkan barang dan merapihkannya. Leila memang berbicara komestik yang kubeli berserta barang lainnya. Namun ia tetap orang yang polos dan tidak pandai menyembunyikan sesuatu yang benar ia rasakan. Ketika melihat brosur komestik, aku menemukan ide dengan SPG yang kutemui tadi. Karena ada nomor contactnya. aku menyimpan di handphoneku dan menyimpan brosur di laci kamarku. Kemudian bersikap biasa saja, untuk membuat Leila curiga dengan ideku. Seninnya aku menghubungi SPG itu. Aku menjelaskan maksudku dengan memintanya membeli pakaian yang bagus dan sexy untuk Leila. Awalnya ia menolak, dan meminta aku membelinya sendiri dengan mengajak Leila. Karena ia tidak mau, aku mengajak bertemu makan siang dihari berikutnya.

Ia mau, maka aku membuat janji denganya. Pada besoknya, Selasa siang aku pergi ke Mall yang tempat aku membeli Kosmestik dan menuju foodcourt. Karena ia belum datang, aku memilih duduk santai. 10 menit kemudian, ia datang. Aku mengajak untuk memilih makan dan makan siang terlebih dahulu. Setelah makan, aku baru menjelaskan pada Mira nama SPG itu. “Begini Mbak, saya mau liburan dengan calon istri namun perlu bantuan,” kataku memulai pembicaraan. “Maksudnya Bapak Husni, batuan gimana ya?” tanya Mira. “Saya perlu Mbak mau memilihkan pakaian buat calon istri saya buat liburan sekitar 10 hari lah. Liburan akhir tahun,” kataku singkat. “Aduh, gimana ya? Kalo untuk itu sulit ya, soalnya selera dan ukuran Pak,” katanya mencoba menolak.

“Saya mohon mbak, maklum calon saya dari kampung. Jadi masalah pakaian dia seadaanya, padahal dia masih muda. Untuk ukuran saya bisa berikan,” kataku menjanjikan. Mira diam sejenak, “Bapak, yakin saya bisa memenuhi kemauan Bapak?” tanya Mira mencari tahu. “Saya yakin mbak. Sejujurnya saya gak terlalu paham selera Perempuan. Hanya saya suka jika istri saya bisa berpenampilan sebaik mungkin. Saya malah senang sekali,” kataku. “Saya punya dana simpanan 100 juta dan Mbak saya kasih sekitar 5 juta untuk komisi,” kataku memberikan tawaran. “Aduh, Pak jangan gitu dong masa uang belanja lumayan. Honornya 5 juta,” kata Mira meminta lebih banyak. Aku terdiam, aku memikirkan apa aku harus menambahnya.

Bagiku keuanganku tidak bermasalah, sebetulnya uang sebanyak itu bisa aku dapatkan tidak butuh waktu lama. “Okay, bagimana saya jadikan 10 juta. Tapi apakah mbak mau bantu saya?” kataku memastikan. “Saya bersedia, tinggal bapak hubungin saya lewat sms. Uang tunai pak biar enak tanda jadinya,” katanya. Aku tersenyum, usahaku berhasil akupun mendapatkan solusi meski harus mengeluarkan kocek lebih banyak lagi dari tabungan pribadiku. Setelah sepakat aku kembali ke Kantor, untung saya aku tepat waktu. Akhir tahun untuk profesiku adalah momen yang membuat Stress, apalagi kondisinya Ekonomi sedang menurun saat itu. Maka stabil adalah keuntungan, demikian target Aku dan Guntur untuk tutup buku.

Malamnya aku setelah makan, aku meminta Leila untuk memkopi dokumen kerjaku. Saat dia pergi, aku pergi kekamar Leila untuk melihat Pakaian dan ukuran Celana dan Rok, setelah memeriksa berberapa Pakaian dan Celana, aku mengetahui ukurannya lalu mengirim pesan dengan ukuran Bra dan Celana Dalam Leila yang kusimpan lebih dulu. 4 menit kemudian, Mira membalas dengan pesan “Deal,” yang menjadi tanda untuk tanda jadi. Kemudian merapihkan semua yang kukeluarkan dan pergi. Ketika Leila pulang aku bersikap memeriksa laporan. Leila tidak mencurigai apa yang kulakukan setelah ia pergi. Paginya ketika aku ke kantor, aku bertemu dengan Mira untuk menyerahkan uang belanja yang sudah disepakati. Mira berjanji akan menyerahkan hasil belanja kepadaku, menjelang hari keberangkatanku.

Hari-hari berlalu, perkerjaanku sudah selesai. Aku dan Guntur cukup senang, karena target kantor tercapai. Banyak Karyawan akan berlibur, seperti denganku. Aku serang, karena akan liburan dengan Leila dan dapat melakukan apa saja. Singkat cerita aku menemui Mira dirumahnya. Mira membawa 2 Koper Travel ukuran sedang. “Ini Bapak Husni, satu Koper untuk liburan sudah saya diapkan bahkan ada Bikini dan Gaun untuk dinner semua cukup bahkan dua minggu. Sisanya pakaian sehari-hari, banyak yang sexy namun saya juga beli pakaian lain tapi bagus. Kalo Satu Koper satu pakaian sehari-hari sesuai permintaan sesuai umur alon Isteri,” kata Mira sambil membuka satu persatu tas. “Okay, sesuai dengan keinginan. Ini untuk kamu,” kataku. Mira menerimanya dna berterima kasih banyak. Sedang aku dengan puas memasukan koper itu kedalam mobil dan pulang. itulah aku terakhir aku bertemu Mira.

Aku senang, kemudian memacu mobilku ke Rumah. Dalam pikiran berkecamuk banyak imajinasi yang bisa kulakukan dengan Leila. Mungkin saja, aku bisa melakukan seks dengan Leila dan menjadikan pacarku. Selama ini, sejak aku melakukannya Leila berubah lebih mempedulikan aku secara pribadi meski saat kami bedua berhadapan ia sering salah tingkah. Sesampai dirumah, aku langdung mandi dan dan menyiapkan baju untuk liburan. Setelah semua siap, pintu kamarku diketuk. “Tok…Tok,” “Siapa?” tanyaku berbalik. “Leila pak,” suara Leila diseberang pintu. Aku berlari dan membuka pintu. “Ada apa?” tanyaku. “Makanan udah siap pak,” katanya. “Iya, saya kesana,” kataku. Leila pergi dan aku menyusulnya dibelakang. Bau makanan Leila sudah tercium dihidungku.

“Kamu udah makan Lei?” tanyaku saat sampai di Meja Makan dan menatap makanan. “Sudah Pak, tadi sya ambil pada saat masak,” kata Leila. Aku mengambil makanan yang tersaji dan mulai makan, “Pak, saya mau bicara,” kata Leila. “Ngomong aja,” jawabku sambil menyedok makanan. “Anu..pak…, e,” kata Leila kebinggungan. “Kenapa? Kamu telat atau apa?” kata menatapnya. “Ih…Bapak ini, saya mau minta cuti. Saya mau pulang, tahun baruan di Kampung. Itu juga kalo Bapak izinkan?” tanyanya. “Dikira telat bulan atau kenapa. Kamu sudah tapat tiket?” kataku. “Belum pak, saya juga belum kasih tau kerabat sih. Saya udah beresin tas, diizinkan tgl 2 Januari udah dirumah,” katanya.

“Saya mau ke Bali besok, kamu nanti antar saya pakai Taksi. Baru kamu pulang,” kataku. Leila tersenyum, “Acara kerja atau kenapa?” tanya Leila. “Kerja, sekalian mau liat Diyar. Itu aja rencana saya pulang tanggal 3,” jawabku dengan asal. Diyar adalah anakku yang dalam pengasuhan mantan istriku. Diyar lebih dekat dengan Leila dibandingkan istriku. Kesibukan kerja kami membuat jarak antara aku dan istri dengan Diyar. Sedangkan perceraianku, membuat Leila tidak bisa ketemu dengan “anak asuh maka mendengar itu ia terkejut. “Mau ketemu Diyar? Salamnya aku kangen,” kata Leila. Aku melirik dia, aku tahu mendengar Diyar ia menjadi ingin ikut. “Iya, nanti aku salami,” kataku. “Oh, saya pergi dahulu pak,” kata Leila.

Setelah makan, aku beristirahat. Karena besok, aku akan berlibur dengan Leila. Besoknya aku mengantar Leila untuk mencari tiket di Stasiun namun tidak dapat. Au tersenyum senang, untunglah aku memesan tiket dan hotel jauh hari. Selain menjelang natal dan tahun baru, banyak orang yang ingin liburan. Karena tidak dapat tiket, aku dan Leila pulang, dengan harapan Leila setelah mengantarkan aku ke Bandara , ia akan langsung ke Terminal Bus untuk pulang. Namun tujuan untuk pulang, tidak terjadi. Maka saat Taksi datang, dan menaruh 2 koper (termasuk 1 Koper Leila yang kusiapkan) Leila masih akan membawa tasnya. Namun karena ku minta mencari tiket dulu tanpa tas angar tidak kecewa ia setuju. Jika ia membawa Tas pun, tidak akan muat karena bawaanku cukup banyak.

Sampai dibandara, hari sudah siang tepat pukul 1 siang. Saat turun dan ingin menurunkan barang. Leila ingin buang air kecil, untung barang sudah turun dan tinggal diletakan di trolli. “Pak, saya Toilet dulu ya?” katanya. “Iya, jangan lama-lama,” kataku. ia menganggukan kepala dan pergi. Kesempatanku, Supir Taksi kubayar langsung tanpa menunggu Leila berikut uang parkir dan tip. “Ini, Rp. 250.000, cukupkan?” tanyaku. “Oh, Gak nunggu Mbak..” katanya. namun setelah melihat uang, ia menatapku. “Baik pak,” katanya sambil bersiap pergi. 4 menit kemudian, Leila datang dan terkejut karena Taksi sudah tidak ada. “Pak, taksinya dimana?” katanya. “Sudah pulang, kamu lama sih,” kataku singkat.

Leila kaget, buru-buru ia membuka dompet dan menghitung uang. “Pak, bagimana ini uang aku tidak cukup,” ujar Leila. Aku tertawa, “Udah kamu bawa ktp kan?” tanyaku. ia mengagukan kepala, sambil menunjukan ktp. Aku langsung mengambilnya. “Buat apa pak?” tanya dia. “kita pergi ke Bali, ayo ke dalam,” kataku sambil mendorong troli kedalam bandara untuk check in. Leila mengikutiku, dengan wajah yang was-was. Ia tidak jadi pulang kampung terlebih tidak membawa pakaian. saat memasukan koper ke bagasi pesawat ia terdiam. “Mbak Leila, nanti duduknya sama Bapak Husni nomor 23 C. Kalo Bapak 23 D,” kata petugas. Ia terkejut namanya dipanggil smentara aku membayar sedikit kelebihan beban bagasi.

“Pak, kok aku bisa naik pesawat. Aku gak bawa apa-apa nih,” katanya. Aku pura-pura cuek, dan menarik tangannya agar bisa menyusulku. Leila akhirnya menitikan air mata saat diruang tunggu. Aku mengeggam tangannya. “Gimana pak. Aku takut sekali,” katanya. “Baiklah, saya bantu. kamu ingat kamu masih ada syarat pas beli kotak kosmestik?” tanyaku. ia menolehku saat mendengar aku akan membantunya. “Iya pak, saya ingat. Saya akan penuhi syarat Bapak kasih, apa saja bapak minta Leila akan penuhi tapi jangan uang atau yang gak bisa Leila penuhi pak,” katanya. “Okay, saya setuju. Dua pertanyaan bapak. Kamu jawab jujur, bersedia?” kataku. ia setuju, “Pertama, Kamu lagi datang bulan atau mau datang bulan?” kataku ditelinganya. Ia mengelengkan kepala,”Sudah selesai pak,” katanya.

Aku mujur, jika ia mengalami datang bulan maka aku tidak bisa bermersaan dengan dia. Liburan pun gagal. “Kedua, kamu mencintaiku Leila?” tanyaku. ia menganggukan kepala, aku senang. Tidak lama kami naik Pesawat dan terbang ke Bali. Kami ngobrol dan bercanda, dua jam kami habiskan dengan penuh kenyamanan. Sesampai di Bali, kami memutuskan untuk masuk hotel dahulu, karena pejemput sudah datang. “Pak, Bapak tau alamatnya Ibu? Kapan ketemu Diyar?” katanya. Aku terkejut, aku lupa aku berbohong tentang anakku di Bali. “Nanti aja ya?” kataku mengalihkan pembicaraan. Sesampai di Hotel, aku melakukan check in baik menyelesaikan pembayaran dan data pemesan kamar. “Ayo Leila, kita masuk dulu lalu cari makan,” kataku.

“Pak, kita satu kamar?” kata Leila mengetahui kamar yang kupesan dengan konsep Double Bed dengan konsep jendela panjang dan cukup lebar langsung menghadap pantai. Cukup cantik, namun jika menuju pantai mesti turun dan berjalan dahulu. “iya,biar enak aja,” kataku.“Ayo makan, dulu saya sudah lapar,” kataku. Kami turun mencari makan, untungnya aku sudah cukup sering. Jadi bisa menemukan makanan yang bisa disesuai anggaranku . Maklum saja, aku belum menerima fee daripemilik saham yang ku kelola. Hingga uang yang kukeluarkan mesti matang diperhitungkan. Leila makan dengan lahapnya sama dengan aku, meski ia menjadi sedikit banyak bertanya tentang makanan dan hal-hal yang unik dan tidak biasa baginya.

Kami kembali ke Hotel dan masuk kedalam kamar, Leila masih mengamati kamar hotel. “Pak, bisa gak kita pesan kamar lain. Saya takut, ada yang marah atau datang,” katanya. ‘Leila, kita gak akan pesan satu kamar lain. Pertama, alasannya mahal. Kedua, saya sudah pesan dulu dan saya malas jika pesan lagi. Ketiga, mantan Istri saya gak akan datang, demikian juga Diyar,” kataku. “Maksud Bapak apa?” tanya Leila. “Aku dan kamu liburan ke Bali untuk kita berdua, kita bebas melakukan apa saja. Soal Diyar, saya hanya bohong sama kamu,” kataku. Leila terdiam, “Jadi Bapak bohong? Kenapa pak?” tanyanya samba menunduk. “Saya tahu kamu sayang sama Diyar. Namun saya gak bisa ketemu Diyar, hanya kamu yang saya punya,” kataku.

“Saya takut pak,” kata Leila. “Tidak perlu takut, semua yang terjadi karena kita saling mencintai,” kataku padanya. Leila menaikan kepalanya, “Terus saya harus bagimana?” tanya Leila pasrah. “Kamu mau ikutin perintah saya?” kataku. Leila diam, “Ingat kamu janji akan ikuti saya. Jadi mulai sekarang kamu harus ikuti syarat yang saya kasih,” kataku. “Saya janji,” kata Leila. “Kamu harus mau jadi pasangan saya selama disini. Kedua, kamu ikuti keinginan saya, dan kamu harus buang jauh-jauh rasa tidak pantas itu.” kataku. “Baik Pak,” kata Leila setuju. Sejujurnya aku ingin menambahkan satu permintaan lagi, dengan tidak lagi memanggi Bapak jika sedang berdua. Aku mengurungkan niatku dan membiarkan semua berjalan sesuai apa adanya.

Lei, sekarang kamu berubah ya. Termasuk soal penampilan,” kataku mulai melancarkan dorongan untuk Leila. “Tapi pak, Leila gak punya baju. Terus gimana dong? Apa keluar baju yang sama?” kata Leila bertanya. Aku tertawa lepas, lalu mengambil kopernya dan menaruhnya diatas Kasur. “Coba kamu buka koper ini,” kataku pada Leila. “Isinya apa pak?” tanya Leila namun ia masih ragu untuk membuka koper yang kuletakan di Kasur itu. “Buka saja, nanti kamu akan tahu sendiri.” Kataku, lalu aku menuju bagian lain kamar hotel untuk mengambil satu botol air putih. Leila ragu untuk membukanya, namun karena penasaran ia akhirnya membuka koper itu.

“Pak, ini..,” kata Leila terkejut dengan isinya pakaian wanita termasuk Bra dan Celana dalam koper dengan susunan yang rapih. “Itu untuk kamu, semua sekarang punya kamu. Saya taruh peralatan komestikmu di Koper saya. Jadi semuanya aman, “ kataku. Ia mengamati pakaiannya kini, jauh dengan pakaian yang dimiliki dulu. “Pak, apakah saya harus memakainya?” kata Leila. Aku menganggukan kepala, “Baiklah pak, saya akan pakai,” katanya. ia mendekati koper pakaiannya yang baru, “Pak, bagimana kalo gak cocok atau gak muat. Sayang pakaian bagus kaya gini, terlebih saya belum pernah pakai kaya gini,” kata Leila. “Semua udah saya atur, kamu terima beres aja. Coba kamu taruh pakaian kita dilemari itu. Selanjutnya kamu mandi yang bersih,” kataku.

Leila mengikuti kataku, dan mulai merapihkan pakaian. Sementara itu, aku memilih nonton TV. Pukul 3.00 sore, Leila sudah melakukan tugasnya. Ia ingin mandi karena sudah cukup mengeluarkan keringat, hal itu menyebabkan bra berbayang jelas dibajunya. Hal itu membuatku menjilat ludah akan kesexyan Leila. Aku tidak tahan lagi, saat ia ingin masuk kamar mandi. Aku menggengam tangannya dan menariknya. “Ah…Pak…,” seru dia terkejut, tubuhnya yang tertarik menuju arahku. Aku langsung mendekapnya dengan erat. “Pak, lepasin dong, Ih…mmmmmm,” katanya dengan manja ingin melepaskan diri. Namun usahanya gagal, “Pak, Tolong, lepas…Ihh. Katanya disuruh mandi,” katanya. “Nanti aja, abis kita itu,” kataku dengan lugas. Aku ingin melakukannya lagi dengan Leila.

Aku longgar tubuh Leila, ia berbalik menghadapku dan mendongakkan kepala. “Pak, Bapak udah janji cuma sebulan lalu aja? Kok mau lagi sih?” katanya. Kami masih berpelukan, kedua tanganku melingkar ke pingang Leila. “Emang, kamu gak pengen lagi? Jujur badan kamu bagus baget, saya jadi pengen main sama kamu,” kataku. Leila menunduk, “Saya memang merasakan sesuatu pak. Sejak bapak cerai dalam 6 bulan saya memiliki rasa yang dalam sama Bapak. Terlebih saat Bapak marah dulu, saya dekat dengan lelaki. Saya merasa sedih dan bersalah,” katanya. “Kenapa gak bilang? Saya malah kira, Cuma cinta sepihak aja,” kataku. “Saat melakukan sama Bapak, saya senang dan puas. Namun saya kehilangan keperawanan saya. Saya sedih, namun berberapa hari saya ingin lagi,” katanya.

Aku menatapnya, kemudian mendaratkan Tangan Kananku didagunya dan menaikan. Mata kami berhadapan, dengan kepala yang sedikit kumiringkan kemudian sedikit menunduk. Kami berciuman , aku melumat bibir Leila. Leila belum menanggapi. Aku mencoba untuk menikamati bibirnya lagi. Sudah satu bulan, aku tidak menikmati ciuman mersanya. Tidak berapa lama, Leila mulai membalas ciuman yang aku berikan itu. lidah, bibir, kami saling melumat dan saling mengadu dengan mersa. Aku mengisap bibir atasnya. Demikian dengan Leila yang mulai menikmati ciumanku. Leila mengejam matanya, berusaha menikmati permainan lidah kami. Aku pun mengikutinya, dalam pikiranku aku harus membuatnya takluk dan memuaskan birahiku.

10 menit berlalu, aku lepaskan ciuman. Aku mulai turun mencium Pipi, Leher, dan Bahunya. Ahh…Pak…Ah…,” desah Leila mulai terdengar. Hal ini yang menjadi awal persetubuhan kami hari ini, aku makin semangat memberikan rangsangan pada Leila. Hal ini membuat Leila semakin mengelinjang dan mendesah kenikmatan. Aku makin bersemangat untuk melanjutkan situasi, ia melingkarkan tangannya ke Punggungku. Seakan memberiku kebebasan menikmati ciuman pada lehernya, hal itu memberikan kosekuensi sendiri bagi kami. Perlahan nafsu kami naik, 15 menit aku menciumi Pipi, Leher, dan Bahunya. Aku sudahi permainan itu, aku juga lepaskan pelukannya. Aku ingin Leila memanjakanku, aku ingin Leila mencoba memancing naiknya Nafsuku.

“Pak,” kata Leila menatapku, Sejenak kami saling bertatapan mata. Kemudian tanpa diberi aba-aba, Leila langsung mengambil posisi berlutut di depanku. “Kamu Yakin?” kataku pada Leila yang terdiam, namun mata menatap kearah celanaku. Perasaanku berkecamuk, aku ingin membantunya. Namun tiba-tiba Tangan Kanan Leila menyentuh Ikat Pingangku. “Leila coba, tapi gak yakin enak?” katanya. Aku ragu Leila bisa melakukannya. Ia melepaskankan Ikat Pingangku dengan perlahan. Wajahnya masih menyiratkan rasa takut yang ada. Aku memberikan penjelasan dengan singkat bagimana nanti ia lakukan, Oral Sex untukku biasa namun ini kali pertamanya. Leila berhasil membuka celana panjangku, dan celana pendek terakhir celana dalamku. “Pak,saya lakukan,” katanya, kemudian mulutnya terbuka dengan Tangan Kanan ia masukan Penisku kedalam mulutnya.

Awalnya Leila memulai dengan pelan, ia hanya memasukan sedikit bagian dari Penisku. Aku tidak menyukainya, aku putuskan memecet hidungnya, yang membuat ia membuka mulutnya. Lalu aku memasukan Penisku kedalam Mulut Leila hampir menelan habis batang Penisku. “Maaf, Leila kamu harus kaya gitu. Lanjutkannya,” kataku. Leila terdiam lalu menganggukan kepalanya. Didiamkan sejenak batang penisku di dalam mulutnya sambil memainkan lidahnya. Kemudian Leila mengeluarkan batang penisku dengan gerakan perlahan diiringi tatapan matanya kearahku. Gerakannya berhenti tepat saat bibirnya berada di kepala penisku. Ia memulai memainkan Penisku, ia mulai menjilat, mengemut, menghisap Penisku. Ia melakukan dengan pelan, namun memiliki sensasi berbeda. Aku mulai merasakan sensasi itu, rasa nikmati yang tidak bisa dilukiskan.

“oh....... mmh.. terus…Lei…ce…oh..petin…jangan…digigit…Uuhhh...,”desahku menanggapi permainan dari oralannya. Desahanku entah mengapa menambah romantis hari itu siang mulai menyore, Leila yang mendengar desahanku, ikut terhanyut. Ia mulai terangsang tadi akibat ciuman dan cupanganku mulai mempercepat oralannya. Ia mempecepat tempo oralan dan Kemudian dihisapnya kuat-kuat kepala penisku berkali-kali dengan sesekali memainkan lubang kencingku menggunakan ujung lidahnya, sementara tangan kanannya memegang pangkal Penisku. Selanjutnya Leila mengocok Penisku dengan lincahnya menggunakan mulutnya. Kocokan mulutnya terhadap Penisku sama sekali tidak menyentuh Giginya. Kepala Leila bergerak maju mundur, kedua Bibirnya terus bekerja menyapu dan menjepit erat Batang Penisku. Secara tak sadar, aku sampai mengerang karena nikmatnya. Secara perlahan, Penisku mengeras aku mualia terangsang karena Leila.

20 menit berlalu, Leila masih mengoral penisku, Kepalanya maju mundur dengan perlahan lahan melakukan oral kontolku, kurasakan sedikit dari giginya bergesekan dengan kontolku, kurasakan kenikmatan luar biasa dioral oleh gadis ini menikmati Penisku. “aaaaaaaah .. uuuuuuuuh .. enaaaknya .. teruus mmhhhhhh .. aaaauh .. oooooh .. Lei…. aaaaaaah .. Leila aaaaaaaaaah … sepong .. sepong “ lenguhku dengan suara yang kuatur tidak dengan berteriak itu, aku mendesis desis, aku sampai mendongak, tanganku merogoh ke dadanya yang masih terbungkus dengan baju dan bra itu, kuremas remas membuat Leila semakin menggila melakukan sepongan nakal tanpa mengeluarkan Penisku. Aku merasa kenikmatan yang sangat luar biasa.

Dijepitnya Batang Penisku dengan Kedua Bibirnya, kemudian digerakkan kepalanya naik turun, hingga rasa nikmat sepongan Leila menjalar sampai otakku. Hisapan yang kuat dan jepitan erat bibir Leila pada batang penisku, meski terbilang amatir. Kenikmatan oralnya membuatku mencapai klimaks. “Crot…Crot..,” Spermaku masuk kedalam mulutnya. Ia melepaskan oralan, menyebabkan sisa Sperma jatuh ke lantai. Sperma yang memenuhi mulutnya membuatnya ingin muntah. “telan aja,” kataku menahannya. Dengan menahan nafas, ia mencoba menelannya. Glk. . . glk. . . glk. . . “, Leila akhirnya menelan seluruh spermaku, hal itu membuatku tersenyum puas. Kini saling berpandangan, kini tujuanku satu menyetubuhi Leila kembali dan menuntaskan hasrat kami.

Aku berdirikan Leila dan mengajaknya ke Ranjang, Leila kemudian aku dudukan ditepi ranjang. Kami saling bertatapan, dengan memegang Kedua Tanganku memegang Kedua Bahunya. Aku jatuhkan tubuhnya keranjang. Kemudian aku memangut bibirnya kembali, Awalnya ciuman kami berdua masih berciuman dengan lembut. Karena sudah terbawa nafsu, ciuman kami bertambah mersa dan memburu dalam waktu singkat. Aku ingin naik keranjang, namun kakiku ada membatasi. Rupanya Leila hanya melepaskan celana ku semata kaki. Buru-buru aku melepaskannya. Kini aku hanya memakai kaos sementara bagian bawahku polos telanjang. Dengan Penisku yang menegang meski belum pada ukuran maksimal. Setelah melepaskan Celana, aku naik keranjang dan mencium Leila kembali.

Bibir kami saling berpangutan, bergantian saling menghisap bibir bawah pasangannya. Lidah kami berebutan untuk saling bermain di rongga mulut pasangannya. Liur kami berdua sudah membasahi sekitar mulut aku dan Leila. Aku tidak peduli bahwa Leila baru saja mengoral penisku. Semua terasa nikmat dibibirnya. Aku kembali turun mencium Pipi, Leher dan Bahu Leila. Hal itu membuatnya Mengelinjang dan makin bernafsu. Kemudian, aku membalikan posisi kami. Aku berada dibawah, sementara Leila diatasku. Hal itu membuat Leila menciumku lalu menciumi leherku bagian kiri. Dilanjutkan ciuman di pipi beberapa kali, lalu ia mencium bibirku. Hal ini membuat Batang Penisku pun perlahan-lahan ikut mengeras. Ciuman kami kembali beradu, menentukan siapa yang mampu menaklukan pasangan dengan ciuman.

Permainan Ciuman dimenangkan aku, Leila memang tidak mampu mengimbangi kelihaiku dalam berciuman. Aku menyentuh pakaian, menariknya. “Srek…” bunyi pakaian Leila sobek, hal itu membuat Leila melepaskan ciuman. Ia bangkit dan melihat kearah pakaiannya. Bahu Kaos Kanan Robek, terlihat Bra Hitam dimataku. “Ih…Pak,” katanya,namun belum sempat ia melanjutkan katanya. Aku melakukan kembali dengan Tangan Kiriku pada bagian Bahu Kiri dari Kaosnya. Melihat itu, tanpa berbicara ia melepas Kaosnya dan ia tersenyum. “Kaya gini kan Pak?” katanya. Aku tersenyum dan menganggukan kepala. Kemudian membalikan posisi, menjadi Aku berada atas. Leila yang berada dibawah, kini nafsu mulai mengendalikan dirinya. Badanku turun kebawah, Kedua tanganku bahu membahu mulai membuka kancing celana jeans Leila.

Setelah terbuka kancing dan resletingnya, aku turunkan celana jeans sekaligus celana dalamnya sampai sebatas lututnya. Kedua tanganku beraksi menggerayangi kedua pahanya, diawali sentuhan lembut di paha bagian luar lalu menjalar ke arah bagian dalam paha Leila. Kemudian kuarahkan kedua tanganku ke bongkahan kedua pantatnya. Kuremas-remas buah pantatnya yang masih kencang itu. Jari telunjukku mulai manari-nari nakal di belahan pantat Leila, mengusap-usapnya sampai ke mulut anusnya dan bermain-main di sana. Kemudian aku turun ke Vaginanya, untuk mengoral Vaginanya kembali setelah 1 bulan kuhabiskan tidak mencobanya. Aku langsung menjilati, tanpa merasa canggung. “Aahh... Paakk... AaaaHH... Aa...” desah Leila mulai terlena dengan permainan lidahku.

“Oohh... Mmmhhh... ya.....” Leila kembali mendesah. Nafasnya mulai berat, dan tidak beraturan. Kujulurkan lidahku lebih dalam, kali ini menjangkau bagian dalam vaginanya. Leila kembali mendesah dan mendesis tak karuan, pinggulnya menegang. Aku melirik ke atas, tangan kanannya sedang meremas dadanya yang masih mengunakan Bra, ketika lidahku menemukan biji klitorisnya aku langsung menyedotnya. Hal ini membuat Leila menggelinjang kenikmatan. "Arhh.. arghh.. sshh.. sshh.. oohh.. oohh..! Pak.... terus.. Pak.. trus..!" Leila malah berceracau dan menyuruhku. Aku pun menyedot klitorisnya lebih gila. 20 menit kemudian, Leila pun mengeluarkan cairan kenikmatannya dan aku meminumnya. Kini kami seimbang, sama-sama sudah meminum air persetubuhan masing-masing. Aku pun melanjutkan permainan seks lagi.

Leila tidak bergerak, hal ini ku manfaatkan untuk kembali menentukan permainan. Kutarik Paha Kiri Leila kedekatku. Kemudian melepaskan Jeans dan Celana Dalamnya dan membuangnya. Kemudian Kaki Kiri dan Kanannya kebelakang dan menguncinya pada Pinganngku. Kemudian mengarahkan Kedua Tangan melepaskan Branya. Selanjutnya Kutekan batang Penisku dalam-dalam di lubang vaginanya. Pangkal penisku menempel depan bibir vagina Leila. Tanpa sangsi, Kumasukan Langsung ke Vagina Leila, dan memulai menjelajahi Vaginanya. “Nnngghhh.. ngghhh.. aaahh… ahhh” Leila kembali mendesah, tangannya bergerak mengerayangi kasur tanda ia menanggapi permainanku. Aku yang melihat kedua Payudaranya yang besar, aku kuciumi. Kuhisapi puting susunya yang berwarna pink, hal yang membuat Leila semakin kenikmatan.

Aku makin semangat memompa Vaginanya, Ah… oh… uh… terus Pak…, ah… oooww!” Kembali dia berteriak kecil. Sementara mulutku masih asyik menikmati kedua Payudara Leila. Seteleh puas, dengan posisi terus Memompa aku menuju bibirnya dan Aku dan Leila berciuman. Leila membalas ciuman sementara tangang merangkul Punggungku dan kakinya mengunci pengangku. Permainanku pompaku dibantu dengan gerakan Pantat Leila. 2 jam kami melakukannya, akhirnya kami mencapai klimaks, Tidak lama kemudian, aku pun merasakan ejakulasinya semakin dekat. Kemudian aku menarik Penisku. Lalu menyodokan ke dalam Vagina Leila sampai disodokkannya ke mulut rahim gadis itu. Tubuh gadis berwajah manis yang sedang menikmati permainan ini.

Leila kembali menunjukan rasa cintanya kepada ku. Aku mencoba mepelaask ciuman “Pak ..udah Mau…,” katanya “Sama….Lei…aku..udah…,” ujarku. Dalam berberapa menit, Penisku membengkak. Lalu dengan berberapa semburan, dirasakannya penisku menyirami rahim Leila itu dengan spermanya. Crot… crot….crot….crot,” aku merasa puas. tepat jam 6 sore kami selesai bersetubuh. Dlam bebrapa menit aku mmasih diposisi yang membadani Leila, kemudian melepaskan kunciannya dan tidur disampingnya. Satu jam kami tidur, dan mandi untuk makan malam. Leila akhirnya memakia gaun malam, dan mulai mersa denganku meski masih cangung. Malamnya aku ingin melakukan kembali namun Leila menolak. Aku menerima dengan syarat ia dan aku tidur telajang di kasur mala mini, ia akhirnya melakukan. Malam itu kami tidur dengan telajang dilapisi selimut bersama diranjang.

Aku ingin puas menyetubuhinya di Liburanku ini,

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Menarik, gadis desa yg polos dan lugu suka sama majikan dan ternyata gayung berambut. Hanya perlu perbaikan kata per kata dan typo selebihnya sudah oke gan..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd