Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lembaran Yang Hilang [Rega Universe]

Selain Amanda Rein !! Siapa karakter yang kalian ingin ada di kamar tidur kalian malam ini?

  • CatWoman

  • Angel

  • Luna

  • Winry

  • Mira

  • Jessica

  • Billa

  • Melly

  • Bu Fiona

  • Kak Fanny

  • Mbak Tina

  • Oliv

  • New : Mommy

  • Kirana


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Karena kemarin di dalam voting, Luna mengungguli Billa, dan Mommy.
Jadi porsi SS dengan Luna lebih banyak daripada yg lain. Hehe
Lain kali kalo ada voting lagi, ikutan ya !!! dan dukung cewe favoritmu.










Sebelumnya di Prolog….



“aku akan selalu mencitaimu Bee. Aku tidak peduli lagi dengan wanita lain atau wanita dari masa laluku”
ucapku kepada Meta. Kali ini dia turun dari tempat tidur dan berdiri dibelakangku.

”Aku percaya kamu mencintaiku, aku tidak lagi meragukan cintamu sejak kamu melingkarkan cincin ini dijariku, kuatkan kepercayaanku dengan menceritakan sepenuhnya masa lalumu yang belum kamu ungkap kepadaku. Please!” Pintanya.

Sepertinya aku tidak bisa menghindar lagi. Baiklah ! Demi masa depanku dengan Meta, akan kuungkap masa laluku. Sebagian dari Lembaran hidupku yang sengaja ingin kuhilangkan dari ingatanku. Sebuah cerita dengan akhir yang tak seperti yang kuinginkan.

“Winry !! dia tidak akan pernah kembali” Ucapku sambil membuka jendela kamar apartemennya Meta. Seketika angin malam menabrakku dan memaksa masuk kedalam apartemen.

Kemudian aku berjalan menuju ujung balkon kamar apartemen sambil melihat ke langit ibu kota yang malam ini sangat cerah. Terdengar riuh suara kota di malam hari. Meta mengikutiku dari belakang. sambil berjalan, Aku mencari sesuatu diatas sana. Dan akhirnya bisa kutemukan apa yang aku cari. Sebuah bintang yang paling terang sinarnya diantara bintang-bintang yang lain. Kemudian aku tersenyum melihat bintang itu.

“Karena sekarang dia sudah berada di tempat yang lebih baik” Ucapku kepada Meta.

.

.

.

.

.


11
TELEPON MISTERIUS



----POV WINRY----

Pada malam-malam tertentu, gadis itu mendatangi bangunan paling tinggi di kotanya. Bangunan mencolok yang bentuknya seperti sebuah menara. Di tepi atap gedung itu sang gadis duduk menjulurkan sebagian kakinya ke bawah. Terlihat seperti sedang menggoda maut. Disana ia merenungi kisah cintanya yang telah mati. Kisah cinta manis bersama kekasihnya yang kini telah pergi. Meninggalkan sang gadis untuk selamanya.

Sang gadis pernah menaruh pengharapan besar dan percaya bahwa kekasihnya itu yang akan membebaskannya dari kutukan yang mengerikan. Namun sang gadis terbuai dengan harapannya sendiri. Ia tidak menyadari bahwa kekasihnya itu adalah bagian dari kutukan yang ia derita, dimana ia akan selalu ditinggalkan orang-orang yang ia cintai.

Bersama dengan perih yang membelit dadanya, gadis itu menangis. Tangisannya terdengar begitu memilukan. Ia Tidak kuat menahan rasa sakit di dalam hatinya. Hatinya bagaiakan kaca yang hancur berkeping-keping setelah dijatuhkan dari atap gedung yang tinggi. Pemandangan kota dengan lampu-lampunya yang menyala indah belum cukup membuat ia melupakan kesedihannya. Malam itu sang gadis menyadari bahwa cinta datang begitu cepat namun butuh waktu yang cukup lama untuk membuat perasaan itu pergi dari hatinya.

Hari demi hari berlalu, sang gadis masih setia mengunjungi bangunan yang nampak menjulang tinggi dari kejauhan. Pemandangan kerlap-kerlip lampu-lampu bangunan yang menerangi kota tak terasa asing lagi bagi sang gadis. Pemandangan yang selalu mengingatkannya akan hari-hari yang indah bersama sang kekasih yang telah pergi meninggalkannya.

Hingga akhirnya pada suatu malam, ketika si gadis baru saja duduk di tepian atap bangunan. Untuk pertama kalinya ia tidak memandang ke arah kota. Ia melihat ke angkasa. Hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Wajah sang gadis seketika merona tatkala melihat jutaan cahaya bintang-bintang yang menghiasi langit malam itu. Sungguh pemandangan yang menyejukkan dan menentramkan jiwa sang gadis. Ia terpesona memandang bintang-bintang yang bertebaran di langit. Ada yang terlihat besar, ada pula yang terlihat kecil berkedip-kedip dari kejauhan. Dari sekian banyak, ada satu bintang yang paling menarik perhatian sang gadis. Bintang yang paling bercahaya terang dibandingkan bintang-bintang yang lain. Sang gadis menyukai bintang itu.

Malam-malam berikutnya Sang Gadis tidak pernah sekalipun melewatkan momentum bertemu dengan bintang yang paling dia sukai. Sebab hanya pada saat itulah ia bisa melupakan sejenak kesedihannya. Memandang bintang itu berjam-jam di langit malam yang tak bertepi mampu menyembunyikan kesakitan dalam hatinya. Sambil menatap bintang yang paling terang itu ia bertanya dalam hati, apakah bintang itu juga sedang menatapnya?.

Ketika sedang terlena dengan apa yang dia lihat, betapa terkejutnya sang gadis melihat bintang itu bergerak. Bintang paling terang itu jatuh dengan ekor cahaya yang panjang meninggalkan jejak sinarnya di langit. Sang gadis berdiri di tepi atap bangunan. Ia merasa takjub menyaksikan fenomena alam yang belum pernah ia saksikan seumur hidupnya.

Bintang itu jatuh melesat dengan cepat menuju ke arah sang gadis. Dan ketika bintang itu menghantam bumi, terjadi ledakan cahaya yang begitu menyilaukan mata. Bintang itu mendarat di jalanan dekat bangunan dimana sang gadis berada. Sang gadis segera berlari menuruni anak tangga menuju lantai dasar bangunan.

Dengan nafas yang masih terengah-engah Sang Gadis berjalan mendekati tempat dimana Bintang itu jatuh. Di tengah jalanan malam yang sepi ia melihat sebuah kawah yang terbentuk akibat pendaratan Bintang di permukaan Bumi. Gumpalan-gumpalan asap mengepul dari kawah yang luasnya hampir menutupi sebagian aspal jalan.

Sang Gadis menghentikan langkahnya ketika melihat seorang pria berada tepat di tengah-tengah kawah itu. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya yang begitu terang. Sang Gadis meyakini jika pria itu adalah Bintang yang jatuh dari langit. Ia pun bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah semua bintang-bintang di langit seperti manusia? Atau apakah sebenarnya manusia adalah bintang-bintang yang jatuh dari langit?.

Sang bintang terlihat kebingungan dengan keberadaannya. Berkali-kali ia memandang ke langit dan sekelilingnya lalu berjalan meninggalkan kawah tempatnya mendarat. Sang Gadis mengikuti sang Bintang secara sembunyi-sembunyi dari kejauhan.

Setiap hari Sang Bintang selalu terlihat berkilau dan bercahaya meskipun di waktu siang. Ia terlihat paling terang di antara keramaian. Kemilaunya begitu indah dan menggoda setiap mata yang memandangnya. Senyum dan tingkah lakunya seperti membawa cahaya harapan pada setiap jiwa-jiwa yang kesepian. Dimanapun ia berada, ia selalu di kelilingi wanita-wanita cantik. Sang Bintang dan kemilaunya begitu dicintai banyak orang. Sebagaimana ia dicintai Matahari dan Bulan, bahkan juga dikagumi secara diam-diam oleh Sang Gadis yang selalu melihatnya dari kejauhan.

Hari-hari berikutnya sang Gadis tetap mengikuti kemanapun sang Bintang melangkah. Seolah kini sang Bintang adalah pusat dari semestanya. Meskipun secara sembunyi-sembunyi namun hal itu sudah cukup membuatnya bahagia. Semakin hari ia merasa bahwa sang Bintang adalah jelmaan dari kekasihnya yang telah pergi meninggalkannya. Ia melihat banyak kesamaan antara Sang Bintang dengan kekasih yang sangat dirinduinya.

Namun Sang Gadis tidak mempunyai keberanian untuk bertemu dengan Bintangnya. Ia merasa malu untuk sekedar menyapa Sang Bintang. Ia hanyalah gadis biasa yang tiap malam hobinya duduk di tepian atap bangunan. Gadis biasa yang tidak memiliki kelebihan dalam penampilan. Berpakaian apa adanya dan tidak pandai dalam bersolek. Fisiknya tidaklah lebih menarik jika dibandingkan dengan wanita-wanita sempurna yang selalu dekat dengan sang Bintang. Ia merasa tidak pantas berdiri terlalu dekat dengan sang Bintang. Bahkan ia akan semakin merasa malu jika Sang Bintang melihatnya. Ia pun hanya mampu memendam perasaannya di dalam kesunyian. Ia hanyalah sebuah hati yang mengagumi Sang Bintang dari kejauhan.

Pada suatu pagi saat Sang Gadis baru saja terbangun. Ia tidak mendapati Sang Bintang berada di tempat dimana ia seharusnya berada. Sang Gadis pun panik. Ia mencari Sang Bintang di seluruh tempat. Memeriksa semua bangunan yang ia temui. Ia bahkan mendatangi tempat dimana Sang Bintang biasa menghabiskan malam dengan wanita cantik. Meskipun ia sudah mencari di segala penjuru tempat, namun Sang Bintang belum juga terlihat. Sang Bintang menghilang seperti tanpa jejak.

Sang Gadis berdiam diri di tengah jalan dimana orang-orang berlalu lalang di sekitarnya. ia merasakan kehampaan. Ia mulai merenung, apakah kutukan itu terjadi lagi?. Sekali lagi, ia ditinggalkan oleh orang yang ia cintai. Ia menutup matanya dengan setengah lengannya, kemudian menangis dalam diam.

Tiba-tiba seseorang menepuk pelan pundak Sang Gadis dari belakang. Dengan air mata yang masih mengalir dari kedua matanya, ia menoleh kebelakang dan mendapati Sang Bintang yang daritadi ia tangisi berdiri di belakangnya. Sang Bintang tersenyum. Senyumnya bagaikan bunga yang merekah di musim semi. Sang Gadis hanya bisa terdiam, lidahnya membeku. Sang Bintang masih menatapnya, memancarkan cahaya hangat yang merasuk hingga didalam hati sang Gadis yang sudah terlalu lama kedinginan. Membuat hati sang Gadis kembali berwarna dan bercahaya. Kemudian Sang Bintang mengusap rambut sang Gadis penuh dengan kasih sayang lalu berkata.


LINE!.

LINE!.

LINE!.

LINE!.




Suara pesan masuk di ponselku membuatku berhenti mengetik dan memandang ponselku yang tergeletak di atas tempat tidur. Pasti dia!!. Lalu kutatap kembali layar laptopku. Aku menimbang apakah melanjutkan mengetik cerita pendek atau sudah cukup untuk sore ini. Tiba-tiba aku teringat dengan jadwal mengerjakan tugas kelompok bersama yang lain jam enam sore nanti.

Aku memutuskan untuk melanjutkan ceritaku nanti malam setelah pulang dari mengerjakan tugas kelompok. Kuregangkan tanganku yang pegal lalu meng-save file cerita dan menutup laptop. Aku berpindah dari tempat dudukku, naik ke atas tempat tidur, meraih ponselku dan merebahkan tubuhku di sana. Lalu membaca pesan yang baru saja masuk di ponselku.




-
Morning
-
Ah Sorry. My Bad
-
Kadang kesibukan di kampus membuatku gila
-
I wish I could teleport beside u







Sudah menjadi kebiasaan, dia akan mengirimkan pesan di batas antara siang dan petang. Saat ini pukul setengah lima sore. Dia pasti baru saja bangun. Segera kubalas pesannya. Dan dengan cepat dia langsung membalas pesan balasanku.




-
Morning
-
Ah Sorry. My Bad
-
Kadang kesibukan di kampus membuatku gila
-

I wish I could teleport beside u




-

Mau nunjukin muka bantalmu yg penuh dgn iler?

-




Hahaha
-
Ingin wajahmu yang pertama kali
Kulihat saat bangun tidur.
-
Kadang aku jealous dengan semua orang yang
Bisa melihatmu setiap hari,

-




Aku tersenyum sekaligus heran membaca basalan pesan darinya. Saat aku akan membalas pesannya, dia meneleponku melalui panggilan video. Sambil tetap rebahan di tempat tidur, tanpa ragu langsung kujawab panggilannya. Sedetik kemudian sosoknya muncul di layar ponselku, lengkap dengan senyum hangat menghiasi wajahnya yang masih terlihat mengantuk.

.

.

Sepuluh menit berlalu, panggilan video kami berakhir. Lalu aku menyiapkan buku-buku dan hand out untuk mengerjakan tugas kelompok nanti. Aku dan lima mahasiswi lain janjian bertemu di sebuah restoran cepat saji dekat dengan kampus. Mira tidak masuk dalam kelompok, bahkan dia tidak sekelas denganku di mata kuliah yang sama. Semester ini, jadwal kuliahku dan Mira tidak ada yang sama. Karena dia harus menyesuaikan jam kuliahnya dengan UKM Modelling yang dia ikuti.

Aku dan Miranda sudah jarang bertemu, bahkan sebelum semester genap dimulai aku sudah tidak pernah lagi jalan ataupun main ke rumahnya. Sejak saat itu juga Mira belum main kesini lagi. Jarangnya pertemuan kami tidak ada hubungannya dengan perdebatan yang terjadi antara aku dan dia malam itu. Hubunganku dengan dia baik-baik saja kok. Malam saat aku menginap di rumahnya sepulang makan bersama dengan Kak Rega, Aku meyakinkan Mira bahwa aku tidak punya perasaan apapun kepada Kak Rega.





Setelah melalui semester pertama masa kuliah, aku jadi tau banyak apa yang membedakan antara kehidupan waktu masih sekolah dengan kehidupan saat kuliah. Namun untuk cewek anti sosal sepertiku yang selalu menutup diri, perbedaan itu tidak terlalu banyak mempengaruhi. Tapi begitu terlihat pada Miranda. Alasan kenapa aku dan Mira jarang bertemu itu karena Sekarang Mira punya teman-teman baru yang lebih seirama dengannya, yang kebanyakan adalah teman-teman sesama anggota UKM Modelling dan juga senior-senior HIMA. Dia dekat dengan anggota HIMA meskipun dia tidak menjadi anggotanya. Dan dia cukup dekat dengan Kak Fery. Mereka selalu terlihat bersama-sama saat di kampus.

Selain aktif di UKM Modelling, dia sering menggunakan waktu luang untuk nongkrong bersama teman-teman barunya. Tidak sulit bagi cewek aktif seperti Mira untuk menjaring pertemanan seluas-luasnya. Kadang aku sempat khawatir dengan pergaulan Mira yang sekarang. Tapi aku takut dia menganggapku terlalu mencampuri kehidupannya. Aku harap dia bisa membatasi dirinya dan juga menjaga diri. Walaupun jarang bertemu di dalam maupun di luar kampus, aku dan Mira masih sering berhubungan melalui pesan.

Aku pernah bilang kalau Mira adalah sahabatku, satu-satunya teman yang paling berarti bagiku karena aku dan Mira selalu bersama-sama sejak masih SMP. Dan sekarang untuk pertama kalinya aku dan Mira tidak bertemu dalam waktu yang cukup lama. Tapi aku tidak terlalu mempermasalahkan itu. Kami sudah semakin dewasa, dia punya dunia dan lingkungannya sendiri. Begitupun juga denganku. Semoga persahabatanku dan Mira tidak memudar meskipun dia sekarang sudah punya teman-teman baru yang lebih memahaminya. Karena aku tidak yakin akan semudah itu menemukan seorang sahabat seperti Mira.

Lalu apa saja kegiatan ku sehari-hari tanpa ditemani Mira?.

Setelah jam kuliah usai, aku menghabiskan banyak waktu sendirian di perpustakaan. Mengerjakan tugas di sana, membaca buku apapun yang aku suka, menonton film, dan menulis cerita pendek yang aku posting di Tumblr.

Tak kusangka banyak yang suka dengan cerita yang sebenarnya hanya sebuah keisengan untuk mengisi waktu luang. Cerita pertama yang aku posting tentang Alien yang turun ke Bumi dan jatuh cinta dengan seorang gadis berhasil mendapatkan lebih dari sepuluh ribu notes hanya dalam waktu sepekan. Jumlah Followers ku juga ikut bertambah. Banyak dari mereka yang kepo denganku, cowok maupun cewek. Tidak sedikit dari mereka yang ingin berkenalan denganku, meminta nomor handphone ataupun mengajakku bertemu. Aku tidak menuliskan biodata lengkapku di sana, jadi mereka tidak tau namaku, berapa umurku atau apa jenis kelaminku. Hal itu semakin membuat mereka penasaran. Dan aku ingin tetap seperti itu. Misterius. Lagipula kalian juga sudah tau kalau aku susah berteman dengan orang lain, ataupun dengan orang yang baru kukenal.

Namun ada kalanya aku terpaksa harus bersosialisasi, salah satunya saat sedang mendapatkan tugas kelompok.

Hal yang menarik ketika sedang belajar kelompok yang semua anggotanya itu cewek, mereka tidak selalu membicarakan tentang tugas, mereka membicarakan tentang apapun seperti bedak, lipstik, pakaian, diet, berita tentang artis, cowok-cowok ganteng di kampus, cewek lain yang tidak mereka sukai, pacar dan jalan-jalan. Aku kadang tidak mengerti kenapa mereka meluapkan emosi mereka terlalu berlebihan untuk hal-hal yang tidak penting. Tapi itu sempurna bagiku, karena aku hanya diam. Aku tidak harus berkata apa-apa dan hanya mendengarkan apapun yang mereka obrolkan. Kadang aku berpikir kalau mereka menganggapku sombong. Aku baru bicara saat mereka menjadwalkan waktu untuk bertemu. Aku bilang dan meminta ijin kepada mereka kalau aku tidak bisa ikut gabung di hari jumat, sabtu dan minggu karena ada keperluan lain yang tidak bisa kutinggalkan. Dan mereka mau mengerti alasanku.

Seperti itulah kegiatanku sehari-hari selain menjadi populer secara online. Mengulangi kegiatanku yang membosankan setiap hari, tanpa harus memikirkan hal lain seperti yang dilakukan kebanyakan orang. Tapi aku menikmati itu, menikmati kesendirianku. Karena hal yang paling menyenangkan di Dunia ini adalah menjadi diriku sendiri. Aku tidak perlu sekuat tenaga berjuang agar disukai oleh orang-orang yang belum tentu suka denganku.

Dan ketika aku merasa bosan dengan hari-hariku, aku mulai melepaskan semua bajuku dan telanjang di atas tempat tidur. Kalian pasti tau apa yang terjadi selanjutnya. Tapi,,, ssstt jangan bilang siapa-siapa !!.

Sebenarnya masih banyak yang ingin kuceritakan kepada kalian namun sekarang belum saatnya. Dan ada beberapa hal yang tidak bisa kuungkapkan kepada kalian. Tapi setidaknya aku mulai belajar membuka diri kepada kalian. Siapa tau kalian bisa menjadi sahabatku yang baru setelah Mira.

Setelah menyiapkan buku-buku yang akan kubawa, aku keluar kamar menuju kamar mandi. Namun ketika aku akan membuka pintu kamar mandi, pintu itu terbuka dari dalam.



Wow. Luna, barbie dunia nyata.

“Oh hai..” Sapanya dengan ramah.

Aku hanya tersenyum kepadanya. Kemudian dia berjalan cepat menuju kamarnya Kak Rega. Aku sedikit tertegun melihat Luna keluar dari dalam kamar mandi. Tubuh langsingnya hanya tertupi kemeja. Dan kemeja itu yang tadi pagi dipakai Kak Rega ke Kampus. Kemeja itu panjangnya hanya bisa menutupi sampai bagian atas pahanya yang mengkilap. Bahkan dia harus menarik ke bawah bagian bawah kemeja itu untuk menutupi area kewanitannya. Apakah dia tidak memakai apa-apa lagi dibalik kemeja itu?. Luna terlihat begitu seksi dengan pakaian seminim itu. Bahkan dengan rambutnya yang masih basah dan wangi sabun di tubuhnya, Luna begitu menggoda. Dia bagaikan Bidadari kahyangan yang baru saja selesai mandi di telaga air hangat. Aku sampai membayangkan apa yang sedang kupikirkan.




Ya, mungkin seperti itu.

Aku sudah terbiasa dengan keberadaan Luna di dalam rumah ini. Meskipun tidak konsisten, seringkali Kak Rega pulang dari kampus bersama dengan Luna. Kadang seminggu sekali, sebulan dua kali, pernah juga tiga hari berturut-turut Luna datang kesini. Saat di rumah, Luna dan Kak Rega lebih banyak menghabiskan waktu dari siang sampai dengan sebelum petang hanya berada di dalam kamar. Kalian tidak perlu bertanya-tanya apa yang dilakukan cowok dan cewek di dalam satu kamar selama berjam-jam. Mereka pasti tidur bersama, bercinta, ML Meskipun itu di tengah terik siang. Mereka juga pernah melakukannya di pagi hari. So, tidak ada waktu yang tepat untuk bercinta. Karena bercinta bisa dilakukan kapanpun tanpa mengenal waktu maupun tempat.

Bukannya aku sok tau dengan apa yang dilakukan Kak Rega dan Luna di dalam kamar, tapi suara erangan-erangan yang terkadang membuat jantungku berdebar-debar sering terdengar dari dalam kamarnya Kak Rega saat Luna berada didalam. Atau Cewek lain selain Luna.

Ya. Luna bukanlah satu-satunya cewek yang “menemani” Kak Rega di dalam kamarnya. Selain Luna ada beberapa cewek lain yang menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamarnya. Di antara mereka adalah Jessica yang sering terlihat bersama Luna di Kampus.

Sosok seperti Kak Rega yang dari sudut manapun terlihat sempurna secara fisik, dan tampan, tidak heran jika selalu terlihat bersama cewek-cewek cantik. Selama satu semester kemarin Kak Rega memang tidak terlihat begitu mencolok di kampus, tapi tetap saja, hampir seluruh cewek fakultas ekonomi mengenalnya. Bahkan ketampanan Kak Rega sudah menjadi buah bibir para mahasiswi yang seangkatan denganku. Kak Rega memang tipe cowok idaman banyak cewek. Dan sepertinya memang Kak Rega suka bersenang-senang dan dekat dengan beberapa cewek walaupun hanya sekedar teman tidurnya. Entah berapa banyak cewek lainnya yang dekat dengan Kak Rega di luar sepengetahuanku. Aku juga sempat berpikir kalau Mira dan Kak Rega masih sering bertemu dibelakangku. Oh Iya, kadang tiap akhir pekan, Kak Manda datang dan menginap disini.

Aku heran, kenapa Kak Rega tidak menambatkan hatinya kepada Luna. Padahal mereka terlihat cocok saat bersama. Aku belum bisa memastikan alasan Kak Rega dekat, jalan dan tidur dengan beberapa cewek yang berbeda. Apakah sudah menjadi bentuk karakternya dimana dia selalu merasa haus akan belaian cewek?. Karena sudah menjadi naluri cowok untuk dekat dengan banyak cewek. Apa aku salah?. Tapi dia tidak terlihat seperti seorang Playboy yang ingin menaklukan banyak cewek secara bersamaan, malah sebaliknya, kurasa cewek-cewek di sekitar kak Rega yang penasaran ingin menaklukan Kak Rega. Atau memang itu cara dia dalam memilih yang terbaik untuk dijadikan pendampingnya? Ataukah memang dia suka berpetualang dengan banyak cewek?. Entahlah, aku tidak mau terlalu mencampuri urusan Kak Rega atau orang lain lagi. Semoga kebebasan dan petualangan dengan banyak cewek bisa dia hentikan saat menemukan seorang cewek yang benar-benar dia cintai. Jika tidak, suatu saat nanti dia akan menyakiti sebuah hati yang benar-benar tulus mencintainya.

Selama enam bulan kebelakang ini, bersamaan dengan perginya Angel secara tiba-tiba aku hampir tidak pernah bicara banyak dengan Kak Rega. Sebenarnya seringkali dia mencoba untuk bicara denganku, tapi aku selalu menyudahi obrolan kami dengan cepat. Aku terpaksa menjauhi Kak Rega sejak Mira berpikir aku punya perasaan pada kak Rega.

Walaupun jarang saling bicara dan bertatap muka secara langsung, tapi diam-diam aku selalu memperhatikannya, di dalam rumah ataupun saat berada di kampus. Seperti saat masih di sekolah dulu dimana aku selalu memperhatikannya dari kejauhan. Dan sama seperti yang sedang aku lakukan sekarang, memandang pintu kamar Kak Rega sambil membayangkan apa yang sedang dia lakukan dengan Luna di dalam kamar. Memperhatikannya setiap waktu rasanya seperti sedang membaca cerita kehidupan Kak Rega. Aku tidak pernah bosan jika harus membaca cerita kehidupannya setiap waktu.

Aku tidak bisa mengingkari kalau sekarang Kak Rega adalah pusat semestaku. Apapun yang dia lakukan selalu menyita perhatianku. Tak terkecuali kebiasannya jalan atau bersama dengan cewek yang berbeda. Tapi yang paling menyita perhatianku adalah tatapan matanya. yang selalu mengingatkanku dengan Bintang. Dan aku sangat menyukai tatapan matanya itu, meskipun hanya melihatnya dari kejauhan. Ah benar-benar konyol.

Memandang dan memperhatikannya secara diam-diam itu artinya aku tidak ingin dia atau orang lain terutama Mira tau jika aku sedang memperhatikannya. Sejujurnya aku menjaga jarak dengan Kak Rega bukan hanya karena Mira. Tapi juga karena untuk menahan perasaanku. Aku tau sekecil apapun itu aku tidak boleh punya perasaan apapun kepadanya, bahkan jika harus jatuh hati kepadanya. Tapi perasaan yang selama enam bulan ini berhasil kuredam tadi pagi meledak tidak bisa kukendalikan.

Sambil tetap memandang pintu kamar Kak Rega, aku teringat lagi akan kejadian tadi pagi.

.

.

.

.

.

LANJUT KE BAWAH
 
LANJUTAN DARI ATAS
.

.

.

.

.

PAGI HARI SEBELUMNYA

----POV REGA---



♪ Aku adalah lelaki
Yang pantang menyerah
Memikat wanita

Aku adalah lelaki
Yang selalu ingin
Dibuai wanita​



Kubesarkan volume radio di dalam mobil. Kepala dan tubuhku ikut bergoyang mengikuti irama lagu yang menemaniku nyetir menuju kampus. Kemudian aku mulai ikut bernyanyi.

“Tolong dekati aku… Tolong hampiri aku.. Tolong jamahi aku”

“Agar aku bijaksana.. Agar aku bahagia.. Agar aku merasakan.. Cinta woooooo”

“Naluriku sebagai lelaki.. Membuatku menginginkan.. Berjuta wanita di sisiku”

“Naluriku sebagai lelaki… Membuatku merindukan.. Pujaan dari wanitaaaaa”


Sebelum lagu lawas itu selesai diputar, mobilku sudah terparkir di halam depan gedung G. Lalu aku keluar dari mobil yang sudah satu bulan ini menemaniku beraktivitas.



Sebelum semester genap kemarin dimulai, aku membeli mobil sedan bekas yang masih bagus. Meskipun bukan merek yang mahal atau tidak sekeren mobilnya Rein, tapi aku membeli mobil itu dari uang tabunganku sendiri ditambah dengan uang hasil sewa kamar. Sebenarnya uang tabunganku dan uang hasil sewa kamar hanya cukup untuk membayar setengah dari harga mobil itu. Sisa setengah harga mobil itu Rein yang bayarin pakai uang tabungannya. Rein sempat ngomel-ngomel karena aku bersikeras menolak saat Papa akan membelikanku mobil. Aku cuman tidak ingin papa terus-terusan meleburkan uang hanya untuk keperluan pribadiku. Apalagi Papa sudah menyewakan untukku sebuah rumah mewah yang harga sewanya tidak murah hanya untuk tempat tinggalku saat kuliah.

“Reeggaaaaa..”

Seseorang meneriakkan namaku keras ketika aku baru saja keluar dari dalam mobil. Suaranya yang nyaring itu terdengar begitu familiar di telingaku. Dan benar saja, ketika aku menoleh ke sumber suara itu, aku melihat Billa sedang berjalan menuju ke arahku.



Tumben dia dateng ke kampus sebelum jam kuliah dimulai?. Kuliah jam pertama akan dimulai dua puluh menit lagi, dan biasanya Billa masuk ke kelas setelah lima belas menit jam kuliah dimulai. Wajahnya terlihat begitu ceria saat menghampiriku. Dia berjalan berlawanan dengan para mahasiswa lain yang sedang berjalan menuju gedung G.

“REGA !! PAGI INI KAMU UDAH COLI?”
Tanya Billa dengan nada tinggi sambil nyengir. Aku langsung shock mendengar pertanyaannya yang ngawur cenderung vulgar dan seketika melihat sekeliling. Semua mahasiswa yang berada di sekitarku langsung menatapku setelah mendengar ucapan Billa kepadaku.

“Mulutmu ituloh Bill… ”

“Hihi.. mukamu jadi lucu kalau malu kayak gitu”
Serunya sambil tetap menahan tawanya. “Sorry, sorry.. tapi aku serius dengan pertanyaanku Beb” Billa semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuhku “kali aja kamu butuh bantuan tanganku.. mulutku, atau…. meki-ku ?” kali ini ucapanya pelan, lambat dan terdengar erotis. Begitu juga dengan tatapan matanya yang menggoda gairahku, kejantananku.

.

.

.

.

.

“Ssshhhh,, ennghhhhh”

Sekuat tenaga Billa menahan bibirnya untuk tidak mendesah keras. Dia sampai menggigit bibirnya yang seksi itu untuk menahan erangan lolos dari bibirnya.

Ini kedua kalinya aku dan Billa bercinta di dalam mobilku. Aku memindahkan parkir mobilku ke tempat yang sepi di area kampus. Tepatnya di dekat lapangan futsal. Terpaksa kami melakukannya di dalam mobil karena waktunya mepet dengan jam kuliah dan aku tidak mau melakukannya di lantai 9 karena disana banyak anak HIMA.

Billa adalah cewek yang rutin bercinta denganku. Dan dia bukanlah satu-satunya partner sex-ku. kuakui bercinta dengannya begitu hebat. Selain karena dia itu hot dan seksi, aku juga sungguh menikmati beradu kelamin dengannya. Dan kebetulan mood ku pagi ini untuk bercinta sedang bagus. Aku pun tidak menolak ajakannya untuk Quickie di dalam mobil sebelum jam kuliah dimulai.

“enghhh,, yang dalem Gaa..” Pintanya dengan manja.



Billa terlentang di kursi belakang mobilku. Dan aku menindih tubuhnya yang hanya menyisahkan bra menutupi payudaranya yang bulat. Dia terlihat sangat terangsang dan memeknya sudah sangat becek. Entah kenapa rasanya Memeknya Billa itu sempit banget meskipun sudah tak terhitung lagi berapa kali aku dan dia bercinta, dinding-dinding memeknya menjepit penisku dengan sangat kuat.

“punyamu udah becek banget Bill” bisikku.

“enak kann??,,”

“Banget”

“enak lagi kontolmu sayanggg,, sshhh ahh ahhh”


Billa tidak kuasa menahan desahan dan teriakannya keluar dari mulutnya saat penisku menghujam memeknya dengan tempo yang cepat. Langsung kubungkam mulutnya dengan bibirku agar dia tidak berisik. Tubuhku sepenuhnya menindih tubuh langsingnya. Kedua tangannya memeluk tubuhku. Aku bisa merasakan payudaranya menempel erat di dadaku.

Rasa takut dan khawatir ada yang memergoki apa yang kami lakukan didalam mobil semakin meningkatkan adrenalinku. Menciptakan sensasi yang luar biasa. Ruang bercinta yang sempit membuatku semakin tertantang dan bernafsu menggenjot memeknya Billa.

Mobilku pun ikut bergoyang seirama dengan gerakan tubuh kami. Jika ada yang melihat mobilku, pasti mereka akan tau apa yang sedang kami lakukan. Tapi aku tidak berani melihat ke luar kaca mobil untuk memastikan apakah ada orang yang mengetahui aktivitas kami.

Kurasakan memeknya Billa semakin menjepit penisku dengan kuat. Desahannya juga semakin cepat, dia akan segera orgasme. Wajahnya semakin memerah. Tidak ada waktu untuk berlama-lama menikmati sensasi yang memabukkan ini. Aku semakin mempercepat gerakan pinggulku agar bisa orgasme bersamaan dengan Billa. Kuremas salah satu payudara Billa, tubuhnya semakin bergetar. Kedua tangannya memelekku dengan erat.

Tiga kali hentakan berikutnya spermaku menyemprot di dalam memeknya Billa. Tubuh kami berdua bergetar hebat saat aku dan Billa orgasme secara bersamaan. Billa langsung menyosor bibirku sesaat setelah orgasme. Bibirku dihisapnya dengan liar sampai dengan dia selesai melepaskan semua orgasmenya.

Setelah itu aku terkulai lemas di atas tubuhnya Billa. Tubuh kami penuh dengan keringat dengan penisku masih menyatu dengan memeknya Billa.

Alasan lain kenapa aku suka bercinta dengan Billa karena aku bebas crot di dalam memeknya. Dia rutin minum pil KB, aku heran untuk apa dia melakukan itu padahal dia tidak punya pacar ataupun suami. Tapi aku tidak terlalu memusingkannya, yang penting aku bisa crot di dalem memeknya Billa.

“Aku suka banget morning sex di mobil kayak gini” Ucap Billa lirih “Love you beb”

“love you to”
balasku.

“Serius?” Tanya Billa.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum. Billa terlihat Bete dan manyun. Langsung kukecup bibirnya yang manyun itu beberapa kali.

“jatuh cinta ga semudah itu” Ucapku.

“kebanyakan cowok pasti akan memintaku untuk menjadi ceweknya setelah ml denganku” ucapnya, tangannya mengusap-usap punggungku yang basah karena keringat.

“aku bukan cowok kebanyakan”

“ya ya ya kamu emang beda dengan cowok-cowok lain, kamu spesial”
Serunya tapi apa susahnya sih gombal dikit biar aku seneng”

“kamu itu ga butuh cintaku Bill, untuk cewek hyper sepertimu, yang kamu butuhkan dariku hanyalah untuk memuaskan nafsumu”
Ucapku.

Billa terlihat kesal mendengar ucapanku lalu mencubit perutku dengan gemas. Aku langsung meringis kesakitan.

“auwwww” Masih berada di atas tubuhnya, kukecup lagi bibirnya.

“Semua mahasiswa di kampus, termasuk aku, Dicky bahkan dosen akan sepakat bilang kalau kamu cewek yang hot, tapi dari semua cowok itu, aku merasa paling beruntung karena kamu memilihku sebagai teman pemuas nafsumu” Ucapku sambil tersenyum.

Kali ini wajahnya memerah. “Ada satu lagi bedanya kamu sama cowok-cowok lain.” Serunya Sambil mengusap usap rambut di belakang kepalaku “Hanya kamu yang bisa memuaskanku berkali-kali tanpa obat, aku kadang sampai ngga kuat ngadepin kamu”Ucapnya.

“ada yang mengajariku bagaimana cara melakukannya dengan benar,” Ucapku

“siapa?”

Aku tersenyum “Seseorang yang sangat berarti bagiku”

“ishh, cabut yuk Ga !! Hari ini males banget kuliah, satu-satunya yang ingin kulakukan hari ini itu bugil dipelukanmu sampai malem. Pindah ke Hotel biasanya yuk?? Kita lanjutkan disana”
Pintanya.

“It’s so Tempting. Tapi sorry, hari ini aku ada kuis. Maybe Next Time” Ucapku. Wajahnya terlihat bete lagi. Padahal sebenarnya hari ini tidak ada kuis. Aku terpaksa menolak ajakan Billa karena nanti malam adalah waktunya bagiku untuk mengunjungi Mommy. Aku tidak ingin terlalu capek dan kehilangan banyak gairah sebelum bertemu dengan Mommy supaya nanti malam sesi bercinta dengannya lebih bisa kunikmati. Hihihi, ahh aku jadi tidak sabar menunggu malam.

Perlahan kugerakkan pinggulku agar penisku terlepas dari memeknya Billa. Cairan Spermaku menetes di pahanya. Kemudian aku dan Billa bergegas memakai baju kami. Setelah itu kami pun kembali menuju gedung G dan kami berpisah di parkiran mobil menuju kelas kami masing-masing. Tentu aku terlambat masuk ke dalam kelas, tapi untungnya dosen Pendidikan Pancasila bukan dosen yang Killer.

.

.

.

Setelah kuliah jam pertama usai. Seperti biasa, Aku menghabiskan waktu jeda pergantian kelas di warung makanan di luar kampus. Aku masih belum berani mendatangi kantin kampus untuk menghindari bertemu dengan anggota HIMA.

Ketika jam kedua akan segera di mulai, aku bergegas menuju gedung “L” atau gedungnya Fakultas Ekonomi. Melewati jalan setapak yang di pinggirnya dihiasi tanaman dengan bunga berwarna kuning yang menawan. Angin yang kencang membuat bunga-bunga kecil itu berguguran dan berserakan di jalanan setapak.

“TUNGGU.. ” Teriakku.

Aku berlari kencang mengejar pintu lift yang terbuka sambil berharap ada orang yang masih mau menungguku dan bersedia menahan pintu lift tetap terbuka. Huuuup! Aku berhasil masuk ke dalam sebelum pintunya tertutup. Untung ada yang menahan pintunya.

“terima.....” Ucapan terima kasihku terpotong saat memgetahui satu-satunya orang yang berada di dalam lift adalah.



“Winry?” .

Dia tidak kalah terkejut melihatku. “Senior..” Sapanya.

Pintu Lift tertutup dan lift mulai bergerak. Aku dan Winry saling berhadap-hadapan dengan posisiku membelakangi pintu lift.

“ada kuliah apa setelah ini?” Tanyaku berbasa-basi.

uhmm pengantar bisnis” Jawabnya sambil menunduk seperti enggan menatapku.

Aku melihat bunga kecil warna kuning terselip diantara rambut pendeknya Winry. Reflek aku mendekat pada tubuhnya, perlahan menggerakkan tanganku dan berusaha mengambil bunga itu dari atas kepalanya Winry. Dia tampak terkejut dan mengangkat wajahnya menatapku saat aku sedang berusaha mengambil bunga itu dari rambutnya. Aku menangkap sorot matanya padaku.

Tatapan itu lagi.

“Sorry!! Ada bunga yang terselip di rambutmu”
Ucapku sambil menunjukkan bunga warna kuning yang berhasil kuambil dari rambutnya.

Tiba-tiba pintu lift terbuka di lantai dua, segerombolan mahasiswa berlomba-lomba masuk secara berebutan. Belum sempat berbalik badan, tubuhku terdorong para mahasiswa hingga ke bagian belakang lift dengan posisi masih saling berhadapan dengan Winry. Akibat dorongan itu aku tidak sengaja menabrak tubuh Winry dan mendoronganya ke belakang sampai ke dinding lift.

Seketika lift jadi penuh sesak. Lift di gedung fakultas ekonomi ini cuman ada satu. Setiap pergantian kelas mahasiswa lebih memilih saling berebutan menaiki lift daripada harus capek-capek menaiki anak tangga menuju lantai tiga, empat ataupun lima.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menghimpit tubuh Winry yang kecil didepanku. Kedua tanganku memegang dinding lift, aku seperti sedang mengurung tubuh Winry. Dia memalingkan wajahnya ke samping, kepalanya hampir menempel di dadaku.

Tak lama, pintu lift terbuka lagi di lantai tiga. Seseorang di belakangku semakin mendesak tubuhku. Kurasa ada mahasiswa lagi yang memaksa masuk ke dalam lift yang sudah penuh sesak. Aku pun semakin menghimpit tubuh Winry di hadapanku. Kini sisi wajahnya terpaksa harus bersandar di dadaku. Aku bisa mencium aroma wangi sampo di rambutnya. Gawat, ini terlalu dekat. Aku dan Winry saling berhadapan dan berhimpitan dalam situasi yang rumit lagi seperti dulu kejadian dia terpeleset di ruang tengah. itu adalah situasi yang akward

Lift berhenti di lantai empat. Ketika pintu lift terbuka, para mahasiswa berhamburan keluar. Begitu juga dengan Winry. Dia memaksakan tubuhnya lepas dari himpitan tubuhku lalu keluar dari lift tanpa berkata apapun.

Dia selalu seperti itu kepadaku, terkesan seperti menghindariku. Tidak hanya di kampus, tetapi juga saat sedang berada di rumah.

Sejak kejadian di restoran enam bulan lalu, Winry menjadi pribadi yang lebih tertutup. Kebiasaannya Saat sedang berada di rumah adalah menghabiskan harinya hanya berada di dalam kamarnya yang tertutup rapat. Aku sering mendapatinya membaca buku di balkon kamarnya atau sibuk dengan laptopnya. Dia tidak pernah lagi menonton TV di ruang tengah. Dia baru akan keluar dari kamarnya pada saat ke kamar mandi atau mencari makan. Dia seperti punya dunianya sendiri. Dan Kurasa dia tidak terlalu terganggu dengan kesendiriannya. Mengingatkanku dengan diriku sendiri beberapa tahun yang lalu sebelum mengenal Rein, pendiam dan tidak banyak bicara.

Kebiasaannya yang lain, setiap hari antara jam sembilan sepuluh malam Winry selalu bicara dengan seseorang melalui telepon. Kadang aku tidak sengaja mendengarnya ketika lewat di depan kamarnya. Sepertinya Winry tidaklah terlalu menyendiri seperti yang kukira selama ini. Karena sejak libur semester kemarin, tiap hari Jumat, sabtu dan minggu dia selalu pulang larut malam. Mungkin dia ke rumahnya Mira atau mungkin hangout bersama teman-temannya. Entahlah, aku tidak bisa memastikannya karena Mira juga tidak pernah lagi datang ke rumah kost.

Aku dan Winry sudah lebih dari enam bulan tinggal satu rumah. Kami juga sudah saling mengenal sejak sekolah dulu. Kenyatannya, aku dan dia masih seperti orang asing yang tidak saling saling mengenal walaupun kami tinggal di rumah yang sama. Aura misteri tentang dirinya, bercampur dengan profil hidupnya yang selalu menutup diri seakan membuat dinding tebal diantara kami semakin membuatku penasaran. Rasa penasaran yang membuatku ingin lebih mengenalnya, tetapi dia malah menghindariku. Aku juga tidak tau alasan kenapa dia berusaha menghindariku.

Namun faktanya, aku tidak pernah merasa normal saat dekat dengannya seperti yang barusan terjadi di dalam lift. Walaupun Cuma sebentar, Aku merasa dia terlihat berbeda saat aku berada cukup dekat dengannya. Sorot matanya kepadaku begitu mengganggu pikiranku. perasaan ingin memberi perhatian, ingin melindunginya, perasaan canggung dan kadang membuatku jantungku berdebar-debar. Aku tidak tau apa artinya perasaan-perasaan itu. Huffpp, semua akan lebih mudah dan terasa normal jika seandainya dia mau bicara denganku seperti cewek-cewek lain yang kukenal. Tapi Winry memang berbeda jika dibandingkan dengan cewek-cewek lain yang selama ini kukenal.

.

.

.



Setelah kuliah jam kedua usai. Aku memilih menuruni anak tangga dari lantai lima daripada harus berebutan menaiki lift. Aku menyesali keputusanku menuruni anak tangga karena saat tiba di lantai dua aku bertemu dengan.

“Elis?”



“Ikut aku !!.”
Ucapnya lalu menarikku secara paksa.

“Eh Liss, mau kemana?”

Cewek cantik dengan tubuh langsing yang sedang menarik tanganku ini namanya adalah Elis. Satu tingkat di atasku, seangkatan dengan Luna, Jessica dan juga Billa. Dia adalah salah satu anggota HIMA. Tidak kalah hyper dengan Billa. Hampir sebagian anggota cowok HIMA pernah menikmati tubuhnya. Begitupun juga aku dan Dicky.

Elis menarikku sampai ke dalam toilet cewek dekat dengan tangga. Shit, kenapa harus selalu toilet?. Elis memojokkanku di dekat pintu toilet. Satu lutut kakinya diletakkan diantara kedua pangkal pahaku. Tepat di bagian penisku.

“Kemana aja kamu selama ini? Aku ga pernah melihatmu lagi sejak Dreamfields” Tanya dia. “Dan kenapa kamu ga pernah datang ke pertemuan?”



“Aku sudah keluar dari anggota HIMA Lis..”

“I Know. Tapi bukan pertemuan itu yang aku maksud”
Ucapnya. “Nanti malem datanglah”

“Gak janji..”
Ucapku. Aku bisa saja langsung menolaknya tapi dia tidak akan menerima penolakan.

“Ayolah. Benny pergi !!. Kamu juga tidak pernah datang lagi. Asal kamu tau, banyak wajah-wajah baru yang gabung,. Kamu pasti akan menyukainya. ”

Pertemuan yang dia maksud adalah pesta liar dan gila-gilaan yang dilakukan sebagian anggota HIMA. Dimana mereka akan menggila bersama anggota yang lain. Alkohol, Free Sex, Orgy, bahkan Drugs akan ditemui di pesta itu. Dan Elis, dia terkenal dengan kegilaannya bercinta dengan lebih dari satu cowok. Aku pernah mendapatinya di pesta itu membiarkan empat sampai enam cowok menggilir tubuh seksinya. Dan dia sangat menyukainya. Tak kusangka pesta itu masih berlangsung walaupun Benny sudah tidak disini lagi. Kalau bukan dana dari Benny, lalu uang dari mana mereka bisa melangsungkan acara itu?

“Kudengar kamu sudah tidak bersama AL lagi?” Tanya dia “Dan kudengar kamu meninggalkan AL karena sekarang kamu pacaran dengan Sekretaris”

“Shit, kenapa mereka semua mengira aku yang meninggalkan AL. Malah dia yang meninggalkanku.. aku juga ga berpacaran dengan Luna”

“uhhh kaciaannn. Jadi sekarang kamu bukan milik siapapun?”
tanya dia sambil membelaikan tangannya yang lembut di wajahku. Kemudian Elis langsung membungkam bibirku dengan bibirnya. Lututnya di pangkal pahaku semakin menekan penisku. Mencoba mencari celah agar aku terangsang dan membalas perbuatannya.

Seorang mahasiswi keluar dari bilik toilet, namun Elis tetap tidak menghentikan aksinya sampai mahasiswi itu keluar dari dalam toilet.

“Liss !!“ Aku berusaha mendorong pundaknya agar berhenti menciumku. Toilet memang bukanlah seperti tempat umum yang lain. Tapi tetap saja, aku khawatir apabila tiba-tiba ada dosen yang masuk ke dalam toilet.

“Diem !!. Atau aku akan melakukan hal lebih selain ciuman” Ucapnya. Shit. Dia melanjutkan mencumbu bibirku namun aku sama sekali tidak membalasnya.

“Rega..?” Seseorang masuk ke dalam toilet dan memanggil namaku.



Meskipun aku tidak bisa melihatnya karena terhalang wajahnya Elis. Tetapi aku bisa tau dari suaranya itu adalah Luna. Elis menghentikan ciumannya setelah Luna memergoki kami. Luna sedang berdiri dekat pintu toilet sedang menatap kami.

“Aku ada perlu dengan Rega..” Ucap Luna tegas kepada Elis. Seketika Elis menurunkan lututnya dari pangkal pahaku.

“Aku sudah selesai dengannya. He’s all yours” Ucap Elis santai dan berjalan meninggalkan toilet.

Mereka berdua saling memandang ketika Elis meninggalkan toilet. Untung ada Luna. Dia datang di saat yang tepat.

“Apa-apaan itu tadi?” Tanya Luna serius kepadaku.

“Kenapa Lun? Kamu jeles?” Tanyaku bermaksud bercanda. Tapi dianggap serius olehnya. Dia menatapku tajam lalu berputar tubuh meninggalkanku tanpa mengatakan apapun.

Sial.

“Lun? Lunaa tunggu...”


Aku mengejarnya menuruni anak tangga lalu memegang tangannya dari belakang. Kemudian menempatkan diriku di hadapannya. Wajahnya terlihat marah.

“Kenapa sih? Aku cuman bercanda...” Seruku.

“Kukira kamu serius dengan ucapanmu tentang ingin berubah dan lepas dari mereka.. ternyata Cowok memang kata-katanya ga bisa dipegang” Ucapnya.

“eh? bukan..bukan seperti itu.. tadi kami gak sengaja bertemu. Dia memaksa dan menyeretku ke dalam toilet. Suerr. Aku sama sekali ga ada niatan untuk kembali bersama mereka.”

“tadi tidak terlihat seperti kamu sedang dipaksa”
Ucapnya.

“Aku sudah berusaha mencegahnya Lun, Suerrr. Kamu tau kan kalau selama ini aku berusaha menghindari mereka, selalu awas dengan kehadiran mereka, tapi aku tidak bisa menghindar jika mereka yang akhirnya menemukanku. Untung kamu tadi datang menyelamatkanku. ”

Luna masih terdiam menatapku.

“hampir saja kamu membuatku ilfeel” Ucapnya. Lega akhirnya dia mau percaya denganku.

“aku butuh bantuanmu” Ucapku serius.

“apa?”

“Mulai sekarang, selama di kampus, kayaknya aku butuh tanganmu untuk kugandeng, biar mereka tidak berani menggangguku.. sepertinya mereka takut sama kamu”
Ucapku sambil tersenyum.

Luna kembali terdiam dan wajahnya datar setelah mendengar candaanku.

“ternyata kamu pinter modus juga ya?” Ucapnya.

“Bercanda Lun.. sensi banget kamu hari ini”

Eh tapi malah dia yang tiba-dia menggandeng tanganku dan melanjutkan menuruni anak tangga. Hihi, emang terkadang Luna itu cute abisss.

“Kamu kalau marah kelihatan tambah cantik deh Lun..” Ucapku sambil berjalan disebelahnya. Dan kami masih bergandengan tangan.

“Bisa diem nggak..?”

“Hihi”


.

.

.

.



Setelah itu aku dan Luna menuju gedung G. Kami berdua duduk di tangga gedung G. Tempat biasanya aku, Dicky, dan Billa berkumpul di jeda pergantian kelas ataupun saat kuliah selesai. Ditemani semilir angin, Kami berdua ngobrol santai sambil melihat para mahasiswa berjalan lalu lalang meninggalkan gedung G. Pada jam siang menjelang sore ini pasti sudah banyak kelas yang telah usai. Para mahasiswa bersiap meninggalkan kampus. Mungkin Dicky dan Billa sudah pulang.

“Setelah ini mau kemana?” Tanya Luna.

“Ga kemana-mana, langsung pulang, tidur., kamu?”

“sama, pulang, ngerjain tugas kalau ngga males..”

“Hmm? Aku nggak salah denger?? Seorang Luna berkata malas mengerjakan tugas?”
Ucapku,

“Kenapa? Emangnya Ga boleh aku malas-malasan ngerjain tugas?”

“Ya gpp sih, cuman aneh aja kalau kamu yang ngomong,, kadang emang susah ngumpulin niat ngerjain tugas kalau setan malas sudah bersarang,, seandainya saja tugas kuliah itu kamu Lun, pasti aku akan semangat mengerjakannya setiap hari, hahahaha... Auwwwwww...”


Luna langsung mencubit lenganku mendengar leluconku. Luna memandang jam di tangannya.

“masih belum di jemput?” Tanyaku “Kamu tau aku sudah punya mobil kan? Aku dengan senang hati akan mengatarmu”

“Sebenarnya aku juga masih belum pengen pulang, mmhhh jika setelah ini kamu memang ga ada rencana lain, barangkali kamu punya ide apa gitu yang bisa kita lakuin bersama-sama..”
Ucapnya.

“ehh. Ide? Apaan?”

“Ya apa gitu kek,, ada saran?.”
Ucapnya, aku masih belum paham sampai akhirnya Luna memandangku sambil tersenyum. Aku tersenyum saat akhirnya tau apa yang dia maksud.

“Wanna Cuddle?” Tanyaku. Setelah di pikir-pikir sudah lama aku dan Luna tidak melakukan hal yang paling disukainya itu. Tidur siang di kamar kostku sambil berpelukan dalam keadaan bugil. Shit, aku langsung membayangkan tubuh telanjangnya Luna. Dan aku tidak sabar ingin melihatnya lagi.

Tetapi Luna menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Eh dia gak mau cuddle?. Lalu apa maksudnya? Sial, aku terlalu kepedean mengira Luna menginginkan Cuddle denganku.

Luna mendekatkan wajahnya ke wajahku, lalu membisikkan sesuatu di telingaku " I’m feeling really horny today.” Bisiknya dengan lembut.

Jujur aku terkejut dengan apa yang dia ucapkan. Ternyata dia menginginkan lebih dari sekedar cuddle. Aku dan Luna saling berpandangan dan bertukar senyum, larut dalam pikiran kami masing-masing. Wajahnya memerah. Aku bisa menolak Billa, tapi kalau Luna yang memintanya, aku tidak akan berpikir dua kali untuk menerimanya.

“astaga,, sorry“ Ucapnya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena malu mengucapkan hal seperti itu kepadaku. “aku merasa menjadi seperti seorang cewek murahan”

“Kamu gak perlu merasa malu, tidak ada yang salah dengan cewek berkelas sepertimu berkata seperti itu”

“Please Stop. Gausah dibahas”
Ucapnya masih menutup wajahnya.

“hey, hey, Luna dengerin, aku akan membalas ucapanmu biar impas..” Ucapku. Luna langsung melepas telapak tangannya dari wajahnya dan menatapku.

“No,, jangan katakan apapaun..!!”

“Luna...”
Ucapku

“Rega stop !!!” Tangannya berusaha menutup mulutku, tapi aku berhasil menahannya.

“Luna.. Aku ingin kamu tau kalau kamu adalah cewek yang cantik, cute, smart, dan hot.. Dan, yang ingin kulakukan saat ini adalah menaruh bibirku diantara kedua pahamu..” Ucapku sambil tersenyum.

Muka Luna langsung merah mendidih setelah mendengar ucapakanku, dan kembali menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“kenapa kamu berkata seperti itu...” Ucapnya sedikit merengek.

“hahaha, sekarang kita impas,, “ Balasku.

“kamu membuatku semakin malu”

“Kita berangkat sekarang?”
Tanyaku

“bodo..” Serunya.

Luna tidak menolak saat kuraih tangannya dan mengajaknya berdiri. Dia masih terlihat bete, tapi tetap saja mau kugandeng menuju tempat dimana kuparkirkan mobilku. Saat ditengah perjalanan menuju mobilku, Dari arah depan Dicky mendatangi kami.

“Hai Guys, kalian mau kemana?” Tanya dia. Aku diam saja, begitu juga dengan Luna dan kami berdua melewati Dicky tanpa berkata apapun.

“Guys? Fuck, i’m invisible” Celoteh Dicky dibelakang kami.

.

.

.

“Ssshh Regaaaa..”

Luna merintih kembali. Aku menciumi betis kakinya yang mulus. Tubuhnya sudah memanas dan penuh dengan gairah. Aku tersenyum memandang wajahnya dari bawah. Kini kunaikkan ciumanku ke pahanya. Kedua tanganku membelai bagian belakang pahanya dengan sangat perlahan, bibirku mencium dan menjilati setiap inchi paha putih mulus cewek cantik ini.

Sekarang Luna sedang berdiri bersandar pada lemari pakaianku. Sedangkan aku setengah jongkok di bawah tubuhnya sedang menciumi pahanya. Kami berdua sudah sama-sama bugil dan sama-sama sudah terbakar oleh gairah. Tadi sebelum kami saling melepaskan baju kami masing-masing. Aku Menantang Luna untuk kali ini melakukannya tidak diatas ranjang. Dan Luna sangat antusias dengan tantanganku.

Kembali kulihat tubuh Indah Luna dari bawah. Pemandangan pinggul yang seksi dan payudara yang menyembul terlihat begitu menggoda. Sedangkan wajahnya terlihat tidak sabar dengan apa yang akan aku lakukan selanjutnya setelah puas menjilati bagian dalam pahanya.

Kulebarkan kedua pahanya. Dan bersiap menenggelamkan wajahku di antara kedua pahanya. Dimana memeknya Luna yang sangat cantik sudah menggodaku dari tadi sejak pertama kali aku melihatnya.

“boleh??” Tanyaku, dia pasti tau maksudku. Luna mengangguk pelan.

Kukecup bibir memeknya Luna. Aroma khas bagian kewanitaan cewek merasuk hidungku.

“Regg,,,Gaaa,,,,,”

Luna mengerang saat merasakan lidahku mulai menjilati bibir memeknya.

Kutahan dan Kuremas dengan kencang bokongnya Luna dengan kedua tanganku. Lidahku merangsek masuk ke dalam memeknya Luna. Langsung melumat klitoris Luna yang sudah membesar. Sesekali aku mainkan jari tanganku di bagian bawah memeknya. Membuat Luna semakin mendesah kencang.

“ahhhhh ahhh”

Lalu aku masukkan sepenuhnya jariku ke dalam memeknya Luna yang sempit dan lembab. Dia sedikit tersentak. Sambil tetap kujilati klitorisnya, aku menggerakkan jariku maju mundur di dalam lobang kenikmatan ini.

“Acchh Regaaa,,”

Dia mendesah, Kuintip wajahnya. Matanya terpejam, Nafasnya semakin memburu. Dia menjambak rambutku ketika kugerakkan dengan cepat jariku. Luna makin menegang, bokongnya bergerak tidak terkendali.

Beberapa menit berlalu, memeknya sudah semakin basah. Sesekali aku menghisap cairan yang keluar dari memeknya. Aku rasa dia akan mencapai batasnya, segera kuhentikan segala aksiku dan mengeluarkan jariku dalam memeknya. Saat matanya terbuka melihatku, dia terlihat kecewa karena aku menghentikan gerakan jariku. Aku tersenyum ke arahanya.

Kemudian aku berdiri menyejajarkan diri ke wajahnya. Tinggi badan Luna hampir menyamai tinggi badanku.

“i love your juice, rasanya manis” Ucapku.

Dengan nafas yang masih terengah-engah Luna meraih penisku yang sudah tegang menunjuk-nunjuk ke arahnya.

“Masukin Please....” Ucapnya memohon sambil mengocok penisku dengan gerakan yang lembut.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum. Luna manyun. Aku hanya terdiam dihadapannya, menelusuri wajah cantiknya, memandangi tubuh seksinya, turun memandang payudaranya, lingkaran pink putingnya, lekukan pinggulnya, dan kepadatan pahanya. Bahkan kedua kakinya yang mulus tak luput dari pandanganku.

Lalu kedua tanganku memegang payudara Luna yang padat dan sekel itu. Tidak begitu pas di genggamanku karena payudara Luna cukup gede. Kemudian aku meremasnya sedikit keras, membuat Luna menggelinjang hebat sampai menghentikan kocokan tangannya di penisku.

“Uhhhm pelan pelan,, sakiitt Gaaa...” Protesnya.

Tanpa meregangkan remasan tanganku di payudaranya, aku memagut bibir Luna. Kuajak dia kembali ke dalam ciuman panas yang menggairahkan. Luna kembali mengecok penisku sambil tetap berciuman. Tanganku tetap meremas-remas payudaranya, semakin kencang sampai bagian bawahnya memerah.

Kulepas ciumanku, kemudian kuposisikan penisku di bibir memeknya, kugesekk gesekkan penisku di bagian bawah bibir kemaluan Luna.

“Please,,” Pintanya. Luna sudah tidak sabar merasakan penisku di dalam memeknya.

Dengan perlahan kudorong penisku hinnga akhirnya menusuk, menerobos dan memenuhi lubang kenikmatan Luna yang begitu terasa sesak. Bersamaan dengan itu Luna merintih, matanya terpejam dengan mulut yang sedikit terbuka. Baru pertama kali masuk saja sudah terasa enak, penisku menegang di kehangatan rongga memeknya Luna yang mencengkram penisku begitu kuat.

Kelamin kami sudah menyatu, tapi aku masih terdiam memandang keindahan di hadapanku. Tubuh polos Luna terhimpit lemari dan badanku. Dadaku yang bidang menekan payudara Luna yang lumayan. Luna dan tubuh sempurnanya mengundang ketertarikan yang begitu kuat bagi siapapun yang memandangnya. Apalagi dalam keadaan telanjang seperti ini, tubuhnya sangatlah menggoda. Terutama wajahnya yang begitu cantik. Luna membuka matanya kemudian menatapku. Kubelai wajah cantiknya.

“kamu cantik sekali Lun..” Ucapku.

“Thanks, bisakah kamu mulai bergerak!!” Serunya.

Kupegang masing-masing sisi lemariku lalu Pinggulku mulai bergerak maju mundur. Kedua tangan Luna berada di pinggulku. Tinggi badan kami brdua yang hampir sama memudahkanku melakukan penetrasi sambil berdiri.

“Achhh achhhh achhhh,,” Desahannya mulai tak terbendung.

Aku semakin menggenjot memek Luna dengan cepat. Hanya pinggulku yang bergerak, sementara tubuh bagian atasku semakin menekan tubuh Luna. Aku memandang ekspresi wajah Luna yang lagi keenakan. Sangatlah indah untuk dilihat. Kemudian kuraih satu kakinya. Kuangkat ke atas dan kugantungkan di lenganku. Membuat penisku semakin dalam menusuk memeknya.

“Ouhhhh ahhh Gaaa,, sshh “

“Enak Lun..?”
Tanyaku. Karena aku semakin merasakan nikmatnya remasan otot memek Luna pada penisku.

Tanpa menjawabku, Luna menabrakkan bibirnya pada bibirku. Luna melumat bibirku dan memberikanku ciuman yang luar biasa liar.

“Engggg,,,”

Luna mengerang dalam ciumannya saat kugigit bibir bawahnya yang kenyal. Kemudian kusisipkan lidaku diantara bibir imutnya. Luna menyedot bibirku yang sudah masuk di dalam mulutnya. Aku semakin menggila karena hisapan mulutnya pada lidahku. Semakin kupercepat genjotan penisku pada memeknya yang sudah semakin basah.

Dengan gaya berdiri seperti ini, penisku benar-benar bisa masuk lebih dalam di dalam memeknya. Saat ciuman kami akhirnya terlepas, kamarku dipenuhi oleh suara-suara desahan kami berdua, suara tabrakan paha kami dan suara decit lemari yang ikut bergerak.

“Ahhh ,, Lunn, ssshh”

“Ahhh yaaa??”

“Enak.. ahh”

“akhhh sshh,, yang kenceng Gaaa achh achhh”


Kemudian kuangat satu lagi kaki Luna yang lain. Kini aku sepenuhnya menggendong tubuh Luna. Walaupun merasa sedikit berat, tidak menghalangiku untuk tetap terus menggenjot milik Luna. Dia mengalungkan lengannya dia leherku.

“enghhh,, enghhhh”

Saat kurasakan tubuhnya semakin terasa berat segera kuturunkan kakinya. Kucabut penisku, Luna kecewa.

“kok udahan sih Gaa?”

“Balik badan,,,”
Perintahku. Tanganku memegang pinggulnya dan membalik badannya. Luna sudah menghadap cermin yang menempel di pintu lemari. Sedikit kutarik pinggulnya, kuposisikan tubuhnya agak nungging.

Lalu aku jongkok lagi di belakang tubuhnya. Kulebarkan belahan pantatnya lalu Lidahku mulai lagi menjilati memek Luna dari belakang. Menghisap habis cairan-cairan yang keluar dari sana. Sekitar lima menit aku menyapukan lidahku di memeknya Luna.

Kemudian kuposisikan kembali tubuhku berdiri tepat di belakang pantat Luna. Kugesekk-gesekkan penisku di belahan pantatnya yang agak gelap. Lalu dengan sekali dorongan penisku masuk lagi di dalam memeknya.

“Ohhhhhhhhh Gaaaa.”

Kugenjot lagi memeknya dengan keras dari belakang. Gelombang kenikmatan langsung kami rasakan saat penisku mengadauk-aduk memek Luna dari belakang. Kami berdua saling bertukar erangan dan desahan.

“Achhhhhh sshhhh”

“Achhhhhh achhh”


Kedua tanganku meraih payudara Luna yang daritadi kulihat di cermin bergoyang-goyang seirama hentakan pada tubuh Luna. Kuremas dengan kuat kedua payudaranya sambil tetap menggenjot memeknya dari belakang.

Cukup lama kami berada dalam posisi doggy style sambil berdiri. Menggenjot tubuhnya dari belakang memang terasa luar biasa bagiku maupun bagi Luna. Dalam posisi seperti ini, memek Luna yang sempit terasa semakin sempit. Kenikmatan yang diraih jadi terasa berkali-kali lipat. Dua kali sudah Luna mengalami orgasme dalam posisi seperti ini, tapi dia masih kuat meladeni permainanku. Kemudian dengan kelamin yang masih menyatu aku mengarahkan tubuhnya untuk berpindah ke meja belajarku.

Dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja, Luna merintih keras saat aku menyodok tubuhnya dengan sedikit keras karena aku sudah merasakan hampir pada puncakku. Kutarik penisku dari memeknya, Luna langsung melemah dengan nafas yang memburu. Lalu menoleh ke arahku.

“udah..?”

“belum..”
Ucapku tak kalah tersengal,

“masukin lagi,,,” Pintanya.

Kami melanjutkan lagi mangadu kelamin kami dengan posisi aku duduk di atas meja belajarku, sedangkan Luna aku pangku menghadapku. Keadaan kamar kembali memanas seakan ac kamarku tidak berfungsi.

Luna memaju-mundurkan pinggulnya sambil menyebut namaku diantara desahannya yang sensual. Tubuhnya bergerak dengan liar menggoda dan memanjakan penisku. Hingga beberapa kali hentakan berikutnya aku merasa sudah sampai puncakku.

“aku mau keluar Lun..” Ucapku pada Luna yang masih bersemangat menngerakkan pinggulnya di pangkuanku.

“Ada kondom? Keluarin di dalem biar lebih enak”

“ada...”


Tanpa berpindah posisi, aku membuka laci mejaku. Dan mengambil satu dari beberapa kondom yang kusimpan disana. Luna menatapku tajam mengetahui aku menyimpan kondom di laci meja belajarku.

Kemudian Luna berdiri di atas meja belajarku saat aku memasangkan kondom di penisku. Kukecup sekali memeknya Luna yang berada tepat di hadapanku. Kemudian memek itu kembali mencengkram penisku yang sudah terpasang kondom.

Luna memeluk leherku lalu menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Gelobang kenikmatan yang dahsyat mulai menghantamku dan aku semakin tidak bisa menahannya sampai akhirnya aku orgasme di dalam memeknya Luna. Nikmat banget meskipun terhalang kondom. Seks yang sangat hebat, tubuh kami berdua langsung melemas dan Luna terkulai di pangkuanku. Seluruh tubuhnya sudah dibanjiri dengan keringat.

“Enak banget Ga,,, kamu hebat” Ucapnya pelan.

“Kamu juga luar biasa Lun..”

.

.

.

.

Setelah itu kami merebahkan diri di atas tempat tidur. Luna menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami. Kami saling berhadapan. Luna menatap dadaku yang keras, dia mengarahkan jari-jarinya untuk mengusap dada telanjangku, merasakan kerasanya dadaku, menelusuri dada kiriku lalu menyentuh putingku, kemudian tersenyum.

“Kamu sudah tau kalau Jessica sudah putus dengan pacarnya?” Tanya Luna.

“Ya, aku tau dari twit**ternya..” Jawabku

“Sepertinya Jessica menyukaimu.. kalian sering bertemu kan??”

“he he, dia selalu menceritakan apapun kepadamu ya?”
tanyaku balik. Aku tidak bisa berbohong kepada Luna kalau beberapa kali aku bertemu dan kencan dengan Jessica. Karena mereka berdua dekat. “maksudmu kamu mau menjodohkan aku dengan Jessica?” Tanyaku.

“Kalian berdua sama-sama single.. uhm, kamu benar-benar single?”

“maksudnya?”


Luna tersenyum kembali. “Kadang cowok suka menyebut dirinya single ke semua cewek meskipun sebenarnya dia sudah punya kekasih”

“Ehh? Aku ga seperti itu Luna,, aku beneran single dan aku hanya menganggap Jessica seperti cewek-cewek yang lain”
Ucapku.

“Seperti aku? Hanya sebagai teman tidurmu?” Pertanyaanya sangat menusuk. Luna menatapku.

“Seharusnya kita bisa lebih dari ini Lun.” Ucapku pelan.

“Sorry. Aku ga bisa,,” Serunya “Aku lebih suka kita seperti ini, Tanpa ikatan. Aku bisa saja memintamu untuk menungguku, tapi kupikir kamu yang ga bisa menunggu terlalu lama karena kamu tipe cowok yang selalu haus akan pelukan cewek-cewek.”

Aku taunya maksudnya Luna berkata seperti itu. Dia hanya tau sebagian dari diriku. Tapi dia sudah tau aku ini cowok seperti apa, cowok yang dengan mudahnya berlabuh di setiap pelukan cewek. Mana mungkin cowok sepertiku pantas menjadi pendampingnya. Aku yang harusnya sadar diri.

“Hey,,” Luna membelai wajahku “Sorry..”Kupegang tangannya di wajahku dan tersenyum. “Kamu tau, semakin hari aku semakin menyukaimu Rega. Meskipun kamu ga bisa memiliki hatiku, tapi saat ini kamu satu-satunya cowok yang memiliki tubuhku” Ucapnya.

“YA. Aku sungguh beruntung..”

“Aku doain, entah besok atau suatu saat nanti, kamu bisa menemukan seseorag yang tidak hanya menjadi partner tidurmu, tetapi juga partner hidupmu, kalian berdua akan pergi traveling berdua kemanapun kalian mau, saling berbagi segalanya di sepanjang hidup kalian, saling menerima apa adanya dari diri kalian dan dia bisa selalu berada disisimu setiap waktu”
Ucap Luna.

Mendengar harapan Luna untukku, saat ini hanya ada satu cewek yang ada di pikiranku. Satu-satunya Cewek yang kuingin selalu ada disisiku adalah.



“aku mandi dulu Ga.. kamu mau mengantarku pulang kan?” Ucap Luna sambil membangitkan tubuhnya.

Aku menarik lengan Luna sampai dia tertarik ke temapt tidur lagi kemudian aku menindih tubuhnya. Dia sedikit kaget.

“Aku belum mengijinkanmu turun, karena Aku belum selesai denganmu,,,” Ucapku

“Lagi?” Tanya Dia,.

Tanpa menjawabnya langsung kuarahkan penisku yang sudah menegang ke memeknya. Luna mengerang saat penisku menghujami memeknya lagi. Dia hanya bisa pasrah sambil memegang sprei dengan erat. Karena kami sudah sama-sama kelelahan, kami hanya melakukannya diatas tempat tidur tanpa melakukan banyak posisi.

.

.

.

.

TRINGGGGGGG TRINGGGGGGGG

Handphoneku berdering saat aku sedang menunggu Luna selesai mandi. Kuraih handphoneku di atas tempat tidur. Sebuah nomor tidak kukenal muncul di layar handphoneku. Aku sedikit berpikir dan menimbang-nimbang untuk mengangkat panggilan ini. Karena akhir-akhir ini sering banget ada yang meneleponku memakai nomor yang tidak dikenal. Yang paling membuatku resah adalah saat telepon-telepon itu kujawab, tidak ada suara sekali atau hening. Sesekali yang terdengar hanyalah hembusan nafas seseorang.

Telepon-telepon misterius ini terjadi sejak seminggu yang lalu.

“Halo.,..” terpaksa kuangkat panggilan nomor tidak dikenal itu. Barangkali itu adalah panggilan dari seseorang yang aku kenal.

“....................”

Lagi-lagi tidak ada sahutan, hanya hening. Kemudian terdengar suara nafas seseorang.

“Hei jangan main-main ya” Ucaku.

Kemudian panggilan tertutup begitu saja. Sial, iseng banget sih. Tak lama kemudian Luna masuk ke dalam kamar. Luna hanya memakai kemejaku, dan itu membuatnya sangat menggoda apalagi dengan rambutnya yang basah serta wangi sabun dan shampoo yang merebak dari tubuhnya. Membuat gairahku terpancing lagi.

Aku yang duduk di tepi tempat tidur langsung menghampirinya dan ingin rasanya mendekap cewek seksi ini.

“Stop. Mau apa kamu?” Seru dia,. Tapi tidak mengehentikanku untuk mencumbu lehernya.

“Regaaa,, aku sudah mandi,,, “

“Siapa suruh punya tubuh begitu menggoda,,,”


Luna berusaha mendorongku dan melepaskan dekapanku.

“ada temenmu diluar..” Bisiknya. Akhirnya dia menyerah melepaskan jerat dekapanku dan pasrah menerima cumbuanku di leher dan dadanya.

“Winry?” Ucapku disela-sela kecupanku pada payudaranya.

“Iya, aku kadang ga habis pikir bagaimana cara dia membagi waktu antara kerja dan kuliah”

“Eh?. siapa yang kerja..?”
Tanyaku, aku menghentikan aksiku.

“Winry,, jangan-jangan kamu belum tau kalau dia kerja di mall?”

“Whattt????”

.

.

.

.

.


Setelah itu aku dan Luna kencan berdua untuk dinner di sebuah cafe. Disana dia cerita kalau melihat Winry bekerja di sebuah toko di dalam Mall. Malam harinya setelah mengantarkan Luna pulang aku mengunjugi rumahnya Mira.

Sejujurnya awal mula aku nekat mengunjungi rumah Mommy lagi adalah karena aku masih takut ada orang-orang berpakaian serba hitam yang mendatangi rumah kost pada malam hari. Seminggu setelah kejadian menegangkan itu aku hampir tidak bisa tidur di malam hari. Selalu terbangun panik saat tiba-tiba mendengar suara-suara benda yang jatuh ataupun suara mobil yang lewat di depan rumah. Disaat-saat itulah aku lebih memilih menghabiskan malam yang penuh gairah bersama Mommy. Meninggalkan Winry sendirian di rumah. Kadang aku khawatir di pagi hari saat pulang dari rumahnya Mommy aku mendapati rumah kost berantakan atau yang lebih parah, terjadi sesuatu kepada Winry. Untungnya sampai dengan hari ini, orang-orang berpakaian serba hitam itu tidak pernah kembali lagi. Begitu juga dengan Angel. Sepertinya Angel tidak akan pernah kembali lagi. Aku hanya berharap dia sedang baik-baik saja.

Bercinta dengan Mamanya Mira yang awalnya kukira hanyalah sebatas hubungan One Night Stand berubah menjadi pertemuan berbagi tubuh dan kenikmatan yang rutin kami lakukan. Kami sepakat bertemu pada senin malam dan kamis malam seperti sekarang ini. Aku berhenti mengunjunginya hanya pada saat Mommy datang bulan. Tapi terkadang meskipun dia sedang menstruasi aku tetap datang hanya untuk mengobrol dan curhat karena Mommy orangnya asik diajak ngobrol. Meskipun sedang berhalangan, tidak menghalangiku mendapatkan kenikmatan meski hanya dengan mulut Mommy. Hihi.

Dan malam ini adalah tiba waktunya aku bisa bebas menyodok memek Mommy setelah seminggu kemarin aku tidak bisa melakukannya karena dia sedang menstruasi.



Aku baru aja datang, dan Mommy bilang kalau malam ini Aku bebas berkeliaran di dalam rumahnya karena Mira tidak di rumah, dia sedang menginap di rumah temannya untuk persiapan pemotretan esok hari. Hmmm, malam ini pasti akan lebih menyenangkan.

Aku dan Mommy berada di ruang keluarga rumahnya. Duduk bersebelahan di sofa sambil menonton TV. Sambil menatap layar TV. Tangan Mommy mulai memijat-mijat penisku dari luar celana.

“Kamu dekat dengan Winry?” Tanya Mommy di sebelahku.

“uhm, gak terlalu sih Mom..”

“bukannya kalian tinggal serumah?”

“dia sedikit pendiam dan tertutup.”

“Kamu harus perhatian dengannya Rega, kasihan dia, dia tidak punya siapa-siapa lagi, anggep Winry seperti adikmu sendiri”

“Ya, aku pengennya juga gitu Mom. Harusnya sih gak sulit bagiku dan juga Winry saling bertemu dan dekat satu sama lain karena kami tinggal di dalam rumah yang sama, kuliah di kampus yang sama. Tapi dia selalu membatasi diri jika denganku,,, Bahkan aku sampai tidak tau jika sekarang Winry bekerja tiap akhir pekan. “
Ucapku. Dia yang memang terlalu rapat menutup dirinya atau memang aku yang tidak peka dengan Winry?.

“Astaga Winry Kerja? Dimana?” Tanya Mommy kaget.

“Di Mall,, aku juga baru tau hari ini., Mira ngga bilang?” Tanyaku. Jangan-jangan Mira juga belum tau kalau Winry sekarang kerja paruh waktu.

“Mira ga pernah cerita tentang Winry lagi, Menurutmu mereka sedang bertengkar?”

“Hah?”

“Sudah lama Winry ga pernah maen lagi kesini. Mommy sudah tanyakan ke Mira barangkali mereka sedang ada masalah, Mira bilang kalau mereka baik-baik saja. Itu sebabnya tadi Mommy tanya sama kamu, apakah kamu dekat dengan Winry. Mommy pengen kamu tanyakan ke Winry tentang hubungannya dengan Mira”

“Aku akan coba tanyakan Mom,,”
Ucapku. Sebenarnya banyak yang ingin kutanyakan kepada Winry. Jika dipikir-pikir lagi, memang sudah lama aku tidak melihat Mira dan Winry bersama-sama di kampus. Aku harus mencari cara agar bisa dapat kesempatan bicara dengan Winry. Tapi bagaimana? Bahkan Dia selalu menolak saat kuajak berangkat bareng naik mobilku ke kampus.

“Mommy lebih seneng kalo Mira mainnya sama Winry karena anaknya baik dan ga macem-macem. Akhir-akhir ini Mira selalu sibuk dan pulang malem.” Ucap Mommy. “Mommy jadi merasa kesepian di rumah”

Aku menghadap Mommy, lalu kudorong pelan tubuhnya untuk terlentang di atas sofa, dan aku menindih tubuhnya. Kuturunkan cup Bra yang dia pakai, lalu meremas payudara Mommy sambil mencumbu lehernya. Aroma tubuh Mommy sangatlah memabukkan.

“jangan merasa kesepian Mom, kan ada aku” Ucapku. Mommy menangkap wajahku dengan kedua tangannya.

“Itu semakin membuat Mommy kesepian, karena kamu bukan milik Mommy” Ucapnya.

“malam ini aku milikmu Mom., Mira sedang tidak dirumah, apa yang akan kita lakukan?” Tanyaku sambil tersenyum dan menekan-nekan tubuhnya dengan tubuhku.

“Mommy pengen bercinta sama kamu di setiap ruangan di rumah ini, di kamar, di dapur, di kamar mandi, di ruang tamu, di garasi, di halaman belakang, kalau perlu di kamarnya Mira. jangan biarkan satu ruangan pun terlewatkan.,,” Ucapnya. Mendengar rencana gilanya membuatku semakin memanas dan bergairah.

Aku dan Mommy melewati malam ini dengan penuh gairah yang membara. Kami melakukannya dengan luar biasa, keaadaan rumah menjadi memanas dan penuh dengan erangan-erangan kami berdua. Berkali-kali Mencapai puncak bersama-sama dalam berbagai posisi dan gaya. Tentu tidak semua ruangan bisa kami coba seperti keinginan Mommy karena ruangan di dalam rumah ini ada banyak, dan kami tidak punya banyak tenaga untuk melakukannya di semua tempat. Hingga akhirnya kami kelelahan dan tertidur di sofa ruang keluarga.

.

.

.

.







“ ... Bintang tidak akan pernah meninggalkan langitnya.”

.

.

.

.


Aku membuka mata saat mendengar alarm handponeku berbunyi. Shit. Kenapa aku memimpikan cewek itu, dan kata-katanya saat itu. Tubuh mommy di pelukanku bergerak, sepertinya dia juga ikut terbangun mendengar suara alarm. Di sofa panjang ruang keluarga tempat terakhir kalinya semalam kami bercinta aku memeluk menyamping tubuhnya dari belakang. Kami berdua masih sama-sama bugil. Kukecup pundak telanjang Mommy beberapa kali.

“ga pengen bolos?” tanya Mommy dengan suara serak.

“Sorry Mom, aku ga bisa bolos kuliah hari Jumat” Ucapku.

“nanti sore? Mira baru akan pulang besok pagi. Masih banyak ruangan yg belum kita coba”

“nanti sepulang kuliah aku mau pulang ke rumah Mom. Aku sudah janjian dengan kakakku untuk pulang akhir pekan ini,, “

“yaudah deh, Mau Mommy masakin sarapan dulu?”

“ga perlu, Mommy istirahat aja,, Mommy pasti masih capek. ”
Ucapku lalu turun dari sofa. Kemudian mengecup bibir Mommy sebentar. Lalu setelah berpakaian aku pun pulang ke rumah kost.

.

.

.

.

.

Satu-satunya alasan kenapa aku ga pengen bolos kuliah di hari Jumat adalah karena aku ga pengen melewatkan untuk bertemu dosen waliku yang juga dosen mata kuliah statistik.



Bu Fiona sedang menjelaskan materi di depan lab sebelum praktik langsung di komputer. Dosen muda yang selalu menjadi idolaku dan idola para mahasiswa. Bukannya fokus pada penuturan Bu Fiona. Aku yang memilih tempat duduk paling depan fokus pada kecantikan, keramahan, dan senyuman Dosen yang katanya masih belum menikah ini. Dengan tubuh langsing nan seksi. Tubuhnya terbungkus Dress hitam sampai di atas lutut dengan sobekan yang cukup tinggi sampai bagian pahanya. Rambutnya di cat cokelat gelap. Mata birunya sangat indah meskipun hanya kontak lens. Bibirnya mungil merona merah. Dia memakai high heels yang tinggi. Tubuhnya terlihat sangat tinggi.

Memandang wajahnya selalu mengingatkanu dengan seorang siswa di tempat aku sekolah SMP dulu, Meta. Yang juga sama-sama idola saat masih sekolah dulu. Mungkin sekarang Meta cantiknya seperti Bu Fiona.

Aku membayangkan Bu Fiona hanya memakai pakaian yang minim dan sedang memberikan kuliah privat kepadaku. Aku pun tidak bisa menahan untuk tidak membayangkan hal-hal cabul sedang diberikan materi privat olehnya.

“Rega. ..” Tiba-tiba Bu Fiona menyebut namaku “Saya sudah menjelaskan materi kuliah hari ini tentang skala interval. Lalu Apa itu skala interval?” Tanya Bu Fiona yang kini sudah berdiri di depan meja komputerku.

Gawat. Mana aku tau? Daritadi aku ga fokus dengan apa yang dia jelaskan. Bu Fiona menunggu jawabanku sambil melipat kedua tangannya di dadanya. Begitu juga dengan mahasiswa lain, termasuk Dicky yang duduk tepat di belakangku.

“skala interval adalah, ehmmm, skala interval adalah materi kuliah kita hari ini,,,”

Mendengar jawabanku, seisi lab langsung dipenuhi dengan tawa mahasiswa yang geli dengan jawabanku. Dicky ketawanya paling keras.

“HAHAHAHA AHAHAHA HAHAHA”

“HAHAHAHA AHAHAHA HAHAHA”


Bu Fiona menatapku sambil tersenyum.

“Padahal daritadi kamu memperhatikan, kamu memandang ibu tapi ternyata pikiranmu berada di dunia lain” Ucap Bu Fiona kepadaku. Semua mahasiswa kembali tertawa mendengar ucapannya.

“HAHAHAHA AHAHAHA HAHAHA”

“HAHAHAHA AHAHAHA HAHAHA”

Shit. Ini memalukan.


.

.

.

.

.

Setelah matkul statistik usai, aku langsung bergegas pulang ke rumah kost untuk istirahat. Tubuhku sedikit lelah setelah kemarin seharian bercinta dengan tiga cewek yang berbeda. Dan semalem dengan Mommy paling banyak menguras tenagaku.

Sekitar jam tiga sore aku bangun dan bergegas mandi. Hari ini aku janjian dengan Rein untuk pulang ke rumah. Dia ingin menghabiskan akhir pekan denganku hanya berdua di rumah, dia bahkan sampai menyuruh Mba Tina pulang kampung sejak dua hari yang lalu. Karena setelah ini aku dan Rein tidak akan bertemu selama sebulan lebih. Hari minggu besok dia harus segera kembali ke kampus untuk persiapan program KKN di suatu Desa terpencil di provinsi sebelah yang terkenal dengan Desa Pelukis.

TRINGGGGG TRINGGGGGGGGG TRINGGGGGGG

Handponeku berdering saat aku baru saja mengunci pintu rumah dan bersiap menuju mobilku. Ternyata Rein yang menelepon.

“Halo Rein..” Jawabku

“Kamu jadi kan pulang Dek?” Tanya dia.

“ini aku mau otw. Kamu sudah di rumah?” Tanyaku.

“aku barusan sampai, kamu pengen dimasakin apa?”

“Terserah, yang penting enak”
Jawabku.

“jangan bilang terserah, kamu bukan cewek”

“Aku akan makan apapun masakanmu selama aku bisa memakanmu sebagai makanan penutup”
Ucapku menggodanya.

“Kalau kamu bisa sampai di rumah dalam 10 menit, aku akan mengijinkanmu makan makanan penutupmu dulu” Ucapnya.

“haha, sebaiknya aku segera berangkat.”

“ati-ati di jalan Dek”

“Iya Rein. Bye”.


Panggilan telepon kami terputus. Aku semakin tidak sabar untuk segera pulang dan bertemu kakakku. Saat aku akan membuka pintu mobil, aku mendengar deru sebuah motor sport dari kejauhan. Kemudian motor itu berhenti tepat di depan rumah.

Pengendara motor yang masih memakai helm itu menatapku. Siapa? Aku jadi sedikit waspada karena dia memakai jaket kulit berwarna hitam dan juga celana hitam ketat. Apakah dia termasuk orang-orang yang dulu memburu Angel? Tapi Aku yakin dia itu cewek karena tubuhnya terlihat begitu seksi, bahkan seksi sekali dengan payudara yang terlihat gede dan bokongnya yang sensual.

Betapa terkejutnya aku saat pengendara itu melepas helmnya.



Angel ?

Dia kembali. Setelah sekian lama, akhirnya dia kembali. Badanku langsung merinding melihat Angel lah pengendara motor sport yang gede itu. Angel turun dari motornya lalu masuk ke dalam halaman menghampiriku.

“Ikut aku !! aku butuh bantuanmu” Ucapnya.

“kemana?”

“menyelamatkan dunia”




BERSAMBUNG.

Next Chapter 12. PILIHAN




Pulang kerumah bertemu dengan Rein atau ikut Angel menyelamatkan Dunia?

Apa pilihanmu?
 
LANJUTAN DARI ATAS
.

.

.

.

.

PAGI HARI SEBELUMNYA

----POV REGA---



♪ Aku adalah lelaki
Yang pantang menyerah
Memikat wanita

Aku adalah lelaki
Yang selalu ingin
Dibuai wanita​



Kubesarkan volume radio di dalam mobil. Kepala dan tubuhku ikut bergoyang mengikuti irama lagu yang menemaniku nyetir menuju kampus. Kemudian aku mulai ikut bernyanyi.

“Tolong dekati aku… Tolong hampiri aku.. Tolong jamahi aku”

“Agar aku bijaksana.. Agar aku bahagia.. Agar aku merasakan.. Cinta woooooo”

“Naluriku sebagai lelaki.. Membuatku menginginkan.. Berjuta wanita di sisiku”

“Naluriku sebagai lelaki… Membuatku merindukan.. Pujaan dari wanitaaaaa”


Sebelum lagu lawas itu selesai diputar, mobilku sudah terparkir di halam depan gedung G. Lalu aku keluar dari mobil yang sudah satu bulan ini menemaniku beraktivitas.



Sebelum semester genap kemarin dimulai, aku membeli mobil sedan bekas yang masih bagus. Meskipun bukan merek yang mahal atau tidak sekeren mobilnya Rein, tapi aku membeli mobil itu dari uang tabunganku sendiri ditambah dengan uang hasil sewa kamar. Sebenarnya uang tabunganku dan uang hasil sewa kamar hanya cukup untuk membayar setengah dari harga mobil itu. Sisa setengah harga mobil itu Rein yang bayarin pakai uang tabungannya. Rein sempat ngomel-ngomel karena aku bersikeras menolak saat Papa akan membelikanku mobil. Aku cuman tidak ingin papa terus-terusan meleburkan uang hanya untuk keperluan pribadiku. Apalagi Papa sudah menyewakan untukku sebuah rumah mewah yang harga sewanya tidak murah hanya untuk tempat tinggalku saat kuliah.

“Reeggaaaaa..”

Seseorang meneriakkan namaku keras ketika aku baru saja keluar dari dalam mobil. Suaranya yang nyaring itu terdengar begitu familiar di telingaku. Dan benar saja, ketika aku menoleh ke sumber suara itu, aku melihat Billa sedang berjalan menuju ke arahku.



Tumben dia dateng ke kampus sebelum jam kuliah dimulai?. Kuliah jam pertama akan dimulai dua puluh menit lagi, dan biasanya Billa masuk ke kelas setelah lima belas menit jam kuliah dimulai. Wajahnya terlihat begitu ceria saat menghampiriku. Dia berjalan berlawanan dengan para mahasiswa lain yang sedang berjalan menuju gedung G.

“REGA !! PAGI INI KAMU UDAH COLI?”
Tanya Billa dengan nada tinggi sambil nyengir. Aku langsung shock mendengar pertanyaannya yang ngawur cenderung vulgar dan seketika melihat sekeliling. Semua mahasiswa yang berada di sekitarku langsung menatapku setelah mendengar ucapan Billa kepadaku.

“Mulutmu ituloh Bill… ”

“Hihi.. mukamu jadi lucu kalau malu kayak gitu”
Serunya sambil tetap menahan tawanya. “Sorry, sorry.. tapi aku serius dengan pertanyaanku Beb” Billa semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuhku “kali aja kamu butuh bantuan tanganku.. mulutku, atau…. meki-ku ?” kali ini ucapanya pelan, lambat dan terdengar erotis. Begitu juga dengan tatapan matanya yang menggoda gairahku, kejantananku.

.

.

.

.

.

“Ssshhhh,, ennghhhhh”

Sekuat tenaga Billa menahan bibirnya untuk tidak mendesah keras. Dia sampai menggigit bibirnya yang seksi itu untuk menahan erangan lolos dari bibirnya.

Ini kedua kalinya aku dan Billa bercinta di dalam mobilku. Aku memindahkan parkir mobilku ke tempat yang sepi di area kampus. Tepatnya di dekat lapangan futsal. Terpaksa kami melakukannya di dalam mobil karena waktunya mepet dengan jam kuliah dan aku tidak mau melakukannya di lantai 9 karena disana banyak anak HIMA.

Billa adalah cewek yang rutin bercinta denganku. Dan dia bukanlah satu-satunya partner sex-ku. kuakui bercinta dengannya begitu hebat. Selain karena dia itu hot dan seksi, aku juga sungguh menikmati beradu kelamin dengannya. Dan kebetulan mood ku pagi ini untuk bercinta sedang bagus. Aku pun tidak menolak ajakannya untuk Quickie di dalam mobil sebelum jam kuliah dimulai.

“enghhh,, yang dalem Gaa..” Pintanya dengan manja.



Billa terlentang di kursi belakang mobilku. Dan aku menindih tubuhnya yang hanya menyisahkan bra menutupi payudaranya yang bulat. Dia terlihat sangat terangsang dan memeknya sudah sangat becek. Entah kenapa rasanya Memeknya Billa itu sempit banget meskipun sudah tak terhitung lagi berapa kali aku dan dia bercinta, dinding-dinding memeknya menjepit penisku dengan sangat kuat.

“punyamu udah becek banget Bill” bisikku.

“enak kann??,,”

“Banget”

“enak lagi kontolmu sayanggg,, sshhh ahh ahhh”


Billa tidak kuasa menahan desahan dan teriakannya keluar dari mulutnya saat penisku menghujam memeknya dengan tempo yang cepat. Langsung kubungkam mulutnya dengan bibirku agar dia tidak berisik. Tubuhku sepenuhnya menindih tubuh langsingnya. Kedua tangannya memeluk tubuhku. Aku bisa merasakan payudaranya menempel erat di dadaku.

Rasa takut dan khawatir ada yang memergoki apa yang kami lakukan didalam mobil semakin meningkatkan adrenalinku. Menciptakan sensasi yang luar biasa. Ruang bercinta yang sempit membuatku semakin tertantang dan bernafsu menggenjot memeknya Billa.

Mobilku pun ikut bergoyang seirama dengan gerakan tubuh kami. Jika ada yang melihat mobilku, pasti mereka akan tau apa yang sedang kami lakukan. Tapi aku tidak berani melihat ke luar kaca mobil untuk memastikan apakah ada orang yang mengetahui aktivitas kami.

Kurasakan memeknya Billa semakin menjepit penisku dengan kuat. Desahannya juga semakin cepat, dia akan segera orgasme. Wajahnya semakin memerah. Tidak ada waktu untuk berlama-lama menikmati sensasi yang memabukkan ini. Aku semakin mempercepat gerakan pinggulku agar bisa orgasme bersamaan dengan Billa. Kuremas salah satu payudara Billa, tubuhnya semakin bergetar. Kedua tangannya memelekku dengan erat.

Tiga kali hentakan berikutnya spermaku menyemprot di dalam memeknya Billa. Tubuh kami berdua bergetar hebat saat aku dan Billa orgasme secara bersamaan. Billa langsung menyosor bibirku sesaat setelah orgasme. Bibirku dihisapnya dengan liar sampai dengan dia selesai melepaskan semua orgasmenya.

Setelah itu aku terkulai lemas di atas tubuhnya Billa. Tubuh kami penuh dengan keringat dengan penisku masih menyatu dengan memeknya Billa.

Alasan lain kenapa aku suka bercinta dengan Billa karena aku bebas crot di dalam memeknya. Dia rutin minum pil KB, aku heran untuk apa dia melakukan itu padahal dia tidak punya pacar ataupun suami. Tapi aku tidak terlalu memusingkannya, yang penting aku bisa crot di dalem memeknya Billa.

“Aku suka banget morning sex di mobil kayak gini” Ucap Billa lirih “Love you beb”

“love you to”
balasku.

“Serius?” Tanya Billa.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum. Billa terlihat Bete dan manyun. Langsung kukecup bibirnya yang manyun itu beberapa kali.

“jatuh cinta ga semudah itu” Ucapku.

“kebanyakan cowok pasti akan memintaku untuk menjadi ceweknya setelah ml denganku” ucapnya, tangannya mengusap-usap punggungku yang basah karena keringat.

“aku bukan cowok kebanyakan”

“ya ya ya kamu emang beda dengan cowok-cowok lain, kamu spesial”
Serunya tapi apa susahnya sih gombal dikit biar aku seneng”

“kamu itu ga butuh cintaku Bill, untuk cewek hyper sepertimu, yang kamu butuhkan dariku hanyalah untuk memuaskan nafsumu”
Ucapku.

Billa terlihat kesal mendengar ucapanku lalu mencubit perutku dengan gemas. Aku langsung meringis kesakitan.

“auwwww” Masih berada di atas tubuhnya, kukecup lagi bibirnya.

“Semua mahasiswa di kampus, termasuk aku, Dicky bahkan dosen akan sepakat bilang kalau kamu cewek yang hot, tapi dari semua cowok itu, aku merasa paling beruntung karena kamu memilihku sebagai teman pemuas nafsumu” Ucapku sambil tersenyum.

Kali ini wajahnya memerah. “Ada satu lagi bedanya kamu sama cowok-cowok lain.” Serunya Sambil mengusap usap rambut di belakang kepalaku “Hanya kamu yang bisa memuaskanku berkali-kali tanpa obat, aku kadang sampai ngga kuat ngadepin kamu”Ucapnya.

“ada yang mengajariku bagaimana cara melakukannya dengan benar,” Ucapku

“siapa?”

Aku tersenyum “Seseorang yang sangat berarti bagiku”

“ishh, cabut yuk Ga !! Hari ini males banget kuliah, satu-satunya yang ingin kulakukan hari ini itu bugil dipelukanmu sampai malem. Pindah ke Hotel biasanya yuk?? Kita lanjutkan disana”
Pintanya.

“It’s so Tempting. Tapi sorry, hari ini aku ada kuis. Maybe Next Time” Ucapku. Wajahnya terlihat bete lagi. Padahal sebenarnya hari ini tidak ada kuis. Aku terpaksa menolak ajakan Billa karena nanti malam adalah waktunya bagiku untuk mengunjungi Mommy. Aku tidak ingin terlalu capek dan kehilangan banyak gairah sebelum bertemu dengan Mommy supaya nanti malam sesi bercinta dengannya lebih bisa kunikmati. Hihihi, ahh aku jadi tidak sabar menunggu malam.

Perlahan kugerakkan pinggulku agar penisku terlepas dari memeknya Billa. Cairan Spermaku menetes di pahanya. Kemudian aku dan Billa bergegas memakai baju kami. Setelah itu kami pun kembali menuju gedung G dan kami berpisah di parkiran mobil menuju kelas kami masing-masing. Tentu aku terlambat masuk ke dalam kelas, tapi untungnya dosen Pendidikan Pancasila bukan dosen yang Killer.

.

.

.

Setelah kuliah jam pertama usai. Seperti biasa, Aku menghabiskan waktu jeda pergantian kelas di warung makanan di luar kampus. Aku masih belum berani mendatangi kantin kampus untuk menghindari bertemu dengan anggota HIMA.

Ketika jam kedua akan segera di mulai, aku bergegas menuju gedung “L” atau gedungnya Fakultas Ekonomi. Melewati jalan setapak yang di pinggirnya dihiasi tanaman dengan bunga berwarna kuning yang menawan. Angin yang kencang membuat bunga-bunga kecil itu berguguran dan berserakan di jalanan setapak.

“TUNGGU.. ” Teriakku.

Aku berlari kencang mengejar pintu lift yang terbuka sambil berharap ada orang yang masih mau menungguku dan bersedia menahan pintu lift tetap terbuka. Huuuup! Aku berhasil masuk ke dalam sebelum pintunya tertutup. Untung ada yang menahan pintunya.

“terima.....” Ucapan terima kasihku terpotong saat memgetahui satu-satunya orang yang berada di dalam lift adalah.



“Winry?” .

Dia tidak kalah terkejut melihatku. “Senior..” Sapanya.

Pintu Lift tertutup dan lift mulai bergerak. Aku dan Winry saling berhadap-hadapan dengan posisiku membelakangi pintu lift.

“ada kuliah apa setelah ini?” Tanyaku berbasa-basi.

uhmm pengantar bisnis” Jawabnya sambil menunduk seperti enggan menatapku.

Aku melihat bunga kecil warna kuning terselip diantara rambut pendeknya Winry. Reflek aku mendekat pada tubuhnya, perlahan menggerakkan tanganku dan berusaha mengambil bunga itu dari atas kepalanya Winry. Dia tampak terkejut dan mengangkat wajahnya menatapku saat aku sedang berusaha mengambil bunga itu dari rambutnya. Aku menangkap sorot matanya padaku.

Tatapan itu lagi.

“Sorry!! Ada bunga yang terselip di rambutmu”
Ucapku sambil menunjukkan bunga warna kuning yang berhasil kuambil dari rambutnya.

Tiba-tiba pintu lift terbuka di lantai dua, segerombolan mahasiswa berlomba-lomba masuk secara berebutan. Belum sempat berbalik badan, tubuhku terdorong para mahasiswa hingga ke bagian belakang lift dengan posisi masih saling berhadapan dengan Winry. Akibat dorongan itu aku tidak sengaja menabrak tubuh Winry dan mendoronganya ke belakang sampai ke dinding lift.

Seketika lift jadi penuh sesak. Lift di gedung fakultas ekonomi ini cuman ada satu. Setiap pergantian kelas mahasiswa lebih memilih saling berebutan menaiki lift daripada harus capek-capek menaiki anak tangga menuju lantai tiga, empat ataupun lima.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menghimpit tubuh Winry yang kecil didepanku. Kedua tanganku memegang dinding lift, aku seperti sedang mengurung tubuh Winry. Dia memalingkan wajahnya ke samping, kepalanya hampir menempel di dadaku.

Tak lama, pintu lift terbuka lagi di lantai tiga. Seseorang di belakangku semakin mendesak tubuhku. Kurasa ada mahasiswa lagi yang memaksa masuk ke dalam lift yang sudah penuh sesak. Aku pun semakin menghimpit tubuh Winry di hadapanku. Kini sisi wajahnya terpaksa harus bersandar di dadaku. Aku bisa mencium aroma wangi sampo di rambutnya. Gawat, ini terlalu dekat. Aku dan Winry saling berhadapan dan berhimpitan dalam situasi yang rumit lagi seperti dulu kejadian dia terpeleset di ruang tengah. itu adalah situasi yang akward

Lift berhenti di lantai empat. Ketika pintu lift terbuka, para mahasiswa berhamburan keluar. Begitu juga dengan Winry. Dia memaksakan tubuhnya lepas dari himpitan tubuhku lalu keluar dari lift tanpa berkata apapun.

Dia selalu seperti itu kepadaku, terkesan seperti menghindariku. Tidak hanya di kampus, tetapi juga saat sedang berada di rumah.

Sejak kejadian di restoran enam bulan lalu, Winry menjadi pribadi yang lebih tertutup. Kebiasaannya Saat sedang berada di rumah adalah menghabiskan harinya hanya berada di dalam kamarnya yang tertutup rapat. Aku sering mendapatinya membaca buku di balkon kamarnya atau sibuk dengan laptopnya. Dia tidak pernah lagi menonton TV di ruang tengah. Dia baru akan keluar dari kamarnya pada saat ke kamar mandi atau mencari makan. Dia seperti punya dunianya sendiri. Dan Kurasa dia tidak terlalu terganggu dengan kesendiriannya. Mengingatkanku dengan diriku sendiri beberapa tahun yang lalu sebelum mengenal Rein, pendiam dan tidak banyak bicara.

Kebiasaannya yang lain, setiap hari antara jam sembilan sepuluh malam Winry selalu bicara dengan seseorang melalui telepon. Kadang aku tidak sengaja mendengarnya ketika lewat di depan kamarnya. Sepertinya Winry tidaklah terlalu menyendiri seperti yang kukira selama ini. Karena sejak libur semester kemarin, tiap hari Jumat, sabtu dan minggu dia selalu pulang larut malam. Mungkin dia ke rumahnya Mira atau mungkin hangout bersama teman-temannya. Entahlah, aku tidak bisa memastikannya karena Mira juga tidak pernah lagi datang ke rumah kost.

Aku dan Winry sudah lebih dari enam bulan tinggal satu rumah. Kami juga sudah saling mengenal sejak sekolah dulu. Kenyatannya, aku dan dia masih seperti orang asing yang tidak saling saling mengenal walaupun kami tinggal di rumah yang sama. Aura misteri tentang dirinya, bercampur dengan profil hidupnya yang selalu menutup diri seakan membuat dinding tebal diantara kami semakin membuatku penasaran. Rasa penasaran yang membuatku ingin lebih mengenalnya, tetapi dia malah menghindariku. Aku juga tidak tau alasan kenapa dia berusaha menghindariku.

Namun faktanya, aku tidak pernah merasa normal saat dekat dengannya seperti yang barusan terjadi di dalam lift. Walaupun Cuma sebentar, Aku merasa dia terlihat berbeda saat aku berada cukup dekat dengannya. Sorot matanya kepadaku begitu mengganggu pikiranku. perasaan ingin memberi perhatian, ingin melindunginya, perasaan canggung dan kadang membuatku jantungku berdebar-debar. Aku tidak tau apa artinya perasaan-perasaan itu. Huffpp, semua akan lebih mudah dan terasa normal jika seandainya dia mau bicara denganku seperti cewek-cewek lain yang kukenal. Tapi Winry memang berbeda jika dibandingkan dengan cewek-cewek lain yang selama ini kukenal.

.

.

.



Setelah kuliah jam kedua usai. Aku memilih menuruni anak tangga dari lantai lima daripada harus berebutan menaiki lift. Aku menyesali keputusanku menuruni anak tangga karena saat tiba di lantai dua aku bertemu dengan.

“Elis?”



“Ikut aku !!.”
Ucapnya lalu menarikku secara paksa.

“Eh Liss, mau kemana?”

Cewek cantik dengan tubuh langsing yang sedang menarik tanganku ini namanya adalah Elis. Satu tingkat di atasku, seangkatan dengan Luna, Jessica dan juga Billa. Dia adalah salah satu anggota HIMA. Tidak kalah hyper dengan Billa. Hampir sebagian anggota cowok HIMA pernah menikmati tubuhnya. Begitupun juga aku dan Dicky.

Elis menarikku sampai ke dalam toilet cewek dekat dengan tangga. Shit, kenapa harus selalu toilet?. Elis memojokkanku di dekat pintu toilet. Satu lutut kakinya diletakkan diantara kedua pangkal pahaku. Tepat di bagian penisku.

“Kemana aja kamu selama ini? Aku ga pernah melihatmu lagi sejak Dreamfields” Tanya dia. “Dan kenapa kamu ga pernah datang ke pertemuan?”



“Aku sudah keluar dari anggota HIMA Lis..”

“I Know. Tapi bukan pertemuan itu yang aku maksud”
Ucapnya. “Nanti malem datanglah”

“Gak janji..”
Ucapku. Aku bisa saja langsung menolaknya tapi dia tidak akan menerima penolakan.

“Ayolah. Benny pergi !!. Kamu juga tidak pernah datang lagi. Asal kamu tau, banyak wajah-wajah baru yang gabung,. Kamu pasti akan menyukainya. ”

Pertemuan yang dia maksud adalah pesta liar dan gila-gilaan yang dilakukan sebagian anggota HIMA. Dimana mereka akan menggila bersama anggota yang lain. Alkohol, Free Sex, Orgy, bahkan Drugs akan ditemui di pesta itu. Dan Elis, dia terkenal dengan kegilaannya bercinta dengan lebih dari satu cowok. Aku pernah mendapatinya di pesta itu membiarkan empat sampai enam cowok menggilir tubuh seksinya. Dan dia sangat menyukainya. Tak kusangka pesta itu masih berlangsung walaupun Benny sudah tidak disini lagi. Kalau bukan dana dari Benny, lalu uang dari mana mereka bisa melangsungkan acara itu?

“Kudengar kamu sudah tidak bersama AL lagi?” Tanya dia “Dan kudengar kamu meninggalkan AL karena sekarang kamu pacaran dengan Sekretaris”

“Shit, kenapa mereka semua mengira aku yang meninggalkan AL. Malah dia yang meninggalkanku.. aku juga ga berpacaran dengan Luna”

“uhhh kaciaannn. Jadi sekarang kamu bukan milik siapapun?”
tanya dia sambil membelaikan tangannya yang lembut di wajahku. Kemudian Elis langsung membungkam bibirku dengan bibirnya. Lututnya di pangkal pahaku semakin menekan penisku. Mencoba mencari celah agar aku terangsang dan membalas perbuatannya.

Seorang mahasiswi keluar dari bilik toilet, namun Elis tetap tidak menghentikan aksinya sampai mahasiswi itu keluar dari dalam toilet.

“Liss !!“ Aku berusaha mendorong pundaknya agar berhenti menciumku. Toilet memang bukanlah seperti tempat umum yang lain. Tapi tetap saja, aku khawatir apabila tiba-tiba ada dosen yang masuk ke dalam toilet.

“Diem !!. Atau aku akan melakukan hal lebih selain ciuman” Ucapnya. Shit. Dia melanjutkan mencumbu bibirku namun aku sama sekali tidak membalasnya.

“Rega..?” Seseorang masuk ke dalam toilet dan memanggil namaku.



Meskipun aku tidak bisa melihatnya karena terhalang wajahnya Elis. Tetapi aku bisa tau dari suaranya itu adalah Luna. Elis menghentikan ciumannya setelah Luna memergoki kami. Luna sedang berdiri dekat pintu toilet sedang menatap kami.

“Aku ada perlu dengan Rega..” Ucap Luna tegas kepada Elis. Seketika Elis menurunkan lututnya dari pangkal pahaku.

“Aku sudah selesai dengannya. He’s all yours” Ucap Elis santai dan berjalan meninggalkan toilet.

Mereka berdua saling memandang ketika Elis meninggalkan toilet. Untung ada Luna. Dia datang di saat yang tepat.

“Apa-apaan itu tadi?” Tanya Luna serius kepadaku.

“Kenapa Lun? Kamu jeles?” Tanyaku bermaksud bercanda. Tapi dianggap serius olehnya. Dia menatapku tajam lalu berputar tubuh meninggalkanku tanpa mengatakan apapun.

Sial.

“Lun? Lunaa tunggu...”


Aku mengejarnya menuruni anak tangga lalu memegang tangannya dari belakang. Kemudian menempatkan diriku di hadapannya. Wajahnya terlihat marah.

“Kenapa sih? Aku cuman bercanda...” Seruku.

“Kukira kamu serius dengan ucapanmu tentang ingin berubah dan lepas dari mereka.. ternyata Cowok memang kata-katanya ga bisa dipegang” Ucapnya.

“eh? bukan..bukan seperti itu.. tadi kami gak sengaja bertemu. Dia memaksa dan menyeretku ke dalam toilet. Suerr. Aku sama sekali ga ada niatan untuk kembali bersama mereka.”

“tadi tidak terlihat seperti kamu sedang dipaksa”
Ucapnya.

“Aku sudah berusaha mencegahnya Lun, Suerrr. Kamu tau kan kalau selama ini aku berusaha menghindari mereka, selalu awas dengan kehadiran mereka, tapi aku tidak bisa menghindar jika mereka yang akhirnya menemukanku. Untung kamu tadi datang menyelamatkanku. ”

Luna masih terdiam menatapku.

“hampir saja kamu membuatku ilfeel” Ucapnya. Lega akhirnya dia mau percaya denganku.

“aku butuh bantuanmu” Ucapku serius.

“apa?”

“Mulai sekarang, selama di kampus, kayaknya aku butuh tanganmu untuk kugandeng, biar mereka tidak berani menggangguku.. sepertinya mereka takut sama kamu”
Ucapku sambil tersenyum.

Luna kembali terdiam dan wajahnya datar setelah mendengar candaanku.

“ternyata kamu pinter modus juga ya?” Ucapnya.

“Bercanda Lun.. sensi banget kamu hari ini”

Eh tapi malah dia yang tiba-dia menggandeng tanganku dan melanjutkan menuruni anak tangga. Hihi, emang terkadang Luna itu cute abisss.

“Kamu kalau marah kelihatan tambah cantik deh Lun..” Ucapku sambil berjalan disebelahnya. Dan kami masih bergandengan tangan.

“Bisa diem nggak..?”

“Hihi”


.

.

.

.



Setelah itu aku dan Luna menuju gedung G. Kami berdua duduk di tangga gedung G. Tempat biasanya aku, Dicky, dan Billa berkumpul di jeda pergantian kelas ataupun saat kuliah selesai. Ditemani semilir angin, Kami berdua ngobrol santai sambil melihat para mahasiswa berjalan lalu lalang meninggalkan gedung G. Pada jam siang menjelang sore ini pasti sudah banyak kelas yang telah usai. Para mahasiswa bersiap meninggalkan kampus. Mungkin Dicky dan Billa sudah pulang.

“Setelah ini mau kemana?” Tanya Luna.

“Ga kemana-mana, langsung pulang, tidur., kamu?”

“sama, pulang, ngerjain tugas kalau ngga males..”

“Hmm? Aku nggak salah denger?? Seorang Luna berkata malas mengerjakan tugas?”
Ucapku,

“Kenapa? Emangnya Ga boleh aku malas-malasan ngerjain tugas?”

“Ya gpp sih, cuman aneh aja kalau kamu yang ngomong,, kadang emang susah ngumpulin niat ngerjain tugas kalau setan malas sudah bersarang,, seandainya saja tugas kuliah itu kamu Lun, pasti aku akan semangat mengerjakannya setiap hari, hahahaha... Auwwwwww...”


Luna langsung mencubit lenganku mendengar leluconku. Luna memandang jam di tangannya.

“masih belum di jemput?” Tanyaku “Kamu tau aku sudah punya mobil kan? Aku dengan senang hati akan mengatarmu”

“Sebenarnya aku juga masih belum pengen pulang, mmhhh jika setelah ini kamu memang ga ada rencana lain, barangkali kamu punya ide apa gitu yang bisa kita lakuin bersama-sama..”
Ucapnya.

“ehh. Ide? Apaan?”

“Ya apa gitu kek,, ada saran?.”
Ucapnya, aku masih belum paham sampai akhirnya Luna memandangku sambil tersenyum. Aku tersenyum saat akhirnya tau apa yang dia maksud.

“Wanna Cuddle?” Tanyaku. Setelah di pikir-pikir sudah lama aku dan Luna tidak melakukan hal yang paling disukainya itu. Tidur siang di kamar kostku sambil berpelukan dalam keadaan bugil. Shit, aku langsung membayangkan tubuh telanjangnya Luna. Dan aku tidak sabar ingin melihatnya lagi.

Tetapi Luna menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Eh dia gak mau cuddle?. Lalu apa maksudnya? Sial, aku terlalu kepedean mengira Luna menginginkan Cuddle denganku.

Luna mendekatkan wajahnya ke wajahku, lalu membisikkan sesuatu di telingaku " I’m feeling really horny today.” Bisiknya dengan lembut.

Jujur aku terkejut dengan apa yang dia ucapkan. Ternyata dia menginginkan lebih dari sekedar cuddle. Aku dan Luna saling berpandangan dan bertukar senyum, larut dalam pikiran kami masing-masing. Wajahnya memerah. Aku bisa menolak Billa, tapi kalau Luna yang memintanya, aku tidak akan berpikir dua kali untuk menerimanya.

“astaga,, sorry“ Ucapnya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena malu mengucapkan hal seperti itu kepadaku. “aku merasa menjadi seperti seorang cewek murahan”

“Kamu gak perlu merasa malu, tidak ada yang salah dengan cewek berkelas sepertimu berkata seperti itu”

“Please Stop. Gausah dibahas”
Ucapnya masih menutup wajahnya.

“hey, hey, Luna dengerin, aku akan membalas ucapanmu biar impas..” Ucapku. Luna langsung melepas telapak tangannya dari wajahnya dan menatapku.

“No,, jangan katakan apapaun..!!”

“Luna...”
Ucapku

“Rega stop !!!” Tangannya berusaha menutup mulutku, tapi aku berhasil menahannya.

“Luna.. Aku ingin kamu tau kalau kamu adalah cewek yang cantik, cute, smart, dan hot.. Dan, yang ingin kulakukan saat ini adalah menaruh bibirku diantara kedua pahamu..” Ucapku sambil tersenyum.

Muka Luna langsung merah mendidih setelah mendengar ucapakanku, dan kembali menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“kenapa kamu berkata seperti itu...” Ucapnya sedikit merengek.

“hahaha, sekarang kita impas,, “ Balasku.

“kamu membuatku semakin malu”

“Kita berangkat sekarang?”
Tanyaku

“bodo..” Serunya.

Luna tidak menolak saat kuraih tangannya dan mengajaknya berdiri. Dia masih terlihat bete, tapi tetap saja mau kugandeng menuju tempat dimana kuparkirkan mobilku. Saat ditengah perjalanan menuju mobilku, Dari arah depan Dicky mendatangi kami.

“Hai Guys, kalian mau kemana?” Tanya dia. Aku diam saja, begitu juga dengan Luna dan kami berdua melewati Dicky tanpa berkata apapun.

“Guys? Fuck, i’m invisible” Celoteh Dicky dibelakang kami.

.

.

.

“Ssshh Regaaaa..”

Luna merintih kembali. Aku menciumi betis kakinya yang mulus. Tubuhnya sudah memanas dan penuh dengan gairah. Aku tersenyum memandang wajahnya dari bawah. Kini kunaikkan ciumanku ke pahanya. Kedua tanganku membelai bagian belakang pahanya dengan sangat perlahan, bibirku mencium dan menjilati setiap inchi paha putih mulus cewek cantik ini.

Sekarang Luna sedang berdiri bersandar pada lemari pakaianku. Sedangkan aku setengah jongkok di bawah tubuhnya sedang menciumi pahanya. Kami berdua sudah sama-sama bugil dan sama-sama sudah terbakar oleh gairah. Tadi sebelum kami saling melepaskan baju kami masing-masing. Aku Menantang Luna untuk kali ini melakukannya tidak diatas ranjang. Dan Luna sangat antusias dengan tantanganku.

Kembali kulihat tubuh Indah Luna dari bawah. Pemandangan pinggul yang seksi dan payudara yang menyembul terlihat begitu menggoda. Sedangkan wajahnya terlihat tidak sabar dengan apa yang akan aku lakukan selanjutnya setelah puas menjilati bagian dalam pahanya.

Kulebarkan kedua pahanya. Dan bersiap menenggelamkan wajahku di antara kedua pahanya. Dimana memeknya Luna yang sangat cantik sudah menggodaku dari tadi sejak pertama kali aku melihatnya.

“boleh??” Tanyaku, dia pasti tau maksudku. Luna mengangguk pelan.

Kukecup bibir memeknya Luna. Aroma khas bagian kewanitaan cewek merasuk hidungku.

“Regg,,,Gaaa,,,,,”

Luna mengerang saat merasakan lidahku mulai menjilati bibir memeknya.

Kutahan dan Kuremas dengan kencang bokongnya Luna dengan kedua tanganku. Lidahku merangsek masuk ke dalam memeknya Luna. Langsung melumat klitoris Luna yang sudah membesar. Sesekali aku mainkan jari tanganku di bagian bawah memeknya. Membuat Luna semakin mendesah kencang.

“ahhhhh ahhh”

Lalu aku masukkan sepenuhnya jariku ke dalam memeknya Luna yang sempit dan lembab. Dia sedikit tersentak. Sambil tetap kujilati klitorisnya, aku menggerakkan jariku maju mundur di dalam lobang kenikmatan ini.

“Acchh Regaaa,,”

Dia mendesah, Kuintip wajahnya. Matanya terpejam, Nafasnya semakin memburu. Dia menjambak rambutku ketika kugerakkan dengan cepat jariku. Luna makin menegang, bokongnya bergerak tidak terkendali.

Beberapa menit berlalu, memeknya sudah semakin basah. Sesekali aku menghisap cairan yang keluar dari memeknya. Aku rasa dia akan mencapai batasnya, segera kuhentikan segala aksiku dan mengeluarkan jariku dalam memeknya. Saat matanya terbuka melihatku, dia terlihat kecewa karena aku menghentikan gerakan jariku. Aku tersenyum ke arahanya.

Kemudian aku berdiri menyejajarkan diri ke wajahnya. Tinggi badan Luna hampir menyamai tinggi badanku.

“i love your juice, rasanya manis” Ucapku.

Dengan nafas yang masih terengah-engah Luna meraih penisku yang sudah tegang menunjuk-nunjuk ke arahnya.

“Masukin Please....” Ucapnya memohon sambil mengocok penisku dengan gerakan yang lembut.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum. Luna manyun. Aku hanya terdiam dihadapannya, menelusuri wajah cantiknya, memandangi tubuh seksinya, turun memandang payudaranya, lingkaran pink putingnya, lekukan pinggulnya, dan kepadatan pahanya. Bahkan kedua kakinya yang mulus tak luput dari pandanganku.

Lalu kedua tanganku memegang payudara Luna yang padat dan sekel itu. Tidak begitu pas di genggamanku karena payudara Luna cukup gede. Kemudian aku meremasnya sedikit keras, membuat Luna menggelinjang hebat sampai menghentikan kocokan tangannya di penisku.

“Uhhhm pelan pelan,, sakiitt Gaaa...” Protesnya.

Tanpa meregangkan remasan tanganku di payudaranya, aku memagut bibir Luna. Kuajak dia kembali ke dalam ciuman panas yang menggairahkan. Luna kembali mengecok penisku sambil tetap berciuman. Tanganku tetap meremas-remas payudaranya, semakin kencang sampai bagian bawahnya memerah.

Kulepas ciumanku, kemudian kuposisikan penisku di bibir memeknya, kugesekk gesekkan penisku di bagian bawah bibir kemaluan Luna.

“Please,,” Pintanya. Luna sudah tidak sabar merasakan penisku di dalam memeknya.

Dengan perlahan kudorong penisku hinnga akhirnya menusuk, menerobos dan memenuhi lubang kenikmatan Luna yang begitu terasa sesak. Bersamaan dengan itu Luna merintih, matanya terpejam dengan mulut yang sedikit terbuka. Baru pertama kali masuk saja sudah terasa enak, penisku menegang di kehangatan rongga memeknya Luna yang mencengkram penisku begitu kuat.

Kelamin kami sudah menyatu, tapi aku masih terdiam memandang keindahan di hadapanku. Tubuh polos Luna terhimpit lemari dan badanku. Dadaku yang bidang menekan payudara Luna yang lumayan. Luna dan tubuh sempurnanya mengundang ketertarikan yang begitu kuat bagi siapapun yang memandangnya. Apalagi dalam keadaan telanjang seperti ini, tubuhnya sangatlah menggoda. Terutama wajahnya yang begitu cantik. Luna membuka matanya kemudian menatapku. Kubelai wajah cantiknya.

“kamu cantik sekali Lun..” Ucapku.

“Thanks, bisakah kamu mulai bergerak!!” Serunya.

Kupegang masing-masing sisi lemariku lalu Pinggulku mulai bergerak maju mundur. Kedua tangan Luna berada di pinggulku. Tinggi badan kami brdua yang hampir sama memudahkanku melakukan penetrasi sambil berdiri.

“Achhh achhhh achhhh,,” Desahannya mulai tak terbendung.

Aku semakin menggenjot memek Luna dengan cepat. Hanya pinggulku yang bergerak, sementara tubuh bagian atasku semakin menekan tubuh Luna. Aku memandang ekspresi wajah Luna yang lagi keenakan. Sangatlah indah untuk dilihat. Kemudian kuraih satu kakinya. Kuangkat ke atas dan kugantungkan di lenganku. Membuat penisku semakin dalam menusuk memeknya.

“Ouhhhh ahhh Gaaa,, sshh “

“Enak Lun..?”
Tanyaku. Karena aku semakin merasakan nikmatnya remasan otot memek Luna pada penisku.

Tanpa menjawabku, Luna menabrakkan bibirnya pada bibirku. Luna melumat bibirku dan memberikanku ciuman yang luar biasa liar.

“Engggg,,,”

Luna mengerang dalam ciumannya saat kugigit bibir bawahnya yang kenyal. Kemudian kusisipkan lidaku diantara bibir imutnya. Luna menyedot bibirku yang sudah masuk di dalam mulutnya. Aku semakin menggila karena hisapan mulutnya pada lidahku. Semakin kupercepat genjotan penisku pada memeknya yang sudah semakin basah.

Dengan gaya berdiri seperti ini, penisku benar-benar bisa masuk lebih dalam di dalam memeknya. Saat ciuman kami akhirnya terlepas, kamarku dipenuhi oleh suara-suara desahan kami berdua, suara tabrakan paha kami dan suara decit lemari yang ikut bergerak.

“Ahhh ,, Lunn, ssshh”

“Ahhh yaaa??”

“Enak.. ahh”

“akhhh sshh,, yang kenceng Gaaa achh achhh”


Kemudian kuangat satu lagi kaki Luna yang lain. Kini aku sepenuhnya menggendong tubuh Luna. Walaupun merasa sedikit berat, tidak menghalangiku untuk tetap terus menggenjot milik Luna. Dia mengalungkan lengannya dia leherku.

“enghhh,, enghhhh”

Saat kurasakan tubuhnya semakin terasa berat segera kuturunkan kakinya. Kucabut penisku, Luna kecewa.

“kok udahan sih Gaa?”

“Balik badan,,,”
Perintahku. Tanganku memegang pinggulnya dan membalik badannya. Luna sudah menghadap cermin yang menempel di pintu lemari. Sedikit kutarik pinggulnya, kuposisikan tubuhnya agak nungging.

Lalu aku jongkok lagi di belakang tubuhnya. Kulebarkan belahan pantatnya lalu Lidahku mulai lagi menjilati memek Luna dari belakang. Menghisap habis cairan-cairan yang keluar dari sana. Sekitar lima menit aku menyapukan lidahku di memeknya Luna.

Kemudian kuposisikan kembali tubuhku berdiri tepat di belakang pantat Luna. Kugesekk-gesekkan penisku di belahan pantatnya yang agak gelap. Lalu dengan sekali dorongan penisku masuk lagi di dalam memeknya.

“Ohhhhhhhhh Gaaaa.”

Kugenjot lagi memeknya dengan keras dari belakang. Gelombang kenikmatan langsung kami rasakan saat penisku mengadauk-aduk memek Luna dari belakang. Kami berdua saling bertukar erangan dan desahan.

“Achhhhhh sshhhh”

“Achhhhhh achhh”


Kedua tanganku meraih payudara Luna yang daritadi kulihat di cermin bergoyang-goyang seirama hentakan pada tubuh Luna. Kuremas dengan kuat kedua payudaranya sambil tetap menggenjot memeknya dari belakang.

Cukup lama kami berada dalam posisi doggy style sambil berdiri. Menggenjot tubuhnya dari belakang memang terasa luar biasa bagiku maupun bagi Luna. Dalam posisi seperti ini, memek Luna yang sempit terasa semakin sempit. Kenikmatan yang diraih jadi terasa berkali-kali lipat. Dua kali sudah Luna mengalami orgasme dalam posisi seperti ini, tapi dia masih kuat meladeni permainanku. Kemudian dengan kelamin yang masih menyatu aku mengarahkan tubuhnya untuk berpindah ke meja belajarku.

Dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja, Luna merintih keras saat aku menyodok tubuhnya dengan sedikit keras karena aku sudah merasakan hampir pada puncakku. Kutarik penisku dari memeknya, Luna langsung melemah dengan nafas yang memburu. Lalu menoleh ke arahku.

“udah..?”

“belum..”
Ucapku tak kalah tersengal,

“masukin lagi,,,” Pintanya.

Kami melanjutkan lagi mangadu kelamin kami dengan posisi aku duduk di atas meja belajarku, sedangkan Luna aku pangku menghadapku. Keadaan kamar kembali memanas seakan ac kamarku tidak berfungsi.

Luna memaju-mundurkan pinggulnya sambil menyebut namaku diantara desahannya yang sensual. Tubuhnya bergerak dengan liar menggoda dan memanjakan penisku. Hingga beberapa kali hentakan berikutnya aku merasa sudah sampai puncakku.

“aku mau keluar Lun..” Ucapku pada Luna yang masih bersemangat menngerakkan pinggulnya di pangkuanku.

“Ada kondom? Keluarin di dalem biar lebih enak”

“ada...”


Tanpa berpindah posisi, aku membuka laci mejaku. Dan mengambil satu dari beberapa kondom yang kusimpan disana. Luna menatapku tajam mengetahui aku menyimpan kondom di laci meja belajarku.

Kemudian Luna berdiri di atas meja belajarku saat aku memasangkan kondom di penisku. Kukecup sekali memeknya Luna yang berada tepat di hadapanku. Kemudian memek itu kembali mencengkram penisku yang sudah terpasang kondom.

Luna memeluk leherku lalu menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Gelobang kenikmatan yang dahsyat mulai menghantamku dan aku semakin tidak bisa menahannya sampai akhirnya aku orgasme di dalam memeknya Luna. Nikmat banget meskipun terhalang kondom. Seks yang sangat hebat, tubuh kami berdua langsung melemas dan Luna terkulai di pangkuanku. Seluruh tubuhnya sudah dibanjiri dengan keringat.

“Enak banget Ga,,, kamu hebat” Ucapnya pelan.

“Kamu juga luar biasa Lun..”

.

.

.

.

Setelah itu kami merebahkan diri di atas tempat tidur. Luna menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami. Kami saling berhadapan. Luna menatap dadaku yang keras, dia mengarahkan jari-jarinya untuk mengusap dada telanjangku, merasakan kerasanya dadaku, menelusuri dada kiriku lalu menyentuh putingku, kemudian tersenyum.

“Kamu sudah tau kalau Jessica sudah putus dengan pacarnya?” Tanya Luna.

“Ya, aku tau dari twit**ternya..” Jawabku

“Sepertinya Jessica menyukaimu.. kalian sering bertemu kan??”

“he he, dia selalu menceritakan apapun kepadamu ya?”
tanyaku balik. Aku tidak bisa berbohong kepada Luna kalau beberapa kali aku bertemu dan kencan dengan Jessica. Karena mereka berdua dekat. “maksudmu kamu mau menjodohkan aku dengan Jessica?” Tanyaku.

“Kalian berdua sama-sama single.. uhm, kamu benar-benar single?”

“maksudnya?”


Luna tersenyum kembali. “Kadang cowok suka menyebut dirinya single ke semua cewek meskipun sebenarnya dia sudah punya kekasih”

“Ehh? Aku ga seperti itu Luna,, aku beneran single dan aku hanya menganggap Jessica seperti cewek-cewek yang lain”
Ucapku.

“Seperti aku? Hanya sebagai teman tidurmu?” Pertanyaanya sangat menusuk. Luna menatapku.

“Seharusnya kita bisa lebih dari ini Lun.” Ucapku pelan.

“Sorry. Aku ga bisa,,” Serunya “Aku lebih suka kita seperti ini, Tanpa ikatan. Aku bisa saja memintamu untuk menungguku, tapi kupikir kamu yang ga bisa menunggu terlalu lama karena kamu tipe cowok yang selalu haus akan pelukan cewek-cewek.”

Aku taunya maksudnya Luna berkata seperti itu. Dia hanya tau sebagian dari diriku. Tapi dia sudah tau aku ini cowok seperti apa, cowok yang dengan mudahnya berlabuh di setiap pelukan cewek. Mana mungkin cowok sepertiku pantas menjadi pendampingnya. Aku yang harusnya sadar diri.

“Hey,,” Luna membelai wajahku “Sorry..”Kupegang tangannya di wajahku dan tersenyum. “Kamu tau, semakin hari aku semakin menyukaimu Rega. Meskipun kamu ga bisa memiliki hatiku, tapi saat ini kamu satu-satunya cowok yang memiliki tubuhku” Ucapnya.

“YA. Aku sungguh beruntung..”

“Aku doain, entah besok atau suatu saat nanti, kamu bisa menemukan seseorag yang tidak hanya menjadi partner tidurmu, tetapi juga partner hidupmu, kalian berdua akan pergi traveling berdua kemanapun kalian mau, saling berbagi segalanya di sepanjang hidup kalian, saling menerima apa adanya dari diri kalian dan dia bisa selalu berada disisimu setiap waktu”
Ucap Luna.

Mendengar harapan Luna untukku, saat ini hanya ada satu cewek yang ada di pikiranku. Satu-satunya Cewek yang kuingin selalu ada disisiku adalah.



“aku mandi dulu Ga.. kamu mau mengantarku pulang kan?” Ucap Luna sambil membangitkan tubuhnya.

Aku menarik lengan Luna sampai dia tertarik ke temapt tidur lagi kemudian aku menindih tubuhnya. Dia sedikit kaget.

“Aku belum mengijinkanmu turun, karena Aku belum selesai denganmu,,,” Ucapku

“Lagi?” Tanya Dia,.

Tanpa menjawabnya langsung kuarahkan penisku yang sudah menegang ke memeknya. Luna mengerang saat penisku menghujami memeknya lagi. Dia hanya bisa pasrah sambil memegang sprei dengan erat. Karena kami sudah sama-sama kelelahan, kami hanya melakukannya diatas tempat tidur tanpa melakukan banyak posisi.

.

.

.

.

TRINGGGGGGG TRINGGGGGGGG

Handphoneku berdering saat aku sedang menunggu Luna selesai mandi. Kuraih handphoneku di atas tempat tidur. Sebuah nomor tidak kukenal muncul di layar handphoneku. Aku sedikit berpikir dan menimbang-nimbang untuk mengangkat panggilan ini. Karena akhir-akhir ini sering banget ada yang meneleponku memakai nomor yang tidak dikenal. Yang paling membuatku resah adalah saat telepon-telepon itu kujawab, tidak ada suara sekali atau hening. Sesekali yang terdengar hanyalah hembusan nafas seseorang.

Telepon-telepon misterius ini terjadi sejak seminggu yang lalu.

“Halo.,..” terpaksa kuangkat panggilan nomor tidak dikenal itu. Barangkali itu adalah panggilan dari seseorang yang aku kenal.

“....................”

Lagi-lagi tidak ada sahutan, hanya hening. Kemudian terdengar suara nafas seseorang.

“Hei jangan main-main ya” Ucaku.

Kemudian panggilan tertutup begitu saja. Sial, iseng banget sih. Tak lama kemudian Luna masuk ke dalam kamar. Luna hanya memakai kemejaku, dan itu membuatnya sangat menggoda apalagi dengan rambutnya yang basah serta wangi sabun dan shampoo yang merebak dari tubuhnya. Membuat gairahku terpancing lagi.

Aku yang duduk di tepi tempat tidur langsung menghampirinya dan ingin rasanya mendekap cewek seksi ini.

“Stop. Mau apa kamu?” Seru dia,. Tapi tidak mengehentikanku untuk mencumbu lehernya.

“Regaaa,, aku sudah mandi,,, “

“Siapa suruh punya tubuh begitu menggoda,,,”


Luna berusaha mendorongku dan melepaskan dekapanku.

“ada temenmu diluar..” Bisiknya. Akhirnya dia menyerah melepaskan jerat dekapanku dan pasrah menerima cumbuanku di leher dan dadanya.

“Winry?” Ucapku disela-sela kecupanku pada payudaranya.

“Iya, aku kadang ga habis pikir bagaimana cara dia membagi waktu antara kerja dan kuliah”

“Eh?. siapa yang kerja..?”
Tanyaku, aku menghentikan aksiku.

“Winry,, jangan-jangan kamu belum tau kalau dia kerja di mall?”

“Whattt????”

.

.

.

.

.


Setelah itu aku dan Luna kencan berdua untuk dinner di sebuah cafe. Disana dia cerita kalau melihat Winry bekerja di sebuah toko di dalam Mall. Malam harinya setelah mengantarkan Luna pulang aku mengunjugi rumahnya Mira.

Sejujurnya awal mula aku nekat mengunjungi rumah Mommy lagi adalah karena aku masih takut ada orang-orang berpakaian serba hitam yang mendatangi rumah kost pada malam hari. Seminggu setelah kejadian menegangkan itu aku hampir tidak bisa tidur di malam hari. Selalu terbangun panik saat tiba-tiba mendengar suara-suara benda yang jatuh ataupun suara mobil yang lewat di depan rumah. Disaat-saat itulah aku lebih memilih menghabiskan malam yang penuh gairah bersama Mommy. Meninggalkan Winry sendirian di rumah. Kadang aku khawatir di pagi hari saat pulang dari rumahnya Mommy aku mendapati rumah kost berantakan atau yang lebih parah, terjadi sesuatu kepada Winry. Untungnya sampai dengan hari ini, orang-orang berpakaian serba hitam itu tidak pernah kembali lagi. Begitu juga dengan Angel. Sepertinya Angel tidak akan pernah kembali lagi. Aku hanya berharap dia sedang baik-baik saja.

Bercinta dengan Mamanya Mira yang awalnya kukira hanyalah sebatas hubungan One Night Stand berubah menjadi pertemuan berbagi tubuh dan kenikmatan yang rutin kami lakukan. Kami sepakat bertemu pada senin malam dan kamis malam seperti sekarang ini. Aku berhenti mengunjunginya hanya pada saat Mommy datang bulan. Tapi terkadang meskipun dia sedang menstruasi aku tetap datang hanya untuk mengobrol dan curhat karena Mommy orangnya asik diajak ngobrol. Meskipun sedang berhalangan, tidak menghalangiku mendapatkan kenikmatan meski hanya dengan mulut Mommy. Hihi.

Dan malam ini adalah tiba waktunya aku bisa bebas menyodok memek Mommy setelah seminggu kemarin aku tidak bisa melakukannya karena dia sedang menstruasi.



Aku baru aja datang, dan Mommy bilang kalau malam ini Aku bebas berkeliaran di dalam rumahnya karena Mira tidak di rumah, dia sedang menginap di rumah temannya untuk persiapan pemotretan esok hari. Hmmm, malam ini pasti akan lebih menyenangkan.

Aku dan Mommy berada di ruang keluarga rumahnya. Duduk bersebelahan di sofa sambil menonton TV. Sambil menatap layar TV. Tangan Mommy mulai memijat-mijat penisku dari luar celana.

“Kamu dekat dengan Winry?” Tanya Mommy di sebelahku.

“uhm, gak terlalu sih Mom..”

“bukannya kalian tinggal serumah?”

“dia sedikit pendiam dan tertutup.”

“Kamu harus perhatian dengannya Rega, kasihan dia, dia tidak punya siapa-siapa lagi, anggep Winry seperti adikmu sendiri”

“Ya, aku pengennya juga gitu Mom. Harusnya sih gak sulit bagiku dan juga Winry saling bertemu dan dekat satu sama lain karena kami tinggal di dalam rumah yang sama, kuliah di kampus yang sama. Tapi dia selalu membatasi diri jika denganku,,, Bahkan aku sampai tidak tau jika sekarang Winry bekerja tiap akhir pekan. “
Ucapku. Dia yang memang terlalu rapat menutup dirinya atau memang aku yang tidak peka dengan Winry?.

“Astaga Winry Kerja? Dimana?” Tanya Mommy kaget.

“Di Mall,, aku juga baru tau hari ini., Mira ngga bilang?” Tanyaku. Jangan-jangan Mira juga belum tau kalau Winry sekarang kerja paruh waktu.

“Mira ga pernah cerita tentang Winry lagi, Menurutmu mereka sedang bertengkar?”

“Hah?”

“Sudah lama Winry ga pernah maen lagi kesini. Mommy sudah tanyakan ke Mira barangkali mereka sedang ada masalah, Mira bilang kalau mereka baik-baik saja. Itu sebabnya tadi Mommy tanya sama kamu, apakah kamu dekat dengan Winry. Mommy pengen kamu tanyakan ke Winry tentang hubungannya dengan Mira”

“Aku akan coba tanyakan Mom,,”
Ucapku. Sebenarnya banyak yang ingin kutanyakan kepada Winry. Jika dipikir-pikir lagi, memang sudah lama aku tidak melihat Mira dan Winry bersama-sama di kampus. Aku harus mencari cara agar bisa dapat kesempatan bicara dengan Winry. Tapi bagaimana? Bahkan Dia selalu menolak saat kuajak berangkat bareng naik mobilku ke kampus.

“Mommy lebih seneng kalo Mira mainnya sama Winry karena anaknya baik dan ga macem-macem. Akhir-akhir ini Mira selalu sibuk dan pulang malem.” Ucap Mommy. “Mommy jadi merasa kesepian di rumah”

Aku menghadap Mommy, lalu kudorong pelan tubuhnya untuk terlentang di atas sofa, dan aku menindih tubuhnya. Kuturunkan cup Bra yang dia pakai, lalu meremas payudara Mommy sambil mencumbu lehernya. Aroma tubuh Mommy sangatlah memabukkan.

“jangan merasa kesepian Mom, kan ada aku” Ucapku. Mommy menangkap wajahku dengan kedua tangannya.

“Itu semakin membuat Mommy kesepian, karena kamu bukan milik Mommy” Ucapnya.

“malam ini aku milikmu Mom., Mira sedang tidak dirumah, apa yang akan kita lakukan?” Tanyaku sambil tersenyum dan menekan-nekan tubuhnya dengan tubuhku.

“Mommy pengen bercinta sama kamu di setiap ruangan di rumah ini, di kamar, di dapur, di kamar mandi, di ruang tamu, di garasi, di halaman belakang, kalau perlu di kamarnya Mira. jangan biarkan satu ruangan pun terlewatkan.,,” Ucapnya. Mendengar rencana gilanya membuatku semakin memanas dan bergairah.

Aku dan Mommy melewati malam ini dengan penuh gairah yang membara. Kami melakukannya dengan luar biasa, keaadaan rumah menjadi memanas dan penuh dengan erangan-erangan kami berdua. Berkali-kali Mencapai puncak bersama-sama dalam berbagai posisi dan gaya. Tentu tidak semua ruangan bisa kami coba seperti keinginan Mommy karena ruangan di dalam rumah ini ada banyak, dan kami tidak punya banyak tenaga untuk melakukannya di semua tempat. Hingga akhirnya kami kelelahan dan tertidur di sofa ruang keluarga.

.

.

.

.







“ ... Bintang tidak akan pernah meninggalkan langitnya.”

.

.

.

.


Aku membuka mata saat mendengar alarm handponeku berbunyi. Shit. Kenapa aku memimpikan cewek itu, dan kata-katanya saat itu. Tubuh mommy di pelukanku bergerak, sepertinya dia juga ikut terbangun mendengar suara alarm. Di sofa panjang ruang keluarga tempat terakhir kalinya semalam kami bercinta aku memeluk menyamping tubuhnya dari belakang. Kami berdua masih sama-sama bugil. Kukecup pundak telanjang Mommy beberapa kali.

“ga pengen bolos?” tanya Mommy dengan suara serak.

“Sorry Mom, aku ga bisa bolos kuliah hari Jumat” Ucapku.

“nanti sore? Mira baru akan pulang besok pagi. Masih banyak ruangan yg belum kita coba”

“nanti sepulang kuliah aku mau pulang ke rumah Mom. Aku sudah janjian dengan kakakku untuk pulang akhir pekan ini,, “

“yaudah deh, Mau Mommy masakin sarapan dulu?”

“ga perlu, Mommy istirahat aja,, Mommy pasti masih capek. ”
Ucapku lalu turun dari sofa. Kemudian mengecup bibir Mommy sebentar. Lalu setelah berpakaian aku pun pulang ke rumah kost.

.

.

.

.

.

Satu-satunya alasan kenapa aku ga pengen bolos kuliah di hari Jumat adalah karena aku ga pengen melewatkan untuk bertemu dosen waliku yang juga dosen mata kuliah statistik.



Bu Fiona sedang menjelaskan materi di depan lab sebelum praktik langsung di komputer. Dosen muda yang selalu menjadi idolaku dan idola para mahasiswa. Bukannya fokus pada penuturan Bu Fiona. Aku yang memilih tempat duduk paling depan fokus pada kecantikan, keramahan, dan senyuman Dosen yang katanya masih belum menikah ini. Dengan tubuh langsing nan seksi. Tubuhnya terbungkus Dress hitam sampai di atas lutut dengan sobekan yang cukup tinggi sampai bagian pahanya. Rambutnya di cat cokelat gelap. Mata birunya sangat indah meskipun hanya kontak lens. Bibirnya mungil merona merah. Dia memakai high heels yang tinggi. Tubuhnya terlihat sangat tinggi.

Memandang wajahnya selalu mengingatkanu dengan seorang siswa di tempat aku sekolah SMP dulu, Meta. Yang juga sama-sama idola saat masih sekolah dulu. Mungkin sekarang Meta cantiknya seperti Bu Fiona.

Aku membayangkan Bu Fiona hanya memakai pakaian yang minim dan sedang memberikan kuliah privat kepadaku. Aku pun tidak bisa menahan untuk tidak membayangkan hal-hal cabul sedang diberikan materi privat olehnya.

“Rega. ..” Tiba-tiba Bu Fiona menyebut namaku “Saya sudah menjelaskan materi kuliah hari ini tentang skala interval. Lalu Apa itu skala interval?” Tanya Bu Fiona yang kini sudah berdiri di depan meja komputerku.

Gawat. Mana aku tau? Daritadi aku ga fokus dengan apa yang dia jelaskan. Bu Fiona menunggu jawabanku sambil melipat kedua tangannya di dadanya. Begitu juga dengan mahasiswa lain, termasuk Dicky yang duduk tepat di belakangku.

“skala interval adalah, ehmmm, skala interval adalah materi kuliah kita hari ini,,,”

Mendengar jawabanku, seisi lab langsung dipenuhi dengan tawa mahasiswa yang geli dengan jawabanku. Dicky ketawanya paling keras.

“HAHAHAHA AHAHAHA HAHAHA”

“HAHAHAHA AHAHAHA HAHAHA”


Bu Fiona menatapku sambil tersenyum.

“Padahal daritadi kamu memperhatikan, kamu memandang ibu tapi ternyata pikiranmu berada di dunia lain” Ucap Bu Fiona kepadaku. Semua mahasiswa kembali tertawa mendengar ucapannya.

“HAHAHAHA AHAHAHA HAHAHA”

“HAHAHAHA AHAHAHA HAHAHA”

Shit. Ini memalukan.


.

.

.

.

.

Setelah matkul statistik usai, aku langsung bergegas pulang ke rumah kost untuk istirahat. Tubuhku sedikit lelah setelah kemarin seharian bercinta dengan tiga cewek yang berbeda. Dan semalem dengan Mommy paling banyak menguras tenagaku.

Sekitar jam tiga sore aku bangun dan bergegas mandi. Hari ini aku janjian dengan Rein untuk pulang ke rumah. Dia ingin menghabiskan akhir pekan denganku hanya berdua di rumah, dia bahkan sampai menyuruh Mba Tina pulang kampung sejak dua hari yang lalu. Karena setelah ini aku dan Rein tidak akan bertemu selama sebulan lebih. Hari minggu besok dia harus segera kembali ke kampus untuk persiapan program KKN di suatu Desa terpencil di provinsi sebelah yang terkenal dengan Desa Pelukis.

TRINGGGGG TRINGGGGGGGGG TRINGGGGGGG

Handponeku berdering saat aku baru saja mengunci pintu rumah dan bersiap menuju mobilku. Ternyata Rein yang menelepon.

“Halo Rein..” Jawabku

“Kamu jadi kan pulang Dek?” Tanya dia.

“ini aku mau otw. Kamu sudah di rumah?” Tanyaku.

“aku barusan sampai, kamu pengen dimasakin apa?”

“Terserah, yang penting enak”
Jawabku.

“jangan bilang terserah, kamu bukan cewek”

“Aku akan makan apapun masakanmu selama aku bisa memakanmu sebagai makanan penutup”
Ucapku menggodanya.

“Kalau kamu bisa sampai di rumah dalam 10 menit, aku akan mengijinkanmu makan makanan penutupmu dulu” Ucapnya.

“haha, sebaiknya aku segera berangkat.”

“ati-ati di jalan Dek”

“Iya Rein. Bye”.


Panggilan telepon kami terputus. Aku semakin tidak sabar untuk segera pulang dan bertemu kakakku. Saat aku akan membuka pintu mobil, aku mendengar deru sebuah motor sport dari kejauhan. Kemudian motor itu berhenti tepat di depan rumah.

Pengendara motor yang masih memakai helm itu menatapku. Siapa? Aku jadi sedikit waspada karena dia memakai jaket kulit berwarna hitam dan juga celana hitam ketat. Apakah dia termasuk orang-orang yang dulu memburu Angel? Tapi Aku yakin dia itu cewek karena tubuhnya terlihat begitu seksi, bahkan seksi sekali dengan payudara yang terlihat gede dan bokongnya yang sensual.

Betapa terkejutnya aku saat pengendara itu melepas helmnya.



Angel ?

Dia kembali. Setelah sekian lama, akhirnya dia kembali. Badanku langsung merinding melihat Angel lah pengendara motor sport yang gede itu. Angel turun dari motornya lalu masuk ke dalam halaman menghampiriku.

“Ikut aku !! aku butuh bantuanmu” Ucapnya.

“kemana?”

“menyelamatkan dunia”




BERSAMBUNG.

Next Chapter 12. PILIHAN




Pulang kerumah bertemu dengan Rein atau ikut Angel menyelamatkan Dunia?

Apa pilihanmu?
Terima kasih suhu emox ! Pilihan sulit
 
Pulang kerumahlah Rega,.Nikmati Rein sebagai hidangan penutup..tugas menyelamatkan Dunia serahkan saja ke Avangers.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd