Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lembaran Yang Hilang [Rega Universe]

Selain Amanda Rein !! Siapa karakter yang kalian ingin ada di kamar tidur kalian malam ini?

  • CatWoman

  • Angel

  • Luna

  • Winry

  • Mira

  • Jessica

  • Billa

  • Melly

  • Bu Fiona

  • Kak Fanny

  • Mbak Tina

  • Oliv

  • New : Mommy

  • Kirana


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Aseeek...pintu sudah di buka ...layar teater 21 nya.sudah mau muterin film nya lagi..

Trims ya Hu..🙏
 
19
IKATAN

----POV WINRY----



Sang Bintang mendekap tubuh telanjang Selena sang Dewi Bulan dari belakang. Menarik punggung Selena agar menempel kepadanya. Kemudian dengan liar kedua tangannya meraih payudara Selena. Tersirat jelas betapa Sang Bintang mengagumi besarnya kedua payudara itu. Dia meremas keduanya dengan kuat-kuat.

Lenguhan Selena terdengar tertahan ketika Sang Bintang mulai memainkan puncak payudaranya. Kemudian Sang Bintang menempatkan tubuh polos Selena di atas selembar kain yang mereka jadikan alas untuk menutupi tanah di dekat danau.

Dan kesenangan yang sesungguhnya dimulai saat benda lunak di pangkal paha sang bintang yang daritadi mengacung keras kini mendesak masuk ke dalam milik Selena yang sudah licin. Selena memekik keras ketika tubuhnya dipompa Sang Bintang dengan cepat. Menghentak brutal miliknya hingga rasa nikmat luar biasa menerjang keduanya.

Sesekali senyum manis terukir di wajah Selena tatkala Sang Bintang menatap wajahnya yang cantik memerah karena terbakar oleh gairah. Selena hanya bisa pasrah ketika tubuhnya yang dikenal paling indah di seluruh alam semesta sedang digagahi oleh sang Bintang. Dia rela tubuhnya dipakai sang Bintang untuk mencari kenikmatan. Anggaplah ini sebagai balas budi karena Sang Bintang telah membantunya mengusir pasukan pengabdi iblis kegelapan.

Terlebih kenyataannya Selena juga begitu menikmati hujaman milik sang bintang pada inti tubuhnya. Dengan mudahnya Sang Bintang menenggelamkannya ke dalam gelombang kenikmatan. Hal yang tidak pernah dia rasakan selama hidup seorang diri di Bulan. Dan ia berharap rasa ini tidak akan pernah berakhir.

Selena mempunyai insting akan permainan gairah ini. Dia mulai berani menekan leher Sang Bintang dari belakang dan menariknya. Tanpa pikir panjang, bibirnya meraih bibir sang Bintang untuk menciumnya. Gairahnya yang selama ini tersembunyi mulai meledak-ledak. Sifat aslinya yang agresif muncul ke permukaan. Ia enggan begitu saja dikuasai dalam permainan kenikmatan ini.

Begitu Sang Bintang lengah, Selena langsung membalikkan posisi dan kini ia berada di atas tubuh sang Bintang. Ia mendaki tubuh sang Bintang dan menempatkan tubuhnya yang sintal tepat di atas milik Sang Bintang yang sudah sedemikian keras. Dan Selena mulai menggerakkan pantatnya.

Gerakan pinggul Selena di atas tubuhnya membuat Sang Bintang semakin Frustasi akan gairah yang sedang menyerang seluruh sendi-sendi pada tubuhnya. Tangannya tak bisa menahan untuk menangkap payudara besar Selena yang bergoyang-goyang mengikuti irama liuk tubuhnya.

Mereka berdua tenggelam dalam gariah yang semakin panas. Mereka telah menemukan irama yang semakin menambah kenikmatan dalam setiap gerakan tubuh mereka. Sebuah keintiman dan kenikmatan luar biasa melebihi apapun yang pernah mereka rasakan. Rintihan panjang keduanya saling bersahutan menodai senyapnya malam yang belum terlalu larut. Dan tanpa keduanya sadari, di balik pepohonan di sekitar danau ada sepasang mata tajam sedang menyaksikan ritual penyatuan tubuh mereka.

Di balik pepohonan yang gelap itu, sang Gadis menyaksikan Bintangnya bersama dengan Dewi Bulan tanpa sehelai kain tengah saling menindih di dekat danau. Ia berdiri mematung sambil merasakan deru cepat memenuhi dadanya sementara satu tangannya menutup mulutnya. Ia dipaksa membisu di dalam sunyinya malam.

Tidak ada suara lain yang ia dengar selain suara jerit rintihan Sang Bintang dan Selena saling bersahutan di udara. Sang Gadis terpaku dengan apa yang sedang ia lihat. Hingga suara gesekan ranting pepohonan di sekitarnya tak ia dengar. Bagaimana tidak? Ia sedang melihat sosok yang selama ini memenuhi pikiran dan hari-harinya sedang melakukan ritual penyatuan tubuh bersama sang Dewi Bulan. Kegiatan yang seharusnya dilakukan secara tersembunyi.

Tidak ada sedikitpun perasaan jijik yang ia rasakan melihat pemandangan erotis di hadapannya. Bahkan ia terpukau saat melihat tubuh telanjang Selena menari-nari di atas tubuh Sang Bintang. Tanda bulan sabit di dahi Selena menyala begitu terang. Ia semakin terpesona saat melihat ekspresi wajah Selena yang sedang terbawa arus gelombang kenikmatan. Dilihatnya betapa kebahagiaan yang terpancar dari wajah cantik sang Dewi Bulan.

Melihat semua itu, di dalam hatinya terbesit keinginan untuk merasakannya. Sang Gadis ingin merasakan ekspresi yang sedang dirasakan Selena. Sang Gadis ingin merasakan milik Sang Bintang ada di dalam dirinya. Sang Gadis ingin menjadi satu dengan Bintangnya.

.

.

.

.

.


.

Eh, tunguu,, tungguu.. Astaga, Sepertinya ada yang salah dengan otakku. Mengapa tulisanku jadi vulgar seperti ini?.

Kubaca lagi dalam hati paragraf demi paragraf yang telah kutulis sambil menggigit bibir bawahku sendiri. Pengennya sih digigit Senior, apalagi kalau diisep sekalian… AAAAAAaaaaaa kenapa jadi mesum begini Pikiranku?.

Mengulang kembali membaca halaman demi halaman dokumen di layar laptop yang kutaruh di pangkuanku, kemudian menggeleng kuat setelahnya. Seakan tidak percaya dengan apa yang sudah kutulis. Sumpah !! Ini tulisanku porno banget jadinya. Aku terlalu berani memasukkan adegan seksi cenderung vulgar di dalam cerita. Padahal selama ini aku tidak pernah mendetailkan setiap adegan dewasa di dalam ceritaku. Paling mentok Cuma kissing dan selalu skip narasi adegan skinship antara Sang Bintang dengan banyak tokoh wanita.

Dengan cepat aku menekan tombol backspace untuk menghapus paragraf-paragraf yang tadi kutulis. Memang tulisanku banyak menjurus ke adegan ranjang. Tapi aku tidak ingin tulisanku berubah jadi cerita ber-genre erotis. Terlalu berisiko. Malu jika orang-orang disekitarku ada yang tau kalau aku menulis cerita dewasa. Meskipun cerita erotis sedang banyak peminatnya terutama para pembaca cowok, tapi belum tentu jutaan followers-ku di tumblr yang kebanyakan cewek akan nyaman dengan narasi adegan dewasa yang terlalu detail. Setiap pembaca selalu punya pandangan berbeda.

Kebanyakan cewek mungkin tidak nyaman dengan bacaan yang terlalu erotis dan vulgar. Tapi tidak denganku. Jujur saja, bagiku novel dewasa tetep enak dibaca kok. Aku lebih nyaman membaca novel romance bergenre dewasa. Mungkin karena sejak SMP aku gemar membaca berbagai jenis genre Novel yang dijual di toko buku meskipun saat itu aku belum cukup umur untuk membaca novel dewasa. Hihi.

Sekarang umurku sudah cukup. Sudah hampir dua tahun aku memegang KTP. Artinya aku bebas membaca cerita dewasa, menulis cerita dewasa, ataupun melakukan adegan dewasa dengan seseorang,,, eh. Lagipula para pembaca ceritaku di tumblr dan followers-ku tidak ada satupun yang tahu identitasku. Jadi aku tidak perlu khawatir ada yang tau jika aku menulis cerita erotis.

Menulis cerita erotis yang bagus itu membutuhkan tiga hal, yaitu imajinasi yang liar, riset dan pengalaman. Memiliki Imajinasi yang liar saja tidak cukup. Pengalaman yang kumiliki juga sangatlah minim untuk menarasikan adegan yang terlalu intim. Jatuhnya nanti malah jadi nggak nge-feel dan merusak keseluruhan cerita. Aku juga harus melakukan riset agar aku tau apa yang aku tuliskan itu sudah benar.

Tapi, bagaimana caranya agar aku bisa melakukan riset adegan ranjang? Film Panas? Hmmm.. Senior pasti sudah sangat berpengalaman dalam urusan ranjang. Mungkin Senior bersedia membantuku melakukan riset,, setidaknya isi cerita erotisku nanti akan kudapat dari pengalaman pribadiku bersama senior...

Aku menggeleng kuat sambil mengacak-acak rambutku sendiri. AAAAAAAAaaaaaa. Otakku benar-benar bermasalah malam ini. Kupindahkan laptopku ke samping dan kuhempaskan punggungku ke tempat tidur. Huff.. Dari caranya menatapku saja sudah membuatku gugup dan serasa mau pingsan. Apalagi jika berduaan di atas ranjang bersamanya. Hmmm. Kulirik sekilas jam yang ada di dinding kamarku. Sudah hampir jam dua dini hari.

Kuakui otakku jadi nggak beres sejak Senior pergi berdua dengan Angel dua hari yang lalu. Pikiranku selalu menampilkan gambaran-gambaran erotis mereka berdua di atas ranjang. Aku tidak bisa mengusir gambaran-gambaran Senior bercinta dengan Angel dari pikiranku hingga akhirnya aku tidak sengaja menuangkan gambaran-gambaran itu dalam cerita yang tadi kutulis.

Kenapa pikiranku sangat terganggu dengan perginya mereka bersama-sama dua hari yang lalu?. Apakah mereka tidur bersama? Argghhh, Aku mikir apaan sih?. Tidak seharusnya aku memikirkan itu, mereka berdua tidur bersama atau tidak bukanlah urusanku. Tidak ada yang salah jika mereka berdua memang tidur bersama.

Aku tau Kak Rega punya beberapa partner seks yang sering dia bawa masuk ke dalam kamarnya. Apakah Angel sekarang jadi salah satu partner sex nya? Menurutku Angel bukan tipe cewek yang tidur dengan cowok manapun. Cuman sejak Angel kembali setelah pergi selama lebih dari enam bulan, aku sering melihat Senior masuk ke dalam kamarnya Angel. Sepertinya mereka berdua sudah tidur bersama. Kenapa. Tapi kenapa aku begitu merasa terganggu dengan itu? Huff.

Dan keributan yang terjadi tadii siang, apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa Kak Manda sangat marah kepada Angel? Apa benar Senior telah menghamili Angel?. Arggghh,, Memikirkan mereka semua lama-lama bisa membuatku gila.

Tapi aku tetap tidak bisa menyingkirkan bayangan Senior bercinta dengan Angel dari benakku. Seperti saat ini aku kembali terbayang mereka berdua telanjang di atas ranjang. Tapi kali ini dalam bayanganku, aku mengganti sosok Angel dengan diriku.

Suhu tubuhku tiba-tiba meningkat. Aku terbayang sedang telanjang berdua dengan Senior di dalam kamar yang redup. Senior tanpa busana sedang membelai lekuk pinggangku yang kecil. Dengan malu-malu jemari tanganku meraba dadanya yang kokoh. Aku juga membayangkan Senior membenamkan wajahnya di payudaraku yang kecil. Kemudian tangannya terulur membelai pahaku, dan kemudian menyentuh,,,

“engghh,, senioorr,,,”.

Sambil membayangkan itu, tanganku menyentuh-nyentuh celana dalamku yang ternyata sudah basah. Malam ini, sekali lagi aku menyentuh tubuhku sendiri. Aku menikmati tubuhku sendiri sambil membayangkanmu, Senior.

.

.

.

.

.

.

.


Keesokan paginya aku terbangun dengan kepala yang sangat pusing. Badanku terasa capek. Rasanya sangat lelah.



Aku melihat keadaanku sendiri yang telanjang, tempat tidurku sangat berantakan dan terlihat mengerikan dengan pakaian yang kupakai semalam berserakan dimana-mana.

Kukenakan lagi pakaianku semalam tanpa daleman kemudian keluar kamar dengan langkah yang sangat berat menuju kamar mandi. Bahkan seusai mandi pun tubuhku masih terasa kaku dan kepalaku masih terasa berat. Sepertinya aku kurang tidur, aku masih sangat mengantuk dan tenagaku terkuras habis karena semalam. Ahhh rasanya pengen bolos saja hari ini. Tapi aku tidak bisa bolos karena hari ini ada kuis.

Keluar dari kamar mandi, Aku mendengar dering ponselku berbunyi sangat keras. Aku bergegas kembali ke kamar dan dengan cepat menjawab panggilan di ponselku.

“halo…?”

“Hahh? Didepan,,?”
Tanyaku meyakinkan ucapannya.

Aku langsung berlari ke arah jendela kamar dan melempar pandangan ke arah halaman depan rumah untuk memastikan kedatangannya. Dan memang aku melihat seseorang berdiri di balik pagar rumah.

.

.

.

.



----POV REGA----



Suara bising alarm membangunkan tidurku. Dengan mata yang masih tidak sepenuhnya terbuka, kumatikan alarm handphone yang tergeletak di sebelah bantal tidurku. Entah sudah berapa lama alarm itu berbunyi. Tapi kemudian mataku terpejam kembali karena masih sangat mengantuk.

Tak berselang lama dari arah luar kamar terdengar suara derap langkah kaki cepat seperti berlari menuruni tangga. Itu pasti Winry. Aneh ! kenapa dia terburu-buru?. Dia sudah mau berangkat ke kampus? Tidak biasanya Winry berangkat ke kampus sepagi ini.

Kutarik nafas dalam-dalam. Lega rasanya bisa kembali ke tempat tidurku yang lebar dan empuk. Tidak seperti kasur tambahan hotel yang sempit, keras dan selalu membuat punggungku ngilu di pagi hari. Satu-satunya yang kurindukan dari hotel kemarin adalah saat Kirana membangunkanku dengan isepan bibir mungilnya pada joniorku. Fuck, isepan Kirana memang Juara, enak banget sumpah. Ahhhh Jadi pengen ada yang isepin pagi-pagi gini. Apalagi juniorku selalu ikut-ikutan terbangun saat aku bangun tidur di pagi hari seperti ini.

Ah, shit,, Aku harus menyingkirkan pikiran mesumku. Ada hal yang lebih penting yang harus aku lakukan pagi ini selain memikirkan hal-hal mesum. Ada sesuatu yang harus kuperbaiki.

Aku berguling bangkit dari tempat tidur. Kemudian membuka jendela kamar. Memberikan kesempatan kepada sinar matahari dan udara pagi masuk ke dalam kamar. Kulihat jendela kamar tetanggaku masih tertutup. Kalian masih ingat dengan Tetanggaku Nindita yang kamarnya bersebrangan dengan kamar tidurku kan?. Mungkin cewek manis itu masih tidur, atau dia sudah berangkat ke sekolah?

Saat menatap cermin yang menempel di pintu lemari. Aku tidak hanya melihat bayanganku. Disana aku juga melihat bayangan Rein dan Angel. Tentu aku hanya melihatnya di pikiranku. Sejak kemarin mereka berdua berebutan tempat utama di dalam pikiranku.

Rein sama sekali tidak mengangkat teleponnya ataupun membalas pesanku. Dia pasti masih sangat marah dan kecewa denganku. Dia pergi begitu saja dari rumah ini sebelum aku menjelaskan semuanya. Atau aku terlalu banyak menjelaskan kepadanya? Faaaxx bodohnya Aku.

Kubuka lemari pakaianku dan mengambil handuk dari tumpukannya lalu keluar kamar. Aku terdiam sesaat memandang pintu kamarnya Angel. Kemudian menghela nafas panjang. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan setelah Rein mengusirnya dari sini.



(Denah Lantai 2 Rumah Kost Rega)

Suara orang sedang berbincang-bincang dari arah lantai bawah membuyarkan lamunanku tentang Angel. Aku mendekat ke arah railing atau pagar lantai yang terbuat dari besi kemudian menengok ke arah lantai bawah.

Betapa terkejutnya aku melihat siapa yang sedang bicara dengan Winry di ruang tengah.



Oh No.. Ngapain dia disini? Mamanya Mira menyadari keberadaanku. Dia menatapku dari bawah.

“Ohh Hai Regaa….” Sapanya dengan wajah yang ramah. Dia tampak begitu ceria ketika melihatku. Tapi tidak denganku, shock seketika menyerangku saat melihat kehadirannya di rumah ini.

“Mo,,,,” Shit.! “umm tante ngapain kesini?” Tanyaku penasaran dengan nada sopan.

“Tante bawa sarapan untuk kalian…” Ucapnya sambil menunjukkan kepadaku sebuah kantong yang dia pegang di tangannya.

“ehm, jadi ngerepotin Tante..” Ucapku basa basi.

“Iya tante harusnya gak perlu repot-repot..” Winry menimpali.

“Ah.. nggak sama sekali ngerepotin, Tante memang sengaja memasak makanan kesukaanmu sayang.. “ Ucapnya kepada Winry, Lalu dia kembali menatapku “Tante juga bawain makanan kesukaanmu.. kamu pasti suka” Ucapnya sambil tersenyum ke arahku. Aku hanya bisa tersenyum tipis menanggapi ucapannya.

“Kenapa Tante nggak nyuruh Mira yang nganter kesini,?” tanya Winry heran.

“Mira masih tidur !!” Jawab Mommy “Kemarin dia pulangnya malem banget,, Tante sampai kaget loh, kirain siapa yang datang. Sudah lama Tante tidak menerima tamu malem-malem..” Ucapnya sambil melirikku.

Syitttt,!!. Lirikannya tipis, tapi sangat menusuk. Aku langsung kabur mengambil seribu langkah menuju kamar mandi setelah Mommy melirikku.

Sesampainya di kamar mandi aku berdiam diri untuk memproses apa yang sedang terjadi. Sudah kuduga pasti ada maksud lain. Kedatangan Mamanya Mira disini pasti ada hubungannya denganku. Dia pasti ingin tahu kenapa aku tidak pernah lagi mengunjunginya di malam hari. Aku bahkan sudah lupa kapan terkahir kali berhubungan badan dengan Mamanya temanku itu. Faaaak, apa yang harus kukatakan kepadanya?. Dia pasti akan mencari kesempatan untuk berbicara denganku setelah aku mandi.

Membawakan makanan kesukaanku? Bulshit !!. Beberapa kali memang aku makan masakannya Mommy, tetapi aku tidak pernah mengatakan secara spesifik kepadanya makanan kesukaanku. Sumpah nekat banget Mamanya Mira tiba-tiba datang sepagi ini, dan gilanya dia bertamu ke rumah orang masih memakai gaun tidurnya yang lebih pantas disebut lingerie. Semoga saja Winry tidak curiga dengan keakraban kami tadi.

Hampir satu jam lamanya akhirnya aku memberanikan diri keluar dari kamar mandi. Sengaja aku berlama-lama di dalam kamar mandi agar Mommy bosan menungguku mandi dan memutuskan untuk pergi.

Melihat sekeliling, keadaan di dalam rumah terlihat sepi. Kulirik dengan hati-hati ke arah lantai bawah, aku tidak melihat tanda-tanda siapapun termasuk Mommy. Yeah, kurasa sudah aman. Dengan santainya aku berjalan menuju kamarku.

Tetapi saat aku membuka pintu kamar,



Oh Faak,, Kupikir dia sudah pergi, tapi ternyata dia malah berada di dalam kamarku. Sejak kapan dia ada disini?. Seharusnya aku sudah tau, kalau dia tidak akan menyerah begitu saja untuk bertemu denganku.

Mommy tengkurap menindih tempat tidurku sambil tersenyum melihat kedatanganku. Apa yang akan kalian lakukan jika mendapati keadaan seperti ini?. Membuka pintu kamarmu dan mendapati seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan bertubuh bahenol hanya memakai lingerie warna pink sedang tengkurap di atas tempat tidurmu dengan kaki sedikit terbuka yang seakan menantangmu untuk menaikinya dari belakang. Juniorku yang tak bisa melihat barang bagus pun langsung meronta-ronta di balik handuk.

Tentu bukanlah sebuah menjadi masalah jika wanita yang sedang berpose menantang di atas tempat tidurmu itu adalah kekasihmu. Tetapi akan jadi masalah besar jika wanita itu adalah wanita bersuami dan sudah punya seorang anak yang seumuran denganmu.

“Tante tidak seharusnya disini,,,” Ucapku berbisik sambil menutup pintu kamar.

Kupikir aku sudah aman, tapi ternyata aku salah besar. Keberadaan Mommy di dalam kamarku akan membuat segalanya semakin rumit. Aku harus berusaha membuatnya segera pergi dari rumah ini.

Mommy tampak tenang-tenang saja. Dia masih memandangiku dengan senyumnya yang menggoda. Aku masih berusaha berpikiran jernih meskipun sangat berat dengan pemadangan yang ada di depan mataku. Kemudian Mommy membalikkan tubuhnya dan turun dari tempat tidur lalu berjalan menghampiriku yang sedang berdiri bersandar pada dinding dekat pintu kamar. Dia melangkah sambil membelai rambutnya dengan centilnya.

Damn, Mommy looks hot in that lingerie. Tubuhnya sangat luar biasa untuk wanita berumur 40 tahunan, dan baju tidur seksi yang dia pakai sangat pas untuknya. Mommy sungguh mengairahkan pagi ini. Terkadang dia memang terlihat seperti wanita dewasa yang lembut, ramah, anggun dan pastinya keibuan. Tetapi di lain kesempatan, dia bisa meradiasikan daya tarik seksual yang sangat tinggi. Seperti sekarang.

Mommy semakin mendekat. Apa yang akan dia lakukan?. Apa dia akan menuruti perintahku untuk keluar dari kamarku?. Sepertinya tidak. Mommy berhenti dan berdiri tepat di hadapanku. Sangat dekat



Syitt…
Aku disuguhi pemadangan yang indah aset berharga miliknya, dadanya nyaris tidak tertupi. Belahannya sangat menggoda untuk dijelajahi. Apa dia sadar kalau payudaranya hampir keluar kemana-mana. aku bahkan bisa melihat sedikit areolanya yang mengintip dibalik lingerienya. Kupastikan dia tidak memakai BH.

Seandainya dia bukan mamanya Mira ataupun seandainya dia belum bersuami, aku akan dengan senang hati berkencan dengan wanita dewasa seperti dia. Aku tidak peduli meskipun umurnya terpaut jauh dariku. Lihatlah tubuh indah terbalut kulit yang putih mulus itu, aku akan bahagia bisa mencumbu tubuh indahnya setiap hari. Ahh, kuharap istriku kelak akan tetap terlihat cantik dan seksi seperti Mommy dikala usianya yang sudah tidak muda.

“Kamu tidak mengunjungiku lagi akhir-akhir ini… kenapa?”
Pertanyaan Mommy membuyarkan lamunanku.

“A—akuu…”

Aku tidak tau apa yang harus kukatakan kepadanya. Aku berhenti mengunjunginya setelah melihat penderitaan yang dirasakan Bu Fiona saat tau suaminya berselingkuh dengan wanita lain, yang tidak lain adalah Melly. Aku tidak ingin terus-terusan merasa bersalah kepada Mira. Aku tidak bisa membayangkan jika suatu saat Mira tau kalau mamanya berselingkuh denganku.

“Apa? Kamu sudah punya pacar?” Tanya dia lagi.

“Belum,,” Jawabku polos.

Mommy semakin mendekatkan diri padaku. Dan kini tubuhnya menempel pada tubuhku yang hanya berbalut handuk. Aku menghirup aroma tubuhnya yang memabukkan. “lalu kenapa? Mommy selalu menunggumu tiap malam sayang, tapi kamu tidak pernah datang,,” Ucapnya seraya menuntun kedua tanganku untuk memeluk pingganya. Lalu dengan manjanya dia menyandarkan kepalanya di dadaku.

“Kamu tau!! Mommy kesepian,,” Serunya mengadu,, “kamu sudah berjanji mengunjungi Mommy dua kali dalam seminggu untuk ‘menangani’ kebutuhan Mommy. Sebagai gantinya, Mommy juga akan ‘menangani’ kebutuhanmu..” Ucapnya lalu mengecup dadaku sekali “ Mommy sempat denger dari Mira kalau kamu lagi dekat dengan seniornya yang sangat cantik, kupikir itu alasanmu tidak mengunjungiku lagi,, tapi Mommy lega mendengar jawabanmu kalau kamu belum berpacaran dengan siapapun.. Lalu kenapa sayang? Kenapa kamu tidak pernah datang? Mommy tau kok, kalau kamu belum bosan dengan tubuh Mommy. Buktinya….. ”

Hal yang terjadi berikutnya sungguh tidak terduga. Dengan gerakan cepat tangan Mommy menarik ikatan handuk yang melilit di bagian bawah tubuhku. Seketika handuk itu terjatuh ke lantai dan aku telanjang di hadapannya dengan juniorku yang sangat tegang mengacung kedepan.

“Ini buktinya kalau kamu masih belum bosan dengan tubuh Mommy… “ Ucapnya sambil jarinya menyentuh ujung kepala juniorku yang sedang menegang dengan gagah sambil matanya yang indah menjelajahi sekujur tubuhku. “Sudah lama Mommy tidak melihat tubuh telanjangmu

Kemudian perlahan tangan mulus Mommy membelai juniorku. Digenggamnya milikku lalu tangannya digerakkan maju-mundur. Sentuhan dan gerakan tangan Mommy pada juniorku membangkitkan reaksi yang sangat cepat pada tubuhku.

“Ahhhh, Momm….”

“Iya sayang?? Suka dikocokin Mommy??”


Jari-jarinya membungkus pangkal juniorku yang sedang tersiksa kemudian dia menggerakkan tangannya maju mundur beberapa kali disepanjang penisku. Sangat nikmat, aku sampai tidak bisa bernafas dengan teratur. Tapi aku harus menghentikan ini sebelum dia mengontrolku lebih jauh lagi.

“Mom,, Stop,,,”

“Jangan berlagak kamu tidak menyukainya,,”
Serunya. Hanya cowok gila yang tidak suka dikocokin wanita cantik seperti dia.

“Tapi, sekarang bukan waktu dan tempat yang tepat untuk seperti ini,,” Ucapku dengan nada pelan dan tertahan karena tangan Mommy masih mengocok penisku. “terlalu berbahaya, bagaimana jika Winry tau kalau mama sahabatnya berada di dalam kamar seorang cowok…..”

Saat aku sedang mencoba mengutarakan kekhawatiranku akan kehadirannya disini, tiba-tiba Mommy mendekatkan wajahnya dan kemudian bibirnya bertemu dengan bibirku. Ciumannya sangat lembut. Ciumannya ringan tidak mengintimidasi. Dan ciumannya tidak berlangsung lama.

“kamu terlalu banyak berpikir, semakin menegangkan,, semakin menyengangkan,,“

Dalam hati aku berpikir, bagaimana mungkin kegiatan beresiko seperti ini dianggap menyenangkan?. Kemudian aku teringat ucapan seseorang. Dia pernah mengatakan kepadaku kalau, beberapa cewek memang suka dengan hal-hal yang berbahaya.

Kemudian tiba-tiba dia melepaskan tangannya dari penisku lalu Mommy berlutut di hadapanku.

“Biar Mommy bikin kamu tambah enak lagi,,” Serunya.

Aku menunduk, tapi terlambat melihat ekspresinya karena seketika aku merasakan sensasi mulutnya Mommy yang hangat dan basah pada penisku.

“Ahhh Momm…”

Tubuhku merinding. Mommy mengulum penisku sampai ke pangkalnya. Lalu menjilatinya saat mengeluarkan pensiku. Lidahnya menggoda ujungnya kemudian meluncur di sepanjang batang penisku.

“Faakk,,, Mom..”

Tadi saat bangun tidur aku membayangkan dan menginginkan penisku berada di dalam mulut Kirana yang imut. Tetapi aku mendapatkan yang lebih baik dari yang kuinginkan. Mulut, bibir, dan lidah Mommy yang sedang memanjakan penisku di pagi hari ini. Rasanya seperti disurga. Aku merasakan nikmatnya sampai ke kedua kakiku yang bergetar.

Kemudian Mommy membawa penisku masuk lebih dalam dalam rongga mulutnya. Dia menghisapnya lebih keras. Gila sih, ini enak banget.

“Ssshhh Mom…”

Tiba-tiba sebuah alarm berbunyi keras di alam sadarku, memberikan peringatan agar aku segera menghentikan ini. Tapi menghentikan kepala Mommy yang bergerak maju mundur itu sangatlah tidak mungkin. Kenikmatan ini terlalu sayang untuk dihentikan begitu saja. Rasanya aku sudah kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih. Mommy akan membawaku ke tempat yang aku inginkan. Menuju puncak kenikmatan yang segera kudatangi.

Tetapi sebelum aku mencapai tujuan, Mommy melepaskan begitu saja penisku dari mulutnya saat aku sudah dekat dengan puncak kenikmatan. Shit, padahal aku sudah membayangkan akan memenuhi mulut Mommy dengan spermaku. Fuck.. padahal tinggal sedikit lagi. Haruskan kuminta dia untuk melanjutkan? Atau langsung kudorong tubuhnya ke tempat tidurku? Kutelanjangi dia disana kemudian kupenuhi meki Mommy dengan penisku yang gede.

Mommy bangkit dan berdiri lagi sambil tersenyum. Dia sangat pintar akan permainan gairah ini. Dia tahu bagaimana caranya membuat aku juga menginginkannya. Dan dia berhasil membuatku sangat sangat sangat mengingankannya sekarang ini.

“yakin masih ingin Mommy berhenti…?” Tanya dia. “Tanyakan dirimu terlebih dulu sebelum meminta Mommy untuk berhenti., Mommy tau kamu khawatir, tapi kamu menginginkan ini kan sayang?..”

Aku benci saat dia tau apa yang ada di dalam pikiranku. Tangan Mommy meraih tanganku lagi, kali ini dia mengarahkan tanganku di antara pangkal pahanya. Menempatkan jari-jariku pada celana dalamnya yang sudah basah kemudian menggerakkannya untuk menyusuri garis meki Mommy dari luar celana dalamnya.

“shhh. Masih banyak yang ingin Mommy lakukan berdua denganmu,…” Tangan Mommy membelai penisku lagi. “Mommy gak bisa melupakan kontol sebagus ini dari dalam pikiran Mommy,, setiap kali Mommy menggunakan dildo, Mommy membayangkan kontolmu ini yang mengaduk-aduk meki Mommy, tapi tetap saja itu tidak cukup buat Mommy.. itu alasan kenapa Mommy berada disini,, Mommy pengen ngerasain yang asli, pengen ngerasain kontolmu ada di dalam meki Mommy lagi… ”

“Jangan sekarang,,”
Seruku sambil menarik tanganku. “Aku akan datang nanti malam…”

Dengan segala kegilaan yang ada di otakku setelah mendengar ucapan Mommy yang terdengar nakal dan erotis, aku masih berusaha untuk menghentikan semua ini. Oke, dia memang berhasil membuatku juga menginginkannya. Tetapi aku benar-benar tidak bisa melakukannya sekarang. Bukan karena rasa bersalahku kepada Mira. Dan bukan juga karena khawatir Winry akan tau dia berada di dalam kamarku. Tapi karena ada sesuatu yang harus aku lakukan setelah ini.

“Mommy tidak bisa menunggu sampai nanti malam..” Ucapnya. Dia masih belum bersedia melepasku.

“Tapi Mom.,, Aku harus segera ke kampus…” Ucapku “Dan aku harus tepat waktu karena ada kuis..”

Mommy terdiam menatapku setelah mendengar penjelasanku. Dilepaskannya penisku dari cengkraman tangannya. Sepertinya aku berhasil membujuknya.

“Biasanya Mommy gak suka terburu-buru, tapi Mommy sudah gak tahan lagi,, biarkan mommy merasakannya sebentar saja,, 5 Menit sudah cukup untuk Mommy…”

Mommy menarik sedikit ke atas bagian bawah lingerinya, lalu menurunkan sedikit celana dalamnya. Kemudian dengan sedikit menjinjit, Mommy mengarahkan Mekinya pada penisku yang masih mengacung tegas kedepan.

Dan selanjutnya, perlahan lahan penisku memasuki lobang sempit milik Mommy dibarengi dengan lenguhan panjang Mommy yang menggetarkan telingaku.

“Unggghhhhhhh….”

Penisku sudah terbenam di dalam meki Mamanya Mira. Begitu hangat, lembut dan berkedut. Aku terkejut dan tidak menyangka Mommy nekat mengambil inisiatif.

Mommy terdiam mematung dengan posisi berdiri memeluk erat tubuhku. Kepalanya berada di sebelah pundakku. Dia sedang menikmati sensasi penisku yang terbenam di dalam mekinya. Terdengar jelas nafasnya yang tidak teratur. Aku juga merasakannya di dadaku.

Aku sengaja tidak bereaksi atau tidak bergerak sedikitpun. Namun Mommy tidak ingin berlama-lama berdiam seperti ini. Merasakan tidak ada pergerakan dariku, Mommy yang berinisiatif untuk bergerak. Memang tidak ada gunanya kelamin kami bertemu tapi dalam keadaan stagnan, atau tidak bergerak. Minimal harus ada satu yang bergerak agar pertemuan kelamin ini lebih berarti dan biar terasa lebih nikmat.

“Shh,, Aaaa,, “

Sambil tetap berdiri Pinggulnya melakukan gerakan maju mundur. Gerakan itu membuat juniorku keluar masuk di dalam meki Mamanya Mira.

“uh, enak banget sayang… ahh sss”

Tubuhku masih tidak bergerak. Aku membiarkan Mommy yang menggerakkan tubuhnya. Sansasi goyangan pinggul Mommy sangat enak. Penisku terasa dikocok sepenuhnya oleh meki Mommy. Digoyang istri orang yang sudah berpengalaman memang gokil.

“Shhhhh, ,, ini yang Mommy pengen dari kontolmu yang gede…. uhhh ”

Akhirnya tubuh kami bersatu lagi setelah sekian lama. Kali ini kami melakukannya di dalam kamarku. Aku tidak pernah membayangkan bisa seperti ini dengan Mamanya Mira di dalam kamarku. Ahhh sialan, Gairahku dibikin tarik ulur olehnya. Awalnya aku tidak menginginkannya, dan berusaha mengusirnya dari sini. Lalu dia berhasil membuatku juga menginginkannya. Sempat aku kembali berusaha untuk berkata tidak kepadanya, karena aku ingat dengan hal yang harus aku lakukan. Dan saat dia menggoyanggku seperti ini, semua tembok pertahananku sudah hancur berantakan di lantai.

Aku harus akui kalau aku sangatlah lemah dalam hal seperti ini. Meskipun aku sudah sekuat tenaga berusaha untuk tidak menginginkannya atau berusaha untuk tidak terkontrol olehnya, hanya dengan sedikit kata-kata rayuan yang erotis dan sedikit sentuhannya akhirnya aku pun jatuh dalam kekuasaannya.

Aku sudah terlanjur terikat olehnya. Atau sejak awal dia telah berhasil mengikatku. Mamanya Mira nekat datang kesini karena dia menginginkanku. Dia ingin menikmatiku. Karena dia merasa telah memilikiku. Entah sampai kapan aku akan terikat olehnya. Dan sekarang, tidak ada yang bisa aku lakukan selain menikmatinya.

Menikmati goyangan Mamanya temanku yang semakin lama semakin cepat. Pinggulnya bergeliat dan menggoyang tubuhku dengan liar. Gerakannya pun semakin menjadi.



“ahhhh,, ahhhh,,, ahhhhhhh”

Kini desahannya terdengar semakin kencang. Aku harap Winry sudah berangkat ke kampus. Akan sangat bahaya jika Winry mendengar erangan nikmat mamanya Mira di dalam kamarku.

Sudah lebih dari lima menit sejak penisku masuk ke dalam meki Mommy. Sesungguhnya aku ingin berlama-lama menikmati mekinya Mommy. Tapi aku harus segera pergi. Aku harus cepat-cepat menyelesaikan ini.

Aku mulai bereaksi. Kesepuluh jari tanganku berada di pinggul dan sebagian pantatnya. Aku membimbing pinggulnya untuk bergerak lebih cepat laggi. Dan rasanya semakin dahsyat.

“aahhhhh Mommm,,,,”

“Ah, iya sayanggg,,, aahh”

“Teruss,s,, goyang teruss Mom,,”


Tangan Mommy meraih wajahku, dan menuntunnya untuk mencium bibirnya. Kami berciuman lagi. Kali ini lebih panas dari sebelumnya. Semakin panas saat Mommy menghisap lidahku dengan kuat. Entah berapa banyak air liurku yang berpindah ke dalam mulutnya.

Tanganku berpindah ke depan tubuhnya. Dan hanya dengan sekali tarikan, bagian atas lingerie Mommy tertarik ke bawah. Kedua payudara Mommy yang super besar itu pun muntah. Kedua tanganku menangkup bagian bawah kedua bongkahan payudara Mommy .

Payudara Mommy sangat besar dan besar. Putingnya sangat menggemaskan dan areola nya besar. Dan puting Mommy sangatlah reponsif, begitu tegang saat kupegang. Aku sangat ingin menghisap putingnya ini.

“Isepin tete Mommy sayang,,,,” Serunya.

Aku tersenyum memandangnya, memang itu yang ingin aku lakukan. Aku sedikit menunduk agar mulutku bisa mencapai putingnya. Mommy membantu dengan mengangkat salah satu payudaranya ke atas. Mulutku langsung menghisap putting Mommy dengan kuat. Membuat Mommy harus mengendorkan goyangan pinggulnya.

“Ssshhh,,, terus sayangg,,,ahh”

Tak lama pinggul Mommy bergerak lagi. Rasa geli karena hisapan mulutku pada putingnya membuat dia lebih bergairah. Goyangan pinggulnya semakin cepat.

“Ahh,, Mommy mau Nyaampee,, shh”

Mendengar aba-aba dari Mommy, aku harus rela melepaskan puting Mommy di mulutku. Kali ini badanku ikut bergerak maju mundur sambil memegang pantat Mommy kuat-kuat. Tubuh kami saling bertubrukan satu sama lain dengan keras.

“Ahhh,, ahhh,,,ahhh..”

Desahan Mommy makin cepat seiring gerakanku yang juga semakin cepat. Aku berharap bisa sampai bersamaan dengan dia. Lima kali gerakan berikutnya, tubuh kami saling menekan dan menempel dengan erat. Tubuh kami menyatu. Aku berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi di dalam meki Mommy dan menyemprotkan spermaku disana. Dan aku yakin kalau kami berdua sampai bersamaan.

“Aachhh…ouhhhhhhhh”

Desahan Mommy tertahan. Mulutnya terbuka lebar. Tubuhnnya mengejang dengan hebat. Sedetik kemudian tubuhnya tersentak setelah dia melepaskan semua orgasmenya. Tubuhnya terkulai lemas di pelukanku.

“Hahh, haah, enak banget sayang,,, kamu harus datang lagi, kalau tidak. Mommy yang akan datang kesini..“ Ucapnya.

Sial, Dalam sisa-sisa orgasemnya pun dia masih bisa mengancamku. Dia melepaskan diri dari pelukanku. Membuat penisku yang sudah lemas keluar dari mekinya.



Spermaku yang memenuhi mekinya menetes ke celana dalamnya Mommy yang masih menggantung di pahanya. Dia tersenyum memandangku sambil membenarkan posisi celana dalamnya yang basah karena cairan kami berdua yang masih mentes dari dalam mekinya.

Aku mengalihkan pandangan ke arah lain, ke arah jendela kamarku. Dan betapa terkejutnya aku disana melihat.



Nindita tak kalah syok memandang ke arah jendela kamarku yang terbuka lebar. Saat dia tau kalau aku mempergokinya, dengan cepat dia menutup tirai jendela kamarnya.

Oh Faaaakkk

.

.

.

.

.

.

Setengah jam kemudian aku berada di dalam mobilku sedang dalam perjalanan menuju rumah. Bukan rumah kost, tetapi rumah yang aku tinggali bersama Rein. Secara teknis itu rumahnya Rein.

Alasan kenapa aku pulang ke rumah dan juga alasan aku bolos kuliah lagi karena aku ingin bertemu dengan Rein. Seingatku dia pernah berkata kalau kuliahnya libur satu minggu setelah pulang dari KKN. Itu sebabnya aku pulang ke rumah, karena Rein pasti pulang ke rumah kalau libur kuliah. Jika dia tidak ada di rumah, aku akan mencarinya ke kampusnya. Pokoknya, aku harus bertemu dengan Rein hari ini.

Seperti yang aku bilang tadi, sejak kemarin Rein dan Angel berebutan tempat utama di dalam pikiranku. Itu juga alasan kenapa aku tidak sepenuhnya menikmati bercinta dengan Mommy tadi.

Sejak bangun pagi tadi, satu-satunya yang ingin aku lakukan adalah bertemu dengan Rein. Aku belum bisa tenang sebelum bertemu dengan dia. Sebelum aku menyelesaikan masalah-masalah ku yang lain, aku harus berdamai terlebih dahulu dengan Rein. Setelah itu baru aku akan mencoba bicara dengan Angel. Kemudian bertemu dengan Melly. Atau bertemu dengan Bu Fiona dulu untuk mengecek kondisinya. Ya, yang paling penting itu aku harus bertemu dengan Rein.

Fuck, Lalu Bagaimana dengan Nindita?. Aku masih ingat wajah syok Nindita saat memandang ke arah kamarku. Dia pasti melihat apa yang aku lakukan dengan mamanya Mira. Seberapa banyak yang dia lihat?. Tak peduli seberapa banyak yang dia lihat, yang jelas dia melihat kami sedang Quickie dengan pakaian yang tidak lengkap. Mungkin sekarang pertanyaannya, apakah tadi Nindita melihat dengan jelas siapa wanita yang sedang bersamaku?. Akan sangat melegakan jika dia tidak melihat jelas wajah Mamanya Mira. Tapi Jika dia melihat siapa yang sedang bersamaku, apakah dia familiar atau kenal dengan mamanya Mira?. Karena akan sangat berbahaya jika dia kenal dengan Mamanya Mira. Jika dia sampai cerita ke orang lain, sumpah skandal perselingkuhan ini akan viral kemana-mana.

Fuckk..Fuckk..Fuckk.. Segalanya jadi semakin rumit. Apa yang harus aku lakukan dengan Nindita?

Sesampainya di depan rumah aku melihat sebuah mobil berwarna putih yang seenaknya parkir tepat di depan pintu pagar. Akibatnya aku tidak bisa memasukkan mobilku ke dalam halaman. Terpaksa aku memakirkan mobilku tepat di belakang mobil itu.

Aku keluar mobil dan berjalan menuju pagar. Tiba-tiba pintu pagar terbuka dari dalam, dan seorang cewek keluar dari pintu pagar itu.



Seorang cewek cantik berkulit putih. Sangat putih dan halus seperti susu. Berwajah sedikit oval, hidung mancung, dan bibir yang sangat imut. Bagiku matanya terlihat menawan, karena aku suka cewek yang bermata agak sipit. Tidak tinggi tapi masih di atas rata-rata cewek kebanyakan. Tubuhnya langsing sampai ke pantatnya yang kecil. Payudaranya tidak begitu besar tapi tampak lumayan menonjol dibalik tanktop kuning yang dia kenakan. Bagiku ukuran payudaranya itu sudah cukup membuatku gemas. Kakinya yang jenjang terbalut celana jeans sobek-sobek di bagian dengkul.

Sepertinya dia terburu-buru sampai tidak sempat mengeringkan rambut panjangnya yang masih basah. Dan saat aku sudah berada di dekatnya, aku mencium aroma shampoo dan sabun yang biasa digunakan Rein. Siapa Cewek ini? Dan ngapain dia disini?.

Sesaat Aku merasa pernah bertemu dengannya, tapi aku lupa kapan dan dimana. Cewek itu tersenyum ramah menatapku.

“Hai Rega,, akhirnya kita bertemu lagi,,!” Sapanya dengan senyum lebar. Aku semakin terkejut saat dia tau namaku. Tuh Kan benar, aku pernah bertemu dengan cewek ini. Tapi aku masih belum ingat siapa dia.

“Kamuuuu?” Tanyaku sambil mengerutkan kening. Sekuat tenaga mencoba mengingat siapa cewek cantik di depanku ini.

“hmm, kamu lupa sama aku?” Tanya dia, wajahnya seketika berubah kecewa. “tapi wajar sih, waktu itu kamu sedang mabuk, jadi kamu gak inget sama aku dan gak inget apa yang sudah kita lakukan” Ucapnya sambil senyum penuh arti dan mengedipkan satu mata.

Penjelasannya semakin membuatku heran dan semakin berusaha mengingat-ingat siapa dia, kapan kami bertemu, dimana, dan apa yang sudah kami lakukan. Tetapi semakin aku berusaha mengingatnya, aku semakin tidak menemukan jawabannya. Aku menyerah, aku sama sekali tidak ingat siapa dia.

Masa dimana aku banyak minum-minum dan mabuk terjadi lebih dari setahun yang lalu. Sudah lama banget. Terkadang aku tidak bisa mengingat apa saja yang aku lakukan saat sedang mabuk. Dan saat sedang mabuk, aku akan melakukan hal-hal yang gila termasuk main gila bersama cewek cantik ini. Sayang banget kalau seandainya memang aku pernah tidur bersama cewek ini tapi aku sama sekali tidak bisa mengingatnya. Entahlah, belum tentu juga saat itu aku tidur dengannya. Mungkin saja saat itu kami berdua melakukan hal konyol bersama saat sedang mabuk.

“Persis seperti yang dikatakan Manda, tadi pagi-pagi banget dia mengusirku dari sini, dia bilang kalau kamu akan datang,,,,” Ucapnya.

Hah ?? Dia juga kenal dengan Rein? Atau mungkin dia temannya Rein?. Karena terlalu fokus dengan mengingat-ingat tentang identitas cewek ini, aku sampai lupa satu fakta bahwa dia baru saja keluar dari dalam rumah. Kemungkinan semalam dia menginap disini.

“Rein di dalem?” Tanyaku.

“Yapp, dia sudah menunggumu.. ” Jawabnya. “Dan dia lagi marah banget sama kamu.”

“Ya aku tau, dari kemarin dia gak angkat teleponku, pesanku juga sama sekali gak dibales,, makanya aku kesini, gimana keadaannya sekarang ? dia masih marah?”
Tanyaku.

“Uhm, Setelah semalaman dia melampiaskan semua amarahnya kepadaku, mood nya agak bagus pagi ini “ Ucapnya. “Aku jadi merasa seperti cewek panggilan aja … Setelah dia puas melampiaskan semuanya, dia mengusirku pergi dari sini”

“hmm? Melampiaskan Gimana?”
Tanyaku heran.

“eh, lupakan… hehe.. emang kamu ngapain lagi sih sampe bikin dia kesel seperti itu?”

“Emang Dia gak cerita…?”
tanyaku balik.

“Enggak !! dan kuyakin, kamu juga gak bakal ngasih tau aku apa yang terjadi diantara kalian… ” Ucapnya “Apapaun masalah kalian, kamu tau kalau Manda sangat menyayangimu kan?? Dia menyayangimu melebihi apapun di dunia ini… Bahkan dia lebih menyayangimu daripada menyayangi dirinya sendiri..”

Aku sama sekali tidak meragukan ucapannya. Aku yang paling tahu betapa besar kasih sayang Rein kepadaku. Betapa besar peran seorang Rein untukku selama lima tahun sejak pertama kali aku dikenalkan kepadanya. Lima tahun tidaklah terlalu lama, tetapi ikatan yang kuat telah terjalin di antara kami meskipun kamu bukan saudara kandung. Ikatan tulus yang terkadang tanpa batas, hingga membuat samar antara sayang, cinta, atau nafsu.

“Saran untukmu,, “
Ucapnya “Jika kamu belum bisa atau belum mampu membahagiakan Manda, setidaknya berusahalah untuk tidak membuat hatinya terluka”

Ucapannya bagaikan tamparan keras di wajahku. Lebih dari itu, aku merasa ditonjok dengan ucapannya. Meskipun aku punya otak untuk memahami dan menilai betapa besar kasih sayang tulus Rein kepadaku. Tapi nyatanya, aku tidak punya hati untuk membalas ketulusannya. Yang ada aku terus-terusan membuatnya menangis dan bersedih karena perbuatanku.

Satu yang tidak akan pernah kulupa dan yang akan aku sesali seumur hidupku, dihadapan banyak orang aku pernah membentak Rein dan mengatakan kalau dia bukanlah siapa-siapaku.

.

.

.

.

“KAMU BUKAN KAKAK KU”

“KAMU BUKAN SIAPA-SIAPA KU !!”

.

.

“ ….. aku memang bukan Kakakmu, aku hanya orang asing yang sangat peduli denganmu”

.

.

.

.


BERSAMBUNG.





Hai.. hai… :ciao:

Senang bisa kembali kesini, apa kabar kalian???

Sebenarnya, chapter ini belum utuh. Masih ada beberapa scene yang belum lengkap. Kalian yang rajin stalking status2 yang ane posting pasti tahu kenapa alasannya,, yap.. chapter ini belum lengkap karena ane gakuat nulis adegan panas di kelanjutan chapter ini. Baru kali ini tersiksa nulis adegan panas… hihi.. Entah karena terlalu menjiwai, atau memang karena sudah lama enggakkkk…… hehe. bukan kode, Jangan GR..

Jadi terpaksa ane cut sampai segini dulu chapternya, sisanya akan ane update kalau adegan panasnya udah selesai.. xixixi,, bye.. See You Soon.

Oiya, terima kasih pada om moderator yang sudah bantu buka trit ini,,, :ampun:

jangan spam ya guys,, biar trit nya ga digembok lagi !!!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd