Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lembaran Yang Hilang [Rega Universe]

Selain Amanda Rein !! Siapa karakter yang kalian ingin ada di kamar tidur kalian malam ini?

  • CatWoman

  • Angel

  • Luna

  • Winry

  • Mira

  • Jessica

  • Billa

  • Melly

  • Bu Fiona

  • Kak Fanny

  • Mbak Tina

  • Oliv

  • New : Mommy

  • Kirana


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
20
DIA DI DALAM PIKIRAN



----POV REGA---



Setelah berbincang-bincang dengan temannya Rein, kami berdua pun berpisah. Aku masuk ke dalam rumah, sedangkan dia pergi dari rumah ini bersama mobilnya yang terparkir seenak jidatnya tepat di depan pagar. Aku belum bisa mengingat siapa temannya Rein yang cantik itu, kapan dan dimana kami bertemu serta apa yang sudah kami lakukan bersama. Aku benar-benar tidak ingat apapun tentang dia. Lagipula saat ini aku dalam kondisi sulit untuk mengingat apapun. Karena yang ada dikepalaku sekarang hanya ada Rein. Dan karena terlalu memikirkan Rein, aku sampai lupa bertanya siapa nama cewek tadi.

Denting piano terdengar di telingaku ketika aku masuk ke dalam rumah. Suaranya mengalun merdu memenuhi segala penjuru ruangan. Suara yang indah itu berasal dari grand piano di bawah anak tangga yang sedang dimainkan oleh Rein.

Karena letak piano yang membelakangi pintu rumah, Rein tidak menyadari kedatanganku. Suara piano yang menggema disekitarnya pun akan menyamarkan suara pintu yang terbuka dan tertutup serta derap langkahku yang sedang berjalan mendekatinya dari belakang.

Aku menghentikan langkahku tepat di belakang tubuhnya. Aku hanya terdiam, tidak ingin mengganggunya sampai dia selesai memainkan lagu ‘A Thousand Years’ yang dipopulerkan oleh Christina Perri. Jari-jari Rein dengan terampil menari-nari di atas barisan tuts putih dan hitam.

Aku memejamkan mata. Terbawa oleh setiap nada yang dia mainkan. Kemudian kunyanyikan dalam hati.

One step closer

I have died everyday, waiting for you

Darling, don't be afraid,

I have loved you for a thousand years

I'll love you for a thousand more



And all along I believed, I would find you

Time has brought your heart to me,

I have loved you for a thousand years

I'll love you for a thousand more




Bersamaan dengan itu, bayangan kenangan-kenangan terlintas di dalam pikiranku. Adegan demi adegan terbayang di kepalaku membuatku tersenyum dan sedikit terharu. Kenangan akan perkenalan pertama kali dengannya. Kemudian adegan itu ngeblur dan berganti dengan cepat menjadi memori saat pertama kalinya kami berangkat ke sekolah bersama, pertengakaran pertama kami, saat pertama kali dia mengajariku memainkan piano, dan semua hal yang kulakukan pertama kali bersamanya.



Sesaat setelah Rein menyelesaikan lagunya, aku mendekatinya kemudian dengan perlahan memeluk tubuhnya dari belakang. Sebisa mungkin aku berusaha agar tidak membuatnya kaget.



“Love you to Kakk,,,” Ucapku. Kukecup pundaknya yang tak terhalangi kain lalu kuparkirkan dengan nyaman daguku di sana. Lalu mengirup dalam-dalam aroma tubuhnya yang wangi.



Tapi Rein tidak menjawabku. Dia terdiam seribu bahasa selama bebera saat. Kulepaskan tubuhnya dari dekapanku lalu duduk berdampingan dengannya di atas kursi piano.



“Kamu masih marah?”. Tanyaku. Dia menatapku.







“Kamu membuatku terlihat seperti orang bodoh didepannya…!!” Ucapnya datar.



Setelah apa yang aku ucapkan kepadanya kemarin. Pantas saja dia merasa seperti itu. Aku sangat menyesal sudah membentaknya di depan Angel.

“Maaf !! Aku bener-bener minta maaf..” Ucapku penuh rasa bersalah.



“Kamu sudah janji, gak akan ngelakuin hal aneh-aneh selama aku KKN, jauh sebelum itu,, , kamu sudah janji akan menuruti semua perkataanku, kamu janji gak akan bikin aku khawatir lagi, kamu janji gak akan membantahku. Dan kamu pernah berjanji sama aku KALAU KAMU AKAN BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK LAGI“ Dia menjeda ucapannya “Atau !! Atau aku memang bodoh karena terlalu percaya kalau kamu bisa berubah.”



JLEB. Ucapannya sangat menusuk. Aku ingat dengan semua janji-janjiku kepadanya. Walaupun sebenarnya sekarang aku merasa sudah jauh lebih baik dari setahun yang lalu, tetapi dimatanya aku gagal memenuhi semua janji-janji itu. Jika dia memang merasa aku belum berubah sedikitpun, aku akan menerimanya. Kutelan perkataannya bulat-bulat. Aku menerimanya dengan lapang dada dan berusaha untuk tidak membantahnya.



“Kenapa sih kamu mau aja disuruh ngelakuin hal berbahaya seperti itu?” Tanya Rein kesal.

“Dia butuh bantuan, aku membantunya..” Jawabku berbohong. Kalian tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku terpaksa berbohong agar Rein tidak semakin dendam kepada Angel.

“Dari dulu,,, Kamu memang senang membantu cewek-cewek yang sedang butuh pertolongan.. apalagi yang cantik. ” Ucapannya bernada sindiran.

“Nggak gitu juga Rein,, Kamu kan tau banyak orang kesusahan dan menderita karena kasus itu.. aku hanya,, ”

Rein memotong ucapanku. “Tapi bukan berarti kamu harus membantu dia kan? Kamu bukan polisi, kamu bukan tentara, biar orang lain yang mengurus itu, atau biar dia sendiri yang melakukannya, kamu gak harus ikut-ikutan…” Ucapnya “Aku sampai nggak bisa ngebayangin kamu berada dalam bahaya seperti itu. aku gak akan pernah maafin diriku sendiri kalau terjadi apa-apa denganmu..

“Maaf sudah bikin kamu khawatir,, tapi aku beneran gapapa kok, dan sekarang semuanya sudah berakhir, kamu gak perlu khawatir lagi”
Ucapku “Sebenarnya Angel memintaku untuk tidak mengatakannya kepada siapapun, tapi aku tetap mengatakan semuanya ke kamu, seperti yang pernah kamu minta agar aku gak berbohong lagi sama kamu dan tidak menyembunyikan apapun lagi darimu” . Ucapku berbohong lagi. Padahal masih banyak hal yang tidak bisa kukatakan kepadanya.

“Kamu hanya beruntung gak terjadi hal yang serius,,” Serunya “Semua kejadian tahun lalu, sebenarnya aku gak pengen inget-inget lagi, karena itu terlalu menyakitkan untuk diingat., tapi melihat kamu seperti ini, aku khawatir kejadian tahun lalu akan terjadi lagi,, jadi sebelum terlambat, sekarang kuminta kamu jangan pernah menemui dia lagi..” Ucapnya tegas.

Pandangan mata kami bertemu. Aku melihat kegelisahan dan kebencian yang besar di matanya saat dia mengungkit kejadian tahun lalu. Secera cepat aku bisa menyimpulkan ketakutan dan kegelisahan terbesar Rein terhadapku.

“Ini gak hanya tentang Angel kan?” Tanyaku pelan “Karena Kamu gak suka dengan siapapun yang sedang bersamaku, gak peduli siapapun itu”

Dia terperangah. “Iya memang,. Aku memang nggak suka kamu dekat dengan siapapun yang bisa membuatmu menjadi bukan dirimu, aku nggak suka dengan siapapun yang berusaha menguasaimu, mengontrolmu, yang membuatmu bisa melakukan hal-hal buruk, dan aku gak suka dengan siapapun yang bisa membuatmu buta sampe gak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah” Jelasnya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Rein, percaya sama aku..!! Angel tidak sama seperti…..”.

Rein menatapku tajam, memberi peringatan agar akau berhenti dan tidak menyebut namanya di hadapannya. Tatapan kebencian Rein kepadanya sudah tidak diragukan lagi. Jadi aku hanya membayangkannya di dalam pikiranku.



Dan menyebut namanya dalam hatiku, AL !. Sudah hampir setahun aku tidak bertemu dengannya. Aku sudah tidak pernah memikirkannya selama berbulan-bulan. Dan kini semua ingatan tentang dirinya bertubi-tubi muncul di dalam pikiranku. Fuck!!.

“Meksipun kamu mati-matian belain dia aku tetap gak suka kamu bertemu atau bahkan dekat dengan dia.. tapi aku gak mau terlalu mengekangmu dan membatasi kebebasanmu lagi.. Jadi pliss, jangan ulangi lagi, aku gak mau kamu terlibat masalah ini lagi dengan dia. Atau masalah apapun dengan siapapun itu.. Tapi denger ini baik-baik, jika kamu menempatkan dirimu dalam bahaya sekali lagi, aku akan pergi, dan kamu gak akan pernah melihatku lagi..”
Ucap Rein dengan mata berkaca-kaca. Tak butuh lama matanya yang indah itu tergenang oleh air yang kemudian meluncur di pipinya.

Melihat itu, langsung kupeluk tubuhnya erat. “Jangan bicara seperti itu Rein,, aku gak mau kamu pergi,, Aku bener-bener menyesal. . aku janji gak akan mengulanginya lagi.. “

Rein mengampuniku. Dia masih memberiku kesempatan. Tapi bisakah aku memegang janjiku? Bisakah aku tidak membuatnya menangis lagi?. Begitu sering aku membuatnya menangis sampai-sampai membuatku ragu dan mempertanyakan diriku sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tidak membutuhkan sekedar jawaban, namun tindakan yang nyata dan kesungguhan untuk membalas segala ketulusan kasih sayang yang dia berikan kepadaku selama ini. Karena seperti yang dikatakan temannya Rein tadi, jika aku belum mampu membahagiakannya maka seharusnya aku berusaha untuk tidak membuatnya bersedih.



.

.

.

.

.

KEESOKAN PAGINYA.



----POV REIN----


Aku terbangun dalam pelukan Rega adikku. Lengannya mendekap tubuhku dari belakang. Tangannya berada di bagian bawah perutku, hampir menyentuh meki ku. Sedangkan salah satu pahanya terjepit di antara kedua pahaku.

Kami berdua sama-sama telanjang di atas tempat tidur kamarku.

Aku begitu menikmati pelukan tubuhnya yang kekar dibelakangku. Sangat nyaman. Rasanya seperti semalaman dia menjaga dan menghangatkan tubuhku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang berirama di belakang leherku. Aku juga merasakan dadanya mengembang menyentuh punggungku dalam setiap tarikan nafasnya.

Terbangun seperti ini di pagi hari adalah hal yang paling menyenangkan. Lega rasanya mendapati Rega tidur dibelakangku. Aku tidak perlu mengkhawatirkan apa yang dia lakukan, atau sedang bersama siapa dia melewati malam. Aku tidak ingin moment seperti ini cepat berakhir.

Mataku masih terpejam menikmati dekapan hangat tubuhnya. Namun sesuatu yang perlahan bergerak dan mengeras membuat mataku terbuka. Aku merasakan di bagian bawah punggungku Kontinya Rega semakin mengeras dan membesar. Tapi hembusan nafasnya di leherku masih sama seperti tadi, pelan dan berirama. Aku yakin dia masih tertidur dan tidak menyadari kontinya terbangun terlebih dahulu. Konti yang semalam memuaskan ku berkali-kali dari malam sampai menjelang pagi.

Semalam dia begitu bersamangat bercinta denganku. Nafsunya begitu besar dan menggebu-gebu. Dia sungguh hebat, dan selalu bisa membuatku menjerit panjang di setiap akhir permainan. Membayangkan adegan-adegan liar yang kami berdua lakukan semalam membuat gairahku meninggi dan tak sabar ingin merasakan kontinya adikku yang besar itu berada di dalam meki ku lagi. Ahh sungguh binalnya Aku.

Pikiran liarku tidak bisa dihentikan. Aku bergerak. Sedikit menggeser tubuhku lebih ke atas. Berusaha menempatkan kontinya Rega berada di antara ruang kosong di bawah pantatku. Setelah itu perlahan kumundurkan pinggulku sampai kontinya menyentuh bibir meki ku. Sebentar lagi dari belakang konti Rega yang besar dan sedang menegang itu akan berada di dalam meki ku lagi, tapi kali ini dia masih tertidur dengan lelap.

Namun sebelum benda keras namun lunak itu memasuki meki ku, aku merasakan tangan Rega bergerak. Dia terbangun. Membuat suara pelan dari mulutnya. Menggerakkan kepalanya, membenamkan wajahnya di belakang kepalaku. Dia menggeliat dan tak sengaja tangannya menyenggol payudaraku. Senggolan itu sepertinya menarik perhatiannya, karena berikutnya tangannya itu meluncur ke payudaraku, menangkupnya dari bagian bawah, lalu tangannya bergerak meremas-remas payudaraku.

“Nggghh, Deek,,”

“Pagii Kakk,,,”
Ucapnya Manja di belakangku.

“kamu nggak kuliah lagi?” Tanyaku.

“Jam pertama sudah dimulai sejam tadi Rein.. ” . Kulirik jam kecil di atas drawer di sebelah ranjang. Sudah jam sembilan lebih.

“Kamu masih bisa ikut kuliah jam kedua ,,,” Seruku.

“Aku mau bolos saja… Aku masih ingin bersamamu..” Ucapnya. Lalu tangannya melingkari perutku. Menarik tubuhku agar lebih dekat lagi pada tubuhnya.

Aku tersenyum kecil, ada rasa senang dan bahagia mendengar ucapannya. Entah dia mengatakannya karena rasa bersalahnya padaku atau memang dia benar-benar masih ingin menghabiskan waktu denganku.

“Kalau tujuanmu bolos kuliah hanya karena ingin ml sama aku seharian, jangan mimpi....” Ucapku.

“Kamu selalu pintar baca pikiranku Rein,, kamu tau banget apa mauku,, kamu gak tertarik? Saling memberi kepuasan dari pagi sampe malem..”

Sialan. Dia menggunakan ucapanku sebagai senjatanya untuk menggodaku. Aku mencerna ucapannya tentang tawarannya bercinta dengannya dari pagi sampai malam. Fantasi demi fantasi bermunculan di kepalaku. Aku memikirkan lagi saat mulut Rega ada di mulutku, tanganya ada di payudaraku, memikirkan putingku jadi tegang karena sentuhan jari-jarinya, memikirkan jari tengah tangannya ada di dalam meki ku, dan memikirkan rasanya saat kontinya yang gede menusuk nusuk meki ku dengan keras.

Ahh !! membayangkannya saja sudah membuat darahku berdesir. Apalagi jika melakukannya dari pagi sampai malam. Tawaran yang sangat menggiurkan, tetapi aku tidak ingin terpancing oleh godaannya hari ini.

“Aku gak punya waktu banyak hari ini, setelah ini aku harus masak sarapan buat kita, bersih-bersih kamar ini, setelah itu aku mau ngerjain laporan KKN sampai malam… jadi, aku baru bisa melayani keinginanmu nanti malam, itu pun kalau aku nggak capek,,!” Ucapku.

Tepat setelah aku menyelesaikan penolakan kepadanya, tangannya yang semula meremas-remas payudaraku kini berpindah berada di lipatan basah meki ku.

“Tapi sepertinya meki mu suka dengan rencanaku,,,” Ucapnya. Aku langsung merasakan malu yang menjalar di wajahku karena ucapannya.

Dia menyadari kalau meki ku sudah basah saat dia menyentuhnya. Meki ku memang sudah basah sedari tadi. Karena aku memang menginginkannya. Aku ingin mengatakan kepadanya kalau aku juga menginginkannya. Tapi aku terlalu malu untuk mengatakannya.

Kemudian dari belakang tangan Rega menarik tubuhku. Aku terlentang. Lalu dia berguling ke arah tubuhku. Tidak butuh waktu lama kini Rega sudah ada di atas tubuhku.

“Kamu sudah basah banget Rein,,,” Ucapnya pelan. “Kamu jadi kelihatan makin cantik kalau lagi basah,,”.

Rega menggodaku dengan kata-kata sensual. Tapi aku suka. Aku selalu suka saat dia menggodaku. Selalu terdengar menyenangkan di telingaku.

Dengan kedua tangannya, dia meletakkan kedua tanganku tidak jauh di atas kepalaku. Lalu dia mengecup sekali ketiakku dan menyapukan lidahnya disana. Menimbulkan sensasi geli yang tak tertahankan.

Kemudian Rega menggunakan dua jari tangan kanannya untuk memegang puting sebelah kananku. Kemudian dengan nyaman dia meremas payudaraku, sentuhan tangannya pada payudaraku sudah cukup membuatku semakin terangsang. Tangan kirinya juga ikutan berulah, dia memilin-milin puting payudaraku sebelah kiri. Terkadang dia mencubit putingku lalu menariknya ke atas.

“Sshh… “

Spontan aku mendesis akibat ulah kedua tangannya pada kedua payudaraku. Tak berselang lama dia mulai membawa puncak payudaraku memasuki mulutnya. Rega mengulum dan sesekali menggigit putingku. Rasa nikmatnya tidak bisa dihindari, aku melenguh menyebut namanya.

“uhhhh Regaaa….”

Mendengar lenguhanku membuatnya semakin bersemangat menghisap payudaraku. Tangan kanannya yang sedari tadi memegangi payudaraku yang lain kini meluncur ke lekukan pinggangku, membelai perutku sebentar lalu turun semakin ke bawah. Tangannya membelai bagian teratas paha dalamku, dan kemudian aku merasakan jarinya menelusuri garis meki ku yang sudah lembab. Sentuhan tangannya disana membuat desahan kecil keluar dari bibirku.

“Achh,,,,”

Saat lenguhan itu keluar dari mulutku, jari tangannya sudah masuk ke dalam meki ku. Aku menyebut namanya dalam sebuah erangan yang sangat erotis.

“Rreeggaaa..”

Jarinya menyentuh-nyentuh klirotisku, berusaha membuatku agar semakin terangsang. Seharusnya dia tidak perlu melakukan itu, karena meki ku sudah sangat basah. Bahkan aku sudah basah saat dia belum bangun tadi. Aku sudah tidak sabar, aku tidak bisa menahannya, aku menginginkannya, aku membutuhkan konti adikku berada di dalam mekiku sekarang.

“Deekk ayoo,…” Ucapku memohon.

“Buka kakimu Rein…” . Perintahnya setelah melepaskan payudaraku dari mulutnya.

Aku menuruti apa yang dia perintahkan. Kubuka kakiku lebar-lebar dihadapannya. Kemudian dia duduk diantara kedua kakiku yang sudah terbuka lebar. Sejenak dia memandang wajahku yang sudah tidak berdaya. Lalu dia memandang meki ku yang berada tepat di hadapannya. Jari tangannya menelusuri garis meki ku.

“Meki mu bisa bagus gini ya Rein,?” Tanya dia. “Cantik, bersih, dan pink.. “

“Ayoo Dekk, masukinn “
Aku merengek kepadanya, tak menghiraukan pujiannya pada bentuk meki ku.

Aku memohon kepadanya agar segera memasukkan kontinya ke dalam meki ku, tetapi dia malah merendahkan kepalanya. Kedua tangannya memegangi bagian luar pahaku. Aku bisa melihat kepalanya di antara kedua pahaku. Aku merasakan nafasnya yang hangat dan lembut di sekitar area sensitifku. Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdebar melihat gerakannya meskipun aku tahu apa yang akan dia lakukan.

Lidahnya yang basah membelai lipatan meki ku dari bawah sampai ke atas. Terasa enak dan begitu erotis. Aku tidak bisa menahan untuk tidak mengerang ketika meki ku diperlakukan secara lembut seperti itu. Terasa semakin enak saat lidahnya itu sudah masuk ke dalam meki ku dan menggesek-gesek klitorisku yang sedang berkedut kencang. Setiap cairan yang keluar dari dalam meki ku dihisapnya.

“AAHhhh Deeekkkk”

“Meki mu manis banget Rein,”
Ucapnya disela-sela hisapan mulutnya pada cairan yang keluar dari meki ku. “Enak banget serius…” Ucapnya meyakinkanku kalau meki ku rasanya manis.

Olivia juga sering mengatakan hal yang sama. Katanya dari semua meki yang pernah dia coba, punyaku yang rasanya paling enak. Pujian yang menurutku sedikit aneh, padahal aku belum ke kamar mandi untuk membersihkan meki ku. Apakah benar seenak yang mereka katakan?. Pujian yang aneh, tapi aku tetap bangga, karena adikku suka sama meki ku.

“Ahhhhhhhh..”

Aku terus mengerang dan menggigit bibir bawahku sendiri. Dia masih menjilati bibir meki ku, lalu lidahnya menusuk bibir meku ku dan menggesek-gesek kliotisku. Rega memainkan ritmenya dengan lambat. Saat lidahnya di keluarkan dari dalam meki ku, pinggulku terangkat dengan sendirinya. Dia sengaja membuat aku mengemis-ngemis padanya agar segera memasukkan kontinya di dalam meki ku.

Saat aku sudah frustasi dan hendak meneriakinya agar segera memasukkan kontinya, aku merasakan satu jarinya menusuk dan menembus mekiku begitu dalam. Rasanya seperti sebuah sengatan listrik pada tubuhku.

“Oooouuuuuhhhhhhhh”

Jarinya yang tidak sepanjang dan setebal kontinya mengaduk-aduk meki ku. Meki ku yang sudah sangat licin memudahkan jarinya keluar masuk dengan cepat. Tak cukup sampai disitu, tanpa persetujuanku dia memasukkan lagi jari selanjutnya ke dalam mekiku. Menimbulkan jeritan kecil terlepas dari mulutku.

“Aaaahhh..”

Kini dua jarinya berada di dalam mekiku. Jari-jari itu bergerak maju mundur di dalam meki ku yang sangat basah. Dan lidahnya masih belum lelah menjilati klirotisku. Aku putus asa dan hanya bisa pasrah mengikuti permainannya. Kedua pahaku mengapit kepalanya dengan kuat. Kakiku gemetar hebat, aku ingin meraih tubunya saat gelombang kenikmatan itu semakin terasa menyerangku. Tapi aku tidak bisa meraihnya, jadinya tanganku meraih sprei tempat tidurku dan mencengkramnya kuat-kuat.

“Aaaaaaaahhhhhhhhh,,”

Aku menjerit keras setelahnya. Aku mendapatkan orgasme pertamaku pagi ini. Tubuhku lemas dan sangat berkeringat, gemetar, dan nyaris kehabisan nafas. Rega menatapku dengan senyumnya yang menyebalkan. Kuambil bantal disebalahku lalu kulemparkan dengan kuat ke arah wajahnya.

“hei,, kenapa sih?” Protesnya.

“Nyebelin !!”

“masih kuat?”
Tanya dia.

“Nggak, udah cukup,,, !!” Jawabku.

“Aku belum cukup Rein,,” Ucapnya sambil mengocok sendiri penisnya yang masih tegang bagiakan tiang.

“Bodoh amat!! Aku mau mandi,,” Ucapku mengerjainya. Dia pasti kesal akan penolakanku.

Saat aku akan beranjak dari tempat tidur, dia manahanku. Dia mendorong tubuhku sampai aku terhempas lagi di atas tempat tidur. Lalu dia memegang dengan kuat kedua pahaku dengan tangannya. Kemudian dilebarkannya lagi kedua kakiku.

“Dekk !! Aku bilang udah,,, Ahhhhhh Fuckk..!!”

Penolakanku seakan tidak ada artinya. Karena dengan cepat Rega menaruh bibirnya di meki ku lagi dan menghisap klirotisku kuat-kuat. Begitu kuat sampai membuat pinggulku melayang. Kilatan Listrik menyengat di seluruh tubuhku di setiap hisapannya pada klirotisku yang berdenyut.

Tubuhku menggeliat tak karuan. Tangannya yang sedang menganggur melayang ke atas tubuhku untuk meraih putingku. Jari-jarinya dengan lembut memutar-mutar putingku sambil lidahnya tetap menjilati klitorisku. Aku berteriak sekencang kencangnya, punggungku sampai melengkung di atas ranjang.

“AAaaaaaaaaaahhhh… Fucckckkk”

Kemudian dihentikannya segala cumbuannya pada meki ku. Aku sedikit kecewa dia menghentikan jilatanya pada meki ku. Tubuhnya merangkak di atas tubuhku. Rega mencium payudaraku kiriku, menangkup payudaraku yang kanan dengan tangan kanannya lalu ditariknya kuat-kuat. Dia menjilati putingku yang sudah menegang, melingkari areolanya dengan lidahnya lalu melepaskannya dan melakukan hal yang sama pada payudara kananku.

Tangannya tidak tinggal diam. Dia membelai seluruh tubuhku, memegangi punggungku dan meremas-remas payudaraku. Tanpa aba-aba dia menghempaskan mulutnya ke bibirku, lidahnya meluncur di antara bibirku yang terbuka. Jari-jariku meremas rambutnya dan membalas ciuman panasnya.

Tak ingin kehilangan momen, aku mendorong tubuhnya dengan kuat ke samping. Rega terlentang di sebelahku. Dengan cepat aku berpindah dan sudah berada di atas tubuhnya. Setengah jongkok diatasnya. Pantatku tepat berada di atas kontinya Rega yang sudah berdiri tegak layaknya tiang listrik.

Kubelai meki ku sendiri dengan tanganku dihadapannya. Memastikan meki ku sudah cukup basah. Rega tampak kagum dengan aksiku. Aku siap, pikirku.

Kemudian aku mulai menggerakkan pinggulku dengan perlahan, menurunkan tubuhku sampai kepala kontinya Rega mulai menusuk bibir meki ku yang licin. Aku tidak bisa menahan terlalu lama lagi, ini adalah inti dari apa yang telah kami lakukan sejak terbangun tadi.

Sangat besar. Panjang dan tebal. Itulah yang bisa kugambarkan dari kontinya Adikku. Bibir meki ku perlahan terbuka saat kontinya Rega mulai masuk, dinding-dinding meki ku juga mulai meregang. Untungnya aku sudah sangat basah, jadi kontinya Rega bisa masuk tanpa kurasakan perih di meki ku. Tapi aku aku harus menarik meki ku ke atas dan menurunkannya lagi beberapa kali sebelum aku bisa memasukkan seluruh kontinya Rega. Dan kini aku bisa duduk tepat di atas pahanya dengan kontinya sepenuhnya berada di dalam meki ku.

“Aaaaaaaahh Fuckk… gede banget sih Dekkk..”. Mataku terpejam merasakan betapa tebalnya Kontinya Rega. Untungnya meki ku bisa menyesuaikan ukuran kontinya Rega. Meki ku langsung terasa penuh.

“Enak banget Rein… “ Ucapnya. Matanya juga terpejam.

Setelah itu tatapan kami bertemu. Kemudian dia memandangi tubuhku dengan cermat. Lalu menjulurkan tangan ke tubuhku, menangkap payudaraku lalu memainkan putingku dengan jarinya. Padahal aku belum bergerak, tetapi aku merasa luar biasa bersatu dengannya.

Kuletakkan kedua tanganku di dadanya Rega. Aku mulai mengangkat, menurunkan, dan memaju mundurkan pingggulku. Mataku terpejam, aku menikmatinya. Menggoyang konti adikku dengan kuat dan cepat untuk mengejar orgasmeku sendiri.

“Ahhhhh,,,ahhhh,,,aaaa”

“emmh,, terus Rein,,,”


Suara becek yang keluar dari meki ku memenuhi ruangan bersautan dengan desahan dan erangan kami berdua. Kedua payudaraku memantul liar. Kemudian berhenti saat kedua tangan Rega menangkup keduanya dan meremasnya kuat sampai terasa sakit. Tapi aku suka. Aku mengerang panjang lagi.

Kemudian dia mengangkat bagian atas tubuhnya untuk menciumku. Menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku sambil tetap membelai payudaraku. Kemudian tangannya menarik-narik putingku dengan dua jarinya. Dengan keadaan pinggulku masih bergerak, Aku semakin susah bernafas saat kami berdua berciuman panas. Tapi aku tetap berusaha mengatur keluar masuknya nafasku agar aku tidak pingsan kehabisan nafas.

Aku sudah merasa lelah. Tetapi aku tetap menggerakkan pinggulku dengan cepat. Kedua tanganku merangkul lehernya hingga gerakan pinggulku kini semakin cepat, semakin kuat dan pastinya semakin enak.

“Ahhhhhhh ahhhhhhhhh”

Aku sudah hampir meledak. Mungkin dia juga merasakannya. Dia pasti bisa merasakan meki ku yang bergetar, merasakan dinding-dinding meki ku yang semakin menghimpit kontinya, merasakan bagaimana aku tidak bisa bernafas dengan baik, merasakannya dari gerakan pinggulku yang semakin cepat.

“Ahhh, Ahhh ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”

Aku menjerit panjang saat memaksa konti adikku masuk lebih dalam lagi. Dan itu adalah jeritan terkeras ku pagi ini yang memecah ruangan kamarku.

Kali ini Rega membantu mengatur ritme. Kedua tangannya memegang pantatku lalu dia mengatur gerakan pinggulku. Aku mengerang dan berteriak di setiap dia menarik tubuhku kuat-kuat dan menekan tubuhku saat tubuh kami menyatu. Kontinya terasa begitu dalam menusuk meki ku.

Nafasnya tak kalah terasa berat saat tangannya menggerakkan pinggulku. Dia semakin meningkatkan kecepatan gerakan pinggulku. Erangan – erangan keluar dari mulutnya. Aku memeluknya erat, hanya bagian pinggulku yang bergerak. Kepalaku berada di pundaknya, tanganku menyentuh dan membelai punggungnya.

Aku tiak bisa lagi menggambarkan betapa nikmatnya saat kontinya adikku keluar masuk di dalam meki ku. Sensasi lain tiba-tiba terasa saat jari jemari Rega membelai belahan pantatku. Tubuhku terasa tersengat saat jarinya menggesek lobang pantatku.

“Ahh,, masukkkkiiin Jarimu Dekk… aahhh” Ucapku pelan ditelinganya.

“Hmm masukkin kemana?”

“Belakangg.,,”


Rega paham akan permintaanku, dia meludahi jari tengah tangan kanannya lalu menggesekkannya pada lobang pantatku. Dia masih ragu, dan hanya memasukkan ujung jarinya. Tapi lama-lama semakin banyak bagian jarinya yang masuk. Aku merasa diriku telah tertusuk. Dan erangan nikmat keluar dari tenggorokanku.

“Iyaa gitu Dek… ahhhhh… terusss”

Mendengar ketertarikanku, Rega menggerakkan jari tengahnya di dalam lobang pantatku. Seketika tubuhku rasanya terguncang kenikmatan yang tiada tara. Di depan, Kontinya memenuhi meki ku. Di belakang, jari tengahnya terselip di lobang pantatku. Rasanya sungguh luar biasa. Aku merasa dia memenuhi tubuhku dari depan dan dari belakang

Desahan kami berdua kembali bersautan. Suara kami bersinkronisasi sempurna saat tubuh kami menyatu. Membuat goyangan pinggulku semakin tak terkendali. Semakin cepat, setiap hentakan membuatku melayang. Aku menjerit, volume suaraku meningkat dalam setiap rangkaian jeritan. Aku sudah hilang kendali, tubuhku bergerak dengan liar. Di belakang, jarinya Rega semakin menusuk lebih dalam, sedikit perih tapi aku menyukainya. Kemudian sengatan kenikmatan menyambar tubuhku saat mendekati klimaks.

“Aaahhh,, ahkku mau ,,,,, Dekkk.. mau nyampe….. ahhhhh”

“Jangan dulu Reinn …”


Aku menggeleng kuat. “Aahhhkuu ga kuatttt,. Ahhh…”

“Please tahan dikit lagi,,,”


Tubuhku semakin mengejang saat klimask hampir menyelimuti, tetapi aku akan berusaha menahannya untuk Rega. Dia ingin kami mencapai klimask bersama-sama. Tapi mustahil bagiku menahannya terlalu lama.

Gerakan pinggulku melambat. Aku tidak bisa terlalu cepat, atau aku akan meladak. Aku merasakan kontinya Rega berdenyut di dalam meki ku. Aku tahu dia juga hampir mendekati klimaksnya. Kemudian tiba-tiba tubuhnya bergetar dan menegang. Dengan teriakan dia memberi peringatan.

“Sekarang Rein,, Sekarang..”. Dengan cepat aku menarik tubuhku sambil mendorong tubuhnya kuat-kuat.

“AAAAAAAHhhhhhhhhhhhhhhhhhh”

Aku keluar, aku berteriak. Berteriak sekencang-kencangnya. Lebih keras daripada teriakanku sebelumnya. Seluruh tubuhku diguncang oleh gelombang kenikmatan yang dahsyat. Bersamaan dengan itu sperma Rega berhamburan kemana-mana. Aku yakin tadi dia sama sekali tidak berniat mencabut kontinya dari meki ku. Tapi Aku berhasil mengeluarkan kontinya sebelum dia menyemprotkan spermanya ke dalam meki ku. Sebenarnya aku juga ingin benihnya membanjiri meki ku, tapi terlalu beresiko karena saat ini aku sedang dalam masa subur.

Orgasmeku perlahan-lahan memudar. Aku terlentang lemas di atas tempat tidur, terpejam, masih kesusahan mengatur nafas. Kami berdua terbaring saling berlawanan arah di atas tempat tidur. Terengah-engah dengan tubuh penuh keringat. Selama beberapa menit kami terdiam, tak berbicara, hanyut menikmati kebahagiaan terdalam.

.

.

.

.

.

.





Setengah jam kemudian aku sudah berada di dapur. Menyiapkan sarapan sederhana untuk Rega dan juga untukku. Menu yang gampang dibuat dalam waktu singkat. Omelet dan juga roti panggang. Segelas susu hangat juga sudah aku siapkan di atas meja untuk Rega.

Aku dan terutama Rega membutuhkan nutrisi yang banyak karena energi kami sudah hampir terserap habis karena apa yang kami lakukan tadi setelah bangun tidur.

Aku menyiapkan sarapan hanya memakai apron tanpa pakaian apapun di dalamnya. Aku merasa gerah dan terlalu malas memakai pakaian setelah klimaks menakjubkan bersama adikku tadi. Rega pasti sangat tidak keberatan aku berpakaian seperti ini di dalam rumah. Lagipula tidak ada siapa-siapa lagi di dalam rumah selain Aku dan Adikku itu. Sejak aku dan Rega jarang pulang, sekarang Mbak Tina hanya datang bersih-bersih rumah di hari minggu saja.

Setelah menyiapkan sarapan untuk Rega aku akan bersih-bersih kamarku yang berantakan. Aroma percintaan dan bau segala cairan yang keluar dari tubuh kami berdua memenuhi kamarku. Aku juga mencium aromanya di seluruh tubuhku saat ini. Mau bagaimana lagi, kami berdua sudah berada di dalam kamarku sejak kemarin petang setelah makan malam bersama. Kami melakukannya sejak saat itu sampai hampir menjelang pagi. Bahkan tadi bangun tidur kami melakukannya lagi. Jadinya bau Keringat, ludah, lendir kami berdua sejak semalam bercampur menjadi satu. Setelah bersih-bersih kamar aku akan mandi membersihkan tubuhku.

Tak berselang lama Rega mengikutiku ke Dapur. Aku menatapnya sekilas saat dia akan duduk di meja dapur. Wajahnya yang tampan masih terlihat mengantuk dan capek. Sama sepertiku, Rega tidak memakai pakaian apapun berkeliaran di dalam rumah.

“Dek !! tadi kan aku sudah nyuruh kamu mandi dulu..” Gerutuku padanya.

“tadinya aku mau mandi, Rein!! tapi Keburu laper,, uhm, tapi ngelihat kamu sekarang, aku jadi makin laper.” Ucapnya,

Mendengar alasannya, aku langsung menoleh ke belakang. Dia duduk tepat dibelakangku. Sorot matanya terlihat nakal dan lapar mengamati pantatku. Wajah ngantuk dan capeknya seketika hilang setelah mengamati pemandangan bagian belakang tubuhku yang tak tertutupi apapun.

“Udah cepet mandi, Sana,,!!” Perintahku. lalu aku kembali fokus menyelesaikan masakanku.

Bukannya beranjak ke kamar mandi, dia malah melangkah menghampiriku. Dan dia sudah tepat berada di belakangku. Aku merasakan hembusan nafasnya di sisi leher dan telingaku. Tangan kirinya diletakkannya di pinggulku. Sedangkan tangan kanannya membelai pantatku dengan lembut.

“Kamu seksi banget Rein,,,” Sanjungnya “aku suka banget pantatmu,,,”

PLAAAAAKKKKK

“DEK !!”.
Aku memekik dan langsung menyikutnya pelan setelah dia menampar pantatku keras saat aku sedang memasak. Aku tidak siap dan sangat kaget saat tiba-tiba dia menampar pantatku. Saat aku akan menoleh ke belakang, dia menampar pantatku lagi. Kali ini lebih keras dari yang tadi.

PPPPPLAAAAAKKKKK

“AAA REGAAAA !!”.


Pantatku terasa perih. Tapi rasa perihnya tidak bertahan lama, setelah itu terasa hangat. Saat akhirnya aku menoleh kepadanya melalui pundakku, terlihat matanya tertuju pada pantatku. Dia menarik tangannya dan menamparku lagi.

PPPPPLAAAAAKKKKK

Aku mendesis kesakitan. Tapi sekarang aku sudah mulai terbiasa dengan rasa sakitnya. Pantatku terasa panas. Aku tidak tahu harus bagaimana diperlakukan seperti ini. Antara kesal dan bergairah. Bahkan aku sudah tidak bisa fokus mengoleskan mentega ke roti.

“Kamu kan suka di –Spank,, “ Bisiknya. Lalu menggosok pantatku dengan telapak tangannya. Itu meredakan rasa sakitnya. Pantatku terasa hangat.

“Lagi,” Ucapku lirih. Berharap dia tidak mendengarnya. Aku tidak sadar dengan apa yang aku minta.

Tangannya mendarat di pantatku lagi, kali ini benar-benar sangat keras. Aku menjerit kencang dan memejamkan mataku. Tanganku memegang tepian meja dapur dengan kuat, menahan rasa perih yang kuderita.

Setelah tamparan yang keras tadi, dia berhenti. Aku bisa merasakan ujung kontinya Rega membelai bagian dalam pahaku. Tangannya membelaiku. Menjelajahi pantatku, jarinya meluncur di antara garis belahan pantatku, melewati lobang pantatku lalu berhenti disana. Aku tersentak saat Rega memasukkan ujung jarinya ke dalam lobang pantatku.

Spontan aku menoleh ke belakang untuk mempertanyakan aksinya. Dia menatapku dengan tatapan nakal. Dia tahu kalau aku menyukai apa yang dia lakukan. Aku tak bisa menolaknya. Tubuhku tidak akan mengijinkanku untuk melarangnya atau menyuruhnya berhenti. Aku malah ingin lebih.

“SShhh, Dekkk..”

Perlahan-lahan jarinya keluar masuk di dalam lobang pantatku. Gerakan teratur itu membuat pantatku tertarik ke belakang dengan sendirinya. Aku ingin menjerit keras tapi hanya nafas yang keluar dari mulutku yang menganga.

“Pernah?” Tanya dia di telingaku.

Jika dia bertanya apakah lobang pantatku pernah dimasuki sesuatu, jawabannya sering. Oliv yang mengajari dan sering memasukkan salah satu sex toys- nya ke dalam lobang pantatku. Anal Beads namanya, berbentuk panjang dan fleksibel, seperti manik-manik berbagai ukuran yang disatukan. Tapi jika dia bertanya apakah aku pernah pernah melakukan seks anal. Tentu Aku belum pernah melakukannya. Aku hanya menggelengkan kepalaku untuk menjawab pertanyaannya.

“Gak pengen coba?” Tanya dia. Pertanyaannya lebih terdengar seperti tantangan untukku. Gerakan jarinya lebih cepat.

“Shh,,Kamu pengen analin aku?” Tanyaku balik kepadanya.

“Pengen banget analin pantat kakakku yang seksi !! Mau?” Tubuhku merinding. Darahku berdesir mendengar rayuannya yang jorok. Tapi aku suka.

Dia ingin merasakan kontinya berada dalam lobang pantatku. Aku juga menginginkannya. Aku sering memikirkannya. Sering membayangkan kontinya Rega berada di dalam lobang pantatku. Aku sangat ingin memberikan lobang pantatku yang masih perawan untuk Rega. Tetapi,

“Jangan sekarang” Ucapku lirih “Aku belum siap,,”

Aku paham akan rasa sakitnya melakukan itu. Membiarkan kontinya Rega yang besar masuk ke dalam lobang pantatku yang kecil pasti sangat menyakitkan. Oliv memberikan gambaran-gambaran yang mengerikan saat pertama kali dia melakukan anal dengan cowoknya. Untuk itu aku tidak bisa melakukannya sekarang. Aku butuh persiapan agar saat kami benar-benar melakukannya nanti akan terasa menyenangkan.

“Aku tunggu sampai kapanpun kamu siap,,,” Ucapnya, lalu mengecup pipiku dari belakang. “Tapi untuk yang satu ini, kamu siap kapanpun kan?”

“Aaachhhh,, Deekkk,”


Tanpa memberi peringatan terlebih dahulu, Rega memasukkan kontinya ke dalam mekiku dari belakang. Sedikit perih karena meki ku belum benar-benar basah. Tapi kontinya Rega sudah memuhi bagian mekiku yang paling dalam. Aku pengen marahin dia, tapi Aku terlalu lemas untuk ngomelin dia. Lagipula rasa perih itu perlahan-lahan hilang dan berganti dengan rasa nikmat yang berpusat di inti organ kewanitaanku.

“SShhhh Deekk aahh…”

Padahal baru setengah jam yang lalu kami berdua sama-sama menikmati klimaks yang menakjubkan. Sekarang dia menusukku lagi di dapur. Dia seperti mesin yang tidak kenal rasa lelah dan rasa puas. Meskipun terkadang dia membuatku kewalahan meladeninya. Tapi aku akan selalu siap kapanpun untuknya.

“SShh Enak banget mekimu Rein,…” Ucapnya sambil membombardir pantatku dengan pinggulnya.

“Aaahhh,, Aaku juga suka banget…”

“Suka Apa Rein?”

“SShhh.. Kontolmu enak banget Dekkk… ahhh aku sukka AAAAAAAhh”

“Terusss Rein, teriak yang kenceng,..”


Sepuluh menit berlalu Rega tetap menabrakkan pinggulnya ke pantatku. Selama sepuluh menit itu dia juga menampar-nampar pantatku dan meremas payudaraku dari belakang dengan sangat kuat. Terkadang dia juga menarik rambutku. Kali ini dia cenderung brutal.

Tapi aku menikmati setiap detiknya. Aku suka dengan semangatnya, kekuatannya yang tak pernah lelah, serta hasrat monster yang ada dalam dirinya yang tak terkendali. Dia tetap adikku. Adik tiriku yang sedang mencari kepuasannya sendiri pada tubuhku. Jeritanku semakin keras setiap dia mengasariku. Tetapi itu sangat menyenangkan. Gairah dan nafsunya tersalur kepadaku. Rasanya begitu memabukkan.

Namun aku sudah hampir sampai di ujung batasku. Tubuhku ikut bereaksi akan setiap gerakannya. Rega pun menyadari kalau aku sudah dekat. Diarahkan tangannya untuk menyentuh klitorisku. Beberapa kali gesekan jarinya disana, aku pun mencapai orgasme kesekian kalinya pagi ini.

Kepalaku mendongak ke atas. Aku berteriak kencang dan panjang. Aku merasakan orgasme yang sangat luar biasa sempurna. Benar-benar membuatku melayang. Tapi sayang itu tidak berlangsung lama, tubuhku pun terkulai lemas di atas meja dapur. Rega menghentikan gerakan pinggulnya namun belum mencabut kontinya dari meki ku.

“Terusin Dek,, jangan berhenti…” Ucapku serak dan lirih.

Aku tidak mungkin egois memaksanya untuk berhenti. Aku minta dia melanjutkannya sampai dia merasakan apa yang baru saja aku rasakan. Sepuluh menit berikutnya dia masih belum menunjukkan tanda-tanda akan orgasme. Dia Masih bertahan cukup lama.

Kemudian dia membimbingku untuk berpindah tempat ke meja makan mini di dalam dapur. Kami berpindah dengan keadaan tubuh kami yang menyatu. Tetap berada pada posisi dia menusukku dari belakang. Di atas meja itu aku menyandarkan sebagian tubuhku, dari pinggul sampai kepala. Lalu dia mengangkat satu pahaku ke atas. Dorongan tubuhnya semakin kuat. Kontinya Rega keluar masuk di dalam meki ku dengan cepat, hingga sensasi gesekan kelamin kami semakin meningkat. Semakin enak. Semakin Nikmat.

Beberapa kali hentakan berikutnya gerakannya makin cepat. Erangan dan nafasnya semakin terdengar keras. Dia akan sampai. Sedangkan aku baru saja mendaptakan orgasmeku lagi. Tubuhku sudah lemas. Aku bahkan tidak bisa merasakan kakiku sendiri

“Ahh..Di dalem Ya Rein..?” Pintanya.

“ahh, ahh jaa,,ngann..” Ucapku.

Sedetik berikutnya Rega mencabut kontinya. Dengan tangannya dia menyuruhku berbalik badan dan menyuruhku jongkok di bawah meja. Aku turuti kemauannya. Dia mengocok kontinya sendiri dan mengarahkannya ke wajahku. Aku memandang wajahnya, menunggunya untuk menyemprotkan spermanya.

Rega mengerang panjang bersamaan dengan kontinya yang menyemburkan spermanya. Aku spontan menutup mata saat spermanya muncrat di wajahku. Terasa hangat. Sebagian masuk ke dalam mulutku. Dan sebagian menetes ke lantai dapur.

.

.

.

.

.

.




Sore harinya sebelum petang aku berada di dalam kamarku. Di atas tempat tidurku yang empuk aku tengkurap memelototi layar laptop untuk mengerjakan tugas laporan kelompok KKN. Kejadian menyeramkan terjadi saat aku sedang KKN di desa yang sangat terpencil di atas gunung. Di sana aku hampir saja di-GB rame-rame sama beberapa orang desa. Kejadiannya hampir sama seperti saat aku dan oliv mengunjungi night club. Waktu itu aku dibuat tidak sadarkan diri oleh dua cowok brengsek. Sebenarnya aku tidak ingin mengingatnya lagi, tapi lain kali akan aku ceritakan kepada kalian bagaimana tangan-tangan kasar orang-orang itu menjamah tubuhku. Untungnya aku tidak sampai diperkosa oleh mereka. Tapi jangan sampai Rega tahu ya, aku takut dia akan menanggapinya terlalu berlebihan.

Saat ini Rega sedang tidur di kamarnya. Setelah permainan brutal di dapur tadi, dia mandi, sarapan, membantuku membersihkan kamar ini lalu dia tidur sampai sekarang belum bangun-bangun. Dia pasti sangat kelelahan setelah tenaganya terkuras habis-habisan pagi tadi. Selain itu, semalam dia juga kurang tidur. Jadi wajar saja kalau dia masih belum bangun sampai sekarang menjelang petang. Sedangkan aku, hanya bisa beristirahat sekitar dua jam tadi siang. Setelah itu mengerjakan laporan sampai sekarang.



Aku menoleh ke arah pintu kamarku saat aku mendengarnya terbuka. Rega masuk ke dalam kamarku. Ternyata sang pangeran tidur baru saja bangun dari tidur panjangnya. Dia hanya memakai boxer menutupi bagian bawah tubuhnya.

Melihatku tengkurap di atas tempat tidur, dia langsung menindihku. Seketika aku merasakan beban tubuhnya di atasku. Dia Mencium pipiku dari belakang. Lalu menghirup aroma tubuhku dalam-dalam.

“hei..” Sapanya.

Aku menolehnya ke samping. Dia tersenyum kepadaku. Berbeda dengan tingkah liar dan brutalnya tadi pagi di dapur, kali ini dia penuh kehangatan dan bersahabat. Tapi aku tahu, kalau tingkahnya penuh kehangatan ini gak akan berlangsung lama.

“Mandi bareng yuk…” Ajaknya.

“Kamu mandi duluan aja, aku masih belum selesai..” Seruku “Lagipula aku nggak yakin kalau kamu hanya pengen mandi bersama,,,”

Dia terkekeh. Ucapannya tadi pagi tentang ingin bercinta denganku sehari ternyata bukanlah candaan belaka. Dia mengajakku bercinta lagi. Benar-benar gila adikku ini. Sama sekali gak ada capek-capeknya. Aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa atas keinginannya yang selalu mencari pemuasan gairah. Aku tidak bisa menyalahkan dirinya, justru aku yang berperan banyak dalam menstimulus gairahnya untuk bercinta. Aku yang mengajarinya cara bercinta. Bahkan aku cewek pertama yang bercinta dengannya.

Tapi tidak. Aku tidak akan bercinta lagi dengannya sore ini. Aku tidak akan menuruti keingannya. Aku harus sekuat tenaga menahan gairahnya. Dan aku tidak ingin terhanyut akan gairahku sendiri. Aku tidak akan terpancing. Lagipula tugasku juga masih belum selesai. Dan aku harus menyelesaikannya segera mungkin karena besok aku sudah harus kembali ke kampus.

“Bagaimana kalau sambil nunggu kamu selesai, kita melakukan pemanasan?” Tanya dia.

“Pemanasan bagai….” Ucapanku terpotong “ DEKKK JANGANNN,,!! GAK MAUUUU….”

Aku menahan Rega yang sedang berusaha memelorotkan celana dalamku. Tapi aku kalah kuat dengan tenaganya. Celana dalamku sudah tidak menutupi apa yang seharusnya tertutupi dari tubuhku. Saat aku akan bangkit, dia menahan punggungku dengan tangan kirinya Hingga aku tidak bisa bergerak. Lalu tangan kanannya mulai menyusuri belahan pantatku dari atas sampai ke garis meki ku.

“DEKKK. KAMU YAA, DIBILANGIN JANGAN…”. Ujung jarinya mulai masuk ke dalam meki ku dari belakang. Tubuhku sedikit tersentak.

“Kamu bisa sambil ngerjain tugasmu Rein.. biar aku bikin kamu panas dulu…” Ucapnya lalu terkekeh.

“DDDEEEKKKKK,,,,,,”

Jarinya Rega mulai masuk lebih dalam. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengangkat pinggulku. Dan mati-matian berusaha untuk tidak mendesah. Aku tidak ingin menikmati ini. Tetapi jari tangannya di dalam meki ku mulai bergerak-gerak, dan aku merasakan meki ku berkedut-kedut. Aku memejamkan mataku, menggigit bibirku sendiri, mencoba menahan kenikmatan gerakan tangannya di dalam meki ku. Aku tidak seharusnya menyukai apa yang dia lakukan. Tapi aku suka. Dan aku tidak ingin dia tahu kalau aku mulai menikmatinya.

Dengan mahirnya, tangan kirinya melepas kaitan bra ku. Lalu dia berusaha menyusupkan tangannya itu di dibawah tubuhku. Dia berhasil memegang payudaraku dan meremasnya lalu mencubit puting payudaraku.

“MMMMhhhhhhhhhh….”

Aku mengerang dalam mulutku yang tertutup rapat. Aku tidak bisa menahannya, suara itu keluar begitu saja dari tenggorokanku. Jika begini terus tinggal menunggu waktu aja hingga desahan terlepas dari mulutku.

Rega mendorong jarinya lebih dalam. Aku yakin dia menggunakan jari tengah tangan kanannya. Aku kembali tersentak saat jari berikutnya masuk ke dalam. Kini dua jarinya berada di dalam. Meki ku terasa penuh walaupun dua jarinya tidak sebanding dengan tebalnya kontinya Rega. Aku mulai putus asa, tangan kirinya memilin putting payudaraku. Membuat pinggulku perlahan mulai terangkat dengan sendirinya.

Kedua jarinya ditarik keluar setengah lalu didorongnya masuk lagi dalam-dalam. Dia lakukan gerakan itu berulang-ulang. Aku mengerahkan semua tenagaku untuk tetap bertahan menahan erangan yang akan mengancam keluar dari mulutku.

Jari-jarinya penetrasi di dalam meki ku dengan gerakan halus dan lembut. Tangannya yang lain membelai dan meremas payudaraku beserta putingnya. Dan aku mulai panik. Karena aku mulai menginginkannya, aku menginginkan lebih dari sekedar dua jarinya di dalam meki ku. Aku pengen kontinya yang keluar masuk di dalam meki ku. Saat jarinya ikut-ikutan menggesek-gesek lobang pantatku, aku sudah semakin putus asa. Meki ku sudah sangat basah. Dan aku sudah diambang orgasmeku.

Tapi tiba-tiba dia menghentikan segala perbuatannya pada tubuhku. Dia menarik keluar jarinya dari meki ku.

“Yaudah deh aku mandi duluan…” Ucapnya santai lalu turun dari tempat tidurku.

Aku berbalik badan menghadapnya. Melihatnya turun dari tempat tidurku lalu dia berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarku. Dia pergi begitu saja meninggalkanku. Aku terengah-engah, bingung, marah, frustasi, sedikit rasa malu dan sakit melihat Rega masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintunya, tak lama kudengar gemercik suara air shower.

Aku tahu tadi adalah triknya. Dia sengaja tidak membiarkanku menggapai orgasme yang tinggal sedikit lagi kuraih. Aku turun dari tempat tidur. Melepas celana dalamku. Lalu berjalan menyusulnya ke kamar mandi dengan perasaan kesal dan sedikit merasa direndahkan.

Aku membuka pintu kamar mandi, dia sudah menungguku. Dia berdiri di bawah aliran air yang jatuh dari shower menghadap pintu kamar mandi dengan senyumnya yang menyebalkan. Dia merasa aku sudah jatuh dalam kendalinya.

Dia memang benar. Dan aku tidak peduli dengan itu. Karena aku membutuhkannya. Membutuhkan dia menyelesaikan apa yang dia mulai.

Aku berjalan menghampirinya. Dia mematikan air shower. Kemudian aku jongkok tepat di hadapannya. Aku mencium kontinya Rega yang perlahan-lahan mulai menegang. Hanya sebuah kecupan awalnya. Saat jari-jari tangannya memegang kepalaku, aku membuka mulutku lalu menjulurkan lidahku untuk menjilati puncak kontinya. Kemudian memasukkan sepenuhnya ke dalam mulutku. Dan aku mulai menghisapnya dengan lembut.

“Sssshhh…”

Dia mendesah. Dia menyukai apa yang aku lakukan. Dengan segala sentuhan dari bibir dan lidahku, kontinya semakin menegang dan semakin mengeras. Sementara kedua tanganku memegangi pantatnya. Ketika aku merasakan kontinya sudah hampir ber-ereksi dengan sempurna. Aku memindahkan mulutku ke pangkal kontinya lalu menjilati kontinya sampai ke ujungnya. Kumasukkan lagi ujungnya itu kedalam mulutku. Memberikan sebuah hisapan lembut.

Rega mengerang keras. Jadi aku melakukannya lagi gerakan itu. Menjilati kedua kantung bolanya lalu lidahku menyapu di sepanjang kontinya sampai ke ujung dan memasukkan kontinya lagi ke dalam mulutku. Lalu menghisapnya kuat-kuat. Aku lakukan gerakan itu berulang-ulang. Semakin tegang kontinya, semakin sedikit kontinya yang bisa masuk ke dalam mulutku. Terbayang kan betapa besarnya kontinya adikku ini jika sudah ereksi dengan sempurna?.

Dari bawah aku menangkap ekspresi wajahnya yang sedang keenakan. Kepalanya mendongak dengan mata yang terpejam menikmati hisapan mulutku pada kontinya. Aku semakin membawa kontinya Rega masuk semakin dalam di mulutku. Hampir menyentuh tenggorokanku. Dia mendesah lagi, lalu desahannya berubah menjadi erangan-erangan berkelanjutan saat kontinya keluar masuk dengan cepat di dalam mulutku.

“aaahhhh ahhh ahhhh Reinnn”

Aku meliriknya lagi. Melihat reaksinya yang sedang digulung-gulung kenikmatan sambil menyebut namaku. Setelah itu kukeluarkan kontinya dari mulutku, supaya aku bisa bicara.

“Gerakin pinggulmu Dekk,,!!” Perintahku.

Aku kembali memfokuskan diri pada kontinya yang sudah sangat tegang. Aku menjilati ujung kontinya, lalu memasukkan ujung kontinya ke dalam mulutku lagi. Kali ini pinggulnya yang bergerak maju, kontinya pun terdorong masuk ke dalam mulutku sampai menyentuh tenggorokanku lalu pinggulnya bergerak mundur dan kontinya ikut tertarik. Belum sampai keluar, dia menggerakkan lagi pinggulnya kedepan. Kali ini ritemnye dipercepat. Kedua tangannya memegangi kepalaku saat dia menggerakkan pinggulnya maju mundur.

Aku membiarkan dia bergerak dengan cepat dan membiarkan kontinya masuk semakin dalam di mulutku. Hanya erangan-erangan tertahan yang bisa keluar dari mulutku.

“mmhmmhhhh mhhhhhhh mmhhhh”

Saat aku merasakan dia akan orgasme, dengan cepat aku menarik kepalaku dan kontinya keluar dari mulutku. Dia terlihat kecewa. Lalu aku berdiri.

“Sekarang juga masukin kontolmu..” Ucapku penuh dengan tekanan di setiap kata. Lalu aku berdiri menghadap dinding kamar mandi. Sedikit membungkuk dengan kedua telapak tanganku menempel pada dinding kamar mandi. Kulebarkan sedikit kakiku. Dan aku sudah siap ditusuk lagi dari belakang.

.

.

.

.

.

.




MALAM HARINYA

----POV REGA----


Di atas tempat tidurnya, Aku dan Rein saling berhadap-hadapan. Begitu dekat. Saling memandang. Tanganku melingkar sampai ke punggungnya. Membelai lembut kulit punggungnya. Sedangkan tangannya membelai rambutku. Satu pahanya terjepit diantara kedua pahaku. Kami baru saja mencapai orgasme yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Dan orgasme yang barusan terjadi adalah yang paling dahsyat hari ini. Aku merasakannya di seluruh tubuhku.

Malam baru saja menggelapkan dunia tapi kami berdua sudah sangat kelelahan. Tenaga kami sudah terkuras habis. Aku tidak akan sanggup melakukannya lagi di sepanjang malam ini. Ya. Aku benar-benar selesai hari ini. Rein juga pasti sangat capek seharian ini meladeni nafsuku. Tapi Hari ini sungguh luar biasa. Di dekatnya aku selalu merasa ingin terus memuaskan hasratku. Atau hari ini aku terlalu berlebihan kepadanya?.

“Makasih untuk hari ini,,”
Ucapku lirih. “Maaf. kamu jadi gak bisa nyelesein tugasmu…”

Dia tersenyum. “Aku bisa melanjutkannya besok..” Ucapnya serak.

“Janji deh besok aku gak akan mengganggumu lagi…” Ucapku. “Kamu jadi balik ke kampus besok sore?”

Dia mengangguk. “Besok Aku akan berusaha menyelesaikannya sebelum siang, jadi masih ada waktu untuk kita sampai sore,,” Ucapnya. Aku tersenyum lebar mendengar ucapannya. Kudekatkan wajahku, lalu kukecup sekali bibirnya.

Beberapa menit kami berdua masih saling memandang. Rein memandangku begitu dalam. Tapi sepertinya dia sedang memikirkan hal lain.

“Ada apa Rein..? Kamu mikirin apa?” Tanyaku.

Butuh waktu beberapa detik dia baru menjawabku. “Aku takut sama kamu Dek..”

Aku kaget mendengar ucapannya. Apa yang dia pikirkan sampai berkata seperti itu. “Kenapa kamu takut sama aku?”

Sambil membelai wajahku dia berkata “Kamu tumbuh dewasa dengan cepat, aku takut kamu jadi seperti apa suatu hari nanti, kamu selalu punya kebiasaan terlibat dalam masalah.”

Jadi dia masih memikirkan apa yang telah aku lakukan bersama Angel. “Aku ingin menjadi seperti yang kamu mau Rein.. Apapun yang terjadi, aku yakin kamu akan Selalu menjagaku, selalu ada untukku..”

Dia menggelengkan kepalanya pelan. “Aku serius dengan kata-kataku kemarin, jika sekali lagi kamu terlibat masalah, aku akan meminta Papa memindahkanku dari Negara ini, dan kamu gak akan bertemu denganku lagi…”

“Rein,,, aku gak mau berpisah sama kamu.. Aku janji gak akan mengulanginya lagi,”.
Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku dan dia sudah terikat erat. Aku gak bisa membayangkan apa yang terjadi jika ikatan tali yang sudah tersambung erat itu putus.

“Aku tau, terkadang aku terlalu keras sama kamu.. Tapi, itu karena aku peduli sama kamu, aku menyayangimu Dek.. Orang tua kita sedang tidak berada disini, mau tidak mau kita harus saling menjaga,,”

“Maaf, aku selalu menyusahkanmu, membuatmu khawatir, membuatmu kesal,, Mungkin kamu sudah muak sama janji-janjiku, tapi aku janji akan menjadi lebih baik lagi demi kamu..”


Rein mendekatkan wajahnya, kali ini dia mencium bibirku. Kami berpagutan cukup lama. Seolah dia ingin mengunci janjiku. Dia tersenyum setelah menarik wajahnya.

“Kupikir, apa yang aku lakukan kemarin akan membuatmu bangga,, “ Ucapku.

“Ada banyak cara lain untuk menarik perhatianku, bukan seperti itu….” Ucapnya “Sebenarnya aku juga heran, kenapa cucu dari seorang konglomerat melakukan hal gila dan berbahaya seperti itu..”

“Hah? Maksudmu Angel? Cucu Konglomerat? Kamu kenal sama Angel sebelumnya?”
Tanyaku kaget.

“Kamu belum tau dia cucu seorang konglomerat?” Tanya dia heran.

“Aku Cuma tau kalau dia anak orang kaya…” Jawabku.

“Aku tidak kenal sama dia, tapi aku pernah melihat dia sebelumnya.. dua kali !!“ Serunya “pertemuan pertamaku dengan dia saat aku berumur tujuh atau delapan tahun. Saat itu aku diajak Papa sama Mama menghadiri acara pengangkatan calon CEO salah satu perusahaan Pengeksplor Minyak terbesar di Negeri ini. Waktu itu Papa diundang sebagai salah satu konsultan pembangunan kilang minyak.. Pemilik perusahaan menunjuk menantunya sendiri sebagai calon CEO, yang tidak lain adalah orang tuanya Angel. Aku masih ingat, saat calon CEO itu turun untuk menyalami para tamu, dia didampingi istrinya dan seorang anak kecil yang selalu kelihatan takut dan malu, anak kecil itu selalu memegangi gaun ibunya, Anak kecil itu adalah Angel.

Mama selalu berkata kalau anak Calon CEO itu mirip denganku, makanya aku selalu ingat dengan dia., Tapi setahun setelah diangkat sebagai CEO, Ayahnya Angel menghilang secara misterius dan tidak diketahui kabarnya sampai sekarang. Sempat membuat proyek-proyek yang ditangani Papa terhenti lama.

Bertahun-tahun kemudian, aku melihatnya lagi di tempat latihan karate. Saat itu aku baru saja akan mendaftar disana.. Tapi setelah itu aku tidak melihatnya lagi.. mungkin dia sudah menyelesaikan tingkatan tertentu atau tidak melanjutkan latihan lagi. Bertemu lagi dengan dia untuk kedua kalinya setelah sekian lama, Aku melihat Ada yang berbeda dari dia,, dia bukan lagi anak kecil yang dulu terlihat ketakutan dan malu-malu, sekarang sorot matanya terasa dingin dan….. gelap”


Aku terdiam setelah mendengar ceritanya Rein tentang pertemuannya dengan Angel. Ceritanya sedikit banyak mebuatku terkejut. Rumor tentang Angel merupakan anak orang kaya ternyata memang benar adanya. Tapi bukan itu yang mengganggu pikiranku, awalnya kukira alasan Angel bersikap dingin karena dia anak orang kaya yang kebanyakan angkuh, sombong dan menyebalkan. Meskipun dia memang menyebalkan, tetapi setelah akhir-akhir ini aku terpaksa harus dekat dengan Angel, aku tahu dia bukan orang yang angkuh, arogan ataupun sombong. Karena tidak mungkin orang yang arogan mau mengorbankan dirinya sendiri untuk membantu orang lain yang tertindas.

Kurasa ada alasan lain mengapa dia selalu bersikap dingin kepada semua orang. Mungkin ada hubungannya dengan keluarganya, orang tuanya, atau ada alasan lainnya. Dan satu lagi yang membuatku tak kalah terkejut. Ternyata Angel satu perguruan dengan Rein. Gokil.

“kamu lagi mikirin dia?” Tanya Angel dengan pandangan yang mengintimidasi.

“Ah, enggak,, enggak, btw, yang kemarin itu temenmu?” Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

“Kemarin? Kamu bertemu dengan Oliv..?” Tanya Rein, dia sedikit terperanjat “Apa saja yang dia katakan,,?”

Jadi temannya Angel itu namannya Oliv. “Uhmm, dia bilang kalau kamu menuyuruhnya kesini, lalu dia bilang kalau pernah bertemu denganku.. “

“Cuma itu yang dia katakan?”
Tanya Rein. Aku hanya mengangguk.

“Oliv teman sekamarku di Asrama, omongannya jangan diambil hati,, dia selalu suka bercanda..”

Pantesan dia tau banget tentang Rein dan juga tentangku. Oliv pasti orang yang selalu dijadikan tempat curahan hatinya Rein. Tapi kurasa dia tidak bercanda tentang pernah bertemu denganku, karena aku juga merasa pernah bertemu dengan dia. Tapi aku lupa. Meskipun akhirnya aku tau namanya, aku tetap tidak ingat bertemu dimana dan apa yang kami lakukan bersama.

“menurutmu dia cantik nggak?” Tanya Rein tiba-tiba.

“Cantik !! dan sepertinya dia anaknya asik..”

“Mau aku kenalin sama dia? Dia lagi kosong… Selain cantik dan asik, dia anaknya baik, ramah, dewasa, pengertian dan pastinya gak aneh-aneh kayak temen-temenmu. Dek !! kan sudah pernah aku bilang, sudah waktunya kamu mencintai seseorang lagi. Daripada kamu jalan sama cewek-cewek nggak jelas. Mending kamu jalan sama Oliv.. Aku yakin kamu bakalan suka sama dia..”

“Ya gapapa sih kalau kamu mau kenalin aku sama dia.. tapi aku gak mau buru-buru, untuk mencintai seseorang kan gak secepat itu…”
Ucapku.

Dia terlihat kecewa dengan ucapanku. Dia terdiam cukup lama kemudian bertanya sesuatu yang mebuatku sangat kaget.

“Rega !! Kamu masih cinta sama aku?” Tanya dia lirih.

“Cinta..? Maksudmu…”

“Kamu dulu pernah mencintaiku kan?”
Tanya dia lagi “Sebenarnya, sampai sekarang aku masih belum bisa melupakan perasaanku ke kamu… bagimana kalau mulai sekarang kita pacaran? Mulai besok kita kembali kesini.. ke rumah kita. Kamu gak perlu tinggal disana lagi, aku juga gak akan tinggal di asrama lagi.. Jadi setiap hari kita bisa bertemu,, kita bisa kencan setiap hari seperti kemarin dan hari ini..”

Aku tersenyum mendengar perkatannya. Aku langsung tahu apa maksudnya berkata seperti itu.

“Kamu sengaja kan berkata seperti? Seperti halnya kamu bersikeras mengenalkan aku dengan temen dekatmu.. Kamu sengaja Berkata seperti itu biar aku tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakan diriku sendiri, kamu khawatir aku kembali ke kosan dan melakukan hal aneh-aneh lagi, ya kan?”

Dia terdiam lagi mendengar ucapanku. Menatapku cukup lama lalu mengangguk pelan. Matanya tidak menatap mataku lagi.

Aku tau bukan hal yang mudah baginya berkata seperti itu kepadaku. Karena dulu dia memang mencintaiku, sama seperti halnya aku mencintainya sampai sekarang. Yang aku tahu, sudah lama dia mematikan perasaannya kepadaku. Dimataku sekarang, She’s just being a good loving sister.

Kusentuh pipinya. Dia menatapku. “Rein!! Aku akan membuktikan ke kamu kalau aku gak akan berbuat aneh-aneh lagi.. dan kamu gak perlu mencarikan aku seseorang untuk aku cintai ., meskipun aku belum begitu mengerti apa yang sedang kurasakan, tapi akhir-akhir ini ada seseorang yang terus muncul di dalam pikiranku..” Ucapku sambil tersenyum.

“Siapa?” Tanya dia cepat.

.

.

.

.

.






Keesokan harinya pada malam hari, aku baru saja tiba di rumah kost saat melihat Winry sedang duduk di ruang santai lantai dua. Ruang santai letaknya di antara kamarnya Winry dan kamar kosong. Dia duduk di ujung sofa panjang dengan mengangkat kedua kakinya yang putih bersih sambil membaca buku kuliah. Sepasang matanya memperhatikanku ketika aku baru saja tiba di lantai dua.

Aku menghampirinya dan menghempaskan tubuhku di ujung sofa yang lain. Mendapati aku berjalan menghampirinya, Dia membenarkan duduknya dan hanya menarik kedua ujung bibirnya ke atas saat aku menyapanya. Kubalas senyumnya. Lalu dia melanjutkan membaca buku kuliah yang kini dia letakkan di atas pahanya.

Sepuluh menit kemudian dia masih hanya diam. Sudah kuduga. Dia tidak akan membahasnya ataupun bertanya tentang keributan yang terjadi antara Rein dan Angel hari minggu kemarin. Memang Winry bukanlah tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Seperti halnya dia tidak ingin orang lain ikut campur dalam urusan pribadinya.

Aku masih menatapnya. Tanpa aku sadari, aku memandangi tato yang ada di atas dada kirinya. Tato itu berada tepat di bawah tulang selangkanya yang menonjol. Aku sudah lama menyadari keberadaan tato itu di dadanya. Tapi baru sekarang aku bisa melihatnya dengan seksama. Sebuah tato tulisan yang sebagian besar tertutupi kaos yang dia kenakan. Yang terlihat hanya tulisan ‘Wish You’. Aku jadi penasaran kalimat apa yang dia abadikan di dada kirinya. Dan cerita apa dibalik pembuatan tato itu. Karena setiap tato selalu punya cerita dan makna.

Tiba-tiba tato itu dan sebagian besar dadanya Winry tertutupi buku kuliah. Lebih tepatnya dia sengaja menutupinya setelah dia memergoki aku sedang memandangi area dadanya. Dia menatapku dengan intens.

“tatapanmu mencurigakan senior !! Kamu ngelihatin apa..?” Tanya dia serius. Tangannya tetap memegangi buku kuliahnya yang menutupi area dadanya.

Sial. Mataku kena grebek. Aku jadi panik karena ketahuan. “Uhm, aku,,aku nggak bermaksud ngelihat kesitu”.

Dia masih memandangiku dengan wajah yang serius. Tapi wajahnya yang awalnya serius tiba-tiba berubah menjadi tawa geli. Dia tertawa kencang. Aku tidak pernah melihatnya tertawa lepas seperti itu. Dan saat Winry tertawa, wajahnya terlihat makin menawan. Cantik alami meski tanpa make up.

“Aku cuma bercanda senior..”
Ucapnya sambil masih berusaha menahan tawa “Aku nggak se ge-er itu, aku tau dadaku ini nggak stare-worthed”

“Hmm, siapa bilang punyamu gak worthit dipandang? Aku malah suka yang imut-imut tau,, mau aku buktiin?”
Tantangku sambil mendekatkan tubuhku ke tubuhnya. Di atas sofa aku merangkak ke tubuhnya memberikan kesan menantang kepadanya.

Winry langsung terdiam dan membisu setelah mendengar tantanganku. Aku mendekatinya dengan senyum nakal di wajahku. Winry semakin terdesak sampai tubuhnya terhempas ke belakang, kepalanya mendarat di lengan sofa. Dan aku sudah berada di atas tubuhnya. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya hingga menyisahkan jarak kurang dari tiga puluh sentimeter saja. Wajahnya memerah, antara terlihat shock, bingung dan ketakutan. Kedua lengannya dia gunakan untuk melindungi area dadanya. Dia begitu waspada dengan kemungkinan aku akan melakukan kontak fisik kepadanya.

Karena sudah tidak tahan melihat ekspresi wajahnya yang ketakutan, akhirnya aku tertawa keras dan perlahan-lahan menjauhi tubuhnya.

“Hahahahaahah…” Aku benar-benar tertawa puas berhasil membalas mengerjainya.

“SENIORR !! Dasar Hentai…” Pekiknya kesal sambil menatapku.

“hahaha, kamu sih duluan ngerjain aku,, tapi aku serius dengan kata-kataku tadi, aku lebih suka yang imut” Ucapku sambil tersenyum. Dia hanya melirikku dengan wajah yang masih terlihat kesal. Sumpah lucu banget Winry kalau lagi kesel.

“uhm, oiya makasih udah menjaga rumah ini selama aku pergi.. “ Ucapku “Kangen aku nggak?” Tanyaku.

“Sedikit…” Balasnya “Aku mulai khawatir kamu gak akan balik lagi dan ninggalin aku sendirian dirumah sebesar ini, aku sedikit takut..” Ucapnya.

“Sorry,, sorry , kamu takut apa? bukannya kamu sudah terbiasa dengan keheningan…?” Tanyaku. Aku menatapnya. Dia menggelengkan kepalanya.

“Terkadang kesunyian membuatku takut,”
Ucapnya “Karena saat dunia disekitarku sunyi, yang tersisa hanya apa yang ada di pikiranku. Dan terkadang apa yang ada di pikiranku bisa jadi sangat kejam..”

Aku terperangah mendengar kata-katanya. Aku bisa merasakan apa yang Winry ucapkan. Karena aku pernah merasakannya. Hampir dua tahun yang lalu saat Rein memutuskan tinggal di asrama mahasiswa, aku benar-benar sendirian di rumah. Saat kesendiran itulah aku sering teringat dengan kejadian paling traumatis yang pernah terjadi di dalam hidupku, Alexa. Parahnya saat itu tidak ada orang-orang terdekatku yang bisa mengalihkan perhatianku dari rasa bersalahku. Sendirian saat berada di titik terendahku benar-benar menyeramkan. Dan itu awal mula aku jatuh dalam kegelapan.

Mungkin semua orang juga pernah merasakannya meskipun kejadian traumatis tiap orang berbeda-beda. Tapi kuyakin yang di alami Winry lebih parah. Karena sekarang, dia seorang diri di Dunia ini.

Tiba-tiba ponselnya Winry yang ditaruh meja berdering. Dengan cepat dia mematikan suara nada dering ponselnya. Lalu dia berdiri. Sudah menjadi kebiasaan, Winry selalu mendapatkan panggilan telepon antara jam tujuh sampai dengan jam sepuluh malam. Aku jadi penasaran siapa yang selalu menghubunginya tiap malam.

“Uhm senior. Aku ke Kamar dulu..” Pamitnya.

“Oke…”
Jawabku singkat.

“Oh yah, hari sabtu besok, boleh aku mengajak temenku menginap disini?” Tanya dia sebelum beranjak dari ruang santai. Teman?. Pasti bukan Mira. Dia tidak akan meminta ijinku jika teman yang dia maksud adalah Mira.

“Tentu Boleh,,!! “ Ucapku memperbolehkan “Eh, cowok atau cewek?” Tanyaku.

“Kalau cowok aku gak akan mengajaknya kesini Senior…” Ucapnya.

“Lalu Kemana?” Tanyaku menggodanya. Dia hanya tersenyum dan meninggalkanku menuju kamarnya.

Setelah Winry masuk ke dalam kamarnya, aku juga langsung menuju kamarku. Tapi aku sengaja berputar melewati kamarnya Winry dan berhenti tepat di depan pintu kamarnya Angel. Aku mengehela nafas besar. Aku teringat kembali keributan hari minggu kemarin.






Flashback

Rein sudah berada di depan pintu kamarnya Angel. Dia menggedor pintu kamar itu dengan sangat keras. Winry sampai keluar dari kamarnya setelah mendengar keributan dari luar kamarnya. Pintu kamar Angel terbuka. Saat tau yang membuka pintu itu adalah Angel, Rein langsung menarik lengan Angel dan memaksanya secara kasar untuk keluar kamar. Rein mencengkram lengan Angel dengan kuat dan mendorongnya sampai ke tembok.

“Hei, hei, apa yang kamu lakukan? Kamu menyakitinya..” Kirana berusaha mencegah Rein

Sedangkan aku berusaha menenangkan Rein. “Rein hentikan,,,”

Angel juga berusaha melepaskan cengkraman Rein dengan tangannya dan akhirnya berhasil. Namun dengan gerakan cepat Rein menampar wajah Angel dengan sangat keras hingga meninggalkan bekas merah di wajahnya.

Dengan air mata yang masih mentes, Rein berkata “AKU TIDAK PEDULI APAPUN YANG SUDAH KAMU LAKUKAN, KAMU PAHLAWAN ATAU KRIMINAL SEKALIPUN AKU TIDAK PEDULI. SEKARANG JUGA PERGI KAMU DARI RUMAH INI DAN JANGAN PERNAH LAGI GANGGU ADIKKU..”

Jika daritadi pikiranku berpusat kepada Rein, kini Perspektifku seketika tertuju kepada Angel. Dia baru saja menyelamatkan nasib banyak orang. Dan banyak yang sudah dia korbankan dalam prosesnya. Meskipun telah menyelamatkan nasib banyak orang, dia tidak mau menampakkan dirinya. Dia tidak ingin orang-orang tau apa yang sudah dia lakukan dan dia tidak ingin dilihat sebagai orang yang telah berjasa. Dia tidak ingin namanya dipublikasikan di berbagai media masa atau media sosial sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan nasib orang-orang yang tertindas kejahatan.

Walaupun Angel tidak sedikitpkun mengharapkan apresiasi atau balas jasa atas apa yang sudah dia lakukan, bagiku dia sangat layak mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya. Tetapi lihatlah apa yang di dapatkan sekarang. Sebuah tamparan keras di wajahnya. Akibat tamparan itu, sebagian pipi Angel terlihat merah. Aku bisa membayangkan betapa sakitnya itu.

Tetapi Angel tetaplah Angel. Meskipun dia habis digampar, dia sama sekali tidak terlihat takut dengan Rein. Dia membalas tatapan Rein dengan tak kalah sinisnya. Rein dan Angel, tidak hanya fisik mereka yang hampir mirip. Mereka berdua itu sama-sama keras kepala. Mereka berdua sama-sama ber-elemen api, tegas tak terkendali. Dan saat mereka bertemu, panasnya bisa menjelar ke segala penjuru dan bisa menghanguskan apapun disekitarnya.

Dengan tangan yang masih memegangi pipinya yang merah karena tamparan Rein, Angel malah tersenyum kepada Rein. Kemudian dengan santainya dia berkata,

“Aku nggak akan pergi kemana-mana,.” Seru Angel “aku akan tetap disini !!, aku masih ingin bersamanya,,” Ucapnya sambil menatapku.

Aku begitu terkejut mendengar ucapan Angel. Apa yang membuatnya berkata seperti itu?. Ucapan Angel pasti akan membuat emosi Rein kian tersulut. Aku membaca gerakan tubuh Rein. Dengan emosinya yang semakin memuncak dia akan berusaha menyerang Angel lagi. Tetapi aku berhasil menahannya. Kupegang lengannya dengan erat.

“Rein, sudahlah,,,”. Rein menatapku yang sedang berusaha menenangkannya. Tatapannya kosong dan sangat dingin.

“DEK !! SURUH DIA PERGI DAR SINI,,!!” Bentaknya.

Setelah apa yang aku dan Angel lalui bersama, Aku tidak mungkin bisa mengusirnya begitu saja dari sini. Aku malah kasihan padanya karena diperlakukan tidak baik oleh Rein.

“Tidak, dia tetap disini,,,” Ucapku pelan. Rein terperangah. Seakan dia tidak percaya dengan apa yang telah aku ucapkan.

“KAMU… KENAPA KAMU NGEBELAIN DIA SAMPE SEGININYA SIH? KAMU SUDAH DIAPAIN SAMA CEWEK SIALAN INI?” Bentaknya kepadaku “OHHH AKU TAU, KARENA DIA SELALU MEMBUKA BAJUNYA UNTUKMU?? IYA KAN??”

“Astaga, REIN”

“APA? BUKANNYA MEMANG KARENA ITU KAMU GAK RELA NGUSIR DIA DARI SINI? KARENA KALAU DIA PERGI DARI SINI, KAMU GAK BISA BEBAS MENIKMATI TUBUHNYA TIAP MALAM !!”


Mendengar ucapan Rein yang jahat membuat emosiku sedikit terpancing. Telingaku panas mendengar Angel dituduh yang bukan-bukan.

“CUKUP REIN !!” Bentakku “ANGEL BUKAN CEWEK SEPERTI ITU, DIA BUKAN CEWEK MURAHAN SEPERTI YANG KAMU PIKIR.. JADI KUMINTA KAMU JANGAN MENUDUHNYA SEMBARANGAN.. JELAS AKU AKAN MEMBELANYA, KARENA AKU TAU DIA CEWEK SEPERTI APA, DAN DIA NGGAK LAYAK KAMU PERLAKUKAN SECARA KASAR SEPERTI TADI, APALAGI SAMPAI MENGUSIRNYA DARI SINI..”

Rein tak berkata apa-apa lagi. Dia menatapku dengan air mata yang kian mengalir deras dari pipinya. Aku tahu dia akan kecewa kepadaku karena lebih membela Angel daripada menuruti permintaannya.

“lepasin,,” Ucapnya Pelan.

“Rein, dengerin aku dulu..”

“LEPASIN !!” Bentaknya kesal.


Aku mengendurkan pegangan tanganku pada lengannya. Setelah tangannya terbebas, Rein melangkah menjauhiku tanpa berkata apa-apa lagi. Dia berjalan menuju arah tangga. Angel menatapku datar dengan wajah dinginnya. Disebelahnya, Kirana memandangku sambil senyum-senyum sendiri.





Aku menghela nafas besar lagi. Apa yang dia lakukan sekarang?. Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba pintu kamarnya Angel terbuka dari dalam. Dan yang punya kamar keluar dari dalam.



“Ngapain kamu disini?” Tanya dia heran.

“Aaa,,aku,,”

“Tapi Kebetulan kamu disini, sekarang juga ikut aku…!”
Serunya.



BERSAMBUNG



3 Kali SS Rein, bagian mana yang paling hot? Atau gak panas sama sekali? :malu:


Btw, ane terkesan sama chapter sebelumnya. hanya dalam dua hari setelah rilis, sudah dapet lebih dari 50 Likes. Meskipun sangat jauh dibandingkan cerita Lembaran Baru, tapi cukup bikin wow,, karena chapter2 sebelumnya gak bakal dapet 50 likes dalam dua hari.. Mungkin karena gak ada update dua bulan makanya banyak yg ngelike,, hehe, sooo berapa like yg akan didapet chapter ini sampai dua hari???

Kenapa sih ane mikirin Likes? Karena bagi seorang ‘TS’ Cerbung (Bukan penulis, karna ane belum jago2 banget nulis cerita) Jumlah Likes itu menandakan jumlah orang yang baca cerita ini. Jika banyak likes, berarti banyak yang baca, begitu juga sebaliknya. Logikanya, buat apa ane capek-capek lembur ngetik sampai malam untuk ngelanjutin cerita ini, jika gak ada peminat.

Jadi, jika kalian suka dengan chapter ini, jangan ragu tekan tombol like.. jika nggak suka, kasih komentar apa yang gak kalian sukai dari chapter ini, bagi Silent Reader, segera muncul ke permukaan,, dan bagi yang belum punya aku semprot46,, bikin gih, gampang dan gratis kok.

Jangan khawatir, ane selalu baca semua komentar kalian. Cuman sekarang ane gak bales satu-satu kayak dulu,, ane pilihin mana-mana komentar yang butuh ane jawab… daripada ane ngabisin waktu untuk bales satu-satu semua kometar yang kebanyakan isinya spam tanya kapan update, mending waktunya dibuat utk menulis kelanjutan cerita…

Hehe.. :Peace: sampai jumpa lagi di chapter berikutnya,, coming soon.
 
Terakhir diubah:
Huahhhh, makasih updatenya hu, kalo disuruh memilih mana yang paling hot sih saya gabisa milih soalnya semua mantap hehe...., Tapi penasaran saya belum hilang hu, masih menunggu kapan ss rega-angel, kapan si ice queen will melt
 
Welkombak suhu..

Salah nih baca updatenya jam segini, bawaannya ke kamar mandi mulu..
 
thanks ya suhu....sungguh seperti hujan di waktu memasuki musim kemarau
 
Semua bagian crot banget hu..
Walau alurnya mundur dari lembaran baru, penggambaran permainan mereka tetep berkembang (contohnya soal anal sex)

Thanks buat updatenya hu
 
Mantap Hu...trims atas updetannya...
ane tetap konsisten dan demen tokoh si Rega dalam thread mu ini, Kondisi Haremnisasi Mode On ..

Pasti makin banyak kita kita kaum ferguso yang ngasi Likes nya Hu...apalagi klo di eksplore dan rada di beri intrik..tapi semua wanita nya Rega jangan di jadikan recehan dong..apalagi sampe di pake orang..alamat jadi ilfill gua..!

Bahwasanya Rega sebenarnya Titisan Raja Rega The Master of Universe ...yang kuburan nya ternyata di temukan kemudian dlm hutan jati..trus permaisurinya ada di lokasi kuburan di bawah rel kapsul kabel gantung dgn sosok wanita ber gaun putih..!

Alur cerita bahwa Raja Rega ternyata jasadnya adalah arwah yg gentayangan di hutan..juga karena mayat nya belom ditemukan..lalu dia juga bisa berada dalam Mode ********....waoow..sungguh mantap jiwa alur cerita nya gan..!

Dia bisa jadi kembar empat atau lima sekaligus..! Jadi klo pas lagi wik wik sama Angel ,Rein ,winry ,Mira ,Kirana dan juga Olive..relative ngak ada problem.. Dan juga ,klo lagi sama mami nya mira...pokoke semua dapat Jatah secara bersamaan..!

Bisa out of the box plus highnes level of imajination banget .cerita mu ini Hu..Top Markotop deh..!

Sorry..sekedar aspirasi ..🙏 tiada maksud menggurui..😜

Skali lagi..Trims atas Updetan nya hu..
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd