Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lembaran Yang Hilang [Rega Universe]

Selain Amanda Rein !! Siapa karakter yang kalian ingin ada di kamar tidur kalian malam ini?

  • CatWoman

  • Angel

  • Luna

  • Winry

  • Mira

  • Jessica

  • Billa

  • Melly

  • Bu Fiona

  • Kak Fanny

  • Mbak Tina

  • Oliv

  • New : Mommy

  • Kirana


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Sedikit update menemani malam minggu kalian yang dingin.
Tapi sorry chapter ini gak akan bisa menghangatkan kalian :victory:
Bagi yang baca cerita ini karena SS, mending skip dulu chapter ini.. hehe.





21
ANGEL N DEMON



Denyut aktivitas malam di kota sebelah baru saja dimulai. Setiap sudut kota yang dijuluki ‘kota yang tak pernah tidur’ ini menawarkan berbagai alternatif tempat hiburan menarik bagi mereka yang ingin bersenang-senang di malam hari atau sejenak melarikan diri dari rutinitas sehari-hari. Mulai dari hanya ingin sekedar menghabiskan malam di warung kopi pinggir jalan atau ingin menghabiskan uang bersama kawan di sebuah klub malam. Tempat berkumpul bersama keluarga atau pasangan seperti Café atau restoran pun banyak tersebar di segala penjuru kota. Segalanya tersedia di kota ini, termasuk tempat hiburan malam plus-plus bagi mereka yang ingin mendapatkan kepuasan dan kenikmatan sepanjang malam.

Salah satu tempat hiburan prestisius yang ada di kota ini adalah restoran internasional yang berada di rooftop sebuah gedung pencakar langit di jantung kota. Seorang wanita muda baru saja keluar dari lift di lantai 56.



Suara hak sepatunya yang tinggi dan ramping membentur lantai marmer dengan jelas. Ia melangkah ke sebuah ruangan dengan pencahayaan temaram sambil menahan sebuah ponsel di telinga kirinya. Ia tidak berbicara sedikitpun, hanya mendengarkan suara yang berasal dari ponselnya. Layaknya sebuah komunikasi satu arah, sebuah pesan, sebuah instruksi atau ia sedang mendengarkan informasi tentang sesuatu hal.
Sambil tetap melangkah, matanya tak lepas mengamati keadaan di sekitar pintu masuk menuju ke dalam restoran. Langkahnya akhirnya terhenti saat seorang pemuda dengan memakai kacamata menyambut kedatangannya. Pemuda tampan itu memakai jins berawana biru serta kemeja warna abu-abu sebagai atasannya. Kemudian diluarnya ia mengenakan jaket jas warna hitam yang ia biarkan terbuka.

Wanita muda itu memutus sambungan telepon dan tersenyum ramah ke arah pemuda yang menghadang langkahnya. Senyuman indah yang akan membekas di benak pemuda tampan itu sepanjang malam.

“Are you waiting for someone?” Tanya pemuda itu kepadanya.

“No !” Jawabnya “Just Me..”

Kemudian ia menunjukkan kode reservasi yang ada di ponselnya kepada pemuda itu.

“This way, please..”. Ucap pemuda tampan yang merupakan petugas penerima tamu restoran.

Wanita berambut coklat panjang itu mengikuti langkah petugas restoran masuk ke dalam ruangan utama yang cukup luas. Beberapa orang menyadari kehadirannya tak bisa berhenti memandanginya. Ia berjalan layaknya seorang model yang sedang berjalan di atas catwalk diiringi dengan suara musik pelan yang terdengar dari segala penjuru ruangan. Sebagian pria kagum dengan pesonanya, sedangkan sebagian wanita merasa terintimidasi dengan kecantikannya. Bagaimana tidak, pemilik sorot mata tajam beriris biru itu malam ini terlihat elegan dan seksi. Balutan gaun Louis Vuitton melekat dengan ketat di tubuhnya yang semampai dan ramping. Gaun itu menutupi lengan hingga pergelangan tangannya namun gaun itu didesain untuk tidak menutupi area dadanya. Begitu rendah. Kaki jenjangnya yang indah terekspos dengan jelas karena gaun itu panjangnya hanya sebatas setengah pahanya yang mulus. Warnanya yang merah sudah cukup membuatnya jadi perhatian orang-orang saat ia masuk dan melangkah di dalam restoran. Beberapa pria tak bisa mengelak untuk menikmati dan memuja kecantikan wajah khas ras kaukasoid yang melekat kepadanya. Sedangkan beberapa wanita memandangnya dengan tatapan tidak senang. Tidak senang dengan segala kesempurnaan yang ada pada diri wanita muda itu.

Baru saja wanita muda itu telah sampai di meja yang sudah ia pesan sebelumnya. Dengan sigap petugas restoran menarik kursi dan membimbingnya untuk duduk. Kemudian petugas restoran itu meninggalkannya setelah ia selesai memesan makanan. Meja yang ia pesan sebelumnya itu berada tepat di samping sebuah dinding kaca yang tinggi dan lebar. Dari tempat duduknya itu ia bisa menikmati keindahan kota di malam hari dari lantai 56.

Hanya sebentar saja ia memandang ke arah pemandangan menakjubkan lampu-lampu kota. Berikutnya ia memandang ke sekeliling ruangan utama restoran yang cukup ramai meskipun bukan akhir pekan. Hampir setiap meja sudah ada yang mengisi. Kebanyakan tiap meja-meja itu diisi oleh pasangan-pasangan yang sedang asyik melahap makanan, berbincang, ataupun ada juga yang memanfaatkan ruangan yang temaram untuk bermesraan. Dan sebagian besar pengunjung restoran berkonsep Fine Dining ini adalah wisatawan mancanegara. Namanya juga restoran internasional. Beberapa pengunjung ada yang memilih duduk di area lounge yang berada di luar restoran. Terdapat sebuah kolam renang di dekat Lounge bar dimana beberapa pengunjung duduk santai di tepiannya. Beberapa security berdiri di sekitar kolam renang itu. Sorot mata mereka tak lepas dari para pengunjung yang berada di kolam renang. Mereka berjaga-jaga dan mengantisipasi jika ada pengunjung yang akan nekat terjun dari lantai 56.

Namun bukanlah memandangi pasangan-pasangan yang sedang berkencan dan bermesraan alasan wanita itu datang seorang diri di tempat itu. Bukan juga hiburan pemandangan menakjubkan cahaya lampu kota dari ketinggian yang ia cari. Sebenarnya tidak ada satupun dari tempat itu atau tempat-tempat hiburan lain di kota ini yang bisa menghiburnya.

Satu-satunya hiburan yang bisa menenangkan hatinya belum bisa ia miliki, walaupun sudah cukup lama ia begitu menginginkannya. Tetapi ia adalah tipe wanita keras kepala. Ia tidak akan pernah menyerah sampai ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Meskipun itu artinya ia harus melakukan segala cara. Ia yakin akan menang dan yakin sebentar lagi akan menggenggam apa yang ia inginkan untuk selamanya.

Kemudian Wanita itu mengeluarkan ponselnya dari dalam dompet. Entah bagaimana cara dia melakukannya, ponselnya itu terhubung dengan kamera cctv sebuah restoran lain yang letaknya jauh di kota sebelah. Dan sekarang di layarnya memperlihatkan seorang pemuda dan wanita sedang duduk berhadap-hadapan di restoran. Tiba-tiba senyum yang menawan terbit dari wajah cantiknya saat dia melihat layar ponselnya itu. Kemudian ia bergumam sendiri.

“Reggy…”



.

.

.

.

.

.


SATU JAM SEBELUMNYA

----POV REGA----


Suara nada dering di ponselnya terpaksa harus mengakhiri obrolanku dengan Winry. Ah, sayang sekali. Padahal aku masih ingin ngobrol dengan dia.

Jujur beberapa hari ini Winry muncul terus di pikiranku. Padahal selama beberapa hari kepalaku penuh dengan kekalutan tentang Angel, Rein, Bu Fiona, Melly, Tante Merry, bahkan Dita. Di sela-sela waktu itu, Winry terlintas di pikiranku dan sejenak mampu mengalihkan segala kerumitan yang terjadi di otakku.

Aku selalu tersenyum saat mengingat ekspresi wajahnya yang selalu terlihat panik saat aku berusaha duduk ataupun berdiri sangat dekat dengannya entah itu di dalam perpustakaan ataupun di rumah ini. Aneh. Padahal dulu saat sekolah dia tidak seperti itu kepadaku. Mungkin kepribadiannya berubah seiring bertambahnya usia. Aku sempat berpikir itu salah satu alasan kenapa dia pernah berusaha menjauhiku saat awal-awal dia ngekos disini.

Tapi sekarang perlahan Winry sudah bisa menerima kehadiranku disekitarnya lagi seperti dulu. Dia sudah tidak menjauhiku lagi. Sekarang malah aku yang ingin selalu dekat dengannya. Pokoknya setelah aku menyelesaikan semua masalah yang sedang terjadi, aku ingin lebih banyak lagi menghabiskan waktu dengan Winry. Bukan tanpa alasan. Aku ingin memastikan sebuah rasa yang masih belum nyata.

Kemarin saat Rein bersikeras menjodohkan aku dengan teman sekamarnya yang sampai sekarang aku masih tidak ingat siapa dia, akhirnya Aku mengatakan kepada Rein kalau akhir-akhir ini Winry turut memenuhi pikiranku. Mendengar itu, Rein begitu antusias. Dia menyarankan agar aku segera ‘make a move’. Tapi kubilang kepadanya kalau tidak bisa secepat itu.

Aku masih tidak lupa dengan apa yang terjadi antara aku dan Luna. Aku salah mengartikan segala yang sudah terjadi diantara aku dan dia. Dengan pede-nya aku mengira Luna mempunyai perasaan yang sama denganku hanya karena kita sedang dekat dan pernah bercinta. Saat akhirnya aku mengatakan perasaanku kepada Luna dan menyatakan kalau aku ingin lebih dari hubungan seorang teman, dia menolak proposalku dengan halus.

Seperti kebanyakan seorang wanita lebih tua dariku, mereka selalu bisa dengan mudah menilai karakterku. Luna berkata kalau aku sebenarnya tidak benar-benar mencintainya. Dia bilang aku masih ragu dengan perasaanku. Bahkan dia tahu kalau saat itu aku sedang memikirkan dan merindukan wanita lain. Dia tidak ingin menjalin sebuah hubungan dengan seseorang yang hatinya masih ragu. Aku yakin semua wanita juga punya pemikiran seperti itu. Aku tidak bisa menyangkal segala yang dia katakan. Karena memang itu yang sebenarnya terjadi.

Luna mengajarkanku banyak hal tentang jatuh cinta. Cinta memang berawal dari rasa kagum kepada seseorang. Dan Aku memang tipe cowok yang sangat mudah kagum dengan seorang wanita. Rein pun sering menyindir kalau aku mudah suka dengan seorang wanita. Tapi Luna menggaris bawahi kalau kagum bukan berarti cinta. Waktu aku bertanya kepadanya bagaimana membedakan antara kagum dan cinta kepada seseorang, sambil tersenyum dia menjawab ‘cinta datangnya tidak terduga, kamu akan merasakannya saat dia datang’.

Untuk itulah aku tidak mau gegabah. Aku harus memastikan apa yang sedang kurasakan sebenarnya kepada Winry. Apakah hanya sebuah ketertarikan biasa seperti ketertarikanku kepada wanita lain. Ataukah ketertarikan yang akan membuatku merasakan datangnya cinta. Argghh, padahal dulu saat pertama kali aku jatuh cinta tidaklah seribet ini.

Tapi jika dilihat dari antusiasnya Rein, udah kelihatan banget kalau dia lebih suka aku dekat dengan Winry daripada dengan Angel.

Bicara tentang Angel. Setelah Winry masuk ke dalam kamarnya, aku sengaja berputar melewati kamarnya Winry dan berhenti tepat satu meter di depan pintu kamarya Angel. Kemudian aku melamunkan keributan tiga hari lalu antara dia dan Rein. Keributan yang terjadi sesaat setelah aku, Angel, dan Kirana baru saja kembali dari kota sebelah.

Aku tidak bisa menyalahkan kemarahan Rein kepada Angel. Sebagai seorang kakak yang selalu perhatian kepadaku, dan kecenderunganku yang selalu terlibat masalah, wajar jika Rein begitu marah setelah mengetahui apa yang telah aku lakukan dan apa saja yang aku alami di kota sebelah bersama dengan Angel. Tetapi aku tidak bisa memaklumi saat kemarahannya itu menjelma menjadi sebuah kekerasan. Terlebih Angel sangat tidak layak diperlakukan secara kasar seperti itu. Dia telah banyak berkorban untuk kepentingan banyak orang. Wajar dong jika aku membela Angel di hadapan Rein. Meskipun sekarang Rein sudah memaafkanku dan dia sudah tidak marah lagi, tetapi dia sempat kecewa denganku karena aku menentang perkataanya.

Tetapi sampai kapanpun, sikap Rein kepada Angel tidak akan bisa berubah. Karena sekali Rein benci dengan seseorang, maka dia akan terus membencinya, dan melakukan segala cara agar aku tidak berhubungan lagi dengan orang-orang yang dia tidak sukai. Saat ini Rein masih membiarkanku bertemu dengan Angel, atau masih membiarkan Angel tinggal disini, tapi aku yakin dia tetap tidak suka jika aku masih berhubungan dengan Angel lagi.

Namun sebenarnya yang paling aneh dan membuatku terheran-heran adalah sikap Angel pada hari itu. Saat dia ditampar Rein begitu keras, dia hanya diam saja. Bahkan saat dia dikata-katain macam-macam oleh Rein pun dia tetap diam. Tidak sedikitpun dia berusaha melawan atau membantah ucapan Rein. Hari itu dia benar-benar terlihat aneh.

Angel memang sudah terlihat aneh sih sejak kembali ke hotel setelah bertemu dengan seseorang. Sepanjang perjalanan kembali dari kota sebelah pun dia hanya banyak diam dan terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Aku sedikit mendapatkan penjelasan apa yang terjadi pada Angel dari Kirana. Tapi aku ingin bertanya langsung kepadanya. Sejujurnya banyak yang ingin aku tanyakan kepadanya.

Kini setelah tiga hari berlalu, aku ingin tahu bagaimana kondisinya sekarang. Dan, Apa yang sedang dia lakukan sekarang?. Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba pintu kamarnya Angel terbuka dari dalam.



“Ngapain kamu disini?” Tanya Angel heran saat mendapati seseorang tepat di depan pintu kamar kost nya.

.

.

.

.

.


37 MENIT SEBELUMNYA

----POV ANGEL----




<gh0st> Apa ada opsi lain?

<gh0st> tanpa harus melakukannya




Balasan pesanku untuk Kirana tampil di jendela Internet Relay Chat pada layar monitor. Seolah jari-jarinya lebih ringan dari kapas, beberapa detik kemudian dia membalas chat-ku.



<k3y> Sex is the best way to lose ur V.

<k3y> Kecuali kamu gay

<k3y> atau memang kamu,

<k3y> pgn perawan sampai tua

<k3y> lalu mati. Lol



F*ck!.
Aku tidak ingin menjadi seorang wanita yang masih mempertahankan perawannya sampai tua. Tetapi masalahnya, aku juga tidak ingin melakukannya. Seks. Aku tidak tahu apa-apa tentang seks. Aku benci tidak tahu apapun tentang suatu hal.



<k3y> tonight’s the night beb

<k3y> jangan terlalu overthinking

<k3y> untuk malam ini saja

<k3y> matiin otakmu

<k3y> pake tubuhmu

<k3y> buka kakimu lebar2 untuk dia

<k3y> biar dia yg memompa darah perawanmu keluarr. xixi




Seketika kututup layar laptopku dengan sedikit kesal setelah membaca chat Kirana yang menjijikkan. Kemudian menyesali keputusanku mendiskusikan hal ini dengan dia. Seharusnya tidak akan pernah ada percakapan ini jika saat itu aku tidak minum-minum bersamanya. Alkohol membuatku gila, dan tidak sadar mengaku pada Kirana kalau aku belum pernah melakukannya. Seks. Hal yang sepertinya mudah dilakukan oleh Kirana.

Dengan bentuk tubuh dan plot seksual di otaknya, dia bisa melakukannya dengan siapapun dan kapanpun dia mau. Mungkin Kirana dan cowok ngeselin itu sudah melakukannya diam-diam dibelakangku. Kalimat pertama yang terucap dari mulut Kirana saat kutunjukan foto cowok sialan itu kepadanya adalah ‘I think I wanna fuck him’. Sejujurnya Aku sama sekali tidak peduli mereka melakukannya atau tidak. Aku hanya memberikan peringatan kepada dia untuk tetap fokus menjalankan rencana kemarin.

Kadang aku bertanya dalam hati, kenapa dia begitu menyukainya? Kenapa orang-orang menghabiskan waktu untuk hal semacam itu? Apa sih enaknya? . Sengaja aku tidak bertanya langsung kepada Kirana. Karena Jika aku bertanya kepadanya, dia akan memberikanku kuliah panjang lebar tentang seks sambil mengolok-olok dan mempertanyakan kepadaku kenapa sampai sekarang aku masih perawan. Dan aku paling benci saat dia seperti itu kepadaku.

Ada beberapa alasan mengapa sampai sekarang di usiaku hampir dua puluh tahun ini aku masih perawan. Sejak dulu aku adalah seorang Computer Freak. Keseharianku menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar komputer di dalam kamarku. Itulah mengapa aku sangat menguasai kemampuan memanipulasi atau membobol suatu sistem dengan tingkat keamanan yang berlapis-lapis. Duniaku sudah seperti ini sejak kecil. Dunia yang tersusun dari angka nol dan satu.

Tidak pernah sedikitpun memikirkan tentang seks. Karena setauku, seks melibatkan emosi, ketertarikan dan sebuah hubungan dengan orang lain. Bagiku, semua itu omong kosong. Itu bukanlah diriku. Karena aku lebih senang tidak terlibat atau melibatkan orang lain di duniaku sendiri.

Dan alasan lain kenapa sampai sekarang aku masih belum pernah melakukannya, karena sejak dulu aku benci cowok. Benci banget. Dari dulu aku sudah memprogram diriku sendiri untuk tidak berinteraksi dengan mereka. Kaum mereka selalu menyimpan skenario-skenario kotor di kepala mereka. Kenapa sih Tuhan menciptakan menciptakan makhluk tidak berguna seperti mereka. Semua cowok itu brengsek.

Namun kuakui peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini sedikit mengaburkan deklarasi yang telah terprogram di dalam kepalaku sejak lama. Peristiwa yang mengubah pernyataan tegasku tentang ke-brengsek-an seorang cowok menjadi sebuah pertanyaan, benarkah dia tidak se-brengsek yang kukira?. Atau ini adalah tanda bahwa perlahan-lahan aku mulai kehilangan prinsip.

Aku mulai merasakan kehilangan prinsip-prinsipku saat bertemu dengan wanita itu. Pertemuan dengan wanita misterius itu banyak mempengaruhiku. Membuatku mempertanyakan segala hal. Dia membuatku meragukan diriku sendiri. Meragukan segala keputusan yang telah kuperbuat ataupun yang akan aku buat. Fuck!.

Lebih parahnya, sampai sekarang aku tidak mempunyai sedikitpun petunjuk tentang wanita itu dan apa yang dia inginkan dariku. Aku hanya mempunyai dugaan. Sebuah teori liar yang muncul begitu saja dikepalaku.

Aku ingin membuktikannya malam ini. Jika dugaanku benar, maka dia pasti akan bereaksi. Mungkin terlalu beresiko, tapi aku sudah kehilangan akal memikirkan apa yang sebenarnya dia inginkan dariku. Dan untuk alasan keamanan, aku tidak mengatakan apapun tentang dugaanku ini kepada Kirana. Gerak kami sedang diawasi. Lagipula dugaanku ini bisa saja salah. Sudah kubilang pertemuan dengan wanita itu sangat mempengaruhiku. Aku jadi tidak bisa berpikir jernih. Aku harus segera menyelesaikan masalah keperawanan yang ikut mengganggu pikiranku akhir-akhir ini agar bisa fokus menghadapi wanita berbahaya itu. Aku menghela nafas panjang.



Aku berdiri dari kursi. Melepaskan satu-satunya pakaian yang menutupi tubuhku lalu kulemparkan begitu saja di atas tempat tidur. Kemudian melangkah menuju Closet Room. Menuju cermin yang berdiri vertikal di sudut ruangan. Kulihat pantulan diriku disana. Mengamati tubuhku dari atas sampai bawah. Sesekali mengelus perut dan mengangkat payudaraku sendiri dengan kedua tanganku lalu menjatuhkannya. Sebuah kebiasaan baru yang akhir-akhir ini aku lakukan sejak tinggal di rumah ini. Sejak bertemu dengan cowok menyebalkan itu.

Sebelumnya Aku tidak terbiasa melihat pantulan tubuh telanjangku di depan cermin. Bahkan sejujurnya aku selalu menghindari berlama-lama melihat wajahku sendiri di cermin. Karena cermin tidak hanya menampilkan pantulan wajahku. Tetapi juga menampilkan siapa diriku yang sebenarnya. I’m not an Angel, I’m Demon. Terkadang saat terlalu lama melihat cermin, aku melihat wajahku yang penuh dengan darah.

Tidak ingin terlalu lama memandang cermin, aku mengambil asal sepasang underwear berwarna hitam dari dalam lemari dan memakainya. Kemudian aku mengambil Capris Jeans dan juga Crop Top ketat tanpa lengan berwarna biru muda. Menurutku perpaduan warna keduanya yang hampir sama sangat cocok untuk warna kulitku. Setelah memakainya aku berpindah ke dresser table yang masih berada di dalam closet untuk memulai ritual merias wajahku. Malam ini Aku tidak ingin memakai make up yang berlebihan. Hanya beberapa foundation, blush on, eye shadow dan tak lupa mewarnai bibirku dengan lipstik. Setelah selesai mengaplikasikan itu semua kulihat diriku di cermin sekali lagi untuk memastikan penampilanku tidak buruk. Aku siap!, seruku dalam hati sambil mengangguk beberapa kali. Kuraih kemeja denim dari gantungan baju lalu meninggalkan closet dan berjalan menuju pintu kamar.

Aku Siap !. Meyakinkan diriku sendiri sekali lagi kalau aku bisa melalui semua ini. Aku hanya masih perawan. Ini bukanlah masalah besar. Ya kan?. Hanya masalah kecil yang perlu segera diselesaikan. Jika aku tidak ingin perawan lagi itu artinya aku hanya perlu melakukannya. Seks. Sesimpel itu. Tidak perlu dibiken ribet. Kirana seringkali berkata kepadaku kalau melakukan itu tidak harus bersama dengan seorang kekasih. Itu artinya seks bisa terjadi tanpa adanya sebuah hubungan yang romantis. Jadi, aku pun juga bisa melakukannya. Seks. Malam ini Aku akan nge-seks dengan seorang cowok.

Betapa terkejutnya aku saat membuka pintu kamar. Dia yang mungkin akan kubiarkan mengambil perawanku malam ini, sedang berdiri tepat di depan pintu kamarku.

“Ngapain kamu disini?” Tanyaku kepadanya.

.

.

.

.

.

----POV REGA----



“Aaa,,aku,,”.

Karena terkejut, aku jadi tidak tahu harus berkata apa. Aku memang ingin tahu bagaimana kondisinya, sedang apa dia sekarang, bahkan setelah mendengar cerita Rein tentang dia, aku jadi ingin tahu segalanya tentang dia. Tapi aku belum siap menanyakan semua itu sekarang. Tidak malam ini.

“Tapi Kebetulan kami disini, sekarang juga ikut aku…!” Seru Angel.

“Lagi?? Nggak !! Nggak !! Nggak !!.. “ Jawabku cepat “Udah seminggu aku nggak ngampus tau.. Kalian aja deh, aku gamau ikut - ikutan lagi..”

Sebenarnya alasan yang real adalah karena Rein sudah memberiku peringatan keras agar tidak melakukan hal-hal yang berbahaya lagi atau dia yang akan pergi. Aku tidak mau dia meninggalkanku, apa artinya hidup ini tanpa ditemani orang yang paling kusayangi di Dunia ini setelah Bunda. Aku ingin Rein ada di setiap lembaran kehidupanku.

Tentu aku tidak akan mengatakan hal seperti itu kepada Angel. Saat kemarin Rein melabrak Angel, itu aku sempat merasa malu sendiri karena Angel dan juga Kirana tahu kalau kakakku masih mencampuri urusanku. Tapi mengakui hal itu kepada Angel akan jauh lebih memalukan.

Angel menatapku tajam setelah mendengar penolakanku. Gilak, nyeremin banget. Tapi bodo amat lah, karena masih lebih serem Rein kalau sedang marah.

“Memangnya kamu pikir aku mau ngajak kamu kemana?” tanya dia. “Aku cuma minta dianterin makan !!” Ucapnya sedikit kesal.

“ha? Makan..? tumben banget minta dianterin?” tanyaku heran.

“aku gak bakalan minta dianterin kalau aku ada mobil…” Jawab dia.

“kamu kan bisa naik angkot, taxi, atau beli aja disekitar kampus banyak yang jual makanan kok…”

“KALAU KAMU GAMAU NGANTER BILANG AJA GAK MAU, GAUSAH SOK-SOK AN NGATUR-NGATUR,,”
Bentaknya makin kesal.



“Iya-iya aku anterin !! nggak usah pake marah-marah bisa nggak sih” Ucapku. “Aku tuh cuman heran aja..”

“Kamu sih ngeselin.. !”
Serunya.

“Kamu tuh yang ngeselin,” Balasku “eh tapi aku gak mau loh yah kalo cuma nganterin,,”

“CK!! Udah sana cepet ganti baju,…”
Ucapnya makin geram.

Sial !. Daripada Mak Lampir satu ini makin ngomel-ngomel, aku bergegas menuju kamarku untuk berganti pakaian. Kulepas pakaianku. Kuambil sebuah kaos polos hitam, Light Ripped Jeans dan kemeja kotak-kotak berwarna putih. Ini bukanlah sebuah kencan, jadi aku tidak terlalu memusingkan pakaian apa yang akan kupakai untuk pergi dinner bersama Angel.

Tadinya sempat aku berpikir untuk mengunjungi Tante Merry malam ini. Aku sudah berjanji untuk datang lagi ke rumahnya. Aku takut dia tiba-tiba datang lagi kesini seperti sebelumnya. Namun aku urungkan mengunjungi Mommy, karena besok aku harus kuliah lagi setelah bolos seminggu. Jadi kupikir malam ini adalah waktunya untuk istirahat dan berdiam diri di rumah. Tetapi pergi makan berdua dengan Angel takkan menjadi masalah.

Setelah berganti pakaian, aku keluar kamar. Angel sudah menungguku di bawah. Dia berdiri di ruang tengah sambil memandang ke arahku yang sedang berjalan menuruni anak tangga.

“So, Kamu mau makan dimana?” Tanyaku padanya.

“Biar aku yang nyetir..” Jawabnya.

“Hah?? No.. Noooo !! Mobilku ! aku yang menyetir… !!”

Angel memandangku dengan wajah dinginnya. Menatap mata sipitnya yang begitu mengerikan membuatku serasa sedang dikutuk oleh sebuah ilmu hitam. Seketika badanku terasa panas. Pusing dan juga mual. Oke, terlalu berlebihan. Itu hanyalah sebuah metafora. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain menuruti kemauannya.

Sama seperti Rein, Angel mempunyai karakter yang tegas. Dia selalu lebih dominan. Dia adalah pemegang kontrol dan suka memerintah seperti seorang leader. Kuakui dia memang hebat sih dalam hal leadership. Hmm !!.

Aku jadi penasaran apakah dia juga seperti itu dalam menjalin sebuah hubungan spesial dengan seseorang. Cowok yang bisa menaklukan segala ego dalam diri Angel pastilah sangat hebat. Aku ingat Kirana pernah memberikan tips kepadaku tentang cara ‘menaklukan’ Angel,

’Jika kamu ingin menaklukan singa betina, kamu harus tau kapan waktunya memainkan peran sebagai anak kucing yang penurut atau sebagai singa jantan yang disegani’

Anak kucing yang penurut. Hmm! Hmm!. Sejak pertama kali dia datang ke rumah ini. Aku selalu terpaksa menuruti keinginannya. Seringnya Aku selalu seperti anak kucing saat bersamanya. Tapi bagaimana caranya menjadi singa jantan yang disegani saat aku selalu terlihat seperti seorang pengecut didekatnya?. Mustahil bagiku melelehkan cewek sedingin Angel. Tapi seseorang pasti pernah melakukannya. Seseorang atau lebih mungkin pernah berhasil menaklukan hatinya.

Aku yakin Angel juga termasuk tipe cewek yang selalu dominan di atas ranjang. Tipe cewek yang selalu maunya di atas dan mengontrol gerakan. Ehmmm, Kalau aku sih pasrah dan sama sekali gak keberatan kalau dia maunya memegang kendali. Astaga, ngeres lagi pikiranku kalau lagi sama Angel.

Dengan berat hati kuberikan kunci mobilku kepadanya. Lalu dia beranjak ke arah pintu dan aku mengikuti di belakangnya.

.

.

.

.

Dengan Angel yang memegang kemudi, mobil sedanku melaju dengan kecepatan normal memenuhi jalanan kota yang ramai. Aku Sesekali mengawasi keadaan disekitar mobil. Sumpah aku takut banget tiba-tiba mobilnya Rein mengikuti dari belakang. Seperti yang pernah dia lakukan dulu.

Beberapa menit berlalu, mobil melaju dalam mode hening. Sesekali kulirik Angel yang sedang fokus menyetir. Aku masih ragu memulai pembicaraan. Meskipun malam ini dia ngeselin banget, tetapi aku merasa sangat lega karena itu artinya dia baik-baik saja. Seharusnya aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Apapun masalah yang dia hadapai, sesulit apapun itu, dia pasti bisa melaluinya. Karena bagaimanapun juga, Angel adalah cewek yang strong.

Sebenarnya aku tidak ingin ikut campur. Tapi aku tidak bisa menahan sifat alami seorang manusia yang selalu ingin tahu. Terlebih setelah apa yang kami alami bersama di kota sebelah. Namun sebesar apapun rasa keingintahuanku tentang masalah yang sedang dia hadapi, kecil sekali kemungkinan aku akan mendapatkan jawabannya. Jikapun aku nekat bertanya langsung kepadanya, dia tidak akan memberikan apapun kepadaku. Yang ada dia akan berubah bentuk menjadi Mak Lampir yang sedang murka karena aku terlalu ingin tahu urusannya.

Suara sirine tiba-tiba terdengar meraung-raung memecah keheningan. Suaranya terdengar dari arah berlawanan dan semakin mendekat. Beberapa saat kemudian sebuah mobil polisi yang sedang melakukan pengawalan rombongan mobil baru saja melewati kami. Aku jadi teringat kejadian di Kota sebelah bersama Angel saat suara-suara sirine seperti itu mengejar kami berdua. Pengalaman yang sungguh menegangkan bersamanya. Kulirik Angel sekali lagi.

Beberapa menit kemudian mobilku memasuki pelataran parkir sebuah restoran di pusat kota.

“French?” Seruku. Angel menoleh ke arahku sebentar lalu kembali fokus memarkirkan mobil.

“Kamu pernah kesini?” Tanya dia. Aku mengangguk mengiyakan.

“Kakakku yang pertama kali mengajakku makan disini..” Ucapku “Ternyata selera kalian sama"

Beberapa kali aku dan Rein pergi kencan berdua di restoran ini. Dia sangat suka menu klasik makanan perancis yang disajikan disini. Terakhir kali aku makan di tempat ini sekitar tahun lalu bersama dia, AL.

Mobil berhenti setelah terparkir dengan sempurna di area parkir restoran. Angel bersiap diri dengan memakai kemeja denimnya sebagai outer atau luaran. Dia menyempatkan diri untuk berkaca pada spion dalam mobil. Aku memperhatikannya dengan rasa kagum, kagum akan kecantikannya meskipun dengan riasan yang minim. Dia menyadari kalau aku sedang memperhatikannya. Dia melirikku sebentar lalu menyudahi memandang wajahnya di kaca. Kemudian bersiap keluar dari mobil dengan membuka pintu.

“Maaf soal kemarin..” Ucapku pelan sebelum dia keluar mobil “Kakakku terlalu kasar kepadamu”

Pintu mobil kembali ditutupnya. Dia tidak memandangku. “Aku sudah melupakannya,.. Orang-orang akan bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang tidak mereka pahami ” Ucapnya datar.

“Tau gitu tidak kuceritakan semuanya,,. ” Ucapku merasa bersalah.

Kali ini dia memandangku. “Ya, seharunya kamu tidak mengatakan apapun kepada siapapun.. Sudah kubilang, jangan sampai ada orang lain yang tahu..” Ucapnya. Kali ini ada sedikit kekesalan dari nada bicaranya. “kamu belum sadar juga siapa yang sedang kita hadapi,,”

Dia tidak kesal karena Rein telah menamparnya dan memaki-maki dirinya. Dia kesal kepadaku karena aku mengatakan apa yang telah kami lakukan di Kota sebelah kepada orang lain.

“Iya-iya maaf aku salah.. “ Ucapku.

“Selama tiga hari bersama dia, dirumah, harusnya kamu punya banyak waktu untuk membuat dia mengerti.. ” Ucapnya.

“Kamu jangan khawatir soal itu, udah aku jelasin ke dia jika sampai polisi tahu apa yang sudah kita lakukan, dia sudah paham kok dan bisa jaga rahasia” Ucapku meyakinkannya.

“Bukan polisi yang harus kamu takuti kalau sampai ada yang tahu apa yang sudah kita lakukan!!” Ucapnya sambil memandangku begitu dalam. Kemudian dia keluar dari mobil.

Jelas bahwa yang dimaksud Angel adalah orang-orang dari kelompok Hacker itu. Mereka pasti tidak senang dengan apa yang telah kami lakukan. Mungkinkah sampai hari ini mereka masih mencari-cari kami?. Pikirku dalam hati. Tapi Kirana pernah bilang kepadaku kalau dia sudah menghapus semua jejak kami di kota sebelah. Itu artinya selama kami tutup mulut, mereka tidak akan pernah menemukan kami. Arggh, Kupikir semua ini sudah berakhir.

Eh tunggu dulu !.
Aku merasa ucapan Angel tadi ada yang aneh. Bagaimana dia bisa tau tiga hari ini aku ada dirumah?. Aku bergegas keluar dari mobil untuk menyusul Angel.

“Angel tunggu..!!” Seruku agak keras.

Aku yakin dia mendengarku tetapi dia tidak menggubris dan tetap melanjutkan langkahnya. Aku sedikit berlari untuk mengejar langkahnya .Saat sudah mendekatinya, kuraih pergelangan tanganya dari belakang dan akhirnya berhasil membuat dia berhenti berjalan. Dia sedikit kaget. Kemudian dia menatapku tajam, sepertinya dia tidak senang tangannya kupegang. Menyadari ketidak nyamanannya, segera kulepaskan tangannya.

“Kamu kok tau tiga hari ini aku dirumah bersama kakakku?” Tanyaku. “Angel !! stop mata-matain aku.. oke? setiap orang punya privasinya masing-masing..” Ucapku memprotesnya.

“Sapa juga sih yang mata-matain kamu?.. Aku Cuman….” Ucapannya terhenti. Dia sepertinya ragu untuk melanjutkan ucapannya

“Stalking?” Tanyaku bernada sindirian. “Memata-matai, menyadap, mengawasi, mengintip, tanpa sepengetahuan orangnya itu pada dasarnya perbuatan ilegal..”

“Whatever..”.
Ucapnya singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Dasar Angel dan egonya yang selalu tinggi. Dia tidak akan pernah mengakui kesalahannya. Kupikir sebagian besar wanita memang selalu merasa paling benar. Tapi, bodohnya aku menceramahi dia tentang perbuatan ilegal. Hacker selalu identik dengan hal-hal negatif. Dia pasti sudah tahu itu.

Apapun alasan dia, aku cuman tidak senang seseorang memasuki area pribadiku. Aku penasaran bagaimana cara dia melakukannya. Dulu dia pernah mengakui telah meretasku. Tetapi aku tidak tahu cara dia melakukannya. Mungkin ada sejenis spyware atau semacamnya di ponsel atau laptopku yang dia sudah pasang sebelumnya. Aku harus segera mengganti semua perangkat elektronikku. Apa itu cara yang benar agar dia tidak menyadapku lagi? Entahlah. Aku hanya khawatir Angel akan tahu hubungan terlarangku dengan Rein. Sekarang pertanyannya, Sejauh mana dia memasuki zona pribadiku?. Tapi bertanya kepadanya bisa jadi bumerang bagiku.

“kirain kamu sudah gak bisa ngelakukuin itu lagi..” Tanyaku pada Angel saat berjalan berdampingan dengannya menuju gedung restoran. “Kirana bilang, kamu harus menjauh dari dunia hacker”

Sambil berjalan dia melirikku sebentar. “Kalian berdua memang sama-sama gak bisa jaga rahasia.” Ucapnya menyindir.

“Jadi bener yang dikatakan Kirana?” Tanyaku memastikan.

“Aku gak bisa sebebas dulu.” Jawabnya singkat.

Ternyata benar seperti yang dikatakan Kirana. Awalnya aku sempat tidak percaya saat dia mengatakan itu kepadaku. Aku tadi bilang kalau hacker selalu identik dengan hal negatif. Tapi tidak semua hacker melakukan kegiatan ilegal. Baik maupun buruk, Aku tidak tahu apa saja yang di lakukan Angel sebelum Uni-Bank. Yang aku tahu, Angel menggunakan kemampuannya untuk menolong banyak orang. Dan sekarang dia terpaksa tidak bisa menggunakan kemampuannya itu. Sebuah pengorbanan besar demi kepentingan hidup banyak orang.

“Sampai kapan..?” Tanyaku lagi. Dia memandangku sekilas, namun dia hanya diam tidak menjawab pertanyaanku.

Diamnya, bisa berarti dia juga tidak tahu jawabannya. Tapi Aku tidak ingin terlalu membuat dia merasa tidak nyaman dengan pertanyaanku yang mungkin membuat dia merasa tertekan.

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd