Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lembaran Yang Hilang [Rega Universe]

Selain Amanda Rein !! Siapa karakter yang kalian ingin ada di kamar tidur kalian malam ini?

  • CatWoman

  • Angel

  • Luna

  • Winry

  • Mira

  • Jessica

  • Billa

  • Melly

  • Bu Fiona

  • Kak Fanny

  • Mbak Tina

  • Oliv

  • New : Mommy

  • Kirana


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Halooo Halooooo.. Apa kabar nihhh?
Ada yang kangen sama gw??? Hihihi gak lah kaleann kangen kangennya cuma sama Angel.. Huhuhu.. Sorry bgt lama gak update.. Sibukk bangettt sumpahh.. Something Big barusan terjadi di RL. .Salah satu moment terindahhh 😊.. Jadi gabisa ngelanjut nulis 2-3 bulan mungkin?? Tapi minggu ini bakal gw coba lanjut lagi moga2 cepet selesei dan cerita ini bisa lanjut lagi.. See you soon
Tentu kami rindu dengan suhu @Emox:malu: rindu kelanjutannya ini:lol:
Ahhhh wonderful things happen to our lord.. congrats!!:beer:
gapapa menunggu 2-3 bulan sih,, tapi kasih teaser dikit dooong ini kelanjutan blood gimanaaa:((
semoga RL nya dikasih lancar, enjoy aja Hu..
thanks dah mau bakal update minggu ini.. ditunggu :dance:
 
Halooo Halooooo.. Apa kabar nihhh?
Ada yang kangen sama gw??? Hihihi gak lah kaleann kangen kangennya cuma sama Angel.. Huhuhu.. Sorry bgt lama gak update.. Sibukk bangettt sumpahh.. Something Big barusan terjadi di RL. .Salah satu moment terindahhh 😊.. Jadi gabisa ngelanjut nulis 2-3 bulan mungkin?? Tapi minggu ini bakal gw coba lanjut lagi moga2 cepet selesei dan cerita ini bisa lanjut lagi.. See you soon
Semangat untuk RL nya hu
 
Halooo Halooooo.. Apa kabar nihhh?
Ada yang kangen sama gw??? Hihihi gak lah kaleann kangen kangennya cuma sama Angel.. Huhuhu.. Sorry bgt lama gak update.. Sibukk bangettt sumpahh.. Something Big barusan terjadi di RL. .Salah satu moment terindahhh 😊.. Jadi gabisa ngelanjut nulis 2-3 bulan mungkin?? Tapi minggu ini bakal gw coba lanjut lagi moga2 cepet selesei dan cerita ini bisa lanjut lagi.. See you soon
Akhirnya setelah sekian purnama ;)
 
FLASHBACK

----POV ANGEL----






Seseorang sedang berdiri terdiam di seberang jalan. Dia memandangku dari kejauhan. Kemudian berjalan santai ke arah halte sembari memasukkan tangannya ke dalam saku leather mini skirt nya. Seorang wanita asing berkulit putih pucat. Wanita berparas bule itu tentu saja menarik perhatian orang-orang yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan, pelari dan pesepeda yang sedang lewat. Dia punya rambut coklat, rahang yang tegas dan hidung mancung yang begitu sempurna. Bisa disimpulkan kalau dia mewakili kecantikan khas wanita asing. Terlebih lagi dia terlihat masih sangat muda.



Dia masih berjalan ke arah Halte. Semakin dekat, semakin terlihat jelas posturnya yang tinggi dan langsing layaknya seorang super model yang biasa berjalan di atas catwalk. Berpenampilan kasual dengan Skirt mini dan Jaket kulit berwarna gelap, sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Sepasang ankle boots berwarna hitam menghiasi kakinya yang jenjang. Wanita itu kemudian duduk tidak jauh disebelahku.

Tadi sudah kukatakan jika aku sedang menantikan seseorang. Tapi aku belum pernah bertemu langsung dengan sosok misterius yang selama ini berkomunikasi denganku melalui Private Chat Room. Apakah dia orangnya?. Ataukah dia orang-orang Legiun D4RKS1DE?

Dia memandangku seklias lalu memasukkan tangannya ke dalam tas kecil yang dia bawa. Gerakannya yang tiba-tiba itu seketika membuat setiap syaraf di tubuhku menegang. Aku reflek mengubah mode menjadi waspada penuh. Namun ternyata dia hanya mengambil sekotak bungkus rokok dari dalam tas itu. Kemudian dia mengambil satu batang dari dalam kotak lalu menyelipkannya di bibirnya yang merah dan menyalakannya. Sial. Aku kira dia akan mengeluarkan semacam senjata api atau benda menyeramkan lainnya dari dalam tasnya untuk melukaiku. Bukannya aku berlebihan, tapi tadi sudah kukatakan kalau para Legiun D4RKS1DE sewaktu-waktu bisa melakukan hal mengerikan kepadaku.

“kamu masih disini..” Ucapnya memakai bahasa asing dengan aksen Eropa yang kental. Dia menawarkan sebatang rokok kepadaku. Aku sempat melirik jam mahal yang dia kenakan di tangannya. Mirip dengan yang dipakai cowok cabul sialan itu.

Aku menatapnya. Jadi benar dia orang yang sedang kutunggu. Dia yang selama ini berkomunikasi denganku melalui private chat room. Asal kalian tau, dialah kunci utama keberhasilan misi pemulihan data keuangan nasabah Uni-Bank. Dia yang mengatakan kepadaku kalau sebenarnya data Keuangan Nasabah Uni-Bank tidak benar-benar lenyap dan masih berada di server StackSolution. Dia juga yang menginformasikan kepadaku tentang adanya serangan kedua yang lebih masif dari serangan pertama. Walaupun dia tidak mengatakannya, Aku juga yakin kalau dia yang menyebarkan peringatan tentang adanya cyber attack dua hari sebelum serangan SHUTDOWN! terjadi.

Awalnya aku tidak percaya saat dia mengatakan punya cara untuk meng-undo serangan SHUTDOWN!. Aku baru mempercayai ucapannya saat dia mengatakan secara terang-terangan kalau sebenarnya dia adalah anggota D4RKS1DE. Sejak saat itu dia mulai menarik perhatianku, karena kupikir tidak mungkin sembarang orang berani mengaku-ngaku sebagai anggota kelompok Hacker paling berbahaya di Dunia. Kemudian kami intens berdiskusi melalui chat room tentang bagaiamana cara mengembalikan data keuangan nasabah Uni-Bank. Aku sempat mengutarakan semua ini kepada Kirana, tetapi dia memperingatkanku untuk menarik diri dari semua yang berhubungan dengan D4RKS1DE. Kirana juga memintaku untuk tidak mempercayai segala ucapannya.

Tetapi pada akhirnya segala yang dia ucapkan itu adalah kebenaran, tentang data nasabah Uni-Bank yang tidak benar-benar lenyap, tentang adanya serangan kedua dan juga kebenaran mengenai dirinya sebagai anggota D4RKS1DE.

Dan jika memang benar-benar dia anggota D4RKS1DE, maka aku tidak perlu takut dia akan melukaiku. Karena selama ini yang mengotori tangan mereka dengan tindakan kekerasan adalah para Legiun D4RKS1DE. Itupun sebenarnya mereka bukanlah anggota D4RKS1DE yang asli, mereka hanyalah orang-orang dari sebuah kontraktor yang jasanya disewa oleh pimpinan tertinggi D4RKS1DE untuk berbuat keonaran. Kontraktor itu menyediakan army untuk melakukan apapun yang diminta dengan bayaran yang mahal seperti memburuku sampai mengacak-acak rumah kost dan kemungkinan besar mereka juga yang melakukan pembunuhan terhadap CEO Uni-Bank.

Sedangkan anggota asli atau member inti dari D4RKS1DE adalah orang-orang yang merancang dan melakukan serangan siber atau melakukan berbagai tindak kejahatan dunia maya di segala penjuru Dunia. D4RKS1DE mempunyai banyak anggota yang tersebar di setiap belahan dunia. Dan gilanya, salah satu anggotanyanya sedang menawarkan sebatang rokok kepadaku.

Sebenarnya aku sudah menduga, kalau memang dia benar-benar angggota D4RKS1DE maka dia pasti warga negara asing. Karena anggota D4RKS1DE kebanyakan berasal dari Eropa dan Amerika. Selain itu, selama ini dia berkomunikasi denganku menggunakan berbagai macam bahasa yang berbeda. Aku hanya tidak menyangka kalau dia adalah seorang wanita yang masih sangat muda. Mungkin sedikit lebih tua dariku. Meskipun dia masih muda, tetapi dia banyak tahu tentang agenda atau rencana yang akan dilakukan D4RKS1DE. Aku pernah mendengar rumor bahwa anggota kelompok D4RKS1DE memiliki tingkat hirarki yang berbeda. Jika dia tahu semua tentang agenda-agenda D4RKS1DE, itu artinya dia berada pada tingkatan level teratas. Berarti dia bukan hanya sekadar bule yang cantik, tapi dia adalah wanita yang berbahaya karena anggota dengan tingkatan level teratas pastinya mempunyai skill atau kemampuan yang luar biasa mengerikan.

Tidak kuambil rokok yang dia tawarkan kepadaku. Dia menaruh sebungkus rokok itu di sebelahnya lengkap dengan korek apinya.

“aku baru saja akan pergi… “ Ucapku. Aku memakai bahasa yang sama dengan yang dia gunakan“sudah berjam-jam aku menunggu disini..”.

Dia tersenyum mendengar ucapanku lalu mengisap rokoknya dalam-dalam. Bara api di ujung batang rokoknya berpijar. Lalu dia menghembuskan asapnya melalui mulut.

“Tidak. Kamu tidak bisa pergi kemana-mana.” Ucapnya “ Curiosity. Keingintahuan menahanmu untuk tetap disini. Kalau kamu berniat pergi, kamu bisa saja melakukannya berjam-jam yang lalu” Ucapnya sambil tersenyum.

Alasan itu jugalah yang membuatku menerima ajakannya untuk bertemu secara langsung dengannya disini. Di dalam room chat, Kami tidak pernah membahas hal lain selain rencana pemulihan data keuangan Nasabah Uni-Bank. Dia yang melilih tempat dan waktu untuk bertemu. Dia benar, keberhasilan misi kami menimbulkan banyak pertanyaan yang menarik perhatianku. Seperti rasa gatal di dalam benakku yang tidak bisa kujangkau. Banyak yang masih belum aku mengerti. Aku ingin tahu kenapa dia membelot dari D4RKS1DE. Membantuku mengembalikan data Nasabah Uni-Bank dan mencegah terjadinya serangan kedua. Termasuk alasan kenapa dia ingin bertemu secara langsung denganku.

“Mereka sudah pergi…” Ucapnya “. Mereka buru-buru pergi semalam..”

“Kemana?”
Tanyaku.

“Aku tidak bisa mengatakan kepadamu kemana mereka pergi. Tapi untuk sementara, Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kelanjutan operasi mereka disini” Jawabnya.

“Untuk sementara? Jadi mereka akan kembali?” Tanyaku. Dia terdiam. “Bagian mana dari skenario serangan dan aksi teror di setiap belahan dunia yang paling memotivasi mereka? Mereka benar-benar berhasrat untuk menguasai Dunia?”

“Menguasai Dunia? Hmm.. hasrat mereka lebih besar dari itu. Mereka ada karena sebuah kekecewaan. Sigmund Freud said, a civilization which leaves so large a number of its participants unsatisfied and drives them into revolt neither has nor deserves the prospect of a lasting existence. ”
Ucapnya mengutip ucapan seorang psikolog legendaris. Secara singkat bisa diartikan sebagai ketidakpuasan terhadap peradaban. “kami adalah prajurit yang sengaja dipersiapkan untuk hal yang lebih besar. Kami mengabdi untuk tujuan yang lebih mulia.”

“Oh! Jadi mereka menginginkan sebuah Revolusi?”
Tanyaku. “Mengorbankan dan menghancurkan masyarakat tidak berdosa hanya untuk kepentingan delusional mereka? ”

“Kenapa kamu begitu naif?”
Serunya. Kali ini Dia menatapku dengan serius.” Meskipun tidak ada serangan-serangan itu, dari dulu orang-orang sudah berusaha menghancurkan diri mereka sendiri. Rokok, Fast Food, Virus, media sosial penuh dengan kepalsuan, bullying antar sesama, menghujat kelompok yang berbeda keyakinan. Kamu hanya melihat apa yang ada di depanmu. Cobalah lihat gambaran yang lebih luas dengan cara yang berbeda. Dunia sekarang ini adalah sebuah kebohongan luar biasa besar. Lihat deretan gedung-gedung tinggi itu..! Bertahun-tahun Kapitalisme yang dilakukan secara terstruktur telah menghancurkan rakyat kecil. Kapitalisme jaman sekarang sangat jauh berbeda dari harapan seorang Adam Smith. Atau memang pemikirannya tentang perdagangan bebas selama ini adalah sebuah kesalahan besar. Para kapitalis dengan rakusnya terus-menerus menebalkan pundi-pundi uang mereka, mementingkan diri mereka sendiri. Mengagung-agungkan keuntungan di atas segalanya. Kemudian mereka bersenang-senang menikmati keuntungan mereka meski ribuan bahkan jutaan orang menderita karena kealparan. Sampai kapanpun mereka tidak akan peduli dengan nasib orang-orang yang kurang beruntung. Untuk alasan itulah kami ada. Kami ingin mengubah segalanya. Tujuan kami adalah kebebasan dan kesetaraan. Apa yang kami lakukan sekarang, jauh-jauh hari sudah diramalkan oleh Karl Marx. He Said, The weapon of criticism obviously cannot replace the criticism of weapons. Material force must be overthrown by material force. Dan satu hal lagi. Jika ada yang masyarakat tidak berdosa terkena imbas oleh apa yang telah kami lakukan, penderitaan mereka tidak akan sia-sia. Karena Setiap perubahan butuh pengorbanan.”

Jadi itu alasan mereka melakukan serangan-serangan yang menimbulkan kepanikan dan ketakutan banyak orang disetiap belahan Dunia. Segala yang dia ungkapkan adalah sebuah realita yang terjadi saat ini. Hampir tidak ada yang salah dari apa yang dia jelaskan, kecuali satu hal.

“Kalian tidak harus menghancurkan sebuah tatanan Dunia jika mengingikan sebuah perubahan. Cukup arahkan mereka untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.” Ucapku.

Perubahan memang sangat dibutuhkan, apalagi perubahan untuk menuju yang lebih baik. Benar yang dia katakan, perubahan butuh pengorbanan. Perubahan ada harganya. Dan terkadang harganya sangat mahal. Tapi perubahan bisa diupayakan tanpa harus ada pengorbanan yang tidak perlu. Menurutku itu adalah solusi terbaik daripada mengorbankan masyarakat yang selama ini sudah menderita. Ucapanku masih membuatnya terdiam. Dia menatapku dalam diam selama beberapa saat.

“Kita sama-sama mengingikan perdamaian, tapi kita tidak bisa menemukan persamaan dalam prosesnya” Ucapnya “Kurasa kita tidak perlu saling beragumen mengenai hal itu.. aku hanya akan mengingatkan satu hal, mereka tidak akan semudah itu dihentikan hanya oleh The Lone Wolf sepertimu..”

“Aku tau,,,”
Seruku “Tapi aku akan terus menentang mereka, menentang kalian. Aku akan terus membatalkan serangan mereka, meskipun aku gagal dan dunia disekitarku rusak oleh ulah mereka, aku akan memperbaikinya,, akan aku pulihkan lebih baik dari sebelumnya.. MEREKA TIDAK AKAN PERNAH MENANG…”

Dia tersenyum. “Aku menyukai semangatmu,,, Kamu tau, terkadang perang itu ada tidak untuk dimenangkan, beberapa ditakdirkan untuk tetap eksis..” Ucapnya “Sekarang aku bertanya, mengapa kamu memilih jalan hidup seperti ini? Apa yang kamu lakukan ini tidak akan ada habisnya.. akan selalu ada orang-orang jahat yang perlu dihancurkan, akan selalu ada orang-orang menderita yang harus diselamatkan.”

“Apa yang aku lakukan bukanlah urusanmu.,,,”
Ucapku.

“Saat ini juga menjadi urusanku..” Ucapnya. Apa maksudnya dia berkata seperti itu? “Pernahkah kamu berpikir untuk meninggalkan semua ini? Hidup normal dengan segala warna-warni kehidupan yang dimiliki wanita muda sepertimu. Memulai hobi baru, Menyelesaikan pendidikanmu, Hang Out bersama teman-temanmu setiap malam, Jalan-jalan, travelling, shopping, menghabiskan uang orangtuamu, mencari seorang pria tampan, atau beberapa pria tampan jika kamu mau, seks setiap akhir pekan, setiap hari hanya mempermasalahkan penampilan dan hanya mengkhawatirkan munculnya jerawat atau naiknya berat badan. Pernakah kamu memikirkan semua itu? hhmm tekadang aku membayangkannya, berhenti melakukan semua ini. Selamanya menghilang dari sistem. Tidak peduli apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi, Menjalani hidup seperti yang aku inginkan, Bebas melakukan saja apa yang aku mau, pergi ke tempat yang ingin aku pergi, Tidur nyenyak di malam hari, atau bisa tenang menghitung bintang-bintang di langit, kamu tau, waktu aku kecil aku pernah menghitung sampai 1.237 Bintang di langit. ”

“Mengapa kamu mengatakan semua itu kepadaku?”
Tanyaku memotong ucapannya.

“karena itu yang harus kamu lakukan,!” Ucapnya tegas. “Pulang!! dan sembunyi dari internet untuk sementara waktu..”

Aku menatapnya. Dia memintaku untuk offline dan menjauhi Dunia Maya. Itu artinya,

“Mereka sedang mencariku?” tanyaku lirih.

“Kamu sudah tau resikonya. Setelah apa yang kamu lakukan kepada mereka, Kamu menjadi orang yang paling dicari oleh mereka. meskipun mereka sudah pergi, dari yang aku dengar, mereka sudah membuat perintah untuk memburumu. Bukan hanya kamu, tapi juga mereka yang ada dibelakangmu.”

Sontak saja aku terkejut mendengar ucapannya.

“Mereka sudah tau?” Tanyaku panik.

“Mengapa kamu jadi begitu tegang? Hati-hati, kepedulian yang berlebihan bisa melemahkanmu” Ucapnya. Aku tahu tentang itu, itu sebabnya selama ini aku aku lebih suka bekerja sendiri.

“Jangan khawatir. Mereka Belum tau apa-apa tentang kalian, saat ini mereka sedang berusaha melacak jejak-jejak kalian!! Aku juga akan berusaha mengacaukan pencarian mereka.” Ucapnya “Tapi mereka akan segera menemukan kalian jika kamu masih memaksa untuk berada di dalam sistem. So, stay low and you should be OK. It’s as simple as that”. Jelasnya.

Jadi mereka belum tahu keterlibatan Kirana dan Cowok cabul itu. Itu sedikit membuatku lega. Tapi dia sudah tahu. Aku menatap wanita yang daritadi sangat tenang duduk disebelahku. Padahal selama ini aku tidak pernah detail mengatakan kepadanya tentang rencana kami. Aku bahkan tidak mengatakan kepadanya kalau aku tidak melakukannya sendiri. Pertanyaannya, sejauh mana yang dia tahu tantang kami? Tentangku? Atau dia cuman menerka-nerka?

Diluar itu, sepertinya dia memang wanita yang berbahaya. Aku tidak bisa memastikan ucapannya tadi adalah peringatan atau sebuah ancaman.

“Kamu yang memberi peringatan kepada StackSolution saat kami sedang berusaha membobol Data Center mereka?” Tanyaku.

“Ya.. aku yang memberi peringatan kepada mereka” Jawabnya dengan sangat santai.

“Why?” Tanyaku kali ini sedikit emosi. “Kukira kita adalah sekutu, Kamu sendiri yang bilang sejak awal kalau kamu akan membantuku, semua informasi yang kamu berikan kepadaku selama ini hanya bertujuan untuk menjebakku?”

Akibat ulahnya itu, kami hampir saja tidak bisa keluar dari sana. Dikejar-kejar polisi di jalanan dan aku juga hampir celaka jika cowok cabul itu tidak menyelamatkanku. Aku juga sempat menuduh Kirana yang telah menjebakku.

“Aku tidak bermaksud untuk menjebakmu. I was curious what would happen. I was curious what you would do”
Ucapnya sambil menatapku.

Jawabannya yang tidak masuk akal membuatku sangat shock. Dia sama sekali tidak peduli jika kami berhasil melakukan misi itu atau tidak. Dengan power yang dia miliki, dia bisa mengontrol keadaan sesuka hatinya. Dia sedang bermain-main untuk menjadi Tuhan. Dia mengendalikan semuanya.

“Psycho..” Ucapku lirih. Dia tertawa kecil.

“hmmm.. aku tidak menyalahkanmu menganggapku seperti itu. aku memiliki banyak kepribadian, terkadang aku bisa menjadi seseorang yang berbeda..” Ucapnya.

Tepat sekali. Segala yang dia lakukan atau katakan tidak bisa kuprediksi maksudnya. Dia sangat misterius. Dia tadi menjelaskan visi D4RKS1DE tentang sebuah revolusi dengan penuh semangat seolah dia juga menginginkannya. Tapi di sisi lain, dia membantuku menggagalkan rencana besar mereka dan berusuha menyembunyikanku dari mereka.

“Serangan pertama pada Uni-Bank. Kamu yang memulainya? Kamu yang merancang serangan itu kan?” Tanyaku.

Dia kembali menatapku, cukup lama dia menatap mataku seakan mencari sesuatu disana.

“Ya..” Jawabnya singkat.

Benar dugaanku, dia adalah desainer serangan kepada Uni-Bank. Aku baru menyadarinya saat dia memberikan penjelasan secara detail dimana direktori data keuangan nasabah Uni-Bank yang masih tersimpan di Server StackSolution. Seolah dia yang menaruh data itu disana.

“lalu mengapa kamu tidak menyempurnakan rancanganmu? Mengapa kamu masih menaruh salinan data-data itu disana?” Tanyaku.

Jika boleh jujur. Aku sangat mengagumi rancangan serangan yang dibangun olehnya. Menghancurkan database beserta data cadangan atau back-up di dua tempat penyimpanan server yang berbeda secara bersamaan itu sangat jenius. Rancangan seperti itu tidak dibangun dengan mudah. Dan pasti membutuhkan persiapan yang sangat panjang. Apalagi dia melakukannya seorang diri.

“Aku mulai menyukai tempat ini,,” Ucapnya sambil tersenyum sendiri. “I know it sounds insane., tapi aku menyukai tempat ini karena apa yang ada di dalamnya. Aku meninggalkan negara ini sesaat setelah serangan itu terjadi. Seharusnya aku tidak akan pernah kembali kesini, kami tidak diperbolehkan untuk tinggal setelah meluncurkan sebuah serangan. Tapi lihatalah sekarang aku dimana, Kemanapun aku pergi, dibelahan bumi manapun aku berada,, tempat ini selalu membawaku kembali. Seperti Rumah. Tempat tujuan untuk kembali, tempat dimana aku seharusnya berada”

Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Aku tidak tahu apa yang dia alami selama proses persiapan serangan kepada Uni-Bank. Tapi hal itu yang membuat dia berubah pikiran dari ingin membuat kacau negeri ini menjadi keinginan untuk melindungi negeri ini dari kehancuran karena krisis. Dan apapun alasannya, aku yakin itu sangat penting atau sangat berarti baginya sampai dia harus menghianati kelompoknya sendiri. Tetapi masih ada yang tidak aku mengerti.

“lalu kenapa tidak kamu lakukan sendiri? Kenapa harus aku?” Tanyaku lagi.

“ya, aku bisa saja melakukannya sendiri....” Ucapnya “Ingat saat pertama kali kutawarkan kepadamu solusi untuk memulihkan keadaan? Aku juga mengatakan kalau aku tidak memberikannya secara cuma-cuma, aku meminta imbalan sebagai gantinya. Jangan bilang kalau kamu sudah melupakannya.”

Aku masih ingat dia pernah mengatakan itu. Tetapi setelah tau alasan kenapa dia membantuku mengembalikan data Nasabah Uni-Bank, “ aku tidak harus memberikan imbalan apa-apa kepadamu, sejak awal kita berdiri di sisi yang sama, tujuan kita sama…”. Malahan terlihat dia yang memanfaatkanku untuk melakukan pemulihan data nasabah Uni-Bank.

“Tidak. Aku berdiri sejalan dengan apa yang aku inginkan..” Serunya “Tapi Bagaimana dengan imbalan atas keselamatan orang-orang dibelakangmu?”

“Apa maksudmu?”
Tanyaku serius.

“Aku bisa menjamin keselamatanmu, akan aku lakukan segala cara agar mereka tidak menemukanmu.. tapi aku tidak akan melakukan hal yang sama kepada orang-orang dibelakangmu.. tidak tanpa imbalan..” Ucapnya. Dia mencoba mengancamku dengan segala kekuasannya.

“Kamu tidak perlu menjagaku. Aku tidak membutuhkan perlindungan apapun darimu.. Mereka tidak akan menemukan kami dengan mudah..!” Ucapku tegas

“Apa kamu yakin… Angela?” Tanya dia sambil tersenyum.

Aku langsung down. Tubuhku terdiam kaku terkejut dengan apa yang kudengar. Bagaimana dia bisa tau namaku?. Padahal selama ini aku selalu waspada saat berkomunikasi dengan dia atau dengan siapapun di dunia virtual. Setiap melakukan aktivitas di dunia virtual aku juga selalu memastikan tidak meninggalkan jejak digital apapun yang bisa mengungkap identitasku. Karena penting bagi seorang hacker untuk menjaga kerahasiaan identitas. Aku, dia dan kebanyakan hacker lainnya pasti akan menyembunyikan identitas asli kami sehingga orang lain tidak mengetahui bahwa kami adalah seorang hacker.

Fuck !! Sejak kapan dia tahu identitasku?. Jika dia sudah tau tentangku, besar kemungkinan dia juga sudah tahu tentang Kirana dan Cowok Cabul itu. Dia mengancamku secara halus dengan mengatakan akan menjamin keselamatan kami dari D4RKS1DE. Mungkin memang dia akan memberikan perlindungan untuk kami, tapi sewaktu-waktu dia juga bisa memberikan identitas kami kepada D4RKS1DE jika aku tidak menuruti kemauannya.

“Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?” Tanyaku. Dia menatapku.

“Aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku, tapi tidak sekarang. Akan aku kabari jika sudah waktunya… Yang pasti, kita akan bertemu lagi.” Ucapnya sambil berdiri dari duduknya.

Semuanya jadi masuk akal sekarang. Aku sekarang sadar kalau selama ini aku adalah bagian dari rancangan bayangannya. Dia sudah menargetkanku sejak awal. Dia sengaja menawarkan padaku solusi pemulihan Data keuangan Nasabah Uni-Bank. Membuatku melakukan serangan kepada StackSolution yang akhirnya menjadikanku sebagai kambing hitam atas serangan tujuh bulan yang lalu. Dan karena serangan itu juga sekarang aku jadi buronan kepolisian dan juga D4RKS1DE. Dia mengendalikan segalanya sejak awal. Dia sudah berhasil mengendalikanku. Bahkan aku tidak menyadari kalau selama ini aku dijadikan boneka yang bergerak sesuai keinginannya. Dengan mudahnya dia mengeksploitasiku dengan memanfaatkan kepedulianku kepada nasib para korban serangan SHUTDOWN!.

“For Now, stay low and enjoy your Real Life” Ucapnya lalu melangkahkan kakinya menjauhi Halte.

“Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan di Dunia Nyata” Ucapku lirih. Dia menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arahku.

“You will survive” Ucapnya singkat.

Kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya lalu menghilang diantara kerumanan orang-orang. Meninggalkanku sendirian bersama ribuan pertanyaan yang bermunculan di benakku. Apa yang dia inginkan? Apa yang dia ingin aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku sedang dalam bahaya? Apakah Kirana dan Cowok cabul itu juga dalam bahaya? Apakah mereka berdua harus tahu kalau mereka sedang dalam bahaya?. Tak satupun dari pertanyaan-pertanyaan itu yang mampu kutemukan jawabannya. Otakku lagi-lagi hang seperti processor komputer yang dipaksa mengerjakan perintah-perintah yang berat secara bersamaan.

Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Pasti ada konsekuensi yang harus aku tanggung akibat melibatkan mereka berdua. Atau mungkin ini adalah hukuman untukku karena membuat perjanjian dengan pengabdi kegelapan.

Aku menyalakan rokok yang kuambil dari bungkus yang ditinggalkan olehnya di atas kursi. Kemudian tenggelam dalam pikiranku sendiri bersama dengan asap yang kuhembuskan dari mulutku.



END OF FLASHBACK

.

.

.



22.
BLOOD





Salah satu tempat hiburan prestisius yang ada di kota ini adalah restoran internasional yang berada di rooftop sebuah gedung pencakar langit di jantung kota. Seorang wanita muda baru saja keluar dari lift di lantai 56.



Suara hak sepatunya yang tinggi dan ramping membentur lantai marmer dengan jelas. Ia melangkah ke sebuah ruangan dengan pencahayaan temaram sambil menahan sebuah ponsel di telinga kirinya. Ia tidak berbicara sedikitpun, hanya mendengarkan suara yang berasal dari ponselnya. Layaknya sebuah komunikasi satu arah, sebuah pesan, sebuah instruksi atau ia sedang mendengarkan informasi tentang sesuatu hal.

Sambil tetap melangkah, matanya tak lepas mengamati keadaan di sekitar pintu masuk menuju ke dalam restoran. Langkahnya akhirnya terhenti saat seorang pemuda dengan memakai kacamata menyambut kedatangannya. Pemuda tampan itu memakai jins berawana biru serta kemeja warna abu-abu sebagai atasannya. Kemudian diluarnya ia mengenakan jaket jas warna hitam yang ia biarkan terbuka.

Wanita muda itu memutus sambungan telepon dan tersenyum ramah ke arah pemuda yang menghadang langkahnya. Senyuman indah yang akan membekas di benak pemuda tampan itu sepanjang malam.

“Are you waiting for someone?” Tanya pemuda itu kepadanya.

“No !” Jawabnya “Just Me..”

Kemudian ia menunjukkan kode reservasi yang ada di ponselnya kepada pemuda itu.

“This way, please..”. Ucap pemuda tampan yang merupakan petugas penerima tamu restoran.

Wanita berambut coklat panjang itu mengikuti langkah petugas restoran masuk ke dalam ruangan utama yang cukup luas. Beberapa orang menyadari kehadirannya tak bisa berhenti memandanginya. Ia berjalan layaknya seorang model yang sedang berjalan di atas catwalk diiringi dengan suara musik pelan yang terdengar dari segala penjuru ruangan. Sebagian pria kagum dengan pesonanya, sedangkan sebagian wanita merasa terintimidasi dengan kecantikannya. Bagaimana tidak, pemilik sorot mata tajam beriris biru itu malam ini terlihat elegan dan seksi. Balutan gaun Louis Vuitton melekat dengan ketat di tubuhnya yang semampai dan ramping. Gaun itu menutupi lengan hingga pergelangan tangannya namun gaun itu didesain untuk tidak menutupi area dadanya. Begitu rendah. Kaki jenjangnya yang indah terekspos dengan jelas karena gaun itu panjangnya hanya sebatas setengah pahanya yang mulus. Warnanya yang merah sudah cukup membuatnya jadi perhatian orang-orang saat ia masuk dan melangkah di dalam restoran. Beberapa pria tak bisa mengelak untuk menikmati dan memuja kecantikan wajah khas ras kaukasoid yang melekat kepadanya. Sedangkan beberapa wanita memandangnya dengan tatapan tidak senang. Tidak senang dengan segala kesempurnaan yang ada pada diri wanita muda itu.

Baru saja wanita muda itu telah sampai di meja yang sudah ia pesan sebelumnya. Dengan sigap petugas restoran menarik kursi dan membimbingnya untuk duduk. Kemudian petugas restoran itu meninggalkannya setelah ia selesai memesan makanan. Meja yang ia pesan sebelumnya itu berada tepat di samping sebuah dinding kaca yang tinggi dan lebar. Dari tempat duduknya itu ia bisa menikmati keindahan kota di malam hari dari lantai 56.

Hanya sebentar saja ia memandang ke arah pemandangan menakjubkan lampu-lampu kota. Berikutnya ia memandang ke sekeliling ruangan utama restoran yang cukup ramai meskipun bukan akhir pekan. Hampir setiap meja sudah ada yang mengisi. Kebanyakan tiap meja-meja itu diisi oleh pasangan-pasangan yang sedang asyik melahap makanan, berbincang, ataupun ada juga yang memanfaatkan ruangan yang temaram untuk bermesraan. Dan sebagian besar pengunjung restoran berkonsep Fine Dining ini adalah wisatawan mancanegara. Namanya juga restoran internasional. Beberapa pengunjung ada yang memilih duduk di area lounge yang berada di luar restoran. Terdapat sebuah kolam renang di dekat Lounge bar dimana beberapa pengunjung duduk santai di tepiannya. Beberapa security berdiri di sekitar kolam renang itu. Sorot mata mereka tak lepas dari para pengunjung yang berada di kolam renang. Mereka berjaga-jaga dan mengantisipasi jika ada pengunjung yang akan nekat terjun dari lantai 56.

Namun bukanlah memandangi pasangan-pasangan yang sedang berkencan dan bermesraan alasan wanita itu datang seorang diri di tempat itu. Bukan juga hiburan pemandangan menakjubkan cahaya lampu kota dari ketinggian yang ia cari. Sebenarnya tidak ada satupun dari tempat itu atau tempat-tempat hiburan lain di kota ini yang bisa menghiburnya.

Satu-satunya hiburan yang bisa menenangkan hatinya belum bisa ia miliki, walaupun sudah cukup lama ia begitu menginginkannya. Tetapi ia adalah tipe wanita keras kepala. Ia tidak akan pernah menyerah sampai ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Meskipun itu artinya ia harus melakukan segala cara. Ia yakin akan menang dan yakin sebentar lagi akan menggenggam apa yang ia inginkan untuk selamanya.

Kemudian Wanita itu mengeluarkan ponselnya dari dalam dompet. Entah bagaimana cara dia melakukannya, ponselnya itu terhubung dengan kamera cctv sebuah restoran lain yang letaknya jauh di kota sebelah. Dan sekarang di layarnya memperlihatkan seorang pemuda dan wanita sedang duduk berhadap-hadapan di restoran. Tiba-tiba senyum yang menawan terbit dari wajah cantiknya saat dia melihat layar ponselnya itu. Kemudian ia bergumam sendiri.

“Reggy…”



.

.

.

.

.

.




DI WAKTU YANG BERSAMAAN

----POV ANGEL----




Dia bangkit dari tempat duduknya lalu meninggalkan meja tanpa bisa menyembunyikan ekspresinya yang masih terlihat bingung. Entah apa yang sedang ada di dalam pikirannya. Wait, aku nggak peduli dengan apa yang dia pikirin. Aku masih belum bisa mengatakan semua kepadanya. Karena kami sedang diawasi. Tapi setidaknya sudah kukatakan kepadanya apa-apa saja yang perlu dia ketahui.

Aku masih memandangnya yang sedang berjalan menjauhi meja sampai akhirnya sosoknya tak terlihat lagi saat dia berbelok menuju lorong toilet.

Kirana bilang kalau cowok rese dan ngeselin itu sedang mengkhawatirkanku. Sejujurnya, Aku bisa merasakannya saat dia membelaku di depan kakaknya. Aneh !! Kukira semua cowok itu sama, tidak punya perasaan dan hanya mementingkan diri mereka sendiri. Kenapa dia berbeda?.

Daripada mencemaskanku, seharusnya dia mengkhawatirkan dirinya sendiri dengan apa yang mungkin akan datang atau apa yang akan terjadi. Tetapi bagaimanapun juga, aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku akan menjaga dan melindunginya. Shit, menjengkelkan rasanya.

Kutatap sekali lagi kamera pengawas di atasku.

Sudah hampir dua jam berlalu, masih juga tidak ada tanda-tanda kemunculan wanita berbahaya itu ataupun orang-orang yang mencurigakan. Mataku memandang sekeliling restoran. Kupikir dengan membawa cowo ngeselin itu kesini akan membuat mereka terpancing ataupun bereaksi. Memang rencanaku ini terlalu nekat dan ceroboh, tetapi aku sudah putus asa mencari petunjuk tentang wanita berbahaya itu dan apa yang dia inginkan dariku.

Misi pengembalian data Uni-Bank dari awal sudah kupirkan dengan matang-matang bersama dengan Kirana. Rencanaku layaknya sebuah kode pemrograman yang akan terus berjalan dengan baik hingga semua tugasnya selesai kecuali adanya failure. Kami berhasil mengembalikan data-data itu, tetapi dibalik keberhasilan itu, muncul masalah lain. Setelah menganalisa kembali kode-kode yang telah kubuat atau apa-apa saja yang aku lakukan dalam menjalankan misi itu. Aku menemukan pengecualian yang kemungkinan menjadi penyebab kenapa rencanaku tidak berjalan dengan semestinya. Dia !!. Aku merasa keterlibataan Cowok ngeselin itu pada misi ini yang menyebabkan failure atau penyimpangan dalam rencanaku. Atau mungkin dugaanku salah?. Ya, pastinya. Mungkin otakku benar-benar sedang kacau dan menduga kalau cowo idiot seperti dia ada hubungannya dengan serangan cyber terbesar yang pernah terjadi di negeri ini.

Tapi aku masih merasa ada sesuatu antara aku dan dia. Ada alasan kami bertemu atau dipertemukan. Aku merasa pertemuanku dengan cowok ngeselin itu bukanlah sebuah kebetulan. Sejujurnya, aku tidak pernah percaya akan adanya kebetulan.

Jika memang dia tidak ada hubungannya dengan semua ini, maka tidak ada lagi alasan kami berdua berlama-lama disini. Sekarang, aku hanya perlu menunggu cowok ngeselin itu kembali dan mengajaknya angkat kaki dari sini. Tapi Kenapa dia lama sekali di toilet?

Tiba-tiba terdengar kegaduhan diikuti dengan suara jeritan seorang wanita yang membuatku terkejut bukan main. Suaranya terdengar keras dari arah toilet restoran. Membuat semua pengunjung restoran menoleh dan kebingungan. Aku refleks berlari ke sumber suara itu dengan perasaan was-was dan cemas. Astaga Rega? Apa yang terjadi?. Perasaanku berubah menjadi sangat buruk. Seolah-olah sesuatu yang mengerikan telah terjadi.

Langkahku terhenti saat tiba di lorong toilet restoran. Aku terperanjat menutup mulutku seakan tak percaya apa yang sedang kulihat. Di dalam lorong itu aku melihat Rega duduk tak berdaya di lantai bersandar kepada dinding lorong dengan tubuh yang penuh dengan darah. Sesaat aku merasa kehilangan keseimbangan. Aku melihat seorang wanita berdiri di dekatnya dan juga seorang pelayan restoran dengan sebilah pisau di tangannya. Aku memandang sebuah kamera pengawas di atas mereka. Kemudian aku berteriak sekencang-kencangnya dengan suara yang bergetar.

“WHAT DO YOU WANT FROM ME?”

.

.

.

.



HAMPIR DUA JAM SEBELUMNYA.

----POV REGA----


Kami berdua akhirnya tiba di gedung utama restoran yang sengaja dibangun dengan gaya modern. Cahaya terang dari dalam gedung memancar ke luar melalui dinding-dinding kaca yang tinggi.

Di depan pintu masuk, seorang pelayan restoran menyambut kedatangan kami dengan senyumnya yang ramah. Lalu pelayan itu mengantar kami masuk ke dalam restoran dan mencarikan kami meja yang masih kosong. Aku dan Angel mengikuti pelayan itu dengan santai. Sambil berjalan, Aku memperhatikan Angel yang sedang menyapukan pandangannya ke langit-langit ruangan yang cukup tinggi. Dia seperti sedang mencari sesuatu. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari jika Angel sedang memperhatikan titik-titik dimana kamera pengawas atau cctv terpasang. Seperti yang dia lakukan saat kami mendatangi perusahaan penyimpanan database di kota sebelah. Terdapat beberapa kamera yang terpasang di dalam ruangan, di setiap sudut ruangan dan satu terpasang di tengah-tengah ruangan.

Lalu tiba-tiba Angel meminta dengan sopan kepada pelayan wanita itu agar bisa memilih meja sendiri. Pelayan itu dengan ramah mempersilahkan Angel untuk memilih meja yang dia inginkan selama meja itu belum ada yang memesan. Aku sangat yakin Angel akan memilih meja yang letaknya tidak terdeteksi kamera pengawas atau setidaknya jauh dari pengawasan cctv.

Tetapi diluar dugaanku, Angel memilih meja yang berada tepat di bawah sebuah kamera cctv. Meja yang disediakan khusus untuk dua orang itu berada di tengah-tengah ruangan. Dekat dengan grand piano berwarna putih. Pelayan itu menarik tempat duduk untuk Angel. Sedangkan aku duduk di seberangnya.

Kepada pelayan, Angel memesan dua porsi Foei gras and Duck Breast untuk makanan pembuka, Lobster Thermidor sebagai hidangan utama dan untuk mekanan penutup, dia memesan Creme Brulee yang sangat aku sukai. Pelayan itu mengulang menu yang dipesan Angel, kemudian dia pergi meninggalkan kami berdua.

Angel mendongak dan menatap dengan tenang pada kamera cctv yang berada tepat diatas kami berdua. Hal itu sedikit membuatku terheran-heran. Kemarin pada saat menjalankan rencana di kota sebelah, dia melarangku melihat cctv terlalu lama. Tetapi kali ini dia menatap penuh percaya diri pada cctv seakan-akan dia memang sengaja ingin dilihat oleh siapapun yang sedang mengawasi.

Aku memajukan bagian atas tubuhku ke arah Angel yang masih fokus menatap kamera cctv.

“Hei.. !!” Seruku pelan seperti berbisik. “daritadi kamu ngeliatin cctv, Ada apa?” Tanyaku penasaran.

“gapapa,,” Jawabnya singkat.

“Ga Mungkin, Pasti ada apa-apanya !!” Seruku “Kita sedang diawasi?” Tanyaku lagi masih dengan suara yang pelan.

Angel memandangku sejenak lalu ikut memajukan bagian atas tubuhnya ke arahku. Sepertinya dia akan mengatakan sesuatu yang penting. Aku menantikan apa yang akan dia katakan dengan serius.

“Ya, kita berdua sedang diawasi,” Jawabnya dengan suara pelan “bukan cuman kita, semua orang yang ada di dalam restoran ini juga sedang diawasi, karena memang itu gunanya cctv, untuk mengawasi semua orang” Ucapnya lalu menegakkan lagi badannya. Shit!. Siapa yang tidak tahu tentang cctv dan fungsinya.

“Ayolah, kamu tau maksudku…” Seruku.

“Nggak !! aku gak tau apa maksudmu…” Balasnya cepat.

“Kamu pernah bilang kalau mereka gak akan pernah bisa menemukan kita, tapi,, seandainya… seandainya mereka menemukan kita, apa yang akan mereka lakukan? Apa yang akan terjadi dengan kita Angel?” Tanyaku. Dia memandangku.“Mereka akan menculik kita? Membawa kita ke tengah-tengah laut lalu ninggalin kita begitu saja disana? Atau,, atau mereka akan menjual organ-organ tubuh kita dan.. dan sisanya akan dijadikan makanan kucing?”

“Kamu terlalu banyak nonton film,,”
Cibirnya. “Selama kamu dan kakakmu itu bisa tutup mulut, mereka gak akan pernah bisa menemukan kita” Ucapnya tegas.

“Cuma gitu doang? dan mereka gak akan pernah menemukan kita??” Tanyaku lagi memastikan ucapannya. “Kamu sendiri yang bilang kalau mereka kelompok hacker yang berbahaya, paling ditakuti, punya anggota yang tersebar dimana-mana, dan siapapun yang menghalangi rencana mereka, mereka gak akan tinggal diam.. dengan resume mengerikan seperti itu, kamu yakin mereka gak akan bisa menemukan kita?”

Angel terdiam memandangku begitu dalam. Apa aku terlalu menekannya?. Aku bicara seolah-olah dia yang harus bertanggung jawab atas keselamatanku. Shit. Seharusnya aku tidak terlalu menekannya. Memang awalnya dia yang turut menyeretku dalam permasalahan ini. Aku terpaksa ikut terlibat karena sebelumnya dia membantuku dalam permasalahan Bu Fiona. Tapi di saat-saat terakhir, dia mempersilahkan aku untuk menjauh. Aku sendirilah yang pada akhirnya memaksa untuk ikut terlibat.

Tiba-tiba seorang pelayan mendatangi meja kami dan menawarkan champagne kepadaku. Aku menggeleng dengan sopan. Aku selalu berusaha keras menghindari alkohol. Sejauh ini aku berhasil melakukannya, dan aku masih ingin terus mempertahankannya. Aku masih tidak berminat untuk minum-minum lagi. Meskipun itu hanyalah segelas champagne. Lagipula ini bukanlah sebuah kencan atau kami tidak sedang merayakan sesuatu.

Sepertinya Angel juga sependapat denganku. Dia menolak dengan sopan saat pelayan menawarkan champagne kepadanya. Pelayan itu mengangguk paham lalu pergi meninggalakan kami.

Lima menit kemudian, pelayan yang lain datang membawa hidangan pembuka yang sudah dipesan Angel tadi. Bukan pertama kalinya aku menyantap hidangan di restoran ini, jadi aku menikmatinya tanpa banyak berkomentar. Kami menikmati makanan pembuka dalam keheningan.

Sepuluh menit berikutnya pelayan datang lagi membawa hidangan utama kami. Pelayan itu dengan hati-hati meletakkan sajian lobster khas Perancis di atas meja. Aku dan Angel segera menikmati hidangan yang lezat ini. Sekali lagi, kami makan dalam diam. Hanya denting suara sendok dan garpu yang bersuara diantara kami. Sesekali kulirik Angel didepanku yang tampak tenang menikmati makanannya.

Sebenarnya aku masih heran kenapa tiba-tiba dia mengajakku makan malam bersama. Disini, di restoran ini.

Sambil menikmati makananku, mataku memandang ke sekeliling ruangan restoran yang berkonsep Fine Dinning ini. Restoran mahal yang menyajikan makanan premium bagi siapapun yang bisa menjangkau harganya. Meskipun tergolong restoran mahal, namun malam ini tetap ramai pengunjung. Mereka semua memiliki tujuan yang sama, ingin menikmati hidangan malam dengan orang-orang terdekat. Alunan musik jazz yang terdengar memberi kesan lembut dan juga romantis.

“Keadaan sudah normal lagi..” Seruku membuka obrolan lagi dengan Angel. “kayak gak terjadi apa-apa.. sepertinya orang-orang sudah melupakannya, “ Angel melirikku. “Dengan data keuangan yang berhasil kamu kembalikan. Pemerintah mulai melakukan proses pengembalian uang para nasabah Uni-Bank. Meksipun prosesnya nggak sebentar. Setidaknya orang-orang sudah mendapatkan kepastian akan hak mereka.. Semua karena kamu..” Ucapku.

Orang-orang mungkin akan melupakan kejadian itu. Tapi tidak dengan kami bertiga, terutama dia. Masih kupandang Angel yang juga sedang memandangku. Dia telah banyak berkorban untuk mengembalikan data-data itu.

“Karena aku?” Tanya Angel.

“Ya, sapa lagi..? Meskipun kamu pernah gagal, meskipun awalnya Kirana gak yakin data-data itu beneran ada.. tapi kamu tetep gak mau menyerah, demi mereka,,” Ucapku. Angel menatapku kemudian tersenyum sinis.

“Kamu salah,!!“ Seru Angel pelan.“Aku gak ngelakuin apa-apa, aku bergerak layaknya sebuah program yang sudah dirancang sejak lama, bahkan sejak sebelum serangan itu terjadi... dari awal aku hanyalah sebuah boneka yang digerakkan dari jarak jauh..!”

“Hah? Maksudnya?”
Tanyaku bingung.

Angel mengalihkan pandangannya ke arah cctv yang berada di atas kami. Beberapa saat dia memandangnya, Lalu dia menatapku lagi. Raut wajahnya tiba-tiba berubah.

“Menurutmu bagaimana bisa data-data itu masih ada disana?” Tanya Angel serius.

“Ehmm mana kutau., aku nggak pernah musingin tentang itu,,” Jawabku santai.

“Kalau memang tujuan mereka ingin membuat kekacauan disini.. mereka pasti sudah menghancurkan semua data-data itu sekaligus dengan back-up nya. Dan selamanya data-data itu gak akan pernah bisa dikembalikan.. intinya, data-data yang tersimpan disana itu seharusnya gak pernah ada,.” Ucapnya.

Data-data keuangan nasabah Uni-Bank yang harusnya hilang atau sudah dihancurkan pada serangan pertama ternyata masih ada di fasilitas penyimpanan data di kota sebelah. Angel sudah menjelaskan itu kepadaku saat pertama kali dia mengungkap kalau dirinya adalah seorang hacker. Tapi Aku tidak pernah dan sepertinya tidak akan pernah memikirkan alasan kenapa data-data itu masih ada disana. Sebenarnya aku masih belum sepenuhnya paham tentang data atau database. Otakku gak bakalan nyampek. Penjelasannya semakin membuatku bingung dengan apa yang sebenarnya ingin dia katakan.

“Tapi kenyataannya, data-data itu masih ada disana kan? kita berhasil mendapatkan data-data itu, dan.. dan kamu berhasil mengembalikannya.. orang-orang sudah mendapatkan uangnya kembali, udah selesai. Kenapa kamu masih aja musingin kenapa data-data itu masih ada disana? Lagipula apa hubungannya sama kamu?” Tanyaku.

“Apa hubungannya sama aku??” Ucapnya menirukan pertanyaanku. “Data-data itu sebenarnya adalah data salinan yang sengaja ditaruh disana.. untukku…” Ungkapnya pelan.

“hah?? Tunggu,, tungguu dulu,,,” Seruku. Aku belum bisa mencerna maksud dari ucapannya. “Maksudmu mereka nggak bener-bener serius melakukan serangan itu? Mereka menghancurkan data-data keuangan nasabah Uni-Bank, tapi mereka juga menaruh dan menyimpan copy-an data-data itu di tempat yang kita datengin kemarin agar kamu bisa kembalikan semuanya? Gitu? ”

Angel menggeleng pelan. “Mereka serius ingin membuat kegaduhan disini dengan cara menghancurkan semua data-data keuangan itu, serangan itu real,, tapi sebelum semua data-data itu dihancurkan, diam-diam ada satu orang dari mereka menyalin semua data-data itu, lalu meng-enkripsi semua salinan data itu agar tidak ada yang tau, kemudian sengaja menaruhnya disana agar aku bisa menemukannya dan mendeskripsinya..” Jelasnya.

Aku telan bulat-bulat penjelasannya. Aku sepenuhnya percaya dengan apa yang dia katakan. Karena selama ini apa yang dikatakan Angel itu benar adanya.

“Satu orang? Jangan-jangan Dia orang yang pertama kali mengatakan ke kamu kalau data keuangan nasabah Uni-Bank masih ada di kota sebelah?” Tanyaku. Angel mengangguk. “Dia juga yang menginfokan akan adanya serangan kedua?” tanyaku lagi. Angel mengangguk sekali lagi.

“Bukankah itu artinya kita di sisi yang sama? Dia membantu kita, membantu kamu.. kenapa kamu malah merasa kalau dia seakan akan,, emm,, manfaatin kamu..?”

Angel menatapku serius. “Masih inget waktu kita hampir gabisa keluar dari tempat kemarin karena ada seseorang yang ngaduin kita?” Tanya dia. Aku mengangguk “Dia !! Dia orang yang ngelaporin kita, dia orang yang nyaris membuat kita ketangkep intel dan dikejar-kejar polisi, kamu masih nganggep dia ada di pihak yang sama dengan kita?”

Aku benar-benar terperangah mendengar apa yang dikatakan Angel, sampai aku tidak bisa berkata apa-apa.

“Dari awal dia memanipulasiku hanya untuk keuntungan dia..” Ucapnya pelan tanpa menatapku “Diam-diam dia menyusupi programku, memonitor segala apa yang aku lakukan, dia yang terlalu pintar atau aku yang terlalu bodoh, tanpa kusadari aku memberinya akses, dan saat dia sudah memegang kendali penuh, dia mengendalikanku.. seperti boneka kayu yang di iket benang,..kamu tau apa yang terjadi saat dia menarik benang yang tepat? Hmm? boneka itu akan bergerak sesuai keinginannya..”



Aku sedikit terkejut dan merasakan bulu kudukku merinding mendengar penjelasan Angel. Itu sebabnya dia tadi berkata dan merasa kalau selama ini dirinya hanyalah sebuah boneka yang digerakkan dari jarak jauh. Tak kusangka, ternyata ada tangan-tangan tak terlihat yang mengatur segala apa yang sudah kita lakukan. Seketika Aku merasa tidak terima dengan apa yang sudah dilakukan orang gila itu kepada Angel.

“Kurang ajar !! Dia mengincarmu karena kepedulianmu terhadap nasib nasabah Uni-Bank..” Ucapku. Angel memandangku.

“Bukan !! Aku rasa bukan aku yang dia incar..” Serunya “Aku hanya dijadikan alat yang dia gunakan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.”

“Hmm? Apa yang dia mau dari kamu?”
Tanyaku.

“Dia belum mengatakan apa yang dia mau, tapi dia pengen aku melakukan sesuatu untuk dia,..” Ucapnya “Sampai sekarang aku belum bisa memperkirakan dengan pasti apa yang dia mau dariku.. aku hanya punya dugaan…”

“Apa?”


Angel memandangku dengan matanya yang tajam dan mempesona. Dia seperti Ingin mengatakan sesuatu. Tapi dia menahannya. Dia menggeleng pelan.

“Hanya dugaan bodoh !! Gak relevan,,,” Ucapnya.

“Bagimana kalau dia pengen kamu ngelakuin sesuatu yang berbahaya atau ilegal ?” Tanyaku “Kamu tetep akan ngelakuin itu?”

“Aku sudah melakukan banyak hal gila, diantaranya melanggar hukum dan berbahaya.. .”
Ucapnya “Bagaimanapun juga, Aku gak akan bisa lari dari dia.. kurasa aku gak punya pilihan lain, selain menuruti kemauannya dan membayar segala konsekuensinya, entah apapun itu” Ungkapnya.

Wajahnya terlihat tenang saat dia kembali melanjutkan makan. Aku hanya bisa terdiam memandangnya. Tapi pikiranku tenggelam dalam beban yang begitu berat. Padahal dialah satu-satunya orang yang sedang menanggung beban. Rasa empati dalam diriku memang sangat mudah tersentuh. Tanyakan pada Rein tentang hal itu!. Dia akan mengiyakan tanpa ragu.

“Aku ke toilet dulu…!” Seruku pada Angel. Dia hanya menatapku.

.

.

.


Di depan kaca wastafel yang besar di dalam toilet restoran, aku merenungkan kembali kata demi kata yang Angel ucapkan. Dibalik ketenangannya, aku yakin dia pasti sedang merasa tertekan. Dia mengatakan tidak bisa lari dari konsekuensinya dan akan terpaksa melakukan segala yang diperintahkan untuk dia. Aku belum terlalu lama mengenal Angel, tapi kuyakin dia bukan tipe orang yang akan membiarkan dirinya ditekan seperti itu. Kecuali jika dia sedang terancam. Benarkah dia sedang diancam?? Fuck.. Fuck.. Fuck.. !. Apa yang harus aku lakukan?. Kulihat wajahku di cermin. Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Bukannya tetap disana memberi saran mengenai cara memecahkan masalah ini, aku malah kabur ke toilet. Ah, bodohnya aku.

Kunyalakan keran air, lalu membasuh wajahku dengan air yang dingin. Kutatap kembali bayangan wajahku di cermin. Ini bukan saatnya terlalu kalut dengan pikiranku sendiri. Dan bukan saatnya menjadi cowok yang selalu lari dari masalah. Ini saatnya menjadi seorang pria yang bisa diandalkan.

Aku akan kembali ke meja, bicara dan berdiskusi dengan Angel tentang cara mengatasi masalah ini. Kemudian mencoba menemukan solusinya bersama-sama. Jika memang aku tidak bisa menyumbangkan ide yang hebat, setidaknya aku akan berusaha menghiburnya yang sedang tertekan. Aku baru sadar, mungkin itu alasan mengapa dia mengajakku kesini. Dia ingin aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dia ingin aku tahu kalau dia sedang tertekan, tidak berdaya, dan membutuhkan seseorang untuk berbagi. Seseorang untuk bersandar. Dia berharap agar aku bisa menjadi seseorang itu.

Aku berjalan penuh percaya diri keluar dari toilet pria yang berhadap hadapan dengan toilet perempuan. Toilet yang berada di tengah-tengah sebuah lorong di dalam restoran yang menghubungkan ruang utama restoran dengan sebuah ruangan dimana para pelayan membawa segala tumpukan peralatan makan yang kotor. Jadi selain beberapa pengunjung yang bergantian keluar masuk ke dalam toilet, lorong ini dipenuhi dengan pelayan yang tampak sibuk membawa makanan sisa pengunjung dan juga piring-piring kotor. Ada yang membawa troli dan ada juga yang membawa baki. Dan seorang petugas kebersihan sedang mengepel lantai.

Ponselku bergetar saat aku baru saja keluar dari toilet. Masih berada di dalam lorong, Aku berhenti berjalan dan mengambil ponselku dari saku celana. Sebuah telepon masuk dari nomor yang tidak kukenal. Lagi-lagi tanpa nama.

“Halo..?” Dan seperti sebelum-sebelumnya tidak ada jawaban. Hanya suara hembusan nafas teratur yang dan suara keramaian terdengar dibelakangnya.

“AL...?” Ucapku pelan. Aku masih menduga telepon misterius yang sering meneleponku akhir-akhir ini itu dari dia.

“Ini kamu, kan? Jawab AL..!” Pintaku. Masih tidak ada jawaban. Dia seperti berada di tempat keramaian. Suara-suara itu lebih terdengar seperti dia sedang berada di sebuah restoran. Apa mungkin dia disini?

“AL, kamu disini?”
Tanyaku sekali lagi. Kemudian sambungan telepon terputus. Sial.

Beberapa detik kemudian, hal tidak terduga terjadi.

Dari arah berlawanan, seorang pelayan yang sedang berjalan cepat dengan membawa tumpukan makanan sisa-sisa pengunjung terpeleset akibat lantai yang masih basah dan licin. Pelayan itu kehilangan keseimbangan dan membuat baki beserta piring-piring, mangkuk berisi sisa makan pengunjung dan peralatan makan lain seperti sendok, garpu dan pisau yang dia bawa terlempar ke atas. Seorang pengunjung wanita yang baru saja keluar dari toilet reflek berteriak histeris melihat semua peralatan makan dan sisa-sisa makanan itu terbang lalu meluncur ke arahku dengan cepat layaknya meteor-meteor yang jatuh seperti di film armageddon. Semua terjadi begitu cepat dalam hitungan detik dan tak terhindari. Aku mundur dengan spontan sembari menyilangkan kedua tanganku di depan wajah dan kepalaku hingga terduduk di lantai bersandar pada tembok. Kemudian Piring-piring dan peralatan makan lainnnya menabrak tembok lalu jatuh di lantai di samping kiri dan kananku, beberapa pecah berantakan menimbulkan suara yang nyaring dan gaduh.

Beruntungnya tidak ada satupun dari peralatan makan terutama pisau makan yang mengenai tubuhku. Namun sialnya sebuah mangkuk berisi saus menumpahi badanku mulai dari kedua lengan dan sebagian besar tumpah di bagian depan badanku. Bajuku yang awalnya berwarna putih kini memerah. Oh Shit. Bagaimana aku bisa melanjutkan makan malam bersama Angel dengan kondisi seperti ini?.

Lalu suasana mendadak hening.

Beberapa orang menatapku dengan prihatin. Sedangkan orang-orang yang tidak melihat kejadiannya terlihat bingung dengan apa yang terjadi. Sial banget malem ini, malu rasanya. Pelayan yang juga terjatuh karena terpeleset itu kini bangkit sambil meraih pisau makan yang terjatuh di dekatnya. Sementara itu, langkah orang sedang berlari terdengar mendekat memecah keheningan. Seseorang baru saja tiba di ujung lorong.

Angel?

Angel berhenti di ujung lorong. Pandangannya tertuju padaku yang terduduk di lantai. Lalu dia berteriak kencang.

“WHAT DO YOU WANT FROM ME?”

Teriakan Angel sontak menarik perhatian semua orang. Bukan itu saja. Sedetik kemudian Angel kembali berlari kencang ke arahku lalu tanpa kuduga sama sekali dia menyerang pelayan yang tadi terpeleset. Seketika pelayan itu melayang di hadapanku terkena tendangan keras Angel lalu terhempas ke lantai. Dalam hati aku mengasihani pelayan itu. Apes banget tuh pelayan, ibaratnya habis jatuh tetimpa tangga lagi.

Aku masih terperangah bingung dan tidak mengerti apa yang barusan terjadi. Angel mendekat ke arahku yang masih terpaku akan segala tindakannya. Kemudian disentuhnya pipiku dengan tangannya yang halus. Kurasakan tangannya bergetar

“Tahan, Rega !! Kamu harus bertahan !! ” Serunya. Wajahnya tampak gelisah dan panik memandangkuku.

“Angel?” Reflek kupegang tangannya yang masih setia menempel di wajahku. Rasanya benar-benar nyaman. Aku sangat menyukai sentuhan tangannya di wajahku.

“Jangan banyak bergerak!! kamu kehilangan banyak darah,,” Serunya “PANGGIL AMBULAN..” Teriaknya histeris kepada orang-orang.

“Hah Darah?!!” Seruku bingung

.

.

.

.



BERSAMBUNG

Next Chapter 23. When The Ice Queen Melts
 
FLASHBACK

----POV ANGEL----






Seseorang sedang berdiri terdiam di seberang jalan. Dia memandangku dari kejauhan. Kemudian berjalan santai ke arah halte sembari memasukkan tangannya ke dalam saku leather mini skirt nya. Seorang wanita asing berkulit putih pucat. Wanita berparas bule itu tentu saja menarik perhatian orang-orang yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan, pelari dan pesepeda yang sedang lewat. Dia punya rambut coklat, rahang yang tegas dan hidung mancung yang begitu sempurna. Bisa disimpulkan kalau dia mewakili kecantikan khas wanita asing. Terlebih lagi dia terlihat masih sangat muda.



Dia masih berjalan ke arah Halte. Semakin dekat, semakin terlihat jelas posturnya yang tinggi dan langsing layaknya seorang super model yang biasa berjalan di atas catwalk. Berpenampilan kasual dengan Skirt mini dan Jaket kulit berwarna gelap, sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Sepasang ankle boots berwarna hitam menghiasi kakinya yang jenjang. Wanita itu kemudian duduk tidak jauh disebelahku.

Tadi sudah kukatakan jika aku sedang menantikan seseorang. Tapi aku belum pernah bertemu langsung dengan sosok misterius yang selama ini berkomunikasi denganku melalui Private Chat Room. Apakah dia orangnya?. Ataukah dia orang-orang Legiun D4RKS1DE?

Dia memandangku seklias lalu memasukkan tangannya ke dalam tas kecil yang dia bawa. Gerakannya yang tiba-tiba itu seketika membuat setiap syaraf di tubuhku menegang. Aku reflek mengubah mode menjadi waspada penuh. Namun ternyata dia hanya mengambil sekotak bungkus rokok dari dalam tas itu. Kemudian dia mengambil satu batang dari dalam kotak lalu menyelipkannya di bibirnya yang merah dan menyalakannya. Sial. Aku kira dia akan mengeluarkan semacam senjata api atau benda menyeramkan lainnya dari dalam tasnya untuk melukaiku. Bukannya aku berlebihan, tapi tadi sudah kukatakan kalau para Legiun D4RKS1DE sewaktu-waktu bisa melakukan hal mengerikan kepadaku.

“kamu masih disini..” Ucapnya memakai bahasa asing dengan aksen Eropa yang kental. Dia menawarkan sebatang rokok kepadaku. Aku sempat melirik jam mahal yang dia kenakan di tangannya. Mirip dengan yang dipakai cowok cabul sialan itu.

Aku menatapnya. Jadi benar dia orang yang sedang kutunggu. Dia yang selama ini berkomunikasi denganku melalui private chat room. Asal kalian tau, dialah kunci utama keberhasilan misi pemulihan data keuangan nasabah Uni-Bank. Dia yang mengatakan kepadaku kalau sebenarnya data Keuangan Nasabah Uni-Bank tidak benar-benar lenyap dan masih berada di server StackSolution. Dia juga yang menginformasikan kepadaku tentang adanya serangan kedua yang lebih masif dari serangan pertama. Walaupun dia tidak mengatakannya, Aku juga yakin kalau dia yang menyebarkan peringatan tentang adanya cyber attack dua hari sebelum serangan SHUTDOWN! terjadi.

Awalnya aku tidak percaya saat dia mengatakan punya cara untuk meng-undo serangan SHUTDOWN!. Aku baru mempercayai ucapannya saat dia mengatakan secara terang-terangan kalau sebenarnya dia adalah anggota D4RKS1DE. Sejak saat itu dia mulai menarik perhatianku, karena kupikir tidak mungkin sembarang orang berani mengaku-ngaku sebagai anggota kelompok Hacker paling berbahaya di Dunia. Kemudian kami intens berdiskusi melalui chat room tentang bagaiamana cara mengembalikan data keuangan nasabah Uni-Bank. Aku sempat mengutarakan semua ini kepada Kirana, tetapi dia memperingatkanku untuk menarik diri dari semua yang berhubungan dengan D4RKS1DE. Kirana juga memintaku untuk tidak mempercayai segala ucapannya.

Tetapi pada akhirnya segala yang dia ucapkan itu adalah kebenaran, tentang data nasabah Uni-Bank yang tidak benar-benar lenyap, tentang adanya serangan kedua dan juga kebenaran mengenai dirinya sebagai anggota D4RKS1DE.

Dan jika memang benar-benar dia anggota D4RKS1DE, maka aku tidak perlu takut dia akan melukaiku. Karena selama ini yang mengotori tangan mereka dengan tindakan kekerasan adalah para Legiun D4RKS1DE. Itupun sebenarnya mereka bukanlah anggota D4RKS1DE yang asli, mereka hanyalah orang-orang dari sebuah kontraktor yang jasanya disewa oleh pimpinan tertinggi D4RKS1DE untuk berbuat keonaran. Kontraktor itu menyediakan army untuk melakukan apapun yang diminta dengan bayaran yang mahal seperti memburuku sampai mengacak-acak rumah kost dan kemungkinan besar mereka juga yang melakukan pembunuhan terhadap CEO Uni-Bank.

Sedangkan anggota asli atau member inti dari D4RKS1DE adalah orang-orang yang merancang dan melakukan serangan siber atau melakukan berbagai tindak kejahatan dunia maya di segala penjuru Dunia. D4RKS1DE mempunyai banyak anggota yang tersebar di setiap belahan dunia. Dan gilanya, salah satu anggotanyanya sedang menawarkan sebatang rokok kepadaku.

Sebenarnya aku sudah menduga, kalau memang dia benar-benar angggota D4RKS1DE maka dia pasti warga negara asing. Karena anggota D4RKS1DE kebanyakan berasal dari Eropa dan Amerika. Selain itu, selama ini dia berkomunikasi denganku menggunakan berbagai macam bahasa yang berbeda. Aku hanya tidak menyangka kalau dia adalah seorang wanita yang masih sangat muda. Mungkin sedikit lebih tua dariku. Meskipun dia masih muda, tetapi dia banyak tahu tentang agenda atau rencana yang akan dilakukan D4RKS1DE. Aku pernah mendengar rumor bahwa anggota kelompok D4RKS1DE memiliki tingkat hirarki yang berbeda. Jika dia tahu semua tentang agenda-agenda D4RKS1DE, itu artinya dia berada pada tingkatan level teratas. Berarti dia bukan hanya sekadar bule yang cantik, tapi dia adalah wanita yang berbahaya karena anggota dengan tingkatan level teratas pastinya mempunyai skill atau kemampuan yang luar biasa mengerikan.

Tidak kuambil rokok yang dia tawarkan kepadaku. Dia menaruh sebungkus rokok itu di sebelahnya lengkap dengan korek apinya.

“aku baru saja akan pergi… “ Ucapku. Aku memakai bahasa yang sama dengan yang dia gunakan“sudah berjam-jam aku menunggu disini..”.

Dia tersenyum mendengar ucapanku lalu mengisap rokoknya dalam-dalam. Bara api di ujung batang rokoknya berpijar. Lalu dia menghembuskan asapnya melalui mulut.

“Tidak. Kamu tidak bisa pergi kemana-mana.” Ucapnya “ Curiosity. Keingintahuan menahanmu untuk tetap disini. Kalau kamu berniat pergi, kamu bisa saja melakukannya berjam-jam yang lalu” Ucapnya sambil tersenyum.

Alasan itu jugalah yang membuatku menerima ajakannya untuk bertemu secara langsung dengannya disini. Di dalam room chat, Kami tidak pernah membahas hal lain selain rencana pemulihan data keuangan Nasabah Uni-Bank. Dia yang melilih tempat dan waktu untuk bertemu. Dia benar, keberhasilan misi kami menimbulkan banyak pertanyaan yang menarik perhatianku. Seperti rasa gatal di dalam benakku yang tidak bisa kujangkau. Banyak yang masih belum aku mengerti. Aku ingin tahu kenapa dia membelot dari D4RKS1DE. Membantuku mengembalikan data Nasabah Uni-Bank dan mencegah terjadinya serangan kedua. Termasuk alasan kenapa dia ingin bertemu secara langsung denganku.

“Mereka sudah pergi…” Ucapnya “. Mereka buru-buru pergi semalam..”

“Kemana?”
Tanyaku.

“Aku tidak bisa mengatakan kepadamu kemana mereka pergi. Tapi untuk sementara, Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kelanjutan operasi mereka disini” Jawabnya.

“Untuk sementara? Jadi mereka akan kembali?” Tanyaku. Dia terdiam. “Bagian mana dari skenario serangan dan aksi teror di setiap belahan dunia yang paling memotivasi mereka? Mereka benar-benar berhasrat untuk menguasai Dunia?”

“Menguasai Dunia? Hmm.. hasrat mereka lebih besar dari itu. Mereka ada karena sebuah kekecewaan. Sigmund Freud said, a civilization which leaves so large a number of its participants unsatisfied and drives them into revolt neither has nor deserves the prospect of a lasting existence. ”
Ucapnya mengutip ucapan seorang psikolog legendaris. Secara singkat bisa diartikan sebagai ketidakpuasan terhadap peradaban. “kami adalah prajurit yang sengaja dipersiapkan untuk hal yang lebih besar. Kami mengabdi untuk tujuan yang lebih mulia.”

“Oh! Jadi mereka menginginkan sebuah Revolusi?”
Tanyaku. “Mengorbankan dan menghancurkan masyarakat tidak berdosa hanya untuk kepentingan delusional mereka? ”

“Kenapa kamu begitu naif?”
Serunya. Kali ini Dia menatapku dengan serius.” Meskipun tidak ada serangan-serangan itu, dari dulu orang-orang sudah berusaha menghancurkan diri mereka sendiri. Rokok, Fast Food, Virus, media sosial penuh dengan kepalsuan, bullying antar sesama, menghujat kelompok yang berbeda keyakinan. Kamu hanya melihat apa yang ada di depanmu. Cobalah lihat gambaran yang lebih luas dengan cara yang berbeda. Dunia sekarang ini adalah sebuah kebohongan luar biasa besar. Lihat deretan gedung-gedung tinggi itu..! Bertahun-tahun Kapitalisme yang dilakukan secara terstruktur telah menghancurkan rakyat kecil. Kapitalisme jaman sekarang sangat jauh berbeda dari harapan seorang Adam Smith. Atau memang pemikirannya tentang perdagangan bebas selama ini adalah sebuah kesalahan besar. Para kapitalis dengan rakusnya terus-menerus menebalkan pundi-pundi uang mereka, mementingkan diri mereka sendiri. Mengagung-agungkan keuntungan di atas segalanya. Kemudian mereka bersenang-senang menikmati keuntungan mereka meski ribuan bahkan jutaan orang menderita karena kealparan. Sampai kapanpun mereka tidak akan peduli dengan nasib orang-orang yang kurang beruntung. Untuk alasan itulah kami ada. Kami ingin mengubah segalanya. Tujuan kami adalah kebebasan dan kesetaraan. Apa yang kami lakukan sekarang, jauh-jauh hari sudah diramalkan oleh Karl Marx. He Said, The weapon of criticism obviously cannot replace the criticism of weapons. Material force must be overthrown by material force. Dan satu hal lagi. Jika ada yang masyarakat tidak berdosa terkena imbas oleh apa yang telah kami lakukan, penderitaan mereka tidak akan sia-sia. Karena Setiap perubahan butuh pengorbanan.”

Jadi itu alasan mereka melakukan serangan-serangan yang menimbulkan kepanikan dan ketakutan banyak orang disetiap belahan Dunia. Segala yang dia ungkapkan adalah sebuah realita yang terjadi saat ini. Hampir tidak ada yang salah dari apa yang dia jelaskan, kecuali satu hal.

“Kalian tidak harus menghancurkan sebuah tatanan Dunia jika mengingikan sebuah perubahan. Cukup arahkan mereka untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.” Ucapku.

Perubahan memang sangat dibutuhkan, apalagi perubahan untuk menuju yang lebih baik. Benar yang dia katakan, perubahan butuh pengorbanan. Perubahan ada harganya. Dan terkadang harganya sangat mahal. Tapi perubahan bisa diupayakan tanpa harus ada pengorbanan yang tidak perlu. Menurutku itu adalah solusi terbaik daripada mengorbankan masyarakat yang selama ini sudah menderita. Ucapanku masih membuatnya terdiam. Dia menatapku dalam diam selama beberapa saat.

“Kita sama-sama mengingikan perdamaian, tapi kita tidak bisa menemukan persamaan dalam prosesnya” Ucapnya “Kurasa kita tidak perlu saling beragumen mengenai hal itu.. aku hanya akan mengingatkan satu hal, mereka tidak akan semudah itu dihentikan hanya oleh The Lone Wolf sepertimu..”

“Aku tau,,,”
Seruku “Tapi aku akan terus menentang mereka, menentang kalian. Aku akan terus membatalkan serangan mereka, meskipun aku gagal dan dunia disekitarku rusak oleh ulah mereka, aku akan memperbaikinya,, akan aku pulihkan lebih baik dari sebelumnya.. MEREKA TIDAK AKAN PERNAH MENANG…”

Dia tersenyum. “Aku menyukai semangatmu,,, Kamu tau, terkadang perang itu ada tidak untuk dimenangkan, beberapa ditakdirkan untuk tetap eksis..” Ucapnya “Sekarang aku bertanya, mengapa kamu memilih jalan hidup seperti ini? Apa yang kamu lakukan ini tidak akan ada habisnya.. akan selalu ada orang-orang jahat yang perlu dihancurkan, akan selalu ada orang-orang menderita yang harus diselamatkan.”

“Apa yang aku lakukan bukanlah urusanmu.,,,”
Ucapku.

“Saat ini juga menjadi urusanku..” Ucapnya. Apa maksudnya dia berkata seperti itu? “Pernahkah kamu berpikir untuk meninggalkan semua ini? Hidup normal dengan segala warna-warni kehidupan yang dimiliki wanita muda sepertimu. Memulai hobi baru, Menyelesaikan pendidikanmu, Hang Out bersama teman-temanmu setiap malam, Jalan-jalan, travelling, shopping, menghabiskan uang orangtuamu, mencari seorang pria tampan, atau beberapa pria tampan jika kamu mau, seks setiap akhir pekan, setiap hari hanya mempermasalahkan penampilan dan hanya mengkhawatirkan munculnya jerawat atau naiknya berat badan. Pernakah kamu memikirkan semua itu? hhmm tekadang aku membayangkannya, berhenti melakukan semua ini. Selamanya menghilang dari sistem. Tidak peduli apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi, Menjalani hidup seperti yang aku inginkan, Bebas melakukan saja apa yang aku mau, pergi ke tempat yang ingin aku pergi, Tidur nyenyak di malam hari, atau bisa tenang menghitung bintang-bintang di langit, kamu tau, waktu aku kecil aku pernah menghitung sampai 1.237 Bintang di langit. ”

“Mengapa kamu mengatakan semua itu kepadaku?”
Tanyaku memotong ucapannya.

“karena itu yang harus kamu lakukan,!” Ucapnya tegas. “Pulang!! dan sembunyi dari internet untuk sementara waktu..”

Aku menatapnya. Dia memintaku untuk offline dan menjauhi Dunia Maya. Itu artinya,

“Mereka sedang mencariku?” tanyaku lirih.

“Kamu sudah tau resikonya. Setelah apa yang kamu lakukan kepada mereka, Kamu menjadi orang yang paling dicari oleh mereka. meskipun mereka sudah pergi, dari yang aku dengar, mereka sudah membuat perintah untuk memburumu. Bukan hanya kamu, tapi juga mereka yang ada dibelakangmu.”

Sontak saja aku terkejut mendengar ucapannya.

“Mereka sudah tau?” Tanyaku panik.

“Mengapa kamu jadi begitu tegang? Hati-hati, kepedulian yang berlebihan bisa melemahkanmu” Ucapnya. Aku tahu tentang itu, itu sebabnya selama ini aku aku lebih suka bekerja sendiri.

“Jangan khawatir. Mereka Belum tau apa-apa tentang kalian, saat ini mereka sedang berusaha melacak jejak-jejak kalian!! Aku juga akan berusaha mengacaukan pencarian mereka.” Ucapnya “Tapi mereka akan segera menemukan kalian jika kamu masih memaksa untuk berada di dalam sistem. So, stay low and you should be OK. It’s as simple as that”. Jelasnya.

Jadi mereka belum tahu keterlibatan Kirana dan Cowok cabul itu. Itu sedikit membuatku lega. Tapi dia sudah tahu. Aku menatap wanita yang daritadi sangat tenang duduk disebelahku. Padahal selama ini aku tidak pernah detail mengatakan kepadanya tentang rencana kami. Aku bahkan tidak mengatakan kepadanya kalau aku tidak melakukannya sendiri. Pertanyaannya, sejauh mana yang dia tahu tantang kami? Tentangku? Atau dia cuman menerka-nerka?

Diluar itu, sepertinya dia memang wanita yang berbahaya. Aku tidak bisa memastikan ucapannya tadi adalah peringatan atau sebuah ancaman.

“Kamu yang memberi peringatan kepada StackSolution saat kami sedang berusaha membobol Data Center mereka?” Tanyaku.

“Ya.. aku yang memberi peringatan kepada mereka” Jawabnya dengan sangat santai.

“Why?” Tanyaku kali ini sedikit emosi. “Kukira kita adalah sekutu, Kamu sendiri yang bilang sejak awal kalau kamu akan membantuku, semua informasi yang kamu berikan kepadaku selama ini hanya bertujuan untuk menjebakku?”

Akibat ulahnya itu, kami hampir saja tidak bisa keluar dari sana. Dikejar-kejar polisi di jalanan dan aku juga hampir celaka jika cowok cabul itu tidak menyelamatkanku. Aku juga sempat menuduh Kirana yang telah menjebakku.

“Aku tidak bermaksud untuk menjebakmu. I was curious what would happen. I was curious what you would do” Ucapnya sambil menatapku.

Jawabannya yang tidak masuk akal membuatku sangat shock. Dia sama sekali tidak peduli jika kami berhasil melakukan misi itu atau tidak. Dengan power yang dia miliki, dia bisa mengontrol keadaan sesuka hatinya. Dia sedang bermain-main untuk menjadi Tuhan. Dia mengendalikan semuanya.

“Psycho..” Ucapku lirih. Dia tertawa kecil.

“hmmm.. aku tidak menyalahkanmu menganggapku seperti itu. aku memiliki banyak kepribadian, terkadang aku bisa menjadi seseorang yang berbeda..” Ucapnya.

Tepat sekali. Segala yang dia lakukan atau katakan tidak bisa kuprediksi maksudnya. Dia sangat misterius. Dia tadi menjelaskan visi D4RKS1DE tentang sebuah revolusi dengan penuh semangat seolah dia juga menginginkannya. Tapi di sisi lain, dia membantuku menggagalkan rencana besar mereka dan berusuha menyembunyikanku dari mereka.

“Serangan pertama pada Uni-Bank. Kamu yang memulainya? Kamu yang merancang serangan itu kan?” Tanyaku.

Dia kembali menatapku, cukup lama dia menatap mataku seakan mencari sesuatu disana.

“Ya..” Jawabnya singkat.

Benar dugaanku, dia adalah desainer serangan kepada Uni-Bank. Aku baru menyadarinya saat dia memberikan penjelasan secara detail dimana direktori data keuangan nasabah Uni-Bank yang masih tersimpan di Server StackSolution. Seolah dia yang menaruh data itu disana.

“lalu mengapa kamu tidak menyempurnakan rancanganmu? Mengapa kamu masih menaruh salinan data-data itu disana?” Tanyaku.

Jika boleh jujur. Aku sangat mengagumi rancangan serangan yang dibangun olehnya. Menghancurkan database beserta data cadangan atau back-up di dua tempat penyimpanan server yang berbeda secara bersamaan itu sangat jenius. Rancangan seperti itu tidak dibangun dengan mudah. Dan pasti membutuhkan persiapan yang sangat panjang. Apalagi dia melakukannya seorang diri.

“Aku mulai menyukai tempat ini,,” Ucapnya sambil tersenyum sendiri. “I know it sounds insane., tapi aku menyukai tempat ini karena apa yang ada di dalamnya. Aku meninggalkan negara ini sesaat setelah serangan itu terjadi. Seharusnya aku tidak akan pernah kembali kesini, kami tidak diperbolehkan untuk tinggal setelah meluncurkan sebuah serangan. Tapi lihatalah sekarang aku dimana, Kemanapun aku pergi, dibelahan bumi manapun aku berada,, tempat ini selalu membawaku kembali. Seperti Rumah. Tempat tujuan untuk kembali, tempat dimana aku seharusnya berada”

Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Aku tidak tahu apa yang dia alami selama proses persiapan serangan kepada Uni-Bank. Tapi hal itu yang membuat dia berubah pikiran dari ingin membuat kacau negeri ini menjadi keinginan untuk melindungi negeri ini dari kehancuran karena krisis. Dan apapun alasannya, aku yakin itu sangat penting atau sangat berarti baginya sampai dia harus menghianati kelompoknya sendiri. Tetapi masih ada yang tidak aku mengerti.

“lalu kenapa tidak kamu lakukan sendiri? Kenapa harus aku?” Tanyaku lagi.

“ya, aku bisa saja melakukannya sendiri....” Ucapnya “Ingat saat pertama kali kutawarkan kepadamu solusi untuk memulihkan keadaan? Aku juga mengatakan kalau aku tidak memberikannya secara cuma-cuma, aku meminta imbalan sebagai gantinya. Jangan bilang kalau kamu sudah melupakannya.”

Aku masih ingat dia pernah mengatakan itu. Tetapi setelah tau alasan kenapa dia membantuku mengembalikan data Nasabah Uni-Bank, “ aku tidak harus memberikan imbalan apa-apa kepadamu, sejak awal kita berdiri di sisi yang sama, tujuan kita sama…”. Malahan terlihat dia yang memanfaatkanku untuk melakukan pemulihan data nasabah Uni-Bank.

“Tidak. Aku berdiri sejalan dengan apa yang aku inginkan..” Serunya “Tapi Bagaimana dengan imbalan atas keselamatan orang-orang dibelakangmu?”

“Apa maksudmu?”
Tanyaku serius.

“Aku bisa menjamin keselamatanmu, akan aku lakukan segala cara agar mereka tidak menemukanmu.. tapi aku tidak akan melakukan hal yang sama kepada orang-orang dibelakangmu.. tidak tanpa imbalan..” Ucapnya. Dia mencoba mengancamku dengan segala kekuasannya.

“Kamu tidak perlu menjagaku. Aku tidak membutuhkan perlindungan apapun darimu.. Mereka tidak akan menemukan kami dengan mudah..!” Ucapku tegas

“Apa kamu yakin… Angela?” Tanya dia sambil tersenyum.

Aku langsung down. Tubuhku terdiam kaku terkejut dengan apa yang kudengar. Bagaimana dia bisa tau namaku?. Padahal selama ini aku selalu waspada saat berkomunikasi dengan dia atau dengan siapapun di dunia virtual. Setiap melakukan aktivitas di dunia virtual aku juga selalu memastikan tidak meninggalkan jejak digital apapun yang bisa mengungkap identitasku. Karena penting bagi seorang hacker untuk menjaga kerahasiaan identitas. Aku, dia dan kebanyakan hacker lainnya pasti akan menyembunyikan identitas asli kami sehingga orang lain tidak mengetahui bahwa kami adalah seorang hacker.

Fuck !! Sejak kapan dia tahu identitasku?. Jika dia sudah tau tentangku, besar kemungkinan dia juga sudah tahu tentang Kirana dan Cowok Cabul itu. Dia mengancamku secara halus dengan mengatakan akan menjamin keselamatan kami dari D4RKS1DE. Mungkin memang dia akan memberikan perlindungan untuk kami, tapi sewaktu-waktu dia juga bisa memberikan identitas kami kepada D4RKS1DE jika aku tidak menuruti kemauannya.

“Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?” Tanyaku. Dia menatapku.

“Aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku, tapi tidak sekarang. Akan aku kabari jika sudah waktunya… Yang pasti, kita akan bertemu lagi.” Ucapnya sambil berdiri dari duduknya.

Semuanya jadi masuk akal sekarang. Aku sekarang sadar kalau selama ini aku adalah bagian dari rancangan bayangannya. Dia sudah menargetkanku sejak awal. Dia sengaja menawarkan padaku solusi pemulihan Data keuangan Nasabah Uni-Bank. Membuatku melakukan serangan kepada StackSolution yang akhirnya menjadikanku sebagai kambing hitam atas serangan tujuh bulan yang lalu. Dan karena serangan itu juga sekarang aku jadi buronan kepolisian dan juga D4RKS1DE. Dia mengendalikan segalanya sejak awal. Dia sudah berhasil mengendalikanku. Bahkan aku tidak menyadari kalau selama ini aku dijadikan boneka yang bergerak sesuai keinginannya. Dengan mudahnya dia mengeksploitasiku dengan memanfaatkan kepedulianku kepada nasib para korban serangan SHUTDOWN!.

“For Now, stay low and enjoy your Real Life” Ucapnya lalu melangkahkan kakinya menjauhi Halte.

“Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan di Dunia Nyata” Ucapku lirih. Dia menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arahku.

“You will survive” Ucapnya singkat.

Kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya lalu menghilang diantara kerumanan orang-orang. Meninggalkanku sendirian bersama ribuan pertanyaan yang bermunculan di benakku. Apa yang dia inginkan? Apa yang dia ingin aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku sedang dalam bahaya? Apakah Kirana dan Cowok cabul itu juga dalam bahaya? Apakah mereka berdua harus tahu kalau mereka sedang dalam bahaya?. Tak satupun dari pertanyaan-pertanyaan itu yang mampu kutemukan jawabannya. Otakku lagi-lagi hang seperti processor komputer yang dipaksa mengerjakan perintah-perintah yang berat secara bersamaan.

Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Pasti ada konsekuensi yang harus aku tanggung akibat melibatkan mereka berdua. Atau mungkin ini adalah hukuman untukku karena membuat perjanjian dengan pengabdi kegelapan.

Aku menyalakan rokok yang kuambil dari bungkus yang ditinggalkan olehnya di atas kursi. Kemudian tenggelam dalam pikiranku sendiri bersama dengan asap yang kuhembuskan dari mulutku.



END OF FLASHBACK

.

.

.



22.
BLOOD





Salah satu tempat hiburan prestisius yang ada di kota ini adalah restoran internasional yang berada di rooftop sebuah gedung pencakar langit di jantung kota. Seorang wanita muda baru saja keluar dari lift di lantai 56.



Suara hak sepatunya yang tinggi dan ramping membentur lantai marmer dengan jelas. Ia melangkah ke sebuah ruangan dengan pencahayaan temaram sambil menahan sebuah ponsel di telinga kirinya. Ia tidak berbicara sedikitpun, hanya mendengarkan suara yang berasal dari ponselnya. Layaknya sebuah komunikasi satu arah, sebuah pesan, sebuah instruksi atau ia sedang mendengarkan informasi tentang sesuatu hal.

Sambil tetap melangkah, matanya tak lepas mengamati keadaan di sekitar pintu masuk menuju ke dalam restoran. Langkahnya akhirnya terhenti saat seorang pemuda dengan memakai kacamata menyambut kedatangannya. Pemuda tampan itu memakai jins berawana biru serta kemeja warna abu-abu sebagai atasannya. Kemudian diluarnya ia mengenakan jaket jas warna hitam yang ia biarkan terbuka.

Wanita muda itu memutus sambungan telepon dan tersenyum ramah ke arah pemuda yang menghadang langkahnya. Senyuman indah yang akan membekas di benak pemuda tampan itu sepanjang malam.

“Are you waiting for someone?” Tanya pemuda itu kepadanya.

“No !” Jawabnya “Just Me..”

Kemudian ia menunjukkan kode reservasi yang ada di ponselnya kepada pemuda itu.

“This way, please..”. Ucap pemuda tampan yang merupakan petugas penerima tamu restoran.

Wanita berambut coklat panjang itu mengikuti langkah petugas restoran masuk ke dalam ruangan utama yang cukup luas. Beberapa orang menyadari kehadirannya tak bisa berhenti memandanginya. Ia berjalan layaknya seorang model yang sedang berjalan di atas catwalk diiringi dengan suara musik pelan yang terdengar dari segala penjuru ruangan. Sebagian pria kagum dengan pesonanya, sedangkan sebagian wanita merasa terintimidasi dengan kecantikannya. Bagaimana tidak, pemilik sorot mata tajam beriris biru itu malam ini terlihat elegan dan seksi. Balutan gaun Louis Vuitton melekat dengan ketat di tubuhnya yang semampai dan ramping. Gaun itu menutupi lengan hingga pergelangan tangannya namun gaun itu didesain untuk tidak menutupi area dadanya. Begitu rendah. Kaki jenjangnya yang indah terekspos dengan jelas karena gaun itu panjangnya hanya sebatas setengah pahanya yang mulus. Warnanya yang merah sudah cukup membuatnya jadi perhatian orang-orang saat ia masuk dan melangkah di dalam restoran. Beberapa pria tak bisa mengelak untuk menikmati dan memuja kecantikan wajah khas ras kaukasoid yang melekat kepadanya. Sedangkan beberapa wanita memandangnya dengan tatapan tidak senang. Tidak senang dengan segala kesempurnaan yang ada pada diri wanita muda itu.

Baru saja wanita muda itu telah sampai di meja yang sudah ia pesan sebelumnya. Dengan sigap petugas restoran menarik kursi dan membimbingnya untuk duduk. Kemudian petugas restoran itu meninggalkannya setelah ia selesai memesan makanan. Meja yang ia pesan sebelumnya itu berada tepat di samping sebuah dinding kaca yang tinggi dan lebar. Dari tempat duduknya itu ia bisa menikmati keindahan kota di malam hari dari lantai 56.

Hanya sebentar saja ia memandang ke arah pemandangan menakjubkan lampu-lampu kota. Berikutnya ia memandang ke sekeliling ruangan utama restoran yang cukup ramai meskipun bukan akhir pekan. Hampir setiap meja sudah ada yang mengisi. Kebanyakan tiap meja-meja itu diisi oleh pasangan-pasangan yang sedang asyik melahap makanan, berbincang, ataupun ada juga yang memanfaatkan ruangan yang temaram untuk bermesraan. Dan sebagian besar pengunjung restoran berkonsep Fine Dining ini adalah wisatawan mancanegara. Namanya juga restoran internasional. Beberapa pengunjung ada yang memilih duduk di area lounge yang berada di luar restoran. Terdapat sebuah kolam renang di dekat Lounge bar dimana beberapa pengunjung duduk santai di tepiannya. Beberapa security berdiri di sekitar kolam renang itu. Sorot mata mereka tak lepas dari para pengunjung yang berada di kolam renang. Mereka berjaga-jaga dan mengantisipasi jika ada pengunjung yang akan nekat terjun dari lantai 56.

Namun bukanlah memandangi pasangan-pasangan yang sedang berkencan dan bermesraan alasan wanita itu datang seorang diri di tempat itu. Bukan juga hiburan pemandangan menakjubkan cahaya lampu kota dari ketinggian yang ia cari. Sebenarnya tidak ada satupun dari tempat itu atau tempat-tempat hiburan lain di kota ini yang bisa menghiburnya.

Satu-satunya hiburan yang bisa menenangkan hatinya belum bisa ia miliki, walaupun sudah cukup lama ia begitu menginginkannya. Tetapi ia adalah tipe wanita keras kepala. Ia tidak akan pernah menyerah sampai ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Meskipun itu artinya ia harus melakukan segala cara. Ia yakin akan menang dan yakin sebentar lagi akan menggenggam apa yang ia inginkan untuk selamanya.

Kemudian Wanita itu mengeluarkan ponselnya dari dalam dompet. Entah bagaimana cara dia melakukannya, ponselnya itu terhubung dengan kamera cctv sebuah restoran lain yang letaknya jauh di kota sebelah. Dan sekarang di layarnya memperlihatkan seorang pemuda dan wanita sedang duduk berhadap-hadapan di restoran. Tiba-tiba senyum yang menawan terbit dari wajah cantiknya saat dia melihat layar ponselnya itu. Kemudian ia bergumam sendiri.

“Reggy…”



.

.

.

.

.

.




DI WAKTU YANG BERSAMAAN

----POV ANGEL----




Dia bangkit dari tempat duduknya lalu meninggalkan meja tanpa bisa menyembunyikan ekspresinya yang masih terlihat bingung. Entah apa yang sedang ada di dalam pikirannya. Wait, aku nggak peduli dengan apa yang dia pikirin. Aku masih belum bisa mengatakan semua kepadanya. Karena kami sedang diawasi. Tapi setidaknya sudah kukatakan kepadanya apa-apa saja yang perlu dia ketahui.

Aku masih memandangnya yang sedang berjalan menjauhi meja sampai akhirnya sosoknya tak terlihat lagi saat dia berbelok menuju lorong toilet.

Kirana bilang kalau cowok rese dan ngeselin itu sedang mengkhawatirkanku. Sejujurnya, Aku bisa merasakannya saat dia membelaku di depan kakaknya. Aneh !! Kukira semua cowok itu sama, tidak punya perasaan dan hanya mementingkan diri mereka sendiri. Kenapa dia berbeda?.

Daripada mencemaskanku, seharusnya dia mengkhawatirkan dirinya sendiri dengan apa yang mungkin akan datang atau apa yang akan terjadi. Tetapi bagaimanapun juga, aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku akan menjaga dan melindunginya. Shit, menjengkelkan rasanya.

Kutatap sekali lagi kamera pengawas di atasku.

Sudah hampir dua jam berlalu, masih juga tidak ada tanda-tanda kemunculan wanita berbahaya itu ataupun orang-orang yang mencurigakan. Mataku memandang sekeliling restoran. Kupikir dengan membawa cowo ngeselin itu kesini akan membuat mereka terpancing ataupun bereaksi. Memang rencanaku ini terlalu nekat dan ceroboh, tetapi aku sudah putus asa mencari petunjuk tentang wanita berbahaya itu dan apa yang dia inginkan dariku.

Misi pengembalian data Uni-Bank dari awal sudah kupirkan dengan matang-matang bersama dengan Kirana. Rencanaku layaknya sebuah kode pemrograman yang akan terus berjalan dengan baik hingga semua tugasnya selesai kecuali adanya failure. Kami berhasil mengembalikan data-data itu, tetapi dibalik keberhasilan itu, muncul masalah lain. Setelah menganalisa kembali kode-kode yang telah kubuat atau apa-apa saja yang aku lakukan dalam menjalankan misi itu. Aku menemukan pengecualian yang kemungkinan menjadi penyebab kenapa rencanaku tidak berjalan dengan semestinya. Dia !!. Aku merasa keterlibataan Cowok ngeselin itu pada misi ini yang menyebabkan failure atau penyimpangan dalam rencanaku. Atau mungkin dugaanku salah?. Ya, pastinya. Mungkin otakku benar-benar sedang kacau dan menduga kalau cowo idiot seperti dia ada hubungannya dengan serangan cyber terbesar yang pernah terjadi di negeri ini.

Tapi aku masih merasa ada sesuatu antara aku dan dia. Ada alasan kami bertemu atau dipertemukan. Aku merasa pertemuanku dengan cowok ngeselin itu bukanlah sebuah kebetulan. Sejujurnya, aku tidak pernah percaya akan adanya kebetulan.

Jika memang dia tidak ada hubungannya dengan semua ini, maka tidak ada lagi alasan kami berdua berlama-lama disini. Sekarang, aku hanya perlu menunggu cowok ngeselin itu kembali dan mengajaknya angkat kaki dari sini. Tapi Kenapa dia lama sekali di toilet?

Tiba-tiba terdengar kegaduhan diikuti dengan suara jeritan seorang wanita yang membuatku terkejut bukan main. Suaranya terdengar keras dari arah toilet restoran. Membuat semua pengunjung restoran menoleh dan kebingungan. Aku refleks berlari ke sumber suara itu dengan perasaan was-was dan cemas. Astaga Rega? Apa yang terjadi?. Perasaanku berubah menjadi sangat buruk. Seolah-olah sesuatu yang mengerikan telah terjadi.

Langkahku terhenti saat tiba di lorong toilet restoran. Aku terperanjat menutup mulutku seakan tak percaya apa yang sedang kulihat. Di dalam lorong itu aku melihat Rega duduk tak berdaya di lantai bersandar kepada dinding lorong dengan tubuh yang penuh dengan darah. Sesaat aku merasa kehilangan keseimbangan. Aku melihat seorang wanita berdiri di dekatnya dan juga seorang pelayan restoran dengan sebilah pisau di tangannya. Aku memandang sebuah kamera pengawas di atas mereka. Kemudian aku berteriak sekencang-kencangnya dengan suara yang bergetar.

“WHAT DO YOU WANT FROM ME?”

.

.

.

.




HAMPIR DUA JAM SEBELUMNYA.

----POV REGA----


Kami berdua akhirnya tiba di gedung utama restoran yang sengaja dibangun dengan gaya modern. Cahaya terang dari dalam gedung memancar ke luar melalui dinding-dinding kaca yang tinggi.

Di depan pintu masuk, seorang pelayan restoran menyambut kedatangan kami dengan senyumnya yang ramah. Lalu pelayan itu mengantar kami masuk ke dalam restoran dan mencarikan kami meja yang masih kosong. Aku dan Angel mengikuti pelayan itu dengan santai. Sambil berjalan, Aku memperhatikan Angel yang sedang menyapukan pandangannya ke langit-langit ruangan yang cukup tinggi. Dia seperti sedang mencari sesuatu. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari jika Angel sedang memperhatikan titik-titik dimana kamera pengawas atau cctv terpasang. Seperti yang dia lakukan saat kami mendatangi perusahaan penyimpanan database di kota sebelah. Terdapat beberapa kamera yang terpasang di dalam ruangan, di setiap sudut ruangan dan satu terpasang di tengah-tengah ruangan.

Lalu tiba-tiba Angel meminta dengan sopan kepada pelayan wanita itu agar bisa memilih meja sendiri. Pelayan itu dengan ramah mempersilahkan Angel untuk memilih meja yang dia inginkan selama meja itu belum ada yang memesan. Aku sangat yakin Angel akan memilih meja yang letaknya tidak terdeteksi kamera pengawas atau setidaknya jauh dari pengawasan cctv.

Tetapi diluar dugaanku, Angel memilih meja yang berada tepat di bawah sebuah kamera cctv. Meja yang disediakan khusus untuk dua orang itu berada di tengah-tengah ruangan. Dekat dengan grand piano berwarna putih. Pelayan itu menarik tempat duduk untuk Angel. Sedangkan aku duduk di seberangnya.

Kepada pelayan, Angel memesan dua porsi Foei gras and Duck Breast untuk makanan pembuka, Lobster Thermidor sebagai hidangan utama dan untuk mekanan penutup, dia memesan Creme Brulee yang sangat aku sukai. Pelayan itu mengulang menu yang dipesan Angel, kemudian dia pergi meninggalkan kami berdua.

Angel mendongak dan menatap dengan tenang pada kamera cctv yang berada tepat diatas kami berdua. Hal itu sedikit membuatku terheran-heran. Kemarin pada saat menjalankan rencana di kota sebelah, dia melarangku melihat cctv terlalu lama. Tetapi kali ini dia menatap penuh percaya diri pada cctv seakan-akan dia memang sengaja ingin dilihat oleh siapapun yang sedang mengawasi.

Aku memajukan bagian atas tubuhku ke arah Angel yang masih fokus menatap kamera cctv.

“Hei.. !!” Seruku pelan seperti berbisik. “daritadi kamu ngeliatin cctv, Ada apa?” Tanyaku penasaran.

“gapapa,,” Jawabnya singkat.

“Ga Mungkin, Pasti ada apa-apanya !!” Seruku “Kita sedang diawasi?” Tanyaku lagi masih dengan suara yang pelan.

Angel memandangku sejenak lalu ikut memajukan bagian atas tubuhnya ke arahku. Sepertinya dia akan mengatakan sesuatu yang penting. Aku menantikan apa yang akan dia katakan dengan serius.

“Ya, kita berdua sedang diawasi,” Jawabnya dengan suara pelan “bukan cuman kita, semua orang yang ada di dalam restoran ini juga sedang diawasi, karena memang itu gunanya cctv, untuk mengawasi semua orang” Ucapnya lalu menegakkan lagi badannya. Shit!. Siapa yang tidak tahu tentang cctv dan fungsinya.

“Ayolah, kamu tau maksudku…” Seruku.

“Nggak !! aku gak tau apa maksudmu…” Balasnya cepat.

“Kamu pernah bilang kalau mereka gak akan pernah bisa menemukan kita, tapi,, seandainya… seandainya mereka menemukan kita, apa yang akan mereka lakukan? Apa yang akan terjadi dengan kita Angel?” Tanyaku. Dia memandangku.“Mereka akan menculik kita? Membawa kita ke tengah-tengah laut lalu ninggalin kita begitu saja disana? Atau,, atau mereka akan menjual organ-organ tubuh kita dan.. dan sisanya akan dijadikan makanan kucing?”

“Kamu terlalu banyak nonton film,,”
Cibirnya. “Selama kamu dan kakakmu itu bisa tutup mulut, mereka gak akan pernah bisa menemukan kita” Ucapnya tegas.

“Cuma gitu doang? dan mereka gak akan pernah menemukan kita??” Tanyaku lagi memastikan ucapannya. “Kamu sendiri yang bilang kalau mereka kelompok hacker yang berbahaya, paling ditakuti, punya anggota yang tersebar dimana-mana, dan siapapun yang menghalangi rencana mereka, mereka gak akan tinggal diam.. dengan resume mengerikan seperti itu, kamu yakin mereka gak akan bisa menemukan kita?”

Angel terdiam memandangku begitu dalam. Apa aku terlalu menekannya?. Aku bicara seolah-olah dia yang harus bertanggung jawab atas keselamatanku. Shit. Seharusnya aku tidak terlalu menekannya. Memang awalnya dia yang turut menyeretku dalam permasalahan ini. Aku terpaksa ikut terlibat karena sebelumnya dia membantuku dalam permasalahan Bu Fiona. Tapi di saat-saat terakhir, dia mempersilahkan aku untuk menjauh. Aku sendirilah yang pada akhirnya memaksa untuk ikut terlibat.

Tiba-tiba seorang pelayan mendatangi meja kami dan menawarkan champagne kepadaku. Aku menggeleng dengan sopan. Aku selalu berusaha keras menghindari alkohol. Sejauh ini aku berhasil melakukannya, dan aku masih ingin terus mempertahankannya. Aku masih tidak berminat untuk minum-minum lagi. Meskipun itu hanyalah segelas champagne. Lagipula ini bukanlah sebuah kencan atau kami tidak sedang merayakan sesuatu.

Sepertinya Angel juga sependapat denganku. Dia menolak dengan sopan saat pelayan menawarkan champagne kepadanya. Pelayan itu mengangguk paham lalu pergi meninggalakan kami.

Lima menit kemudian, pelayan yang lain datang membawa hidangan pembuka yang sudah dipesan Angel tadi. Bukan pertama kalinya aku menyantap hidangan di restoran ini, jadi aku menikmatinya tanpa banyak berkomentar. Kami menikmati makanan pembuka dalam keheningan.

Sepuluh menit berikutnya pelayan datang lagi membawa hidangan utama kami. Pelayan itu dengan hati-hati meletakkan sajian lobster khas Perancis di atas meja. Aku dan Angel segera menikmati hidangan yang lezat ini. Sekali lagi, kami makan dalam diam. Hanya denting suara sendok dan garpu yang bersuara diantara kami. Sesekali kulirik Angel didepanku yang tampak tenang menikmati makanannya.

Sebenarnya aku masih heran kenapa tiba-tiba dia mengajakku makan malam bersama. Disini, di restoran ini.

Sambil menikmati makananku, mataku memandang ke sekeliling ruangan restoran yang berkonsep Fine Dinning ini. Restoran mahal yang menyajikan makanan premium bagi siapapun yang bisa menjangkau harganya. Meskipun tergolong restoran mahal, namun malam ini tetap ramai pengunjung. Mereka semua memiliki tujuan yang sama, ingin menikmati hidangan malam dengan orang-orang terdekat. Alunan musik jazz yang terdengar memberi kesan lembut dan juga romantis.

“Keadaan sudah normal lagi..” Seruku membuka obrolan lagi dengan Angel. “kayak gak terjadi apa-apa.. sepertinya orang-orang sudah melupakannya, “ Angel melirikku. “Dengan data keuangan yang berhasil kamu kembalikan. Pemerintah mulai melakukan proses pengembalian uang para nasabah Uni-Bank. Meksipun prosesnya nggak sebentar. Setidaknya orang-orang sudah mendapatkan kepastian akan hak mereka.. Semua karena kamu..” Ucapku.

Orang-orang mungkin akan melupakan kejadian itu. Tapi tidak dengan kami bertiga, terutama dia. Masih kupandang Angel yang juga sedang memandangku. Dia telah banyak berkorban untuk mengembalikan data-data itu.

“Karena aku?” Tanya Angel.

“Ya, sapa lagi..? Meskipun kamu pernah gagal, meskipun awalnya Kirana gak yakin data-data itu beneran ada.. tapi kamu tetep gak mau menyerah, demi mereka,,” Ucapku. Angel menatapku kemudian tersenyum sinis.

“Kamu salah,!!“ Seru Angel pelan.“Aku gak ngelakuin apa-apa, aku bergerak layaknya sebuah program yang sudah dirancang sejak lama, bahkan sejak sebelum serangan itu terjadi... dari awal aku hanyalah sebuah boneka yang digerakkan dari jarak jauh..!”

“Hah? Maksudnya?”
Tanyaku bingung.

Angel mengalihkan pandangannya ke arah cctv yang berada di atas kami. Beberapa saat dia memandangnya, Lalu dia menatapku lagi. Raut wajahnya tiba-tiba berubah.

“Menurutmu bagaimana bisa data-data itu masih ada disana?” Tanya Angel serius.

“Ehmm mana kutau., aku nggak pernah musingin tentang itu,,” Jawabku santai.

“Kalau memang tujuan mereka ingin membuat kekacauan disini.. mereka pasti sudah menghancurkan semua data-data itu sekaligus dengan back-up nya. Dan selamanya data-data itu gak akan pernah bisa dikembalikan.. intinya, data-data yang tersimpan disana itu seharusnya gak pernah ada,.” Ucapnya.

Data-data keuangan nasabah Uni-Bank yang harusnya hilang atau sudah dihancurkan pada serangan pertama ternyata masih ada di fasilitas penyimpanan data di kota sebelah. Angel sudah menjelaskan itu kepadaku saat pertama kali dia mengungkap kalau dirinya adalah seorang hacker. Tapi Aku tidak pernah dan sepertinya tidak akan pernah memikirkan alasan kenapa data-data itu masih ada disana. Sebenarnya aku masih belum sepenuhnya paham tentang data atau database. Otakku gak bakalan nyampek. Penjelasannya semakin membuatku bingung dengan apa yang sebenarnya ingin dia katakan.

“Tapi kenyataannya, data-data itu masih ada disana kan? kita berhasil mendapatkan data-data itu, dan.. dan kamu berhasil mengembalikannya.. orang-orang sudah mendapatkan uangnya kembali, udah selesai. Kenapa kamu masih aja musingin kenapa data-data itu masih ada disana? Lagipula apa hubungannya sama kamu?” Tanyaku.

“Apa hubungannya sama aku??” Ucapnya menirukan pertanyaanku. “Data-data itu sebenarnya adalah data salinan yang sengaja ditaruh disana.. untukku…” Ungkapnya pelan.

“hah?? Tunggu,, tungguu dulu,,,” Seruku. Aku belum bisa mencerna maksud dari ucapannya. “Maksudmu mereka nggak bener-bener serius melakukan serangan itu? Mereka menghancurkan data-data keuangan nasabah Uni-Bank, tapi mereka juga menaruh dan menyimpan copy-an data-data itu di tempat yang kita datengin kemarin agar kamu bisa kembalikan semuanya? Gitu? ”

Angel menggeleng pelan. “Mereka serius ingin membuat kegaduhan disini dengan cara menghancurkan semua data-data keuangan itu, serangan itu real,, tapi sebelum semua data-data itu dihancurkan, diam-diam ada satu orang dari mereka menyalin semua data-data itu, lalu meng-enkripsi semua salinan data itu agar tidak ada yang tau, kemudian sengaja menaruhnya disana agar aku bisa menemukannya dan mendeskripsinya..” Jelasnya.

Aku telan bulat-bulat penjelasannya. Aku sepenuhnya percaya dengan apa yang dia katakan. Karena selama ini apa yang dikatakan Angel itu benar adanya.

“Satu orang? Jangan-jangan Dia orang yang pertama kali mengatakan ke kamu kalau data keuangan nasabah Uni-Bank masih ada di kota sebelah?” Tanyaku. Angel mengangguk. “Dia juga yang menginfokan akan adanya serangan kedua?” tanyaku lagi. Angel mengangguk sekali lagi.

“Bukankah itu artinya kita di sisi yang sama? Dia membantu kita, membantu kamu.. kenapa kamu malah merasa kalau dia seakan akan,, emm,, manfaatin kamu..?”

Angel menatapku serius. “Masih inget waktu kita hampir gabisa keluar dari tempat kemarin karena ada seseorang yang ngaduin kita?” Tanya dia. Aku mengangguk “Dia !! Dia orang yang ngelaporin kita, dia orang yang nyaris membuat kita ketangkep intel dan dikejar-kejar polisi, kamu masih nganggep dia ada di pihak yang sama dengan kita?”

Aku benar-benar terperangah mendengar apa yang dikatakan Angel, sampai aku tidak bisa berkata apa-apa.

“Dari awal dia memanipulasiku hanya untuk keuntungan dia..” Ucapnya pelan tanpa menatapku “Diam-diam dia menyusupi programku, memonitor segala apa yang aku lakukan, dia yang terlalu pintar atau aku yang terlalu bodoh, tanpa kusadari aku memberinya akses, dan saat dia sudah memegang kendali penuh, dia mengendalikanku.. seperti boneka kayu yang di iket benang,..kamu tau apa yang terjadi saat dia menarik benang yang tepat? Hmm? boneka itu akan bergerak sesuai keinginannya..”



Aku sedikit terkejut dan merasakan bulu kudukku merinding mendengar penjelasan Angel. Itu sebabnya dia tadi berkata dan merasa kalau selama ini dirinya hanyalah sebuah boneka yang digerakkan dari jarak jauh. Tak kusangka, ternyata ada tangan-tangan tak terlihat yang mengatur segala apa yang sudah kita lakukan. Seketika Aku merasa tidak terima dengan apa yang sudah dilakukan orang gila itu kepada Angel.

“Kurang ajar !! Dia mengincarmu karena kepedulianmu terhadap nasib nasabah Uni-Bank..” Ucapku. Angel memandangku.

“Bukan !! Aku rasa bukan aku yang dia incar..” Serunya “Aku hanya dijadikan alat yang dia gunakan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.”

“Hmm? Apa yang dia mau dari kamu?”
Tanyaku.

“Dia belum mengatakan apa yang dia mau, tapi dia pengen aku melakukan sesuatu untuk dia,..” Ucapnya “Sampai sekarang aku belum bisa memperkirakan dengan pasti apa yang dia mau dariku.. aku hanya punya dugaan…”

“Apa?”


Angel memandangku dengan matanya yang tajam dan mempesona. Dia seperti Ingin mengatakan sesuatu. Tapi dia menahannya. Dia menggeleng pelan.

“Hanya dugaan bodoh !! Gak relevan,,,” Ucapnya.

“Bagimana kalau dia pengen kamu ngelakuin sesuatu yang berbahaya atau ilegal ?” Tanyaku “Kamu tetep akan ngelakuin itu?”

“Aku sudah melakukan banyak hal gila, diantaranya melanggar hukum dan berbahaya.. .”
Ucapnya “Bagaimanapun juga, Aku gak akan bisa lari dari dia.. kurasa aku gak punya pilihan lain, selain menuruti kemauannya dan membayar segala konsekuensinya, entah apapun itu” Ungkapnya.

Wajahnya terlihat tenang saat dia kembali melanjutkan makan. Aku hanya bisa terdiam memandangnya. Tapi pikiranku tenggelam dalam beban yang begitu berat. Padahal dialah satu-satunya orang yang sedang menanggung beban. Rasa empati dalam diriku memang sangat mudah tersentuh. Tanyakan pada Rein tentang hal itu!. Dia akan mengiyakan tanpa ragu.

“Aku ke toilet dulu…!” Seruku pada Angel. Dia hanya menatapku.

.

.

.


Di depan kaca wastafel yang besar di dalam toilet restoran, aku merenungkan kembali kata demi kata yang Angel ucapkan. Dibalik ketenangannya, aku yakin dia pasti sedang merasa tertekan. Dia mengatakan tidak bisa lari dari konsekuensinya dan akan terpaksa melakukan segala yang diperintahkan untuk dia. Aku belum terlalu lama mengenal Angel, tapi kuyakin dia bukan tipe orang yang akan membiarkan dirinya ditekan seperti itu. Kecuali jika dia sedang terancam. Benarkah dia sedang diancam?? Fuck.. Fuck.. Fuck.. !. Apa yang harus aku lakukan?. Kulihat wajahku di cermin. Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Bukannya tetap disana memberi saran mengenai cara memecahkan masalah ini, aku malah kabur ke toilet. Ah, bodohnya aku.

Kunyalakan keran air, lalu membasuh wajahku dengan air yang dingin. Kutatap kembali bayangan wajahku di cermin. Ini bukan saatnya terlalu kalut dengan pikiranku sendiri. Dan bukan saatnya menjadi cowok yang selalu lari dari masalah. Ini saatnya menjadi seorang pria yang bisa diandalkan.

Aku akan kembali ke meja, bicara dan berdiskusi dengan Angel tentang cara mengatasi masalah ini. Kemudian mencoba menemukan solusinya bersama-sama. Jika memang aku tidak bisa menyumbangkan ide yang hebat, setidaknya aku akan berusaha menghiburnya yang sedang tertekan. Aku baru sadar, mungkin itu alasan mengapa dia mengajakku kesini. Dia ingin aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dia ingin aku tahu kalau dia sedang tertekan, tidak berdaya, dan membutuhkan seseorang untuk berbagi. Seseorang untuk bersandar. Dia berharap agar aku bisa menjadi seseorang itu.

Aku berjalan penuh percaya diri keluar dari toilet pria yang berhadap hadapan dengan toilet perempuan. Toilet yang berada di tengah-tengah sebuah lorong di dalam restoran yang menghubungkan ruang utama restoran dengan sebuah ruangan dimana para pelayan membawa segala tumpukan peralatan makan yang kotor. Jadi selain beberapa pengunjung yang bergantian keluar masuk ke dalam toilet, lorong ini dipenuhi dengan pelayan yang tampak sibuk membawa makanan sisa pengunjung dan juga piring-piring kotor. Ada yang membawa troli dan ada juga yang membawa baki. Dan seorang petugas kebersihan sedang mengepel lantai.

Ponselku bergetar saat aku baru saja keluar dari toilet. Masih berada di dalam lorong, Aku berhenti berjalan dan mengambil ponselku dari saku celana. Sebuah telepon masuk dari nomor yang tidak kukenal. Lagi-lagi tanpa nama.

“Halo..?” Dan seperti sebelum-sebelumnya tidak ada jawaban. Hanya suara hembusan nafas teratur yang dan suara keramaian terdengar dibelakangnya.

“AL...?” Ucapku pelan. Aku masih menduga telepon misterius yang sering meneleponku akhir-akhir ini itu dari dia.

“Ini kamu, kan? Jawab AL..!” Pintaku. Masih tidak ada jawaban. Dia seperti berada di tempat keramaian. Suara-suara itu lebih terdengar seperti dia sedang berada di sebuah restoran. Apa mungkin dia disini?

“AL, kamu disini?”
Tanyaku sekali lagi. Kemudian sambungan telepon terputus. Sial.

Beberapa detik kemudian, hal tidak terduga terjadi.

Dari arah berlawanan, seorang pelayan yang sedang berjalan cepat dengan membawa tumpukan makanan sisa-sisa pengunjung terpeleset akibat lantai yang masih basah dan licin. Pelayan itu kehilangan keseimbangan dan membuat baki beserta piring-piring, mangkuk berisi sisa makan pengunjung dan peralatan makan lain seperti sendok, garpu dan pisau yang dia bawa terlempar ke atas. Seorang pengunjung wanita yang baru saja keluar dari toilet reflek berteriak histeris melihat semua peralatan makan dan sisa-sisa makanan itu terbang lalu meluncur ke arahku dengan cepat layaknya meteor-meteor yang jatuh seperti di film armageddon. Semua terjadi begitu cepat dalam hitungan detik dan tak terhindari. Aku mundur dengan spontan sembari menyilangkan kedua tanganku di depan wajah dan kepalaku hingga terduduk di lantai bersandar pada tembok. Kemudian Piring-piring dan peralatan makan lainnnya menabrak tembok lalu jatuh di lantai di samping kiri dan kananku, beberapa pecah berantakan menimbulkan suara yang nyaring dan gaduh.

Beruntungnya tidak ada satupun dari peralatan makan terutama pisau makan yang mengenai tubuhku. Namun sialnya sebuah mangkuk berisi saus menumpahi badanku mulai dari kedua lengan dan sebagian besar tumpah di bagian depan badanku. Bajuku yang awalnya berwarna putih kini memerah. Oh Shit. Bagaimana aku bisa melanjutkan makan malam bersama Angel dengan kondisi seperti ini?.

Lalu suasana mendadak hening.

Beberapa orang menatapku dengan prihatin. Sedangkan orang-orang yang tidak melihat kejadiannya terlihat bingung dengan apa yang terjadi. Sial banget malem ini, malu rasanya. Pelayan yang juga terjatuh karena terpeleset itu kini bangkit sambil meraih pisau makan yang terjatuh di dekatnya. Sementara itu, langkah orang sedang berlari terdengar mendekat memecah keheningan. Seseorang baru saja tiba di ujung lorong.

Angel?

Angel berhenti di ujung lorong. Pandangannya tertuju padaku yang terduduk di lantai. Lalu dia berteriak kencang.

“WHAT DO YOU WANT FROM ME?”

Teriakan Angel sontak menarik perhatian semua orang. Bukan itu saja. Sedetik kemudian Angel kembali berlari kencang ke arahku lalu tanpa kuduga sama sekali dia menyerang pelayan yang tadi terpeleset. Seketika pelayan itu melayang di hadapanku terkena tendangan keras Angel lalu terhempas ke lantai. Dalam hati aku mengasihani pelayan itu. Apes banget tuh pelayan, ibaratnya habis jatuh tetimpa tangga lagi.

Aku masih terperangah bingung dan tidak mengerti apa yang barusan terjadi. Angel mendekat ke arahku yang masih terpaku akan segala tindakannya. Kemudian disentuhnya pipiku dengan tangannya yang halus. Kurasakan tangannya bergetar

“Tahan, Rega !! Kamu harus bertahan !! ” Serunya. Wajahnya tampak gelisah dan panik memandangkuku.

“Angel?” Reflek kupegang tangannya yang masih setia menempel di wajahku. Rasanya benar-benar nyaman. Aku sangat menyukai sentuhan tangannya di wajahku.

“Jangan banyak bergerak!! kamu kehilangan banyak darah,,” Serunya “PANGGIL AMBULAN..” Teriaknya histeris kepada orang-orang.

“Hah Darah?!!” Seruku bingung

.

.

.

.



BERSAMBUNG

Next Chapter 23. When The Ice Queen Melts
Akhirnyaa OMG
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd