Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Liburan Akhir Pekan

Pelayar Birahi

Suka Semprot
Daftar
25 Oct 2015
Post
20
Like diterima
0
Bimabet
Sebelumnya ane minta maaf kalo cerita ane jelek, atau bahkan kepanjangan dan engga jelas sama sekali. Ane juga minta maaf kalo typo, dari hp soalnya. Ini pertama kali ane bikin cerita ginian. Moga para suhu berkenan ya :) :)

Ane engga minta apa-apa, yang ijo atau coment atau apa aje dah yang penting para suhu CROOOT!:D :D :beer: :beer:

Maaf ane terlanjur naro nih cerita di sembarang tempat bukan di cerbung, namanya juga nubie, masih bodoh suhu, maafin :( :( :(

selamat menikmati

Belakangan ini pekerjaan gue sungguh menyita waktu, bahkan gue engga sempat lagi ngopi nyantai di hari minggu. Waktu banyak gue habiskan dengan nyusun program kerja karyawan, seleksi kandidat pelamar, hingga ngitung absensi, fiuuuh~ iye, gue kerja di bagian HRD.

Ari Pangestu Purnomo, itu adalah nama gue, keturunan jawa tulen tapi perawakan chineese. Tinggi gue 178 cm, engga gemuk, engga juga kurus, ya sedeng lah.

Memang gue lagi fokus dengan karir gue, promosi jabatan yang desas-desusnya ada nama gue disitu, membuat gue jadi semangat buat kerja, ya imbasnya weekend gue yaa masih ngutak-ngatik kerjaan.

Tapi minggu depan gue putuskan buat relax sebentar. Kawan baik gue semasa SMA ngajak gue buat camping di salah satu pulau di Kepulauan deket ibu kota. Asoooyy~ udah lama nih engga ngecamp!

Hingga pada akhirnya hari itu tiba, gue udah packing perlengkapan (kebetulan gue dapet bagian konsumsi) dan langsung gue letakkan di mobil.

Beras (siap!)
Telur (siap!)
Sayur (siap!)
Buah (siap!)
Kornet (siap!)
....dan masih banyak lagi yang gue bawa, macem mau buka kios di pasar deh gue!

Gue tancap gas ke rumah Satria, disana juga katanya udah ada Wildan, mereka lah yang mengajak gue buat liburan kali ini.

Rumah Satria tak begitu jauh dari rumah gue, dan karena ini masih jam 3 pagi, ya jalanan kosong lah! hahahahahaha say no to macet!

Sesampainya Satria, kedua orang teman gue ini engga mau lama, mereka segera memasukkan barang dan kita lanjut ke Pelabuhan.
Bukan pelabuhan elit di utara ibu kota, tapi ini gue ke pasar ikan dimana disitu ada pelabuhannya juga, AMISSSSSSS! amisss memek! eh bukan, amis ikan!

Kita sampai!
Gue langsung memarkirkan mobil gue, membeli tiket kapal dan menunggu kapal merapat ke pelabuhan.

Sambil nunggu kita foto-foto, karena kita bertiga dulu ikut club fotografi ya kita jadi huntung deh disana.

Masih pagi saat itu, sekitar jam 5:30, lensa kameraku menangkap objek yang menarik. Beberapa pasang paha putih mulus nan licin terlihat berada di warung tak jauh dari tempat kami menunggu kapal.

"Ri! buset itu ri, toketnya gede banget!"
Ternyata bukan hanya aku yang melihat objek yang menarik, ternyata Satria juga menemukannya. Tapi ternyata ini beda objek. Satria berkata seperti itu sambil menunjuk sebuah rumah makan yang di depannya terdapat beberapa cewek, bukan main, benar, toket mereka gede-gede.
Ada empat cewek disitu, 2 diantaranya memiliki toket yang cukup gede, mungkin sekitar 36b, dan dua lainnya cenderung tocil alias toket kecil! hahahaha

Gue sih langsung balik ngeliat paha-paha lagi, tapi sial, itu perempuan udah ilang engga tau kemana. Dan bukannya cewe itu aja yang ilang, tapi si Wildan juga ilang, daritadi engga balik. Akhirnya gue bilang ke Satria dan kita berdua mencar buat nyari tuh bocah.
 
Terakhir diubah:
lanjut..

Emang dasar kebo, ni bocah malah tidur di pos satpam, untung kameranya engga ada yang ngambil.

"Woi Dan! Wildan! bangun bego, ini kita udah mau berangkat"
Satria terlihat sebal sambil menggoyang-goyangkan badan Wildan, dan Si Kebo pun bangun, kita langsung bergerak ketempat semula.

Lagi asik ngopi, makan mie dan juga bengong (Wildan arwahnya belum semua ngumpul haha), kapal yang akan mengangkut kita bertiga ke pulau pun datang! PUTRA LAUTAN, tertulis di bagian badan kapal dengan warna merah menyala. Garang!

Kita bertiga pun masuk, BUDAYA ANTRI pun kita taati, ANAK MUDA ENGGA TAKUT NGANTRI! Haha! Membentuk ular antrian ini pun memanjang, engga percuma sih dateng pagi, bisa milih tempat yang enak buat nyender hehe.

Semakin lama, makin banyak yang memasuki kapal, mulai dari sekawanan anak muda dengan gitar sampai ibu-ibu dengan anaknya yang nangis.

SIALNYA... gue engga liat ada cewek cakep sama sekali. Bakal engga ada pemanisnya nih perjalanan. HUFT!

Ketika kapal sudah cukup penuh, kapal ini pun berangkat. Perlahan tapi pasti goyangan kapal ini pun mengantarkan gue kepada tidur yang lelaaaaaaaappppppp......
 
lanjut..




"Ri! bangun! bangun gembel! kita udah sampe nih!"
Suara Wildan cukup kencang engga kalah sama suara mesin kapal. Sekeliling gue pun udah engga banyak orang, banyak juga yang udah pada minggat sambil bawa barangnya masing-masing. Akhirnya kita sampe checkpoint yang pertama. Memang bukan pulau ini yang kami tuju, kami segera naik ojek kapal motor kecil, semacam sampan (perahu) yang tak lebih mampu diisi 6 orang.

"Bang, cuacanya lagi bagus, mau santai aja atau ngebut nih?"
Pak Mardi adalah pemilik perahu motor yang kita tumpangi ini. Karena kita engga sabar ya kita minta ngebut, memang cuaca sangat mendukung, langit cerah dan laut pun tenang.

Pak Mardi berpesan untuk tidak pergi kebelakang pulau, karena itu adalah area private, disana ada sebuah cottege milik orang asing, sudah berdiri hampir 4 tahun. Tentunya kami mengiyakan apa yang beliau katakan, ya mudahnya kita engga perlu berjalan terus jika menemukan pagar berwarna putih, begitu yang kita tangkap.

SAMPAI! Tak perduli baju yang kita pake, kita bertiga langsung loncat kaya orang bodoh dan basuh muka pake air laut.

GILA! UDAH LAMA ENGGA KENA AIR LAUT!

Kita udah mendirikan tenda di tempat yang oke, Pak Mardi pun pergi, dia juga bilang ada wisatawan yang udah duluan ngecamp di pulau ini, tapi kami daritadi sih engga liat.

Siang hari kita habiskan dengan memasak, dan mengumpulkan kayu bakar untuk nanti malam.

"Woy, salah masang tenda kitaaaaaaa!"
Satria teriak dari jauh, dia memang kita tugasin buat cari kayu bakar.

Ternyata Satria bertemu dengan wisatawan yang ngecamp lebih dulu dibanding kita, letaknya agak jauh dari tenda kami, Satria menceritakan bahwa ada 4 orang cewek dan 2 orang lelaki yang mendahului kami itu.

"Ini kita salah coy, salah! ayo pindahin tendanya aja, kita gabung sama mereka, tadi mereka yang nawarin buat join, sumpah cakep gila ceweknya, ayo kesana jir, pada pake bikini"
Dengan lantang Satria ngoceh engga pake jeda, kita semua pun tertawa dan berunding bagaimana enaknya.

Tapi karena kita udah masak dan ribet kalau harus pindahin ini-itu lagi, ya kita putuskan buat disini dulu sampai besok.


..bersambung bentaaaar ajaaa
 
lanjut!


Ini memang pulau yang tidak banyak orang kunjungi, maklum, tidak ada akses yang jelas dan memadai untuk sampai ke pulau ini. Pulau ini juga bukan pulau umum, kita bisa kesini berkat Satria yang sudah kenal lama dengan Pak Mahdi dan direkomendasikan oleh beliau.

Pulau ini pun minim fasilitas, atau bahkan tidak ada sama sekali, toilet, listrik pun tak ada. Mungkin ada, tapi hanya ada di Cottege milik orang asing di belakang pulau.

Malam ini kami banyak bercerita, mulai dari jaman sekolah dulu hingga permasalahan pekerjaan saat ini. Wildan lah yang kurang beruntung di antara kita bertiga, dia masih saja menganggur walaupun sudah 2 tahun lulus, IPK yang kecil yang menghambatnya, begitu ceritanya.

Tepat jam 11 malam, Wildan telah terlelap, tinggal gue dan Satria yang masih melek, suaranya pun sudah serak, terlalu banyak bercerita dan bernyanyi.

Kita terdiam sesaat ketika terdengar suara samar-samar dari hutan di belakang tenda kita. Gue mencoba mendengarkan lebih jelas, begitu juga Satria. Entah mengapa kok gue malah merinding, suaranya samar, kadang keras, kadang pelan, engga jelas.

Satria pun berdiri, semacam mencoba mendengar dengan lebih fokus.
"ini kuntilanak kayanya, setan nih

Sontak gue pun makim merinding. Tiba-tiba Satria langsung berlari masuk kedalam tenda. Panci, dan kompor yang ada di depan tenda pun ditendangnya.

Gue pun nyusul. Kita berdua terus mencoba buat dengerin apa sebenernya suara itu. Tapi lama kelamaan gue liat Satria malah udah tidur.

Suaranya samar menghilang, dan gue mulai cuek tentang itu. Yang jadi masalah adalah gue engga bisa tidur, mungkin gara-gara udah tidur di kapal.

Gerah, tenda yang seluruhnya gue tutup malah bikin gerah. Akhirnya pintunya gue buka. Angin pun mulai masuk, dan bukan cuma angin, tapi suara itu lagi!
 
gaspoooolll...


Mungkin rasa penasaran konyol gue ini yang bikin gue buka tenda. Entah konyol atau berani sih.

Melihat sekeliling sama sekali gue engga menemukan apa-apa, tapi suaranya lebih jelas dibanding sebelumnya. Kaki gue pun mulai keluar satu persatu. Parang alias golok karatan yang gue bawa dari rumah pun sekarang nemenin gue.

Gue mulai berjalan menuju asal suara itu.

JELAS!

MAKIN JELAS!

Dari arah pepohonan kelapa itu gue yakin asal suara itu. Gue pilih arah memutar, bersiaga kalo biawak atau babi hutan ternyata yang nongol. Gue engga bawa senter, pengalaman gue senter itu malah narik perhatian hewan dan bikin dia waspada, dan malah bikin siaga buat nyerang.

Angin laut yang dingin bukan main tepat jam 12 malam itu bikin badan gue rasanya abstrak, oke dingin, tapi keringetan.

"AH!"


Ternyata bukan hewan!
 
"aaaahhh!"

"aaahh!"

"buruan sayang, aku capek"

Jelas bukan hewan, sejujurnya ketakutan gue gugur denger itu, tapi muncul rasa penasaran. Sosok yang mengeluarkan suara itu tak juga terlihat meskipun gue udah cukup mendakat. Gue prediksi sekitar 8-10 meter jarak antara gue dan sumber suara itu.

Suara angin laut dan gelombang tenang lautan tak begitu mengganggu suara itu dengan jarak sedekat ini.

sayang udah dong please aku capek kamu denger engga sih??"

"SAYANG"

"CAPEK"

Sedang apa dia ini????

Dia??
Tidak, tidak, mereka lebih tepatnya.

Sedari tadi suara ini kuyakin adalah suara cewek, namun tak ada suara lain selain itu. Lalu siapa yang disebutnya sayang???

..
....
"sayaaang ahhh ahhh ahh"

Kali ini suara itu seperti tertahan, tapi diiringi dengan suara yang lain plok plok plok plok. Seperti suara mobil yang mengebut lalu rodanya pecah di dalam tol.

"sayang sayang aaaaaaaaahhhh"
Ini suara yang berbeda! ini suara cowok!
 
lanjuut..



"Sayang ayo kita balik, kamu kenapa itu garuk-garuk? gatel ya?"


Cowok ini siapa? lalu gue tunggu, tapi engga ada suara lagi, hening, ini cuma suara ombak dan angin laut. Rasa penasaran gue membuat gue menunggu, entah gue menunggu apa tapi gue merasa engga aman.

Mungkin setengah jam. Lalu gue mulai beranjak dan mencoba menemukan apa yang ada di pepohonan kelapa itu.

Tidak ada! tidak ada apa-apa, hanya ada rerumputan yang merebah, seperti terinjak atau tertindih. Gue mencoba merapa rerumputan itu. Maklum, gue dulu sering berburu sama ayah gue. mencoba mencari jejak, ya itulah yang gue lakukan.

Bukan jejak, dengan terkejut gue malah menemukan sesuatu dengan lendir, dan cairan. Imajinasi liar gue pun menemukan ujungnya, ada pasangan yang baru aja ngentot disini, gue yakin.

..
....
..
.

Keesokan paginya gue bangun telat, Wildan dan Satria sudah bangun dan memasak. Gue langsung babat habis mie instan dan telur dadar dicampur kornet bikinan mereka.

"yang semalem suara apa ya?"
Satria pun masih penasaran rupanya. Wildan pun yang ketiduran menanyakan hal itu. Tapi entah kenapa gue merahasiakan apa yang gue temukan semalam.

Kita bertiga main air di depan tenda, sungguh menyenangkan rasanya berada di alam, entah itu gunung atau bahkan laut.

"bang.. permisi bang"
Kita bertiga langsung menengok dengan bersamaan kearah suara itu. Bukan main! sesosok cewe dengan bikini berwarna merah, berkulit putih lah yang memanggil kami. Cewek itu membawa sebuah botol.

"Loh kamu yang kemarin yaa?"
Satria dengan excited menyambut dan segera mendekat ke wanita itu. Ku taksir wanita ini anak kuliahan, atau bahkan masih SMA. Wajahnya yang imut ditambah toketnya yang tidak begitu besar, mungkin 34b, tidak terlihat setua kita yang sudah aki-aki ini, hahahaha. Entah kenapa aku merasa senang melihat dirinya. Walaupun tidak begitu cantik, dan entah dia siapa namun aku senang, ya senang begitu saja.

Setelah kita berkenalan dan menanyakan kenapa dia mendatangi kami, gue baru tau namanya Santi, Mahasiswi semester 3 jurusan Psikologi perguruan swasta di ibu kota. Dia mencoba barter dengan kami, sebotol minyak goreng dengan beberapa bungkus mie instan. Katanya dia kepingin mie instan, dan karena enggan meminta begitu saja maka dia mencoba untuk barter, ya maklum, disini engga ada warung.

Kita berempat malah banyak ngobrol, tanya ini-itu, dan melawak menertawakan apapun. Kami memberinya mie instan beberapa bungkus tanpa mengambil minyak goreng yang ditawarkannya.

Sedari tadi kita mengobrol, mata gue tertuju pada potongan yang menutup memeknya. Sambik mencuri-curi pandang pada tempat itu gue juga sekelebat memandangi dadanya, putih! cuma itu yang gue bisa katakan.

Dengan perginya Santi dan mie goreng, yang ditinggalkannya hanyalah kontolku yang mengeras setengah tiang bendera, sial.

bersambung..
 
lanjut ..


Pukul 11 wajar matahari menyengat kami. Satria bagai dijampi-jampi dengan semangat mengajak untuk pindah lokasi, bergabung dengan Santi. Ajakan itu engga gue tolak, tapi Wildan tak begitu setuju kelihatannya, dia memang tak begitu suka keramaian, ya bergabung dengan orang yang tak dikenal semacam ini.

Satria dengan semangat perjungan terlihat paling cekatan diantara kita bertiga, tenda dilipatnya, peralatan masak dirapihkan, bahkan kayu bakar yang dicarinya kemarin itu sudah dia ikat, padahal kan di hutan masih banyak lagi.

.
..
Kedatangan kami disambut dengan tepuk tangan dari Santi, kelima pasang mata lainnya langsung menelanjangi kami. Mungkin mereka langsung menerka apa-dan siapakah 2 orang lain yang bekum dikenalnya selain Satria.

Sekali lagi dengan gesitnya Satria merapihkan tenda kecil kami lagi, dan kami dengan bersamaan mencoba melebur dengan gerombolan Santi. Disana ada Ratna, Friska, Resti, Restu, dan Zakky.

Usut punya usut, keempat wanita ini adalah teman seperkuliahan, sedangkan Restu, adalah abang dari Resti, dan Zakky adalah pacar Ratna. Yang paling mencolok dari keempat wanita ini adalah Ratna.
Sekilas tentang Ratna, tingginya 165, langsing, dengan toket yang seimbang dengan tubuhnya pas segenggaman lelaki dewasa, kulit yang sangat putih karena ternyata dia keturunan Sunda-Belanda, rambutnya di cat coklat, kakinya jenjang, dan ada tai lalat di dekat bibir bawahnya, yaa bibir itu yang menjadi perhatian gue semenjak membaur dengan mereka. Bibirnya begitu merah, benar-benar merona, bahkan disaat panas terik ini bibirnya terlihat basah. Sedangkan tai lalat kecil di bawah bibirnya itu sungguh pemanis yang luar biasa, ingin sekali gue mengecup bibir manis itu. Kontras dengan Zakky yang hitam dan kurus, terbersit rasa iri di hati ini.

Sedangkan cewek lain di gerombolan itu memang tak kalah seksi, ada Resti dengan potongan rambut bob dan toket kecil yang tersembunyi di balik tanktop hitamnya. Adapula Resti, dengan tubuh semok dan pantat yang montok yang membuat Wildan sedari tadi menelan ludah, Wildan engga berenti untuk melihat pantat Resti yang begitu bulat, tiap lekuk tubuh cewek itu sudah ditelanjangi Wildan sedari tadi. Lain hal dengan Friska, wanita pendek ini punya daya tarik lainnya, wajahnya manis, dengan lesum pipit yang begitu indah muncul diwajahnya ketika tersenyum.

Sore hari menjelang kegiatan main air mulai terhenti, satu persatu dari kami bersembilan merebahkan tubuh di atas matras masing-masing. Satria terlihat mencoba membuka pembicaraan dengan Friska, dan terlihat Friska tertawa dengan malu-malu disela pembicaraan mereka, mungkin Satria menggodanya.

Malam kami lalui bersama, gue dan restu lah yang saat senja hilang telah mencari kayu bakar di hutan. Satria dan Friska terlihat semakin akrab, mereka berdua berdekatan bagai sudah kenal lama. Sedangkan Gue dan Wildan masih duduk bersebrangan dengan gerombolan itu.

Malam makin larut, satu persatu mulai masuk kedalam tenda masing-masing, dimulai oleh Ratna, Friska, Santi dan Zakky. Tak mau kalah kali ini Satria yang curi start, mungkin dia kelelahan, dia masuk tenda, lalu tak lama Wildan. Tersisa Restu dan juga Resti, kakak beradik ini malah cerita panjang lebar tak ada habisnya, mereka terlihat kompak dan saling menambahkan cerita yang satu dengan cerita yang lain. Tapi Restu lah yang kehabisan baterai pertama kali, hahaha kalah dia dengan adiknya ini. Dia masuk tenda dan segera tertidur, terdengar dari suara ngoroknya itu.

Aku dan Resti terlibat dalam percakapan yang cukup panjang, dia lebih sering menceritakan kisah tentang kakaknya dibandingkan kisah hidupnya. Aku mengambil kompor portable untuk membuat teh, karena ku lihat Resti masih segar begitu juga aku.

Gue pancing Resti untuk menceritakan kisah pribadinya, bagai ikan yang terjerat kail, sekali dia bercerita tak juga berhenti, bahkan ketika dia menceritakan cinta pertamanya, yang membuat Resti membatin dan tak ingin berpacaran lagi. Menangis dia, refleks gue sodorkan teh hangat yang ada di tangan gue. Resti mendekat, dan tak sangka menyandarkan kepalanya pada pundak gue, setelah sekian lama tak bertemu pantai dan perempuan, akhirnya MALAM ITU semuanya datang bersamaan.

Angin laut yang berhembus bikin gue kedinginan, Resti pun terlihat begitu, gue lepaskan kemaja yang gue pakai dan gue kasih ke Resti. Diambilnya dan dia tersenyum.

Entah apa yang memberanikan gue hingga pada akhirnya gue kecup bibirnya. Lembut, itu yang gue rasa. Dari kecupan itu Resti memeluk gue, mengalir begitu saja.

Resti memeluk gue dengan erat, tapi gue lepasin pelukan itu, sadar apa yang gue perbuat, gue memintanya untuk segera masuk tenda bersama teman-temannya dan lekas tidur.
 
Bukan melepas gue, dia malah meluk gue lagi, dan sama eratnya dengan pelukan yang tadi. Mungkin Resti saat itu sedih karena teringat cinta pertamanya.

"aku belum ngantuk, temenin aku"
Dengan pintanya seperti itu, gue engga bisa pergi, gue elus-elus kepalanya. Begitu seterusnya, hingga tak ada suara tangis lagi. Karena gue kira dia tidur, gue nyoba buat angkat dia, dan bawa dia ke tenda, tapi karena ada galon kosong tempat air bersih ke tendang sama gue, dia kebangun lagi.

"engga usah kedalem, diluar aja, aku belum mau tidur"
Suaranya begitu pelan, Resti sudah mengantuk, gue tau itu, gue dudukkan dia lagi dan gue ambil matras di depan tenda gue, dan gue jadiin satu dengan matras yang ada di depan tenda dia, gue jajarkan engga jauh deket api unggun.

Resti pun pindah kesitu dan merebahkan tubuhnya, sambil menepuk nepukkan tangannya ke matras minta gue untuk ngedeket. Maka langsung gue rebahan disitu.

Engga disangka dia langsung meluk gue, dan mencium bibir gue, sensasi lembut lagi-lagi datang. Tapi kali ini dia mencoba untuk menjulurkan lidahnya, mencari lidahku, engga ada penolakan saat itu juga,

Lidah kita bersatu, bergumul, bertukar liur, Resti menindihku, merebahkan badannya yang langsing ke atas badan gue, tangan gue pun mulai meremas pantat dia yang kencang. Perlahan permainan ini makin hangat atau bahkan bisa dibilang panas. Kontolku makin lama makin keras. Dan tiba-tiba permainan itu terhenti, Resti terdiam saat sadar ada yang mengganjal tubuhnya. Kami saling terdiam.

Kamu mau apa?
Beku gue ditanya kaya gitu, engga ada satu katapun yang keluar dari mulut gue. Lautan bagai tertidur, bagai tak ada ombak, benar-bener terasa hening.

Resti lalu duduk di samping gue, gue pun mencoba bangun dan duduk mengikutinya. Tapi dia menahan gue.
"udah kamu tiduran aja"

Dia lalu melepaskan celana gue, pantat gue pun sengaja gue angkat biar lebih gampang dia melepaskannya. Mata kami bersatu saat itu, tapi tiba-tiba dia meremas biji kontol gue, ngilu rasanya.

"ada abang lo"
Perkataan gue itu engga dia dengar, malah dibukanya celana dalem gue, lagi-lagi mata kita bertemu.

Perlahan dari pangkal kontol, dielusnya, terus begitu sampai ke kepala kontol gue. Mata kami masih bersatu namun rasa geli ini bikin gue engga konsenterasi.

Kadang di elus kontol gue, kadang di pijit perlahan, lalu dielus lagi, lalu diremas, dan membuatku tersadar, namun dia segera mengecup bibir gue. Sungguh beberapa detik itu gue serasa diperkosa.

Kecupan di bibir gue pun terhenti, dan dia pun berpindah mengecup kepala kontol gue. Dikecupnya bagai itu adalah bibir gue, perlahan, dan lalu berganti jadi jilatan.

Dijilatnya kepala kontol gue, dia berputar, perlahan, merambat diantara sisi kepala kontol gue, dan terkadang dijilatnya bagian lubang kontol gue itu.

Mata kami tak lagi bertemu, gue memejamkan mata menikmati apa yang dilakukan, dan semua itu makin membuatku tersiksa saat dia menglum seluruh kontol ini. Di kulumnya kontol gue sambil lidahnya menjilati batang kontol ini didalamnya. Kulumannya begitu lembut dan perlahan, tapi berubah jadi cepat dan kasar seketika. Gue yang tak sanggup menahan ini pun akhirnya melepaskan seluruh isi kontol ini kedalam mulutnya.

bersambungg.....
 
Terakhir diubah:
Enak amat baru kenal ud dpt BJ.

Lanjut om.

Btw PM momod aja minta ceritanya di pindahin ke cerbung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd