Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life of JB

PART 6 – Menyenangkan.


Julianna Anggita



Sekarang hari Minggu sore. Jebe sedang merebahkan tubuhnya dikasur. Ia baru saja terbangun, setelah melakukan sesuatu yang sangat menguras fisik dan juga pikirannya semalam. Ia masih berusaha memproses apa saja yang sudah terjadi sehari kebelakang ini. Rencana awal jebe untuk mengunjungi Kakak sepupunya itu berubah total—meskipun akhirnya tetap dapat mengunjunginya, atau mungkin lebih dari sekedar mengunjungi. Atau bukan hanya dia yang mengunjungi, tapi ada ‘dia’ yang lain ikut ‘mengunjungi’. Hmmm? Apa maksudnya ya?

Sabtu Malam Kemarin.

“bangsaat, sudah punya pacar, malah disia-siakan gitu aja dengan main ketempat ini. Dan kemungkinan ‘partner’ mainnya...adalah..?!” gerutuku ketika melihat Dio yang sudah kembali kemeja setelah membeli beberapa botol minuman dari bar tempatku sekarang ini.

Aku masih berusaha memperhatikan apa saja yang dio dan teman-temannya lakukan ini bersama dengan Kak Juli dan teman wanitanya itu. Aku belum bisa bertindak sekarang, belum saatnya. Terlalu banyak yang dipertaruhkan untuk menghajarnya disini, walaupun aku mampu. Saat ini yang bisa kulakukan hanyalah mengawasi mereka, lalu ikut bergerak ketika mereka bergerak. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku, sontak saja aku mengarah kepada orang tersebut.

“Mas kenapa diem-diem aja disini? Ga nyari table atau join? Ato ga ke dance floor? Kali aja ketemu gandengan disana. Malam semakin malam loh mas, entar ga dapet apa-apa kan sayang hehe.” Ternyata yang menepuk pundakku adalah sang bartender yang masih asik sambil mengelap-ngelap gelas yang baru ia cuci. Dia laki-laki.

“haha, nggak mas. Tujuan saya kesini bukan buat nyari ONS (one night stand alias cinta satu malam). Emang lagi ingin nikmatin aja sambil nyantai.” balasku. Aku tidak mau memberitahukan maksud kedatanganku yang sebenarnya kepada bartender ini. Lagipula apa untungnya jika aku cerita kedia. Tapi mungkin aku bisa bertanya hal lain. Tidak ada salahnya mencoba, mungkin dia punya informasi.

“Mas saya mau tanya boleh?” kataku kepada sang pelayan itu.

“Nanya apa mas? Saya mau sama Mas apa nggak? Saya gaakan menyangkal kalau mas ganteng. Tapi maaf mas, saya ngga belok.” Jawab pria itu.

Sialan, dikira aku nyantai disini karena mau ngincer dia apa? Asu.

“Gila aja. Saya juga masih lurus kali mas. Serius dulu, saya mau tanya tentang orang itu.”lanjutku sambil menunjuk kearah meja di sudut kanan, tempat Dio dan Kak Juli serta teman-temannya.

“Oalah, mau tanya tentang dia? Kalau gasalah namanya Dio ya?” tanyanya yang langsung aku mengangguk.

“Saya gakenal baik mas, tapi saya cukup yakin kalau dia rutin datang kesini. Mungkin seminggu dua kali, terkadang tiga. Pernah Jackpot (minum sampai muntah) juga disini.” Lanjutnya.

“nah mas, yang saya mau tanya lagi, apakah setiap Dio kesini, dia mengajak juga perempuan itu?”tanyaku kembali sambil menunjuk kearah teman wanita Kak juli itu.

“Wah kalau mbak itu sih ga sesering Dio kayanya, tapi saya juga pernah melihat dia sebelumnya, bersama Dio juga. Oh iya, Dio ini kalau gasalah juga cukup terkenal disini, karena sudah banyak wanita yang ia ajak cinta semalam dari club ini. Mungkin pesonanya mampu bikin cewe manggut-manggut kali ya mas, saya gatau juga haha.”

Mendengar penjelasan dari sang bartender ini sukses membuat emosiku semakin naik. Kalau saja lagi ditempat yang bukan seperti ini, aku berani saja langsung memberi tegur sapa dengan kakiku ini.

“Wah, ternyata brengsek juga dia ya mas, sepertinya aku harus ngobrol-ngobrol sama dia, hehe. Btw makasih ya mas udah bantu jawab pertanyaan saya. Pamit dulu dah mas.” Kataku mengakhiri sambil memberi selembar uang berwarna biru. Anggap aja terimakasih karena udah menjawab pertanyaan tentang bajingan satu itu.

Aku menuju toilet karena udah kebelet, ada cairan yang perlu disalurkan kepada saluran yang lebih membutuhkan. Cukup lama agenda itu aku lakukan. Setelah dirasa sudah terkuras habis, aku kembali ketempat itu, tapi sudah tidak menemukan mereka di mejanya. Asu, baru ditinggal kencing aja udah cabut. Kemana ya mereka kira-kira? Apakah kelantai atas? Atau malah keluar? Kemana aku harus mencari? Aku coba menuju bar tadi dan bertanya apakah dia melihat Dio pergi, dan tampaknya dia tidak melihat kemana Dio pergi. Sial, aku harus mencarinya sendiri.

Aku menuju kelantai atas sebagai tempat pencarian pertamaku. Lantai ini adalah lantai dance floor tapi dengan lagu yang lebih santai, lebih romantis istilahnya. Dan memang ada tempat-tempat dipojokkan bagi pasangan yang ingin menyatakan cintanya, terserah dalam bentuk apa. Itu bukan urusanku saat ini, yang penting adalah kak Juli. Bersabarlah kak, aku pasti akan menemukanmu.

.
.

Setelah melakukan pencarian disetiap sudut lantai dua, dan memastikan lagi dilantai satu, aku beranjak keluar, menuju basement club ini. Mungkin mereka menuju kemobil. Semoga saja belum terlambat. Aku berjalan cepat menyusuri tangga menuju basement, lalu melihat sebuah pemandangan yang sangat membajingkan. Aku sangat yakin kalau itu adalah Kak juli, dan kalian tau apa yang sedang terjadi padanya? Kak juli sedang disentuh oleh kedua teman dio, bahkan sudah berani menyentuh kedua gunungnya itu. Tampaknya kak Juli juga sudah ngefly, jadi gasadar apa yang sedang terjadi pada dirinya. Aku langsung saja lari dan menuju kearah mereka berdua. Aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Aku harus menyelamatkan ka Juli.

“Hey kalian, asik betul itu tangan menggerayangi tubuh wanita yang sedang berada diantara sadar dan tidak sadar. Hebat kalian, hebattt banget!” kataku dengan cukup emosi. Aku tidak mau langsung emosi bermain, aku lihat dulu situasinya seperti apa. Pantau dulu.

“Hey kamu, ngapain kamu disini, udah sana pergi sebelum kami paksa kamu buat pergi. Pastinya kamu gamau kan kami usir paksa? Jangan ganggu urusan kami. Toh dia juga ga nolak kan? Hehe.” Balas si pemuda satu.

Wah brengsek banget jawabannya. Gimana dia mau nolak atau berontak, jika mengumpukan kesadaran aja tidak dapat. Baiklah, sepertinya aku harus mulai mempraktekkan hasil latihanku kemarin.

“ada baiknya jika kalian melepas perempuan itu, lalu pergi dari sini. Itu keputusan yang bijak, kamu tau? Sebelum semuanya memburuk.” Kataku santai.

“Brengsekk, jangan sok-sokan kamu ya. Jangan sampai aku dengar kamu mohon-mohon minta dilepaskan ya, bangsaatt!!!!” kata si pemuda kedua yang mulai berlari kearah ku.

Its showtime.

Pemuda itu mengarahkan tinjunya menuju perut kananku. Aku menghindar kekiri dengan cepat, lalu membalas dengan hook kencang kearah perut kirinya. Tinjuku tadi sukses membuat ia mundur beberapa langkah dan mengerang kesakitan.

Pemuda satu yang melihat temannya kesakitan itu, jelas terbakar emosi dan langsung melompat kearahku. Salah besar. Aku dapat menghindari tendangan itu, lalu dengan cepat melakukan roundhouse kick hanya sesaat setelah dia mendarat. Pemuda satu itu langsung terjatuh telentang dengan kepala membentur jalan cukup kencang. Wooo, ngeri juga bunyinya.

Pemuda kedua nampaknya sudah bangun, untuk melanjutkan perjuangan sang teman yang masih tergeletak dibawah. Dia melakukan fast jab dengan cukup handal, sehingga aku harus masuk mode pertahanan dengan menempelkan kedua tanganku didepan kepalaku sambil mencari momen untuk melakukan serangan balik, dan ketemu! Ketika ia hendak melakukan uppercut, aku langsung menunduk sambil melanjarkan jabku kearah dadanya yang bebas tanpa pertahanan. Seranganku berhasil, ia kembali mundur beberapa langkah dan megap-megap memegangi dadanya yang sesak. Aku kembali melancarkan serangan dengan mengambil kepalanya, lalu kuberi sambutan meriah dengan dengkulku. Step-up knee strike, sukses. Ia terpental kebelakang dan tumbang.

Aku lalu kembali kearah pemuda satu yang masih tergeletak, dan berjongkok dihadapannya.
“Aku bilang juga apa, mending kalian pergi sebelum keadaan memburuk. Tapi kalian malah batu. Gamau dengerin. Gini deh jadinya kan. Huft. Jadi enaknya gimana? Kupatahkan jarimu apa nggak nih?”tanyaku kepada dia. Dia tidak bereaksi banyak, hanya melihatku dengan tatapan penuh emosi, lalu meludah kearahku, tapi ganyampe.

“Oke, kalau itu maumu, dengan senang hati kukabulkan kemauanmu.” Aku bersiap untuk melancarkan satu serangan penutup, tetapi terhenti ketika ada yang memanggilku. Aku tau ini suara siapa. Tidak salah lagi. Suara Dio.

“Lebih baik kamu hentikan apa yang akan kamu lakukan itu, atau wanita yang ada disampingku ini akan mendapatkan sesuatu yang lebih ‘mengasyikkan’.”

Bajingann, dio sudah di mobil dengan Kak Juli disampingnya dalam keadaan pingsan. Tapi aku tidak melihat sosok teman perempuan Kak juli itu. Mungkin dia pulang atau ada urusan lain. Tapi itu bukan menjadi kepentinganku. Yang terpenting adalah menyelamatkan kak Juli. Ya, itu saja yang harus kulakukan saat ini.

Mobil dio mulai bergerak menjauh ketika aku langsung berlari menuju motorku dan langsung menancapkan gas yang sepertinya mengagetkan satpam yang ada disitu yang berteriak kepadaku, tapi aku tidak memperdulikannya. Iyalah, siapa juga yang bakal mikirin hal ini ketika orang yang kalian sayang lagi terancam oleh orang gadikenal dari sebuah club.

.
.

Aku terus mengikuti mobil jazznya itu hingga menuju sebuah rumah yang luas, tetapi cukup jauh dari rumah lainnya. Aku asumsikan bahwa ini adalah sebuah tempat tongkrongannya atau basecamp dari dio ini. Aku lalu memarkirkan motorku agak jauh dari rumah itu, dan mengikuti mereka yang sudah masuk duluan kedalam rumah itu, yang ternyata ada empat motor terparkir. Bajingan, apa yang akan mereka lakukan terhadap Kak juli yang sedang tidak sadarkan diri itu. Brengsek, brengsek!!! Aku langsung saja masuk ke teras rumah itu, yang ternyata sudah disambut oleh dua orang dengan tampang-tampang baru selesai minum.

“selamat datang kawan, mau menjemput wanitamu ya? lewati kami dulu kalau bisa ya? Tapi rasanya kurang asik kalau kita tidak memperkenalkan diri. Aku coki, dan ini adalah kawanku, kamu boleh panggil dia chiko.” Ujar coki memperkenalkan diri.

“ya ya ya, tapi sekarang aku tidak ada waktu untuk meladeni kalian lama-lama. Bisa kita mulai saja?” jawabku karena udah nggak sabar.

“haha, boleh juga kamu anak muda.” “MAJUUU.” Teriak coki yang langsung datang mengampiriku dengan tendangannya yang langsung kuhindari, dan menonjok perutnya dengan tinjuku sekuat tenaga. Langsung saja, coki terlempar dan menabrak motor-motor hingga terjatuh. Coki tumbang. Chiko yang melihat ini tentu saja marah, dan langsung menyerangku dengan ancang-ancang hook kanan. Aku bersiap menghindar ke kiri, tapi sial bagiku. Ternyata itu hanyalah tipuan karena tangan kirinya sudah siap menyambut badanku yang bebas ini. Satu pukulan kencangnya masuk kedalamku.

BUGHHH!

Cukup terasa nyeri perutku. Boleh juga pukulan chiko ini. Oke, saatnya serius. Aku kembali bersiap ketika dia sudah melancarkan tinjunya kembali kearahku, dengan sigap aku menunduk dan memberikan dia roundhouse kick yang membuat dia kehilangan keseimbangan, lalu dadanya yang terbuka aku berikan sebuah sikutan yang indah yang sukses buat dia tumbang.

Oke, dua orang sudah selesai, saatnya aku masuk kedalam.

Saat aku masuk kedalam, aku tidak menemukan mereka. Aku terus mencari hingga menuju sebuah halaman belakang dimana ada tanah yang cukup luas. Sudah ada tiga orang termasuk dio nampaknya yang telah menungguku. Dan dibelakang Dio ada Kak juli yang tinggal mengenakan Bra, karena bajunya sudah dikoyak-koyak mereka. Biadab.

“hebat juga kamu bisa mengalahkan dua anak buahku di parkiran lalu dua anak buahku di teras tadi. Kuakui kamu cukup kuat. Bagaimana jika kamu bergabung dengan kami, lalu bersama-sama menikmati perempuan ini sampai lemas? Penawaran yang bagus bukan? Hahahahah” kata dio yang sukses bikin emosiku tambah menyala.

“cukup basa-basinya, kembalikan perempuan itu sebelum hal buruk terjadi.” Balasku.

“hahaha, kamu kira kamu ini siapa? Lagi pula apa hubungan kamu dengan dia? Pacar? Sudah pasti bukan. Aku tau dia. Julianna Anggita, kan? Dia juga tidak punya pacar saat ini, jadi bebas aja dong kalau kami ingin bermain-main sedikit dengan dia.”

“Anjingggg.” Aku sudah tidak bisa menahan emosiku dan langsung bergerak mendekat kearah mereka.

“sabar dulu dong bro, sini kita ngobrol dulu, tapi tangan sama tangan yang ngobrol hehe.” Ucap si botak yang bersama dio ini. Badannya besar, kepala botak, sudah seperti deddy cobotak aja.

“iya nih tak (botak), gasabaran banget deh, apa dia mau nikmatin perempuan itu sendiri ya. Jahat banget gamau bagi-bagi.” Lanjut si pemuda disampingnya. Orang ini kurus dan tinggi, kupanggil saja ruy (kuruy=kurus).

“sudah lebih baik kita cepat selesaikan, gausah banyak cingcong.” Balasku singkat.

“oke oke nampaknya dia gabisa diajak kompromi nih.” Balas si kuruy.

Si kuruy maju pertama dan langsung memberi pukulan cepat, kiri dan kanan, tanpa jeda.

BUGHH BUGHH BUGHH BUGHH.

Kiri. Kanan. Kiri lagi. Kanan lagi. Tanpa henti.

Aku hanya bisa bertahan dengan kedua tanganku sebagai tameng sambil mencari momen untuk menyerangnya. Sepertinya kakinya nampak tidak siap dengan serangan, dan aku jadikan kesempatan untuk menyerangnya. Aku menendang tulang keringnya kuat kuat, dan sukses membuat ia goyah, lalu kulanjutkan dengan spinning kick yang sukses menyambut wajahnya dan bibirnya langsung mengeluarkan darah. Tidak sampai disitu, akupun melanjutkannya dengan satu uppercut yang sukses mengangkat dagunya dan membuat dia terlempar kebelakang. Kuruy, tumbang.

Kali ini giliran si Botak besar maju. Dia melompat sambil mengerahkan satu pukulan kearahku. Aku bersiap menahannya, tapi yang terjadi berbeda dengan yang kuharapkan. Pukulan itu menembus tanganku dan sampai di bibirku. Kuat sekali pukulannya bahkan kedua tanganku tak mampu menahannya. Lawan yang ini tangguh, tidak bisa asal untuk dikalahkan. Tidak banyak titik terbuka dibadannya. Staminanya pun pasti cukup besar mengingat badannya yang besar dan berotot ini. Aku memutar otak, bagaimana seranganku dapat masuk kepada si botak ini. Selagi aku berpikir ternyata botak sudah siap untuk melakukan serangan keduanya yang bisa aku hindari. Ini kesempatanku! Aku memutar kebelakangnya, lalu mendorong kakiku untuk menendang kaki belakangnya. Berhasil! Kaki kirinya terjatuh dengan posisi seperti berlutut. Sedetik kemudian aku menyepakkan kakiku diantara selangkangannya dengan kencang. Sangat kencang!

Keadaan hening sejenak, si botak belum bergerak, tapi sesaat kemudian, dia sudah roboh tengkurap karena masa depannya yang aku sepak tadi. Hal itu sangatlah menyakitkan memang. Sakit bercampur ngilu, nyeri, dan linu yang tidak bisa digambarkan rasanya.

Sekarang tinggal dio. Aku harus bisa mengalahkannya.

Dio tersenyum kepadaku.

Amazing, amazing. Aku tertarik kepadamu. Penawaran terakhir. Bergabunglah denganku. Bersama kita bisa taklukan kelompok-kelompok dari kampus lain. Aku, Dio, adalah salah satu petinggi kelompok The Yellow Warriors, dari kampus i”

Bajingan! jadi dia satu kampus denganku?! Dengan emily juga?!

“Tak kusangka ternyata aku juga satu kampus denganmu. Tapi maaf, aku tidak akan bergabung dalam kelompok apapun itu, aku Cuma mau kuliah dengan tenang, lalu lulus dan bekerja.” Jawabku.

“Oh, oh, oh. Baiklah kalau memang kamu tidak mau. Jangan menyesal jika pulang-pulang wajahmu rusak. Hehe. Mari kita mulai.” Jawab Dio dan mengambil ancang-ancang.

Aku juga mengambil ancang-ancang, dengan cara muay thai. Kedua tangan diatas wajah dan satu kaki maju kedepan, seperti hero chou dari mobel lejen.

Dio maju duluan dengan cepat. Sangat cepat ditambah dengan lari zig-zag yang membuatku tidak dapat memprediksi kearah mana dia akan melancarkan serangan. Tiba tiba dio sudah didepanku yang belum siap untuk menerima serangan, langsung saja kepalan tangannya masuk kedalamku dengan telak. Aku terjatuh kebelakang, tapi dengan sigap tanganku menyetuh tanah membuatku tidak kehilangan keseimbangan. Sangat perih rasanya, pukulan ia sangat kencang. Tapi ini salahku juga yang tidak siap dengan segala kemungkinan arah dia akan menyerangku. Belum siap untuk bangun, perutku sudah disambut oleh sepakannya yang sukses membuatku terpental kebelakang. Sialan, badanku rasanya mau remuk setelah berhadapan dengan 6 orang, lalu diserang oleh Dio yang kuat ini. Tapi aku tidak boleh menyerah, tidak bisa. Demi Kak Juli yang sudah sangat baik kepadaku, dia yang menjagaku sejak kecil. Senyumannya itu, selalu bisa menenangkanku. Aku tidak akan menyerah disini. Tidak akan.

“Boleh juga seranganmu, yo.” Kataku pelan kepada dio.

“oh, masih kuat toh. Kamu memang menarik. Tapi maaf, aku sudah menutup pendaftaran untuk masuk TYW.” Balasnya.

“siapa juga yang mau masuk TYW. No no no.

Aku akhirnya berdiri, kembali dengan ancang-ancangku tadi. Bersiap untuk serangan, maupun pertahanan. Dio kembali berlari kearahku, lalu melompat dengan tinggi sambil mengarahkan kakinya kearah wajahku. Ini kesempatan ku, tidak boleh disia-siakan! Aku menghindar secepat mungkin, dan langsung meng-uppercut sekuat tenagaku dengan cepat mengenai dagu Dio yang bebas tanpa penghalang sama sekali. Langsung saja ia terlempar kebelakang dan aku langsung melompat kearahnya sambil memberi sikutku kearah dada dio yang belum siap itu. Dia hampir kehilangan kesadarannya ketika aku sudah mendudukinya sambil memberi 3 serangan terakhir.

“BAAA.” Pukulan pertamaku kearah pipi kanannya.

“JIIII.” Pukulan keduaku kearah pipi kirinya.

“NGAAAN.” Aku mengunci lehernya, lalu mengangkatnya dan membantingnya kebawah dengan kencang. Sebuah chokeslam sebagai penutup malam ini. Dio pingsan.
.
.
Aku langsung menuju Kak Juli yang sudah siuman, tapi masih belum menyadari apa yang terjadi.

“Kak julii!!!” aku langsung mendatanginya dan memeluknya dengan eraat seolah tak ingin melepasnya lagi.

“Heheey, Jebe. Ngapain kamu disini? Ini kita dimana, be? Kok kamu bisa kesini? Ada apasih sebener-“ ucapan Kak Juli berhenti ketika jari telunjukku menyentuh bibirnya.

“Sudah, nanti aja dibahasnya. Kita pulang ya kak.” Kataku dan langsung melingkarkan jaketku untuk menutupi badan bagian atasnya yang hanya menggunakan bra itu. Lalu aku menarik dia menuju motorku dan kami segera meninggalkan rumah itu beserta orang-orang yang tumbang didalamnya.
.
.
.
30 menit kemudian kami sudah berada di kosan kak Juli, karena jalanan yang sepi, mengingat ini sudah tengah malam sehingga waktu perjalanan bisa lebih cepat.

“Jebe, kakak mandi dulu ya, rasanya capek banget dari luar. Mau nyari yang seger-seger.” Kata ka juli kepadaku.

“iyaa kak”

“Tapi,” Dia menatapku dengan wajah serius. “aku mohon kamu ceritain semua apa yang udah terjadi ya.” Lanjutnya yang langsung menuju kamar mandi.

Apa aku harus ceritain semua ya, atau gimana ya?

Nggak nggak nggak. Apapun keadaannya, sepertinya kejujuran lebih baik dari sisi manapun.

Setelah selesai mandi, Kak juli duduk disampingku, bersiap untuk menerima apapun fakta dari hal yang terjadi beberapa jam kebelakang ini.

“baiklah kak, akan kuceritakan secara garis besarnya aja ya.” Kataku yang mengawali cerita yang mungkin menjadi pengalaman buruk bagi Kak Juli.

“jadi kak, tadi siang, aku berencana untuk mengunjungi Kak Juli. Mungkin bisa sekalian kita makan-makan atau sekedar jalan-jalan aja. Lalu saat aku sudah sampai kosan kakak, aku ngelihat kaka masuk mobil lalu menuju suatu mall di pusat kota. Jadinya aku terpaksa ngikutin kakak untuk ngeliat ka juli juga. Aku tau kalau ka juli makan disini, lalu berbelanja bersama teman perempuan ka juli. Lalu kalian berdua pergi menuju club. Terus kalian ketemu dengan tiga cowo yang kutebak salah satunya adalah teman dekat dari teman wanitamu itu. Lalu kalian mulai minum-minum, lalu aku tidak tau apa yang terjadi karena aku ke toilet, kalian menghilang dari meja kalian. Aku mencari ka juli hingga ke basement, dan aku bisa menyimpulkan bahwa ka juli diculik oleh teman dari perempuan itu. Tapi aku tidak dapat melihat dimana perempuan itu saat sudah di basement. Disaat aku mau menjemput ka juli, aku dihadang oleh dua teman pria yang menculik ka juli. Aku terpaksa melawan mereka, lalu menyusul ka juli yang ternyata akan dibawa kerumah dimana kita bertemu tadi. Aku kembali melawan semua orang yang ada disitu beserta pria yang ada di club dan menculik ka juli itu. Aku tidak tau apa yang terjadi jika hari ini aku tidak berencana untuk menemui ka juli. Dan aku tidak mau membayangkannya. Itu sangat menyakitkan buatku. Kamu adalah satu-satunya kakakku, dan aku gamau hal-hal buruk terjadi kepada kakak. Maafin aku kak jika aku belum bisa jagain ka juli.” Kataku menjelaskan semuanya.

Setelah ka juli mendengar semuanya, ia jatuh dalam tangisannya sambil memelukku. Aku tau hal ini sangat berat bagi dia. Aku juga harus mengatakan, bahwa beruntungnya, aku benar-benar berada disituasi ini, karena jika aku tidak berpikir untuk datang ke ka juli...well....kalian tau lah bakal kayak gimana.

Hening terjadi untuk beberapa menit, hanya ada isak tangis ka juli yang perlahan mulai memelan tapi sambil memelukku. Aku pun tidak melepas pelukannya, sambil mengelus pelan rambutnya.

“tenang kak, jebe ada disini kok. Aku gaakan biarin hal itu terjadi lagi sama ka juli. Karena aku sayang sama ka juli. Aku akan selalu berusaha buat lindungin kakak.” Kataku menenangkannya sambil menatap matanya dalam-dalam.

“te-terimakasih banyak be, aku benar-benar gatau lagi apa yang terjadi, kalau kamu nggak ada tadi. Mungkin aku sudah menjadi perempuan paling hina.”

“udah kak, gausah dibahas lagi, gausah dilanjut-lanjut lagi. Mending kita tidur aja yuk kak, biar paginya udah fit lagi, mungkin kita bisa jalan-jalan hehe.”

“ah kakak takut ah kalau tidur seranjang, entar kamu apa-apain lagi hihihi.” Canda ka juli padaku sambil tertawa. Ah aku rindu canda tawanya, apalagi senyumannya itu. Senyuman yang bisa meruntuhkan benteng emosi sebesar apapun. Senyuman yang penuh ketulusan.

“ehh nggaklah, aku tidur di sofa itu aja.”kataku sambil menunjuk sofa yang ada di sisi lain ruangan.

“kalau kamu tidur di sofa, ka juli marah sama kamu.” Ancamnya

Kalau sudah gini, mau gamau aku harus nurut. Marahnya kak juli itu sangat seram, yaitu diam. Benar-benar diam, tidak berkata apapun. Bener-bener mental pressure bagi pihak yang menjadi subjek kemarahan kak juli. Tentu aku gamau itu kejadian, jadi aku ikut aja tidur seranjang sama kak juli. Rasa-rasanya tidak akan ada yang terjadi juga, lagipula aku ngantuk. Jadi kurasa gapapa lah ya. Setidaknya itu pemikiranku saat itu.

.
.

Aku kembali terjaga, ketika mulai kurasakan ada sebuah sentuhan halus disekitar dada dan perutku. Ada apa yang sedang terjadi ini? Apakah tanganku? Tapi rasanya bukan. Tanganku tidak sehalus ini. Berarti.... ini adalah tangan...

Aku membuka mataku dan melihat ka juli yang sedang menatapku dengan dalam. Sangat dalam, seakan matanya berusaha menyampaikan ribuan hal yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata.

“K-kak juli...”

“jebe, mulai sekarang panggil aku juli jika kita sedang berdua saja. Kamu mau nurutin kan?”tanyanya dengan pelan.

Aku mengangguk saja mengiyakan apa kemauannya.

“bagus...”

CUUPP

Kak juli mengecup bibirku kembali. Sangat pelan, tapi menghayati setiap mili dari bibir kami yang saling menempel ini. Lalu ia melepasnya.

“Aku sayang kamu, be.”

“aku juga sayang kamu, kak jul-maksudnya juli.”

“aku sayang kamu lebih dari yang kamu ketahui.”

“m-maksudnya gimana kak?” aku mulai bingung.

“kamu gaperlu tau kaya gimana. Intinya aku sayang kamu be. Always will.

Lalu ka juli kembali mengecupku. Kecupannya kali ini lebih dalam dan hangat. Sepertinya ini lampu hijau buatku. Aku membalas kecupannya perlahan, tidak terburu-buru, dengan penuh ketelatenan aku mulai membuka bibir ka juli dengan bibirku dan kami berciuman selama beberapa menit. Saling menelisik satu sama lain. Saling memberi rasa satu sama lain.

“kamu maukan nemenin aku malam ini, sampai pagi nanti?” tanya ka juli dengan tatapan sayunya.

“kapanpun kamu butuh jul, aku akan selalu menemani dirimu.”

“Ah, jebeku. Kenapa kita harus tinggal serumah selama ini. Padahal jika tidak, aku mau jadi pacarmu. Sangat mau.”

“yaudah kak, jadi pacarku aja.” Jawabku sekenanya.

“sshhh.. ju...li. ingat baik-baik.” Balasnya dengan senyuman yang sangat....ah sudahlah.

Kami kembali saling berciuman. Lebih intens dari yang sebelumnya, saling mengulum, seolah tak mau kalah. Entah siapa yang memulai duluan, kami sudah tidak berpakaian sekarang, hanya tersisa cd-ku dan cd-nya. Kami melanjutkan dengan saling meraba satu sama lain, lalu berpelukan, sambil aku mengecup lehernya yang membuat ka juli menggelinjang. Sepertinya leher merupakan titik sensitifnya. Lalu ciumanku turun menuju buah dadanya yang bulat dan sangat pas untuk digenggam, menciuminya satu persatu, kiri, kanan, kiri, kanan. Lalu kembali mencium bibir ka juli yang sangat indah itu membuatku tidak ada puasnya untuk menciuminya. Ka juli pun aktif meraba-raba seluruh badan atasku, diciuminya dadaku yang bidang ini dan perutku yang cukup berbentuk lalu menatap kagum padanya.

“Oh jebe, kamu ganteng sekali sayang.”

“kamu juga jul, gaada bosen-bosennya aku menjelajahi setiap bagian tubuhmu.”

Tanganku mulai berpindah dari dadanya itu menuju daerah terdalam darinya, sebuah daerah yang sangat dilindungi itu dari tangan-tangan yang tidak punya akses terhadapnya, tetapi sepertinya aku sudah mendapat persetujuan dari pihak terkait. Aku mulai menyentuh bagian terluar vaginanya yang ternyata sudah mulai basah. Ka juli pun tak mau kalah, ia meraih batangku yang sudah mengeras ini sambil mengocoknya perlahan.”

“sudah jul, kali ini, biar aku aja yang bekerja. Aku akan bikin kamu sangat puas, sayang.” Kataku.

Lalu aku turun kearah vaginanya yang seperti sudah siap. Aku memerhatikan setiap detail kepunyaannya itu. Dengan sedikit bulu yang dicukur rapih, dan bentuknya yang tembem itu rasanya inginku makan saja. Aku menggunakan jariku untuk membuka sedikit celah, lalu masuk kedalam lubangnya yang sempit itu, lalu mengeluarkannya dan mulai melakukan ekspansi dengan misi pencarian sebuah organ bernama klitoris. Ketika aku mendapatkannya, dengan bantuan tanganku, aku menjilatinya dan menghisapnya pelan, lalu melihat kearah kak juli yang sudah merem melek keenakan atas perlakuanku ini. Baguslah. Setelahnya, aku mulai menjilati vaginanya yang tembem itu yang membuat kak juli kembali menggelinjang hingga akhirnya mencapai orgasme pertamanya. Memang benar, lidah itu tak bertulang, tapi bisa ngangkat pinggang. Sangat kuat.

“gilaaa, gilaa kamu bee, akhhh enak bangeeeett. Baru kamu jilat aja udah beginiii ahhhhh!!!!!”

Kata-kata dari ka juli barusan seperti setruman bagiku untuk melakukannya lagi. Kembali aku mengulang kegiatanku dari awal. Menciumi bibirnya yang buat aku pusing itu, lalu dadanya yang memabukkan, lalu vaginanya yang sempit itu seperti siap untuk menerima tamu yang ingin masuk kedalam.

“Jul, ini pertama kalinya bagiku. Perjakaku sebentar lagi akan hilang olehmu. Tapi aku sangat senang. Terlalu senang mungkin. Hehe.” Aku sangat senang, karena akhirnya aku bisa merasakan sendiri apa yang disebut bercinta, tidak hanya menonton video, atau membaca cerita. Karena akhirnya aku melakukannya.

“iyyyaaah sayanggg, masukinn yaa aku mohon beee?” kak juli sudah terlihat sangat tidak tahan karena birahinya dibuat naik turun.

Aku mengarahkan batangku yang sudah sangat keras kearah vaginanya, lalu menggesekkannya sebentar, karena ka juli sudah sangat tidak tahan. Baiklah. Semua akan berubah mulai saat ini. Here we go.

BLESSSSS.

Percobaan pertamaku langsung berhasil memasuki lubangnya. Sekitar setengah dari batangku sudah mulai memenuhi liang senggamanya itu.

“Aahhhhhhhhh, enak bangeeeet sayaangg.” Ucap ka juli yang sudah mulai meracau.

Perlahan aku mulai memasukkan seluruh batangku kedalam liang cintanya kak juli. Aku merasakan sensasi yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Sensasi dimana batangku seperti diremas-remas oleh lubangnya yang sempit itu. Ini sangat enak. Aku tidak pernah tau kalau bercinta akan seenak ini!

Aku mulai memompa penisku dengan tempo yang teratur. Maju. Mundur. Maju. Mundur. Kak juli hanya bisa mengerang keenakan dengan posisi missionary ini. Aku bisa menatapnya langsung, dan ketika ia menatapku, langsung saja aku mencium bibirnya dengan penuh nafsu sambil memompa batangku. Dadanya pun tak luput dari perhatianku, setelah mengecup bibirnya, aku kembali menciumi dadanya yang bulat itu dari kiri, ke kanan, kiri lagi, kanan lagi.

“ahhh, ahhh, ahhh enaaakkk bee, terusin jangan berhentiii!!! Aku keluarr, aku keluaaaaarrrr!!!”

Ucap dia setelah mengalami orgasme keduanya, setelah itu dia melemas, nafasnya tidak karuan. Tapi nampaknya joniku masih belum mau menunjukkan tanda-tanda kalau dia akan muntah karena diajak maju mundur terus. Lalu aku mengganti posisiku, menuju posisi favoritku, doggy style. Aku mengarahkan agar dia menungging, lalu aku memasukkan lagi batangku kedalamnya.

BLESSS.

Kali ini dengan lancar, batangku langsung tenggelam dalam liang cintanya itu, mungkin karena sudah sangat basah, jadi masuknya sudah gampang. Aku melakukan posisi ini kurang lebih 10 menit sambil meremas pelan dadanya yang gila itu. Sementara ka juli sudah mulai meracau tidak benar, dan hanya mendesah saja, karena sudah cukup lemas akibat dua orgasme sebelumnya. Tak ingin menyianyiakan kesempatan, aku sambil menciumi punggung mulusnya itu dan juga lehernya yang merupakan titik sensitifnya itu. Cengkeraman vagina dari kak juli nampaknya sudah membuat batangku pusing dan ingin muntah. Aku mempercepat gerakanku, dengan sekuat tenaga melakukan penetrasi sambil menunggu saat-saat bahwa batang ini akan mengeluarkan cairan cintanya.

“juull, aku mau keluaarr.”

“keluaarin di dalem ajahhhhh, akuuuu lagii nggaaa suburr ahhhhh enaak bangeet akuuu mauu keluaar lagii sayaangg.” Balas kak juli yang sudah tenggelam dalam kenikmatan percintaan ini.

Sedikit lagi. Sedikit lagi. Sedikit lagi. Dan......

CROOOOT, CROOOTT, CROOOOTT

Satu, dua, entah berapa tembakan dikeluarkan oleh senjataku ini setelah membenamkan sedalam-dalamnya di liang senggamanya itu, bersamaan dengan orgasme ketiga kak Juli. Nafasku terengah-engah, setelah permainan yang sangat nikmat ini, lalu jatuh dalam kasur dan memeluk kak juli. Aku sangat lemas, tapi sangat puas.

Kak juli, aku sayang kamu.

Kami pun tertidur dalam posisi berpelukan.
.
.
Paginya kami terbangun, berciuman sebentar, lalu sarapan. Setelah sarapan, ternyata permainan nafsu dilanjutkan hingga kami mencapai orgasme bersama, lalu tertidur lagi.
.
Sekarang hari Minggu sore. aku sedang merebahkan tubuhku dikasur Kak juli. Rencana awal ku untuk mengunjungi Kakak sepupuku itu berubah total—meskipun akhirnya tetap dapat mengunjunginya, atau mungkin lebih dari sekedar mengunjungi. Ternyata bukan hanya diriku yang mengunjungi, tetapi juniorku juga ‘bertamu’ kepada kak Juli.

Aku menikmati apa yang sudah terjadi pada diriku ini. Salahkah atau tidak? Tentu aku tidak tau, karena persepsi orang tentang salah dan benar saja sudah berbeda-beda. Aku hanya berusaha menikmati semua proses yang ada dalam hidupku ini. Hidup itu menyenangkan, setidaknya saat ini.


Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Selamat malam para suhu dan pembaca sekalian.

dimalam kamis ini, kita update 1 part dulu ya.

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembaca yang masih menunggu kelanjutan dari jebe si orang ganteng tp rada bloon ini.

Saya juga memohon maaf kalau belum bisa membalas komennya satu-persatu. tapi yang jelas semua saya baca, dan menyemangati saya untuk selalu menyempatkan waktu untuk menulis cerita, meskipun ditengah kesibukan rl.

Semoga kita semua sehat selalu. Selamat malam.

btw btw btw ini pertama kalinya ts nulis scene fighting yang panjang, dan akhirnyaa ada SS horeeeeeeeeee.

maaf yaahh kalau masih jauh dibanding ss cerbung-cerbung lainnyaa.

Jadii kalau ada saran dan kritik mohon untuk disampaikannn.

oke gitu dulu aja gaes yaa, dont forget to like comment and subscribe. peace out!!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd