Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life of JB

Part 10 A – Sisi Lain.


Mari kita melihat sejenak apa yang terjadi kepada jebe pada seminggu pertama ia menjadi mahasiswa dikampus.

Senin, ia menemukan kerabat sekaligus partner kuliah yang ia harapkan bisa bertahan sampai lulus—Himpunan Keset. Selain partner kuliah, ia menemukan juga partner ngegym-nya, yaitu si Komdis galak Gaby, yang tetap galak padanya, tapi seperti manja kepada jebe disaat yang sama. Waktu berjalan begitu cepat hingga sudah hari sabtu saja, dimana ia bertemu dengan Yoceline saat sedang nongkrong dengan kawan-kawannya itu. Pertemuannya dengan yoceline membuahkan sebuah kejadian lain, yaitu menjadi pasangannya dalam acara ulang tahun yang dibuat oleh sasha, teman dari yoceline.

.

Lalu saat ini, Jebe, Yoceline, Sasha, serta beberapa orang lainnya sedang berada disebuah ruangan privat—katakanlah kamar sasha—yang sangat luas, hampir seukuran sebuah ruangan kelas di sekolah. Mereka sedang bermain truth or dare, sebuah permainan yang sudah sering kita temui, maupun kita sendiri yang memainkannya. Biasanya, permainan ini tidak jauh-jauh digunakan sebagai sarana untuk ngerjain orang lain, seperti bertanya aib-aib yang sebenarnya tidak penting, tapi tetap saja ditanyakan, atau melakukan tantangan, seperti confess kepada orang yang kita suka, atau apapun lah itu yang biasanya aneh-aneh.

Tapi jebe cukup yakin, truth or dare...or drink lebih tepatnya yang akan mereka mainkan ini akan sangat berbeda dengan apa yang mungkin akan terjadi. Tapi baju udah basah duluan, mending nyebur aja sekalian. Suara dari luar ruangan juga sudah tidak terlalu banyak, selain karena acara inti sudah selesai, memang ruangan ini agak berjarak dengan ruangan utama tempat acara tadi diselenggarakan.

“okay, ladies and gentlemen, let’s play it, shall we?” Sasha kembali melanjutkan ucapannya tadi.

Rulesnya sangat mudah, seperti permainan ToD pada umumnya. Tetapi,” Sasha tersenyum menyeringai. “kita akan menggunakan botol wine yang sudah kosong ini, dan memutarnya. Jika kalian mendapat giliran, namun menolak untuk menjawab, atau melakukan tantangannya, kalian harus meminum segelas penuh wine ini. Mudah, bukan?” Lanjutnya sambil menunjuk beberapa botol wine yang sudah siap menjadi teman bermain mereka malam ini.

Kami semua mengangguk. Aku pun mengangguk, berharap saja tidak akan berakhir buruk bagiku. Karena pertama, aku pergi bersama yoceline, menggunakan mobilnya. Otomatis setidaknya aku atau yoceline harus tetap sober sampai kami pulang ke apartment yoceline. Kedua, besok sudah masuk kuliah. Akan konyol jadinya kalau aku masuk ke kampus dengan bau alkohol yang masih menyengat. Meskipun kampusku bebas dalam artian tidak ada larangan untuk merokok atau minum, tapi kami sendiri dituntut untuk berlaku sopan ketika sudah berada di area kampus terlebih didalam kelas.

Semoga ini berakhir tidak buruk, batinku.

Akhirnya, permainan pun dimulai. Sasha memutar botolnya, dan moncongnya berakhir didepan perempuan yang duduk disampingnya—sebut saja namanya adalah Tasya.

“Hehe tasya, truth, or dare?

truth.” Jawab tasya singkat.

“baiklah, izinkan aku bertanya. What’s your biggest sin in your college life?” pertanyaan sasha sangat mengagetkanku. Seperti dugaanku sebelumnya, tidak akan ada pertanyaan ataupun tantangan remeh-remeh dalam permainan ini.

Tasya sempat terlihat kaget, namun sesaat kemudian sudah tersenyum seakan pertanyaan ini biasa saja baginya. Tidak ada tanda-tanda kalau ia akan memilih untuk meminum segelas cairan beralkohol itu. Ia pun memulai sesi pengakuan dosanya.

Semester lalu, tepatnya menjelang pekan ujian akhir semester, ia melakukan sebuah perbuatan yang memang bisa dikatakan kelewatan alias jancuk bisa-bisanya loh. Tapi ya namanya hidup, yang ga dikira-kira juga bisa kejadian kok. Jadi, dalam suatu mata kuliah, tasya kebetulan adalah penanggung jawab kelasnya. Jadi tugas-tugas maupun informasi dari dosen akan diberi kepada tasya dahulu, sebelum diteruskan kepada dosen. Di kelas ini, ada suatu mahasiswi yang terkenal sebagai free rider alias modal nama doang. Absen selalu nitip sama temen, dan hanya datang ketika presentasi. Udah begitu, kadang suka marah-marah sama teman kelompoknya kalau sudah mendekati waktu presentasi, tapi bahan belum selesai. Padahal, orang ini kerjaannya hanya duduk manis, dan mentok membantu copy paste link artikel sebagai bahan presentasi. Selebihnya? Ia ngilang. Begitu saja.

Karena perilaku yang tidak baik ini, tasya berencana untuk membuat orang ini jera dan tidak akan melakukannya di mata kuliah lain. Tapi sepertinya ia kelewatan. Jadi pada tugas akhir, ketika semua orang sudah mengumpulkan tugasnya kepada tasya, ia dengan/tanpa sengaja tidak mengirimkan tugas dari si pemalas ini kepada dosen. Mengingat tugas akhir ini merupakan salah satu penilaian penting dengan bobot 35% dari total penilaian, 35% lainya adalah nilai Ujian Akhir Semester dan 30% lagi adalah Ujian Tengah Semester.

Alhasil, berkaca dari tingkat kemalasan orang ini, nilai ujiannya hanya berada di range huruf B-, dan nilai ujian tengah semesternya yang mendapat nilai C, serta nilai E pada tugas akhirnya—karena tindakan dari tasya—ia tidak lulus dalam mata kuliah ini dan harus mengambil ulang pada semester depan.

Ketika aku selesai mendengarnya. Aku tidak tau harus bereaksi seperti apa. Di satu sisi, tindakan tasya memang kurang ajar. Ia dengan sengaja—setidaknya itu asumsiku—menghalangi seseorang untuk lulus mata kuliah. Tetapi terlepas dari hal itu, agaknya orang ini memang pantas mendapatkannya, karena ulahnya selama satu semester itu yang kurang ajar dan menyusahkan teman-teman kelompoknya.

Yoceline dan yang lain pun hanya terdiam setelah mendengar pengakuan itu. Berusaha menginterpretasikan informasi yang baru ia terima dengan maknanya masing-masing. Sasha pun tersenyum mendengar pengakuan sahabatnya ini.

“pasti orangnya itu si *sensor* ya? Denger-denger ia emang nggak lulus dimata kuliah itu.” tanya sasha penasaran.

“ah, sasha. You know me so well.” Setelah itu tasya mengelus kepala sasha pelan.

Anjir. Udah kayak hal remeh aja ya. Tapi emang sih, tindakan manusia sangat susah diprediksi. Kita ambil aja hikmahnya. Intinya, buat kita yang lagi kuliah, jangan begitu ya. Biaya yang dikeluarkan buat kuliah nggak dikit loh. Kita harus menghargainya dengan belajar dengan baik. Kalaupun malas, jangan nyusahin orang. Pelajaran untuk kita semua. Mario teduh golden ways.

Permainan pun dilanjutkan. Tasya memutar botolnya, lalu tak lama terhenti di Yoceline. Tasya tertawa, yoceline menepuk jidatnya.

babe, truth.. or dare?” tanya tasya kepada yoceline.

“dah lah gue pilih truth aja. Dare dari anak kurang ajar kayak lu pasti bakal gila.” Jawab yoceline yang sukses membuat tasya tertawa kegirangan.

“okay, okay. Truth, yaa? Hmmmm.” Tasya berpikir sejenak untuk mencari pertanyaan yang dapat memuaskan hasratnya setelah harus mengaku dosa tadi. Balas dendam harus dilakukan.

“jika diruangan ini hanya ada elu, jebe, dan gebetan...atau gue harus bilang mantan gebetan lu yang anak TYW itu. Who would you like to having sex with?”

Yoceline diam. Ia sangat tahu bahwa perempuan ini baik truth ataupun darenya pasti gila. Ia seperti berpikir, haruskah ia menjawab? Atau minum saja? Tapi masa baru mulai udah minum aja? Nggak banget deh.

Kembali aku dikagetkan dengan pertanyaan aneh lagi. Tapi, anak TYW? Salah satunya kan Dio yang mau nyulik Kak Juli dan membawanya ke tongkrongannya itu. Apa jangan-jangan emang Dio? Tapi kan ia punya pacar—emily. Lagi pula, TYW ga melulu tentang dio dan anak buahnya itu. Bisa jadi orang lain. Kenapa juga aku harus pusing-pusing mikirinnya. Yoceline sama aku juga ga terikat apapun.

Yoceline membuang nafas. “ gue lebih memilih Jebe.” Jawabnya singkat.

HAH??? Dia milih aku buat jadi teman esek-eseknya daripada sama gebetannya sendiri. Aku harus sedikit berbangga diri gaksih? Hehehehhe.

“Seperti yang gua pikirkan. Gimana yo? Ga sulit kan? Malam juga masih panjang. Masih akan banyak hal-hal lain yang akan keluar. Hihi.” Tasya nampaknya sudah bersiap dengan berbagai amunisinya baik untuk menyerang maupun bertahan. Amazing.

Permainan kembali dilanjutkan. Kali ini giliran yoceline memutar botolnya. Moncongnya berhenti di laki-laki yang bernama zidan.

“halo zidan. Truth or dare?” tanyanya.

“Gue sebagai laki-laki tentu akan memilih dare.”Jawab zidan dengan yakin.

Kepercayaan diri yang tinggi. Sepertinya ia akan siap dengan tantangan apapun.

kiss your boyfriend, zidan.” Perintah yoceline.

Bajirut. Kaget aing. Ternyata oh ternyata. Dibalik perawakan maskulin, badan tegap, tetapi....

Ternyata hal yang terjadi selanjutnya lebih membuat aku kaget lagi. Ia tidak melakukan darenya, melainkan minum segelas wine yang sudah disiapkan.

“maaf, tapi gue malu kalau harus melakukannya terang-terangan. Gue sama dia masih backstreet.” Kata zidan sambil menatap cowonya yang berada disampingnya itu. nampaknya pasangannya pun memakluminya.

Sejujurnya aku tidak masalah dengan orientasinya seperti ini. Aku yakin mereka punya pendapat mereka masing-masing, yang jika kita perdebatkan nggak akan ada habisnya. Tapi aku berusaha untuk tidak menghiraukannya saja.

Botol kembali diputar oleh zidan, dan mengarah kepada seorang perempuan bernama ayu. Nampaknya mereka sudah akrab, karena ketika ayu yang mendapat giliran, zidan tertawa cukup kencang dan ayu hanya senyum-senyum saja.

“udah aku pilih dare aja, zidan.” Ayu langsung meminta tanpa disuruh.

“Oke kalau itu maumu. Kiss your girlfriend.” Suruh zidan yang segera diangguki oleh ayu.

Dan terjadi lagiiiiiiii~

Kisah barusan yang terulang kembaliiiii~

Tapi yang ini aku suka suka sajaaaaaa~


Iya, aku suka. Lebih kearah tidak menolak sih. Ayu dengan sigap langsung mencium bibir sang kekasih yang disambut hangat oleh lawan mainnya. Mereka berciuman pelan cukup lama, sebelum akhirnya suasana menjadi lebih panas ketika mereka sudah membuka bibir sedikit yang langsung disambar masing-masing. Bunyi pertemuan bibir yang khas itu sudah tidak terelakkan lagi. Lengan ayu sudah berada di leher sang pacar, dan tangan pacar memeluk pinggangnya dan menariknya lebih dekat lagi. Keadaan semakin panas. Jika tidak dilerai..

“hey hey, udah udah. Kita masih main loh. Save it for later.” Ucap zidan menghentikan pergumulan ayu dengan pacarnya itu. ayu hanya senyum-senyum saja.

Yah, pertunjukkan berakhir. Penonton kecewa. Mau lanjuttttttt.

Permainan gila ini kembali dilanjutkan. Ayu memutar botolnya dan menunjuk kepada sasha, sang empunya acara.

“shaa, truth aja yaa pliss pliss.” Ucap ayu memohon kepada sasha dan dibalas dengan anggukan pelan.

“shaaa, gue gaakan nanya yang aneh-aneh, meskipun gue pengen. Tapi gue lebih penasaran. Kenapa lo buat birthday party ini? Gak kayak biasanya. Terakhir lu bikin acara gini pas sweet seventeen kan? Kenapa udah tiga tahun kemudian baru buat lagi? Jujur gue penasaran. Bukan berarti gue ga seneng. Gue seneng, banget malah. Makanannya enak-enak hihih.” Tawa sang penanya setelah menyampaikan keresahannya itu.

“ah, mungkin ada baiknya kalau gua ceritain juga ya kenapa gua mau buat acara ini.” Jawab sasha dengan nada serius. Seperti ada sesuatu yang penting yang menyebabkan acara ini dilakukannya.

“sebenernya, alasan gue buat acara ini adalah, karena ini akan jadi minggu-minggu terakhir gue di Indo. Sekitar dua atau tiga minggu lagi, gue bakal kuliah di Luar negeri, sekalian ikut nyokap dan bokap gue yang udah menetap disana. Gue juga gatau apakah setelah studi gue selesai, gue bakal balik ke indo atau ikut menetap bareng orang tua gue. Maka dari itu, gue berusaha membuat kesan terakhir gue kepada kalian semua, sebelum gue pergi.” Penjelasan dari sasha membuat kami terdiam sejenak untuk mencerna apa yang baru saja kami dengar.

Sedih dengernya. Dia berusaha membuat kenangan berkesan terakhir dengan teman-temannya dengan membuat acara megah ini. Horang kayah emang punya caranya sendiri ya buat ngucapin perpisahan.

Keadaan mulai sedikit mellow sekarang. Aku melihat beberapa mulai tertunduk setelah mendengar fakta dari acara ini, dan kepergian dari sasha sebentar lagi.

“eh udah apaa? Ngapa jadi mellow gini sih? Kita kan lagi main, mau hepi-hepi. Sebagai hukumannya karena lo semua jadi sedih, lo semua harus minum segelas penuh ya. Gaada penolakan!!” Perintah sasha tegas kepada kami semua. Mau tidak mau, ya kami ikutin saja. Gapapa lah ya minum tipis-tipis. Asal bisa tetep sadar sampai akhir deh.

Setelahnya, permainan gila ini masih dilanjutkan, botol kembali diputar beberapa kali. Satu dua orang mulai kehilangan keseimbangannya. Bicara udah mulai ngelantur. Tapi ada yang aneh. Tak sekalipun botol mengarah kepadaku. Jujur, aku harus senang, atau was-was? Karena biasanya kalau udah kayak gini kondisinya, sekali kena, bisa wow hasilnya. Aku melihat baik sasha dan yoceline masih bertahan melawan kesadaran mereka yang perlahan turun.

Sampai akhirnya...

“HAHAHAH akhirnya kena jugaa kamu beee!!!” Teriak yoceline kegirangan melihat sang botol akhirnya menunjuk kepada aku, satu-satunya laki-laki yang masih bertahan di permainan gila ini. Sebenarnya aku bukanlah peminum aktif. Minum juga jarang-jarang. Terakhir ketika masih di SMA. Masa dimana kita lagi suka-sukanya nyoba hal baru. Sukur-sukur hal bagus. Tapi ada juga masa dimana kita nyoba hal-hal yang seharusnya belum waktunya untuk kita, tapi tetep aja dilakukan. Tapi minum adalah batasan terakhir ku. Aku tidak akan menyentuh barang haram seperti N atau G.

Kembali lagi ke situasi tadi.

Dari delapan orang yang ikut bermain, tersisa diriku, sasha, dan yoceline yang masih sanggup bermain. Sasha yang memutar botolnya dan menunjuk kepadaku terlihat lebih sadar lagi. Apa jangan-jangan ia memang menunggu momen ini ya? Makanya tiba-tiba fresh lagi.

“Jebe, you can’t get lucky forever. Karena kamu juga baru dapet sekarang, jadi kamu gaboleh milih truth atau dare. Semua tergantung dari aku.” Ucap yoceline tiba-tiba. Meskipun harusnya sasha yang mengambil alih, tetapi ia setuju dengan permintaan dari sahabatnya itu.

Doakan aku ya kawan. Semoga yang kudapat tidak kacau. Sukur-sukur kalau berbuah yang enak. Hehehe.

“Jebe, aku mau kamu kissing sama sasha selama satu menit. Ini dare untukmu.” Perintah yoceline pelan sambil tersenyum.

Kaget? Pasti. Seneng? Iya. Berani? Berani.

Sekarang tinggal sashanya aja bersedia atau nggak.

come here, be. I am your prize.” Sambut sasha dengan sangat seduktif. Nampaknya ini lampu hijau. Okay, jika setelah ini hal-hal diluar perkiraan terjadi, siap-siap aja ya.

Aku pun mendekat kearah sasha, sama seperti ia yang mendekatkan wajah cantiknya kepadaku. Tidak. Lebih tepatnya, ia duluan yang menyambarku.

Kami berciuman perlahan selama beberapa saat. Seperti memberi salam pembuka kepada masing-masing pemilik bibir. Tapi dapat kurasa bahwa sasha tampak sangat bergairah saat ini. Berawal dari ciuman pelan, bibir kami saling membuka dan mulai saling melumat. Permainan sasha yang mulai ganas, perlahan aku imbangi dengan melumat kembali bibirnya yang dibalut lipstick peach itu. Setelah melakukan french kissing selama hampir lima menit lamanya, lidah kami juga mulai ikut bermain, seiring dengan tangan kami yang mulai aktif menggerayangi apasaja yang bisa diraih.

Aku mengelus punggung halusnya yang sangat bebas tanpa ada kain yang melapisinya itu, lalu perlahan turun kepada sebongkah bokongnya yang indah itu. sasha pun semakin mendekatkan badanku kepadanya dan kami sudah menyatu dalam birahi yang sangat menggelora malam ini.

Aku pun berniat untuk membuka gaun pinknya itu untuk memudahkan diriku memberi sentuhan-sentuhan lanjut kepadanya. Aku menatapnya sejenak, menunggu izinnya. Ia hanya menatapku dengan tatapan sayunya, lalu mengangguk pelan. Aku pun membuka gaunnya yang di-resleting dibelakangnya itu, masih sambil menciumnya di bibir. Sesekali aku memberi tanda di lehernya yang tampaknya menjadi sisi sensitifnya karena suara lenguhannya yang cukup kencang dan semakin membangkitkan birahiku tentunya.

Sasha melakukan hal yang sama. Ia membuka jasku dan melemparnya asal, lalu mengangkat turtleneck yang masih menempel dalam diriku dan melemparnya juga. Ia sempat terdiam sebentar, karena melihat tubuhku.

your body is so good. I love it.” Bisik sasha ditelingaku lalu dengan cekatan ia segera turun kebagian dadaku dan menciuminya disemua sisi. Aku berusaha menahan geli sekaligus menahan birahi yang semakin tak tertampung ini. Aku harus meluruskan dulu semuanya.

“Tunggu sasha. Kamu yakin mau melanjutkannya? Aku tidak mau kalau ini hanya menjadi kesenangan satu sisi.” Tanyaku kepadanya untuk memastikan.

“iya be. Aku sangat ingin melakukannya dengan mu. Selain itu, aku kan hadiahmu. Kamu punya hak untuk menggunakannya.” Jawab sasha yang lalu tersenyum menggoda.

Oke, fix kita akan melakukannya.

“ekhemmm!” ada suatu suara yang tiba-tiba mengagetkanku yang saat itu ingin menggendong sasha menuju ranjangnya.

“seakan dunia milik berdua ya. Yang lain gatau kemana. Hihihi.”

Kami berdua menatap kepada sang pemilik suara itu. Yoceline.

“hihihi sorry babe. Aku udah gatahan mau lakuin sama pasangan kamu. Gapapa kan? Gapapa yaaa.” Ucap sasha yang sudah dalam mode nafsunya itu.

“boleh aja, sha. But in one condition.”

“apaa apaa yoo? Kamu mau apa?”

“Pastiin kalau kamu dapet multiple orgasm ya, hihihi. Pingin liat sahabatku ini teriak-teriak keenakan.”

“permintaaan kamu aneh. Tapi aku kok jadi makin nafsu ya dengernya. Gimana, jebe? Kamu bisa penuhi keinginan yoceline?”

Dengan segala keyakinan, dengan suara lantang tanpa dibuat-buat. “yes my queen. Anything for you.

Pede aja dulu yekan?

.

Kami pun melanjutkan permainan kami yang terhenti tadi karena intervensi dari yoceline. Kami kembali memompa nafsu kami yang sempat turun tadi. Berbagai rangsangan, sentuhan, dan elusan ku berikan kepada sasha yang sudah mulai keenakan. Ia pun tidak segan untuk merespon segala rangsangan yang kuberikan dan membalasnya.

“Emmhhh” erangan dari sang empunya bibir ketika aku menggigit bibirnya.

Kenikmatan demi kenikmatan. Lenguhan demi lenguhan. Semua diberikan oleh kami berdua demi memuaskan diri masing-masing. Semakin tenggelam dalam suasana, akupun membuka bra hitam yang sedang ia kenakan.

KLEKKK. Bra itupun turun dengan cantiknya menuju lantai, dan memperlihatkan apa yang selama ini bra itu tutupi. Sepasang buah dada yang sangat indah. Dengan puting dan areola berwarna pink muda itu, sangat mengundang untuk disentuh. Akupun yang semakin tidak tahan, tanpa berlama-lama langsung menangkupnya dan meremasnya perlahan. Putingnya yang menggoda itupun tak luput dari perhatianku. Sambil berciuman, akupun mengusapnya perlahan, lalu mulai memilin tonjolan itu yang sukses membuat sasha mengeluh lebih kencang lagi.

suck my nipples, please!” ucap sasha memohon yang langsung saja kulakukan.

Aku mengecup pelan puting itu, kiri dan kanan bergantian. Dari kecupan, berganti menjadi jilatan kecil di puting dan sekelilingnya, sambil tanganku aktif menggerayangi buah dada yang satunya lagi.

“ohhh jebe ini enak bangetttt. Punyaku kamu apaaain-ngghhh.” Tanya sasha yang sudah semakin tidak jelas karena sedang menikmati kenikmatan dunia.

Akupun mulai menyedot puting yang sudah mengacung tanda sudah siap untuk diserang itu. rasanya memang tidak bisa digambarkan lagi dengan kata-kata. Buah dadanya yang bulat itu sangat nikmat untuk kurasakan. Sasha pun sudah semakin meracau tidak jelas. Cuma kata-kata “ohhh” dan “ahhh” terdengar bergantian layaknya paduan suara. Aku pun semakin menambah kecepatanku dalam meremas buah dada kirinya selagi menjilat dan mengecup bagian kanannya.

“ahhh jebee aku udah gakuaa-AHHHHH” teriak sasha dan disaat yang sama badannya mengejang keatas, lalu melemas dan merebahkan diri di ranjang.

Orgasme pertamanya, ya? Padahal yang bawah belum disentuh. Baiklah. Round two.

“Masih mau lanjut, sha?” tanyaku berbisik di telinganya lalu menjilatnya iseng.

“masih-ahhhh. Kamu kira aku selemah itu-uuhhh.”

Jelas, bahwa keadaan sasha masih mengumpulkan nafas sehabis gelombang pertama yang sudah lewat.

“okeee sha, yang enak baru saja mau dimulai kok.” bisikku kembali lalu tersenyum kepadanya.

Aku mengambil langkah mundur kebelakang, lalu duduk berlutut dipinggir ranjang sambil mendekatkan bagian bawah sasha kehadapanku.

“siap-siap ya, hehe.” Pancingku kepada sasha yang tampaknya belum terlallu fokus karena masih sibuk mengumpulkan tenaga untuk ronde kali ini.

Aku membuka celana dalamnya perlahan, sambil mengagumi lekuk kakinya yang begitu indah. Sangat mulus tanpa cela. Sudah pasti ia sangat merawat dirinya sampai kebagian terdalam pun.

Setelah membukanya dan melemparnya asal, akhirnya aku melihat bagian yang paling ditutupinya ini. Liang kenikmatannya yang sudah basah karena orgasme pertamanya itu terlihat berwarna merah muda dan sedikit tembem, dengan bulu-bulu halus diatasnya yang dicukur rapih, sehingga terlihat sedikit saja. Definisi dari indah. Sangat.

you are so beautiful, sha.” Pujiku padanya.

Ia pun hanya tersenyum saja seakan memberi kode kepadaku untuk melanjutkan apa yang harus kulakukan.

Aku menyentuhnya dengan sangat hati-hati. Ingin memberi rangsangan dari yang terkecil. Aku mengelusnya dari atas kebawah, dan kuulangi beberapa kali. Lenguhan pelan kembali mengisi ruangan ini. Tampaknya dia sudah mulai lagi ya?

Berawal dari elusan halus, akupun mulai memasukkan jari telunjukku kedalam liangnya yang sudah basah itu. aku memasukkannya perlahan, lalu mengeluarkannya lagi. Selanjutnya, jari tengahku pun ikut membantu melaksanakan tugas yang kuamanahkan kepada jari telunjuk untuk memberi rangsangan lanjutan kepada sasha.

“aaahhh enaaak.” Erang sasha kembali selagi menikmati permainan jariku didalam dirinya.

Setelah kurasa cukup, selanjutnya aku mendekatkan wajahku kepada kemaluannya, berusaha merekam semua keindahan yang ada didepan mataku ini.

Aku mengecupnya pelan lalu mulai menjulurkan lidahku untuk menjilat kemaluan sasha ini. Tentu saja hal ini kembali membuat sasha mengeluh kencang.

“shiiitt enaak bangeettt. Ahhhh lanjutttinnn beee.” Racau sasha yang semakin membuatku bersemangat untuk melakukan rangsangan dengan lidahku ini.

Emang bener kalau lidah itu ga bertulang, tapi bisa ngangkat pinggang.

Selang beberapa menit aku melakukan aktivitasku ini, tampaknya sasha akan sampai pada orgasme keduanya. Liangnya sudah sangat basah kurasakan.

“Jebeeee, aku mau keluaar lagiii-ahhhhhh” Sasha kembali mengejang lalu mengeraang kencang. Setelahnya, sasha kembali ambruk. Nafasnya sudah tersengal-sengal. Tapi terlihat jelas wajahnya memancarkan rasa puas. Baguslah. Ternyata aku cepat belajar ya, hehehehhehehehe.

“masih mau lanjut lagi gaaak?”tanyaku kembali karena melihat kondisinya.

Kalo aku sendiri? Ya mau lahhh. Mau ngandangin jeje (jebe junior) lagi. Hehe.

“Bagian terbaiknya baru mau aja dimulai kan, bee?” tanya ia dengan suara pelan, nada seduktif, tatapan sayu. Kombinasi yang pas untuk membuat jeje makin siap ngamuk.

“oh, tentu. Aku akan puasin kamu sang ratu hari ini.” Jawabku yakin.

Permainan sesungguhnya akan dimulai.

.

Aku kembali menciumnya, melumatnya dengan intens selama beberapa saat sebelum aku mengeluarkan Jeje dari celana yang masih kugunakan saat ini.

Setelah dirasa cukup, akupun memberi kode kepada sasha untuk bersiap bahwa aku akan memasukkan jeje kedalam dirinya ini.

“aku masukin ya”

“udaaah gausaah banyaaak omonggg cepettt masukinnnn” pinta sasha kepadaku yang langsung kuturuti.

Aku mengarahkan ujung penisku tepat didepan liang milik sasha, lalu mengelusnya pelan dengan kepala penisku. Aku pun melanjutkannya dengan memasukkannya perlahan karena tidak ingin membuat ia merasa kesakitan. Inchi demi inchi kepunyaanku sudah mulai masuk kedalam liangnya yang sangat basah dan sempit ini. Agaknya sedikit lebih sempit dari punya kak juli.

“Akhhhhh itu apaan yang masuk, kok penuh bangeeett ahhh.” Kembali racau sasha ketika penisku sudah masuk setengahnya.

Akupun berinisiatif untuk memasukkannya semua kedalam sasha dalam satu hentakan.

Aku kembali mengarahkan diriku kepada wajah sasha dan mencium bibirnya dan menahannya selagi aku akan memasukan punyaku sepenuhnya... dan BLESSSSS.

Penisku sudah masuk sepenuhnya dalam liang senggama milik sasha, dan disaat yang sama aku menahan bibir sasha ketika aku tau bahwa ia akan mengerang. Aku lakukan itu agar ia tidak merasakan sakit.

“Ahhhhh udah mentoook. Punyamu gedee bee, enak bangeet. Ini yang paling gedee selama aku udah ngelakuin iniii-ohhhhh.”

Aku memulai penetrasiku secara perlahan dengan gerakan yang teratur. Kami saat ini dalam gerakan missionary. Sehingga aku bisa melihat wajahnya yang sudah keenakan itu. sangat gemas pikirku. Aku kembali menciuminya seakan tidak pernah puas dengan bibir seksinya itu. ia pun membalasnya sambil merangkul leher belakangku.

Keluar. Masuk. Keluar. Masuk. Erangan. Eluhan.

Semua seperti harmoni menurutku. Aku sangat menikmati permainanku kali ini. Mungkin juga karena kali pertama ku adalah dengan kak juli yang baru saja mengalami kejadian tidak mengenakkan, sehingga mungkin pikirannya tidak terlalu jernih dan fokus kepada permainan kami kala itu.

“shhhhh ini enakkk bangeett anjingggggg.” Ternyata sasha sudah tidak tahan dalam mempertahankan rasa kenikmatan ini sehingga kata kasar harus ikut untuk membantu. Aku hanya tersenyum saja mendengarnya dan masih terus memberi penetrasi.

Kami saat ini sudah saling menempel satu sama lain. Badan kami sudah menyatu dalam rasa kenikmatan yang ingin kami raih bersama sama. Sasha pun sesekali menahan erangan sambil menekan punggungku sampai rasanya aku merasa dicakar olehnya. Tapi rasa nikmat yang kurasakan ini mengalahkan rasa sakit atau lelah yang kurasakan mulai melanda.

Sampai akhirnya kurasa aku sudah tidak mampu menahan gejolak dalam diriku ini. Aku yakin sebentar lagi jeje akan menembakkan cairan putih itu. aku semakin mempercepat gerakanku.

“udaah ma-uu kelua-rr yaa kamu bee?” tanyaa iaa tersendat-sendat karena sedang berada dalam puncak birahi ini.

“iyaaa sha, kamu mau aku keluarin dimanaa?”

“di dalam ajaa-ahhh, aku lagi nggak subuu-Uuhhhh nikmatnyaa punyamu jebe. Aku bisa gilaa lama lamaa-oohhhh bangsaaat aku mau keluaarr.” Teriaknya.

“sebentaar lagi sha, kita keluar bareng-bareng yaa?”

Akhirnya aku sudah berada di titik maksimalku, dan aku memuntahkan semua cairan melalui jeje kedalam liang sempit milik sasha, juga disaat yang bersamaan, kurasakan ada yang membasahi penisku ini juga. Ia mencapai orgasme ketiganya malam ini bersamaku.

“Ahhhh gilaaaa enak banget tadi jebee. Kenapa kita baru ketemu sihhh?” racaunya asal saja yang membuat ku ketawa. Aku memandanginya sambil mengelus rambutnya yang indah itu.

“kamu juga, sha. Enak banget tadi. Makasih buat hadiahnya ya, my queen.” Ucapku lalu mengecup bibirnya singkat. Aku gatahan sama bibirnya itu. sangat menggemaskan.

“jebe, bisa janji sama aku satu hal?” tanya ia kepadaku, sepertinya serius.

“iyaa sha, kenapa?”

“Kamu tau kan kalau mungkin dua atau tiga minggu lagi, aku bakal keluar negeri untuk ngelanjutin studi aku? Aku bakal kangen dengan permainan kamu yang bener-bener gila ini. Jadi bisakah kamu berjanji satu hal? Sampai tiba saatnya aku pergi, aku ingin kita ngelakuin ini lagi. Sesering mungkin kalau bisa hihi. Aku udah gila sama punya kamu, bikin aku mau pingsan aja. Belum pernah aku nemuin cowo kaya kamu.”

Whaat? Aku gasalah denger nih? Permintaan dia adalah untuk memuaskan dia sesering mungkin?

“hah? Yang bener aja?” tanyaku kaget.

“Kenapa bee, kamu gamau ya?” sasha tampak sedikit sedih.

“Bukaan, yang bener ajalah kalau sampai aku tolak. Ya pasti aku mau lahh heheheh.” Jawabku sambil tertawa. Ia sedikit kesal lalu mencubit perutku.

“ihhhh dikirain nggak mau.” Jawabnya kesal.

“berarti tiap kita main bakal kesini sha?” tanyaku melanjutkan.

“nggak perlu laah, lagian ini juga kejauhan. Kita bisa ngelakuin di apartment aku, atau ditempat kamu mau? Hihihi.”

Wow wow wow jangan sampai ditempatku lah, kalau nanti diliat sama mang karyadi, terus dilaporin ke Ibu rahma yang punya kos, terus dia lapor ke ayahku?! No no no no. terlebih lagi kalau ketahuan sama temennya emily, lalu emily tau, gimana?

Eh, tapi apa hubungannya juga sama emily. Jebe lo kenapa sih? Malah mikirin emily. Emang dia siapanya lo? Ingaat, dia. Sudah. Punya. Pacar.

“di apartment kamu aja. Apa apartmentnya sama yoceline?”

“iya sama kok, cuman aku di tower A.”

Sialan. Sama kayak darma dong. Ah bodo amat kalau dia mah.

“hmm okeelah itu gampang kok cantikkk.”godaku padanya.

“Mau main lagi? Aku kayanya udah gakuat deh. Nanti aja kita bisa lakuin seharian kalau kamu mau kok hihi.”

“nggak kok, lagi pula ini udah malem. Udah jam sebelas malem. Aku juga kesini sama yoceline, jadi gaenak kalau dia nunggu kelamaan. Padahal niat awalnya aku yang harusnya nungguin, eh malah dia yang nungguin hehe.”

“biarin aja diamah be, paling lagi ngobrol sama yang lain di kamar sebelah. Pasti kan udah pada bangun juga.”

Akhirnya kami kembali berpakaian, dan menuju kamar sebelah untuk memeriksa kondisi teman-teman sasha ini. Setelahnya, kami pun berpamitan karena sudah malam dan kami semua ada kelas esok harinya. Saat aku kembali keruangan utama, kondisinya pun sudah sepi. Meja prasmanan tempat makanan juga sudah tidak ada, dan hanya ada beberapa petugas yang sedang membersihkan area ini. Parkiran juga menyisakan mobil yoceline dan dua mobil lain milik temannya tadi. Kami pun langsung pulang.


Bersambung...
 
Selamat malam para suhu-suhu dan pembaca sekalian.

Maaf baru update di minggu malam ini.

Kita update 1 part dulu ya, jadi khusus episode ini ada 2 part, part A dan B, karena masih di latar hari yang sama dan ceritanya masih nyambung.

Semoga berkenan, dan selamat membaca.

Kritik dan saran dipersilahkan supaya ts bisa membuat cerita yang lebih baik lagi kedepannya.

Stay healthy, stay safe kawan.

Sampai bertemu di part B!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd