Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life of JB

Part 13A – Ajakan.



Setelah berpisah dengan Emily sebelum menuju kelas masing-masing, aku mampir sebentar ke warung jajanan yang dijalankan oleh mahasiswa fakultasku. Ada berbagai jajanan, dan juga makanan yang dibuat oleh para mahasiswa sebagai bentuk bisnis kecil-kecilan, seperti dimsum, mentai, rice box, juga gorengan seperti martabak mini, risol, dan makanan yang kerap kita jumpai. Aku membeli 2 potong martabak mini dan susu kotak full cream. Karena aku merasa lebih suka saja susu yang tanpa gula, meskipun yang rasa coklat, stroberi, atau lainnya juga tidak kalah enak. Tetapi jika ada yang sama enaknya dan tidak ada kandungan gula, kenapa tidak?

Setelah membayarnya, akupun langsung menuju kekelasku yang ada dilantai dua. Pagi ini mata kuliahnya adalah Matematika Ekonomi dan Bisnis. Mendengarnya saja sudah bikin deg-degan. Tapi aku harus bisa lulus di matakuliah ini. Jika mata kuliah dasar saja nggak lulus, gimana nanti disemester tua aku bisa bertahan?

...​

Dua jam berlalu, kelas pun ditutup. Untungnya aku masih cukup familiar dengan beberapa materi yang diajarkan. Jadi aku bisa mengikutinya dengan cukup baik. Oh iya, dikelas ini aku tidak satu kelas dengan Darma, Fadhel, maupun Aldi. Karena mata kuliah ini menggunakan bahasa inggris sebagai pengantarnya, sehingga dari materi, pemaparan dosen, tugas, hingga ujian akan menggunakan bahasa inggris. Lalu kenapa aku mengambilnya? Karena ada peraturan fakultas ini kalau kita harus mengambil setidaknya 5 mata kuliah dengan pengantar bahasa inggris, sebagai salah satu syarat kelulusan. Cukup merepotkan, tapi jalani sajalah.

Aku pun membuka ponselku dan melihat kalau temanku sudah menuju ke kantin dan menanyakan apakah aku akan ikut. Aku menjawab ‘otw’ dan langsung menuju ke kantin yang letaknya agak jauh dari posisiku saat ini.

Sesampainya di kantin yang sudah ramai karena baru selesai jam pelajaran, aku mencari dimanakah keberadaan teman-temanku. Setelah mengelilingi kantin dari kiri kekanan, kelantai atas dan bawah, ternyata mereka ada dibalik tembok penyangga lantai dua, sehingga agak tertutup dari depan. Kulihat mereka sedang meminum jus alpukat dan bermain Remi.

“Woooii ada apaan nih rame-rame” Sapaku sambil menepuk pundak darma yang membelakangiku yang reflek saja kaget, tetapi seketika langsung mengambil tanganku dan sepersekian detik kemudian, dia sudah memeteng leherku. Wow, sepertinya dia mempunyai reflek yang sangat bagus, dan berpengalaman tentunya.

“weeh, weeh, santai ma fren. Kalem kalem.” Ucap fadhel yang melihat diriku dan darma ini yang sempat mengundang atensi dari mahasiswa lain yang duduk di meja samping. Aldi hanya geleng-geleng saja.

“dar. Mending lu jalan deh. Ini giliran main lu sekarang. Tuh gua baru keluarin king. Lu bales ngga?” Tanya aldi. Ternyata mereka sedang bermain capsa. Aku juga cukup sering memainkannya dengan temanku dulu saat SMA. Jam istirahat, jam pelajaran kosong, juga saat pelajara olahraga, dimana aku dan ketiga temanku lainnya cabut pelajaran dan berakhir kegepoleh guru dan dimarahi. Untung tidak sampai dipanggil orangtua. Lagian masa orangtua dipanggil Cuma perkara main kartu, gaada taruhannya juga kok.

Yang dipanggil pun menyahut. “oh gua ya? Nih dah gua keluarin king sekop.” Jawab darma sambil membanting kartunya. Takkk.

“bales gak dhel? Kalo ngga gua kecilin nih.” Tanya darma ke fadhel.

“yaudah dah kecilin. Masih banyak kartu rapor digua.” Fadhel pun menyetujui kata-kata darma barusan.

Takkk.

Royal Flush.
Darma mengeluarkan kartu 10, jack, queen, king, dan asnya. Itu jugalah kartu terakhirnya menandakan dia telah menang.

“pendusta bangsaaattt.” Maki fadhel. Darma pun hanya tertawa saja sambil merangkulku dan berkata “gimana? Jago kan gua. Udah siap main di Penang atau Macau sih ini.”

Aku pun hanya menanggapinya santai. “Iyee, lu yang paling jago, paling top dah. Sisanya silver-queen, toblerone, cadbury.

“bangsaaat kok gitu sih kamu sama aku bee. Aku gak suka deh.” Darma udah mode merajuk gajelas. Tidak perlu ditanggapi. Aku hanya diam tidak meresponnya.

“asu gua didiemin.” Maki Darma. Aku, fadhel, dan aldi pun hanya tertawa saja.
setelahnya, kami pun makan makanan yang kami pesan masing-masing. Fadhel dan aldi kompak memesan crispy chicken with barberque sauce, darma dengan mie ayam bakso, dan aku memesan nasi padang dengan lauk ayam bakar.

Setelah kurang lebih 20 menit kami makan, kami pun kembali bermain capsa selama beberapa game hingga kami sadar kalau ada kelas asistensi dalam 5 menit.

“Nyuk, ikut kelas asistensi ga?” tanya aldi pada kami semua.

“ikut lah. Setor muka itu penting brader.” Jawab Fadhel.

“ikut aja.”Jawab darma.

“yok, kali aja cakep asdosnya.” Jawabku asal.

“yeee lu mah nyarinya cewe mulu be. Udah ada sasha, terus temen lu siapa tuh namanya.... Yoce!” protes aldi kepadaku.

“Belom lagi tuh yak. Tau gasih lu pada? Jebe masuk instastorynya Gaby si komdis! Gila kan!” Lanjutnya. Wah ternyata aldi diam-diam tahu banyak. Semoga yang tentangku dengan Emily dia nggak tahu.

“hah serius lu di? Sianjing ini sampe masuk ig nya si FE cantik x komdis galak itu?” Tanya Fadhel tidak percaya.

“Beneran gua. Tapi alangkah baiknya biar si Oknumnya lah yang klarifikasi. Ini bukan ranah gua lagi” Aldi memulai siasatnya agar aku bercerita lagi. Sialan. Baru kemarin senin cerita banyak, sekarang harus cerita lagi kah? Apa yang harus kulakukan? Asuuu.

.

Ya, akhirnya kuceritakan kenapa aku bisa masuk di instagramnya gaby. Bagaimana pertemuan yang tidak direncanakan itu di Gym, mencari makan dan menikmati sunset bersama, hingga menjadi partner gym yang dimana sore ini aku akan bertemu dengannya.

Seperti biasa, Fadhel dan Aldi lah yang kaget. Mungkin ada rasa iri, dengki, benci. Tidak tahu juga. Memang merupakan pemandangan yang agak jarang, jika ada maba yang baru selesai ospek, sudah akrab dengan Komdis, ditambah seorang perempuan berparas manis itu.

Tapi tidak dengan Darma, reaksinya sama, saat aku bercerita tentang sasha itu. Apa jangan-jangan dia sudah tahu kalau...? atau dia kenal gaby? Atau gimana? Arghh darma ini memang agak berbeda dari duo biji dihadapanku ini. Dia seperti mempunyai misteri sendiri yang cukup besar. Tapi itu bukanlah urusanku. Jika dia ingin bercerita silahkan, jika tidak ya aku tidak akan memaksanya.

Setelah cerita itu, akhirnya kami langsung menuju kelas yang ada dilantai satu gedung B, tempat asistensi mata kuliah Pengantar ekonomi dimulai.

“kira-kira cakep ga yaa asdosnya?”tanya aldi sambil berjalan menuju kelas.

“ya ndak tau kok tanya saya.” jawab fadhel cuek.

Aldi kesel. Fadhel bodo amat. Darma ga ngurusin. Aku ga peduli. Perpaduan yang pas.

Aku pun membuka pintu kelas, dan melihat kearah kursi mahasiswa, dimana sudah cukup banyak terisi, mungkin hampir 30 orang. Tapi yang membuat ku terkejut adalah, mengetahui fakta kalau Asisten dosenku adalah....

Bang arik.

...

...​

Siang hari di sebuah area kampus. Adalah hal yang sewajarnya jika kantin mulai sepi, warkop belum terisi, warteg baru saja bersih-bersih. Mahasiswa sedang berada diambang memenuhi ambisi, ataupun sekedar menaruh atensi kepada materi yang sedang dipelajari. Tapi, tidak semua mahasiswa akan melaksanakan pembelajaran di waktu yang sama, contohnya adalah Nabil.

Belum jelas asal-usul dari pemuda berambut keriting-keriting ini. Nabil sebagai mahasiswa, adalah seseorang yang sedang mengambil jurusan Hukum. Tapi apakah nabil punya status lain diluar ke-mahasiswa-annya? Dia memang anggota dari TYW, sepertinya petinggi, dilihat dari rasa hormat yang diberikan oleh Ryan tempo hari. Dan hari ini sepertinya itu terlihat lagi.

“bang nabil!” Teriak Ryan dari depan kosan griya yelowa, atau perlu kita bilang basecamp TYW? Karena lebih dari stengah penghuni kosan ini merupakan anggota TYW.

Nabil yang sedang bersantai diruang utama sambil membakar rokoknya pun menyauti ryan yang sambil berjalan masuk ini. “masuk.”

Ryan pun berjalan dan duduk dikursi terpisah dari Nabil.

“so, kenapa datang kesini?” tanya nabil

“Aku mau ngasih info bang. Kalau FE mau ada pemilihan ketua angkatan.” Jawab ryan sambil mengeluarkan rokoknya dari kantong dan ikut membakarnya.

“oh, lalu?”

“kurasa ini bisa jadi chance bang, untuk menarik FE kembali kepihak TYW. Jika ketua angkatan yang baru menjadi bagian dari kita, besar kemungkinan kalau teman-temannya, sampai adek tingkatnya nanti akan ikut jadi anggota TYW. Hal yang bagus bukan?”

“hm, menarik juga. Lalu ada apa lagi?”

“menurut informanku di FE, hari ini adalah pencalonannya, dan seminggu kedepan adalah waktu pemilihannya.” Terus Ryan.

“ah, okay. Aku juga sudah punya rencana terkait hal itu.”

“Hah? Serius bang?” Ryan tampak kaget dengan pernyataan dari seniornya barusan.

“iya, aku serius. One way or another, dia harus jadi ketua angkatan FE.” Ucap Nabil sambil kembari menarik rokokknya.

“Siapa bang kalau boleh tahu?” Ryan tentu saja penasaran dengan siapa yang menjadi bagian dari Nabil.

“Entar juga lo tau.”

“hehe siap bang. Semoga rencananya lancar bang.”

“apapun yang terjadi, selalu siap untuk 3 langkah didepan.”Nabil pun tersenyum menyeringai.

by the way, angkatan lo sendiri gimana, yan?” tanya nabil berbalik kepada ryan yang juga merupakan mahasiswa baru.

“Aku salah satu calonnya. Dan as far as i know, cukup banyak maba hukum yang sudah aware dengan adanya TYW bang. Agaknya tidak sulit untuk mendapat suara dari mereka-mereka itu.”

good.” Nabil mengangguk pelan. “usahakan kamu menang ya. FH hampir setiap tahun selalu dipegang oleh TYW.”

“siaap bang. Kita ada untuk ‘mentertibkan’ yang tidak patuh bukan? Makanya Hukum diciptakan.”

“...ya. we will punish those who are disobey.” Sambil membuang asap dari rongga mulutnya.

yang tidak patuh, wajar untuk diberi hukuman.’

...

...​

Aku bertatap-tatapan dengan Bang arik selama beberapa saat. Pertanyaan dalam benakku bermunculan, tapi semua mengarah kepada satu kesimpulan... serius nih? Bang Arik kalo dari tampang, kkita bisa berspekulasi kalau dia tipikal mahasiswa petarung, atau yang kerjanya cabut kelas begitu lah—setidaknya kita tidak akan terpikirkan kalau dia bakal menjadi asdos. Well, apapun mungkin saja terjadi. Dan kita tidak boleh asal judge orang berdasarkan luarnya kan? Bang arik tampaknya sadar setelah terlalu lama sepertinya aku melihatnya, dan mengkode untuk segera duduk.

.

Setelah kurang lebih satu jam bang arik memberikan asistensi, dan juga membahas beberapa soal-soal. Bang arik menyampaikan materi dengan sangat baik dan mudah dicerna, sehingga tidak membuat cepat bosan.

Setelah para mahasiswa mulai keluar meninggalkan ruangan, aku dan ketiga temanku juga segera mau keluar, tapi ditahan sejenak oleh Bang Arik.

“jebe! Sini sini sini.” Teriak bang arik memanggilku. Akupun berbalik dan mendekat kearahnya.

“kenapa bang?”

“inget besok ada forum angkatan. Udah tau kan?”

“udah bang.”

“oke, sebelum forum, kita ngobrol dulu bentar, ada yang perlu kita bicarakan.”

Kira-kira apa ya yang mau dibahas sama bang arik?

“oke bang siap.”

“yaudah. Duluan ya.” Pamit Bang arik kepadaku dan langsung berjalan mendahului kami. Tapi anehnya, bang arik sempat menepuk pundak darma. Apakah mereka sudah saling kenal ya? Hmm.

.

“kelas udah kelar, pada mau kemana nih?” tanya aldi kepada kami semua.

“gua kayanya perlu cabut duluan deh, ada urusan dirumah.” Jawab fadhel.

“Dar lu gimana?”

“gua juga mau ketemu sasha, adaa yang mau dia titipin buat nyokap.”

“dan lu be?”

“ah, gua kayanya masih disini deh, tadi Gaby mentor gua minta ketemu bentar ada yang mau diobrolin.

“Oh, yaudah. Gua balik dulu yak.” Pamit aldi kepada kami semua. Setelah itu darma dan fadhel pun juga berpamitan, tak lupa kami melakukan fistbump.

Kami pun berpisah. Sekarang jam dua belas lewat. Aku melihat kearah selasar kampus, tampak stand MUN dari tasya belum ada, tapi sudah ada poster-posternya yang masih tergulung. Mungkin sejam lagi. Stand mapala pun juga belum ada. Aku pun memutuskan untuk ke perpustakaan untuk power nap atau tidur singkat. Ruangannya yang ber-AC dan tidak berisik, sangat mendukung buat orang yang ingin beristirahat. Aku pun mengambil ponselku dan airpods pemberian kak juli atas hadiahku masuk ke Universitas, dan memainkan beberapa lagu instrumental agar lebih rileks.



Aku terbangun, mungkin sekitar tiga puluh menitan aku berada diantara sadar dan tidak, tapi cukup untuk membuatku lebih fresh. Aku pun langsung beranjak dari tempat ku tidur yaitu meja. Selasarlah tujuan ku. Setelah tiba diselasar, aku melihat kalau stand MUN sudah cukup ramai, ada sekitar enam orang yang datang untuk melihat-lihat ataupun bertanya. Tasya pun ada disana. Waktu yang tepat. Akupun mendatangi dan menyapanya.

“hai sya. Aku datang.”

I know you will.” Jawabnya sambil mengeluarkan senyum giginya yang membiusku untuk sesaat. Cantik sekali dia.

“jadi, ada yang mau ditanya gaa?” tanya tasya padaku. Aku memang sebelumnya bilang akan datang untuk memutuskan apakah aku ingin bergabung dengan kegiatan ini atau tidak.

“Jelasin secara singkat aja. Garis besarnya mungkin?” Tanyaku balik.

Dan tasya pun menjelaskan apa yang dilakukan oleh MUN tersebut. Mereka akan mengadakan pertemuan mingguan yang berisi training atau sharing session dengan alumni atau orang-orang yang mempunyai kompetensi dibidang tertentu. Selain itu, anggota MUN akan diajarkan public speaking dengan menjadi moderator, pembawa acara, hingga mengikuti debat dengan sesama anggota berdasarkan topik tertentu.

Juga, anggota MUN akan belajar untuk membaca, merangkum dan juga menjelaskan ulang publikasi, atau jurnal penelitian dari berbagai sumber. Terakhir, Anggota MUN diharapkan untuk selalu up to date dengan segala isu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan berbagai sektor lainnya.

“agaknya, cukup banyak yah yang dipelajari hehe.” Jawabku sambil agak tertawa. Tertawa shock.

“yaaaaa, keliatannya emang banyak sih. Tapi ga kerasa kokk sumpah!” jawab tasya berusaha meyakinkan.

“Daripada diem doang dikosan, mending ikut kegiatan yang menambah pengetahuan.” Tambahnya sambil mengacungkan jempol.

“hahaha iyaa iya. Malem ini aku putuskan, nanti aku chat ya.”

“sengaja ya nunggu malem, mau modus ya? Hihi.”

“diiiih nggak tuh. nggak salah lagi.”

“yeeee bisa aja masnya. Yaudah, let me know jadi atau nggaknya gabung sama kita ya.”

“okee.” Jawabku gantian yang mengacungkan jempol.

Aku pun mengambil brosur yang disediakan untuk membaca-baca ketika sudah pulang nanti. MUN selesai, waktunya ke stand Mapala.

Standnya sangat ramai. Sepertinya sudah merupakan hal yang wajar jika stand-stand yang bertemakan alam seperti Mapala ini digandrungi banyak orang. Efek nonton MTMA mungkin ya.

Aku pun mendekat dan berada di antrian belakang karena banyak kerumunan yang sedang melihat-lihat. Entah melihat brosur mapala, atau yang megang brosurnya. Kalau aku sih, fokus ke yang megang brosurnya.

Ketika udah agak senggang—sekitar 10 menit aku menunggu dibelakang—akhirnya aku mendatangi Emily yang tampaknya baru gantian dengan temannya untuk menjaga stand. Apa itu penyebab standnya jadi agak sepi? Sialan, mahasiswa ini Cuma mau liat Emily doang.

“haloo kak emily, boleh nanya-nanya tentang mapala ga ya?”

“cocotee kak emily kak emily. Kayak baru kenalan aja?” ucap emily agak ketus. Tapi ketus bercanda.

“hehe, kenalin kak, aku jebe. Mau kenal lebih lanjut—salah—maksudnya salam kenal kak emily.” Ucapku sopan pada emily, sambil menahan senyum.

“dieem ihhh!” ucapnya sambil mencubit perutku.

“aduuh sakit tauu!”

“siapa suruuh manggil aku kak kak dari awal!”

“yaudaah terus panggil apa dong? Sayang boleh?” godaku padanya.

“gaboleeeh. Soalnya udah sold-out buat orang. Wleeee” Jawab emily sambil menjulurkan lidahnya.

Yaampun gemes banget. Jadi pengen cium lagi.

“yaah, gaboleh ambil alih ya? Soalnya susah banget nyari yang kayak dia. Terlalu perfect.” Jawabku enteng.

Emily tampak terkejut dengan jawabanku, dan wajahnya sedikit memerah. Ah, makin gila.

“G-gatauuu.” Jawabnya yang agak panik

“gatau apaa em?” Tanyaku sambil mendekatkan diriku kepadanya.

Wajanya semakin memerah. Aku sebenernya ingin menggoda dia lagi. Tapi kurasa sudah cukup. Apalagi ini masih di area kampus. Jangan sampai terjadi hal yang tidak-tidak.

“gata- AH UDAH AH! Dengerin aku duluuu!.”

“yaudah, oke oke. Ayo duduk dulu tuh deket kolam.” Ajak ku kepada emily.

Kita pun sekarang sudah duduk bersampingan.

“oke, jadi mau ngomong apa em?” tanyaku membuka.

“jadi gini be, sebenernya aku pengen ajak kamu untuk ikut Mapala.” Emily membuka obrolan.

“oh, emang kenapa em dengan mapala?”

“nggak ada yang salah dengan mapala. Tapi mungkin saja bakal menjadi salah kedepannya....” emily mengatakan hal tersebut, sambil mengarahkan wajahnya menatap langit yang berawan sore itu. Sepertinya bukan perkara kecil.

“Ryan join Mapala.” Jawab emily singkat.

Tiga kata. Hanya tiga kata, membuatku mengingat masa itu, beberapa minggu lalu. Ketika Emily bercerita tentang dirinya yang hampir diapa-apain sama ryan. Emosi mulai muncul dalam diriku. Tapi aku tahan, aku kendalikan sebaik mungkin. Jadi inilah alasannya emily ingin mengajakku untuk join mapala. Setidaknya dia tau ada aku yang dia kenal baik.

Dan aku juga tidak mau emily sampai mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya.

“Tapi, kenapa nggak minta Dio aja untuk ikut mapala?” Tanyaku pelan.

“Ah, nggak tau lah be. Hubungan kita makin renggang sepertinya. Bertukar pesan mungkin dua sampai tiga hari sekali. Tapi instastory jalan terus. Terserah dia ajalah gimana.”

Bangsat. Andai aja emily tahu betapa bangsatnya cowonya itu. dia juga hampir melakukan hal jahat kepada kak Juli. Tapi perlukah kuberitahu dia sekarang? Atau tunggu dia melihat sendiri? Karena jatohnya aku seperti perusak hubungan orang.

Aku tidak membalasnya. Cukup mendengarkan saja. Sambil memutuskan sesuatu.

“Baiklah. Cara joinnya gimana?”

Emily tersenyum.

“kamu udah bergabung kok.”

“Loh?”

“makasih yaa jebe. Kamu bisa diandelin. Jadi sayang deh hihi” gantian sekarang dia yang menggodaku. Berbahaya jika dilanjutkan.

“sayang, sih, sayang. tapi sayang,”

“hah?” emily agak bingung dengan repetisi kata sayang yang terlalu banyak. Aku juga bingung. Bingung sama kalimatku barusan. Bingung dengan diriku. Bingung dengan dirimu. Bingung dengan perasaan ini. Bingung dengan semuanya.

“sayang, udah punya kesayangan yang lain. Coba aja nggak..” Jawabku.

“emang kalo ngga ada, kamu mau apa ke aku?” Godanya lagi.

Aku Cuma menatapnya saja. Melihat dirinya dari atas sampai bawah. Rambut pendeknya yang menawan itu. tubuhnya yang sangat ideal itu. astaga...

“hushh ngebayangin apa? Mesum yaaa jebe ih. Gasuka” Godanya lagi sambil mendekatkan wajahnya padaku.

Entah keberanian dari mana, aku menangkup wajahnya. Kudekatkan kewajahku. Tidak. Aku tidak menciumnya. Setidaknya aku masih tau ini dikampus dan bisa saja orang lewat dari segala arah. Aku hanya menempelkan keningku pada keningnya. Perlahan, senyum emily mengembang. Senyum yang indah itu, tak pantas untuk dirusak, mengingat ada fakta yang belum ia ketahui, tentang orang yang mengisi hatinya. Aku jadi merasa bersalah untuk menyembunyikan fakta ini. Sepertinya, cepat atau lambat aku harus memberitahukannya, apapun konsekuensinya.

Setelah beberapa lama saling menempelkan kening, kami pun kembali mengambil jarak. Aku hanya mengusap rambutnya.

“mohon bantuannya senior mapala.”

“siap, dek. Ikutin kata kakak ya.”

“iyaaa kak siap.” Jawabku sambil melakukan pose hormat.

Emily hanya tertawa saja. “yaudah yuk balik ke stand biar ditulis namamu be.”

“okeee lesgoo.”

Kami pun kembali ke stand mapala. Setelah mendaftar, aku akan diberi kabar untuk mengikuti penyambutan anggota baru.

privilege kamu kenal aku. Gaperlu ikut wawancara dan tes lainnya. Langsung masuk. Thanks to me.”

“thanks to you, i guess.” Jawabku sambil menyentil ujung hidungnya sedikit dengan telunjukku.

“udah yaa em, aku mau balik dulu, entar sore mau pergi soalnya.”

“oh, okeee bee. Makasiii banyak yaa, nanti aku kasih hadiah deh.”

“hadiahnya apa tuh? jadi penasaran.”

“hmmm, hadiahnya.. e-m-i-l-y.” Ucapnya pelan, berbisik kesamping telingaku sambil mengejanya.

Kaget. Shock. Aku langsung meneguk ludah. Oke kayanya aku sudah gabisa nahan lagi.

“hihi becanda. Dah sanaa pulang hush hush.”

“ngusir nih ya sekarang mainnya. Oke!” jawabku tegas

“haha dah yaaa terserah kamu aja be. Aku mau ke stand lagi.” Emily pun pamit dan kembali ke standnya, dan aku berjalan ke parkiran untuk mengambil motor dan langsung balik kekosan untuk berganti pakaian karena ga lama lagi aku harus ke gym dan bertemu dengan gaby si komdis galak, tapi cantik. Banget.

.
.

dimana? Jadi kan?’

jadi kok. ini udah siap. Aku jemput aja ya?’

yaudah kalo ga ngerepotin.’

‘oke. Otewe mbaak’

ya. Hati-hati.’

Akupun memasukan ponselku ke kantong celana, dan langsung menuju Kos Empat Mawar. Untuk menjemput gaby dan berangkat menuju gym. Sore ini cukup cerah, tapi tidak panas. Cakep.

Sesampainya di kosan gaby, dia tampak sudah siap menunggu didepan gerbang kosan dengan santai. Masih dengan setelan santai, kaos putih polos dan jeans biru. kombinasi yang gapernah salah. Malah bikin tambah cantik berkali lipat.

“yuk?” Aku mengajaknya untuk naik keatas blackie ku.

Gaby diam saja. Tapi ia naik kemotor ku dan.. tetap diam.

Aku pun ga ambil pusing dan langsung menancapkan gas perlahan. Santai aja deh bawa motornya.

.

Setelah 15 menit perjalanan yang sedikit terhambat karena macet, kami pun sampai di gym yang biasa kami kunjungi. Gaby turun, dan langsung mengajakku untuk masuk.

“ayo.”

“o-oke ayo.”

Kami pun masuk kedalam gym. Menuju loker masing-masing. Berganti pakaian, dan langsung menuju area latihan. Aku memilih untuk pemanasan sedikit, lalu menggunakan treadmill untuk melatih daya tahanku. Gaby pun juga melakukan hal yang sama, tetapi ia selesai lebih cepat dan melanjutkan kearah weight-lifting. Setelah kurang lebih 30 menit aku lari kecil diatas treadmill, aku melanjutkan dengan bodyweight exercise, seperti push up, pull up, chin up. Aku juga sedikit menggunakan samsak untuk melatih tangan dan kakiku. Sudah lama tidak latihan muay thai lagi. Aku pun berusaha mengingat-ngingat posisi dan gerakan yang kupelajari.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam setengah tujuh malam. Aku pun menyudahi kegiatanku dan bersih-bersih diri di kamar bilas. Lalu berganti baju dengan setelan kaos polos hijau army, jeans hitam, dan sendal. Setelan santai.

Gaby tampak sudah selesai duluan dan sudah rapih menungguku dikursi didepan resepsionis.

“ah gaby, maaf ya aku agak lama.”

“iya, gapapa.”

“Mau makan ga?” tawarku.

“terserah.” jawabnya. singkat. jelas. padat. tidak dapat dimengerti.

yaTuhan, apalagi ini? Mengapaaaaa? Mengapaa ini terjadi? Apa yang harus kulakukan? Kemana gaby harus kubawa?

“yaudah, yok kita cari makan.”
Ah, makan dimana ya? makan di...sana deh.


Bersambung ke part B.
 
Malam semua. Update tipis dulu ya. Part A dulu, part B nyusul. Dibuat part lagi karena masih nyambung dan timelinenya berdekatan.

Terima kasih buat yang sudah meninggalkan jejak, komentar, dan semuanya.

Stay healthy, stay safe, stay sane.

sampai bertemu dalam waktu dekat.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd