Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lika Liku Lilis

Status
Please reply by conversation.
"Ma, papa lembur ya malam ini" begitu pesan WA yang Mas Ferdi kirim sejam lalu. Kebetulan aku memang berencana untuk pergi belanja bulanan di salah satu mall kota ini bersama anak anak, sekalian menenangkan diriku yang sangat terguncang hari ini. Aku tidak tahu harus bercerita kepada siapa mengenai aib ini, apalagi harus berterus terang kepada Mas Ferdi. Bisa marah besar dia tentunya kepadaku maupun Bapaknya. Entahlah, apakah suatu saat nanti aku berani untuk mengungkap semua ini kepadanya. Aku tidak sanggup ditinggal olehnya saat ini.

Memang apa yang terjadi hari ini, bukanlah kemauanku, namun semua terjadi berawal dari kecorobohanku.

Selesai Maghriban, aku memesan taksi online untuk mengantarkan kami ke mall tujuan. Anak anak sudah berpakaian rapi sejak 1 jam yang lalu, mereka sangat senang bila tahu akan bepergian jalan. Sedangkan Bapak Mertuaku sudah berangkat ke Masjid terdekat 30 menit sebelum Adzan Maghrib. Biasanya dia akan pulang setelah Waktu Isya.

Ibu Mertuaku memang pernah bercerita, kalau Bapak Mertuaku tersebut, walau diusianya yang hampir memasuki kepala enam, masih memiliki hasrat sex yang tinggi. Ibu sampai kewalahan melayaninya, terlebih setelah memasuki masa menopause. Ibu sampai menyarankan agar Bapak Mertua menikah lagi untuk menyalurkan nafsunya tersebut, namun ditolak mentah mentah. Namun, tak kusangka akulah yang akhirnya menjadi tempat pelampiasan nafsunya.

Ditengah lamunanku tersebut, tiba tiba aku tersadar taksi yang kupesan tadi telah tiba di depan rumah. Kami bertiga akhirnya berangkat menuju mall tersebut yang jaraknya sekitar 40 menit dari rumah.

Tibalah kami di depan lobby mall tersebut, anak anak sudah berlarian sesaat setelah pintu mobil terbuka. Sungguh cerianya mereka setiap kali pergi ke mall, karena banyak arena permainan yang dapat mereka kunjungi setelah menemaniku berbelanja.

Kami pun berputar mengelilingi area pusat perbelanjaan, mencari rak tempat barang kebutuhan harian kami tersimpan. Safira yang tengah beranjak besar, sibuk mencari shampo serta sabun kesukaannya, dia tidak mau lagi memakai shampo dan sabun pilihanku. Sedangkan adiknya, sedang asyik melihat mainan yang dipajang di salah 1 etalase.

Saat aku sedang berupaya menggapai kemasan susu UHT yang letaknya cukup tinggi, seorang pria menawarkan bantuannya. Usianya kira kira seumuran dengan Mas Ferdi.

"Mau saya bantu, Mbak?" sapanya ramah
"Oh iya Pak, terimakasih" sahutku saat menerima kemasan Susu UHT yang telah diambilkan pria tersebut.

"Sama sama mbak. Sendiri aja?" tanyanya sambil tersenyum
"Oh..enggak, sama anak saya kok" jawabku sambil mencari keberadaan anak anakku.

"Oh..mbaknya dah punya anak ya, saya kira masih single, hehe" godanya kali ini
"😁" aku menjawabnya hanya dengan senyum sambil memilih barang lainnya di rak tersebut.

"Suka minum susu juga ya mbak?" tanyanya, namun kuperhatikan matanya sedang terfokus di payudaraku.
"Buat anak saya kok Pak. Maaf ya Pak, saya mau nyari anak saya dulu" kataku sambil mendorong kereta belanjaanku menjauh darinya.

Sekitar 40 menit kemudian, kereta belanjaanku sudah penuh dengan barang belanjaan. Antrian di kasir cukup panjang saat itu, padahal bukan hari libur. Sepasang mata sepertinya memperhatikanku dari tadi di sisi sebelah kananku. Ternyata dia pria yang tadi berusaha menggodaku. Dia melirikku dengan tatapan nakal, apalagi kalau bukan payudaraku yang diliriknya. Aku merasa sedikit takut dengannya, untungnya tak lama kemudian seorang wanita menyusul ke antrian pria tersebut dan tampak mengobrol dengannya. Kutebak dia merupakan istri pria tersebut.

Selesai membayar semua tagihan di kasir, anak anak menagih janjiku untuk bermain di arena permainan. Kubatasi waktu mereka bermain maksimal selama 1 jam, mengingat waktu beranjak larut. Sambil mengawasi mereka yang sedang asyik bermain, kuisi waktu sambil bermain hp. Terdapat beberapa pesan WA yang belum kubuka sejak tadi, salah satunya dari Mas Ferdi. Sebuah image dikirimnya untuk menggambarkan situasi meja kerjanya yang berantakan dengan berkas kerja serta layar monitor yang menampillan kertas kerja excell. "Lembur 😓" bunyi captionnya.

"Semangat Pa 👍" balasku
Sepintas kulihat dia terakhir membuka WAnya sekitar 30 menit yang lalu.
Lalu kulanjutkan dengan membuka buka sosmedku, melihat serta menyapa beberapa temanku yang mengupdate statusnya.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 20.30 wib, kuingatkan anak anak bahwa waktu bermain mereka tinggal 10 menit lagi. Karena keasyikan bermain HP, baterai HPku hanya tersisa tinggal 5% lagi.

"Duh mana belum mesen taksi lagi" pikirku

Untunglah tidak terlalu lama aku mendapatkan driver taksi online yang kupesan, kami bertiga bergegas menuju lobby mall sebagai tempat meeting point. Baterai HP berusaha kuhemat sebisa mungkin, karena sekarang tinggal tersisa 2% lagi, sewaktu waktu akan diperlukan bila driver kami menghubungi.

"Krinngggg..." suara panggilan masuk di HPku dari nomor tak dikenal

"Haloo.." sapaku
"Halo bu..saya dari Gr*b, posisi ibu sebelah mana ya? tanya seseorang yang ternyata driver kami

"Saya tunggu di Lobby Barat ya pak dekat KaEpCe" kataku
"Oke bu, ditunggu ya, saya muter dulu" jawabnya

Benar saja, sesaat setelah menutup panggilan tersebut, HPku lowbatt seketika. Semoga saja Drivernya cepat menemukan kami.

Kuperhatikan satu persatu plat nomor kendaraan yang melintas, lebih spesifiknya mobil LCGC berkelir putih. Sekitar 3 menit kemudian, sebuah mobil sebagaimana keterangan di aplikasi yang kami pesan akhirnya tiba.

"Bu Lilis ya?" tanya Driver tersebut sesaat setelah membuka kaca jendela
"Iya Pak..dari Gr*b ya?" tanyaku

"Iya bu" jawabnya sambil turun dari mobil dan membukakan pintu serta bagasi.

Anak anak kusuruh masuk terlebih dahulu, sedangkan aku masih memindahkan beberapa kantong belanjaan dengan bantuan si Driver.

Saat aku berjalan hendak memasuki pintu sebelah kiri belakang mobil, kulihat dari kejauhan sesosok pria yang perawakannya mirip Mas Ferdi. Dia berjalan dari arah Lobby Selatan hendak menuju parkiran dengan seorang wanita di sampingnya. Tapi tidak bisa kupastikan karena terlihat samar samar dari kejauhan, walau kemeja yang dikenakan pria tersebut sama dengan kemeja yang Mas Ferdi pakai tadi pagi.

Mana HPku lowbatt, sehingga tidak bisa kukonfirmasi langsung ke suamiku. Tapi tadi bukannya dia mengabariku kalau memang sedang lembur ya, pikirku. Entahlah, aku berusaha berpikir positif saja.

POV Ferdi


Aku berencana mengajak Arin untuk ketemuan hari ini. Jam dinding ruangan menunjukkan pukul 16.45 wib, berarti tinggal 15 menit lagi menuju waktu pulang. Sebelum kurapikan meja kerjaku, aku terpikirkan sebuah ide untuk memfoto kondisi meja kerja yang sedikit berantakan dengan berkas kerjaan, layar komputer sengaja kutampilkan kertas kerjaku. "Cekreekkk" bunyi suara kamera HPku.

Tepat jam 5 sore, sambil mengobrol dengan rekan sejawat, kami bergantian melakukan absen finger print. Setelah menuruni belasan lantai dengan menggunakan lift, kutuju mobilku yang terparkir di basement kantor. Mobilku pun bergerak keluar dari kantor dan telah disambut dengan ramainya kendaraan yang melintas di depan kantor. Untungnya tempat kerja Arin tidak terlalu jauh, hanya sekitar 20 menit aku telah sampai di depan kantornya.

"Halooo..aku dah di depan kantor kamu ya" ujarku saat menelepon Arin
"Oke..bentar ya, aku keluar" jawabnya

"Hai..apakabar?" tegurku saat dia memasuki mobil.
"Baik..kamu gmn mas?" jawabnya

"Alhamdulillah baek..kita mau kemana ni?" tanyaku sambil menjalankan mobil kembali.
"Mmm..ke Mall aja yuk, aku sekalian mau nyari sepatu casual buat ke yogya lusa besok" jawabnya

"Oke" jawabku sambil mengarahkan mobilku menuju sebuah Mall di tengah kota.

Lima belas menit kemudian kami sampai di Mall tersebut, namun memerlukan waktu tambahan untuk mendapatkan parkir yang agak susah di jam sekarang ini. Akhirnya tak lama kemudian, aku berhasil menemukan parkiran yang letaknya tidak terlalu jauh dari pintu Lobby Selatan Mall tersebut. Setelah posisi mobil telah terparkir dengan baik, kami tidak serta merta langsung turun.

"Aku kangen kamu" kataku sambil menatap wajah Arin yang tersipu malu.
"Hehe..aku juga mas" jawabnya

Kusibakkan rambutnya yang menutupi pelipis mata kanannya, lantas kubelai kepalanya. Arin terlihat salah tingkah kuperlakukan demikian. Tanpa banyak omong, kuraih kepalanya agar mendekat. "Cupp..mmmmhhh" kupagut bibirnya. Arin memejamkan matanya saat kucium, namun membalasnya pelan dan lama lama ciuman kami semakin hot dan liar.

"Turun yuk" ajakku.
Dia hanya mengangguk dan bersiap untuk turun setelah menyiapkan tas bawaannya.

Kini aku berjalan menuju Mall tersebut berdampingan dengan Wanita yang selama 2 bulan ini mengisi sisi lain hatiku. Aku merasa seperti mengenang masa mudaku saat berpacaran dulu dengannya. Dia baru berusia 22 tahun, namun status janda sudah disandangnya di usia yang tergolong belia tersebut.

Arin mengajakku ke tempat Department Store di salah satu bagian dalam Mall tersebut, tepatnya di bagian sepatu khusus wanita. Dia terlihat asik memilih sambil berpindah dari 1 rak ke rak berikutnya. Lama lama dia terlihat bingung dengan banyaknya pilihan yang ditawarkan. Sudah 30 menit berlalu, kulihat dia belum juga menentukan pilihannya. Akhirnya aku merasa bosan menunggunya, kuhampiri dia yang sedang mencoba salah satu sepatu yang baru dipilihnya.

"Aku tunggu di cafe sebelah sana aja ya" ujarku sambil menunjukkan arah cafe yang kebetulan masih berada di lantai yang sama.
"Terus ini gimana?" tanyanya sambil menunjukkan sepatu yang sedang dicobanya.

Segera kuraih dompet dari saku belakangku.
"Ni..kamu bawa aja, ntar pake aja buat bayar" jawabku
"Oke mas" jawabnya sambil tersenyum

Saat berjalan menuju cafe tersebut, kulihat di lantai bawah tepatnya 1 lantai dibawahku seorang anak yang mirip seperti Safira anak pertamaku. "Ah salah lihat palingan" pikirku.

Setelah memilih menu yang ditawarkan cafe tersebut, kuputuskan untuk memesan secangkir hot cappucino.
"Makanannya ga pesan sekalian Pak?" tanya seorang Waitress Wanita dengan ramah
"Hmm..itu aja dulu mbak" jawabku
"Oke Pak, ditunggu ya" jawabnya tersenyum manis.

"Hmm..cantik juga..bodynya juga oke" bathinku

Tak lama kemudian Waitress tersebut datang mengantarkan pesananku.

"Ada lagi Pak yang mau dipesan?" tanyanya setelah meletakkan pesananku.
"Hmm..susunya mbak" jawabku sedikit termenung
"Maaf Pak?" tanyanya

"Eh..maaf mbak, udah cukup kok" jawabku saat tersadar karena dari tadi mengagumi payudaranya yang montok.
"Baik Pak, saya ambil buku menunya ya" kata si Waitress

"Eh..mbak..maaf..namanya siapa ya?" tanyaku
"Ria, Pak" jawabnya manis

"Boleh minta no HPnya ga mbak?" tanyaku sedikit malu
"Buat apa ya Pak?" tanyanya

"Engg..pengen kenalan aja, hehe" ujarku pede
"Bentar ya Pak, saya catetin aja" jawabnya

Tak lama dia kembali lagi dengan menyodorkan sebuah catatan kecil yang berisi no hpnya.

"Ini Pak, ada WAnya juga" katanya
"Oke, makasi ya...Ria" jawabku.

Sesaat setelah Ria meninggalkan mejaku, kulihat sebuah panggilan telepon dari Arin di HPku.

"Kamu dimana Mas?" tanyanya
"Tunggu disana aja, aku kesana sekarang" jawabku

"Dah dapet sepatunya?" tanyaku sesaat setelah menghampirinya
"Udah Mas, hadeuh bingung yang mana mau dipilih" jawabnya

"Hehehe..terus mau kemana lagi?" tanyaku
"Mau makan, tapi masih kenyang. Mau ngopi, kamunya baru aja selesai ngopi" jawabnya ngambang

"Terus gimana donk?" tanyaku memastikan
"Pulang aja yuk" ajaknya

"Oke deh, biar aku ga kemaleman juga nyampe rumahnya" jawabku.

Kamipun berjalan menuju parkiran, kulihat jam tanganku sudah menunjukkan sekitar pukul 20.30 Wib saat itu. Akhirnya kutemukan mobilku yang terparkir agak diujung. Mobil pun kunyalakan, lalu kupencet tombol AC dan seketika perlahan tapi pasti kabin mobil mulai terasa sejuk.

"Makasi ya Mas dah dibeliin sepatu" kata Arin sambil menyerahkan dompet serta struck belanja.
"Iya sama sama..makasi doank ni?" candaku

"Hehe.." tawanya tanpa jawaban

Kembali kupandangi wajahnya, dan dia tertunduk malu saat menyadarinya. Kuraih kembali kepalanya agar mendekat, lalu..

"Cuppp...mhhhh" bibir kami kembali berpagutan, perlahan lidah kami pun saling beradu liar

"Ahhhh..." desahnya yang samar terdengar saat kujilati telinganya dengan lidahku dan menyusuri lehernya dengan jilatan lidahku.

"Ahhh..mas..geli" racaunya pelan sambil memejamkan mata

Kuajak dia kembali berciuman, kini dia membalasnya dengan lebih hot. Kulihat dia mulai terbuai dengan keadaan ini, membuatku tidak ingin kehilangan momentum.

Kuremas perlahan payudaranya yang tidak begitu besar, namun ditepikannya tanganku dari payudaranya. Aku tidak menyerah, kuulangi hingga beberapa kali, dan akhirnya dia menyerah.

"Aahhh..mas..." desahnya membuat dadaku berdegup kencang

Kini kucoba menyusupkan tanganku ke dalam melalui bagian bawah kaosnya hingga kutemukan BHnya. Perjuanganku tidak berhenti disini, kini aku harus menyusupkan kembali tanganku ke dalam BHnya. Kuselipkan perlahan jari jariku melewati bagian bawah BHnya hingga memaksa BHnya tertangkup keatas namun masih menjepit tanganku. Akhirnya, seluruh telapak tanganku berhasil menggenggam seluruh permukaan payudaranya yang tidak terlalu besar itu.

Arin tambah mendesah saat tak sengaja kusenggol puting susunya yang imut.

"Ahh..mas..geli mas..ampun" racaunya kali ini dengan diiringi tubuhnya yang sesekali seperti terkena sengatan listrik.

Racauannya malah semakin membuatku semangat untuk meremas payudaranya yang mungil itu. Setelah puas meremas remas, kutangkupkan kaosnya hingga ke atas payudaranya. Lalu kusibakkan keatas BHnya, sehingga membuat payudaranya terlihat jelas olehku.

Putingnya yang imut itu langsung saja kuserang dengan jilatan jilatan lidahku, dan selanjutnya hisapan mulutku yang menguncup di putingnya, membuat tubuhnya semakin menggeliat kegelian.

"Aahhh...mass..udah mas..gelii" pintanya

Tak kupedulikan permintaannya, malah kutambah dengan meremas payudara sebelahnya.

Arin yang sudah naik birahinya, merusaha menggapai daun telingaku dengan mulutnya, saat kepalaku hinggap di dadanya, dan mulutku bermain main dengan payudaranya.

Saat kulihat dia sedang berusaha mengatur nafasnya yang naik turun, tangan kananku bergerilya kembali menuju bagian selangkangannya. Kebetulan dia mengenakan celana legging yang tipis, sehingga walau baru kuraba vaginanya dari bagian luar, sudah kurasakan lekak lekuk vaginanya. Dia berusaha kembali menepis tanganku, namun aku tidak patah arang, kulakukan berkali kali hingga dia lelah.

"Hah..hah..hah..Mas..udah ya mas.." pintanya sambil mengatur nafasnya yang tersengal sengal.

"Kenapa sayang?" godaku kali ini
"Enak kan" ledekku lagi

Dia hanya tersenyum sambil mengatur nafasnya. Payudaranya masih dalam keadaan terbuka.

"Kamu nakal mas" ujarnya
"Ah..tapi kamu seneng gitu" ledekku

"Ih..apaan si" jawabnya

Saat dia lengah, kuserang kembali bibirnya sambil tanganku meremas dan memilin milin puting payudaranya.

"Hmmmhhh..." desahnya tertahan karena tertutup mulutku. Matanya kembali terpejam menikmati rangsangan demi rangsangan. Kulihat dia mulai lengah kembali, kembali tanganku bergerilya, namun kali ini berusaha memasuki bagian dalam celananya.

Dia tersadar seketika, matanya terbuka saat tanganku menyentuh CDnya yang mulai basah. Dia berusaha menahan tanganku dan menariknya, namun aku tetap bersikukuh bertahan.

"Mas..jangan mas..please" rengeknya

Kuhentikan sejenak tanganku namun masih tetap berada di dalam celananya. Kucium kembali bibirnya lalu dengan secepat kilat kususupkan jari jemariku menembus bagian dalam CDnya melewati bulu bulu yang tumbuh di bagian atas vaginanya. Akhirnya berhasil juga kugapai klitorisnya dengan jari tengahku, sehingga membuat tubuh Arin menggelinjang dengan seketika itu juga. Kugesek pelan dan berkali kali klitorisnya, dia semakin tak kuasa menahan birahinya. Vaginanya terasa bertambah basah dengan cairan sedikit pekat yang keluar sedikit demi sedikit.

"Mas..udah mas...geli mas..ampun mas" racaunya kembali namun kali ini tidak berusaha mencegah. Tubuhnya mungkin sudah terasa lemas dan tidak berdaya menahan gempuranku di titik titik sensitifnya.

Hingga akhirnya kuhentikan mengobok obok vaginanya saat kulihat serombongan keluarga berjalan menuju ke arah mobilku yang ternyata pengendara mobil di sebelah kiriku. Arin pun buru buru merapikan bajunya.

"Yah..yah..ada orangnya didalam mobil" teriak anak kecil yang mengintip jendela kaca sebelah kiri mobilku.
"Sssttt..heh ga boleh ngintip gitu" larang ayahnya kepada anak tersebut.

"Hufffttt..rese banget tu bocah" umpatku
"Lagian dah dibilangin udahan ga mau denger si" jawab Arin

"Kan aku liat kamu lagi keenakan, masak aku udahin" godaku
"Ish..apaan si" jawabnya jutek

Karena waktu mulai beranjak malam, segera kuantarkan Arin kembali ke kosannya.

Sekitar jam 10 malam, akhirnya aku sampai juga di rumah setelah memacu mobil dengan cukup laju.

Saat kumasuki kamar tidurku, ternyata Lilis belum tidur saat itu.

"Tadi kayaknya aku ngeliat kamu di Mall xxx deh mas" tegurnya..

Bersambung....
 
Mantap updatenya gan....penasaran sama lilis selanjutnya nih...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd