Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Mulustrasi...


Aiko Nakazawa




Neng Dea




Teh Yeti




Winda





Berlanjut lagi ya suhu




*Chapter tiga puluh delapan, hari ke sebelas



•••©©©•••


"Ya Tuhan, aku lupa.. ada acara di sana. Tapi ada dua anggota stand by disana. Nanti jika sudah selesai disini, saya bergabung pasti bang.. aku kangen sama adik ku juga, yang ceriwis itu.." jawab mas Surya

"Baik bang Andrian, mas Surya, kami berdua pamit yah.."

"Siap bang.. ayo saya antar keluar.."

Kami berjalan ke pintu gerbang.. dan di lepas oleh mereka. Dari kejauhan terlihat polisi Didi berjaga, menanyakan dengan teliti satu per satu warga yang seperti mencurigakan, mungkin itu instruksi yang dia terima, dan ia hanya melaksanakan. Karena nya aku pun tidak akan menyalahkan nya. Justru memuji nya sebab dia melaksanakan tugasnya dengan baik. Aaahhh, polsek ini sungguh sudah berubah..



Aku dan aiko melanjutkan berjalan kaki. Saat tiba di depan rumah kakek, terlihat sepi, pintu tertutup. Mobil Ridwan ada terparkir.

"Assalamualikum, selamat siang..."

Tidak ada jawaban.. aku dan Aiko saling pandang. Aku ketuk pintu nya, juga senyap. Aku berpikir, ahh pasti ada sesuatu..

"Dek, ini kok aneh.. tunggu yah aku liat ke samping dulu.."

"Iya bang..."

Aku bergerak ke samping, melihat ke kamar atau pintu belakang. Pintu belakang tertutup tapi tidak dikunci. Kemana si Kampret? Tapi lamat ku dengar suara cekikik perempuan dan sedikit desahan. Aku dekati dan ku dengarkan dengan seksama.... yah aku tau.. si kampret itu lagi pacaran kaya nya. Setelah aku pastikan, aku kembali ke depan.

"Gimana bang?"

"Yah, kita jadi kambing congek nih, nungguin orang pacaran sampe selesai."

"Maksud nya... eh.. hihihi... siang-siang sih.. aduh.. gawat kalo ada orang datang kaya gini bang.."

"Ini pasti karena kakek, nenek dan kang Dedi gak ada nih, manfaat kan kesempatan dia... "

"Ya udah bang, kita nunggu aja disini sambil, kita juga pacaran.. hihihi.."

"Wah, disini? jangan lah.. heboh satu kampung ntar.. ayo ikut abang, kita masuk lewat belakang aja. Kita nunggu nya kapan selesai nih.."

Aku dan Aiko bergerak ke belakang rumah dan membuka pintu samping belakang yang tembus ke kandang kambing.

Aku masuk, ternyata Ridwan dan Winda di kamar samping kamar Aiko yang memang kosong. Aku bisikkan ke Aiko aku mau ke kamar dulu.

Aiko masuk kamar nya. Selepas dari toilet aku ganti baju ku, aku kembali mendatangi Aiko. Aku paham, Aiko pasti ingin melepas rindu nya sebelum kembali ke Jepang.

Di kamar, nampak Aiko memainkan hp nya. Aku datangi..

"Dek.. lagi apa sayang?'

"Nggak lagi cek medsos adek, siapa tau ada pengumuman dari kampus."

"Dek, kita jalan-jalan yuk keliling desa. Itu kalau kamu gak keberatan juga. Kita ke panti nya sore aja."

"Ayuk bang.. eh, abang udah ganti baju? Adek belum. Ya sudah sebentar ya bang."

Aku mau keluar kamar, aiko mencegah.

"Sini aja abang, mau kemana sih? Udah pernah juga liat aku telanjang."

"Abang hanya menjaga perasaan mu, takut kamu gak mau aku disini. Kan gak sopan, lihatin orang ganti baju tanpa diizinkan sama yang di lihat nya kan? Kalau ini sudah di kasih izin, ya abang disini.."

"Iya abang di situ ajah. Siapa tau abang khilaf, aku mau banget.. hihihi..."

"Nanti kita jalan-jalan, sambil kita pacaran deh. Aku juga ingin berduaan sama adek."

"Hmmm... oke sayang.."

Aiko ganti baju, ia memakai kaos v neck ketat, lengan pendek sekali hanya sampai ujung bahu lalu luar nya dia memakai rompi tipis. celana rok panjang elastis warna hitam. Aku yang ikut memperhatikannya, sangat memancing gairah ku, tapi aku tahan. Dirumah orang ini dan, ada cucu empunya rumah, yang sedang ena ena juga. Hah... biarlah, udah gede ini...

Selang 10 menit, Aku dan sayang ku sudah berjalan bergandengan tangan di pematang sawah. Aku membawa bekal minuman di botol air mineral. Cuaca yang tidak panas, sejuk karena di kaki gunung, membuat kami mau mencoba jalan ke arah persawahan sesuai permintaan Aiko sayang ku. Padi yang masak, beberapa hari lagi akan di panen. Sejauh mata memandang, padi menguning siap panen yang terlihat. Iya ini sudah mulai memasuki musim panan, ini panen penutup sebelum masuk musim kemarau.

Aiko mengeluarkan ponsel nya, wajah gembira nya sangat jelas sekali. Mungkin terkesan norak, tapi memang begitu sih. Kita orang Indonesia, aku lah mungkin termasuk, jika datang ke tempat Aiko di Tokyo, melihat gedung pencakar langit, taman buatan kota dan hutan beton yang saling berjejer, lautan kesibukan manusia, alat transportasi seperti MRT, LRT dan sejenis nya yang super canggih, aku bisa jadi norak dan jadi bertindak gaje.. lari sana, selfie sini, ketawa ketiwi.. hah, itu sesuatu yang spektakuler buat ku.

Hal yang sama aku lihat ke My Sweat Heart ini, bertemu dengan padi siap panen, berjalan di tengah nya, melompati pematang sawah, menemukan yuyu atau kepiting kecil di sawah saja sudah membuat dia histeris gembira. Dia ambil hape nya, pelan-pelan dia foto beberapa kali, dia lihat hasil nya. Senyum nya mengembang. Tangan yang terbuka lebar. Dia melihat rombongan burung yang ingin mencuri padi yang siap panen, melihat boneka pengusir burung yang bergoyang di tiup angin. Dia beberapa kali menanyakan hal yang menarik perhatiannya. Dan mengangguk mencoba memahami

Akhir nya kami sampai di sebuah gubuk di pinggir sawah, di belakang nya ada hutan sedikit lalu bukit yang hijau. ada sungai kecil di belakang nya berjarak 10 meter. Sungai yang sangat jernih, karena musim panas. Dangkal, berpasir, dan ada batu-batu di tengah nya. Aiko masuk ke sungai, air dingin sejuk, dia bermain air itu, menyeka ke muka nya. Tertawa riang. Jadi gubuk ini, berada di samping bukit dan di sisi sebuah sungai. Kami kembali ke gubuk untuk istirahat, ku berikan minum ke dia. Aiko minum dengan segera, dahaga juga ternyata.

"Abang sayannngg.. abang sungguh ini hal yang buat adek luar biasa. Adek rindu suasana desa, rindu ketenangan alam, rindu suasana alami dan natural apa adanya. Ini sesuatu yang mungkin akan lama sekali akan aku lupakan. Aku gak butuh liburan mahal dan spektakuler, adek suka suasana desa bang. Jiwa adek seperti menyatu di desa. Adek malah berkeinginan menghabiskan hari tua ku di desa bersama kamu sayang. Juga mungkin sama Neng.."

"Sungguh adek suka ini semua? abang takut tadinya, adek akan kecewa. Karena di tempat adek sana semua serba canggih, dan di sana juga ada sawah dan padi. Tentu mungkin sama, aku belum pernah melihat persawahan di Jepang."

"Tidak abang sayang (Aiko memeluk pinggang ku dan menyenderkan kepala nya di dadaku), sawah di jepang sama disini jauh beda bang. Dan aiko sangat exited dengan sawah disini. Tapi bang, kok tidak ada yang kerja disawah yah?"

"Iya yah.. (aku menoleh kiri kanan) abang juga heran, baru perhatiin ini. Atau... oh... iya, dek, seperti nya semua warga berkumpul di panggung mungkin adek. Karena yang mengundang datang itu kakek Maulana, warga desa sehati dan rela untuk datang, karena kakek Maulana sangat di hormati warga desa sini."

"Oh, mungkin ya bang.. kita gak kesana bang?"

"Iya setelah dari sini. Kita kesana.. adek cukup belum jalan-jalan nya?"

"Jalan nya cukup, tapi berduaan ama sayang ku belum cukup."

"Hehehe.. sini cintaku.. "

Aku peluk dia, aku elus kepala nya. Dia memeluk ku, mata nya terpejam, angin berhembus lembut membawa kesejukan.
Ku kecup kening nya yang putih lembut. Oh Tuhan, aku sangat mencintai wanita ini. Aku akan mengarungi mimpi-mimpi ku bersama dengan dirinya. Bersama anak-anak kami kelak. Aku sangat merasa beruntung memiliki dirinya.

Kami setengah jam hanya berpelukan dan saling memanjakan. Iya, hanya peluk. No feel horny, no sex, hanya sentuhan dan pelukan. Aku paham, itu yang dia perlukan saat ini. Mungkin jika aku pancing dan minta pasti di beri, tapi aku tidak mau merusak moment ini. Apakah tidak butuh sex, jelas butuh.. tapi itu bukan segala nya. Yang dia perlu saat ini, orgasme, iya orgasme batin, bukan orgasme sex.

"Dek, nanti kamu pulang selasa kan? "

"Iya bang, selasa malam. Adek ada kuliah kamis pagi.."

"Abang akan rindu kamu lagi dek. Akan kesepian lagi.."

"Makanya cepetan lamar aku, biar aku pindah ke sini."

"Kamu masih kuliah kan sayang.. trus usaha papa gimana?"

"Iya sih bang, aku bisa kok pindah kuliah disini. Kampus aku kan ada afiliasi di kampus abang juga. Apalagi aku udah bisa omong indonesia, apa sulit nya kan? Kalau perusahaan, masih papa yang pegang. Nanti kalau papa sudah full pensiun, sementara di pegang om, kata papa. Om orang nya baik, dia juga sendiri gak ada anak istri. Anak istri nya meninggal karena tsunami jepang tahun 2011 lalu itu.

"Ooo.. kasihan ya dek.. kamu gak iri kan kalau kamu di Jepang, sementara Neng ada di sini lebih dekat?"

"Yah, jujur sedikit iri sih. Tapi asal abang jujur, aku gak apa-apa. Aku juga paham kok. Tapi abang harus juga memberi perhatian yang sama ya bang.."

"Iya, sayang.. sama, rata, seimbang.. janji aku itu..."

"Neng juga masih akan disini bukan di Jakarta. Jadi tidak mungkin juga aku ketemu sering-sering sih. Apalagi dalam minggu depan, aku akan konsen penuh di ujian akhir ku.. "

"Adek bulan depan akan datang lagi kok bang, kan sayang ku mau final test. Adek pasti support abang. Aku yakin, abang akan lewati dengan lancar kok."

"Terima kasih sayang. Dukungan kamu sangat berarti buat aku dek.."

Selang setengah jam kemudian, aku dan Aiko sudah bergerak ke panti. Kami berjalan santai sambil berbincang santai. Sampai di jalan utama, kami menumpang angkudes. Aiko sangat tertarik. Hanya 10 menit kami tiba di panti, musik sudah mengalun. Anak-anak desa terlihat senang sekali. Aku ajak Aiko masuk ke panti, bertemu dengan pak Joko yang di tugaskan disana.

"Selamat sore pak, ketemu lagi.. apa kabar?"

"Sehat pak Joko.. gimana disini?"

"Aman kok.. mantap. Mau ketemu Neng? ada didalam tuh.."

"oke pak, makasih. Saya dan calon saya izin masuk ya pak.."

"Ya, silahkan pak.."

Aku dan Aiko masuk. Terlihat Neng dan teh Yeti sedang bermain dengan anak-anak. Wajah ceria dan bahagia terlihat pada ke dua wanita itu..

"Assalamialaikum.

"Wa'alaikumsalam." jawab mereka serentak. Beberapa anak yang mengenali ku segera salim pada ku dan meminta tangan Aiko. Aiko memberi seperti yang aku lakukan. Anak-anak berbaris menyalim kami berdua. Aiko bingung, ini hal yang baru lagi pasti untuk nya. Lalu anak-anak kembali bermain.

"Aa.. kakak.. lama pisan baru datang? apa ada halangan mereun?"

"Iya, pintu rumah di kunci. Ternyata di dalam ada yang sedang mesra-mesraan. Terpaksa mutar masuk rumah, baru bisa ganti baju. Eh, Aiko aku ajak jalan keliling desa, malah keterusan ke tengah sawah. Aiko senang sekali... " jawab ku

"Iya teh, iya dik, aku senang sekali. Aku photo-photo di sawah.. hihihi.. di tempat ku sawah tidak ada, semua kota. Sawah ada nya jauh di desa, dan aku jarang sekali ke sana. Baru satu kali waktu kecil, diajak om.. hihihi..."

"Iihh, Neng malah belum pernah ke kota. Jakarta saja belum.. Neng senang di sini tapi pengin tau juga di kota."


"Ya sudah, pasti nanti aku ajak ke kota Jakarta, teteh juga boleh.. Neng kan nanti kalau sudah resmi punyaku, akan aku ajak ke sana.."

"Iya, Aiko juga mau ajak adik dan teteh suatu saat ke tempat aku yah.. mau yah..?"

Neng dan teh Yeti senyum senang dan mengangguk.

"Ayo kita ke panggung yuk.." ajak ku

"Ayo, teh Yeti barengan Neng yuk.."

Kami berempat berjalan ke panggung. Hari sudah gelap. Lampu telah di hidup kan.

Tepat jam 7 malam, MC dadakan nya naik, Ridwan.. haha.. dia jadi MC acara musik lagi, sama seperti 2 tahun lalu, dia juga MC di pentas seni kampus. Yang dia juga yang adain dibawah bidang yang dia pimpin. Kabid seni..

Di baris depan di tempat kan kursi berjejer 6 baris kebelakang dan 8 saf ke samping. Disana ada hadir pak Camat Cibadak, bapak Wakapolsek cibadak, Koramil cibadak, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Aku duduk di baris terakhir aja lah. Di kanan ku Aiko, kiriku Neng, samping Neng teh Yeti. Aku mendengarkan di Kampret itu cuap-cuap.

Lalu satu demi satu para orang penting desa itu naik, mereka membahas tentang teroris dan bahaya nya. Juga akhir nya dapat di kalahkan. Dalam hal penegakan hukum nya, polisi yang di wakili mas Surya. Mas Surya melihat padaku, Neng dan Aiko juga teh Yeti. Nampak gugup dia. Tapi aku mengangguk jelas waktu ia melihat ku, maka ia bicara dengan jelas.
Pada suatu saat ia berbicara mengenai orang-orang yang betindak atau membuka jalan, aku kasih isyarat untuk tidak di beri tau. Aku merasa itu tidak perlu.

Camat cibadak mengatakan, karena kades saat ini sudah mangkat, maka sebagai pengganti nya, akan di jabat kades lama sampai pada pemilihan kades berikutnya tahun depan. Dengan hal itu, bahwa kakek Maulana kembali menjabat menjadi kades Cibodas Herang. Semua warga tepuk tangan dan bersyukur. Mereka sudah lama mendambakan hal ini.

Kakek Maulana dalam sambutan nya juga memuji semua warga yang peduli pada persatuan pada desa, juga mengucap terima kasih pada segenap polsek cibadak.


Pov 3rd

Kakek meminta aki Tama untuk berdiri sebagai warga yang membantu para pejuang penegak keadilan, lalu mengucapkan terima kasih juga pada polisi dari polsek cibadak yang aktif mengamankan wilayah kemanan warga dalam hal ini kepada Briptu M Surya, terakhir kakek mengatakan mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepada seseorang yang mempunyai peran sangat besar mengungkap kejahatan di desa ini.. dan di angkat jadi warga kehormatan, kakek melihat ke arah baris ke enam belakang... melihat ke kiri... melihat ke kanan... mencari seseorang itu.. dan dia dan teman nya raib entah kemana.. kakek pidato nya terpotong. Ridwan yang menyadari hal itu, segera berdiri dan menghadap ke para hadirin dan menunduk hormat. Kakek yang menyadari kesalahan nya, segera mengklarifikasi, bahwa orang itu adalah Ridwan cucu nya. Yah, memang Ridwan termasuk berperan lah. Kalo dia tidak ajak Anto ke cibodas herang, mana mungkin masalah ini bisa selesai. Ridwan yang juga berperan aktif memberi info soal aktifitas kendaraan yang mengirim barang, dan yang terakhir mengantarkan abang-abang perkasa itu ke rumah sakit.

Pov Anto

Waduh cilaka 12, kakek mau kenalin aku nih.. nggak bisa ini sih. Memang dikenalkan hanya sebagai orang biasa, tapi kalo di jelaskan berperan besar membuka dan menumpas kejahatan, haissshh.. kacau..

Aku segera mencolek Neng dan Aiko segera pergi, teh Yeti juga ikut. Kami hanya ke dalam panti sebentar. Tidak berencana pergi sih, sebab Aiko masih sangat interest pada acara itu. Apalagi pada pertunjukan kesenian wayang golek, yang akan dilaksanakan sampai tengah malam. Aku tidak tega mengajak nya pulang saat ini.

Acara seremonial sudah selesai. Terlihat kakek dan aki Tama bersama dan berbincang akrab. Kemudian Ridwan dan Winda membawa seseorang kakek lagi bergabung. Kakek Maulana dan kakek itu berpelukan sangat erat dan saling dorong dengan akrab. Hah, ternyata itu kakek Nana Sutisna, kakek nya Winda, teman seperjungan kakek Maulana. Pantas mereka terlihat sangat suka cita. Damai nya hati ini..

Malam itu kami lalui dengan sangat gembira. Aiko menikmati sekali panggung musik yang banyak berisi lagu-lagu tradisional dan nasional. Kadang di seling dengan lagu perjuangan. Sebelum pentas wayang golek dimulai, musik di tutup dengan lagu Kebyar Kebyar nya ciptaan Alm Gombloh.
Kakek Maulana, kakek Nana Sutisna dan Aki Tama sampai berdiri bernyanyi dan mengeluarkan air mata kebahagiaan.





Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu

Kebyar-kebyar, Pelangi Jingga

Biarpun Bumi Bergoncang
Kau Tetap Indonesiaku
Andaikan Matahari Terbit Dari Barat
Kaupun Tetap Indonesiaku

Tak Sebilah Pedang Yang Tajam
Dapat Palingkan Daku Darimu
Kusingsingkan Lengan
Rawe-rawe Rantas
Malang-malang Tuntas

Denganmu ...

Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu

Kebyar-kebyar, Pelangi Jingga

Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Nada Laguku, Symphoni Perteguh
Selaras Dengan Symphonimu

Kebyar-kebyar, Pelangi Jingga





Bersambung lagi suhu..

Mohon kritik dan saran ya suhu...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd