Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure Story 4 - NEXT GENERATION

Maraton baca 1 2 3 4 akhire done juga,matur suwon suhu..Moga ada kelanjutan nya lagi.
 
MULUSTRASI...


AYU ASTUTI


ANNA JULIA


AIKO HATORANGAN


DEANDRA HATORANGAN


YETI HATORANGAN




LANJUTANNYA ya hu....



Sesosok yang dari tadi diam membeku, pelan meninggalkan ruang tengah itu dan belari ke kamar sambil menutup mata nya.. sambil berbisik halus..

"Hati-hati ya sayang. Aku akan tetap menunggu mu sampai kapan pun. Aku sayang kamu Stevan..."



Stevan dan Putra segera bergerak menuju gerbang dengan berjalan cepat. Sekilas mereka berembug..

"Put.. nomor telp atas nama Yudhi itu udah aku input di aplikasi lacak kita. Sekarang kita harus ke serang.."

"Ya udah, kita charter mobil aja. Kita ke kebon jeruk dulu, ada charter mobil pribadi disana..."


jawab Putra

"Oke lah.. kita ke kebon jeruk pake ojol aja yah.."

"Ya udah oke..."


Tak lama kemudian mereka sudah meluncur ke wilayah yang ada rental mobil itu dengan ojek online yang mereka pesan.


~~~โ€ขยฐโ€ข~~~

Sementara itu di dalam rumah...

"Pah.. terus bagaimana? masa kita diam saja cuma nunggu anak lagi hadapin bahaya gini dan kita diam?"

tanya Dea khawatir

"Of course not. Saya tak akan membiarkan anak saya, istri saya, dan semua keluarga saya terutama isi rumah ini dalam bahaya. Stevan dan Putra tetap harus di biarkan mengatasi masalahnya. Dan mereka hanya akan menangkap pelaku dan eksekutor nya saja. Sedang yang lebih besar dari itu, itu yang papa akan hadapi. Otak dan creature dari semua ini. Papa yakin 100%, pembunuh si mantan Dirjen dan yang memfitnah Stevan dan Putra adalah orang yang sama. Sama-sama profesional dan sangat terlatih. Dan yang bisa berhubungan dengan pembunuh atau tentara bayaran di negara ini tidak banyak. Dan pasti dia juga dulu nya atau sekarang pun masih tentara bayaran itu. Hanya siapa yang menggerakkan dan membiayai mereka? apa yang mereka cari? siapa sasaran sesungguhnya? ini jadi tugas intelligent. Papa dan anggota harus "perang" dengan mereka."

terang Anto pada Dea, Aiko dan Yeti yang masih ada di ruang tengah itu.

Suasana hening, tampak wajah tegang dan pasti nya khawatir disana.

Mereka saat ini sadar, mereka memang bukan sasaran utama, tapi musuh mengetahui betul siapa mereka dan sangat memperhitungkan hal itu. Sehingga Anto dan keluarga perlu untuk dihambat dan kalau perlu dibenturkan dengan pihak lain yang dirasa punya kewajiban untuk itu. Yaitu pihak kepolisian. Caranya adalah, memfitnah Stevan dan Putra agar mereka ditahan polisi. Dengan demikian pikir mereka, pasti Anto akan sibuk mengurusi sang anak sehingga lupa dan lengah akan pengawasan inteligent nya. Tapi pada kenyataannya, Stevan dan Putra di hari yang sama itu juga bisa keluar dan segera menyusul mereka, si sang Pengintai itu.

"Saat ini kita sangat perlu hati-hati mah. Hp jangan sekali-kali lengah kita biarkan tergeletak. Itu sumber pelacakan yang paling utama saat ini. Kalau kamera intai sudah steril di seluruh wilayah rumah ini, Novi dan Jessi sudah men scanner semua sudut dan sudah pasti steril. Yang kedua adalah laptop yang terhubung dengan koneksi internet. Sebisa mungkin, selalu di awasi. Jika kita gunakan, dan muncul notifikasi ada infiltrasi sistem dari luar seperti yang sudah papa ajarkan pada kita semua disini, segera shut down maka self protect nya akan langsung menghalau keluar si penerobos itu dan memblock semua data kita agar tak tercuri. Jadi menggunakan laptop pun baiknya jangan lengah dan ditinggal kan sampai kita bisa membereskan ini semua."

"Ya pah.. kami paham.."

"Oke, sekarang papa mau ke ruang kerja papa. Semua tetap waspada walau jangan berlebihan. Bersikap normal saja."

"Ya pak.. ada yang bisa mama bantu..?

tanya Aiko

"Pasti ada. Tapi belum sekarang. Nanti papa panggil kalau papa perlu.."

Anto pergi ke ruang kerja nya. Aiko, Dea dan Yeti masih diam. Hari sudah gelap..



~~~โ€ขยฐโ€ข~~~


Di waktu yang sama, di sebuah resort sekelas bintang tiga di perbatasan anyer dan carita. Tampak empat orang muda masuk resort itu. Setelah check in mereka menuju lantai dua. Masuk ke kamar dengan tipe besar. Terdapat dua kamar di dalam, ada ruang tamu, dapur, kamar mandi, toilet plus balkon yang menghadap ke laut. Ini adalah kamar yang bertipe semi apartement, sebab terdapat fasilitas layaknya seperti di rumah sendiri. Dapur pun lengkap dengan kitchen set yang full dengan alat-alat nya. Air minum tersedia full di dispenser, kompor, microwave, sampai penyedot asap pun terpasang lengkap. Jadi tamu bisa dan memang biasa membawa sendiri bahan makanan mereka, dan mereka mengolah nya langsung di dapur dari kamar itu.

"Wah.. badan pegel banget. Nonstop dari kita dari cilacap. Edan.. gue mau tidur dulu yah.. gue yang paling lama nyetir.."

kata seorang lelaki tegap dengan rambut tipis hitam, kulit gelap. Tinggi 170cm an dengan TShirt polo hitam, jeans biru dan sepatu karet nya. Setelah meletakkan ransel hijau khas tentara, ia segera melompat ke atas kasur kamar yang di depan.

"Woi.. buka dulu kenapa itu sepatu.. ganti baju dulu kek.. kita sampai kapan di sini..?"

tanya seorang lelaki lain. Lelaki bule tapi sipit, tinggi 175cm an. Pakaian modis dengan memakai kaos oblong putih yang di tutup jaket parasut biru muda, celana jeans biru mahal dan sepatu gunung dari kulit warna coklat.


"Iya iya... ini gue buka sepatu. Kita sampe besok kaya nya disini. Bisa juga lebih. Udah nikmatin dulu aja lah.. gue ama Ayu kamar sini yah, lo ama Anna di belakang. Biar bebas dah, gue mau nikmatin hidup dulu barang sebentar. Dari bulan lalu tugas mulu.. lagian ketua tadi sms gue bilang situasi masih aman. Gue hitung-hitung bulan madu sebentar deh ama Ayu. Dia yang nikah, gue yang garap.. hahaha... kalau dia hamil juga dah ada suaminya ini.."

jelas si lelaki sambil melirik wanita yang berambut panjang sepunggung dengan dress tanpa lengan dan memakai celana panjang bahan press badan coklat. Yang dipanggil Ayu itu

Si Wanita yang disasar hanya senyum sambil melotot ke arah si lelaki.

"Tapi kan laki nya masih di mobil noh.. "

jawab Wanita bule satu nya yang dipanggil Anna. Yang memakai kaos you can see yang di lapisi sweater tanpa di kancing di bagian luarnya.

"Biar aja, ntar tengah malam kita beresin bentar. Biar dia tidur nyenyak dulu, ntar malam dia tidur selamanya.. "

jawab sang lelaki gelap lagi

"Ya dah.. gue mau rendem air hangat lah.. pada nggeretek badan nih.. jangan ganggu yah.. ini urusan adik kakak... hehehe..."

kata sang lelaki bule. Ternyata suadara nya Anna.

"Hah.. adik kakak sableng lo berdua.. ngewe dah lama kaga ada hasil nya mulu.."

"Yeh.. emang gue gak mau kali.. ntar gue jadi emak-emak yang cuma ngurusin anak. Gak ah.. ntar aja.. gue masih mau seneng-seneng.."

jawab Anna dengan genit

"Emang boleh yah di tempat lo sono incest gitu..?"

tanya si lelaki gelap lagi.

"Resmi yah gak lah.. tapi dilarang secara langsung juga enggak. Bebas aja.. asal gak rugiin orang lain. Gak pusing orang lain mah. Hidup hidup gue, yang jalanin juga gue, cuek ajalah.."

terang si lelaki bule

"Yo ah.. gue ngantuk.. eh sayang.. kita bobok yuk.. ntar malam kang mas mu ini harus memberesin suami mu itu. Yah kita bikin yang seger-seger lah biar semangat nih.."

"He em.. "

Ayu mengangguk malu

Tapi tiba-tiba..

"Bentar, ini si ketua telpon.."

jawab si lelaki gelap.

"Ya saya Yudhi Pratomo disini.. "

"Saya informasikan, dua orang yang ditahan polisi sudah bebas. Waspada, mereka sudah sadar situasi. Serangan balasan bisa dilontarkan. Ber dua sedang meluncur. Segera tuntaskan misi dan kembali ke markas.."

"Siap.. laksanakan ketua.."

Hubungan terputus..

"Sialan.. si Stevan dan Putra udah lepas. Dan udah paham situasi lagi. Wah kita harus ekstra hati-hati. Malah barang baru sampe besok malam lagi yah?"

"Hmmmh.. hebat juga jaringan dia. Siapa yang dibelakang dia ini, pasti petinggi kepolisian juga.. ya udah, kita bagi tugas.. Yudhi dan Gue ntar yang mindahin barang, Anna yang jaga situasi. Orang kita yang kerja dah siap kan..?

"Udah, dari tadi siang udah stand by di lokasi. Tadi si Asep udah wa gue. "

"Selama operasi besok malam, Anna harus mastiin kalo situasi aman. Ada yang coba ganggu, musnahkan.. biar gue ama Yudhi bantu di atas. Ayu.. eh.. kamu nunggu aja deh di dekat situ. Ntar kita liat di sana. Feeling gue operasi kali ini akan sulit, gak kaya biasanya.."

jelas si lelaki bule

"Emang dia bisa tau kondisi dan posisi kita? Tenang aja bro.. kalau dia bawa polisi sini, aman dah diatur semua. Kalau dia ber dua yang muncul, berarti cari mati.. hahaha.. kroco mau lawan naga.."

jawab Yudhi

"Eh.. jangan sembarangan. Stevan itu juga ada isi nya. Kemarin dulu gue sempat kepentok ama dia pas pelajaran aritmarika. Dia yang paling bahaya. Yang pecahin hipnotis gue juga dia.. kalau Putra gue gak tau, kayanya dia gak bahaya. Ikut-ikutan Stevan doang dia.."

Anna mencoba menjelaskan sesuatu. Ternyata dua orang kakak beradik ini adalah Ivan dan Anna. Teman satu sekolah Stevan dan Putra plus Novi tentu nya.

"Halah Ann.. katanya lo penasaran ama Stevan.. ayo buktikan. Taklukan dia.."

jawab si Lelaki bule, Ivan

"Oke.. tapi lo jangan cemburu yah kak.. dia bisa tergila-gila ama gue. Kalau memang perlu, gue bisa aja nanti masuk jadi anggota keluarga nya dia.. hehehe.. asal gue bisa selesaiin tugas. Dan lo jadi bengong doang menyesali nasib.. hehehe.."

kata Anna

"Gak akan.. langkahin dulu gue baru dia boleh ambil elo.."

jawab Si bule Ivan lagi.

"Wuiihh.. so sweet.. gue mau liat ah.. emang lo bisa apa Ann?"

tanya Yudhi

"Hipnotis cuma salah satu keahlian gue.. yang lain kan lo gak tau. Dan gak akan gue kasih tau lah.. yang penting.. gue bisa ngerasain kontol nya Stevan dan menghisap sari kekuatan nya.. hahaha.."

jelas Anna dengan pongah nya



Lewat tengah malam, sebuah mobil pajero hitam keluar meninggalkan resort itu. Resort yang mengambil nama Pulau wisata terkenal di wilayah pasifik. Mobil meluncur ke arah selatan menuju ke arah wilayah kabulaten pandeglang. Menyusuri jalan pesisir laut, yang berisi pantai wisata carita. Terus ke selatan, sampai pada satu pertigaan tak terlalu besar. Mobil berbelok. Terus masuk, ternyata menuju ke pinggir laut. Mobil di parkirkan. Lalu salah satu pria itu turun, di luar di temui seorang lelaki lain yang muncul dari balik semak. Terjadi pembicaraan singkat.


Si lelaki yang muncul dari luar itu balik badan, menuju semak. Tak lama muncul dua orang lainnya dan sambil menyeret sebuah perahu kecil. Dan perahu itu mulai di turunkan ke laut, yang saat itu cukup tenang, dan pantai yang langsung curam tanpa pasir, sehingga perahu bisa langsung terapung sempurna.

Di susul kemudian, ternyata lelaki yang dari mobil tadi telah menggotong sesosok tubuh lelaki yang di bantu seorang lelaki lain yang juga dari dalam mobil.

Sosok tubuh lelaki yang terlihat tak bergerak, entah pingsan atau sudah tewas itu, di naikkan ke perahu. Lalu kedua lelaki itu mundur. Dan tiga orang lelaki yang sebelumnya dari luar itu naik ke perahu. Perahu bergerak pelan menjauh sambil membawa sosok tubuh yang tak bergerak itu. Lambat laun perahu berjalan ke tengah, makin jauh dan menghilang di kegelapan malam.

Ya, lelaki yang dari mobil itu, Yudhi dan Ivan. Sedang lelaki yang tak bergerak itu adalah Aryo, suami dari Ayu.

Aryo ingin dihabisi di tengah laut dan tubuh nya akan di lempar ke laut. Setelah sebelum nya akan di pukul atau dihantam untuk mastikan Aryo untuk tidak hidup lagi..

Setelah lima menit, Yudhi dan Ivan menunggu dan yakin tujuan mereka telah terlaksana, mereka kembali ke mobil. Tak lama, mobil mundur dan memutar arah terus meninggalkan tempat itu.



Sementara itu, di sebuah bis antar kota antar provinsi. Dua orang pemuda tanggung masih terkantuk-kantuk. Bis keluar pintu tol serang timur lalu meluncur ke arah terminal pakupatan, kota serang. Sudah lewat tengah malam. Ke dua nya turun dan hendak bersambung lagi dengan angkutan mobil tanggung arah labuhan, pandeglang. Dikarenakan masih sangat malam, kendaraan yang dituju telah habis. Sambil menenteng ransel ke dua nya masuk ke sebuah kedai makanan yang masih buka.

Tak lama mereka duduk, tapi hp salah satu dari pemuda itu bergetar..

"Put.. ini komandan telp. Aku terima sebentar yah.."

bisik seorang dari mereka

"Ya.. aku ikut.."

"Ibu sebentar ya bu, kita izin ke toilet sebentar. Itu pesanan kita tetap kok ya bu. Gak apa-apa ya bu...?"

Si ibu penjual hanya mengangguk

Pemuda tersebut yang ternyata Stevan dan Putra. Stevan yang mendapat panggilan dan juga Putra segera menepi keluar warung menuju sebuah halaman toko yang masih tertutup.

"Hallo.. saya komandan, Stevan...

"Stevan, Putra, kalian dimana saat ini?"

"Siap, terminal pakupatan serang.."

"Oke, saya mau info kan. Tugas kalian hanya menangkap dan melumpuhkan Yudhi dan tim nya. Setelah lumpuh, beri sinyal, maka akan diamankan oleh anggota. Hindari bentrok dengan polisi, polisi di sana sudah di pihak mereka. Ini adalah usaha penyelundupan keluar wilayah Indonesia. Dengan instrumen nya kapal pengangkut baru bara yang akan loading dan stuffing dari pelabuhan labuhan, batu bara di kirim untuk kebutuhan PLTA banten 2, di wilayah labuhan. Ini ada otak nya, tapi biar itu bagian saya. Kalian harus gagalkan usaha penyelundupan itu dan ringkus semua yang terlibat. Terutama Yudhi dan kaki tangan nya. Dia ada urusan pribadi dengan keluarga kita. Kita perlu dia untuk memaksa dia mengatakan siapa pimpinan nya. Mengerti..?"

"Siap... mengerti..."
jawab Stevan dan Putra bersamaan..

"Oke.. seperti yang telah kalian tau. Ini operasi rahasia. Resiko nya kalian tau. BERHASIL TIDAK DIPUJI, TERTANGKAP TIDAK DI AKUI, HILANG TIDAK DICARI.. Pasukann..."

"Siap..."

"Laksanakan..."

"Siap... laksanakan.."

Hubungan terputus..

Kedua bersaudara itu saling pandang..


Tak lama kedua nya kembali ke dalam kedai. Melanjutkan pesanan ke dua nya yang telah di siapkan ibu warung itu..

"Bu.. numpang tanya.. kalau mobil yang ke labuan udah habis ya bu?"

tanya Stevan

"Wah nak.. kenapa turun di sini. Tadi naik bis yang ke merak bukan? Harus nya turun di cilegon tadi.."

"Oh.. waduh.. salah yah..?"

jawab Stevan lagi

"Gini ajah, si adek ntar keluar terminal cegat mobil bis yang mau ke labuan ada kayanya. Tapi masih jarang. Kalo dari cilegon ada angkot yang langsung tanpa lewat pandeglang. Kalo bis pasti lewat pandeglang dulu, ya agak muter jadinya.."

"Gak apa-apa bu gak agak muter yang penting bisa sampai.."

kata Putra

"Kalian cuma ber dua? gak tau jalan lagi.. baru pertama kali..?"

"Iya benar bu.."

"Waduh.. hati-hati dek disini rawan. Kalian bisa di ganggu preman nanti.. udah kalian di sini saja dulu tunggu terang yah.."

"Oh.. gak apa-apa bu.. kami gak akan apa-apa kok. Kita biasa jalan jauh ber dua.."


jawab Stevan dengan senyum sambil menyeruput teh manis hangat nya.

"Tapi di sini beda dek. Ini daerah kulon. Tau kan?"

"Eh emang knapa bu..?"


tanya Putra penasaran

"Wah... sini majuan.. daerah kulon itu terkenal dengan masih banyak yang pegang ilmu.. tau kan maksud ibu..? mereka ada isinya.. "

bisik sang Ibu

"Oh.. ya ya ya.. tapi.. kami tetap harus jalan ya bu.. gimana yah? tapi kami yakin lah, Insya Allah gak ada apa-apa, kami kan gak ganggu bu. Jadi kami yakin ajah."

jawab Stevan lagi

"Wah.. kalian sungguh berani.. jarang yang berani seperti kalian.. gini saja, bagaimana kalau kalian diantar suami ibu saja biar kalian dikira saudara ibu.. biar ibu panggil bapak, tadi belum lama dia pulang dulu mau istirahat katanya sangat lelah dari siang menambal atap yang bocor.."

tawaran dari si ibu

"Aduh.. jangan ibu.. kami gak berani.. jangan.. kami merepotkan.. sudah gak papa bu.."

tolak Stevan halus

"Gak apa-apa bu.. kami bisa jaga diri kok.."

timpal Putra

"Ya ibu gak bisa bilang apa lagi. Hanya ibu khawatir.."

"Terima kasih ya bu.. kami senang atas perhatian ibu.. kami akan ingat terus kalau kami suatu saat singgah lagi. Ini semua berapa bu.."

"Eh.. 23 ribu dek.."


Stevan mengeluarkan selembar uang pecahan Rp. 50.000,-

"Ini bu.. sisa nya kami gak ambil. Kami terima kasih atas informasi dari ibu.."

"Dek.. iiihh.. jangan atuh.. ini lebih.. "

"Gak bu.. buat ibu saja.."


"Pokok nya mah, kamu harus balik lagi yah. Sisa uang kalian masih Rp. 27.000,- Ibu akan tetap ingat.."

"Kami ikhlas kok bu.. tapi kalau ibu tetap maksa, yah kalau Tuhan berkehendak, kami akan balik lagi kok bu. Kalau pun enggak, ya kami ikhlas.."


"Iya bu.. kami permisi ya bu.. Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumsalam.."



Kedua remaja itu meninggalkan warung. Berjalan bersama menuju pintu keluar terminal menuju jalan raya utama sambil melihat kiri kanan, lalu menyeberang dan menunggu di halte bus yang persis di seberang terminal.

Kedua nya masih memanggul tas ransel nya.

Semenit, dua menit tetap hanya satu dua kendaraan pribadi atau sepeda motor yang melintas.

Tiba-tiba dari belakang halte dari tempat yang gelap, muncul dua orang lelaki dewasa menghampiri ke dua nya. Tampang dua lelaki yang datang itu cukup menyeramkan.

Satu nya rambut nya gondrong, memakai kemeja lengan panjang yang di gulung tangan nya sampai siku, dua kancing paling atas terbuka sehingga membuat dadanya yang gelap ada tatto wajah wanita disana menjadi terlihat. Menggunakan celana jeans belel biru dan sepatu kets murahan.

Lelaki satunya, berambut pendek tapi awut-awutan, dengan kaos oblong polos merah, dan celana jeans 3/4 dengan menggunakan sendal kulit. Tapi tangan dan leher di penuhi dengan tatto bermacam bentuk. Entah kalau di dalam kaos nya itu..

Muka kedua lelaki ini tidak menunjukkan sifat bersahabat.

"Heh... mau kamana maneh..?"

tegor si lelaki gondrong

"Eh.. kita mau tunggu bus kang.. mau ke labuan.."

jawab Stevan

"Minta duit lah.. tadi saya lihat dari jauh uang maneh banyak. Sini dompet nya.."

si gondrong maju mencoba merogoh belakang celana Stevan..

Stevan mundur selangkah

"Jangan kang.. saya gak pegang uang banyak.. "

"Eeehh.. ngelawan maneh.. MAU MATII..??"


"Siapa yang mau mati kang..? Tapi jangan main paksa gitu.. kalau cuma sedikit ya aku ada.."

"Mana.. maneh gak tau ini daerah kekuasaan saya.. hahh..?"


Stevan dengan pelan, mencabut dompet nya dengan tangan kanan. Tapi..

"Aaaahhh.. lama.. "

Sreeettt....

Bruugghh...

"Anjing maneehh..."


si gondrong mencoba merebut sambil melompat maju.

Sepersekian detik akan berhasil, tapi tanpa di duga, dompet melesat ke tangan kiri, badan berputar ke kanan setengah badan, kaki kiri mundur setengah langkah, si gondrong lewat di depan Stevan, kaki kanan Stevan terangkat sejengkal dan menyandung kaki kiri kiri si gondrong... dan.. si gondrong terjerembab ke trotoar..

"Mati manehh.."

si gondrong bangkit dan menyerang Stevan..

Hiaaaahhh...

Pukulan kanan terlontar keras, tidak sembarang pukul ternyata. Ada jurus yang terdapat di pukulan itu.

Badan Stevan melengkung ke belakang, tangan kanan lewat, tapi setelah gagal menemui sasaran, tangan tertahan. Tangan kanan yang sama, di tarik sambil di tekuk dan siku di ayun mengincar dada Stevan.

Kaki kanan Stevan bergeser ke kanan badan memutar ke kiri. Kembali sikutan si gondrong luput.

Tapi kemudian tangan kiri yang terkepal dengan tekukan dua jari, telunjuk dan jari tengah lebih menonjol dari yang lain, meluncur keras ke arah leher Stevan. Jelas ia mengincar saluran tenggorokan si Stevan..

Stevan kembali menarik kaki kiri ke belakang, leher meliuk ke belakang. Sehingga kembali totokan si gondrong luput.


Wuuuuttt...


Dua gebrakan nya di elakkan dengan sangat cantik.

Si gondrong terdorong lagi ke depan. Stevan menghindar ke belakang satu langkah..

"Oohhh.. ada mainan juga manehh.. belom tau maneh siapa aing. Sekarang rasakan jurus kulon aing.."

Hiiaaattt...


Si gondrong pasang kuda-kuda, kaki terbuka lebar. Badan condong ke belakang, tangan membuka kembangan. Jelas ini dia membuka jurus silat. Aliran terkenal di kulon.

"Udah kang.. jangan.."

Stevan mencoba untuk menahan..

Tapi sang lelaki tetap memasang jurus, menarik nafas nya.

Terpaksa Stevan memasang kuda-kuda, tas di gendong di belakang. Kaki kiri maju serong ke depan, tangan kiri membuka dan tapak tangan kiri yang di depan mengadah ke atas, tangan kanan menekuk ke samping dada dengan tapak tangan membuka tapi merapat di dada. Lalu kaki kiri diangkat setinggi lutut.


Hiiaattt..

Wuuuttt.
..


Si gondrong melontarkan kaki kanan sangat bertenaga lurus ke arah rusuk. Stevan melengos sedikit ke kanan, kaki lewat di rusuk kiri, tapi..

Taapp...

Sreettt...

Dugghh...

Aaduuhh..


Tangan kiri Stevan menangkap kaki yang lewat di bawah ketiak nya, dan dengan sangat cepat, kaki kanan maju dua jengkal sehingga badan menghadap kiri dan sambil tangan kanan mengayun ke paha kanan si gondrong. Bukan pukulan yang keluar, tapi tapak tangan kanan Stevan mendorong paha itu, tangan kiri menarik kaki, tubuh si gondrong terlempar ke kiri depan dan jatuh terlentang hilang keseimbangan karena kaki kanan nya di dorong dan tarik oleh Stevan.

Satu gebrakan, Stevan kembali bisa mematahkan serangan musuh.

Si gondrong terguling memegangi pangkal paha kanan nya. Kaki terkuat nya tepat di sendi selangka terkilir di akibat di lempar Stevan.

Melihat temannya di lumpuhkan dengan dua gebrakan, teman satunya yang bertato penuh. Menggereng marah..


Heeaahhh...

Wuuuuuttt...

Sreettt...

Wuuuttt.... wuuuuttt...


Si rambut pendek lompat tinggi sambil melancarkan tendangan ke kepala Stevan. Stevan menunduk manis. Kaki lewat, cepat si tatto memutar badan lalu kembali menendang kaki kiri lalu di susul tendangan memutar kaki kanan.

Kembali Stevan mundur selangkah, dan kaki kiri lewat, kaki memutar kanan di elakkan dengan menundukkan badan. Pertahanan si tatto terbuka saat kaki kanan lewat badan Stevan. Stevan melihat kesempatan itu melontarkan pukulan pendek ke rusuk kiri si tatto.

Tapi..

Setengah jalan tangan terlontar, dia tahan dan membatal kan pukulan nya. Selamat si tatto.

Tatto yang menyadari baru saja lepas dari celaka, mundur cepat dua langkah dengan wajah gusar tapi cemas.

Dia sepenuh nya sadar sekarang, bahwa yang dia hadapi saat ini bukan di bawah nya kemampuannya. Walau usia nya jauh di bawah nya.

Tapi cepat dia menguasai cemas nya, digantikan dengan amarah.

Kembali dia siap menyerang.. kuda-kuda tae kwon do..

"Kang... sabar.. gak usah jadi begini.. saya gak mau kita nanti terluka.."

"Loba cangkem.. baru punya mainan sedikit, coba nasehatin... aing hancurin mulut maneh.."


Heeeaaahhh

Sreeett..

Suuutttt...

Hiiiihh...

Taappp...

Paaaakk...

Taaappp...

Dugghhh...

Kreekkhh...

Aakkkhhh...


Si tatto menendang dengan kaki kiri dari bawah lurus ke atas mengincar dagu Stevan.. Stevan melentingkan badan ke belakang, disusul pukulan melingkar tangan kanan si tatto menghajar muka, Stevan melengos kan kepala ke kiri, tangan lewat, si tatto menarik kaki kanan ke belakang, tangan di tarik, tapi kaki kiri terlontar ke arah kepala kanan Stevan, Stevan menangkis dengan tangan kanan, kaki itu tanpa turun menghantam mengincar pinggang Stevan. Stevan angkat dan tekuk kaki kanan, dan menghantamkan lutut nya menyambut tendangan si tatto.. benturan terjadi.. kaki kiri si tatto, tempurung kaki beradu dengan lutut Stevan.. terdengar suara berderak.. diakhiri dengan jeritan si tatto yang tergeletak sambil memegangi buku kaki kanan nya, yang sepertinya retak.

Stevan masih mengamati si tatto..


Tiba-tiba...

Wuuoossshhhh...

"Van... awaass.."

Daaassshhh...



Sebuah gelombang energi meluncur deras menghantam Stevan dari arah belakang nya. Energi yang memancarkan panas dan menggulung menghantam ke arah Stevan. Stevan yang agak terlambat menyadari nya tak sempat menangkis paling mungkin adalah melengos ke kiri atau kanan tapi tetap akan terhantam sebagian badannya.. tak sempat pula ia membentengi diri dengan energi bentengan nya.

Terdengar suara Putra meneriaki nya. Dan sesosok bayangan berkelebat tak dapat tertangkap bayangan mata, menerima arus pukulan itu dengan menghadang tangan kanan terlontar lurus menerima gelombang energi itu. Energi yang datang menghantam tangan kanan Putra.


Tapi...


Seperti sebuah wadah lembek, hawa pukulan itu hanya berdesis pelan dan lenyap.

Stevan selamat.

Tampak wajah Putra sesaat pucat, kakinya sedikit gontai. Tapi hanya sesaat, dan selanjutnya, ia kembali tenang dan wajahnya kembali seperti semula, seperti sedia kala..

"Maaf.. siapakah yang mau mengajar kami anak kecil ini dengan tangan yang sangat keras..? kami hanya anak kecil, masa di hajar dengan cara tidak layak, dibokong begini.. mohon kiranya paman atau bapak menunjukkan diri, agar kami yang muda ini bisa mengenal siapa kiranya paman yang gagah dan sakti ini dan memberi hormat yang layak.."

cetus Putra sambil bersiaga dengan menekuk kedua tangan di depan dada tanda hormat.

Sunyi sejenak. Tapi yang di tuju belum keluar dari arah gelapnya malam. Sedang Putra yang masih berdiri di pinggir trotoar, nampak terang sebab ada lampu jalan.

Tapi, mata Putra tetap memandang pada satu titik dalam gelap malam itu. Seakan tak terpengaruh gelap nya situasi, dan tetap memandang ke satu arah.

Tak lama kemudian, satu sosok keluar dari gelap persis di titik sasaran yang di pandang oleh Putra.

Sosok itu memakai baju hitam lengan panjang sejenis baju pangsi betawi. Ber ikat kepala slayer, memakai celana hitam silat.



BERSAMBUNG Ya suhu...

Mohon kritik dan saran nya ya hu...

Update berikutnya akan di kebut untuk mengejar cerita satunya..
wah ini agak nyambung sama kisahnya si aryo yg kasus di PLTU banten ya hu, penyelundup emas klo gak salah
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd