Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
semangat terus thor, kalo suhu yg buat udah mesti bagus wkwkwk
 
Episode 20ex

Chill Pill Extended (Second Place Trophy)



“Kita …” bisik Puchi dengan suara seperti mendesah tepat didepan telingaku. Entah kenapa aku malah bergidik dibuatnya.

.

.

.


Puchi pun mendorong tubuhku hingga jatuh dan duduk diatas sofa. Dia lantas membuka kemeja putih yang sedari tadi dia gunakan sebagai outer. Puchi ternyata mengenakan tanktop dengan strap yang tebal, namun sangat ketat sehingga payudaranya yang cukup besar tercetak dari balik tanktop tersebut.

Tatapan matanya yang sensual seperti menyihirku agar tetap diam terpaku dan memandang kearah wajahnya. Perlahan, dia mendekat dan mulai duduk diatas pangkuanku. Tangannya kembali mengelus wajah, bahu, hingga dadaku, membuat birahiku mulai bangkit.

Entah kenapa, wajah Puchi semakin lama semakin terlihat membesar. Bunyi nafasnya dapat kudengar dengan jelas. Sejenak, wajahnya berhenti bergerak dan tersenyum.

“Cuuphh … mmmhhh ….”

Tiba-tiba saja bibir Puchi menyambar bibirku. Dia lantas menciumku dengan cukup liar. Terasa mulutnya seperti ingin membuka mulutku. Lidahnya pun langsung menjamah seluruh rongga mulutku saat berhasil masuk. Semua yang terjadi terasa cukup cepat, dan membuatku bingung. Lebih baik aku berhenti berpikir dan menyerah pada insting hewan liarku. Insting yang membuatku membalas cumbuannya dengan ganas.

“Mmmhh .... Schlpp ….. Mmmh ….”

Cumbuan kami semakin lama semakin liar dan dalam. Tanganku yang awalnya berada di pinggul Pucchi bergerak turun, dan langsung meremasi kedua bongkahan pantatnya yang seksi.

“Aaahh … Kak Januuuh”

Remasan kepada pantatnya yang berisi sukses membuat Puchi mengerang keenakan hingga dia mendongak. Ciuman kami pun terlepas karenanya. Nampak benang air liur yang membentar diantara kedua bibir kami. Puchi kembali menatap nakal sembari menggigit bibir bawahnya.

“Nakal juga tanganlu, Kak,” ujar Puchi sembari menyeringai. Nafasnya terdengar tersengal, sepertinya birahi sudah mulai menguasai pikirannya. Pinggul Puchi pun terasa terus bergerak maju mundur. Nampaknya dia mencoba menggesek vaginanya yang masih tertutup denim panjang ketat ke Penisku yang menyembul dari balik celana. Diberi perlakuan erotis seperti ini, libidoku pun mulai membuncah.

“Puasin gue, Kak,” ucap Puchi yang lantas menyeringai menatap kearahku.

“Mmmh … Mmmph …. Mmmh!!”

Tanpa aba-aba, gadis liar ini kembali mencium bibirku. Tangannya sekarang mulai membuka kancing kemejaku satu persatu. Kini, Puchi mulai menurunkan cumbuannya dari bibirku menuju dagu, kemudian mulai menjilati leherku. Tangan Puchi mencoba menarik turun kemeja yang kugunakan.

Sembari mencoba menahan kegelian akibat jilatan dan hisapan Puchi dileher, kuangkat sedikit punggung hingga sekarang kemejaku bisa dilepaskan olehnya. Bibir puchi langsung bergerilya diatas tubuhku yang baru saja bertelanjang dada.

Puchi kini bersimpuh dihadapanku. Sambil menciumi daerah perut, dia mulai membuka ikat pinggang serta langsung menurunkan seluruh bawahan yang kugunakan. Penisku yang sudah ereksi keras langsung mencuat dan berdiri tegak dihadapan wajahnya.

“Yang ini juga udah ga sabaran, ya?” ucap Puchi sembari tersenyum kearahku. Tangannya mulai meremas-remas penisku. Bibirnya yang lembut mulai memanjakan batang berurat yang terlihat kokoh itu sembari tangannya mengocok sekujur batang penisku dengan lembut.

Dia pun membuka lebar mulutnya dan mulai melahap penisku. Mulutnya mengulum kepala penisku, terasa lidahnya ikut menjilati kepala penis itu saat berada didalam mulutnya. Kepalanya mulai bergerak naik-turun, semakin lama semakin membenamkan seluruh batang penisku didalam mulutnya.

HIngga akhirnya Puchi berhasil memasukkan seluruh batang penisku kedalam mulutnya. Ditahannya kuluman tersebut dalam-dalam ketika bibirnya sudah mencapai pangkal penisku. Dia tahan beberapa saat, membuatku dapat merasakan sensasi mulutnya yang basah dan hangat.

Cukup lama dia mendeepthroat penisku hingga dia menarik kulumannya. Sepertinya dia kehabisan nafas, terdengar dari helaan nafasnya yang cukup berat.

“Gimana, kak? Enak?” tanya Puchi sambil melihat kearahku. Dia terlihat senang saat aku mengangguk.

Penisku yang basah kuyup oleh liurnya lantas dia kocok dengan cukup kencang sehingga membuatku ngilu. Tak lama, dia mengulum penisku dan kembali memberi deepthroat. Dia melakukan hal yang sama beberapa kali sembari menatap nakal kearah mataku.

Anin dan Lala terlihat mendekat saat aku masih menikmati blowjob dari Puchi. Mereka pun ikut duduk diatas sofa mengapit tubuhku.

“Kak Jaan …” Kutoleh Lala yang berada di samping kiri. Tangannya membelai pipiku dengan lembut. Sesaat kami berpandangan, Lala nampak memperhatikan seluruh wajahku sebelum akhirnya wajahnya semakin mendekat.

“Mmmpph … mmmm ….” Seketika Lala menciumku. Tanpa basa-basi kubalas ciuman tersebut. Lumatan dan hisapan serta pertukaran air liur mulai mendominasi percumbuan kami. Saat fokus menggagahi bibir Lala, rasa geli tiba-tiba menyeruak di selangakanganku. Ternyata Puchi yang terus sedang mengocok batang penis kini mulai mengulum kedua buah zakarku secara bergantian.

“Mmmpph… Hahhh…”

Tak lama, Lala melepas cumbuannya dariku. Sepertinya dia kehabisan nafas. Sama sepertiku yang mulai terengah-engah akibat percumbuan barusan.

“Kak ….” Baru saja aku berusaha mengatur nafas, tiba-tiba Anin memanggil sembari menarik wajahku. Baru saja kutatap wajahnya yang terlihat sensual, dia langsung mencium bibirku.

Berbeda dengan Lala, kami hanya saling mengecup ringan satu sama lain. Anin nampaknya menyadari helaan nafasku yang masih terdengar cukup berat, membuatnya membiarkanku mengatur nafas terlebih dahulu. Dia pun terasa membiarkanku mengatur percumbuan ini.

“Mmm … ssllrrpp, cuuphhh ….”

Sesekali kujilat dan kukulum bibirnya. Anin pun membalas semua itu dengan perlakuan yang serupa. Tiba-tiba kurasa ada sentuhan lain di penisku. Aku sendiri tak terlalu memperhatikan hal tersebut dan memilih untuk fokus menikmati bibir Anin yang terasa sangat empuk.

“Haammhh … ccupphhh … mmm- mmpphh!”

Tiba-tiba terasa ada yang menghisap penisku dengan kuat. Hal tersebut sontak membuatku menengadah keenakan hingga cumbuanku terlepas. Seketika kutoleh kearah bawah. Ternyata Lala Sekarang sedang mengulum dan mengocok penisku dengan mulutnya. Disampingnya, terlihat Puchi masih sibuk menjilati pangkal penis hingga kedua buah zakarku.

“Aahhh … sss ….”

Perlakuan mulut kedua gadis itu benar-benar membuatku kerepotan menahan kenikmatan yang menjalar dari selangkangan menuju seluruh tubuh. Ingin sekali aku menggeliat dan menggerakan pahaku, namun kedua gadis yang sedang asik mengerjai penisku menahannya sehingga aku sulit bergerak.

“Slrpp ... slrpp ....”

Belum selesai aku menikmati seluruh perlakuan Puchi dan Lala, Anin yang masih berada disampingku sekarang mengulum putingku hingga kini mengeras. Sontak hal tersebut membuatku merasakan geli yang juga terasa cukup nikmat. Tak hanya itu, dia pun mulai mencolek dan memilin putingku

Tanganku seakan reflek mulai menjamah tubuh Anin. Tanganku terus menggerayangi tubuhnya, mencari-cari posisi yang pas untuk meraba payudaranya. Saat aku dapat menangkup payudara Anin, langsung kuremas payudara tersebut.

“Aawhh … pelan, Kak …” lirih Anin. Aku pun mengurangi tenagaku dan mulai meremas kembali payudaranya yang empuk. Setelah beberapa remasan dapat kudengar desahan Anin keluar dari sela-sela mulutnya saat mengulum putingku. Dibawah, Lala dan Puchi terus bergantian mengulum serta menjilati penis dan buah zakarku. Penisku nampak benar-benar basah oleh liur mereka yang menetes hingga belakang pahaku.

Dirangsang seperti ini, birahiku benar-benar membuncah. Terasa sperma yang sudah mulai menjejali kepala penisku mulai berontak ingin segera menyembur. Bersamaan dengan itu, Puchi dan Lala mulai berhenti bermain dengan penisku.

“Gue duluan, ya …” ucap Puchi sembari membuka celananya. Pantatnya yang sintal terlihat menantang saat dia membungkuk melepaskan celananya dari telapak kaki. Dia pun mulai duduk dipangkuanku, membelakangi sembari mengarahkan penisku untuk masuk kedalam vaginanya.

“Ssshh ….”

Puchi mendesis berbarengan dengan penisku yang mulai menjejali rongga vaginanya. Dia seperti mendesah lega saat berhasil duduk diatas selangkanganku, membenamkan seluruh batang penisku kedalam liangnya yang hangat.

“Kontol elu gede banghet sih, Kak ….”

Tanpa menunggu lama, Puchi pun mulai menggenjot penisku dari atas. Sambil bertumpu kepada kedua pahaku yang terbuka lebar, dia mulai menaik-turunkan tubuhnya, membuat penis terus bergesekan dengan dinding vaginanya. Anin yang berada di samping kiri kembali mencumbu bibirku. Sambil berciuman, tanganku ikut aktif menggerayangi payudara Anin. Kuremas-remas payudara kenyal itu sembari sesekali kupilin putingnya.

Plok Plok Plok

“Aahhh … uuuhhh ssshhh … enak banget ….”

Bunyi tumbukan antara selangkanganku dan pantatnya terdengar cukup keras selama permainan kami. Puchi pun tak menahan desahannya. Genjotannya pun terasa semakin cepat. Puchi terus menggenjot penisku dengan tempo cepat cukup lama hingga akhirnya dia menekan pantatnya cukup dalam hingga penisku terasa menabrak sesuatu didalam vaginanya.

“Sss … La, sinihh ….”

Puchi yang mulai gemetaran menarik tangan Lala yang duduk hingga sekarang Lala memeluk tubuhnya. Diarahkannya Lala agar menyingkap tanktop beserta branya hingga payudaranya mencuat keluar. Puchi kemudian mengarahkan tangan Lala agar menangkup payudaranya.

Lala yang mengerti keinginan Puchi lantas meremas-remas kedua bongkahan payudara yang sedang dia genggam. Desahan Puchi pun semakin terdengar keras. Vaginanya terasa berkedut, sepertinya dia akan mencapai orgasmenya. Sambil terus menggenggam tangan Lala, dia kembali menggoyangkan pinggulnya. Penisku seakan mengaduk isi vaginanya dengan nikmat.

“Gue nyampe- AAAHHH!”

Punggung Puchi menegang sesaat sebelum akhirnya tubuh Puchi ambruk menindih tubuhku. Dia orgasme. Vaginanya terasa lebih basah dan hangat. Puchi sendiri masih menggoyangkan pinggulnya, seakan ingin mendapat kenikmatan lebih dari orgasmenya itu.

Goyangan tersebut mampu membuatku menggelinjang keenakan. Aku sendiri tak bisa menahan gelombang orgasme yang sepertinya akan tiba sebentar lagi. Pinggulku mulai mengejan, menekan penisku kearah vagina Puchi yang berada diatas.

“Aku mau keluar …..”

Belum sempat aku berejakulasi, penisku terlepas dari vagina Puchi. Fuck! Sungguh tanggung rasanya. Tiba-tiba saja kurasakan rangsangan lain yang muncul di penisku. Saat kutoleh dapat kulihat Lala sedang mengocok batang penisku dan menghisap kepalanya. Sepertinya dia sempat mendengar rintihanku tadi. Tangannya kini terus mengocok penisku yang basah akibat semburan cairan cinta milik Puchi tadi.

“NNGGHH!!”

Tak perlu menunggu lama akhirnya aku sampai di puncak orgasme. Sambil mengejan, kutembakan spermaku kedalam mulutnya sebanyak enam tembakan. Tangannya terus mengocok batang penisku, seakan ingin mengeluarkan seluruh semen yang yang berkumpul dikepala penis itu. Penisku benar-benar dimanjakan oleh Lala, membuat rasa geli yang nikmat terus mendera disekitar selangkanganku.

“Cupphh … sllrrpp mmmhhh ….”

Belem sempat kulihat apa yang dilakukan Lala, Puchi mengangkat tangannya hingga memegang kepala belakangku. Dia pun menoleh dan langsung mencium bibirku. Sepertinya dia masih tak ingin orgasmenya mereda begitu saja. Kubalas ciuman itu dengan cukup liar. Sembari lidah kami bertaut, kuremas-remas dengan kuat payudaranya yang sekal hingga dia pun merintih keenakan ditengah cumbuan panas kami.

Deraan rasa nikmat yang sedari tadi terasa di selangkanganku mulai mereda, seiring dengan sentuhan dan hisapan Lala yang tak lagi kurasakan. Puchi pun ikut beranjak dari atas tubuhku. Tanpa basa-basi dia berjalan menuju dapur. Diambilnya botol minum didalam kulkas kemudian dia menegak langsung air dari botol tersebut.

Aku sendiri kembali bercumbu dengan Anin yang sedari tadi duduk disampingku. Tangan kami pun saling menggerayangi tubuh satu sama lain saat saling menautkan lidah dan menghisap bibir, membuat birahiku lambat laun kembali bangkit. Sama seperti Anin yang mendesah disela-sela cumbuan kami saat kuremasi payudara kenyalnya, aku pun terkadang melenguh saat remasan Anin meremas penisku dengan kuat.

Penisku sudah kembali perkasa berbarengan dengan nafsu yang sudah mencapai ubun-ubun. Langsung kugendong tubuh Anin seraya beranjak menuju kamarnya.

Lala yang sedari tadi mengikuti kami langsung menyusun bantal didekat headboard saat kusuruh. “Mau gimana, Kak?” tanya Anin yang sedikit kebingungan. Kubalas pertanyaan itu dengan senyuman seraya membaringkan tubuhnya hingga dia duduk bersandar kepada bantal dan headboard. Kuarahkan juga agar Lala berbaring disampingnya.

Kulucuti seluruh pakaian yang tersisa ditubuhku hingga telanjang bulat. Sambil membuka lebar kedua paha Anin, aku pun duduk bersimpuh di depan selangkangannya. Sejenak aku menoleh kearah wajah Anin dan Lala. Mereka membalas tatapanku dengan mata yang sendu. Hal tersebut sontak membuat nafsuku semakin membuncah. Langsung kuarahkan penisku untk masuk kedalam vagina Anin.

“Ssshhh aahhh, Kaaak …”

Anin mendesis cukup kencang saat penisku mulai memasuki liang vaginanya. Cukup lama aku tak merasakan vagina Anin yang masih terasa menjepit itu. Aku pun mulai menggoyangkan pinggul maju mundur, membuat Anin merintih dan mendesah keenakan.

Semakin lama aku pun semakin mempercepat pompaan penisku. Sodokan penisku pun semakin lama terasa semakin dalam, hingga terasa penisku seakan menyentuh sesuatu diujung liang vagina Anin. Nafas Anin mendengus kencang menerima sodokanku. Desahannya pun semakin terdengar kencang.

“Kak ….”

Lala yang berada disamping Anin nampak gelisah saat kutoleh. Dia yang sedari tadi hanya menonton disebelah kini menatap kearahku. Dia menatap dengan mata memelas sembari menggigit bibir bawahnya. Tangannya nampak berada diantara pahanya, mulai mengelus area intim miliknya. Nampak cairan bening mulai keluar dari sela-sela bibir vaginanya yang merekah.

“Akkhh ….”

Lala mendesah saat aku ikut mengelus bibir vaginanya. Tak lama jariku pun mulai menusuk liang yang basah itu, membuat Lala menghela nafas sembari menengadah. Sambil terus menggenjot Anin, aku pun terus mengocok vagina Lala dengan jari.

Nampak Anin dan Lala saling menatap sebelum berciuman satu sama lain. Lenguhan nafas berat dan desahan tertahan terdengar bersamaan dengan decak ludah peraduan bibir mereka. Lala pun mulai menggerayangi tubuh Anin yang berguncang akibat sodokan kencangku. Dia remas-remas payudara Anin, membuat wajah Anin meringis keenakan dibuatnya.

“Awwhh … kaaakkk uuuhhh ….”

Cumbuan mereka terlepas ketika Anin mendongak keenakan. DIa pun terus mendesah kencang. Vaginanya terasa lebih basah dan berkedut. Sepertinya dia akan orgasme. Kupercepat sodokan pinggulku. Lala kini mengalihkan cumbuan bibirnya kepada puting payudara Anin. Dikulumnya puting Anin, dihisap-hisapnya puting tersebut sembari memilin puting satunya. Diberi rangsangan bertubi-tubi seperti itu, tubuh Anin terus menggeliat. Tangannya terlihat meremas sprei dengan kuat.

“AAAHHH!!”

Desahan kencang dari Anin menandakan dirinya telah sampai di puncak kenikmatan. Dia orgasme. Pinggulnya terasa mengejan, membuat penisku serasa diremas oleh dinding vaginanya. Anin menarik rambut Lala, mendekatkan wajahnya agar dia kembali mencumbunya selama orgasme.

Nafas Anin terdengar tersengal saat kucabut penisku dari liang vaginanya. Kubiarkan dia beristirahat diatas ranjang, seraya mendekati Lala yang sepertinya sudah sangat ingin menikmati penisku.

Aku pun langsung merangkak diatas tubuh Lala. Langsung kucumbu bibirnya. Lala sendiri membalas cumbuan tersebut seraya mengalungkan kedua lengannya ke leherku. Sambil bercumbu mesran, tanganku mulai mengarahkan penis yang masih menjulang untuk masuk kedalam vaginanya.

“Mmmhh aaahhh Kaak … ssshhh ….”

Penis tersebut dengan mudah masuk kedalam vagina Lala yang sudah basah. Vagina Lala terasa lebih lebar dibanding dua vagina gadis sebelumnya. Namun, entah kenapa rasanya seperti ada sensasi meremas setiap kali penisku menyentuh ujung vaginanya itu. Kembali kuciumi bibirnya seraya terus menggerakan pinggul, memompa penis keluar masuk liang vaginanya. Payudaranya berguncang cukup hebat akibat tempo sodokanku yang semakin lama semakin cepat.

“Mmhhaahhmm … ccppllkk- aahh ….”

Cukup Lama kugenjot vagina Lala sembari mencium bibirnya. Peluh mulai menetes dari tubuhku, bercampur dengan peluh Lala diatas tubuhnya. Lala sepertinya akan mendesah dengan kencang bila bibirnya tak kukunci dengan ciuman. Nafasnya terdengar semakin berat dan memburu. Pahanya mulai menekan kearahku, dinding vaginanya pun semakin sering berkedut.

“MMMHHH!!”

Pinggul Lala tiba-tiba mengejan, kedua kakinya menekan pantatku agar aku mendorong penis semakin dalam ke liang vaginanya. Lala orgasme. Rangkulan tangannya yang berada di leher terasa semakin erat. Jemari Lala dengan kuat meremas bahuku hingga kukunya terasa menancap kedalam kulit.

Cumbuan liar kami pun berhenti saat orgasme Lala mereda. Lala nampak tersenyum puas sembari mengelus rambut yang menghalangi wajahku. Kubalas senyuman itu dengan menatap kearah wajahnya. Entah kenapa, tiba-tiba terasa hawa negatif dari samping kami.

Bulu halus disekitar leher seketika berdiri saat menoleh kearah hawa tersebut, dimana Anin menatap kearahku dengan cemberut. Kedua tangannya nampak menyilang didepan dadanya. Entah kenapa, dia nampak tidak senang.

“Gue ikutan dong,” ucap Puchi tiba-tiba sembari mendorongku yang sedang melamun. Aku yang tak siap lantas oleng. Beruntung, aku dapat menahan tubuhku yang hampir terjerembab menggunakan kedua tangan. Penisku yang sedari tadi menancap di vagina Lala pun terlepas. Puchi langsung merangkak diatas tubuh Lala dan menghadap kearahku yang bersimpuh. Penisku yang masih tegang pun langsung dia genggam.

“Ugh ….”

Rasa geli yang bercampur nikmat menjalar diselangkangan saat mulut Puchi mulai bereksplorasi seluruh bagian penisku. “Agak asin, ya?” pungkasnya. Jelas saja, penisku basah oleh cairan ejakulasi Lala. Namun hal tersebut tak menyurutkan aksinya untuk menciumi penisku.

Dibalikkannya penisku hingga bagian bawah penis itu menghadap kearahnya. Diciuminya dari pangkal hingga pucuk lubang kencing. Kemudian ciuman bibir Puchi terasa kembali turun menuju testisku. Kedua bola tersebut dia cium dan kulum secara bergantian, seraya tangannya mulai mengocok lembut batang penis diatas wajahnya.

“Enak, ya?” Aku yang sedang menikmati rangsangan Puchi tak menyadari Anin sekarang sedang berada disamping. Meski tampak merengut, dia langsung menarik kepalaku kearahnya. Anin langsung mencium bibirku dengan penuh nafsu. Butuh beberapa saat hingga aku mampu mengimbangi permainan bibirnya yang ganas.

Lidah Anin terasa mencoba masuk kedalam mulutku. Saat mulutku terbuka, lidah itu langsung aktif menyapu gigi hingga rongga mulut, kemudian mencari lidahku untuk bertaut. Tangan kanannya terus meremas kepalaku, menekannya agar bisa mencumbu bibirku lebih dalam. Tangan kiri Anin menggenggam tanganku, kemudian dia tarik ke arah dadanya.

“Hah- mmpphh … mmhhh ….”

Langsung kuremas buah dadanya yang kenyal saat sudah berada didalam genggaman. Anin pun mendesah disela ciuman panas kami. Dari bawah, penisku mulai terasa hangat. Sepertinya Puchi sudah memasukkan penisku kedalam mulutnya. Sangat dalam hingga kepala penisku menyentuh sesuatu didalam mulutnya itu. Kulumannya benar-benar terasa nikmat, hingga tak sadar aku meremas payudara Anin terlalu kuat.

“Mmhhaah! Pelan, Kak … Cupphh ….” Anin sedikit merintih, namun tak lama dia kembali mencium bibirku. Puchi pun sudah melepas kulumannya. Aku yang penasaran lantas mendelik kebawah. Puchi nampak ikut menoleh kearahku sembari tersenyum. Dia terus mengocok penisku yang basah kuyup akibat liurnya tadi.

Kembali dia mengulum penisku. Kepala Puchi bergerak maju mundur saat mulutnya mengocok penisku. Sesekali dia hisap kepala penisku sembari mengocok batang penis itu dengan tangannya. Seluruh kenikmatan yang diberikan oleh Puchi membuatku sulit untuk mengimbangi cumbuan Anin.

“A-ahh Puch ….”

Puchi tiba-tiba saja meremas penisku, membuatku sedikit merintih kesakitan. Saat kutoleh, Puchi nampak memejamkan mata sembari mengerang. Tak mampu kulihat dengan jelas, namun sepertinya Lala mulai merangsang vagina Puchi dengan mulutnya. Bunyi decak ludah terdengar cukup kencang dari arah pantat Puchi, menandakan lidah Lala sedang bermain di area intim milik Puchi.

“Ssshhh … aawwhhh ….” Kuluman Puchi semakin lama semakin tak beraturan. Beberapa kali dia hanya mendesah sembari meremas penisku dengan cukup kuat. Meski dia terus mengulum dan mengocok penis, lebih baik kuubah posisi ini sebelum penisku semakin membiru.

“Sudah, Puch …” ucapku seraya menarik pinggulku kebelakang, membuat kulumannya yang berantakan berhenti. Kembali kuarahkan penisku untuk masuk kedalam vagina Lala, seraya memegangi kedua pahanya agar terbuka lebih lebar.

Langsung kupompa vagina Lala dengan tempo yang cukup cepat. Tubuh Lala bahkan tersentak hebat seirama dengan tusukanku. Desahan Lala sendiri tertahan oleh vagina Puchi yang berada tepat dihadapan bibirnya, sehingga dia hanya bisa pasrah menjilati bibir vagina Puchi sembari menahan kenikmatan yang mungkin sudah menjalar ke seluruh tubuhnya.

Puchi kini membantuku merangsang Anin. Dia sendiri meremasi dan mengulum payudara Anin yang sekarang semakin merapatkan tubuhnya kearahku. Salah satu tangan Puchi nampak bermain di area selangkangan Anin, menggosok bagian paling sensitif di ujung vagina milik Anin. Tubuh Anin yang semakin menekan kearahku mulai menggeliat keenakan. Desahan pun semakin sering keluar disela-sela decak ludah percumbuanku dengannya.

PLOK!! PLOK!! PLOK!!

“Cpplkk … sshhh ammhh ….”

“Sllrrpp- aahhhmm … mmmhhh ….”


Suara tepukan antar selangkangan, bunyi lenguh, desah, decak liur maupun pergesekan antar kelamin bercampur didalam kamar yang sepertinya semakin panas. Keringat mulai bercucuran disekitar tubuh kami. Aku sendiri hanya pasif membalas cumbuan Anin karena fokus menggenjot vagina Lala, yang semakin lama semakin terasa berkedut. Kulepaskan ciuman bibir Anin seraya menambah tempo genjotanku.

“Slllrrpp-MMHHH!!!”

Pinggul Lala tiba-tiba mengejan kuat, membuat penisku terhisap semakin kevaginanya semakin dalam. Dia orgasme. Pinggangnya sedikit melenting sebelum akhirnya kembali jatuh seperti tak bertenaga.

Kusentakan penisku ke vagina Lala dalam-dalam sebelum kulepas. Cairan bening terlihat meleleh keluar dari sela-sela bibir vaginanya. Aku sendiri kewalahan mengatur nafas yang mulai terengah. Melayani tiga orang sekaligus merupakan hal baru bagiku, dan ternyata cukup menguras tenaga.

Belum lama aku beristirahat, Puchi bangkit seraya melepas tanktop beserta branya yang sudah berantakan. Dia pun membalikkan tubuhnya, membusungkan pantatnya yang sekal dan seksi.

Doggy gue … Kak,” pinta Puchi sembari menatap seksi kearahku. Kujawab permintaan tersebut dengan meremas pantatnya. Tanpa basa-basi langsung kusodok vaginanya.

Fuck! Penuh banghe-aaahhh ….”

Langsung kupompa vagina yang semakin terasa sempit itu dengan kecepatan penuh. Puchi yang terus tersentak hanya bisa mendesah. Kuremas-remas pantatnya yang menggemaskan itu. Sesekali kutekan dalam penisku sebelum kembali menggempur vaginanya dengan sodokan-sodokan cepat. Puchi sendiri tak menahan desahan maupun lenguhan yang keluar dari mulutnya. Bahkan, beberapa kata kotor mulai terucap keluar terdengar disela lenguh kenikmatan tersebut.

Otot pahaku mulai terasa pegal akibat persetubuhan yang sepertinya tak berujung ini. Namun, libido yang membuncah seakan memberi tenaga, membuatku terus bersemangat menggenjot vagina Puchi yang berada dihadapanku. Sesekali kuremas payudara Puchi, yang sekarang sedang bercumbu dengan Lala dibawahnya. Anin sendiri sekarang berada dibelakangku, menjilati dan menghisapi tengkuk serta leher sembari menggesekan payudaranya kepada punggungku.

“Mmuaahh … awwhhh anji-Aaahh … terusin Kak …. AAAHHH!!”

Selang beberapa lama aku menggenjot, pinggul Puchi mulai begetar. Dia orgasme. Vaginanya terasa menghisap penisku yang yang terus menggenjot dalam liang kemaluan itu. Puchi sendiri terus mendesah kencang ditengah genjotan tersebut.

Kutekan dalam penisku, sembari menikmati kehangatan liang vagina Puchi yang basah tak karuan setelah orgasme kembali akibat genjotanku. Tubuhnya hampir ambruk menimpa Lala yang berada dibawah saat genggamanku pada pinggulnya terlepas. Beruntung, Puchi masih dapat menahan tubuhnya untuk tetap merangkak dengan bertumpu pada kedua sikut dan lututnya.

Belum sempat aku beristirahat, Anin membalikkan tubuhku kearahnya untuk menciumku. Meski lelah, bibir Anin yang memang menjadi favoritku sangat sayang untuk kulewatkan begitu saja. Tiba-tiba saja aku memiliki tenaga untuk membalas ciumannya. Kulumat bibir bawahnya yang empuk saat Anin ikut menghisap bibir atasku.

Seakan terhipnotis, kubiarkan Anin menuntunku untuk berbaring diatas ranjang. Aku hanya fokus menikmati bibir Anin hingga tak sadar sekarang dia berada diatasku. Kulit kami yang bergesekan menambah kenikmatan percumbuan tersebut. Pinggulnya terus bergerak mundur, hingga sekarang vagina Anin berada tepat diatas penisku.

Pinggul Anin bergerak maju mundur, membuat vaginanya terus bergesekan dengan batang penisku. Setelah beberapa saat, Anin menggenggam penisku, dan langsung dia arahkan untuk masuk kedalam vaginanya. Perlahan, penisku kembali menjejali liangnya.

“Ssshhh, aahhh ….”

Anin mendesah saat dia mulai menggerakkan tubuhnya naik turun dengan perlahan. Setelah menemukan posisi yang pas, dia pun mulai menaikkan tempo genjotannya. Payudara Anin terlihat berguncang tak karuan saat tubuhnya terus bergerak naik turun. Aku pun membantu rangsangan Anin dengan menekan pinggulku keatas saat pantatnya bertemu selangkanganku.

Anin pun merubah gerakan pinggulnya menjadi maju-mundur. Dalam posisi ini, penisku seakan mengaduk isi vaginanya dengan lebih liar lagi. Sambil bertumpu kepada kedua pahaku, dia menggoyangkan pinggulnya dengan cepat, membuatku merem-melek saking nikmatnya goyangan tersebut.

“Aaahh … ssshh hhh … bentar lagihh, kaakk …” desah Anin yang semakin intens menggoyangkan pinggulnya. Rasa gatal pun semakin berkumpul di ujung penisku. Kutegakkan tubuh dan langsung memegangi pantat Anin, membantu goyangannya seraya pinggulku pun ikut bergerak mendorong penis, ikut menggaruk liang vaginanya dengan cepat.

Hembusan nafas Anin yang sedang mengalungkan tangannya keleherku semakin tersengal. Semakin lama, Anin semakin mengeratkan rangkulan lehernya sembari terus bergoyang liar. Tubuh kami semakin merapat sehingga puting Anin terus bergesekan dengan kulitku. Kami terus menggenjot hingga akhirnya kepala Anin menengadah keatas.

“Aku nyamp-AAAHHH!!!”

Anin orgasme ditengah desahan kencangnya. Kedua pahanya semakin kuat menjepit kearah tubuhku dan berkedut beberapa kali. Dia pun mencium bibirku ditengah badai orgasme yang sedang menimpanya.

Kulepaskan dekapan Anin seraya bangkit dan turun dari ranjang. Anin yang mengerti akan keinginanku ikut turun dan bersimpuh dihadapan selangkanganku. Dia lantas memberikan Boobjob menggunakan kedua payudaranya. Dijepitnya penisku dan dia gesekkan berulang-ulang. Beberapa kali di ludahi penis itu agar gesekannya lebih licin. Dia pun ikut mengulum ujung penisku sembari menjilati lubang kencingnya.

Orgasmeku pun mulai terasa semakin dekat. Sebentar lagi, sepertinya aku akan berejakulasi.

Aku mau keluar, kemari …” ucapku sembari menatap Lala dan Puchi yang sedang berada diatas ranjang. Mereka pun ikut bersimpuh disamping Anin. Anin berganti posisi. Dia sekarang mengulum kepala dan batang penisku dari depan. Dari samping Lala mengecup dan menjilati batang penis yang tak tersapu oleh mulut Anin. Puchi sendiri bermain dengan buat zakarku, dia kulum dan remas kedua bola tersebut dari bawah. Mereka lakukan semua itu secara bergantian, hingga akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan dalam hisapan mulut Anin.

“NNGGHH, Nin!!!”

Belum sempat kutarik penisku dari mulutnya, penisku menembakan spermanya dua kali didalam mulut hangat tersebut. Kembali kutembakan spermaku saat berada diluar diatas wajah mereka bertiga secara bergantian.

Dengan wajah berlumur sperma, Puchi meraih penisku dan kembali mengulumnya. Dijilatinya penis itu, mencoba membersihkan sisa sperma yang masih menempel. Selepas Puchi mengulum, penisku kembali merasakan hangat dan basahnya mulut Anin. Dengan telaten dia menjilati seluruh batang penisku sebelum dia kembali mengulumnya.

Selepas orgasme yang nikmat itu, kupandangi ketiga gadis yang juga seperti memandang manja kearahku. Mereka nampak tersenyum puas dengan permainan ini, begitu pun denganku.

Meski … sepertinya aku membutuhkan massage setelah ini.

.

.

.

tbc
 
Sambungan yang kemaren, nih.
Sebenernya kemaren juga udah mau beres sampe sini, cuma gegara kepanjangan akhirnya aku bagi 2 aja.

Semoga berkenan dengan update kali ini, kritik dan sarannya ditunggu, ya.
Baru pertama ini bikin 4some soalnya.
 
semangat terus thor, kalo suhu yg buat udah mesti bagus wkwkwk
Jadi mau author apa suhu, nih?
Ehehe'

Makasih banyak, kak. Semoga betah nongkrong disini.
Makasih kak, jadi apanya yang mantap nih?
wuuaahhhh parah si nadila
Emang parah, kak.
Sampe sekarang motifnya ga jelas juga, lagi.
Gaada rencana explore pov nadila kah hu?
Sejauh ini belum ada, kak.
Aku masih belum biasa pake pov cewek, apalagi buat SSnya.
 
Kuatkan bagian cerita, konflik dan lainnya, ss.terkadang malah ke skip... 😘
 
janu kasih massage yang beneran ya suhu author, kasian itu abis kerja rodi
 
Jadi mau author apa suhu, nih?
Ehehe'

Makasih banyak, kak. Semoga betah nongkrong disini.

Makasih kak, jadi apanya yang mantap nih?

Emang parah, kak.
Sampe sekarang motifnya ga jelas juga, lagi.

Sejauh ini belum ada, kak.
Aku masih belum biasa pake pov cewek, apalagi buat SSnya.
Tenang suhu, nanti ane kasih perawan yang spesial pokoknya dah 😆
buat nadila menyesal huu.....krn dah hianatin janu ( boleh di bikin pov nadia) tp jngan pake SS nya ya...geli nnti baca nya....btw lnjut terus huu....mantap kok...sejauh ini alue cerita nya...
 
Bimabet
Jarang-jarang nih ada yang bikin scene 3 vs 1 👏🏽👏🏽
Lagi coba hal yang baru, Kak.
Rencananya update berikutnya mau nyoba yang baru lagi.
Kuatkan bagian cerita, konflik dan lainnya, ss.terkadang malah ke skip... 😘
Siap Kak, ntar saya perhatiin lagi buat alurnya.
janu kasih massage yang beneran ya suhu author, kasian itu abis kerja rodi
Tenang aja, Janu kuat, Kok.
kayanya ....
buat nadila menyesal huu.....krn dah hianatin janu ( boleh di bikin pov nadia) tp jngan pake SS nya ya...geli nnti baca nya....btw lnjut terus huu....mantap kok...sejauh ini alue cerita nya...
Tapi kan Janunya juga kayak gitu, kak.
Janunya kena karma kali, ya.
Dahsyat sekali updatean nya ehehe
Semoga kedepannya bisa lebih dari ini, kak.
Makasih updatenya om
Sama-sama, Kak.
Semoga terhibur dengan updatean kali ini.
anjiir hot paraaah
Makasih kak, semoga kedepannya makin hot lagi
Makasih banyak, kak.
semoga masih betah nungguinnya.
Makasih apdetnya hu, ajib paraahh
Sama-sama, Kak.
Anin Lala lagi banyak konten lagi di sosmed, jadi pengen nambah lagi adegannya.
di tunggu klanjutannya huu
Siap, Kak.
Ditunggu aja.
Fuck anin lonteee
Kok cuman Anin aja, kan ada yang lain juga disana.
Tap dipikiranku juga Anin yang paling hot, sih.
ehehe'
Kopong dah
Habis, Kak.
Pulang-pulang lemes.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd