Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
akhirnya ada waktu buat baca!

Penulis di subforum ini lagi pada suka ngentangin pembaca ya? wkwkwk padahal saya juga suka ngentangin.
Ini Nadila ditunggu-tunggu lagi kemunculannya malah kentang, eh tapi gapapa deng kalo gantinya Aby hehehe.
 
Dia pun menelan seluruh sperma yang berada dimulutnya. Disekanya seluruh sperma yang berada di wajah sebelum dia kulum jarinya tersebut. Setelah wajahnya bersih, dia pun akhirnya bangkit. Tatapannya terlihat sinis memandang kearahku.

“Segini doang, Kak? Masa baru gue sepong udah crot?” Ledeknya. Wajahnya benar-benar terlihat meremehkan. Aku yang masih menghela nafas hanya tersenyum kecut menanggapi omongan tersebut.

“Tadi hanya sisa permainanku dengan Nadila. Dia pergi begitu saja, meninggalkanku yang belum berejakulasi sama sekali.”

“HAHAHA!!”

Semoga nanti siang/sore bisa tayang full episodenya. Masih ada ingredients yang musti disesuaikan.

Mohon bantuannya.
 
Dia pun menelan seluruh sperma yang berada dimulutnya. Disekanya seluruh sperma yang berada di wajah sebelum dia kulum jarinya tersebut. Setelah wajahnya bersih, dia pun akhirnya bangkit. Tatapannya terlihat sinis memandang kearahku.

“Segini doang, Kak? Masa baru gue sepong udah crot?” Ledeknya. Wajahnya benar-benar terlihat meremehkan. Aku yang masih menghela nafas hanya tersenyum kecut menanggapi omongan tersebut.

“Tadi hanya sisa permainanku dengan Nadila. Dia pergi begitu saja, meninggalkanku yang belum berejakulasi sama sekali.”

“HAHAHA!!”

Semoga nanti siang/sore bisa tayang full episodenya. Masih ada ingredients yang musti disesuaikan.

Mohon bantuannya.
hmm swing both ways? janu dan nadila masing-masing main gila sama orang lain?
 
Dia pun menelan seluruh sperma yang berada dimulutnya. Disekanya seluruh sperma yang berada di wajah sebelum dia kulum jarinya tersebut. Setelah wajahnya bersih, dia pun akhirnya bangkit. Tatapannya terlihat sinis memandang kearahku.

“Segini doang, Kak? Masa baru gue sepong udah crot?” Ledeknya. Wajahnya benar-benar terlihat meremehkan. Aku yang masih menghela nafas hanya tersenyum kecut menanggapi omongan tersebut.

“Tadi hanya sisa permainanku dengan Nadila. Dia pergi begitu saja, meninggalkanku yang belum berejakulasi sama sekali.”

“HAHAHA!!”

Semoga nanti siang/sore bisa tayang full episodenya. Masih ada ingredients yang musti disesuaikan.

Mohon bantuannya.
Maen sama siapa klimaks sama siapa wkwk
 
Dia pun menelan seluruh sperma yang berada dimulutnya. Disekanya seluruh sperma yang berada di wajah sebelum dia kulum jarinya tersebut. Setelah wajahnya bersih, dia pun akhirnya bangkit. Tatapannya terlihat sinis memandang kearahku.

“Segini doang, Kak? Masa baru gue sepong udah crot?” Ledeknya. Wajahnya benar-benar terlihat meremehkan. Aku yang masih menghela nafas hanya tersenyum kecut menanggapi omongan tersebut.

“Tadi hanya sisa permainanku dengan Nadila. Dia pergi begitu saja, meninggalkanku yang belum berejakulasi sama sekali.”

“HAHAHA!!”

Semoga nanti siang/sore bisa tayang full episodenya. Masih ada ingredients yang musti disesuaikan.

Mohon bantuannya.
Wah, beda orang sama yg ditelpon kemaren ya ini, kegocek lagi wkwk
 
Episode 12

Swing Both Ways



“Halo … Kak Jan?”

“Halo ….”

“Ada apa, Kak? Kakak lagi sama Kak Nadila, kan? Nggak apa-apa telepon aku?”

“Things got messed up, bad.” Kuhela nafasku sebelum kembali berbicara. “Tawaranmu kemarin masih berlaku?”

“….”

Cukup lama aku menunggu gadis tersebut menjawab pertanyaanku. Aku yang mulai tidak sabar kembali berbicara.

“Halo?”

“….”

“Kak Janu kesini aja, ya? Aku tunggu ….”


.

.

.

Tak butuh waktu lama, aku pun akhirnya tiba di apartemen Anin. Setelah memarkirkan mobil di basement, aku pun langsung memasuki lift untuk naik ke lantai dimana unit apartemen Anin berada. Langsung kutekan bel yang berada disamping pintu kamarnya.

“Siapa, ya?” Terdengar suara lembut dari Anin keluar dari speaker yang berada dibawah bel.

“Ini aku, Nin.”

“Kak Janu? Bentar, Kak.”



Tak lama, pintu unit apartemen pun terbuka. Anin pun langsung muncul dari balik pintu dan menyambutku dengan senyuman yang sangat manis.

“Masuk, Kak.” Anin pun meraih lenganku dan langsung dia tarik masuk kedalam apartemen. Terlihat dia seperti senang akan kedatanganku.

Sret

Kutarik tubuh Anin yang berada sedikit didepanku, lalu kulingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Anin yang awalnya sedikit terhenyak kemudian kembali tersenyum sembari menatapku. Senyumannya terlihat semakin lama semakin lebar.

“Kamu terlihat cantik, Nin,” pujiku sembari menyibak rambutnya yang sedikit menghalangi wajah.

“Gombal, ih. Pasti tadi sama Kak Nadila juga ngomongnya gitu,” balasnya sembari memukul pelan bahuku. Anin mencoba untuk cemberut. Namun kelamaan memudar tersapu oleh senyuman dari wajahnya yang semakin tersipu.

Lambat laun jarak antara wajah kami pun memudar. Anin sendiri sudah memejamkan mata, mulutnya terlihat sedikit menguncup. Belum sempat bibir kami bertemu, mataku merasakan ada seseorang yang sedang mengamati. Benar saja, seorang gadis berambut ungu terlihat sedang menatap kearah mataku.



Aku hanya terpaku melihat gadis yang perlahan mendekati kami. Anin yang sedari tadi menunggu sembari terpejam, kini kembali membuka matanya.

“Kenapa, Kak?” Tanya Anin dengan wajah keheranan. Namun, ekspresinya seketika meringis saat gadis berambut ungu tersebut meniup lubang telinga Anin. Dia pun bergidik karenanya.

“Iihh Puchi, apa-apaan sih!? Geli tau!” Gadis yang bernama Puchi itu hanya terkekeh saat Anin merengut kearahnya.

“SIapa, Nin?” Tanyaku kepada Anin.

“Kenalin, Kak. Dia Puchi,” ujar Anin memperkenalkan Puchi yang ada di sampingnya.

“Halo, Kak Jan. Kak Anin sering ceritain Elu ke Gue. Katanya elu pacarnya Kak Nadila ya? Berani amat elu main dibelakang doi. Sama Kak Anin lagi yang sama-sama member. Brengsek juga elu, ya?” cerocos Puchi sembari tersenyum simpul.

“Puchi!” Anin yang seperti kaget akan kelakar Puchi langsung menoleh kearahnya. Anin terlihat panik langsung menoleh kearah Puchi yang malah terkekeh.

“Tak apa, Nin.” Ujarku sembari tersenyum. “Tapi, apa yang sedang kalian lakukan disini?”

“Ah, itu ….” Entah kenapa, Anin berhenti berkata dan malah tersipu. Dia malah menundukan kepala saat kucoba untuk menatap matanya.

“Biasa lah, Kak. Dia lagi dianggurin sama Kak Erza,” celetuk Puchi. “Tadinya juga dia mau jalan sama elu kan, Kak? Tapi elunya malah main sama Kak Nadila. Ya udin, akhirnya gue deh yang jadi pelampiasan.” Puchi pun tersenyum lebar setelah penjelasan panjang tersebut. Entah kenapa, Anin malah terlihat salah tingkah dibuatnya.

“Kita terusin yuk, Kak Anin,” ujar Puchi sembari memeluk Anin dari belakang. Anin kembali terkejut. Namun, dia terlihat semakin tersipu setelahnya.

“Teruskan apa, Nin?” Tanyaku penasaran.

“Kalo elu berdua nggak ade, ya gue lah yang kebagian muasin Anin,” dengus Puchi. “Gue nggak mau Kak Anin kalo sampe maen sama sembarang cowok. Lagian, gue juga suka sama Kak Anin. Lucu banget nggak sihh??” Puchi pun lantas mencubit pipi Anin yang kenyal.

Anin benar-benar tak mampu berkata maupun berbuat apapun lagi. Wajahnya benar-benar merah seperti udang rebus. Aku hanya bisa tersenyum melihat Anin salah tingkah seperti itu. Puchi sendiri terus memainkan wajah Anin dari belakang sembari tertawa kecil.

“Iiiihhh puuchii …. Udaaah doongg …” rajuk Anin. Puchi pun kembali tertawa karenanya.

“Oke deh, sayangku …” ucap Puchi sembari membalikan tubuh Anin hingga menghadap kearahnya. Belum beres Anin terkejut, Puchi langsung melumat bibir Anin dengan tiba-tiba. Anin yang awalnya kaget lambat laun terlihat menikmati cumbuan tersebut. Keduanya pun terlibat percumbuan yang sangat menggairahkan. Lidah mereka terlihat saling menjulur, saling bergantian mencucup dan melumat.

“Cuupphh … Shhh …”

Mmhhpp … aahhemmpp ….”

Puchi pun menjambak rambut Anin agar terus menekan kearahnya, membuat ciuman mereka terlihat semakin dalam. Tangannya yang masih bebas pun terus bergerilya menggerayangi tubuh seksi Anin. Rangsangan demi rangsangan terus membuat tubuh Anin yang semakin dikuasai birahi mulai menggeliat. Terlihat, tubuh bawah mereka sudah mulai saling bergesekan.

Aku hanya diam melihat Puchi yang semakin agresif mencumbui Anin. Kali ini, cumbuannya turun menyasar leher Anin yang mulus. Anin yang terlihat menikmati mendongak sembari mendesah merdu. Terlihat kepalanya terus bergerak, mencoba memberikan ruang agar Puchi bisa menikmati seluruh bagian kulit lehernya.

“Uuhhh … sshhh ….”

Desahan Anin semakin menjadi, bahkan berubah menjadi erangan saat Puchi menciumi tengkuk dan belakang telinga Anin. Anin bahkan seperti bergidik menerima rangsangan dari mulut Puchi yang begitu intens. Celanaku menjadi sempit hanya dengan melihat aksi panas mereka. Darahku terasa berdesir.

Puchi lalu mendorong tubuh Anin hingga duduk diatas sofa. Anin hanya pasrah, saat Puchi kembali mencumbui bibirnya sekaligus mulai meloloskan baju terusan yang Anin gunakan. Tubuh seksi Anin sekarang hanya berbalut bra dan celana dalam berwarna hitam terus digerayangi oleh Puchi yang berada disampingnya. Pagutan, jilatan, hisapan hingga buaian dari Puchi terlihat membuat Anin kepayahan menahan rasa nikmat akibat rangsangan tersebut.

Pergumulan bibir mereka sesaat terhenti ketika aku duduk di sofa sebelah mereka. Tanpa banyak bicara, langsung kulumat bibir Anin yang menoleh lemah saat aku duduk disebelahnya.

“Cppplkkhh … mmmhh … ssllrrpp ….”

Tanpa menunggu lebih lama, kami pun langsung saling mencumbu. Suara kecap serta susupan ludah terus terdengar saat kami saling menikmati bibir satu sama lain. Semakin dalam sehingga ciuman kami semakin panas. Beberapa kali kulumat bibirnya yang empuk. Anin pun tak mau kalah, dia susupkan lidahnya masuk kedalam mulutku, lalu menarik lidahku untuk dia hisapi.

Puchi terlihat tersenyum kecut menoleh kearah percumbuan kami. Dia pun seperti mengalah dan mulai menikmati bagian tubuh Anin lainnya. Lidah dan bibirnya yang tak kalah seksi sekarang menjelajahi leher mulus Anin. Dengan mudah dia lepas bra hitam yang sedari tadi menutupi payudara Anin yang cukup besar. Tangannya pun sekarang sangat terampil membuai payudara Anin seperti koki yang sedang mengaduk adonan roti. Anin sendiri terlihat semakin liar menggeliat, peluh pun sudah bercucuran membasahi kulitnya.

“Hhh … aahh … ssshh … puch hhh … Kak Janu-nngghh ….”

Hembusan nafas Anin terdengar sangat berat. Rona pipinya merekah merah. Matanya pun terlihat sangat teduh. Aku semakin bersemangat menikmati bibir Anin yang terasa bagaikan candu. Sama seperti Anin, dia yang sudah dikuasai nafsu birahi pun membalas seluruh perlakuan bibirku dengan tak kalah ganas.

Puchi yang berada di sebelah kanan terus menjilati puting Anin. Dijilatinya areola Anin secara berputar, kemudian digigitinya puting Anin yang sudah mengeras sebelum puting itu dia cucup dan hisap dengan kuat. Anin pun terus melenguh, sesekali matanya mengerjap di tengah cumbuan kami.

“Ngghh … hhmpp … ccllppkk … mmmhh … AAWWHHMMPP!!”

Pinggang Anin terlihat sedikit menegang saat dia melenguh kencang. Anin sepertinya orgasme. Matanya memutih sesaat sebelum kembali memcumbu bibirku gemas. Tangannya pun terasa kencang meremas-remas wajahku. Luar biasa, Puchi bahkan bisa membuat Anin orgasme tanpa sedikit pun bermain di area selangkangannya.

Tak lama Anin pun melepas cumbuannya. Kemudian, dia senderkan tubuhnya ke sofa sembari mulai mengatur nafas. Wajahnya sendu sehabis orgasme tampak tak jelas terhalang oleh rambutnya yang berantakan dan basah oleh keringat.

“Kak Jan ….” Perlahan Puchi yang duduk di sebelah Anin bangkit dan berjalan perlahan kearahku sembari menggigit bibir bawahnya.

“Cuuphh … mmmhhh ….”

Tiba-tiba saja bibirku dikecup olehnya. Kecupan yang semakin lama semakin liar. Terasa mulutnya seperti ingin membuka mulutku. Lidahnya pun langsung menjamah seluruh rongga mulutku saat berhasil masuk. Nafsu birahi yang sudah memuncak membuatku membalas seluruh perlakuan lidahnya.

“Mmmhh .... Schlpp …. Mmmh ….”

Cumbuan kami semakin lama semakin liar dan dalam. Tanganku yang awalnya berada di pinggul Pucchi bergerak turun, dan langsung meremasi kedua bongkahan pantatnya yang seksi. Tangan Pucchi pun terasa mulai bergerak, mencoba meremas-remas penisku yang sudah berdiri tegak dibalik celana.

“Schllppp ... mmppuaahh …. Haahh ….”

Pucchi melepaskan ciumannya. Terlihat benang air liur yang terbentuk ketika kedua mulut kami terlepas. Nafasnya mulai terdengar berat, bersahutan dengan suara nafasku. Pucchi kemudian menjilat bibirnya sebelum memandangi wajahku sembari tersenyum penuh arti.

“Jago juga, elu, Kak,” puji Puchi sembari menatap dalam ke mataku. “Dan seperti kata Anin, kayaknya, ga bakal mengecewakan,” lanjutnya sambil kembali menjilat bibirnya.

“Mmmh … Mmmph …. Mmmh!!”

Tanpa aba-aba, gadis liar ini kembali mencium bibirku. Dari bawah, terasa seseorang sedang berusaha membuka celana dan ikat pinggangku. Ternyata Anin yang sudah bertenaga kembali sekarang sedang bersimpuh diantara kami dan berusaha meloloskan celanaku. Puchi sedikit tersenyum ditengah cumbuan kami, kemudian ikut mencoba membuka kemeja yang kugunakan. Tak mau kalah, aku pun ikut menelanjangi tubuh Puchi yang tak kalah seksi dari Anin. tak butuh waktu lama hingga kedua gadis dihadapanku ini hanya tinggal memakai celana dalam sedangkan aku sendiri sudah telanjang bulat

“Ini sih bener kata elu, Kak Anin. Gede banget, sumpah!” Ujar Pucchi sambil sedikit menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat penisku yang sudah tak terhalang apapun.

“Hehehe …. Aku nggak pernah bohong, Puch,” jawab Anin dengan nada bangga.

Puchi pun sekarang ikut bersimpuh persis disebelah Anin. Mereka pun saling memandang dan tertawa kecil dihadapan penisku.

Itadakimasu~”

Pucchi langsung memulai dengan mendekatkan kepalanya ke penisku, hingga dapat kurasakan hangat nafasnya berhembus di area selangkangan. Tanpa pikir panjang, digenggamnya batang penisku. Diurutnya pelan dengan tangan kanan batang yang sudang sangat tegang tersebut.

Lidahnya mulai terjulur, menggelitiki lubang kencingku hingga tubuhku kegelian. Dia lantas memasukan kepala penis tersebut kedalam mulutnya, dengan terus mengurut pangkalnya dengan perlahan.

“Sshhh … aahhh ….”

Sensasi geli akibat lidah Puchi yang menggelitik kepala penis membuatku mendesis nikmat. Sensasi nikmat lainnya tak lama datang saat Anin mulai menjilati pangkal penisku. Lidahnya yang basah terus menerus turun hingga menuju kantung testisku. Langsung dia kulum dan remas kedua bola tersebut secara bergantian.

Perlahan, Puchi mulai memasukan batang penisku kedalam mulutnya lebih dalam lagi. Hampir setengah batang penisku sekarang berada didalam rongga mulutnya yang terasa basah dan hangat. Anin sendiri terus menerus menjillati testis dan pangkal penis yang tidak masuk kedalam mulut Puchi secara bergantian.

“Hhmm … hhhmmpp ….”

Kepala Puchi sekarang bergerak maju mundur, mengocok batang penisku yang berada didalam mulutnya. Kuluman yang diberikan Puchi benar-benar terasa nikmat. Terkadang mulutnya terasa seperti menghisap-hisap penisku. Begitu pun dengan Anin, bibirnya terus mengecup basah pangkal penis dan tangannya pun terus memijat-mijat testisku.

Anin yang seperti terdorong oleh dominasi Puchi terhadap penisku akhirnya bangkit. Dia pun lantas menyasar bibirku hingga kami pun akhirnya berciuman dengan panas. Tanganku mulai merayap bergerilya menuju payudara Anin. Kuremas payudara tersebut dengan gemas, sesekali kupilin putingnya yang berwarna senada dengan bibirnya yang mencuat tersebut, membuatnya melenguh disela pagutan kami.

Dibawah, Puchi terus menghisap dan mengocok batang kejantananku dengan penuh nafsu. Sesekali kulumannya terlepas, kemudian dia jilati kembali dari ujung batang hingga pangkal penis, membuat batang tersebut basah oleh air lirunya yang sesekali menetes jatuh ke lantai.

“Ccppllk … mmmhh … ssllrrpp ….”

Peraduan lidah dan bibirku bersama Anin pun semakin terasa panas. Lidah kami pun saling bertaut, saling bertukar ludah dan menghisap satu sama lain. Terasa jempol Anin menggesek-gesek putingku, membuatku merasakan sensasi geli yang cukup nikmat. Tanganku pun tak tinggal diam, mulai menelusup ke balik celana dalam Anin yang sudah sangat lembab. Kugosok-gosok klitorisnya sebelum akhirnya kumasukan jari tengahku mengaduk vaginanya. Anin pun dibuat merem-melek karenanya.

Pinggulku pun tak sadar mulai bergerak menyodok mulut Puchi. Puchi pun semakin lama terasa semakin dalam memasukan batang penisku ke mulutnya. Semakin dalam hingga penisku seakan mentok hingga ujung tenggorokannya. Sensasinya sungguh terasa sangat nikmat, terlalu nikmat hingga pada akhirnya pertahananku runtuh.

“Ngghh … aaahh, Puuch!!!” Aku yang sudah tidak tahan akhirnya mencapai puncak kenikmatan. Sambil menahan kepala Puchi, penisku berejakulasi didalam mulutnya.

“Ghhhkk … Mmmpphhh ghkkk …”

Lima hingga enam tembakan penisku menyemprotkan spermanya dalam mulut Puchi. Puchi terlihat tersedak. Namun, dia tak sampai melepas kulumannya. Terlihat sperma yang bercamput liur meleleh di sela bibir, saat mulutnya mencoba menampung seluruh sperma yang keluar dari penisku.

“Mmhh … Mpphh … Ngghh!”

Penisku masih menembakan spermanya saat kuluman mulut Puchi terlepas hingga bercecer mengenai wajahnya.

“Hhh … hh ….” Sambil menghela nafas, aku pun menatap kearah Puchi yang mendongkak. Wajahnya seakan tersenyum bangga. Aku sendiri hanya bisa menelan ludah melihat betapa erotisnya Puchi sekarang. Wajahnya yang belepotan sperma disaat mulutnya terbuka menahan spermaku yang hampir meluber keluar dari mulutnya.

Anin sendiri langsung mengulum penisku saat Puchi melepas kulumannya, mencoba membersihkan sisa-sisa orgasme yang masih menempel. Dijilatinya penis yang kembali basah oleh lumuran sperma dan liur. Anin pun terasa menghisap-hisap penisku saat berada didalam mulutnya, membuat pahaku kembali berkontraksi dan lemas.

Setelah puas menghisap dan menjilat penisku. Anin lantas membuka mulutnya sembari mendongak dibawah kepala Puchi. Puchi yang seperti mengerti maksud Anin lantas sedikit menurunkan kepalanya, membuat sperma yang tertampung di mulutnya sedikit demi sedikit turun dan masuk kedalam mulut Anin. Mereka berdua pun lantas menelan sperma yang telah mereka bagi, dan langsung menjilati bibir satu sama lain. Pemandangan yang kembali membuatku hanya menelan ludah karenanya.

“Segini doang, Kak? Masa baru gue sepong udah crot?” Ledeknya. Wajahnya benar-benar terlihat meremehkan. Aku yang masih menghela nafas hanya tersenyum kecut menanggapi omongan tersebut.

“Tadi hanya sisa permainanku dengan Nadila. Dia pergi begitu saja, meninggalkanku yang belum berejakulasi sama sekali.”

“HAHAHA!!”

Tak lama kemudian, tawa Puchi meledak. Aku sendiri hanya bisa melongo melihatnya tertawa hingga terbahak-bahak seperti itu.

“Kasian banget si elu, Kak. Berarti dari tadi nahan kentang gitu? HAHAHAHAHA!!!” Puchi terus terpingkal. “Denger Kak Nadila punya cowok aja gue udah kaget sebenernya. Ternyata cowoknya nggak kalah bikin kaget.”

“Kak Janu ada-ada aja, deh.” Anin menggelengkan kepalanya sembari menghela nafas.

“Kok elu mau-maunya sih, Kak, dikentangin kayak gitu?” Tanya Puchi kembali saat tawanya sudah mulai mereda. Aku hanya bisa kembali tersenyum kecut tanpa berkata apapun. Anin yang terlihat khawatir lantas merangkul dan mengelus bahuku.

Tak lama, Puchi mendekat. “Lu masih kuat kan, Kak?” Tanya Puchi sembari menarik daguku. Kemudian, dia kembali mengulum bibirku hingga terasa sangat basah. Belum sempat kubalas perlakuan bibirnya, cumbuan kami terlepas. Dia pun lantas menoleh kearah bawah kemudian tersenyum.

“Kontol elu masih ngaceng gitu, aman lah.”

Ditariknya Anin yang berada disebelahku masuk kedalam kamar. “Lanjutin di kamar, yuk,” Ajak Puchi sembari mengerlingkan matanya. Aku pun mengikuti mereka masuk kedalam kamar.

.

.

.

“Ccupphh … haahh … pucchh ….”

“Mmmhh … ssllurrp ….”

Kini, tubuh polos seksi Anin dan Puchi terlihat saling menindih diatas ranjang, menggeliat-geliat saat mereka berciuman dengan panas. Kulit mereka yang sudah mulai bermandikan peluh pun terus bergesekan. Harus kuakui, Puchi memiliki tubuh yang lebih seksi dibanding dengan Anin. Namun, kulit Anin terlihat lebih mulus. Damn! Mereka berdua terlihat sangat menggairahkan.

“Mmmhh … sslllrrpp … puuchh-hammpp ….”

“Ssshh kaakk-ccllppkk … nnngghh ….”

Anin sendiri terlihat pasrah didominasi oleh permainan liar Puchi. Dia hanya mengalungkan tangannya ke leher Puchi, saat Puchi yang berada diatasnya sangat aktif menggerayangi seluk belum tubuhnya. Tangan Anin sesekali meremas rambut dan menekan kepala Puchi saat dia tak mampu menahan remasan dan

Cumbuan Puchi terlepas dari bibir Anin, dan terus merambat turun. Puchi menghujani setiap senti leher Anin dengan ciuman, hisapan, hingga jilatan. Puchi terlihat semakin liar mencumbui leher Anin. Tangannya pun kembali bergerilya menyusuri lekuk tubuh sintal Anin, meremas payudaranya yang cukup besar, dengan sesekali jarinya memainkan dan memilin puting payudaranya yang semakin menegang.

Aku yang sedari tadi bersandar sembari menonton adegan lesbi mereka kemudian merangkak kearah pergumulan mereka. Kukocok sebentar penisku yang sedari tadi menegang lalu kusodorkan ke mulut Anin. Dia yang langsung mengerti keinginanku lantas meraih penis tersebut. Dijilatinya kepala penisku sebelum dia kulum dan masukan kedalam mulutnya.

“Hhmmpp … mmmhhh … ssllrrppp ….”

Kepala Anin bergerak maju mundur, mengangguk saat mulutnya mengocok penisku. Batang penis yang tak masuk kedalam mulutnya ikut dia kocok dengan tangan kanan. Hangat dan basahnya rongga mulut Anin, disertai dengan hisapan dari mulutnya cukup membuatku tak kuasa menahan desah yang terus keluar dari mulutku. Malahan, sekarang aku ikut menggerakan pinggulku seakan memompa mulutnya.

“Hhmmpp!?!?”

Tiba-tiba saja Anin melenguh cukup kencang meski tertahan oleh penisku yang masih berada didalam mulutnya. Tubuh Anin menggeliat, tangannya kembali meremas batang penisku cukup kencang. Ternyata, permainan Puchi tak disangka sudah sampai di daerah selangkangan Anin. Terlihat jari manis dan tengahnya mengobok-ngobok liang vaginanya Anin.

“Mmhh … Mmppuaah … aaahhh puuchh ….”

Kocokan jari Puchi yang semakin kencang membuat kuluman Anin terlepas. Wajah Anin semakin lama terlihat semakin merona, urat wajahnya pun terlihat menegang.

“Puuch-aahhh … gelii … pengen pi-aaahh ….”

“Keluarin aja, Kak Anin.” Sambil terkekeh, Puchi terus meningkatkan intensitas kocokan jarinya. Semakin lama semakin cepat. Anin pun terlihat semakin meringis. Tak lama kemudian, Anin pun terlihat mengejan. Puchi pun terlihat membenamkan jarinya dalam-dalam sebelum akhirnya dia mencabut jarinya dari liang vagina Anin dengan cepat. Puchi pun menggosok klitoris Anin dengan cukup cepat.

“Nnnggg!!!”

Desahan yang cukup kencang kembali menandakan bahwa Anin kembali orgasme. Namun, kali ini cairan bening terlihat menyembur kencang keluar dari vaginanya. Anin squirt! Tangannya terlihat mengepal kuat. Tubuhnya bergetar beberapa kali sebelum akhirnya cairan yang terpancar dari vaginanya terhenti.

“HHH … hhh … hhh ….”

Deru nafas Anin terdengar sangat berat disetiap hembusannya. Matanya nanar menatap kosong ke langit. Sepertinya orgasme kali ini cukup menguras tenaganya. Tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Bahkan, pahaku yang dia jadikan sebagai bantal terasa basah oleh keringat dari bekalang kepala dan lehernya.

“Awas, Kak.”

Tanpa aba-aba, Puchi mendorong tubuhku sembari kembali menindih Anin dengan posisi enam sembilan. Terlihat Puchi memegangi kedua paha Anin sebelum dia benamkan kepalanya kebawah. Anin pun tiba-tiba saja menggelinjang. Wajahnya terlihat seperti mengerang.

“Ssllrrpp … jilatin memek gue juga, Kak!” Sahut Puchi kepada Anin. Anin yang seperti kepayahan kemudian mencoba menjilati lipatan daging yang berwarna merah segar milik Puchi yang berada diatasnya. Namun, beberapa kali dia berhenti, kembali meringis menahan kenikmatan akibat jilatan dan hisapan Puchi kepada vaginanya. Puchi pun terkadang memejamkan matanya, dan juga ikut mendesah disela-sela jilatannya kepada vagina Anin.

Puchi mengulum jari manis dan tengahnya hingga basah sebelum dia kembali menusukan jari tersebut kedalam rongga vagina Anin. Anin yang kini menyerah oleh kenikmatan yang diberikan Puchi hanya melenguh, dan semakin kencang saat kedua jari Puchi kembali mengaduk liang intimnya. Lidahnya yang basah pun terus bergerak maju mundur menyapu klitoris Anin, membuatnya lenguhannya semakin kencang. Tubuh Anin pun terus menggeliat.

“Aahh … puucchh … geli-aahh … NNGGGH!!!”

Anin kembali menggelinjang hebat. Tubuhnya seketika menegang. Wajahnya kembali meringis dengan lenguhan yang terdengar tertahan. Dia kembali orgasme. Lagi, Puchi menggosok klitoris Anin hingga dia kembali squirt! Cairan bening kembali menyemprot dari vagina Anin membuat beberapa bagian ranjang menjadi basah kuyup karenanya.

Nafas Anin tersengal bersamaan dengan tubuhnya yang basah bercucuran keringat. Sepertinya orgasme yang tadi dia dapatkan terasa sungguh luar biasa, serta cukup menguras tenaganya.

“Aahh … pucchh bentar nngg ….”

Tanpa menghiraukan keadaan Anin yang masih kelelahan, Puchi kembali menunduk kearah selakangan Anin. Dia pun kembali menjilat dan menghisapi seluruh cairan yang keluar dari vagina Anin. Beberapa kali pinggul Anin tersentak karenanya.

Darahku semakin mendesir melihat bagaimana Puchi menghajar Anin hingga kepayahan seperti itu. Jantungku berdebar cukup kencang. Aku ingin ikut menikmati Anin! Tanpa banyak bicara lagi, kuposisikan diri didepan selangkangan Anin. Kubuka lebar kedua paha Anin lalu mulai memposisikan penisku diantara vagina Anin dan wajah Puchi.

“Elu mau ngentotin Anin, Kak?” Tanya Puchi sembari mendongak. Dia kemudian tersenyum simpul melihat anggukanku. Diraihnya penis yang mengacung tegak. Dia kulum sebentar penis tersebut hingga basah oleh liurnya. Kemudian dia arahkan kepala penis tersebut ke liang vagina milik Anin.

“Uuuhh … sshhh ….”

Perlahan, kugerakan pinggulku mendorong batang kejantanan menembus hangatnya lubang kenikmatan Anin. Tak lama, batang penis yang cukup besar tersebut amblas sepenuhnya ditelan legitnya vagina Anin. Beceknya liang senggama Anin memudahkan penetrasi penisku kedalamnya.

“Sshhh … pelan, Kak ….” Vaginanya masih sedikit berkedut saat aku pinggulku mulai bergerak perlahan. Setiap gesekan antara kelaminku dan miliknya memberikan sensasi yang sangat nikmat. Puchi yang sedari tadi menindih Anin pun bangkit, kini memposisikan diri disampingku. Sambil mengelus dadaku, disasarnya bibirku untuk kembali dia cumbu dengan penuh nafsu.

“Ccupph … Sslllrrpp … mmhh ….”

“Aahhh … ahh ….”

Bunyi decak ludah percumbuanku dengan Puchi bercampur dengan desahan demi desahan yang keluar dari mulut Anin. Udara dingin dari AC kamar Anin nyatanya tak mampu mendinginkan pergumulan yang sangat panas ini. Keringat terus menetes dari tubuh kami. Tanganku ditarik oleh Puchi menuju area selangkangannya. Jariku pun langsung menggosok klitoris Puchi sebelum akhirnya masuk kedalam rongga vaginanya.

Setelah beberapa lama kugenjot vagina Anin, Puchi menundukan kepalanya turun menuju selangkangan Anin. Dia pun turut menstimulasi Anin dengan menjilati klitorisnya. Anin sendiri hanya bisa terus mengerang pasrah sembari menggenggam sprei dengan kuat.

“Aahhh … uuhh … Kaakk Jaann … ssshhh … pucchh geliii uuhh ….”

Terlalu bersemangat menggenjot, penisku terlepas dari vagina Anin. Puchi yang melihat hal tersebut lantas mengulum penisku dengan cepat. Dihisapinya penis tersebut sebelum kembali dia arahkan masuk kedalam vagina Anin. Kembali, kupompa penisku keluar masuk vagina Anin dengan tempo yang cukup cepat.

Payudara Anin yang mengkilap oleh keringat terpental-pental naik turun saat hujaman penisku semakin kencang menghentak kedalam liang vaginanya yang terasa semakin becek oleh cairan cintanya. Anin yang mulai mencapai puncak kenikmatan terlihat sesekali meremas sendiri payudara sambil menggigit gemas bibir bawahnya yang seksi. Matanya pun beberapa kali terlihat terpejam.

“Aahh … kaakk Jaann ….”

Tubuh Anin mengejang. Punggungnya menegang sedikit terangkat. Vaginanya terasa berkedut dan menyemburkan cairan saat terus kupompa. Anin kembali orgasme. Kuhentakan penisku dalam-dalam sebelum akhirnya kucabut dengan cepat. Cairan bening kembali menyemprot. Anin kembali squirt. Walau tidak sebanyak sebelumnya, namun cairan bening tersebut cukup membuat selangkanganku basah.

Tubuh Anin kembali tersengal akibat orgasme yang baru saja menerjang. Dadanya naik turun karena nafasnya yang terengah. Rambutnya benar-benar lepek berantakan. Terlihat tubuh Anin terkulai seperti tanpa tulang berbaring lemas diatas ranjang.

Puchi pun kembali berinisiatif mengulum penisku yang basah karena cairan cinta Anin. Kemudian, dia lepas kulumannya, lalu dia kocok penisku yang masih sangat tegang sembari menoleh kearahku.

“Hajar lagi Kak Aninnya, Kak!” Seru Puchi sembari berbaring diatas ranjang. Tanpa banyak bicara kubalikan tubuh Anin hingga menungging diatas Puchi. Kepala Puchi sekarang berada tepat dibawah vagina Anin. Pantatnya yang bulat dan kencang kini berada tepat dihadapan penisku. Kuremas bongkahan padat yang menantang tersebut sembari mengarahkan penisku masuk kedalam rongga vaginanya.

“Ouuhh … Kaakk … lebih enak ginii-nngghh ….”

“SSshh ….”

Tanpa sadar aku ikut melenguh saat melakukan penetrasi. Tak dapat kupungkiri. Posisi ini membuat vaginanya terasa lebih sempit dan memanjakan penisku yang berada didalamnya. Aku pun mulai kembali menggerakan pinggulku. Penisku kembali keluar-masuk, mengaduk rongga vagina Anin dengan sangat nikmat.

“Ssllrrpp … mmhh ….”

Dari bawah, terasa testisku seperti ada yang memainkan. Ternyata Puchi sesekali meremas dan mengulum kedua bola tersebut secara bergantian. Tak hanya memberiku stimulasi tambahan, dia pun ikut menjilati klitoris Anin. Anin yang terus dirangsang dengan hebat tak mampu menahan desahannya. Dia pun mendongak sembari memejamkan mata. Mulutnya pun terlihat menganga.

“Aaahhh … Kaakk … Uuuhh … aahhh ….”

Aku yang gemas lantas menjambak rambut Anin hingga dia terus mendongak. Kupercepat gerakan pinggulku hingga suara tumbukan antara selangkanganku dan pantatnya terdengar cukup kencang. Kusodokan penisku sedalam-dalamnya, hingga terasa kepala penisku menabrak mulut Rahim Anin.

“Nngghh … aahh … Kaak Jaann … sshhh … nnngghh!!!” Lenguhan kencang Anin terdengar saat pinggulnya kembali mengejan. Dia kembali orgasme. Terasa Anin seperti menarik tubuhnya hingga penisku terlepas dari vaginanya. Puchi yang berada dibawah kembali menusuk-nusuk vagina Anin, membuatnya kembali squirt!

Tubuh Anin terlihat kelojotan selepas orgasmenya tadi. Tangan dan lututnya seakan tak bisa menopang tunggingannya hingga dia ambruk disebelah Puchi.

“Hhh … hh ….”

Helaan nafasnya terdengar sangat pelan, namun terasa berat disetiap hembusannya. Aku masih belum puas. Kembali kudekati Anin, kubuka lebar kedua pahanya dan langsung memposisikan penisku mulut vagina Anin. Penis yang masih basah karena cairan orgasmenya kembali meluncur dengan mudah masuk kedalam rongga vagina tersebut.

“Aak!” Pekik Anin saat penisku amblas seluruhnya kedalam vagina Anin yang masih berkedut. Anin yang masih tertindih oleh Puchi nampak pasrah saat kupompa kembali penisku dengan tempo yang langsung cepat.

“Aaahh … aahhh … aahhh ….”

Erangan Anin kelamaan melemah, bahkan sekarang mulutnya hanya menganga tanpa suara. Dinding vaginanyaterasa berdenyut menjepit bahkan seperti meremas batang penisku yang keluar masuk liang vaginanya. Liang tersebut terasa semakin licin saat gerakan pinggulku semakin kencang. Penisku seakan terus menghentak tubuh Anin seperti tanpa penghalang.

“Awwhh puucchh geli … ahh kaakk ….”

Puchi yang sepertinya belum puas mengerjai Anin kembali ikut dalam pergumulan kami. Dia gosok klitoris Anin sembari menghisapi payudaranya. Tangannya pun terus aktif meremas payudara Anin yang tak dia hisap. Segala macam rangsangan tersebut membuat tubuh Anin kelojotan. Vaginanya pun semakin terasa basah.

“Aahh aku … keluar ….”

Anin melenguh lemah saat tubuhnya kembali menegang. Anin kembali orgasme. Orgasme yang sepertinya benar-benar membuat tenaganya habis. Matanya bahkan memutih karenanya. Tubuhnya terlihat sangat lemas. Dadanya bahkan tersengal-sengal, hanya untuk sekedar menarik nafas.

Kedutan dari vagina Anin saat orgasme seakan memijit penisku yang masih berada didalamnya. Kenikmatan yang dia berikan ini akhirnya membawaku sampai menuju puncak kenikmatan. Damn!

Fuck … Ngghh!!!”

Kutusukan penisku dalam sebelum kutarik keluar. Kukocok sebentar penis tersebut hingga akhirnya spermaku menyembur kearah Anin yang sudah terkulai. Ceceran sperma bercampur dengan peluh terlihat melumuri tubuhnya mulai dari perut, payudara, bahkan ada yang mengenai dagunya.

Selesai berejakulasi, aku pun langsung menjatuhkan pantatku keatas ranjang. Pahaku benar-benar terasa pegal. Kucoba untuk mengatur nafasku yang tersengal, kelelahan akibat terus-menerus menggauli Anin. Anin sendiri terlihat tak bergerak. Sepertinya dia sangat kelelahan akibat orgasmenya yang terakhir dan langsung tak sadarkan diri.

Baru saja aku merebahkan diri diatas ranjang. Puchi merangkak mendekat kearahku.

“Elu jangan tidur dulu, Kak. Puasin gue, sekarang!” Puchi pun lantas menggenggam penisku. Diurutnya batang penis yang sudah setengah menegang tersebut.

Tak butuh waktu lama, perlakuan tangan Puchi membuat penisku kembali bangkit. Harus kuakui, dia benar-benar ahli dalam urusan memanjakan pasangannya dalam berhubungan seks, baik laki-laki maupun perempuan.

Birahiku kembali bangkit seiring dengan penisku yang sudah menegang sempurna. Puchi sendiri hanya tersenyum simpul melihat penisku yang kembali siap untuk bertempur. Aku pun bangkit dari duduk, kemudian bersimpuh dihadapan Puchi.

“Entot gue, Kak.” Puchi pun memutar badannya, sekarang menungging membelakangiku. Pantatnya yang tak kalah montok kini terpampang indah dihadapanku. Alih-alih langsung menggenjot vaginanya, aku malah membenamkan wajahku diantara belahan pantat Puchi.

“Sshh … uuhhh Kaakk ….”

Puchi seakan bergidik saat bibir vaginanya kujilat. Lidahku terus menelusuri garis vagina Puchi turun hingga kebawah, hingga sampai menuju klitorisnya. Pahanya terasa bergetar saat bagian paling sensitif tersebut kuhisap-hisap dengan cukup kuat.

Lidahku kembali naik menyusuri bibir vaginanya hingga akhirnya sampai ditengah bongkahan pantatnya. Akupun lantas melakukan rimming kepada lubang pantatnya tersebut.

“Aahhh … sshhh …. Elu apain pantat gue, anjing! Geliii aahh … enak banget!!”

Puchi yang terlihat penasaran dengan aksiku lantas menoleh kebelakang. Beberapa kali dia meringis sembari menggigit bibir bawahnya dengan gemas, saat lidahku terus-menerus menari mengelilingi lubang anusnya tersebut.

“Aahh … ssshh … udah dong Kaakk …. Buruan entotin gueehhh …. Gatel banget niihh ….”

Aku pun bangkit dan memposisikan penisku tepat didepan bibir vagina Puchi. Kuludahi penisku yang sudah mulai mengering sebelum aku mulai melakukan penetrasi. Sambil memegangi pinggul Puchi, aku pun mulai mendorong penisku untuk masuk kedalam liang intimnya.

“Auwhh ….”

Puchi melenguh saat kepala penisku mulai membelah bibir vaginanya. Kudorong pinggulku perlahan agar penisku semakin masuk kedalam vaginanya. Setelah beberapa goyangan, akhirnya penisku masuk seluruhnya kedalam vagina Puchi.

“Ssshhh … kontol elu lebih gede dari punya cowok gue, Kak.”

Setelah beberapa hentakan, penisku semakin lancar keluar-masuk mengaduk vaginanya. Aku pun lantas memompa penisku semakin kencang. Saking kencangnya hingga membuat ranjang yang menjadi alas kami bercinta ikut berguncang.

“Aaahh … sshhh … Fuck! Teruss kaakk ….”

Aku terus memompa vagina Puchi dengan tempo cepat. Nafsuku semakin tak terbendung melihat lekuk tubuh Puchi yang sangat seksi. Genjotan pinggulku kelamaan menjadi sangat liar. Kuhentakan penisku dalam-dalam di kemaluan Puchi yang semakin lama semakin terasa nikmat.

Cllpkk! Cllpkk! Cllpkk! Cllpkk!

Suara pergesekan kulit kelamin kami terdengar seirama disetiap sodokan penisku kedalam liang vagina Puchi. Sesekali kuremas pantatnya yang padat tersebut, bahkan terkadang kutampar dengan gemas hingga telapak tanganku tercetak merah di atas pantatnya yang mulus.

Kuhujam terus-menerus vaginanya tanpa henti. Puchi terus mengerang dan melenguh disetiap sodokan penisku. Suara dari Puchi yang terdengar sangat seksi terus membakar birahiku dan membuatku semakin bernafsu menggenjotnya.

Kutarik rambut Puchi hingga mendongak. Lalu kubungkukan tubuh mendekatkan wajahku kearah wajah Puchi. Kutolehkan wajahnya kearahku dan langsung kulumat bibirnya tanpa menurunkan tempo genjotan penisku.

Kulumat bibir Puchi yang empuk dengan liar. Lidahku pun menyusup masuk kedalam mulutnya, mencari lidah Puchi untuk bergumul. Puchi pun membalas seluruh perlakuan bibirku hingga akhirnya kami saling menghisap dan bertukar ludah.

“Mmhhh … ccllpkk … sshhh ….”

Tangan kananku pun merayapi punggung Puchi dan terus turun menuju payudaranya yang menggantung. Langsung kuremas gundukan daging yang tak kalah besar dari milik Anin. Payudara yang tak berada dalam genggamanku pun terlihat berguncang hebat akibat sodokan penisku yang tak mengendur.

Fuck, Kak. Enak banget. Gue hhh … mau nyampehh aahhh …” ucap Puchi sembari tersengal.

Kuhentikan seluruh aksi tanganku dan kembali memegangi pinggul Puchi. Aku pun bangkit dan langsung memompa vagina Puchi dengan lebih kencang lagi. Tak lama aku memompa, vagina Puchi terasa berdenyut. Vaginanya pun semakin licin akibat cairan cintanya yang mulai membanjir.

“Aaahh gue sampe UUHH!!!” Puchi melenguh kencang saat orgasmenya tiba. Pahanya bergetar. Terlihat punggungnya menegang. Puchi mendongkak sembari menggigit bibir bawahnya. Matanya terpejam. Tubuhnya pun terasa berat, seakan ingin ambruk. Sepertinya orgasme tadi membuat pahanya menjadi lemas.

Kedutan kontraksi vagina Puchi seakan memijati penisku dengan nikmat. Penisku terasa mulai berkedut, sepertinya aku pun akan segera mencapai puncak kenikmatanku.

“Sshhh … aahhh!!!”

Eranganku tak tertahan saat sperma yang mengumpul di kepala penisku memaksa untuk dikeluarkan. Kusodok dalam penisku sebelum kulepas genggaman kepada pinggul Puchi hingga dia ambruk meringkuk didepanku. Kuarahkan penisku kepada wajah Puchi dan mengocoknya. Puchi sendiri pasrah membuka mulutnya, menunggu penisku menembakan sperma kedalam mulutnya.

CROT! CROT! CROT!

Penisku langsung menembakan spermanya masuk kedalam mulut Puchi. Sperma yang keluar pun terasa masih cukup banyak padahal ini merupakan ejakulasi ketigaku. Terbukti dari mulut Puchi yang seperti kesulitan menampung sperma yang berada didalam mulutnya.

Puchi pun menelan sperma yang dia tampung didalam mulutnya. Dia pun menyeka lelehan sperma di bibir lalu dia masukan kedalam mulutnya. Setelah itu, Puchi kembali menjilati dan mengulum penisku, membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel bercampur dengan cairan cintanya.

Aku pun langsung merebahkan diri disamping Anin saat Puchi selesai mengulum penisku. Anin terlihat tak bergeming. Sepertinya dia sudah tertidur pulas.

“Gue puas, Kak,” Puchi pun ikut merebahkan tubuhnya disamping kiriku. “Gue mau dah sering kayak gini.”

Couldn’t agree more.” Aku mengiyakan ucapan Puchi tersebut. Aku sendiri cukup menikmati seluruh permainan tadi, dan juga berharap akan ada kesempatan selanjutnya. yang jelas. Permainan tadi, beserta seluruh aktifitasku bersama Nadila seharian penuh benar-benar menguras tenaga. Let us call it a day, shall we?

.

.

.

tbc
 
Akhirnya, aku bisa kembali update.
Seperti biasa, maaf kalo updatenya lama.

Di episode ini, kembali aku mengenalkan tokoh baru yang masuk kedalam cerita, menggantikan tokoh lama yang mungkin nggak bakal ada lagi porsinya (pada tau mungkin siapa).
Judulnya pun mewakili tokoh tersebut, yang dimana dalam cerita ini dia bisa menjadi role apapun dalam sebuah hubungan.

Cukup segitu kali yah pengantarnya, semoga cerita ini masih bisa berkenan untuk kakak-kakak semua.
 
ckck parah nih janu anak orang maen di tusbol aja.

duh itu siapa ya yang nelepon. jadi penasaran.
yah kalo liat lubang nganggur bawaannya pengen masukin aja sih, kak.
Ayo kak dilihat eps selanjutnya, udah tayang, tuh.
Wah kayaknya udah tau saya siapa yg bakal muncul, daripada spoiler mulu mending update lagi hu huehehe
Sudah tayang kak, silahkan dinikmati full version nya.
Wah, beda orang sama yg ditelpon kemaren ya ini, kegocek lagi wkwk
emang awalnya mikirin siapa, kak?
mmm anu tuan, tapi saldo rekening saiya belom bertambah ya? jangan main-main tuan! bisa bisa titit janu pindah ke pipi
ampun kak.
coba cek rekening, deh.
bakalan keluar karakter iblis :pandatakut:
waduh, masa disamain sama iblis sih, kebantai 1-6 dong?
aby kah yg akan ditemui??
sayangnya masih belum, kak.
akhirnya ada waktu buat baca!

Penulis di subforum ini lagi pada suka ngentangin pembaca ya? wkwkwk padahal saya juga suka ngentangin.
Ini Nadila ditunggu-tunggu lagi kemunculannya malah kentang, eh tapi gapapa deng kalo gantinya Aby hehehe.
Akhirnya kak.
Kemana aja nih?

Dikentanginnya sama Nadila, tapi crot nya malah sama yang lain ya?
ehehe'
hmm swing both ways? janu dan nadila masing-masing main gila sama orang lain?
Aku merujuknya ke tokoh yang baru dimasukin, Kak.
Nah, kalo Nadila sendiri aku nggak tau, kita liat aja kedepannya cerita ini bakal bagaimana.
yuk bisa yuk
sudah update, kak. silahkan dinikmati.
Maen sama siapa klimaks sama siapa wkwk
Namanya juga anak muda jaman sekarang.
Kak Farrel juga sering "jalan-jalan", kan? bahkan ibu GM juga jadi sempet jadi "rest area".
ehehe'
Menunggu sore

Wadidaw gagal naik nih ya
jadi dong, kak.
silahkan dinikmati.

mohon maaf, aby masih belum tampak.
 
Ah gila, mantep banget anin nya.

trisum sama puci, ga terduga banget sih.
emang awalnya mikirin siapa, kak?
Udah bener sih anin, tapi ga ngira kalo bakal threesome, sama puchi lagi hehe

Aurel ya yg diganti sama puci? Udah dapet mainan baru sih dia wkwk
 
Ah gila, mantep banget anin nya.

trisum sama puci, ga terduga banget sih.

Udah bener sih anin, tapi ga ngira kalo bakal threesome, sama puchi lagi hehe

Aurel ya yg diganti sama puci? Udah dapet mainan baru sih dia wkwk
Ceritanya stripping sih, kak.
kerangkanya ada, cuma pengembangannya bisa dibuat lebih-lebih lagi.
gimana respon sama materi yang didapet aja aku mah.

ini juga awalnya mau diberesin aja, cuma materi pas SR bikin pengen ngembangin lagi
ehehe'

rencananya masih ada 1 tokoh lagi, siapa tokohnya? tungguin aja.

Iya, biarin aja lah Aurel anteng sama Randi. siapa tau bisa ada side story
ehehe'
Gila puchi anin kombinasi maut
Mantap memang mereka berdua, Kak.
Berarti Nadila nih yg diganti donk
Nadila masih jadi heroine kok disini, cuma seringnya bikin kentang aja.
ehehe'
 
Awesome apdet. Gak nyangka pucchi muncul disini wkwk apalagi SS nya juga mantap.
Berharap Dila berakhir bahagia disini apalagi liat sifatnya Janu yang begitulah.
Awesome sekali lagi, ditunggu episode selanjutnya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd