Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT M A T A H A R I 2

Status
Please reply by conversation.
Tapi dendamnya purnama sm angger?
itu biar om @Kisanak87 yg menyelesaikannya wkwkwkwkwk..
tapi ini ada 2 kemungkinan sih yg lawan purnama tuh gagah atau badai soalnya yg ditakdirkan jadi penguasa kampus teknik kita kan badai, sedangkan gagah ada dendam pribadi masalah hati.. klo lawan angger bisa2 dibikin mati purnamanya soalnya angger lagi posisi mengerikan
 
BAGIAN 35
KEJADIAN DAN KABAR YANG MENGEJUTKAN







Pov Angger


TOK.. TOK.. TOK.. TOK.. TOK..

Aku langsung terbangun dan duduk di atas kasurku.. kurang ajar.. siapa yang gedor pintu kamarku..? ga sopan banget sih..? aku itu paling gak suka kalau lagi tidur diganggu seperti ini.. pengen kutinju aja rasanya orang itu.. jiancuukkk

TOK.. TOK.. TOK.. TOK.. TOK..

Kembali pintu kamarku digedor dengan kerasnya.. bajingaannn.. ini namanya bener – bener mancing emosiku nih.. asuu’ig..

“SABAR..!!!” teriakku.. aku lalu berdiri tanpa memakai kacamataku.. setelah itu aku berjalan kearah pintu kamarku, dengan kepala yang agak pusing dan agak emosi..

Dan ketika aku membuka pintu kamarku, dua orang berdiri dengan wajah yang sangat misterius menatapku.. dua orang itu memakai jaket kulit hitam, memakai topi dan bercelana jeans.. dandanan mereka seperti detektif yang ada difilm - film.. asuuu… mau detektif atau siapapun, perduli setan sama mereka.. bajingaannn..

“Gerhana Matahari Sandi..” ucap salah orang yang berjaket kulit hitam.. dia bertanya dengan tatapan yang tajam kearahku

“iya.. ada apa ya..?” tanyaku dengan malasnya sambil membalas tatapannya..

“ikut kami sebentar..” ucap orang itu lagi..

Cuukkk.. sudah banguninnya gak sopan, sekarang malah ngajak aku keluar..? bikin tambah jengkel aja manusia ini..? dan terlihat dibelakang para detektif ini, teman – teman ku memandangku dengan tatapan yang kebingungan..

“ada apa sih..?” tanyaku dengan agak emosi..

“kami mau minta keterangan dari anda..” ucap orang itu lagi..

“keterangan..? keterangan untuk apa..?” tanyaku yang tidak ada rasa takut sedikitpun kepada mereka berdua.. terus terang aku makin jengkel dengan cara mereka yang tidak bersahabat ini..

“terlalu banyak tanya kamu..” sahut orang yang ada dibelakangnya..

“saya warga negara yang baik di negeri khayangan ini pak.. pertanyaan saya pun tidak melanggar hukum.. kalau bapak – bapak mau membawa saya keluar.. oke saya ikut.. tapi tolong jelaskan dulu, siapa bapak - bapak dan dari mana..? kalau bapak dari instansi tertentu, mana surat tugasnya..?” ucapku dengan tegasnya.. dan aku gak tau, mereka ini aparat atau hanya detektif swasta yang sedang menyelidiki sesuatu..

“sebenarnya saya gak ingin berbicara seperti ini pak.. tapi sikap bapak – bapak ini yang memaksa saya untuk berbicara seperti ini..” ucapku lagi sambil menatap mereka bergantian..

“jangan terlalu banyak bicara kamu..” ucap detektif yang dibelakang itu.. akupun langsung menatapnya dengan tajam..

“sudah – sudah.. tujuan kami kesini, hanya untuk membawa saudara keluar.. karena kami butuh keterangan dari saudara..” ucap orang yang pertama berbicara kepadaku dan kelihatannya dia pimpinannya.. dan tatapanku kualihkan kepadanya..

“anda orang terakhir yang bertemu dengan saudari Dinda Kamaliya Candrarini kan..?” ucap detektif itu..

Dan perkataan detektif itu, langsung membuatku terkejut dan terdiam.. tubuhkupun sampai merinding dibuatnya.. orang terakhir berbicara dengan Dinda..? emang ada apa dengan Dinda..? semalam kan aku mengantarkannya kekosannya dan setauku dia gak kemana – mana lagi.. terus kenapa manusia dihadapanku ini, berbicara seolah – olah ada sesuatu yang menimpa kekasih tercintaku itu..? apa ini ada hubungannya dengan mimpiku semalam yang bertemu dengan Dinda..? assuuu..

“maksud bapak ini apa..?” tanyaku dengan sangat hati – hati dan nada bicaraku agak menurun.. pikiranku was – was dan jantungku pun mulai berdebar dengan kencangnya.. cuukkk.. semoga tidak ada kejadian yang serius menimpa Dinda..

“saudari Dinda pagi ini ditemukan dengan kondisi tidak bernyawa, dipinggiran kota ini..” ucap detektif itu sambil terus menatapku..

“APA..???” ucapku dengan kerasnya dan mata yang melotot.. dan tiba – tiba tubuhku bergetar dengan hebatnya.. kedua tanganku terkepal dan emosiku perlahan menguasai kepalaku.. nafasku memberat dan gigiku mengerat.. anjinggg.. ini bercanda kan..? ini gak seriuskan..? kok bisa Dindaku pergi meninggalkan aku..? gak mungkin.. ini gak mungkin.. bangsaattt..

“jangan main – main dengan ucapanmu ya..?” ucapku dengan suara yang bergetar sambil menunjuk wajahnya..

Perduli setan dengan yang namanya kesopanan, orang ini datang dengan sangat tidak sopan dan sekarang pakai acara bercanda lagi.. bercanda yang gak lucu sama sekali.. tatapanku pun sangat tajam sekali kearah detektif itu.. tubuhku memanas, dan perlahan pandanganku mulai memerah..

“saya serius..” ucap detektif itu dan wajahnya terlihat agak kebingungan melihat perubahan ekspresi diwajahku..

“JANGAN BERCANDA..” teriakku dengan kerasnya sambil memegang kerah jaketnya.. lalu aku mendorong tubuhnya kebelakang, sampai dia tersandar didinding..

“ma.. mass..” ucapnya dengan ketakutan..

“KAMU BERCANDA KAN..?” teriakku lagi tepat diwajahnya.. dan aku angkat kerah bajunya keatas sampai kepalanya terdangak keatas..

“ANGGER..” teriak semua teman – teman kosanku, tapi aku tidak menghiraukan suara mereka.. dan detektif yang aku cengkram jaketnya ini, mencoba untuk melepaskan cengkramanku yang sangat kuat ini..

“turun kan bosku.. atau aku tembak kepalamu..” ucap detektif yang ada dibelakangku sambil menodongkan pistolnya kearah kepalaku..

“TEMBAK.. TEMBAAAKKK..” teriakku sambil menoleh kearahnya.. dan pandanganku sekarang benar – benar berwarna merah seperti darah..

Detektif itu terkejut melihat wajahku yang sangat emosi ini.. dia hanya diam sambil terus menodongkan pistolnya kearah kepalaku.. aku lalu mengalihkan pandanganku kearah detektif yang masih aku cengkram kerah jaketnya ini.. aku lalu menarik kerah jaketnya sampai wajahnya mendekat diwajahku..

“ANGGOTAMU MAU BUNUH AKU..? sebelum aku mati.. kamu dan dia yang akan aku bunuh duluan.. BAJINGAANNN…!!!” ucapku dengan suara yang berat dan tatapan yang sangat tajam sekali kearah matanya.. lalu..

Bugghhhhh..

Aku mendorongnya lagi sampai tersandar didinding..

“huppp… sa.. sabar mas..” ucap orang yang ada dicengkramanku ini..

“ngger.. ngger.. kendalikan dirimu..” ucap Dylan dengan suara yang sangat ketakutan sekali.. dan aku hanya meliriknya saja.. Dylan pun langsung terdiam dan tidak lagi mengucapkan sepatah katapun.. lalu aku menatap mata detektif itu lagi..

“kamu jawab pertanyaanku.. kamu bercandakan..?” tanyaku sekali lagi kepada detektif yang ada dihadapanku ini..

“sa.. sa.. sabar mas..” ucapnya dengan sangat ketakutan..

Aku lalu mendekatkan wajahku kewajahnya lagi dan aku tatap matanya dalam – dalam.. terlihat didalam bola matanya itu, ketakutan yang sangat luar biasa.. apa orang ini ga berbohong..? apa ini serius..?

“ANJIIIIINGGGG..” teriakku sekencang – kencangnya diwajahnya..

Bangsattt.. kenapa bisa ini terjadi..? siapa yang melakukannya kepada kekasihku tercinta.. siapa yang bunuh Dinda..? siapa yang tega melakukan hal terkutuk itu, pada mahluk yang lemah seperti Dinda..? siapaaaaa..? bajingaann laknat.. keparat...

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” kembali aku berteriak sambil mendongakkan kepalaku, tanpa melihat kearah wajah Detektif yang gemetaran ini..

Tubuhku benar – benar memanas.. aku dikuasai oleh emosi yang ada didalam tubuhku.. dan sekarang jiwa membunuhku telah bangkit dari kuburnya..

“herggg.. herggg.. herggg.. herggg.. herggg..” nafasku berat dan seperti tercekat..

“ma.. mas..” ucap detektif yang aku cengkram kerah jaketnya ini..

Dan perlahan aku merasa ada dua tangan yang memelukku dari belakang.. tangan itu meraba perutku dengan sangat lembutnya.. lalu rabaan itu naik kedadaku dan mengelus dadaku dengan sangat lembutnya.. nafasku masih terasa berat dan pandanganku masih memerah..

Lalu aku merasa tubuh orang yang memelukku ini, makin merapat dipunggungku.. dia memelukku dengan sangat erat sambil terus mengelus dadaku.. dan wajahnya terasa menempel dipunggungku..

Akupun langsung melepaskan peganganku dikerah jaket detektif ini.. diapun langsung menyingkir dari hadapanku dengan sangat ketakutan.. perlahan emosikupun mulai mereda, tapi tidak hilang.. pandanganku pun masih sedikit memerah..

Dan beberapa saat kemudian, aku merasa kepalaku sedang dicengkram seseorang.. cengkraman itu pelan, lalu agak mengeras, mengeras, makin menguat dan kuat sekali.. kepalaku seperti ditekan oleh mesin pemancang beton.. sakit dan sangat sakit sekali..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” aku berteriak sambil menjambak rambutku.. bangsaattt.. kenapa sakit kepalaku ini datang lagi..? anjingg.. dan ini lebih sakit dari yang pernah aku alami sebelumnya..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” aku berteriak lagi sampai orang yang memelukku dari belakang ini, melepaskan pelukannya..

“Angger..” terdengar suara wanita dari arah belakangku..

“ANGGER..” teriak semua teman – teman kosku..

Aku tidak menghiraukan panggilan mereka.. kesakitan yang aku rasakan ini sangat luar biasa.. entah ini karena pengaruh dari kepalaku yang sakit atau karena berita tentang kematian Dinda.. yang jelas kepalaku sangat sakit sekali..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” teriakku lagi lalu..

DUUHHGGGG..

Aku menghantamkan jidatku, ketembok yang ada dihadapanku dengan kerasnya..

“ANGGER..” teriak teman – temanku lagi..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” teriakku lagi lalu..

DUUHHGGGG..

DUUHHGGGG..

Aku menghantamkan lagi kepalaku ditembok dua kali.. tapi sakit kepalaku tidak berkurang dan justru aku merasa, urat – urat dikepalaku seperti mau pecah saja..

“MAS ANGGERRR..” teriak seseorang dan itu suara Dede Gagah..

Aku lalu menoleh kearah Dede Gagah yang berdiri didepan pintu kosanku.. pandangankupun sudah tidak memerah dan sakit dikepalaku perlahan mereda.. dan perlahan aku merasa ada cairan kental yang mengalir diantara kedua alisku lalu turun kehidungku..

“De..” ucapku dengan suara yang bergetar.. dan bersamaan cairan kental yang mengalir mendekati bibirku, air mataku juga langsung tumpah dari kedua bola mataku.. bukan karena sakit dikepalaku, tapi karena sesaknya dadaku mendengar kematian kekasihku..

“cukup mas.. cukup.. jangan sakiti dirimu lagi..” ucap Dede Gagah dengan suara yang bergetar, sambil berjalan kearahku..

“sakit de.. sakit..” ucapku dengan air mata yang mengalir dipipiku..

Dede Gagah pun langsung memelukku dengan kuatnya.. dan aku menyambutnya dengan pelukan yang kuat juga.. tangisankupun makin menjadi dipelukan Dede Gagah..

“menangislah mas.. menangislah.. tapi jangan kamu sakiti tubuhmu..” ucap Dede Gagah sambil mengelus punggungku..

“sakit didadaku ini lebih sakit dari apapun de..” ucapku dan Dede Gagah terus mengelus punggungku..

“mas..” ucap Dede Gagah dan aku langsung melepaskan pelukanku..

“kita ketempat Dinda de..” ucapku dan aku baru tersadar kalau aku belum menemui Dinda.. anjingg.. aku kan belum melihat dengan mata kepalaku sendiri keadaan Dinda.. bisa saja manusia satu itu membohongi aku lewat ketakutannya.. bangsattt..

“ke mana mas..?” tanya Dede Gagah dengan wajah yang terlihat bingung dan kasihan kepadaku....

“kekosannya lah.. bisa aja manusia ini berbohong..” ucapku sambil menunjuk detektif yang berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri..

“tapi mas..” ucap Dede terpotong..

“ayolah de.. kamu gak mau antar aku..?” ucapku dengan wajah yang sangat sedih sekali..

“i.. iya mas..” ucap Dede Gagah..

Aku dan Dede Gagah lalu berjalan kearah pintu kosan.. dan disana berdiri Mas Panji, Badai dan Mas Karel.. cuukkk.. aku gak sadar kalau mereka juga ada dikosanku..

“aku ikut..” ucap suara wanita dibelakangku dan aku langsung menoleh kearah suara itu..

Cuuukkk.. kenapa wanita ini datang pada saat seperti ini..? astaga.. jadi yang peluk aku dari belakang tadi itu dia..? kapan dia datang..? dan kenapa wajahnya kok terlihat sangat sedih seperti itu sih..? hiuffttt.. huuuuu.. dan aku hanya bisa menganggukan kepalaku saja.. hiuffftttt.. huuuuuu..

“kalau kalian mau lihat Dinda.. bareng sama aku..” dan tiba – tiba ada suara lagi dari depan pintu kosanku.. aku lalu menoleh kearah pintu kosan.. dan disana Om Satria berdiri sambil menatapku..

“dan untuk kalian berdua, kekantor aparat dipusat kota sekarang..” ucap Om Satria sambil menunjuk dua detektif yang masih berdiri diruang tengah ini..

“siap pak..” ucap detektif itu dengan kompaknya..

Cuukkk.. kenapa Om Satria datang pada saat seperti ini..? apa jangan – jangan.. arrgghhhhh.. sakit kepalaku mulai menyerangku lagi.. assuuu..

“cuukkkkk..” ucapku sambil mencengkram kepalaku..



Pov Gagah

Sekarang aku ada diruang tengah kosan pondok merah.. aku bersama Mas Karel, Bang Badai dan Om Panji.. Mas Karel tidur dikamarku semalam.. dia mabuk banget karena harus menghabiskan dua botol TM sendirian, untuk sambutannya sebagai keluarga besar dipondok merah.. dan itu belum termasuk putaran minuman selanjutnya bersama kami.. anjing banget..

Cara penyambutan keluarga besar pondok merah, memang sangat menganjingkan banget kok.. aku juga sempat merasakan minum dua botol TM sendirian.. dan rasanya itu enak banget.. enak banget buat injak mukanya orang, setelah minum minuman yang sangat membangsatkan itu.. anjing..

Tapi apa Mas Angger juga meminum TM waktu diberikan jaket pondok merah ya..? ah ga mungkinlah.. seteguk aja gak pernah, masa iya disuruh minum dua botol sendirian.. apa gak langsung jungkir balik mas ku itu.. hehehehe..

Oh iya.. ngomong – ngomong siapa yang digonceng Mas Angger kemarin ya..? seorang wanita berjilbab dan berkacamata yang sangat cantik sekali.. gilaaa.. wajahnya pun terlihat sangat imut sekali.. dan caranya memeluk Mas Angger dari belakangpun, sangat seksi sekali.. Mas Angger seperti sangat menikmati pelukan itu.. gila.. hahaha..

Masku memang luar biasa kok.. deretan wanita - wanita cantik sudah ada disekelilingnya.. Kak Angelia, Mba Kaila, Bulan dan sebelumnya juga ada Clara.. sekarang malah ada lagi wanita baru yang tidak kalah cantik didekatnya.. anjing – anjing.. terus siapa lagi wanita cantik yang gak aku ketahui ya..? hahahaha.. (untuk Clara kelihatannya sekarang gak masuk hitungan deh.. karena dia kan masih ada hubungan keluarga dengan kami, walaupun keluarga yang sangat jauh..)

Aku yang kemarin menambalkan ban maxi Mas Angger, bersama Bang Badai dan dilanjut membeli minuman.. hanya bisa menggelengkan kepala saja.. hahahaha.. gila Masku itu..

“yang kemarin digonceng Angger itu siapa ya de..?” tanya Bang Badai kepadaku..

Ha.. Bang Badai ikut manggil aku de..? hehehehe.. gak apa – apa lah.. lagian aku merasa cocok sama dia.. padahal kami baru kenalan dikota ini.. hehehe..

“kenapa sih dari kemarin Abang tanya terus..?” tanyaku balik..

“penasaran aja aku sama masmu itu.. kok bisa dia dikelilingi sama wanita – wanita cantik..” ucap Bang Badai lalu dia menghisap rokoknya..

“ga usah penasaran gitu bang.. kalau Abang mau, gonceng aja pria – pria tampan..” ucap Mas Karel dengan entengnya..

“anjing.. hehehehe..” ucap Bang Badai sambil menggelengkan kepalanya..

“eh.. gimana kalau nanti kita main kekampus negeri..? disana banyak cewe yang cantik – cantik loh..” ucapku kepada Mas Karel dan Bang Badai.. dan sengaja aku ga mengajak Om Panji.. dia mana mau yang begituan.. pasti dia lebih senang duduk disini sambil melanjutkan minum bersama Pace Beni.. hehehehe..

“sepakat..” ucap Mas Karel sambil mengarahkan tinjuannya kearahku dan aku menyambutnya dengan senyuman dan tinjuan yang pelan..

“mantap itu.. disana wanitanya memang semelohai.. hahahaha..” sahut Bang Badai..

“HU.. HA..” ucapku dan Mas Karel dengan kompaknya, sambil kedua tangan kami bergantian terkepal keudara.. HU kepalan tangan kanan keatas, HA ganti kepalan tangan kiri keatas…

“hahahahaha..” lalu kami bertiga tertawa bersama..

“kalian itu yang diomongin kalau bukan masalah tawuran, pasti masalah wanita.. untuk apa sih..? untuk target selangkangan selanjutnya..?” tanya Om Panji kepada kami..

“bukan gitu om.. kita ini kan laki – laki.. wajarlah kalau mengagumi dan membicarakan tentang pesona wanita..” jawabku dengan santainya lalu aku menghisap rokokku..

“kagum ujung – ujungnya mesum..” ucap Om Panji sambil menggelengkan kepalanya..

“mesum itu cuman bumbu mas..” sahut Bang Badai..

“bumbunya mesum, bahan dasarnya kata – kata rayuan yang bajingan.. terus dimasak pakai kompor nafsu.. jadi sudah itu.. jadi rintihan kenikmatan.. hehehehe..” ucap Mas Karel dengan cueknya sambil melirikku lalu..

“HU.. HA..” ucapku dan Mas Karel dengan gerakan tangan yang kompak..

“gimana..? gimana..?” tanya Bang Badai kepadaku..

“HU.. HA..” dan sekarang aku, Mas Karel dan Bang Badai bersama – sama mengucapkan kata – kata itu dan gerakan itu dengan kompaknya..

“hahahaha..” lalu kami bertiga tertawa bersama.. sementara Om Panji hanya menggelengkan kepalanya saja..

“cocok kalian berempat itu..” ucap Om Panji sambil melirik kami bertiga bergantian..

“berempat..? kami kan bertiga om..? Om Panji masuk hitungan juga..?” tanyaku..

“bukan aku, tapi masmu Angger..” jawab Om Panji..

“wooo.. wooo.. wooo.. kok bisa Om..?” tanyaku ke Om Panji..

“kamu kayak gak tau kelakuan Masmu dikota ini de..” ucap Om Panji..

“hehehehe..” dan aku hanya tertawa..

“iya.. Angger itu diam – diam langsung main gigit..” ucap Bang Badai..

“hahahaha.. kurang ajar..” ucapku kepada Bang badai..



KRING.. KRING.. KRING..

Tiba – tiba Hp Om Panji berdering.. kami semuapun langsung diam dan tidak melanjutkan obrolan kami.. Om Panji langsung mengambil Hpnya dan mengangkatnya..

“halo om..” ucap Om Panji dengan santainya lalu menghisap rokoknya..

“……....”

“dikosan Om.. ada apa ya..?” tanya Om Panji..

“……....”

“belum.. belum ada kabar.. emang ada apa sama Dinda..?” tanya Om Panji dan wajahnya langsung terlihat sangat khawatir..

“……....”

Om Panji pun terdiam dan wajahnya terlihat sangat tegang sekali.. dan perlahan matanya terlihat berkaca – kaca..

Aku, Mas Karel dan Badai pun langsung saling berpandangan.. kami bertiga diam lalu melihat kearah Om Panji lagi.. sekarang wajahnya terlihat sangat emosi sekali dengan gigi yang mengerat.. bola mata Om Panji yang berair itu, perlahan mulai menghitam lalu meredup.. menghitam lagi lalu meredup..

Wooo.. wooo.. wooo.. Om Panji juga punya mata hitam..? gilaaaa.. terus kenapa mata hitam itu sampai keluar..? berita apa yang didengar Om panji sampai seemosi ini dan matanya sampai berkaca – kaca..? terus siapa Dinda yang dibicarakan ditelpon itu..? apa dia pacar Om Panji..? terus apa yang menimpa Dinda sampai Om Panji emosi seperti ini..? Om Panji ini kan terkenal dengan kesabarannya.. tapi kenapa sekarang bisa seperti ini..?

“……....”

“i.. iya om..” ucap Om Panji dengan terbata.. lalu Om Panji mematikan Hpnya dan menunduk.. dan seketika itu juga, suasana diruang tengah ini menjadi sangat tegang sekali..

“Jiancookkkk..” maki Om Panji sambil menunduk dengan suara yang bergetar..

“kenapa mas..?” tanya Bang Badai ke Om Panji..

Om Panji mengangkat wajahnya dan langsung berdiri.. ada apa sih ini..? kok Om Panji sesedih ini..? dan kembali aku, Bang Badai dan Mas Karel saling berpandangan lalu melihat kearah Om Panji lagi..

“Kemana om..?” tanyaku ke Om Panji..

“kita ke gedung putih..” ucap Om Panji dengan suara yang makin terdengar bergetar..

“Gedung putih kosan Mas Angger..? ada apa dengan Mas Angger Om..?” tanyaku yang terkejut dan aku langsung berdiri juga.. Mas Karel dan Bang Badai pun langsung berdiri juga..

“dia pasti akan menggila segila - gilanya..” jawab Om Panji lalu berjalan kearah sepeda motornya..

“Om.. ada apasih sebenarnya..? sampean jangan bikin saya khawatir dong..” ucapku dan Om Panji langsung melihat kearahku.. terus terang kalau sudah mendengar sesuatu tentang keluargaku, aku pasti akan sangat khawatir sekali..

“kekasih Masmu yang bernama Dinda, baru aja ditemukan tewas dipinggiran kota ini.. jasadnya sangat mengenaskan.. dia diperkosa lalu dibunuh dengan cara yang sadis..” ucap Om Panji dengan mata – yang masih berkaca - kaca..

“APA..?” ucapku terkejut.. dan tiba – tiba emosiku pun mulai naik kekepalaku.. kedua tangankupun langsung terkepal dengan kuatnya.. anjinggg..

Aku memang gak mengenal yang namanya Dinda itu.. tapi dia kekasih Mas Angger sesuai dengan ucapan Om Panji barusan.. pasti Mas Angger akan sangat terpukul, sedih dan pasti akan sangat emosi mendengar kabar ini.. aku bisa merasakan apa yang akan Mas Angger rasakan.. bajingaannn..

“kamu sama aku aja de..” ucap Mas Karel sambil berjalan duluan kearah maxi Mas Angger.. Mas Karel pun terlihat sangat emosi sekali..

“anjing.. aku ikut juga..” ucap Bang Badai dengan emosinya..

Bang Badai pun digonceng Om Panji, sedangkan aku digonceng Mas Karel.. kami berempat menuju kosan gedung putih dengan emosi yang ada dikepala..

Bangsatt.. apa Dinda ini wanita berjilbab yang digonceng Mas Angger kemarin..? wanita yang memeluk Mas Angger dengan sangat mesranya dan Mas Angger terlihat sangat bahagia itu..? gilaa.. kalau sampai Dinda itu yang tewas.. ini pasti akan terjadi hal yang sangat luar biasa.. pasti Mas Angger akan menggila segila – gilanya.. aku yang tidak mengenal Dinda aja mau menggila, apa lagi Mas Angger..

Kira – kira apa motif pembunuhan dan pemerkosaan ini..? cinta ditolak atau ada dendam pribadi..? tapi entar dulu.. kemarin sore kan Mas Angger keluar dengan Dinda.. dan pagi ini Dinda ditemukan tewas.. apa Mas Angger akan dicurigai sebagai… ahhh.. ga mungkin.. ga mungkin.. anjingggg..

Dan sekarang kamipun sudah sampai digedung putih.. didepan kosan ini tampak dua mobil sedang terparkir.. satu mobil milik Bulan dan satu mobil entah milik siapa.. bagaimana aku tau itu mobil Bulan..? karena waktu aku bertemu Bulan pertama kali dikota ini dan dimini market waktu itu, dia mengendarai mobil ini..

Dan pada saat aku turun dari maxi, seorang penghuni kosan Gedung Putih baru datang dan diantar oleh seseorang.. tapi gak tau juga sih, dia penghuni kosan ini atau tamu.. aku hanya pernah melihatnya sekali di kosan ini, waktu aku pertama kali main kesini dihari itu.. dan aku melihat orang ini masuk kedalam salah satu kamar di gedung putih..

Orang yang baru datang ini pun, hanya tersenyum kepadaku lalu masuk duluan kedalam kosan..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” terdengar teriakan Mas Angger yang begitu emosinya dari dalam kosan..

“itu suara Angger..” ucap Om Panji yang terkejut sambil melihat kearahku.. aku pun langsung berlari kearah pintu kosan..

Langkahku langsung terhenti dipintu kosan.. suasana yang sangat menegangkan diruang tengah di gedung putih ini, menyambutku dan membuat seluruh bulu kudukku berdiri.. aku merasakan aura misitis yang sangat luar biasa, memenuhi ruangan ini.. Mas Angger terlihat sangat emosi sambil menjambak rambutnya.. dan walaupun wajahnya terlihat dari samping, mata Mas Angger terlihat memerah seperti darah.. gilaaa.. Mas Angger punya mata merah seperti Bang Badai..? woooo.. dan kemarahan Mas Angger saat ini sangat mengerikan dan tidak pernah aku melihat sebelumnya.. tubuhnya bergetar dan aura membunuh seperti keluar dari tubuh Mas Angger.. gilaa.. ini gilaaaa..

Dengan kondisi Mas Angger yang emosi seperti itu, aku melihat Bulan memeluk Mas Angger dari belakang.. dia memeluk sambil mengelus dada Mas Angger.. Bulan seperti ingin menenangkan Mas Angger yang akan menggila itu..





28050603a81851d6eaaffc974a45d5023fa09c36.jpg

Bulan Mahardini Darmawan



Dan orang yang baru datang tadi, tampak berdiri tidak jauh dari aku dan memunggungi aku.. dia terlihat menahan emosi ketika melihat Bulan memeluk Mas Angger.. kedua tangannya terkepal sebentar lalu diluruskan lagi.. ada apa dengan orang ini..? apa dia cemburu melihat Bulan memeluk Mas Angger..? atau dia emosi seperti kami, karena melihat kondisi Mas Angger..? assudahlah..

Aku lalu melihat kearah Mas Angger lagi..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” Mas Angger berteriak sambil menjambak rambutnya.. Mas Angger seperti merasakan sakit yang sangat luar biasa dikepalanya.. gilaa.. memang dari dulu Mas Angger kalau emosi atau sedang letih, kepalanya akan merasakan sakit.. tapi tidak seperti sekarang ini.. sakit dikepalanya itu seperti menyiksanya sekali..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” Mas Angger berteriak lagi sampai pelukan Bulan terlepas dan Bulan mundur ketakutan.. ada apa denganmu Mas..? sakit ini karena memang dari sakit kepala atau karena mendengar kematian Dinda..? kok bisa seperti ini mas..?

Dan aku masih terpaku melihat Mas Angger yang kesakitan itu.. terlihat urat – urat yang ada diwajah Mas Angger, keluar seperti akar – akar pepohonan.. gilaaaa..

“Angger..” terdengar Bulan memanggil Mas Angger..

“ANGGER..” teriak semua penghuni kosan ini..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” teriak Mas Angger lagi.. lalu..

DUUHHGGGG..

Tiba – tiba Mas Angger mengantamkan jidatnya ke tembok dengan sangat kerasnya.. bangsaatttt.. kenapa bisa seperti ini sih..? aku pun makin terkejut melihat Masku seperti ini .. dan gilanya aku ga bisa berucap apa – apa dan aku hanya diam mematung..

Tubuhku makin merinding dan emosiku naik kekepala dengan cepatnya..

“ANGGER..” teriak semua orang yang ada diruangan ini..

“AAARRGGGGHHHHHHHHH..” teriak Mas Angger lagi lalu..

DUUHHGGGG..

DUUHHGGGG..

Mas Angger menghantamkan kepalanya lagi ketembok, dan suara benturan itu seperti kepalan tangan seseorang yang menghantam dadaku.. akupun langsung merasakan kesakitan yang sangat luar biasa didadaku.. air mataku pun langsung menetes melihat semua ini..

“MAS ANGGERRR..” teriak ku dengan kerasnya..

Mas Angger lalu menoleh kearahku dengan wajah yang terlihat sangat menyedihkan sekali.. jidatnya pun mengeluarkan cairan darah yang sangat kental.. darah itu sampai menetes mendekati hidungnya.. gilaaaa.. darah Mas Angger seperti sebuah cambukan api yang sangat keras didadaku.. sakit dan perih yang kurasakan.. bangsaaattt..

“De..” ucap Mas Angger kepadaku dengan suara yang sangat menyedihkan sekali.. dan itu bersamaan dengan air matanya yang menetes dikedua pipinya.. anjinggg.. tetesan air mata Mas Angger ini malah seperti tombak yang menusuk dadaku tembus kepunggungku.. bajingaaannn..

“cukup mas.. cukup.. jangan sakiti dirimu lagi..” ucap ku dengan suara yang bergetar.. aku lalu berjalan mendekati Mas Angger..

“sakit de.. sakit..” ucapnya dengan air mata yang semakin menetes dipipinya..

Akupun langsung memeluknya dengan erat dan Mas Angger membalas pelukanku juga dengan eratnya.. tubuh Mas Angger bergetar dengan hebatnya.. hawa panaspun menyelimuti seluruh tubuh Mas Angger..

“menangislah mas.. menangislah.. tapi jangan kamu sakiti tubuhmu..” ucapku sambil mengelus punggung Mas Angger..

“sakit didadaku ini lebih sakit dari apapun de..” ucap Mas Angger dan itu makin membuat hatiku sangat bersedih dan emosiku seperti dipermainkan saja..

“mas..” ucapku dengan suara yang bergetar dan tiba – tiba Mas Angger langsung melepaskan pelukanku..

“kita ketempat Dinda de..” ucap Mas Angger dan sekarang wajahnya tidak terlihat sesedih tadi.. wajahnya hanya terlihat khawatir, seolah – olah Dinda hanya terluka karena kecelakaan..

Kenapa wajah Mas Angger berubah dengan cepat seperti ini..? apa Mas Angger masih belum percaya dengan kematian Dinda..? atau Mas Angger tidak menerima semua kenyataan ini..? kelihatannya kesedihan Masku ini terlalu mempengaruhi pikirannya.. gilaaa…

“ke mana mas..?” tanyaku..

“kekosannya lah.. bisa aja manusia ini berbohong..” ucap Mas Angger sambil menunjuk dua orang asing yang berdiri tidak jauh dari tempat kami berdiri.. siapa dua orang ini..? dia aparat atau detektif..? apa mereka berdua yang mengabarkan tentang kematian Dinda..? asuudahlah.. lebih baik aku konsen aja dengan Mas Angger..

Anjingg.. kelihatannya Mas Angger memang ga mau mempercayai kabar ini, sebelum Mas Anger melihatnya langsung.. terus aku harus gimana..? ngantar kekosannya..? ga mungkin lah.. itu bukan menyelesaikan masalah..

“tapi mas..” ucapku terpotong..

“ayolah de.. kamu gak mau antar aku..?” ucap Mas Angger dan sekarang wajahnya terlihat mulai sedih lagi...

Astagaaa mas.. pikiranmu benar - benar kacau mas.. kesedihanmu kali ini diluar kewajaranmu mas.. kamu terpukul banget kelihatannya mas.. bagaimana nanti seandainya kamu melihat jasad Dinda mas..? apa kamu gak akan benar – benar menggila..? bangsaaatt..

Kelihatannya aku turuti aja dulu kemauan Mas Angger kali ini.. aku akan mengantarkannya kekosan Dinda.. dan itu akan mengulur waktu untuk aku memikirkan cara, supaya Mas Angger gak akan benar – benar menggila ketika nanti dia melihat jasad Dinda dirumah sakit..

“i.. iya mas..” ucap ku sambil mengangguk pelan.. dan wajah Mas Angger pun terlihat sedikit lega mendengar jawabanku.. kami berdua pun langsung berjalan kearah pintu kosan..

“aku ikut..” ucap Bulan dari arah belakang kami..

Aku dan Mas Angger lalu melihat kearah wajah Bulan yang terlihat sangat sedih itu.. Mas Angger pun langsung menganggukan kepalanya pelan..

“kalau kalian mau lihat Dinda.. bareng sama aku..” dan tiba – tiba ada suara lagi dari depan pintu kosan.. aku lalu menoleh kearah pintu kosan.. dan disana Om Satria berdiri sambil menatap Mas Angger..

“dan untuk kalian berdua, kekantor aparat dipusat kota sekarang..” ucap Om Satria sambil menunjuk dua orang misterius yang masih berdiri diruang tengah ini..

“siap pak..” ucap kedua orang yang misterius itu dengan kompaknya..

Wooo.. ada Om Satria.. baguslah.. tugasku untuk menenangkan Mas Angger pasti akan sedikit agak mudah.. Om Panji dan Mas Karel juga pasti akan membantuku, termasuk Bang Badai..

“cuukkkkk..” tiba – tiba Mas Angger memaki lalu menunduk dan menjambak rambutnya..

“mas..” ucapku lalu merangkul pundak Mas Angger..

“ngger..” ucap Bulan dan langsung berjalan kearah depan Mas Angger, lalu Bulan memegang kedua pipi Mas Angger..

“kamu gak apa – apa ngger..?” ucap Bang Badai..

“aku gak apa – apa.. kita pergi dari sini..” ucap Mas Angger sambil menahan sakit kepalanya dan mengangkat wajahnya..

Bulan yang ada dihadapan Mas Angger mengeluarkan sapu tangannya.. lalu Bulan Membersihkan darah yang ada diwajah Mas Angger dengan mata yang berkaca – kaca..

“lan..” ucap Mas Angger pelan..

“aku gak tau gimana kondisi Dinda sekarang ngger.. aku hanya gak ingin kamu terlihat menyedihkan dihadapan kekasihmu itu..” ucap Bulan dengan bibir yang bergetar, sambil membersihkan darah diwajah Mas Angger dengan sapu tangan ditangan kanannya.. lalu tangan kirinya membersihkan air mata Mas Angger..

Anjiinggg.. hanya cinta yang dapat melakukan ini.. walaupun dia tau cinta dari orang yang dicintainya, bukan untuk dirinya.. bajingaannn..

Mata Mas Angger kembali berkaca – kaca.. Bulan lalu menggeser tubuhnya dan berdiri disamping kanan Mas Angger, sementara aku disebelah kiri Mas Angger.. aku merangkul pundak Mas Angger dan Bulan merangkul pinggang Mas Angger.. kami bertiga pun melangkah kan kaki keluar dari gedung putih..

“kita naik mobilku ya..” ucap Om Satria kepada kami bertiga..

“kalian ikut juga..” ucap Om Satria kepada Om Panji, Mas Karel dan Bang Badai..

“iya Om..” sahut Om Panji..

“aku sama sibule naik motor aja ya om.. kami ikuti dari belakang..” ucap Bang Badai dan Om Satria menganggukkan kepalanya..

Om Panji dan Om Satria lalu naik didepan.. sementara aku, Bulan dan Mas Angger duduk ditengah.. dan didalam mobil ini pun suasananya tegang, setegang tegangnya.. Mas Angger yang duduk diantara aku dan Bulan, hanya menatap lurus kedepan.. tatapan yang kosong dan seperti tidak bernyawa.. Bulan yang ada dikanan Mas Angger terus mengelus punggung Mas Angger..

Perjalanan yang menegangkan ini pun akhirnya sampai juga disebuah rumah sakit dipusat kota.. dan selama perjalanan pun tidak ada yang bersuara.. aku dan Bulan terdiam, sambil sesekali melirik Mas Angger.. Om Satria hanya focus kepada menyetirnya dan Om Panji juga diam sambil menikmati rokoknya..

“kita turun..” ucap Om Satria sambil melihat spion bagian tengah dan melihat kearah Mas Angger..

“oh iya Om..” ucap Mas Angger yang seperti tersadar dari lamunannya..

“ayo de.. kamu kukenalkan sama Dinda ya..” ucap Mas Angger lalu tersenyum kepadaku..

Aku pun langsung menatap mata Mas Angger yang seperti orang ling – lung saja..

Astagaaaa.. Mas Angger ga nyadar kalau kami ini lagi didepan rumah sakit kah..? apa Mas Angger mengiranya kami ini dikosan Dinda..?

“mas.” ucapku terpotong..

“turunlah de..” ucap Mas Angger.. aku lalu melirik Om Satria, Om Panji dan Bulan.. mereka bertiga langsung menganggukkan kepalanya kepadaku..

Aku pun lalu turun dari mobil diikuti oleh Mas Angger dibelakangku..

Dan ketika kami semua sudah turun dari mobil.. Mas Angger lalu melihat kearah sekeliling rumah sakit ini, sambil mengerutkan kedua alisnya..

“ini kan rumah sakit.. ngapain kita kesini..? dokter bilang Dinda gak apa – apa kok waktu aku tabrak.. jada ngapain kita kesini..?” tanya Mas Angger dan akupun bingung dengan maksud ucapan Mas Angger ini..

“maksudnya mas..?” tanyaku..

“aku tabrak Dinda beberapa hari yang lalu de.. terus aku antar kesini.. kata perawat dan dokter yang menanganinya, hanya lebam dan mungkin beberapa hari akan sembuh nyerinya..” ucap Mas Angger sambil melihat kearah sekeliling..

Ha.. Mas Angger pernah nabrak Dinda..? kapan..? kok Mas Angger ga cerita sih..? apa kejadiannya beberapa hari yang lalu..? atau pada saat aku orientasi..? bangsaatt.. adek macam apa sih aku ini..? kok aku ga tahu tentang ini..?

Aku lalu melihat kearah Om Panji.. Om Panji hanya memejamkan matanya dan mengangguk pelan kearahku..

“cuukkk.. iya – iya.. aku belum ambil kacamata Dinda..” ucap Mas Angger dan pandanganku kualih kan kearahnya lagi..

“De.. antar aku ke optic mata berseri..” ucap Mas Angger kepadaku..

Astagaaa.. ini apalagi..? hubungan semua ini dengan optic kaca mata apa..? Mas Angger mau belikan kaca mata Dinda..? aarrgghhhh.. kok makin ga jelas begini sih Mas Angger ini..

“Mas..” ucapku dengan tegasnya..

“kenapa de..? kamu gak mau antar aku..? ya udah aku berangkat sendiri aja..” ucap Mas Angger dengan sedikit emosi kepadaku lalu berjalan..

“ngger..” panggil Om Satria..

“kenapa Om..?” tanya Mas Angger sambil menoleh kearah Om Satria..

“kita kedalam..” ucap Om Satria dengan dinginnya..

“engga.. aku mau ambil kacamata Dinda..” ucap Mas Angger dengan sewotnya lalu berjalan lagi..

“ngger..” panggil Om Panji..

Mas Angger pun tidak menghiraukan panggilan Om Panji.. dan terdengar isakan tangis dari Bulan yang ada disebelahku.. anjingg.. hiuuffttt.. huuuuu..

“MAS ANGGER..!!!..” panggilku dengan kerasnya, dan ini pertama kalinya aku berteriak seperti ini memanggil Mas Angger..

Om Panji, Om Satria dan Bulanpun sampai terkejut.. Mas Angger langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya lalu menatapku..

“kita masuk kedalam mas..” ucapku dengan tegasnya.. dan entah mendapat keberanian dari mana, sampai aku berbicara tegas dan memanggil tadi dengan keras kepada Masku sendiri..

“buat apa..? ha..? buat apa kita kedalam..?” tanya Mas Angger kepadaku dan wajahnya terlihat mulai emosi lagi..

“kita lihat jasad Dinda didalam Mas..” ucapku dengan suara yang bergetar..

“apa..? jasad Dinda..? siapa yang bilang Dinda sudah gak ada de..? siapaaa…?” tanya Mas Angger sambil berjalan kearahku.. wajah Mas Angger terlihat emosi dan bola matanya juga mulai memerah lalu meredup..

“itu kenyataan dan Mas harus menerimanya.. Mas boleh bersedih, Mas boleh marah, Mas boleh emosi, Mas boleh menangis atau apapun itu terserah.. tapi aku mohon terima kenyataan ini..” ucapku dengan suara yang bergetar dan mata yang berkaca - kaca..

“aku juga emosi dan aku juga mau menggila mas.. tapi jangan sekarang.. jangan sekarang kita keluarkan kegilaan kita.. cukup kita nikmati saja kesedihan kita hari ini mas.. esok kita tumpahkan darah mereka yang membuat air mata kita hari ini menetes..” ucapku dengan tetesan air mataku..

“kamu bilang apa de..? emang apa yang terjadi dengan Dinda..? ha..? apa..?” tanya Mas Angger dengan tatapan tajamnya kearahku..

“mas..” ucapku sambil membalas tatapan Mas Angger..

“cukup ya cukup..” ucap Mas Angger dengan suara yang sangat berat sekali dan terdengar menyeramkan..

“cukup apa ngger..?” ucap seseorang wanita dari arah belakang Mas Angger.. dan pandanganku kearah wanita itu, terhalang oleh Mas Angger..

Mas Angger pun langsung membalikan tubuhnya kearah suara itu.. dan sekarang aku bisa melihat wajah wanita itu dengan sangat jelas.. seorang wanita berhijab yang sangat cantik, manis, putih dan tatapan mata yang sangat meneduhkan sekali.. walaupun matanya sembab, tapi bola matanya itu sangat meneduhkan sekali ketika menatap..

“Ra.. Rani..” ucap Mas Angger terbata.. Wanita yang dipanggil Rani itu pun hanya menatap Mas Angger





282460689a17676918e511d1f24aad755b1289b3.jpg

Airani Kamaliya Astami



“ke.. kenapa kamu ada disini..?” ucap Mas Angger dan tidak terdengar nada yang emosi sedikitpun, keluar dari bibir Mas Angger..

“ikut aku..” ucap mba Rani sambil memegang tangan Mas Angger..

Tidak ada penolakan atau pertanyaan dari Mas Angger.. Mas Angger hanya menunduk sebentar lalu melihat wajah mba Rani lagi..

“lan.. kamu ikut juga ya..” ucap Mba Rani ke Bulan..

“i.. iya Ran..” ucap Bulan lalu berjalan kearah Mba Rani..

Lalu Mba Rani pun berjalan sambil menggandeng Mas Angger dan Bulan berjalan disebelah Mba Rani..

“kita disini dulu..” ucap Om Satria ketika aku akan menyusul mereka bertiga..

“kenapa Om..?” tanyaku..

“ada yang mau aku omongin.. setelah itu baru kita masuk kedalam..” ucap Om Satria sambil mengeluarkan rokoknya dan membakarnya.. aku dan Om Panji pun Hanya menganggukan kepala..

“Mba Rani itu siapa Om..?” tanyaku ke Om Panji sambil mengeluarkan rokokku juga dan membakarnya..

“dia kakaknya Dinda..” jawab Om Panji lalu menghisap rokoknya..

“ooo.. dia juga teman Bulan..?” tanyaku lagi..

“iya.. mereka bersahabat dikampus negeri..” jawab Om Panji..

“ooo..” ucapku sambil menganggukan kepalaku..

“bagai mana Om..?” Om Panji bertanya ke Om Satria..

Dan obrolan pun sekarang kembali serius lagi.. aku dan Om Panji melihat kearah Om Satria..

“semalam setelah Angger mengantar Dinda Kekosannya, ada yang menelpon Dinda dan menyuruhnya keluar kosan.. Dinda seperti terhipnotis untuk mengikuti suara itu.. dan kelihatannya Dinda diculik tidak jauh dari kosannya..” ucap Om Satria..

“apa Rani ga mencegahnya Om..?” tanya Om Panji sambil menahan emosinya..

“mereka gak satu kamar dan Rani juga gak tau kalau adeknya keluar malam itu..” jawab Om Satria..

“bagaimana Om tau kalau Dinda ditelpon seseorang lalu orang yang menelpon itu menculiknya..” tanyaku..

“dari rekaman percakapannya..” jawab Om Satria..

“terus kondisi Dinda gimana om..?” tanya Om Panji..

“kondisi Dinda sama seperti Lani pacarnya Danu.. sangat mengenaskan dan ditelapak tangan kirinya, disayat menggunakan benda tajam dengan inisial ‘BD’..” jawab Om Satria dan aku langsung terkejut mendengarnya..

“cuuukkk..” gumam Om Panji dengan sangat emosinya..

“ha..? maksudnya Om..?” tanyaku..

“ini kasus kedua dikota ini gah.. dan kedua korbannya sama – sama wanita yang masih perawan..” jawab Om Satria sambil melirikku.

“kalau sudah ada dua korban dan kondisinya sama, berarti pelakunya sama dong..? emang kapan kejadian yang pertama itu Om..?” tanyaku..

“kejadiannya setahun yang lalu dan yang tertuduh kekasihnya sendiri..” jawab Om Satria..

“kok bisa..? beneran pelakunya itu kekasihnya sendiri..? terus sekarang kekasihnya itu masih berkeliaran dan mencari korban lagi..?” tanyaku lagi..

“engga.. kekasihnya sekarang ada ditahanan..” jawab Om Satria..

“berarti..” ucapku terpotong..

“kekasihnya ada diwaktu yang salah dan semua bukti mengarah kepadanya..” jawab Om Panji..

Gilaaaa.. berarti hebat sekali pelakunya itu, sampai bisa bebas berkeliaran sekarang ini dan bisa mendapatkan korban lainnya.. emang sehebat apa pelaku itu dan apa motif dari semua ini..? apa ini untuk ritual suatu kelompok..? ritual apa..? kok menyeramkan sekali.. ini pasti bukan yang terakhir dan pasti ada korban selanjutnya..

“jadi sampai sekarang belum ada jejak tentang ‘BD’ itu nyo..?” ucap seseorang yang berdiri tidak jauh dari aku.. orang itu berdiri sambil menghisap rokoknya dan tatapan matanya santai, tapi tajam sekali kearah Om Satria..

“A.. Ayah..” ucapku yang sangat terkejut dengan kehadiran Ayahku dihalaman rumah sakit ini.. dan aku langsung membuang batang rokokku yang masih panjang..

“Om Sandi..” ucap Om Panji yang juga terkejut dengan kedatangan Ayahku.. tapi tidak dengan Om Satria, beliau terlihat santai sambil menghisap rokoknya.. Om Satria seperti sudah memperkirakan tentang kedatangan Ayahku hari ini..

Gilaaa.. kapan Ayah datang dan kenapa bisa Ayah tau dengan kejadian ini..? ayah juga sampai menanyakan tentang inisial ‘BD’ yang ada ditelapak tangan Dinda.. apa ‘BD’ ini pelakunya..? waw.. ini gila.. ini gila.. Ayah dipulau seberang dan memantau situasi dikota ini.. luar biasa sekali..

Dan yang membuat aku makin terkejut, aura wajah Ayahku sekarang ini.. dingin dan sangat menakutkan.. tatapannya pun sangat mengerikan sekali.. ini berbeda sekali ketika Ayah berada dirumahku sana.. wajah beliau penuh kehangatan, kasih sayang dan cinta kepada kami semua..

Akupun langsung mendatangi Ayahku dan Ayahku langsung membuang rokoknya.. aku lalu meraih tangan kanan beliau lalu menciumnya.. Ayah lalu memelukku dan menepuk punggungku pelan..

“kapan datang yah..? dan sama siapa Ayah kesini..?” tanyaku sambil menatap wajah Ayahku..

“baru datang nak.. dan Ayah sendirian aja..” ucap Ayahku dan wajah beliau sekarang terlihat penuh kehangatan lagi setelah memelukku..

“apa Ayah datang kemari karena kejadian ini..?” tanyaku dan Ayahku hanya tersenyum sambil merangkul pundakku lalu mendekat kearah Om Panji dan Om Satria..

Ayahku menyalami dan memeluk Om Satria.. setelah itu Om Panji salim kepada Ayahku..

“jadi.?” Tanya Ayahku ke Om Satria..

“belum ada satupun petunjuk nyo..” ucap Om Satria..

Ayahpun kembali mengambil rokoknya dikantong lalu mengambil koreknya dan membakarnya..

“gila ya.. sudah dua kejadian dan belum ada satupun, orang yang mengetahui siapa itu ‘BD’ dan siapa dibalik ini semua..” ucap Ayahku setelah mengeluarkan asap rokok dari mulutnya..

“itulah kenapa aku bilang ini sangat misterius kepadamu waktu itu nyo.. mistisnya terlalu kuat..” jawab Om Satria lalu menghisap rokoknya..

“apa om punya petunjuk..?” tanya Om Panji kepada Ayahku..

Ha..? ga salah dengar nih..? kenapa Om Panji justru tanya ke Ayahku..? emang Ayahku ini siapa..? aparat bukan, penguasa juga bukan.. gilaa.. apa Ayahku mempunyai pengaruh yang kuat dikota ini, sampai semua informasi bisa didapatkan oleh Ayah..? wooo.. wooo.. wooo.. mungkin setelah ini aku akan mengetahui pelan – pelan, tentang masa lalu Ayah yang selama ini aku cari..

“belum.. belum ada informasi juga.. hanya instingku saja yang bermain disini.. kejadian ini pasti berhubungan dengan ritual dan rencana balas dendam..” jawab Ayahku dengan dinginnya..

“ritual dan balas dendam untuk apa yah..?” tanyaku..

“untuk menumbangkan keluarga besar kita nak.. keluarga Jati..” jawab Ayahku sambil melihat kearahku..

“keluarga besar kita..? emang ada apa dengan keluarga besar kita, sampai ada orang yang ingin membalas dendam kepada kita yah..?” tanyaku dengan terkejutnya..

“Dede akan tau nanti..” ucap Ayahku sambil menepuk pundakku pelan..

“tapi yah..” ucapku terpotong..

“sekarang itu yang penting Masmu nak..” ucap Ayahku dan aku pun langsung terdiam..

Iya ya.. kondisi Mas Angger dulu yang harus diutamakan sekarang ini.. nanti setelah ini agak reda, baru aku akan mencari informasi tentang ini semua ke Om Panji dan Om Satria..

“jaga emosi Masmu nak..” ucap Ayahku dengan suara yang agak serak dan berat.. suara Ayah terdengar sangat sedih dan seperti menahan tangisnya..

“i.. iya yah..” jawabku pelan dan menunduk.. terus terang aku merasa bersalah sekali, karena aku berkata keras kepada Mas Angger tadi..

“apa penyakit Angger makin parah nyo..?” tanya Om Satria dengan kata – kata yang pelan dan sangat hati – hati..

Pertanyaan Om Satriapun langsung mengejutkan aku.. Aku langsung mengangkat wajahku dan menatap Om Satria dan Ayahku bergantian.. sementara Om Panji juga terlihat terkejut, sama seperti aku..

Sakit..? Mas Angger sakitnya makin parah..? sakit apa Mas Angger, sampai Om Satria bertanya seperti ini dan kenapa Ayah tidak pernah memberitahu aku sebelumnya..?

“pe.. penyakit Mas Angger..? Mas Angger sakit apa yah..?” tanyaku dengan suara yang bergetar dan mata yang berkaca – kaca..

“stadium awal kanker otak..” ucap Ayahku dengan suara yang terdengar sangat menyedihkan sekali..

“st.. st.. stadium awal ka.. kanker otak..” ucapku dengan di iringi air mata yang menetes dipipiku..

Astagaaa.. kenapa Ayah tidak pernah memberitahu aku tentang semua ini..? kenapa Ayah baru sekarang berbicaranya..? dan siapa aja yang sudah tau tentang ini semua..? bajingaannn..

Bodoh.. bodoh.. bodoh sekali aku ini.. harusnya aku sadar dengan apa yang terjadi, ketika masku merasakan sakit kepalanya tanpa harus Ayah mengatakannya.. harusnya aku sadar dengan semua itu.. kenapa aku gak peka dengan Mas ku sendiri selama ini..? kenapa..?

Harusnya aku sadar ketika Mas Angger sakit kepala, ketika Mas Angger sering lupa, ketika mimic wajahnya berubah dalam waktu yang cepat, pandangannya yang kabur dan berkaca mata, serta petunjuk – petunjuk lainnya.. kenapa aku sebodoh ini sih..?

Bangsaatttt.. ini benar – benar kabar yang sangat menyakitkan bagiku.. jiwaku seperti mati mendengar kabar ini dan aku seperti tidak mempunyai gairah untuk melanjutkan hidup ini.. kenapa Mas Angger harus menanggung penyakit yang sangat mematikan itu..? kenapa..? belum reda kabar tentang kematian kekasihnya, sekarang Mas Angger harus menanggung derita yang sangat luar biasa.. bajingaannn..









#cuukkk.. hari ini terlalu banyak kejadian dan kabar yang sangat mengejutkan, yang aku terima.. bangsaaattt - bangsaattt..
Bagian ini nyesek om di dada,bayangin yg kita sayang begitu,jgn sampe laah... Sampean terbaik om🙏
 
BAGIAN 36
KENYATAAN YANG HARUS AKU TERIMA





Pov Badai..

Anjing.. kok bisa kekasih Angger mengalami nasib yang naas seperti itu ya..? siapa pelakunya dan apa tujuannya..? perkosaan dan penganiayaan yang mengakibatkan korbannya meninggal.. bangsaatt.. itu adalah hal yang paling keji menurutku.. dan itu sudah dua kali terjadi dikota ini.. apa pelakunya orang yang sama..? gila.. gila..

Terlepas ini kejadian menimpa kekasih Angger, apa ini akan menjadi kejadian terakhir dikota ini..? tapi instingku menyatakan tidak.. pasti akan ada kejadian lagi setelah ini, dan entah siapa target selanjutnya.. yang jelas pelakunya salah target kali ini.. mereka sudah memilih korban yang salah.. Angger dan keluarga besarnya, pasti akan mencari sampai kemanapun pelakunya itu pergi..

Dan untuk Angger.. sepertinya dia sangat terpukul dengan kejadian ini.. wajahnya emosi, sedih, marah, syok dan seperti orang yang kebingungan.. dia seperti memendam sakit yang teramat sangat.. kasihan sekali dia.. pasti mentalnya sangat terguncang sekali.. kalau aku yang ada diposisinya, mungkin aku akan lebih gila dari pada Angger..

Dan entah kenapa, aku juga merasakan kesakitan yang sangat luar biasa dengan kejadian ini.. aku merasa ikatan batinku dengan Angger, makin menguat dengan kejadian ini.. dan tanpa diminta pun, aku akan melibatkan diriku untuk mencari pelaku yang biadab itu.. bangsaattt..

Dan sekarang, aku dan Karel sibule sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.. kami berdua mengikuti mobil yang dikendarai Om Satria dari belakang..

“anjing..” maki bule yang ada disebelahku lalu menepikan sepeda motor yang dikendarainya..

“kenapa le..?” tanyaku dan aku juga menepikan sepeda motor Mas Panji yang aku kendarai ini..

“bannya bocor lagi bang..” ucap Karel dengan jengkelnya..

Aku lalu melihat ban depan maxi Angger yang dikendarai Karel..

“kok bisa ya..? kemarin kan sudah aku tambal sama Gagah..” ucapku lalu aku mematikan mesin motor yang kukendarai..

“gak tau bang.. mungkin tambalannya gak bagus..” ucap Karel lalu turun dari maxi..

“ya udah mau gimana lagi.. kita cari tukang tambal ban aja..” ucapku..

“abang duluan aja kerumah sakit.. biar aku aja yang cari tambal ban..” ucap Karel sambil melihat kearahku..

“jangan gitu lah le.. kita sama – sama aja cari tambal ban..” ucapku..

“ya udah deh..” ucap Karel lalu dia mendorong maxi melewati aku..

Aku lalu menyalakan sepeda motor yang aku kendarai dan mengikuti Karel dari belakang.. ahh.. anjing.. sempat – sempatnya bannya bocor lagi.. bangsaattt..

Dan setelah perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya kami menemukan tukang tambal ban.. Karel pun langsung mendorong maxi ketempat tambal ban tersebut..

“bule.. kita ngopi dulu yuk.. pusing kepalaku belum ngopi..” ucapku kepada Karel..

“ayolah bang.. itu ada warung kopi..” ucap Karel sambil menunjuk warung kopi yang tidak jauh dari tempat kami berdiri..

Aku lalu meninggalkan sepeda motorku di tempat tambal ban.. aku dan Karel lalu berjalan kearah warung kopi itu..

“kamu minum apa le..?” tanyaku kepada karel ketika kami sudah duduk diwarung kopi..

“kopi susu aja bang..” jawab karel..

“mas kopi susu sama kopi hitam pahit ya..” ucapku kepada penjaga warung kopi..

“oyi sam..” jawab penjaga warung itu lalu masuk kedalam warungnya.. (oyi sam = iyo mas)

“bagaimana menurutmu le..?” tanyaku kepada Karel sambil aku mengeluarkan bungkusan rokokku dikantong belakang, lalu aku mengambilnya satu dan membakarnya..

“pasti kota ini akan tegang dan memanas bang..” jawab Karel sambil mengambil bungkusan rokokku dan mengambilnya sebatang, lalu membakarnya..

“maksudnya..?” tanyaku sambil menatap Karel..

“selain aparat, preman – preman dikota ini juga pasti akan mencari pelaku yang biadab itu..” jawab Karel lalu dia menghisap dalam – dalam rokoknya..

“kenapa bisa begitu..?” tanyaku..

“sebagian besar preman dikota ini, masih berhubungan dengan keluarga Jati.. dan Angger itu, salah satu pangeran kesayangan di keluarga Jati..” jawab Karel sambil melirikku..

“seberapa besar sih pengaruh keluarga Jati dikota ini..? dan siapa itu Jati..? kok namanya seperti sangat ditakuti..” tanyaku lagi lalu aku menghisap rokokku..

“Mbah Jati itu buyutnya Angger.. Mbah Jati punya anak bernama Eyang Irawan.. Eyang Irawan punya anak namanya Om Sandi.. dan Om Sandi itu ayahnya Angger..”

“kalau bicara masalah pengaruh, ga usah diragukan lagi bang.. Mbah Jati mempunyai nama besar disemua kalangan di provinsi ini.. mulai dari aparat sampai di bajingan – bajingan yang sangat ditakuti di provinsi ini.. mereka semua sangat mengenal dan segan dengan Mbah Jati serta keturunannya..” ucap Karel dan aku langsung mengagukkan kepalaku pelan..

Bangsaatt.. berarti Angger memang memiliki darah bajingan yang sangat ditakuti ya… anjing.. walaupun dia itu culun, tapi di darahnya mengalir darah orang – orang yang sangat disegani.. luar biasa..

Pantas aja kalau Angger lagi emosi, darah bajingannya langsung keluar.. gilaaa..

“apa pelaku itu ga tau kalau korbannya kali ini, kekasih dari orang yang mempunyai keluarga yang sangat ditakuti diprovinsi ini..?” tanyaku lagi..

“pasti taulah..” jawab Karel singkat dan bertepatan dengan seorang pelayan yang membawa minuman kami.. lalu setelah meletakkan minuman kami, pelayan itu pun langsung pergi meninggalkan kami..

“kalau tau, kenapa mereka nekat melakukan hal ini..?” tanyaku memancing Karel..

“Abang pasti bisa membaca lah..” ucap Karel lalu mengambil kopi susu pesanannya dan menyeruputnya perlahan.. anjingg.. malah begitu aja jawabnya.. kurang ajar nih Karel..

“gila ya ..” ucapku lalu aku mengambil kopi pahit pesananku dan meminumnya..

Sruuupppppp… huuuuuuu..

Aliran kopi pahit ini pun, langsung masuk kedalam tenggorokanku dan mengalirkan cafeinnya ke otakku.. sehingga menenangkan kepalaku sejenak, yang panas dan emosi dari tadi.. bajingaannn..

“mereka ini pasti bukan orang sembarangan bang..” ucap Karel..

“pastilah.. dengan kebesaran keluarga Jati seperti yang kamu bilang barusan, pasti mereka bukan sekumpulan boy band yang biasa.. aliran mereka pasti keras, cadas dan brutal..” ucapku..

“terserah mereka itu alirannya seperti apa bang.. kalau aku sih pecinta dangdut aja.. senggol bacok.. hehehehe..” ucap Karel dengan entengnya lalu tersenyum dengan tatapan yang mengerikan.. gila juga bule satu ini.. dangdut alirannya.. hahahahaha..

“anjing.. hehehehe..” ucapku sambil mengelengkan kepalaku..

Setelah itu kami diam beberapa saat sambil menikmati minuman dan rokok kami..

“Clara gimana bang…?” tiba – tiba Karel bertanya tentang ‘mileaku’ ketika aku sedang menyeruput kopiku..

Sruuupppppp… hukk.. hukk.. hukk.. dan aku pun langsung tersedak..

“pelan – pelan minumnya bang.. hehehehe..” ucap Karel sambil menatapku dengan tatapan yang mengejek..

“anjing.. ngapain kamu tanya tentang Clara..? kamu kenal sama dia..?” tanyaku..

“ya kenallah.. diakan sepupuku..” jawab karel dan aku langsung terkejut dengan perkataannya barusan..

Bangsattt.. Karel sepupunya Clara..? berarti Clara sepupuan sama Angger juga dong..? tapi kenapa Angger dan Clara kok seperti baru pertama kali bertemu, waktu aku kenalkan dulu ya..? bajingaaannn..

“Clara itu sepupu sekaliku bang.. kalau Clara dengan Angger itu, jauh banget hubungan keluarganya.. hehehehe..” ucap Karel yang seperti bisa membaca pikiranku aja.. anjing bangett..

“Angger dan Clara itu, terakhir ketemu waktu umur tujuh apa delapan tahun.. lupa juga aku tepatnya.. dan itu sebelum Clara pindah keluar negeri.. jadi wajar aja mereka berdua lupa waktu pertama kali bertemu dikampus..” ucap Karel lagi..

Ooooo.. begitu toh ceritanya.. tapi kenapa Karel bercerita seperti ini kepadaku ya..? dia tau Clara sempat dekat dengan aku..? tau dari mana..? apa Clara yang cerita..? dan gilanya, Karel juga bercerita tentang hubungan Clara dan Angger yang masih ada ikatan keluarga jauh.. maksudnya apasih ini..? anjinglah..

“ayo kerumah sakit..” ucapku lalu aku berdiri..

“loh.. abang belum jawab pertanyaanku loh..” ucap Karel sambil melihat kearahku..

“masih ada yang lebih penting yang perlu kita pikirkan..” ucapku dengan cueknya lalu aku berjalan kearah dalam warung dan membayar minuman kami..

Setelah membayar, akupun berjalan kearah Karel yang masih duduk di kursi tadi..

“jadi masalah hati ga penting ya bang..?” tanya Karel dengan gaya slengeannya.. kurang ajar.. dia ini cocok sama gagah.. sama – sama slengean.. bajingaann..

“kamu kenapa sih le..?” tanyaku..

“gak apa – apa bang.. hehehehe..” ucap Karel dengan entengnya lalu berdiri dan berjalan duluan..

Anjingg.. kurang ajar bule ini.. untung kamu temanku, kalau enggak sudah kuhantam bibirmu itu.. anjing.. anjing..

Dan setelah sampai ditambal ban, motor maxi Angger telah selesai ditambal.. setelah Karel membayar, aku dan Karel pun langsung melanjutkan perjalanan kami menuju kerumah sakit..

Apa maksud Karel tanya tentang Clara ya..? apa yang diketahui Karel tentang hubunganku, Clara dan Angger..? apa Clara menceritakan semuanya..? apa Angger juga ikut bercerita ke Karel..? assuudahlah.. nanti aja itu kupikirkan.. sekarang yang lebih utama itu, masalah Angger aja dulu.. bangsattt..

Kami pun akhirnya sampai juga dirumah sakit.. dan setelah memarkirkan sepeda motor, kami berdua berjalan kearah depan rumah sakit..

“terus kemana kita ini..?” tanyaku sambil melihat kearah sekeliling rumah sakit..

“entar dulu bang, aku telpon dede dulu ya..” ucap Karel lalu mengambil Hpnya..

“eh.. itu mereka..” ucapku sambil menujuk kearah parkiran mobil.. dan disana aku melihat Om Satria, Mas Panji, Gagah dan satu orang yang seusia Om Satria..

Tiba – tiba langkahku langsung terhenti.. aku merasa detak jantungku sempat berhenti beberapa saat, lalu setelah itu berdetak dengan kencangnya.. anjing.. ada apa ini..? apa ini karena aku habis melihat orang tua disebelah Om Satria itu ya..? gila.. ada apa dengan diriku ini..? kenapa bisa detak jantungku seperti ini..?

Campur aduk rasanya didalam tubuhku ini.. tegang, kaku, senang, grogi, dan canggung yang kurasa.. dan semuanya melebur menjadi satu, dibungkus dengan rasa kebahagiaan yang sangat luar biasa.. kenapa aku bisa seperti ini ya..? dan siapa orang tua itu..?

“anjingg.. kunci maxi ketinggalan dimotor lagi..” ucap Karel dan dia langsung menghentikan langkahnya juga..

“aku keparkiran dulu ya bang.. abang duluan aja kesana..” ucap Karel dan aku tidak menghiraukannya.. pandanganku masih tertuju pada orang tua itu..

Karelpun langsung berjalan kearah parkiran sepeda motor lagi.. sedangkan aku, aku berjalan kearah orang tua itu dengan langkah kaki yang bergetar.. dadaku makin berdetak dengan kencangnya dan tubuhku sampai bergetar dibuatnya..

Aku terus melangkah dengan pelan dan aku menguatkan kedua kakiku, supaya aku tidak roboh.. gilaaaa.. belum pernah perasaanku seperti ini, ketika aku melihat seseorang.. dan walaupun aku hanya melihat wajahnya dari samping, itu sudah membuat pikiranku makin tidak menentu.. hiuffttt.. huuu…

Dan setelah aku dekat dengan mereka, orang tua itu berdiri memunggungi aku dan berdiri dihadapan Gagah.. sementara Mas Panji dan Om Satria berdiri disebelah Gagah.. mereka seperti sedang mengobrol sesuatu yang sangat penting sekali, sampai tidak menyadari dengan kedatanganku..

DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG..

DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG..

Dadaku makin berdetak dengan kencangnya.. keringat dinginkupun sampai keluar dikeningku dan seluruh tubuhku.. bajingaannnn..

DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG..

DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG.. DAG.. DUG..

Hiuufftttt.. huuuuuu…

Tenang dai.. tenang.. ada apa sih denganmu dai..? ada apa..? kenapa bisa seperti ini..?

“Bang Badai..” ucap Dede kepadaku..

Orang tua yang memunggungi aku itupun, langsung membalikan tubuhnya dan melihat kearahku..







Anjinggg.. tubuhnya tegap, cara berdirinya gagah dan wajahnya juga tampan.. selain itu, orang tua itu pun sangat kharismatik sekali.. walaupun tatapannya tajam, tapi tatapannya itu sangat nyaman untuk orang yang ada disekitarnya.. gilaaaa.. dengan tatapannya saja dia pasti bisa menciptakan rasa nyaman, apalagi dia berbuat sesuatu.. pasti orang – orang disekitarnya akan merasa damai dan terlindungi..

Wajahnya terlihat dingin tapi menyejukkan.. tenang tapi mematikan.. auranya sangat luar biasa.. penuh kasih sayang, penuh cinta, penuh perhatian dan penuh kehangatan.. dan aku terfokus pada tatapan matanya itu..

Lalu tiba – tiba, aku merasa seluruh tubuhku terbakar oleh tatapan matanya.. hatiku terbakar oleh cinta.. jiwaku terbakar oleh amarah yang kecewa.. dan seluruh dunia ini seperti panas membara..

Anjing.. perasaan apa yang kurasa ini..? kenapa cinta dan kecewa bisa menjadi satu seperti ini..? aku seperti merasa haus oleh cinta, dan dahaga dengan belaian dari orang tuaku.. tapi disisi lain, aku seperti merasakan kemurkaan didalam diriku.. amarah yang meluap – luap seperti mengelora didalam tubuhku.. aku seperti merasakan kekecewaan yang sangat mendalam.. tapi kecewa karena apa..? bajingaannn..

Semua perasaan yang tidak menentu inipun, menyatu dan berkumpul dikepalaku.. dan akhirnya siap meledak dan siap aku tumpahkan, lewat air mata yang ingin menetes dikedua mataku.. bangsat.. kenapa aku mau menangis..? kenapa ini..? dan kenapa aku merasa mempunyai ikatan batin yang melebihi apapun dengan orang tua ini..? siapa sih dia ini..? hiuffttt.. huuu..

“Bang Badai..” panggil Dede lagi dan aku tidak menghiraukan panggilannya..

“Dai..” panggil Mas Panji dan aku juga tidak menghiraukannya..

Sementara Om Satria tetap santai memandangku sambil menghisap rokoknya..

Aku dan orang tua ini tetap saling berpandangan.. lalu entah siapa yang menuntun, kakiku dan kaki dari orang tua itu saling maju dan mendekat.. dan setelah tubuh kami sudah sangat dekat.

Buhhggggg..

Aku langsung menubruk tubuh orang tua itu dan aku langsung memeluknya dengan sangat erat sekali.. bangsaattt.. kenapa bisa aku reflek memeluknya..? dan kenapa tiba – tiba aku kangen dengan Ayahku..? dan kenapa aku merasa seperti sedang memeluk Ayahku..?

Air mataku pun langsung tumpah dipelukan orang tua ini.. apalagi ketika orang tua ini membalas pelukanku dan memelukku dengan erat sekali.. bangsaattt.. aku seperti merasakan kedamaian yang sangat luar biasa.. aku seperti mendapatkan ketenangan dan aku seperti sangat nyaman didalam pelukannya.. aku seperti sedang berlindung dibalik ayahku.. kenapa bisa seperti ini..? gilaaa…

Aku tidak memperdulikan orang – orang disekitarku.. aku seperti anak kecil yang telah lama ditinggal ayahnya, dan sekarang ayahnya datang dengan pelukan hangatnya.. hatiku sangat senang dan bahagia sekali.. apalagi ketika rambutku di belainya dengan sangat lembut.. gilaaaa.. amarah dan kekecewaan yang ada didalam diriku, seperti keluar dan tumpah lewat air mataku didada orang tua ini.. bangsaattt..

Pelukan ini sangat luar biasa.. aku tidak pernah merasakan pelukan yang sangat luar biasa seperti ini, walaupun dengan ayahku sendiri, arrrgghhhhhh..

Dan setelah kami berpelukan cukup lama, aku mengangkat wajahku dari dada orang tua ini dan menatap matanya.. tatapan matanya yang garang tadi, sekarang berubah sangat sedih sekali.. kedua mata orang tua ini pun berkaca – kaca..

Perlahan kami berdua melepaskan pelukan ini dengan tetap saling berpandangan.. air mataku masih terus mengalir dan membasahi pipiku.. aku lalu meraih tangan kanan beliau dan aku mencium punggung tangan kanan beliau..

CUUPPP..

Telapak tangannya agak kasar, dan punggung tangannya terlihat bulatan – bulatan hitam yang mengeras.. kepalan tangan ini seperti kepalan tangan seorang petarung.. tapi dibalik kekasaran tangannya, aku merasa tangan ini memiliki kelembutan dan kasih sayang yang sangat luar biasa..

Lalu kembali aku kecup punggung tangan ini dengan deraian air mataku..

CUUPPP..

CUUPPP..

Tangan kiri beliaupun langsung membelai rambutku.. lalu jabatan tangan kanannya dilepaskan, dan kedua tangan beliau langsung memegang kedua pipiku.. diangkatnya wajahku sampai mata kami bertatapan lagi.. lalu..

CUUPPP..

Beliau mengecup keningku lalu memelukku lagi dengan eratnya dan aku membalasnya dengan pelukan yang erat juga..

Bangsaattt.. ini bukan pelukan biasa.. ini pelukan hangat dari seorang Ayah kepada anaknya.. ini pelukan sayang dari Ayah untuk putra tercintanya.. ini pelukan cinta dari Ayah untuk buah hatinya.. anjingggg..

Tapi apa beliau ini Ayahku..? engga.. engga mungkin.. Ayahku ada dipropinsi seberang bersama ibuku.. mungkin beliau ini memiliki aura kasih sayang yang sangat luar biasa.. jadi setiap anak laki – laki seperti aku memeluknya, pasti akan merasakan hal yang sama sepertiku.. dan mungkin perasaanku bisa seperti ini, karena aku kangen dengan Ayahku dipropinsi seberang sana.. dan kenapa mata beliau berkaca – kaca dan sampai memelukku serta mencium keningku tadi, mungkin beliau mempunyai anak laki – laki yang seusia dengan aku..

“Ayah.. Bang Badai..” tiba – tiba suara Dede mengejutkanku..

Kami berdua langsung melepaskan pelukan kami dan saling menatap lagi.. aku lalu menyeka air mataku dan kembali menatap wajah orang yang dipanggil Ayah oleh Dede ini..

Ayah..? beliau ini Ayahnya Angger dan Dede..? serius..? ini kah yang namanya Om sandi yang diceritakan Karel tadi..? ini kah sang panglima pondok merah dijamannya..? waw.. luar biasa.. gak salah kalau orang yang aku peluk tadi ini, adalah panglima pondok merah dijamannya..

Semua ada didirinya.. aura diwajahnya dan caranya menatap, seperti seorang pemimpin yang sangat disegani.. tubuh yang tegap, kepalan tangan yang kuat dan dia seperti memiliki jiwa petarung yang sangat handal.. gila.. gila..

“Badai kangen sama Ayahnya, malah meluk Ayahnya Gagah lagi..” ucap Om Satria mengejutkanku..

“ma.. maaf om..” ucapku terbata sambil melihat kearah Om Satria lalu melihat kearah Om Sandi..

“panggil aja aku Ayah..” ucap Om Sandi sambil menepuk punggungku pelan..

Apa..? beliau memintaku memanggilnya Ayah..? beneran ini..? dan kata – kata yang beliau ucapkan barusan ini, seperti bukan perkataan yang biasa.. bukan seperti ketika sahabat anaknya, yang disuruh memanggil Ayah sahabatnya dengan sebutan Ayah juga.. bukan perkataan biasa seperti itu.. ini kata – kata yang keluar dari dalam hati beliau dan nada bicaranya pun sangat dalam sekali.. kata – kata beliau ini sampai menyentuh dibagian terdalam hatiku.. bangsaattt.. kenapa aku bisa melankolis seperti ini sih..?

“i.. iya.. yah..” ucapku sambil terus memandang wajah beliau..

Beliaupun langsung menyambutnya dengan senyuman yang sangat lepas dan sangat bahagia sekali.. waw.. gilaaa..

“bang.. abang kangen banget ya sama Ayahnya abang..? kok sampai nangis gitu sih meluk Ayahku..?” tanya Dede kepadaku.. dan aku langsung melihat kearah Dede sambil tersenyum..

“wooo.. wooo.. wooo.. ternyata, abang anak Ayah juga ya..” ucap Dede mengejekku.. (anak Ayah disini maksudnya anak yang manja kepada Ayahnya..)

“kayak kamu engga aja gah..” ucap Om Satria kepada Dede..

“hehe..” Dede pun hanya tersenyum saja..

“kita kekamar mayat yok..” ucap Om Satria lagi sambil membuang batang rokoknya..

Anjing.. kok aku jadi lupa dengan tujuanku kemari ya..? gimana kondisi Angger setelah melihat kekasihnya yang telah tiada itu..? apa dia akan mengamuk sejadi – jadinya dikamar mayat..? ahhhhh.. gilaaaa..

“ayolah..” ucap Om Sandi lalu berjalan duluan dan Om Satria berjalan menyusul disampingnya..

Aku, Mas Panji dan Dede mengikuti beliau berdua dari belakang.. dan kembali pikiranku melayang selama kakiku melangkah.. dan itu semua karena Ayah..

Ayah.. empat huruf yang menjadi satu kata yang bermakna sangat luar biasa..

Ayah.. seorang laki – laki yang mengajarkan cinta lewat tatapan matanya..

Ayah.. seorang laki – laki yang mengajarkan kasih sayang lewat pelukannya..

Ayah.. seorang laki – laki yang mengajarkan kerasnya kehidupan lewat senyumannya..

Ayah.. apa Ayah yang berjalan dihadapanku ini memang Ayahku..? tapi Ayah yang seperti apa..? akukan sudah memiliki Ayah dipropinsi seberang.. dan aku baru saja bertemu dengan sosok Ayah yang ada dihadapanku ini..

Ayah.. begitu banyak orang tua sahabatku, yang kupanggil juga dengan sebutan Ayah.. tapi tidak seperti Ayah yang ada dihadapanku ini..

Ayah.. kenapa dengan Ayah yang ada dihadapanku ini, aku seperti memiliki ikatan batin yang lebih kuat dari Ayahku sendiri dipropinsi sebarang..

Ayah… aaarrgghhhhhhhh…

Ini adalah kenyataan yang harus aku terima.. kenyataan kalau aku telah memiliki sesosok orang asing, yang baru aku temui pertama kali tapi seperti sudah hadir sejak lama didalam hatiku.. bangsaattt..



Pov Angger


Hiuffttt.. huuuuu.. sekarang aku berdiri didepan ruangan kamar mayat.. Rani berdiri disebelah kiriku dengan menggenggam tangan kiriku dengan tangan kanannya..





282460689a17676918e511d1f24aad755b1289b3.jpg

Airani Kamaliya Astami



Lalu Bulan berdiri disebelah kananku sambil merangkul pundakku dengan eratnya..




28050603a81851d6eaaffc974a45d5023fa09c36.jpg

Bulan Mahardini Darmawan



Hiuffttt.. huuuuu.. aku berdiri mematung sambil menatap kearah dalam ruangan kamar mayat.. dan didalam sana, tampak beberapa aparat sedang melihat ke arah bagian ruangan yang tidak terlihat olehku.. dan aku juga melihat beberapa orang yang berpakaian sipil dengan wajah yang terlihat sangat sedih sekali.. mungkin mereka ini keluarga dari Dinda dan Rani..

Hiuffttt.. huuuuu.. pikiranku kacau sekali.. apa aku kuat masuk kedalam ruangan ini..? apa aku sanggup melihat kekasihku Dinda..? dan apa yang akan terjadi ketika aku didalam sana..? apa aku akan menggila..?

Arrgghhhhhh.. yang jelas, emosiku yang dari tadi mulai menurun karena tanganku digenggam oleh Rani dan pundakku dipeluk Bulan.. sekarang mulai naik dan merambat lagi dikepalaku..

Uhhhh.. kembali tubuhku bergetar ketika aku melangkahkan kakiku kearah pintu kamar mayat ini.. aku melepaskan gengaman tangan Rani dan aku melepaskan rangkulan Bulan.. dan semua mata pun langsung tertuju kearahku..

Herg.. herg.. herg.. herg.. herg..

Nafasku mulai memberat dan kedua tanganku terkepal dengan kuatnya.. lalu dengan menguatkan hatiku, aku berjalan kearah dalam ruang kamar mayat ini..

“heemmmmm..” samar – samar aku mencium amis bau darah, memenuhi ruangan ini.. dan itu seperti membangunkan sesuatu didalam diriku, yang membuatku makin dikuasai emosi yang perlahan mulai menggila..

“heemmmmm..” bau amis darah ini membuat tubuhku ringan dan pikiranku melayang tinggi.. pandanganku mulai memerah lagi dan panas didalam tubuhku, membuat seluruh tubuhku basah oleh keringat amarah..

Bangsaatttt.. aku ingin membunuh orang hari ini.. aku ingin membantai dan menghabisi siapapun yang membangunkan emosiku ini.. bajingaannnn..

Dan ketika aku sudah didalam ruangan kamar mayat ini, aku lalu menolehkan pandanganku kearah kiri.. dan disebuah tempat tidur, aku melihat sesosok mahluk yang sangat kucintai sedang terbujur kaku..

Dengan langkah yang sempoyongan, akupun langsung berjalan mendekati tubuh Dinda yang tertidur dengan tenang itu.. dan ketika aku sudah berdiri disamping tubuh kekasihku itu.. pemandangan yang sangat mengerikan, membuat amarah didalam tubuhku bangkit sebangkit – sebangkitnya.. pandanganku yang mulai memerah ini, dapat melihat dengan jelas wajah kekasihku yang sangat menyedihkan itu..

Wajah mulus Dinda, tergores oleh benda tajam dimana – mana.. luka, lebam dan bekas sayatan langsung membuat jiwaku terbakar.. emosiku langsung memuncak, apalagi ketika melihat sayatan ditangan kiri Dinda yang bertuliskan inisial ‘BD’..

Tubuhku terasa seperti terbakar.. panas.. panas.. dan panas..

Akalku tak bisa kumainkan dan dikuasai emosiku yang mengggila..

Hatiku menjerit dan menangis meronta..

Jiwaku berontak dan menginginkan darah.. darah.. dan darah..

Ruhku seperti sudah diujung kepalaku dan ingin terbebas dari ragaku..

Bangsaattt..

Aku langsung memejamkan mata dan tidak sanggup untuk melihat lagi, pemandangan yang mengerikan dan menyedihkan ini..

“AAARGGGGGHHHHHHHHH..” aku berteriak sambil memejamkan mataku.. lalu ketika aku membuka mataku..

Gelap..



Aku seperti orang buta yang tidak bisa melihat apapun disekelilingku.. hanya hitam.. hitam dan hitam.. dadakupun sesak dan aku tidak bernafas..

“AAARGGGGGHHHHHHHHH..” kembali aku berteriak dengan sangat kencangnya..

Tidak ada satupun orang yang mendekati aku dan menenangkan aku.. aku seperti sendiri dikegelapan ini.. bajingaannn.. dimana aku ini..? kenapa disini gelap dan tidak ada satupun orang yang bersuara..

Apa aku telah berada didunia lain..? tapi dunia apa ini..? kenapa hanya ada kegelapan yang ada disekelilingku..?

Dan tiba – tiba aku mendengar jeritan seorang wanita yang sangat menyedihkan sekali..

“AAAAAAAAAAAAAA…” suara jeritan yang sangat lirih terdengar.. aku lalu mencari asal suara itu..

Dan sebuah cahaya langsung menyinari tempat yang gelap ini..

Dan dihadapanku sekarang, seorang wanita sedang tertidur dengan kepala tertutup jilbab tapi tidak mengenakan pakaian sama sekali.. tubuhnya polos dan telanjang.. sementara dihadapannya, berdiri seorang laki – laki yang wajahnya tidak terlihat dan agak kabur..

“mas.. tolong mas.. aku mau diperkosa mas.. hikss.. hikss.. hiks..” tiba – tiba wanita itu bersuara lagi lalu menangis menjerit..

Dinda.. itu suara Dinda.. jadi wanita yang telanjang itu Dinda..? bangsaattt..

“DINDAAAAA..” teriakku dan Dinda itu tidak melihat kearahku..

“DINDAAAAA..” aku berteriak lagi sekencang kencangnya.. tapi dia tetap tidak menoleh kearahku..

Bajingaann.. kenapa dia tidak mendengar teriakanku..? apa aku hanya bayangan saja diruangan ini..? anjinggg.. akupun langsung menggerakkan kakiku untuk mendekati Dinda dan laki – laki biadab itu.. tapi seluruh tubuhku kaku dan tidak bisa digerakkan.. aku hanya bisa berdiri mematung dan melihat laki – laki itu, yang mulai memegang buah dada Dinda dengan kasarnya.. jiancuukkk..

“JANGAN SENTUH KEKASIHKU.. JANGAN SENTUH KEKASIHKU.. BANGSAATTT..” teriakku dengan emosinya.. tapi kembali laki – laki itu tidak mendengar teriakanku, dan dia makin meremas buah dada Dinda dengan kuatnya..

“siapa masmu disini..? siapa.. hahahahahaha..” ucap laki – laki itu dan sekarang kedua tangannya makin mencengkram buah dada Dinda..

“sakit om.. sakit.. hiksss.. hiksss..” ucap Dinda sambil menangis dan merintih kesakitan.. kedua tangannya mencoba menepis tangan orang yang mencengkram buah dadanya itu, tapi tidak berhasil.. tenaga Dinda terlalu lemah untuk laki – laki yang bangsat itu..

“HAHAHAHAHAHA..” orang itu hanya tertawa dan sekarang dia memegang kedua putting Dinda yang mungil, dengan jempol dan jari telunjuknya.. lalu ditariknya putting mungil Dinda itu dengan sangat keras dan kasar sekali..

“AAAAAAAAAAAAAA..” Dinda menjerit kesakitan dan kedua matanya langsung melotot, dengan mulut yang menganga dengan lebarnya..

“BERHENTIIIIIII.. BAJINGAANN KAMU.. BAJINGAAANNN..” teriakku dengan emosi yang menggila..

“HAHAHAHAHAHA..” laki – laki itu tertawa dengan kerasnya.. dia sangat senang sekali, melihat Dinda yang menangis, tersiksa dan kesakitan seperti itu..

“SAKKITTTT.. SAKKITTTT.. HIKSSSS.. HIKSSS..” teriak Dinda sambil menangis.. dan sekarang matanya terpejam sambil menoleh kekanan dan kekiri.

“semakin kamu menangis dan menjerit.. aku akan semakin menikmati permainan ini.. hahahahaha..” ucap laki – laki itu lalu tertawa dengan senangnya..

“KEPARAT.. KUBUNUH KAMU.. KUBUNUH..” teriakku..

“ampun om.. ampun.. hiksss.. hikssss..” ucap Dinda memohon dengan sangat sedihnya.. kedua matanya terbuka dan terlihat sangat memelas sekali.. air matanya pun sudah membanjiri wajahnya..

“hahahahaha.. sekarang kamu nikmati aja ya..” ucap laki – laki itu lalu dia mengangkangkan kedua kaki Dinda dengan kasarnya..

“BERHENTI.. BERHENTI.. APA YANG MAU KAMU LAKUKAN.. APA..???” teriakku..

“jangan om.. jangan.. jangaaaannn.. hiks.. hikss..” ucap Dinda memohon sambil meronta – ronta..

PLAKKKK..

“AAAAAAA.. HIKS… HIKSSS..” sebuah tamparan yang sangat keras membuat Dinda menjerit dan menangis lagi..

“BANGSAAAATTTT..!!!!” teriakku yang sudah sangat emosi sekali..

PLAKKKK.. PLAKKKK.. PLAKKKK.. PLAKKKK..

Wajah Dinda ditamparnya berulang kali dengan sangat kerasnya.. darahpun mulai menetes dibibir kekasihku tercinta itu..

“ampun.. ampun.. ampun.. hikssss..” Dinda memohon dengan sangat kesakitan..

“CUKUPPP.. CUKUPPP.. CUKUPPPPPP..!!!” teriakku sampai suaraku serak dan kedua air mataku pun langsung menetes dengan derasnya..

Aku tidak berdaya sama sekali.. aku hanya bisa berteriak dan menangis melihat kekasihku disiksa seperti itu.. bajingaaaannnnn..

Laki – laki itu langsung mencengkram jilbab Dinda sampai rambutnya juga terjambak.. lalu digoyangkannya kekanan dan kekiri dengan kuatnya..

“nikmati ini.. nikmati ini.. hahahahahaha..” ucap laki – laki itu dengan senangnya..

Kekasihkupun hanya bisa menangis kesakitan, sambil kedua tangannya mencoba melepaskan jambakan dirambutnya..

“hikss.. hikss.. hikss…” jerit tangis Dinda pun langsung membuat tubuhku lemas selemas – lemasnya.. lututku langsung terjatuh dilantai dan aku langsung terdunduk lemas..

Bangsaattt.. kenapa bisa aku melihat hal seperti ini..? kenapa..? apa aku hanya disuruh melihat kekasihku tersiksa seperti ini, tanpa bisa berbuat apa – apa..? laki – laki macam apa aku ini..? bajingaannnn..

“HAHAHAHAHAHA.. AKHIRNYA.. KELUAR JUGA MATA HIJAUMU YA.. HAHAHAHAHA..” ucap laki – laki itu dan aku langsung mengangkat wajahku..

Dan diposisiku yang berlutut seperti ini, aku bisa melihat mata Dinda perlahan mulai menghijau.. gilaaaaa..

Dinda punya mata hijau seperti Mayang..? Dinda punya mata hijau yang tatapannya menyejukkan dan mendamaikan itu..? gila.. tapi kenapa mata hijau itu baru sekarang keluarnya..? kenapa aku gak pernah melihatnya ketika Dinda ada didekatku..?

Tapi persetanlah mata hijau itu baru keluar sekarang... yang jelas itu suatu anugrah untuk Dinda.. pasti laki – laki itu akan takluk, seperti aku yang bisa takluk oleh mata hijau Mayang dihari itu.. tatapan mata hijau Dinda pasti akan bisa membuat laki – laki itu menghentikan kebiadabannya..

“hahahahaha.. mau mata berwarna apapun didunia ini.. tidak akan bisa menaklukkan aku.. hahahaha..” ucap Laki – laki itu dengan posisi masih mengangkangi Dinda..

Lalu sambil berlutut.. jari telunjuk kanan laki – laki itu menyentuh kening Dinda.. dan perlahan.. aliran berwarna hijau keluar dari kening Dinda dan berjalan keujung telunjuk laki – laki itu.. cahaya hijau itu merambat pelan kelengan laki – laki itu, sampai seluruh tubuh laki – laki itu berwarna hijau terang..

Bangsaattt.. dia menyerap mata hijaunya Dinda..? bajingaann.. dan sekarang cahaya hijau itu lenyap dan masuk kedalam laki – laki biadab itu.. jiancuukkk..

“HAHAHAHAHAHA..” laki – laki itu tertawa dengan kerasnya sambil mengangkat jarinya dari kening Dinda.. dan tubuh laki – laki itu pun sudah tidak menghijau lagi.. wajah Dindapun langsung pucat dan ketakutan.. lalu..

Sretttt.. srettt.. srettt..

“AAAAAAAAAAAA….” Dinda menjerit dengan kerasnya sampai kepalanya terangkat.. laki – laki biadab itu rupanya sedang mendorong pinggulnya kearah selangkangan Dinda.. dan perlahan cairan berwarna merah keluar lalu menetes dari selangkangan Dinda..

“BANGSAAAAAATTTTTT..” teriakku..

Anjinggg.. kekasihku telah diperkosa dan kesuciannya direnggut dihadapanku sendiri.. biadab.. keparatttt.. terkutukk..

“AAARGGGHHHHHHHH..” aku berteriak sekeras – kerasnya..

“HAHAHAHAHA..” laki – laki itu tertawa lagi lalu dia menggenjot pinggulnya dengan keras dan cepat..

“SAKIT.. SAKITTTT.. SAKITTTT.. HIKSSSSS… HIKSSSSS.. HIKSSSSS..” Dinda menjerit sambil menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri..

“PENGUASA KEMATIAN DAN PENGHUNI KEGELAPAN.. TERIMALAH DARAH PERAWAN PERSEMBAHANKU INI.. HAHAHAHAHA..” ucap laki – laki itu sambil menggenjot Dinda dengan cepat dan kasar sekali.. Dindapun langsung mengejang dan melotot. lalu tergeletak dan tidak bergerak lagi..

“BANGSATTTT.. BANGSATTT.. BANGSAATTTTT..” aku mengerang dan suaraku sangat berat sekali..

PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK..

Bunyi genjotan kasar laki – laki itu yang sangat memekan telingaku.. bunyi genjotan itu seperti merobek – robek gendang telingaku.. hatiku seperti tersayat – sayat dibuatnya.. bajingaaann..

“HAHAHAHAHAHA..” laki – laki itu terus mengenjot tubuh Dinda yang sudah tidak berdaya itu dengan cepatnya..

PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK..

Dia terus mengenjot dan tetesan darah dari selangkangan Dinda pun, makin deras keluar..

“JIANCOOOKKK..” teriakku dengan emosi yang membakar tubuhku.. mataku pun sampai melotot dan tiba - tiba..

Gelap..

Dan kembali.. aku berada didunia kegelapan.. hitam.. hitam.. dan hitam.. anjing.. apa yang terjadi..? kemana Dinda tadi..? kemana kekasihku itu..? apa yang akan diperbuat lagi oleh laki – laki bangsat itu kepada Dinda..?

“AAARGGGHHHHHHHH..” aku berteriak sekeras – kerasnya.. setelah itu aku menunduk dan memejamkan mataku lagi..

Beberapa saat kemudian..

“sakit mas.. sakit.. cukup.. hiksss.. hikss.. hikss..” terdengar lagi rintih kesakitan Dinda..

Aku lalu mengangkat wajahku dan membuka kedua mataku.. dan sekarang, pemandangan yang lebih menyeramkan terlihat dihadapanku.. belasan laki – laki yang telanjang bulat mengelilingi Dinda.. dan posisi Dinda sedang duduk dengan bertumpu kepada kedua lututnya.. Dindaku sayang sedang mengangkangi laki – laki yang tidur sambil meremas kedua buah dadanya.. sedangkan kemaluan laki – laki itu ada didalam kemaluan kekasihku tercinta.. bajingaaannn..

“goyang lagi dong.. goyang..” ucap laki – laki yang tidur itu lalu..

PLAKKKK.. PLAKKKK.. PLAKKKK.. PLAKKKK..

Laki – laki itu menampar kedua pipi Dinda dengan sangat kerasnya..

“AAAAAAAAAAWWWWWW..” teriak Dinda kesakitan.. wajah kekasih ku tampak lebam dimana – mana.. jilbabnya sudah tidak karuan letaknya.. rambutnya pun sebagian keluar dari kain yang menutupi kepalanya itu.. dan tidak ada lagi air mata yang menetes di kedua pipinya..

Lalu perlahan Dinda menggoyangkan pinggulnya kedepan dan kebelakang perlahan..

“yang kencang dong..” ucap laki – laki itu lalu dia meremas buah dada Dinda dengan kasarnya..

“HUUUPPPPPPP..” Dinda menahan sakit yang sangat luar biasa lalu menggoyangkan pinggulnya dengan agak cepat..

“aaahhhh.. nikmattnya..” ucap laki – laki itu dengan senangnya.. dan terdengar dari suaranya, dia bukan laki – laki yang mengambil kesucian Dinda tadi..

“BANGSAAAAAATTTT..” teriakku..

Anjinggg.. kenapa aku harus melihat hal ini lagi dan makin kejam seperti ini..? kenapa aku gak bisa berbuat apa – apa..? bajingaannnn..

“Ayahanda.. tadi kan Ayahanda dapat perawan mekinya.. boleh gak Ananda dapat perawan lubang bokongnya..? hehehehe..” ucap seorang laki – laki yang berdiri dibelakang Dinda..

“nikmatilah ananda.. hehehehe..” ucap laki – laki yang memperkosa Dinda pertama kali, sambil menghisap rokoknya dan duduk di sebuah kursi tidak jauh dari Dinda..

“jangannn.. jangann.. aku mohon.. kamu kenal akukan mas..? kamu kenal aku kan..? kenapa kamu tega sama aku mas..? kenapa.?” ucap Dinda ketakutan sambil menghentikan goyangannya dan menoleh kearah laki – laki dibelakangnya..

“justru karena aku mengenal kamu dan kamu mengenal aku, makanya aku mau ambil perawan bokongmu cantik.. hehehehe..” ucap laki – laki itu dan aku merasa tidak asing dengan suara itu..

Anjing.. Dinda mengenal laki – laki itu dan laki – laki itu mengenal Dinda..? siapa dia..? kenapa aku juga seperti gak asing dengan suaranya..? bajingaannn.. kenapa semua wajah laki – laki disini kok berbayang dan tidak jelas..? kenapa hanya wajah Dinda yang terlihat sangat jelas..? keparaatttt..

Laki – laki yang sedang dikangkangi Dinda pun, langsung menjambak rambut Dinda sampai Dinda menoleh kearahnya dan..

PLAAAKKKK..

“lanjutkan goyanganmu.. bangsat..” ucap laki – laki itu setelah menampar pipi Dinda.. Dinda pun akhirnya tertunduk.. dia langsung menggoyangkan tubuhnya lagi dengan ketakutan..

Lalu laki – laki yang ada dibelakang Dinda dan mengenal Dinda tadi, langsung duduk dan jongkok didekat bokong Dinda.. lalu dia mendorong punggung Dinda, sampai Dinda tertidur dilaki – laki yang dikangkanginya.. laki – laki yang dikangkangi Dinda itupun, langsung memeluk Dinda dengan batangnya masih dikemaluan Dinda..

Anjinggg.. apa kedua lubang Dinda itu akan disiksa secara bersama – sama..? bajingaaannn..

“CUKUP.. CUKUP.. CUKUPPPP..” ucapku dengan tetesan air mataku..

Laki – laki yang memeluk Dinda langsung melumat bibir Dinda dengan kasarnya.. sedangkan laki – laki yang ada dibelakangnya, langsung mengarahkan batangnya dilubang bokong Dinda..

“ARGGGHHHH..” Dinda pun langsung meronta.. tapi tubuhnya dipeluk dengan kuat dan bibirnya digigit oleh laki – laki yang dikangkangi itu.. anjing..

Dengan posisi seperti itu, laki – laki dibelakang Dinda pun dengan leluasa mengarahkan batangnya dilubang bokong Dinda.. lalu..

Bretttt.. breettt.. breettt.. breettt..

Laki – laki itu menekan pinggulnya dengan kuatnya, sampai batangnya tertanam dilubang bokong Dinda..

“IRRGGHHHHHHH..” jerit Dinda tertahan.. bibirnya makin digigit dan mata Dinda langsung melotot kesakitan..

Bajingaaaaaannnn.. Dinda diperkosa dengan brutalnya seperti itu..? anjinggg.. tidak ada rasa perikemanusiaan sekali mereka ini.. bangsaattt.. mereka bahkan lebih kejam dari binatang dan mereka lebih sadis daripada iblis.. kenapa bisa mereka melakukan seperti ini..? kenapa..? apa salah Dindaku..? apaaaa…? Biadabb…

PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK..

Laki – laki yang ada didepan Dinda dan dibelakang Dinda, menggoyangkan pinggul mereka bergantian.. kemaluan dan lubang bokong Dinda sampai berdarah – darah dibuatnya.. bajingaaan..

“JIANCOOKKKK..” teriakku..

Apa cukup sampai disitu..? tidak.. setelah kedua laki – laki itu memperkosa Dinda sampai puas.. belasan laki – laki lainnya, bergantian menyetubuhi kekasihku itu dengan brutalnya.. Dinda sudah tidak bergerak atau berteriak lagi.. dia sudah lemah dan darah sudah keluar dari seluruh tubuhnya, akibat penyiksaanya itu..

Dinda dipukul, ditampar dan diinjak oleh mereka secara bergantian.. darahku benar – benar mendidih.. aku seperti direbus didalam air yang mendidih dan didalam tungku yang sangat besar.. emosi ku benar – benar sangat menggila kali ini..

Dan yang makin membuatku emosi.. ketika mereka semua sudah selesai melakukan perkosaan yang sadis itu.. mereka menyayat wajah cantik Dinda yang lebam itu, dengan pisau yang mereka bawa.. lalu mereka membuat inisial ditelapak tangan kiri Dinda.. BD.. dan mereka melakukan itu, ketika Dinda masih bernafas.. aku melihat tangisan Dinda yang kesakitan untuk yang terakhir kalinya.. aku melihat bagaimana Dinda meregang nyawa.. aku melihat bagaimana tersiksanya kekasih hatiku itu.. aku melihat semua itu.. lalu mereka membawa pergi Dinda dan membuangnya dipinggiran kota ini..

“AAARGGGGGHHHHHH..” aku berteriak lagi dengan emosi yang memuncak.. lalu..

Gelap...

Dan kembali.. aku berada didunia kegelapan.. hitam.. hitam.. dan hitam..

Aku lalu memejamkan mataku lagi..

Bajingaannn.. apa kejadian barusan itu benar – benar terjadi..? atau itu hanya mimpi..? tapi kenapa aku harus bermimpi sekejam itu..? dan kalau itu hanya mimpi.. kenapa kondisi Dinda pada saat dibuang dipinggir kota ini, sama seperti keadaannya di ruang mayat tadi..? kenapa..? dan kenapa aku harus menyaksikannya..? Anjinnngg.. aku bisa melihat dengan detail, setiap kekejaman yang mereka lakukan terhadap Dinda.. aku menyaksikannya dengan kepalaku sendiri, dan aku hanya bisa berteriak tanpa bisa menghentikannya.. bangsaaaattt..

Dan anehnya.. walaupun aku sangat emosi sekali, kepalaku tidak sakit dan pandanganku tidak memerah sama sekali.. aku seperti dibuat tersadar dan aku dipaksa melihat semua kekejaman ini.

JIANNNCOOKKKK..!!!

Aku lalu membuka mataku lagi.. dan tiba – tiba ada sebuah titik cahaya dihadapanku.. titik itu perlahan membesar dan membesar, lalu membesar lagi.. kedua mataku sampai silau dan aku langsung menutupi wajahku dengan lengan kiriku, sambil memejamkan kedua mataku..

Beberapa saat kemudian..
hembusan angin yang sepoi - sepoi dan udara yang segar terasa manyapaku.. aku lalu menurunkan lengan kiriku perlahan dan membuka kedua mataku.. sekarang aku berada diperbukitan dan berdiri diatas bebatuan.. bukit yang dikelilingi pohon – pohon yang menghijau dibawah sana.. tempat ini sangat tinggi dan sejauh aku memandang, hanya hijau yang terlihat..

Anjing.. ini kan tempat dimana aku bertemu dengan mahluk berjubah hitam dan bermata merah.. tempat indah dan sekaligus menyeramkan..

Bagaimana bisa aku berada disini lagi..? dan setelah melihat kekejaman yang menyayat hatiku tadi, kenapa aku harus berada ditempat ini..? dan kenapa juga
emosiku yang terbakar tadi pun, langsung mereda sereda – redanya.. kemana hilangnya emosiku tadi..? apa emosiku ditelan suasana tempat yang indah ini..? apa aku tidak marah dan dendam dengan kejadian yang sangat biadab tadi..?

“AAAARRGGGGGHHHHHHH..” aku berteriak lagi dan emosiku tetap tidak kembali.. aku berteriak seolah – olah hanya teriakan hampa yang tidak bermakna..

Kenapa bisa seperti ini sih..? hiuuuffttt.. huuuuu.. ini adalah permainan perasaanku yang paling gila.. jiancuukk…

“percuma kamu berteriak anak muda..” ucap seorang mahluk dari kejauhan.. dan aku langsung melihat kearah suara itu.. suara yang berasal dari bagian lain bukit ini..

Dan disana duduk sesosok mahluk dengan berjubah hitam.. anjinggg.. mahluk ini datang lagi.. hiuuffttt.. huuuu..

“kenapa kamu datang pada saat seperti ini..?” tanyaku dengan suara yang agak meninggi..

“karena kamu membutuhkan aku..” ucapnya sambil melihatku dan pandangan matanya mulai memerah..

“kalau kamu mau datang, datang aja.. bukannya kamu sudah pernah datang pada saat aku emosi..? terus kenapa kamu harus datang lagi dengan cara seperti ini..? apa kamu yang membuat aku melihat semua kekejaman mereka kepada kekasihku..? apa kamu yang membuat aku berada diposisi seperti ini..?” tanyaku..

“iya.. aku memang pernah datang kepadamu waktu itu.. tapi itu hanya sebagian dari jiwaku yang menyapamu.. dan aku juga yang membuat kamu melihat pertunjukan yang ‘nikmat’ tadi, agar kamu bisa lebih menerimaku..” ucapnya dengan suara yang sangat menyeramkan..

“jiancuukk.. apa maksudmu..?” tanyaku dan aku menatapnya dengan tajam..

“aku akan menyempurnakan jiwaku dan jiwamu, sehingga kamu akan bisa menikmati ini semua..” ucapnya sambil berdiri..

“apa yang harus aku nikmati..? kesedihan kekasihku..? rintihan tangis kekasihku..?atau jeritnya yang kesakitan..?” tanyaku dan akhirnya emosi itupun mulai datang lagi dikepalaku..

“terserah.. yang jelas, kamu harus menikmati ini semua..” ucapnya dengan tubuh yang mulai melayang keudara..

“kamu gilaa.. kamu bajingaaann.. kamu biadab.. kamu membiarkan kekasihku disiksa seperti itu, dan kamu hanya membuatku melihat tanpa bisa berbuat apa - apa.. mahluk macam apa kamu itu..?” ucapku dan perlahan emosiku pun mulai bangkit lagi..

“kamu belum tau nikmatnya balas dendam kan..?” ucapnya sambil terbang kearahku..

“aku akan balas dendam tanpa bantuanmu sekalipun.. bangsaaattt..” ucapku dan sekarang aku benar – benar emosi..

“kamu gak bisa terlepas dari bayang – bayangku.. hahahahahaha..” ucap mahluk itu lalu ketika dia sudah terbang didekatku.. tubuhnya mendorong tubuhku sampai tubuhku tidak seimbang dan..

“AARRGGGGGHHHH..” aku berteriak ketika tubuhku oleng dan terjatuh kebawah bukit yang sangat tinggi ini..

Tubuhku melayang dan terlentang dengan menghadap kearah langit..

“HAHAHHAHAHAHA..” mahluk itu tertawa dihadapanku dan dia melayang tepat dihadapanku..

“BANGSAATTTTT..” teriakku dan tubuhku makin meluncur deras kebawah bukit ini..

“HAHAHAHAHHAHA..” mahluk itu makin tertawa dengan senangnya lalu..

BUUMMMMM...

Tubuh bagian belakangku terhempas dibawah bukit dengan sangat keras sekali dan..

Gelap..

Anjing.. mati sudah aku ini.. mati.. bagaimana bisa aku hidup, kalau aku terjatuh dari bukit yang sangat tinggi itu..? gilaaaaa.

Dan posisiku sekarang, aku terlentang ditanah dengan mata yang terpejam.. aku merasa, tanah yang aku tiduri ini sangat panas sekali.. gilaaaa.. bukannya dibawah bukit ini hanya ada pepohonan yang hijau..? bagaimana bisa tanahnya sepanas ini..?

Dan perlahan aku membuka kedua mataku.. gilaaaa.. kok tempatnya berkabut dan cahayanya remang – remang seperti ini..? harusnya kan tanahnya lembab.. tapi kenapa tanah ini kok panas sekali.... akupun langsung duduk sambil melihat kekanan dan kekiri.. sunyi.. senyap.. gelap.. dan menyeramkan.. itu yang aku rasakan sekarang ini..

Gilaaaa.. menyeramkan sekali tempat ini.. ini tempat apa ya..? tangan kananku yang ada ditanahpun, terasa menyentuh sesuatu.. aku lalu memegang sesuatu yang berbentuk agak bulat dan panjang.. dan aku langsung melihatnya..

Jiancuukkk.. ini tulang cuukkk.. aku lalu membuang tulang yang aku pegang itu.. dan perlahan kabut – kabut yang ada didekatku pun akhirnya menghilang.. pandanganku pun langsung jelas disekitarku.. anjinggg.. sejauh aku memandang, hanya ada tulang belulang manusia yang berserakan..

Tulang tangan, kaki, kepala, dan dada manusia berhamburan dimana – mana.. ada juga tubuh manusia yang baru terpotong dan darah segarnya masih mengalir.. bau amis dan bau busuk pun langsung menyengat dihidungku..

Bangsaattt.. ini neraka cuukkk.. ini neraka.. bajingaannn..

Tubuhku pun langsung merinding dibuatnya.. emosiku juga langsung hilang seketika.. jiancuukkk.. apa aku akan disiksa ditempat ini..? apa aku akan berakhir ditempat ini dan menjadi seperti tulang – belulang yang berserakan itu..? gilaaaa..

“kamu takut di rumahku ya..?” tiba – tiba suara mahluk itu datang lagi.. dia menyapaku dari arah samping..

Aku lalu menoleh kearahnya.. terlihat mahluk itu duduk disebuah batu.. dan sekarang mahluk itu memegang senjata berupa tombak, dan ujungnya melengkung lalu memanjang seperti parang.. gilaaaaa..

Mahluk itu pencabut nyawa..? bangsaattt.. mengerikan sekali mahluk itu.. tapi bagaimana bisa mahluk pencabut nyawa itu, hadir dikehidupanku..? apa ini ada hubungannya dengan keluarga besarku..? hubungan yang seperti apa..? apa leluhurku melakukan suatu ritual atau memiliki suatu perjanjian, jadi mahluk ini akan selalu hadir disetiap keturunan keluargaku..? hiuffttt.. huuu..





2836310386d4f1253297cab5d8e40f56dc30592f.jpg

Mahluk Berjubah Hitam



“baru hadir ditempatku saja, kamu sudah takut seperti ini.. bagaimana kamu akan bisa menikmati balas dendammu kelak..? hehe..” ucap mahluk itu dengan sinisnya..

“siapa yang takut..” ucapku lalu aku berdiri..

“tatapan matamu mengatakan semuanya ngger.. kamu itu penakut, cengeng dan manja.. walaupun kamu memiliki sebagian jiwaku dan sebagian mata merahku.. tapi kamu tetap saja L E M A H..” ucapnya sambil mengangkat wajahnya dan melihat kearahku..

Wajahnya yang hitam dan tidak terlihat itu, langsung memunculkan sinar berwarna merah dari posisi kedua matanya..

“herg.. herg.. herg.. herg.. herg..” nafasnya berat dan lambat.. dia seperti sedang menahan emosinya..

“dan sekarang aku baru menyadari.. aku telah memberikan sebagian jiwaku kepada orang yang salah.. aku menyesal telah memberikannya kepadamu..” ucap Mahluk itu sambil menatap kearahku..

“bangsatt.. kamu kira aku senang dengan hadirnya mahluk sepertimu didalam diriku..? mahluk yang hanya bisa mengeluh tanpa bisa berbuat apa – apa, ketika kekasihku disiksa seperti itu.. jadi maksudnya yang lemah disini itu, aku atau kamu..? atau kamu yang menyebabkan aku menjadi lemah, selemah seperti ucapanmu tadi..?” tanyaku dan mahluk itu langsung berdiri dari batu tempat duduknya.. dia terlihat garang dengan tombak ditangannya.. dia seperti siap untuk mencabut nyawaku..

“pintar sekali kamu membalikan perkataanku manusia lemah..” ucapnya sambil berjalan kearahku dengan tatapan merahnya..

“bukan membalikan perkataan.. tapi itu memang kenyataan..” ucapku dan sekarang emosiku sudah mulai bangkit lagi.. pandanganku mulai memerah dan tertuju pada mahluk itu..

“Kita lihat disini.. siapa yang sebenarnya lemah..” ucap mahluk itu sambil mengangkat tombak yang dipegangnya lalu..

WUUTTTT..

Mahluk itu mengarahkan tombaknya kearahku, seperti clurit yang melengkung.. aku langsung menunduk dan menghindar kesamping..

WUUTTTT..

Dia memutar balik tombaknya kearahku dan aku langsung mundur kebelakang.. dan diputarkannya lagi tombak itu, kearah perutku..

WUUTTTT..

Aku memundurkan perutku dan mencondongkan wajahku kedepan.. lalu..

BUUGGHHHHH..

Sebuah kepalan tangannya, menghantam wajahku dengan kerasnya.. sampai wajahku terdanga keatas..

“ARRGGGHHHH..” teriakku dengan darah yang menyembur dari mulutku.. aku pun langsung roboh dan terlentang ditanah..

BUUUUMMM…

Anjingg.. kuat sekali pukulan mahluk itu.. sekali saja pukulannya, sudah bisa membuatku roboh dan mengeluarkan darah seperti ini.. bajingaannn..

Mahluk itu pun langsung berdiri dihadapanku yang terlentang ini.. lalu tombaknya diputar keatas seperti stik golf.. dan ujung tombak yang seperti pedang itu, siap memenggal leherku..

“kamu memang manusia yang lemah..” ucapnya dengan tatapan yang sangat mengerikan..

Anjingg.. kenapa bisa aku selemah ini sih..? kurang apa lagi kejadian yang membangsatkan, yang menimpaku hari ini..? harusnya semua kejadian ini, membangkitkan amarahku terus menerus.. dan itu harusnya membuat tubuhku makin menguat.. tapi kenapa aku bisa dengan mudahnya, ditaklukkan mahluk yang ada dihadapanku ini..? terserah lah dia setan, iblis atau pencabut nyawa.. aku gak perduli dengan itu.. harusnya dengan kondisiku yang seperti ini, aku bisa membantai siapapun yang ada dihadapanku.. cukup sudah hari ini emosiku naik dan turun.. aku harus mendapatkan pelampiasannya sekarang juga..

“gak ada gunanya kamu kembali keduniamu.. lebih baik kamu mati dan menjadi tulang – belulang dirumahku ini..” ucapnya..

Bangsaatttt.. enak sekali mahluk ini menghinaku.. anjing.. emang aku mau tinggal disini dan menjadi korbannya.. terus siapa nanti yang akan membalaskan dendamku..? bajingaannn.. emosiku pun kembali bangkit.. dan aku menatap matanya yang memerah dengan tajamnya..

“herg.. herg.. herg.. herg.. herg..” nafasnya makin memberat lalu dia mengarahkan ujung tombaknya itu kearah leherku..

Aku langsung memejamkan kedua mataku.. kedua tanganku aku tekuk kebelakang dan tepat di samping wajahku.. lalu kedua kakiku aku tekuk juga, sampai lututku tepat didepan wajahku.. kemudian dengan bertumpu pada kedua telapak tanganku, aku mendorong pinggulku dengan kuat kearah depan..

“HUUPPPPP..” tubuhku melayang dan aku langsung berdiri dihadapan mahluk yang sangat menyeramkan ini.. lalu..

BUHHGGGGG..

Aku pukul dadanya memakai kepalan tangan kananku, dengan sekuat tenagaku..

“HUUPPPP…” mahluk itu termundur sambil memegang ujung tombaknya.. lalu.

BUHHGGGGG.. BUHHGGGGG.. BUHHGGGGG.. BUHHGGGGG..

Aku maju lagi dan memukul dadanya secara beruntun.. dan akhirnya seluruh emosiku, menyatu dan bangkit lagi ditubuhku..

BUHHGGGGG.. BUHHGGGGG.. BUHHGGGGG.. BUHHGGGGG.

Aku memukulnya dengan cepat, kuat dan secara beruntun.. setelah itu aku menghentikan seranganku.. dan aku memutar tubuhku dengan cepat, sambil mengarahkan tendangan balik keleher bagian sampingnya..

BUHHGGGGG..

Mahluk itu oleng kesamping, setelah terkena tumit kakiku.. lalu aku menghantamnya lagi dan kali ini aku memukulnya dibagian wajah yang tak terlihat itu..

WUUTTTTT..

Anjingggg.. ternyata dibagian tengah wajahnya itu, kosong dan tidak berisi apapun.. dan setelah itu, jubah hitam itu langsung jatuh ketanah sedangkan mahluknya hilang entah kemana.. bajingaaannn.. kemana perginya mahluk itu..? kenapa hanya tingggal jubahnya saja..?

Dan tiba - tiba..

Sebuah bayangan hitam mendekat kearahku dengan sangat cepat.. lalu..

BUHHGGGGG..

Bayangan hitam itu menabrakku dengan sangat kuat sekali, sampai aku terlempar kebelakang..

BUUMMMMM..

Dan aku pun langsung roboh terlentang dilantai.. lalu..

Gelap..

Hiuuffff.. huuuuuuu… gilaaa.. kenapa bisa aku tumbang lagi..? apa aku kalah dengan mahluk itu..? atau aku yang menang..? aarrgghhhh.. yang jelas, aku merasa seluruh tubuhku panas sekali.. aku seperti dikuasai oleh emosi yang sangat menggila.. dan ini adalah emosiku yang paling tertinggi yang pernah aku rasakan.. panas, emosi, dan ingin membantai.. itu yang ada dipikiranku..

Lalu dengan mata yang masih terpejam.. aku berdiri dari tidur terlentangku.. setelah aku berdiri dengan tegak, aku lalu membuka mataku perlahan.. dan dihadapanku sekarang ini, berdiri seorang wanita dengan kondisi yang saaaangat menyedihkan.. wajahnya dipenuhi darah dan luka.. tubuhnya telanjang bulat dan hanya jilbab yang menutupi kepalanya.. seluruh tubuhnya pun, penuh luka, lebam dan darah segar yang mengalir dilukanya.. wanita itu menatapku dengan tajam dan tanpa air mata..

Wanita itu adalah Dindaku..

Emosiku yang sangat menggila ini, makin terasa puncaknya ketika melihat kekasihku berdiri dengan kondisi seperti ini..

“herg.. herg.. herg.. herg.. herg..” nafasku berat dan pandanganku sekarang sangat merah sekali..

Aroma darah dari seluruh tubuh kekasihku ini, seperti memerintahkan aku untuk mencabut nyawa manusia yang berbuat sadis kepadanya..

“aku akan menemukan semua orang yang berbuat ini kepadamu cintaku.. aku akan menyiksanya pelan – pelan, aku akan menguliti tubuhnya sampai tetesan darah terakhir keluar dari tubuh mereka.. setelah itu aku akan merajang tubuh mereka, dalam keadaan mereka masih bernyawa.. aku ingin menikmati setiap rintihan kesakitan mereka.. percayalah sayang.. percayalah kepadaku..” ucapku dengan suara yang berat sambil aku mengelus kepala kekasihku tercinta ini..

Pandangannya yang tajampun, langsung berubah sayu.. matanya berkaca – kaca dan air mata langsung turun dikelopak matanya yang lebam itu..

“cukup sayang.. cukup.. jangan kamu teteskan air matamu lagi.. sudah cukup kamu menderita..” ucapku dengan emosi yang menggerogoti kepalaku..

“apa dengan menyiksa mereka, hatimu akan tenang..?” tanya Dinda dengan suara yang terdengar sangat menyeramkan..

“engga.. sesadis dan seperih apapun penderitaan mereka nanti, tidak akan bisa membuat hatiku tenang.. dia telah merenggutmu dari aku.. dia telah telah merenggut cintaku.. dan itu tidak akan membuat tenang semur hidupku..” ucapku dengan suara yang bergetar..

Dinda langsung memelukku dengan erat.. punggungku di elusnya dan kepalaku dibelainya dengan sangat lembut sekali.. dan seketika itu juga.. tenang, adem, damai, dan nyaman yang aku rasakan.. emosikupun perlahan mulai turun dari kepalaku..

Aku lalu memejamkan kedua mataku dan aku membalas pelukan Dinda ini.. aku mendekapnya dengan sangat erat sekali.. aku memeluknya dan aku tidak ingin berpisah dengan kekasihku tercinta ini.. tubuhku kembali dingin dan emosiku hilang entah kemana.. aku menikmati pelukan yang sangat hangat ini..

Dan perlahan dadaku mulai sesak dan mataku berkaca - kaca ketika memeluk wanita yang sangat kucintai ini..

“maafkan dan iklaskan.. itu yang akan membuatmu tenang menjalani kehidupan ini mas..” ucap Dinda dan sekarang suaranya berubah menjadi lembut selembut lembutnya..

Aku lalu membuka kedua mataku dan aku langsung melepaskan pelukanku, sambil menatap mahluk yang sangat kucintai ini..





282226811c9cdc0c5316eee9612821fa65f8e3b6.jpg

Dinda Kamaliya Candrarini



Wajahnya berubah menjadi kembali sangat cantik, dengan pakaian yang lengkap menutupi seluruh tubuhnya.. tidak ada bekas luka sedikitpun diwajahnya.. dan Dindapun tersenyum dengan manisnya..

“balas dendam tidak akan menyelesaikan semua kemarahan yang ada dihatimu sayang.. kamu justru akan semakin tenggelam didalam kemarahanmu sendiri..” ucap Dinda dengan tatapannya yang sangat menyejukkan itu..

“dan itu akan membuat Dinda – Dinda lain, jatuh dan tersiksa oleh kekejian mereka..” ucapku sambil membalas tatapan matanya..

“kehidupan dan kematian, itu sudah diatur olehNya.. susah, senang, bahagia, air mata, kesedihan dan suka cita.. itu sudah ada direncanakanNya.. jadi nikmati aja sayang.. nikmati saja semua itu..” ucap Dinda..

“kenikmatan itu tergantung kita yang menjalaninya Dinda.. dan kenikmatanku adalah mendengar jerit kesakitan mereka..” ucapku..

“dan tidak akan ada kedamaian dikehidupan ini..” sahut Dinda..

“kedamaian hanya diciptakan oleh darah dan air mata.. mereka yang memulainya dan aku yang kan mengakhirinya..” ucapku..

“dan aku akan terus menangis ditempat ini, melihatmu melakukan hal yang sama seperti mereka..” ucap Dinda dengan mata yang berkaca – kaca..

“jangan samakan aku dengan mereka.. aku hanya melakukan hukum sebab dan akibat..” ucapku..

“tapi itu tetap akan membuatku bersedih dan menangis..” ucap Dinda dan tetesan air matanya mulai mengalir..

“sabarlah sayang.. ketika waktunya tiba.. aku yang akan memelukmu dan aku akan membersihkan air matamu yang menetes itu..” ucapku dengan dinginnya..

“cukup sayang.. cukup..” ucap Dinda dengan suara yang mendengung.. dan tiba – tiba tubuhnya menghilang dari pandanganku..

“DINDAAAA.. DINDAAAAA.. KEMANA KAMU SAYANG.. KEMANAAAA..?” teriakku sambil memutarkan tubuhku dan mencari Dinda yang tiba – tiba menghilang..

Lalu sebuah bayangan hitam menghantamku lagi dan..

Gelap..

Arrrgghhhh.. kenapa bisa aku di dunia kegelapan ini lagi..? sampai kapan aku akan dipermainkan seperti ini terus..? sampai kapan..?

Kembali aku memejamkan mataku lagi.. dan kembali aku dipermainkan perasaanku..

Jiancuukkkk.. kenapa bisa aku mengalami hari yang sangat berat dan melelahkan seperti hari ini..? kenapa bisa emosiku naik dan turun secepat ini..? bajingaanannn.. ini hari yang sangat melelahkan sekali bagiku.. ini sangat berat dan sangat menyakitkan sekali..

Aku terombang – ambing oleh emosi dan amarahku sendiri.. kadang emosiku meluap ketika melihat tubuh Dinda disakiti.. kadang hatiku menangis ketika mendengar rintihan dan tangis Dinda.. kadang aku merasakan kesakitan yang luar biasa ketika Dinda dilukai.. Kadang aku ketakutan ketika mereka akan mengambil nyawa Dinda.. kadang aku merasa nyaman ketika dalam pelukan Dinda.. dan semua itu menyatu didalam air mataku yang tertumpah membasahi pipiku.. bajingaaannn..

Terus sekarang aku harus bagaimana..? apa aku akan membuka mataku lagi..? apa lagi yang akan menyiksa batinku, ketika aku akan membuka mataku lagi..? permaianan apa lagi yang akan aku hadapi nanti.. jiancuukkk..

Dengan menguatkan hatiku, aku lalu membuka mataku perlahan.. aku harus siap dengan apapun yang ada dihadapanku sekarang.. entah apa itu, karena aku sudah tidak bisa lagi merasakan kesedihan saat ini.. aku sudah lelah dengan semua ini..




Dan ketika aku sudah membuka kedua mataku.. sebuah batu nisan dan gundukan tanah yang masih basah, menyambut pandanganku kali ini.. harum bunga disekitar nisan dan gundukan tanah ini, tidak seharum penciumanku yang masih mencium aroma darah kekasihku.. entah sampai kapan aku akan terus mencium aroma darah Dinda.. apa mungkin aroma darah ini akan hilang, ketika dibasuh oleh darah mereka yang membuat aku kehilangan Dinda..? semoga saja.. aku akan menikmati semua ini.. aku akan menikmatinya..




Dinda Kamaliya Candrarini
Wafat 17-08-20xx
Lahir 07-12-20xx





#cuukkk.. dan sekarang.. ini adalah kenyataan yang harus aku terima.. kekasihku telah pergi meninggalkan aku, dan cintanya tetap ada didalam hatiku.. cintanya yang datang kepadaku waktu itu, tidak akan pergi dari hidupku.. dan kenyataan lainnya, balas dendam sudah menanti dihadapanku.. balas dendam yang sangat nikmat sekali.. jiancuukkkk..
Bab ini utk anak lanang mbarep yg kutitipkan pdnya,sing tegar le dd cah lanang.Makasi om sudah ngingetin rindu utk anak yg jauh...cendol sent🙏
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd